BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasangka memiliki hubungan erat dengan persepsi yakni tanggapan atau penilaian dari manusia terhadap individu atau kelompok lain. Penilaian-penilaian itu didapat melalui proses interaksi sosial yang dialami oleh individu atau kelompok. Interaksi yang dilakukan antar individu, antar kelompok, atau antar individu dengan kelompok akan menghasilkan penilaian sikap yang biasanya berbeda-beda. Terkadang menilai seseorang juga bisa dilakukan hanya dengan melihat penampilannya saja. Misalnya, siswa yang biasanya tidur diwaktu jam pelajaran ialah siswa yang malas, namun apakah siswa itu benar-benar malas? belum tentu. Kita bisa membuktikan 1
hal itu jika kita telah melakukan interaksi yang lebih intensif lagi. Penilaian seseorang yang hanya didapat dari mengamati
gerak-gerik
atau
penampilannya
saja
merupakan penilaian yang tidak akurat namun bukan berarti salah kaprah. Penilaian yang merupakan hasil persepsi seseorang memang tidak bisa disalahkan begitu saja. Setiap orang memiliki unsur / dasar tersendiri dalam memberi penilaian. Namun dasar yang digunakan untuk memberi penilaian itu yang biasanya salah kaprah, karena dasar yang digunakan merupakan kehendak seenaknya individu yang biasanya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Dasar sikap seenaknya inilah yang membuat sebuah persepsi selalu cenderung negatif. Prasangka atau persepsi negatif sering kali ditemukan dalam kehidupan sekitar kita. Dari berbagai kalangan atau 2
lingkungan selalu bisa ditemukan. Fokus pembahasan adalah lingkungan pertemana sekolah. Teman yang baik belum tentu baik, teman yang jahat kadang juga bersikap baik. Terlalu banyak macam sifat teman jika dalam persepsi setiap individu atau kelompok itu berbeda-beda. Harus ada arahan dalam memilih teman agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau sampai terjadi suatu tindakan kriminal. Hal ini merupakan peran wajib dari orang tua, karena orang tua memiliki hak penuh untuk mendampingi anaknya. Meskipun harus bersaing dengan dunia teknologi, namun tetap orang tua yang paling manjur untuk membimbing anaknya. Dari dulu sampai sekarang prasangka merupakan salah satu faktor perusak paling ampuh dalam sebuah hubungan pertemanan. Tidak hanya dunia anak sekolah saja melainkan pertemanan remaja, orang dewasa sampai 3
orang tua sekalipun pernah mengalami prasangka terhadap temannya sendiri. Hanya dari sebuah penilaian yang belum pasti kebenarannya mampu membuat hubungan
harmonis
menjadi
berantakan
bahkan
menghilang. Peran prasangka memang tidak main-main, sikap ketidaksukaan terhadap individu atau kelompok yang
berlangsung
terus-menerus
akibatnya
dapat
meningkatkan kebencian yang ekstrim, bahkan dapat diikuti dengan tindakan menyiksa dan membunuh. Salah satu konsekuensi dari seringnya menjadi target prasangka terus-menerus adalah menurunnya tingkat harga diri atau kepercayaan diri seseorang.
4
1.2 Rumusan masalah
Apa itu prasangka ?
Mengapa bisa muncul sebuah prasangka pada teman sekelas ?
Apa sebab dan akibat dari prasangka ?
Siapa yang menjadi pelaku dan korban dari prasangka ?
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Prasangka Prasangka merupakan sikap (bias dan bisanya negatif) kepada individu atau kelompok tertentu yang semata-mata didasarkan pada penilaian mereka sendiri (individu atau kelompok). Prasangka juga bisa diartikan sebagai
anggapan
dan
pendapat
yang
kurang
menyenangkan atau penilaian negatif yang tidak rasional, yang ditujukan pada individu atau kelompok tertentu (yang menjadi objek prasangka), sebelum mengetahui, menyaksikan, atau menyelidiki objek-objek prasangka tersebut. Misalnya, karena akhir-akhir ini banyak terjadi kasus teror ISIS, seorang wanita yang memakai baju hitam panjang dan hanya terlihat matanya saja, atau 6
bahkan sampai tertutup semua tubuhnya dari kepala sampai kaki, akan dicurigai sebagai bagian dari salah satu anggota ISIS atau istri dari para teroris. Padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Perasaan yang umumnya terkandung dalam prasangka adalah perasaan negatif atau tidak suka bahkan cenderung
benci.
Kecenderungan
tindakan
yang
menyertai prasangka biasanya adalah keinginan untuk melakukan diskriminasi, melakukan pelecehan verbal seperti menggunjing / mencemooh, dan berbagai tindakan negatif lainnya yang menghambat, merugikan bahkan mengancam kehidupan pribadi atau kelompok tertentu. Sedangkan pengetahuan mengenai objek prasangka biasanya berupa informasi-informasi yang dianggap benar oleh pelakunya, yang mana informasi-informasi tersebut belum terjamin kebenarannya. Misalnya, jika 7
seorang siswa yang memiliki status ekonomi rendah akan sering dicurigai sebagai pencuri pada kasus kehilangan uang atau barang di sekolah. Sehingga siswa tersebut dijauhi oleh teman-temannya. Padahal belum tentu siswa yang berstatus ekonomi rendah adalah pencurinya. Prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang negatif terhadap individu atau kelompok lain, dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap individu atau kelompok lain tersebut. Attitude-attitude ini muncul karena dipelajari dan terbentuk pada manusia selama perkembangannya bukan bawaan dari lahir. Prasangka
merupakan
penghambat
dalam
membangun sebuah hubungan antar individu, antar kelompok, atau antar individu dengan kelompok. Padahal sebuah hubungan hanya terjalin dengan baik jika saling percaya bukan saling berprasangka. Prasangka memang 8
bukan satu-satunya alasan mengapa sebuah hubungan bisa hancur, namun prasangka memiliki peran yang cukup besar dalam menghancurkan hubungan. Prasangka juga mendasari rasisme dan dipercaya untuk memotivasi diskriminasi. Dalam lingkungan sekolah, hubungan pertemanan yang didasari dengan prasangka akan membuat suasana belajar di sekolah terganggu. Konflik yang didasari oleh prasangka seharusnnya
diyakini terjalin
membuat dengan
berantakan. Hal ini akan
kekompakan baik
menjadi
yang rusak
merugikan lingkungan
sekitarnya. Seperti, jika ada tawuran atau perkelahian yang terjadi di luar sekolah maka akan merugikan warga desa di sekitar sekolah itu sendiri.
9
2.2 Prasangka pada Teman Sekelas Pertemanan sudah seperti sesuatu yang kodrat dalam diri manusia. Mengingat bahwa manusia adalah makhluk sosial, pertemanan merupakan media untuk melakukan interaksi sosial. Interaksi yang terjalin dalam pertemanan berawal dengan tidak mengenalnya individu dengan individu lain atau dengan kelompok lain. Berbeda dengan hubungan keluarga, hubungan pertemanan tidak memiliki kejelasan ikatan perasaan dan rasa saling percayaan sebelumnya. Sehingga untuk menemukan teman
yang
cocok,
sepemikiran,
atau
sehati
membutuhkan proses yang tidak mudah. Selalu ada persepsi-persepsi negatif yang terlintas didalam pikiran. Namun, ketika sudah menjalin hubungan pertemanan yang benar-benar serius sampai menjadi teman baik /
10
akrab, maka ikatan yang terjalin bisa melebihi ikatan dengan keluarga. Pertemanan paling mudah ditemukan di dalam dunia sekolah. Dimana sekolah adalah tempat kita dapat bertemu dengan banyak orang yang belum tentu kita kenal sebelumnya. Kemudian lambat laun kita menjadi kenal satu sama lain. Ada yang menjadi teman akrab, ada yang biasa saja, ada yang malah menjadi musuh. Hal ini bisa disebabkan oleh persepsi manusia yang berbeda-beda. Di mana persepsi negatif adalah salah satunya. Membuat orang lain tidak beranggapan negatif dengan melakukan tindakan “baik” saja itu belum cukup. Karena kita tidak tau apa maksud dari tindakan “baik” yang dilakukan. Maka timbul suatu persepsi negatif yang mana persepsi tersebut belum pasti kebenarannya, namun tindakan “baik” itu sudah mendapat tanggapan buruk. 11
Begitulah realita yang terbangun dalam kehidupan masa sekolah. Bersaing untuk mendapat predikat “baik” disekolah tidak hanya dengan mendapat nilai ujian yang bagus saja, namun mengikuti berbagai macam kegiatan sampai mencari perhatian guru telah biasa dilakukan untuk mendapat predikat “baik” tersebut. Di dalam kelas, sebuah jalinan kekompakkan mau tidak mau harus ada demi mempertahankan keutuhan kelas itu sendiri. Contohnya, Sering kali didapati kelas yang saling mendukung anggota/teman sekelasnya ketika sedang mengikuti kegiatan class meeting yang biasanya terdiri dari lomba futsal, basket, badminton, voli, tenis meja, cerdas cermat, menyanyi, menari dan sebagainya. Dalam setiap kegiatan tersebut biasanya ada yang menjadi supporter atau pendukung supaya yang sedang bermain lebih semangat lagi. Dalam menentukan siapa yang akan 12
bermain, biasanya diadakan perkumpulan atau rapat sepulang sekolah. Seperti kegiatan rapat pada umumnya pasti
akan
ditemui
perdebatan-perdebatan
dalam
mencapai keputusan. Ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Sikap egois pun biasa ditemukan dalam hal ini, namun ada juga yang lebih memilih menjadi sukarelawan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Dalam hal ini siswa / siswi yang tidak turut mengikuti kegiatan tersebut biasanya akan dianggap apatis / mengutamakan kepentingan sendiri dari pada kepentingan kelas dan tidak punya rasa kekompakkan. Contoh lain yang biasa kita temui dalam kelas adalah ketika hari pelaksanaan ujian. Siswa/siswi yang mau memberi contekan atau membagi jawabannya katanya dianggap memiliki kepedulian kepada temannya atau memiliki rasa solidaritas. Ketika didapati ada seorang 13
siswa/siswi yang tidak mau membagi jawabannya sama sekali atau bahkan malah membagi jawaban yang salah maka akan dianggap pelit, jahat, egois, maunya menang sendiri dan berbagai macam persepsi negatif lainnya. Padahal tindakan tidak memberi contekan atau membagi jawaban kepada siapapun itu merupakan hal yang benar. Bisa jadi maksud dari tindakan siswa/siswi tersebut adalah agar teman-temannya belajar lebih giat lagi dan menyadari bahwa tindakan menyontek adalah tindakan yang tidak jujur dan merupakan pelanggaran. Hal lain lagi yang sering ditemui di kelas adalah ketika ada seorang siswi sedang berbincang-bincang atau akrab dengan seorang guru. Maka persepsi negatif yang terbangun adalah bahwa seorang siswi tersebut sedang mencari perhatian guru agar dianggap menjadi anak kesayangan, atau agar dia bisa selalu mendapat nilai 14
bagus. Begitu ragamnya persepsi yang terbangun dalam kehidupan sekolah saja, sudah menandakan beragamnya pula prasangka yang ada. Prasangka pada teman sekelas mungkin tidak hanya terjadi pada Kelas yang hanya ada di Sekolah saja. Jika diluar focus, pernah kita jumpai juga Kelas Kursus, Kelas Kuliah, dan sebagainya. Kelas-kelas tersebut kemungkinan
besar
bisa
terjadi
masalah-masalah
prasangka yang sama persis dengan masalah prasangka yang ada di Sekolah.
2.3 Sebab dan Akibat Munculnya Prasangka Prasangka merupakan pendapat yang kurang baik terhadap sesuatu hal sebelum mengetahui sendiri kebenarannya,
atau
sikap
negatif
terhadap
15
individu/kelompok lain. Prasangka merupakan unsur penting dan merupakan dasar dari tindakan / perilaku manusia kepada manusia lain yang biasanya berujung pada rasisme dan diskriminasi. Dalam handbook of psychology mencerminkan psikologi prasangka pada dua tema : (a) psikologi fanatik, merupakan usaha untuk mengerti mengapa beberapa orang berprasangka terhadap kelompok atau orang-orang tertentu, (b) psikologi dari korban prasangka dan diskriminasi, yang berfokus pada korelasi dan konsekuensi dari mengalami atau memahami diri untuk menjadi objek atau sasaran prasangka. prasangka memiliki beberapa faktor seperti terciptanya kepribadian yang otoriter dalam sebuah keluarga yang memiliki ciri-ciri : (a) disiplin anak yang terlalu keras (b) berorientasi pada status, bisa jadi menghina status yang lebih rendah (c) menekankan pada tugas dan kewajiban
16
bukan kasih sayang dalam hubungan anak dan orang tua. Dalam sebuah keluarga yang otoriter, anak akan sangat mungkin memiliki perkembangan kepribadian yang kaku. Ada
beberapa
implikasi
dalam
teori
asli
kepribadian otoriter yang mengalir dari pusat gagasan prasangka terhadap kelompok sasaran lainnya yang mendasari
struktur
kepribadian
fanatik.
Pertama,
prasangka harus berhubungan dengan sikap berbagai isuisu dan obyek. Kedua, kepribadian otoriter akan berprasangka terhadap berbagai kelompok sasaran. Ketiga, jika prasangka memang berakar dalam struktur kepribadian, akan sulit untuk mengubah dan akan memerlukan teknik berorientasi kedalaman seperti psikoterapi. Prasangka
juga
bisa
disebabkan
karena
kegagalan berpikir logis yaitu keadaan dimana emosi 17
seseorang mengalahkan logikanya (untuk menerima argument yang logis). Orang-orang yang telah memiliki prasangka yang kuat pada suatu hal akan sulit sekali diubah cara pandangnya, bahkan orang yang biasanya rasional sekalipun dapat menjadi kebal terhadap logika dan fakta ketika berbicara mengenai hal-hal yang sudah menimbulkan prasangka tertentu. Orang tersebut akan selalu menganggap benar argumennya sendiri. Prasangka yang muncul pada teman sekelas sewaktu di Sekolah mempunyai banyak faktor atau sebab yang beragam pula. Menurut pengalaman pribadi saya, penyebab utama munculnya prasangka ialah karena individu belum mengenal individu yang lain secara benar. Hal ini juga didorong oleh kepribadian yang otoriter dalam keluarga. Kepribadian yang kurang akan kasih sayang membuat individu berpikir tanpa berperasaan. 18
Sehingga terjadi kesalahan dalam menangkap pola pikir dan perilaku antara individu dengan individu yang lain. Kesalahpahaman yang terjadi meliputi tindakan baik maupun buruk. Sehingga setiap tindakan individu yang dilakukan akan selalu dikomentari oleh individu lain yang ada di lingkungan sekitarnya atau di dalam kelasnya. Misalnya, siswi A adalah seorang wanita cantik, aktif, dan baik kepada semua orang, suatu ketika siswi A berbincang-bincang dengan pak Guru, tanpa tahu dan mengerti apa yang dibicarakan antara siswi A dan Pak Guru, siswa/siswi yang berada disekitarnya hendak membuat beragam kesimpulan seperti, siswi A sedang mencari perhatian Pak Guru biar menjadi siswa kesayangan, siswi A sedang berbincang-bincang dengan Pak Guru supaya dianggap siswa teladan oleh temantemannya, siswi A adalah cewek ganjen karena suka
19
menggoda Pak guru, siswi A itu baik makanya disenangi sama Pak Guru, siswi A itu penampilannya saja yang baik dan lembut tapi aslinya dia licik sukanya menggoda Pak Guru agar nilainya selalu bagus, dan masih banyak macam
kesimpulan
yang
lainnya.
Kesimpulan-
kesimpulan tersebut secara tidak sadar lebih banyak mengarah kepada penilaian yang negatif apabila salah satu individu sejak awal tidak menyukai siswi A, atau karena penilaian-penilaian negatif tersebut membuat banyak teman di kelasnya tidak senang dengan siswi A. Persepsi-persepsi negatif yang terus bermunculan akan menyebabkan konflik yang lebih serius lagi. Dari adu mulut, adu fisik, dikucilkan, diejek, dipermalukan, atau bahkan dianiaya mungkin akan terjadi dalam satu kelas tersebut. Hadirnya konflik dalam hidup itu memang sudah menjadi hal yang wajar. Namun apakah konflik-konflik
20
seperti itu akan terselesaikan dengan baik? apakah yang mengalami konflik bisa berdamai dalam realitanya? Jawapannya pasti belum tentu. Jika antar individu yang mengalami konflik tetap kukuh pada persepsinya dan tidak mau membuka pikirannya. Bisa jadi mereka yang mengalami konflik akan tetap menjadi musuh. Hal-hal seperti ini sebaiknya dibantu oleh pihak bimbingan konseling di sekolah atau wali kelasnya. Hanya dengan sebuah persepsi yang belum tentu kebenarannya bisa membuat konflik yang sulit diselesaikan atau bahkan tak akan terselesaikan. Prasangka merupakan kecenderungan kita untuk mengategorisasikan dan mengelompokkan informasi, membentuk
skema
dan
menggunakannya
dalam
menafsirkan informasi baru atau unik, mengandalkan jalan pintas dalam penalaran mental yang tidak akurat, 21
dan bergantung pada proses memori yang salah, dimana semua aspek tersebut dapat membawa kita membentuk dan menerapkan cara diskriminasi. Prasangka
mampu
memunculkan
sebuah
diskriminasi sosial. Diskriminasi antar kelompok atau geng yang ada di kelas akan membuat proses belajar semakin tidak nyaman. Membuat individu yang ada dalam satu kelas tidak bisa menyatu atau bahkan tak ingin bersatu. Untuk menjadi kelas yang memiliki kekompakan atau solidaritas tinggi sepertinya sudah tidak ada harapan lagi. Individu atau kelompok saling memegang teguh persepsinya. Beberapa pengalaman yang saya alami waktu masih kelas 1 SMA, ketika konflik dan ketidaknyamanan membuat pikiran setiap individu yang lain semakin terganggu. Ada 2 orang perempuan yang memiliki inisiatif untuk mengadakan forum ketika jam 22
istirahat. Setiap orang yang ada di kelas dimohon untuk tidak meninggalkan kelas terlebih dahulu. Ketika mereka semua setuju akhirnya seorang perempuan yang sedang berdiri di depan kelas meminta teman-temannya untuk mengungkapkan perasaan, kekesalan, dan masalah yang dirasakan. Perdebatan pun terjadi. Sungguh rumit dan penuh emosi membuat suasana yang kacau menjadi terharu dengan adanya forum tersebut. Masalah demi masalah mulai terungkap kebenarannya. Perlahan namun pasti, mereka yang mengalami konflik akhirnya bisa berdamai. Suatu sikap dewasa
yang ditampilkan
menjadikan sebuah kenangan yang masih teringat sampai saat ini. Betapa bahagianya ketika melihat sebuah kekompakkan dan rasa solidaritas yang awalnya tidak ada harapan kini terjadi begitu saja. Meski diperoleh dengan proses yang sangat-sangat rumit. Namun terdapat satu hal
23
yang sesungguhnya telah terpendam dalam diri individu yang ada di kelas tersebut, bahwa sesungguhnya mereka juga ingin memiliki kelas yang punya kekompakkan dan solidaritas tinggi. Masih banyak contoh-contoh prasangka yang akhirnya menimbulkan diskriminasi di dalam kelas. Prasangka muncul disebabkan oleh sikap fanatik dan tidak tolerannya individu / kelompok terhadap individu / kelompok lain. Dalam dunia psikologi, merubah orangorang yang sudah terlanjur fanatik merupakan tugas yang cukup sulit. Karena sama halnya dengan merubah suatu keyakinan seseorang. Sehingga mayoritas individu akan selalu bertahan pada keyakinannya. Padahal mereka masih berada pada posisi Ambiguitas. Belum jelas kebenarannya namun mereka telah menganggapnya benar
24
secara mutlak, dalam arti lain memiliki kecendurungan untuk selalu menyalahkan korban. Fenomena geng atau kelompok dalam kehidupan terutama di lingkungan sekolah menengah sudah semakin membahayakan akhir-akhir ini. Kelompok-kelompok tersebut rata-rata tercipta dari individu-individu yang memiliki berbagai pemikiran yang sama, hobi yang sama, atau dari berbagai jenis kesukaan yang sama. Dari kesamaan-kesamaan tersebut akhirya tercipta sebuah kenyamanan
dalam
interaksinya.
Kemudian,
dari
intensnya sebuah interaksi akhirnya mereka menjadi geng atau dianggap sebagai geng. Meskipun mereka tidak pernah mendeklarasikan bahwa mereka adalah geng. Namun dalam kehidupan terutama di lingkungan sekolah, individu-individu yang terlalu sering berkumpul bersamasama, secara langsung atau pun tidak langsung mereka 25
pasti akan dianggap sebagai geng. Seperti itulah kehidupan sosial. Kelompok atau geng pada akhirnya akan menjadi sebuah kebutuhan dalam kehidupan sosial. Karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia akan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain, hal ini bisa di gambarkan dari seorang dokter yang sedang sakit akan tetap butuh bantuan dokter yang lain, karena dokter yang sakit tersebut tidak akan mampu melakukan pemeriksaan atau mengobati dirinya sendiri. Dalam hal lain kelompok memiliki peran sebagai perlindungan diri, jika ada salah satu anggota dalam kelompok mengalami musibah atau masalah, maka anggota lainnya akan dengan segera membantu menangani musibah atau masalah yang dialami. Kelompok juga memiliki peran eksistensi. 2.4 Pelaku dan Korban Prasangka 26
Setiap orang mampu menjadi pelaku dan menjadi korban. Dalam fenomena kelompok, kelompok mayoritas biasanya menduduki posisi yang kuat atau pelaku sedangkan kelompok minoritas menduduki posisi yang lemah atau menjadi korban. Seperti kelompok ras, jika dalam kelas ada ras yang memiliki kulit putih biasanya dianggap lebih istimewa dan akan menganggap ras kulit hitam itu lemah, kotor, dan tidak ada keistimewaan. Perbedaan eksistensi yang seperti itu saja, sudah mampu menimbulkan prasangka. Hal ini juga berhubungan dengan in-group bias, yakni memihak kelompok sendiri diatas kelompok lainnya. Yang terjadi, perasaan positif dan perlakuan istimewa kepada orang lain hanya dilakukan jika orang tersebut adalah bagian dari in-group, sedangkan perasaan negatif atau perlakuan tidak adil
27
dilakukan kepada orang yang dianggap sebagai bagian dari out-group. Seseorang
yang
terus-menerus
mendapat
prasangka atau penilaian yang negatif akan sangat terganggu kehidupannya, pikirannya, serta kejiwaannya. Sepeleh namun mempunyai efek yang cukup sulit untuk disembuhkan jika sudah terlalu parah. Pastilah manusia selalu menginginkan hidup secara damai, aman, dan tentram. Namun, sepertinya hal tersebut hanya ada dalam novel dan film saja. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak mempunyai masalah sedikit pun. Jika kita menemui manusia yang wajahnya selalu terlihat ceria, bisa jadi dibalik wajah yang ceria tersimpan masalah yang begitu serius . Dampak dari diskriminasi juga mampu membuat korban tidak ingin mengenal orang lain atau membuka 28
diri dengan orang lain. Hal ini dinamakan pula sebagai kepribadian yang tertutup. Seseorang yang memiliki kepribadian
yang
tertutup
akan
cenderung
takut
berhadapan dengan orang lain, bahkan terkadang memiliki sebuah anggapan bahwa dirinya (korban) tidak pantas untuk mengenal orang lain. Ketika si korban sedang berhadapan dengan orang lain, mereka akan lebih banyak memilih untuk diam kemudian pergi daripada menanggapi sebuah obrolan yang ada di sekitar. Menurut pengalaman pribadi saya, hal ini membuat perasaan, pikiran, serta jiwa lebih tenang ketika memilih untuk menghindar dari orang-orang yang dikiranya akan membuatnya menjadi korban diskriminasi lagi. Namun tidak akan mampu menghilangkan ketakutan yang dirasakan oleh si korban. Apalagi dalam dunia sekolah menengah di mana anak-anak di usia tersebut memiliki
29
sifat labil. Rasa trauma dari proses diskriminasi memang amat
rentan
terjadi
terutama
dikalangan
sekolah
menengah. Perihal prasangka, terdapat beberapa model teori yang berhubungan dengan korban, salah satunya yakni stres model. Stres model merupakan pemahaman diri untuk menjadi target prasangka atau diskriminasi (stres psikososial). Prasangka yang dirasakan itu memunculkan penilaian kognitif ancaman sedemikian rupa sehingga korbannya melihat dirinya sebagai target yang disengaja dari perilaku negatif yang diperoleh. Hal ini amatlah gawat, korban memandang dirinya sebagai kesengajaan sehingga korban tidak berani atau tidak ingin melakukan perlawanan/pembelaan sedikit pun. Sikap korban yang menganggapnya seperti itu mampu membawa efek buruk pada kejiwaan korban tersebut. Jika dibiarkan terlalu 30
lama, maka dikhawatirkan akan sangat sulit untuk disembuhkan. Karena obat tablet apapun tidak akan mudah menyembuhkan kejiwaan seseorang begitu saja.
31
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Prasangka bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan bagaimana cara kita agar bisa mengontrol prasangka tersebut. Sifat prasangka yang mampu menjama berbagai kalangan sekarang sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Prasangka muncul karena manusia memiliki kecenderungan mengkategorisasikan sesuatu dengan faktor-faktor yang biasanya dianggap benar oleh pelakunya. Prasangka juga merupakan fenomena yang berkaitan dengan kelompok sosial (kelompok mayoritas dan minoritas). Berbagai konflik / permasalahan besar bisa jadi hanya disebabkan oleh hal kecil seperti prasangka. Setiap individu pun mampu untuk menjadi
32
pelaku atau menjadi korban atas konflik prasangka itu sendiri. 3.2 Saran Lebih baik mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Sehingga konflik pun tak perlu terjadi. Jika masih tidak tahu kebenarannya, berhentilah berpikir negatif dan tanamkan pikiran-pikiran yang positif. Jika prasangka yang dimiliki salah, maka mari intropeksi diri, ambil hikmahnya dan belajar menanamkan persepsi-persepsi positif. Namun jika persepsi negatif yang dimiliki ternyata benar adanya, maka bersikaplah dewasa, setiap manusia tidak ada yang sempurna. Lebih baik membantu untuk merubah yang buruk menjadi baik, bukan malah mencela. Karena apa yang orang lain lakukan mungkin akan kita alami suatu saat nanti. Bersikap dewasa dan saling menasehati itu lebih baik. 33
CHAPTER 1 INTRODUCTION 1.1 Background Prejudice has a close relationship with perception i.e. response or assessment of humans against other individuals or groups. Appraisals were obtained through a process of social interaction that is experienced by the individual or group. Interactions conducted between individuals, between groups, or between individuals with the group will result in the assessment of the attitude that usually vary. Sometimes judging a person also can be done just by looking at his performance only. For example, students who usually sleep at lessons is students who are lazy, but whether students were really lazy? Not necessarily. We can prove it if we had been doing more intensive interaction anymore. Assessment of someone 34
who just obtained from the observed gestures or his appearance alone is an inaccurate assessment but not necessarily misguided. The assessment is the result of a person's perception is not to blame. Everyone has its own elements/basic in giving judgment. However the basis used for the appraisal was giving a typically misguided, because the basis used is the will go around individual who usually could not be accountable. The basic attitude to go around this is what makes a perception always tends to be negative. Prejudice or negative perceptions are often found in the life around us. From various backgrounds or environment can always be found. The focus of the discussion is environmental school. A good friend is not necessarily good, sometimes evil friend also be nice. Too
35
many kinds of nature friends if in the perception of any individual or group that is different. There should be a direction in choosing friends so as not happening things unwanted or criminal action to happen. This is a mandatory role of parents, because the parents have full rights to accompany his son. Despite having to compete with the world of technology, however, remains the most potent parents to guide their children. From the first till now prejudice is one of the most potent destroyer factor in a relationship of friendship. Not only the world but only friendship school children teenagers, adults to parent though never experienced prejudice against a friend of his own. Only from an appraisal that has not been sure of his righteousness is able to make harmonious relationship be messy even disappeared. The role of prejudice is not playful, attitude
36
towards distaste for individual or group which runs continuously as a result can enhance the extreme hatred, can even be followed by acts of torture and murder. One of the consequences of the often become targets of prejudice is continually declining levels of self esteem or confidence.
1.2 Outline of the Problem • What is prejudice? • Why can appear a prejudice on classmates? • What are the causes and effects of prejudice? • Who was the perpetrator and the victim of prejudice?
37
CHAPTER II DISCUSSION 2.1 Prejudice Prejudice is an attitude (bias and usually negative) to certain individuals or groups solely based on their own assessment (individual or group). Prejudice can also be interpreted as a supposition and opinion that is less pleasant or negative judgments that are not rational, aimed at individuals or specific groups (which became the object of prejudice), before knowing, witnessed, or investigate the objects of prejudice. For example, because lately many terror case of ISIS, a woman who wore a long black dress and her eyes just looks alone, or even covered all her body from head to toe, would be suspected of being part of one of the members of ISIS or the wife of the terrorists. When in fact it isn't necessarily like that. 38
Feelings are generally contained in prejudice is a negative feeling or dislike even tend to hate. The tendency of action accompanying the prejudice is usually a desire to discriminate, do the verbal abuse such as sneer, and various other negative actions that impede, even lifethreatening adverse personal or specific groups. Whereas knowledge of the object of prejudice is usually in the form of information-information which is considered correct by the culprit, which is where the information has not been established. For example, if a student who has a low economic status will often suspected thief in case of loss of money or goods at the school. So the students shunned by his peers. Though not necessarily low-economic status of students who were the thieves. Social prejudice consists of the attitude-social negative attitude against other individuals or groups, and
39
affect the behavior of fiercely against other individuals or groups. Attitude-this attitude comes as learned and formed in humans during its development rather than innate from birth. Prejudice is a barrier in establishing a relationship between individuals, between groups, or between individuals with the group. When in a relationship only entwined with fine if mutual trust is not a mutual suspicion. Prejudice is indeed not the only reason why a relationship can be destroyed, but prejudice has a considerable role in destroying relationships. Prejudice is also the underlying racism and are believed to encourage discrimination. In the school environment, relationships based on friendship with prejudice will create an atmosphere of learning at school. Conflict based on prejudice are
40
believed to create cohesiveness which are supposed to be damaged well entwined mess. This will be detrimental to the surrounding environment. Like, if there's a brawl or fight that happened outside of school will be detrimental to the villagers around the school itself.
2.2 Prejudice on Classmates Friendship has been like something that nature in man. Given that humans are social animals, friendship is a great medium for conducting social interaction. Interactions that are interwoven in a friendship begins with the individual did not know him by another individual or with other groups. Unlike the family relationship, the relationship of friendship doesn't have the clarity of feeling and bond mutual trust before. So to find a suitable friend, agreed, or one accord requires a 41
process that is not easy. There is always a negative perceptions comes in mind. However, when already in a relationship of friendship that really serious until it becomes good friends/familiar, then the bonds that could exceed the interwoven ties with the family. Friendship is easiest found in the world of school. School is a place where we can meet a lot of people that are not necessarily known to us before. Then gradually we became familiar with one another. Some became intimate friends, some are mediocre, some even become enemies. This can be caused by different human perceptions. Where the negative perception is one of them. Make other people not assume negative by performing "good" action alone was not enough. Because we do not know what the meaning of "good" action performed. Then there arose a perception of the negative
42
perceptions which have a definite truth, but "good" action it already gets a bad response. That's the reality awoke in the life of the school. Compete for the title of "good" in all schools not only with a good exam grades, but follow a wide range of activities to seek the attention of teachers have been wont to do to obtain a predicate "very good". In the classroom, a braided togetherness inevitably must exist for the sake of maintaining the integrity of the class itself. For example, are often found to be classes that support each Member/classmates while being followed activities of the class meeting which usually consist of a race futsal, basketball, badminton, volleyball, table tennis, careful, intelligent singing, dancing and so on. In any event there is usually a supporter or proponent of being so who are playing more excitement again. In determining who is going to play, usually held after school meetings
43
or gatherings. Such as activities meetings in General will certainly be found the debates in reaching a decision. Anyone agree and some disagree. Any selfish attitude is commonly found in this, but there are also prefer volunteering in following these activities. In this student/students who did not join in these activities will usually follow considered apathetic/own interests than to the interests of the class and do not have a sense of community. Another example that we meet in class is when the day of execution of the test. Student/students who want to give a cheat sheet or dividing the answer he said is considered to have concern to his friend or have a sense of solidarity. When it was found there is a student/students who do not want to divide the answer at all or even instead of dividing the wrong answers will then be considered
44
stingy, nasty, selfish, wants your own win and a variety of other negative perception. Whereas the Act does not give a cheat sheet or share answers to anyone it was the right thing. It could be that the purpose of the student/student action is so that his friends learn more enterprising again and realize that the Act of cheating are dishonest act and a violation of. Another thing that is commonly found in class is when there is a high GPA are talking, or familiar with a teacher. The negative perception that woken up then is that a schoolgirl that is looking for a teacher's attention so that it is considered to be a child's pet, or so she can always get good grades. So manifold the perception that woken up in school life, already indicates the various existing prejudice anyway.
45
Prejudice on classmates may not occur only on a class that exists only at school only. If outside of focus, we have ever come across classes courses, Lectures, Classes and so on. These classes will most likely be going concerns exactly the same prejudice to the issue of prejudice that exists in schools.
2.3 Cause and Effect The Emergence Of Prejudice Prejudice is the less well against something before knowing its own righteousness, or negative attitude towards individuals/other groups. Prejudice is an important element and is the basis of the actions/behavior of humans to other humans that usually leads to racism and discrimination. In handbook of psychology reflect the psychology of prejudice on two themes: (a) the psychology of bigots, is an attempt to understand why
46
some people biased against groups or certain people, (b) the psychology of victims of prejudice and discrimination, focusing on the correlation and the consequences of experiencing or perceiving themselves to be objects or targets of prejudice. prejudice has some factors such as the creation of the authoritarian personality in a family that has characteristics: (a) a child discipline too hard (b) status-oriented, can be so contemptuous of lower status (c) emphasis on duties and obligations rather than affection in relationships with children and parents. In an authoritarian family, the child will very likely have a rigid personality development. There are several implications in the original theory of the authoritarian personality that flows from the central idea of a prejudice against other target groups which underlie the structure of personality. First, the
47
prejudice must be associated with the attitude of the various issues and objects. Second, the authoritarian personality would be prejudiced against various target groups. Third, if prejudice is indeed rooted in the structure of personality, it would be difficult to change and will require such depth oriented psychotherapy techniques. Prejudice can also be caused due to the failure of logical thinking that is the State where one's emotions overpower logically (to accept the logical argument). People who already have a strong prejudice on a case will be difficult once changed the way up, even people who are usually rational though can be immune to logic and fact when talking about things that already raises certain prejudices. These people will always assume is true the argument itself.
48
Prejudices that appeared on classmates during the school has many factors or causes as varied as well. According to my personal experience, the main cause of the rise of prejudice is due to individuals not yet acquainted with the other individual. It is also driven by the authoritarian personality in the family. Personality lacking affection will make individuals think without callous. So the error in capturing the mindset and behaviours among individuals with other individuals. Misunderstandings that occur include the actions good and bad. So each individual actions undertaken by the individual will always commented by others that exist in the surrounding environment or in its class. For example, A girl is a beautiful woman, active, and kind to everyone, a schoolgirl A chat with Mr. Guru, without knowing and understanding what is discussed between A schoolgirl and
49
teacher, student/students who are about to make its various conclusions as A grad student, was looking for the attention of Mr. Teacher let me be a student favourite, being A grad student with the Teacher so that Pak was considered an exemplary student by his friends A schoolgirl, naughty chick is because likes to tease Mr. teacher, schoolgirl with it good so endeared the same pack of teacher, students with it his performance just as good and gentle but originally she liked teasing a sneaky Pack of Teachers so that the value is always a good thing, and many other kinds of conclusions. The conclusions more unconsciously leads to negative assessment in one individual since early disliked schoolgirl A, or because of the negative appraisals made many friends in his class not happy with schoolgirl a. perceptions of negative perceptions keep popping up will cause a more serious
50
conflict again. From Buffalo mouth, physical fights, excommunicated,
ridiculed,
humiliated,
or
even
persecuted will probably happen in one class. The presence of conflict in life it has indeed become a reasonable thing. But whether such conflicts will be resolved? What conflicts can be reconciled in such assessment? The answer is definitely not. If the conflicts between individuals remain staunchly on its perception and does not want to open up his mind. It could be that those conflicts will still be enemies. Things like this should preferably be assisted by guidance counseling at school or the guardian class. Only with a perception that is not necessarily the truth could make a difficult conflict resolved or even could not be resolved. Prejudice is our tendency to classify information, forming schemes and use them in interpreting new
51
information or unique, relying on the shortcut in the inaccurate mental reasoning and relies on the wrong memory process, where all these aspects can lead us to form and implement ways of discrimination. Prejudice
capable
of
degrading
a
social
discrimination. Discrimination between groups or gangs that exist in class will make the learning process increasingly uncomfortable. Make individuals that exist in one class can't blend or even do not want to unite. To be a class that has high compactness or solidarity looks like there is no hope anymore. Individuals or groups of mutual holding steadfast to its perception. Some experience I experienced time still class 1 high school, when the conflict and discomfort every individual mind making another increasingly disturbed. There are two women who have the initiative to convene the forum
52
during the break. Everyone that is in the class are kindly requested not to leave the classroom in advance. When they all agree is finally a woman who was standing in front of the class asked her friends to express feelings, pique, and the perceived problem. Any debate happening. Really elaborate and full of emotion makes a chaotic atmosphere being moved by the presence of the forum. The problem for the sake of the problem began to unfold the truth. Slowly but surely, those conflicts could finally make peace. A mature attitude shown makes a memorable which is still remembered to this day. How happy when seeing a togetherness and a sense of solidarity that initially there is no hope now just happens. Although the process is obtained with very-very complicated. But there is one thing that truly has been an undercurrent in the individual
53
that is in the class, that they also want to have classes that have togetherness and solidarity. There are still many examples of prejudice that eventually give rise to discrimination in the classroom. Prejudice caused by the attitude of the fanatic and have no sense of tolerance between individuals / groups / individuals against other groups. In the world of psychology, modify those already fanatic is a difficult enough task. Because as a revamp of the beliefs of a person. So the majority of individuals will always hang on to his convictions. While they were still in a position of ambiguity. The truth is unclear but they have been absolutely correct to think of it, in the sense that others have a tendency to always blame the victim. The phenomenon of gangs or groups in the life of a middle school environment especially in the increasing
54
harm lately. These groups are created from the average individuals who had the same thought, the same hobby, or of different types of the same fondness. From these similarities eventually created a comfort in their interaction. Then, from the strength of an interaction finally they become a gang or considered a gang. Although they never declared that they are a gang. But in life particularly in the school environment, individuals who are too often gather together, directly or indirectly, they surely would be considered a gang. Such is the social life. Groups or gangs will eventually become a necessity in social life. Because it is essentially a human being cannot live alone. People will always need help from others, it can be to draw from a physician who is sick will still need the help of other doctors, because doctors
55
who are ill will not be able to perform the examination or treat himself. In terms of other groups have a role as a selfprotection, if any one of the members in the group are experiencing natural disasters or problems, then other members will immediately help deal with natural disasters or problems experienced. The Group also has the role of existence.
2.4 The Perpetrator and The Victim of Prejudice Everyone is capable of being a perpetrator and a victim. In the majority of the group, the Group of phenomena typically occupied a strong position or the perpetrator while minority groups occupy positions that are weak or become a victim. As groups race, if there is a class in the race who has white skin is usually considered
56
more special and will assume that the black race is weak, dirty, and no privileges. The existence of such differences only, are able to cause prejudice. It is also associated with the in-group bias, i.e. favoring the Group's own above any other group. It happens, positive feelings and preferential treatment to others is only done if the person is part of the in-group, while negative feelings or unfair treatment done to people who are considered part of the out-group. Someone who's constantly got a negative judgement or prejudice will be severely disrupted his life, his thoughts, as well as psychological. Has an effect that is quite difficult to be cured if it is too severe. Surely humans always want to live in a peaceful, secure, and peaceful. However, it looks like it only exists in the novel and film course. There is no man in this world who do not have the slightest problem. If we find the human face
57
always looks cheerful, could be behind the cheerful faces stored problems so serious. The impact of discrimination is also capable of making the victim does not want to get to know other people or to open ourselves to others. It is also named as a closed personality. Someone who has a closed personality will tend to be afraid of dealing with other people, even sometimes have a presumption that he (the victim) does not deserve to get to know other people. When the victim was dealing with other people, they will be more silent and then choose to go rather than responding to an existing chat around. According to my personal experience, this makes the feelings, thoughts, and the soul is more calm when chose to shy away from those who he thinks will make him a victim of discrimination again. But will not be able to eliminate the
58
fear felt by the victim. Moreover, in a world where high school kids in the age of the labile nature of owns. A sense of the trauma of the process very vulnerable indeed discrimination occur mainly among the middle school. About prejudices, there are several models of the theory relating to victims, one of them i.e. stress model. Stress model is self-understanding to become targets of prejudice or discrimination (psychosocial stress). The perceived prejudice that gave rise to the cognitive assessment of the threat in such a way so that the victim sees himself as a deliberate target of negative behavior. This is extremely critical, the victims perceive itself as deliberate action so that the victims dare not or do not want to do the slightest defense/resistance. The attitude of the victim who took it as it was able to bring bad effects on the victims of psychological abuse. If left too long,
59
then it was feared would be very difficult to cure. Any tablets because the drug will not be easy to heal psychological abuse someone for granted.
60
CHAPTER III CLOSING 3.1 Conclusion Prejudice is not a thing to be avoided, but rather how we can control these prejudices. The nature of the prejudice that is capable of menjama varying among the now already not be denied again. Preconception arises because humans have a tendency mengkategorisasikan something with the factors usually considered correct by the culprit. Prejudice is also a phenomenon related to the social group (majority and minority). A variety of conflict/big problem could be caused by just small things like prejudice. Every individual pun is capable to become perpetrators or become victims of conflict over prejudice itself.
61
3.2 Suggestion Better to find out the truth first. So any conflict does not need to happen. If you still don't know the truth, stop thinking negatively and instill a positive thoughts. If prejudice is owned is wrong, then let's improve themselves, take the considerations behind learning and instill a positive perception of perception. However, if the negative perception of the true existence of apparently owned, then be up, every man no one is perfect. Better help to change bad to be good, not even reprimanded. Because of what others do may be we are experiencing a moment later. Being mature and mutually advised it is better
62
DAFTAR PUSTAKA
Millon Theodore & Melvin J. Lerner, 2003, Handbook Of Psychology volume 5 Personality And Social Psychology chapter 21.
63