BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap orangtua menginginkan masa depan yang gilang gemilang bagi putra-putrinya. Mereka berharap agar putra-putrinya menjadi orang yang sukses, berguna bagi Nusa dan Bangsa, berhasil dalam karir, berilmu, bertakwa dan berkarakter. Ini tentu menjadi dambaan para orang tua yang mencintai putra-putrinya. Oleh karena itulah, semua orangtua sangat berperan dalam mendidik putra-putrinya dengan lebih baik lagi. Pendidikan yang utama dan pertama bagi anak adalah bersama orang tua (ayah dan ibu). Orang tua merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknyaselain faktor lingkungan yang juga sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak. Menurut Hurlock ( 1978 ) terdapat 10 sumbangan yang dapat diberikan orang tua kepada anak yaitu perasaan aman, pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis, sumber kasih sayang dan penerimaan, model perilaku yang disetujui guna belajar menjadi sosial, bimbingan dalam pengembangan pola perilaku yang disutujui secara sosial, bantuan dalam pemecahan masalah anak, bimbingan dan bantuan dalam mempelajari kecakapan motorik verbal dan sosial yang diperlukan untuk penyesuaian,bantuan dalam menetapkan pola asuh anak dan sumber persahabatan untuk mendapatkan teman diluar rumah atau bila teman diluar rumah tidak ada.
1
Secara empiris sebagian besar para orang tua atau calon orang tua belum pernah dibekali pengetahuan, wawasan dan keterampilan tentang bagaimana cara memberi stimulasi pendidikan dan pengasuhan kepada anak yang sesuai dengan pertumbuhan perkembangannya. Akibatnya dapat diprediksi bahwa dalam memberi stimulasi pendidikan dan pengasuhan mereka cenderung menggunakan pendekatan yang alamiah. Kemampuan dasar yang dimiliki anak dapat berkembang dengan optimal dengan meningkatkan kreativitas, intelektual dan potensi yang dimiliki oleh seorang anak melalui pendidikan. Pendidikan hendaknya dapat dirangsang
dengan
membantu
anak
mencari
alternatif
pemecahan
masalah,membantu mengaktualisasikan potensi diri secara kreatif dan memungkinkan peningkatan kualitas hidupnya. Menurut Guilford (dalam Munandar, 1988) proses berfikir kreatif perlu adanya penggabungan antara berfikir divergen dan konvergen yang merupakan fungsi dari kemampuan kognitif manusia yang berbeda dan tidak dapat dipisahkan. Kemampuan berfikir divergen, yaitu pemikiran yang menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan yang sama besarnya (Guilford, 1967). Pemberian asah, asih dan asuh kepada anak merupakan pola asuh orang tua untuk meningkatkan kemampuan konvergen dan kemampuan berfikir secara divergen.Intelegensi yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan dalam pendidikan terutama karir tanpa disertai kemampuan berfikir divergen untuk mendapatkan hasil yang dicapai lebih berdaya guna. Berdasar daftar infentori yang penulis berikan kepada beberapa murid SDK
2
Girisonta, penulis mengetahui bahwa sebagian murid menyatakan kalau orang tua murid dalam mengasuh menggunakan pola asuh demokrasi, juga ada murid yang menyatakan kalau orang tua murid mengasuh dengan pola asuh otoriter. Saat anak diberikan tes berfikir divergen hanya beberapa siswa yang mampu memberikan banyak alternative jawaban dalam tes berfikir divergen. Ini berdampak bagi anak di sekolah, terutama dalam hal pemecahan masalah belajar di sekolah maupun di rumah. Sebagai contoh saat murid kesulitan dalam belajar atau kurang jelas dalam menerima penjelasan dari guru, maka anak yang kurang memiliki kemampuan berfikir divergen hanya diam dan tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya dan cenderung hanya diam. Penelitian Kusumastuti (2003) tentang persepsi terhadap sikap orang yang terlalu melindungi anak, menghasilkan kreativitas atas anak dalam tingkat sedang, dan ada hubungan yang negatif dan signifikan dari kedua variable tersebut. Berdasar temuan Kusumastuti di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa orang tua yang terlalu otoriter akan membuat cenderung takut untuk melakukan sesuatu atau takut akan kesalahan, karena biasanya orang tua yang selalu mengatur segala aktifitasnya dan menerapkan banyakaturan yang harus ditaati, dan kalau dilanggar anak akan langsung mendapat hukuman. Dacey (dalam Munandar, 1999) melakukan penelitian dengan membandingkan karakteristik keluarga yang anak remajanya sangat kreatif dengan keluarga yang anak remajanya biasa saja. Hasil penelitian ini menunjukkan peran besar dari lingkungan keluarga. Dalam keluarga dengan
3
remaja kreatif tidak banyak diberlakukan aturan, tetapi dalam keluarga yang anak remajanya biasa saja orang tua selalu memberlakukan aturan untuk dipatuhi oleh anak dan apabila aturan dilanggar, anak akan mendapatkan hukuman. Dari pernyataan Dacey di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa anak akan berani untuk menunjukkan dirinya lewat kreatifitas, jika ruang gerak anak tidak terlalu dibatasi sepenuhnya. Sebaliknya berdasarkan temuan (Ferry Candra Setiawan, 2005) ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan kreativitas siswa kelas III SMA Negeri 2 Salatiga,. Sedangkan berdasar temuan (Novita Rintih Wijayanti, 2010), dari hasil perhitungan uji korelasi kreativitas siswa dengan pola asuh demokratis diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,286 dengan P<0,05 yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan. Berdasarkan temuan-temuan di atas, dapat diketahui hasil yang beragam, serta pra penelitian oleh penulis terhadap siswa SDK Girisonta (kelas V,VI), maka perlu diuji atau diteliti tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap kemampuan berfikir divergen pada siswa kelas V, VI Sekolah Dasar Di SDK. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara pola asuh orang tua (pola asuhotoriter,
4
pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis) dengan kemampuan berfikir divergen. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikasi hubunganantara pola asuh otoriter, pola asuh permisif, pola asuh demokratis dengan kemampuan berfikir divergen anak. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dalam mengembangkan teori-teori yang berkaitan dengan pola asuh dan kemampuan berfikir divergen. 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bila menunjukkan hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan berfikir divergen siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar, maka penelitian akan sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dacey (dalam Munandar,1999), Kusumastuti (2003), dan Novita Rintih Wijayanti, 2010 Namun apabila hasil penelitian yang penulis lakukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemampuan berfikir divergen siswa kelas 4-5 sekolah dasar, maka penelitian akan sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehFerry Candra Setiawan, 2005. 1.4.2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran bagi para orang tua, bahwa keluarga (dalam hal ini pola
5
pengasuhan orang tua) dipandang sebagai salahsatu faktor yang cukup penting dalam perkembangan kreatifitas siswa karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi perkembangan anak. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam upaya menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II : Tinjauan teoritis yang berisi tentang Konsep diri dan Agresivitas Remaja sertaHipotesa Bab III : Metode penelitian, yang berisi Jenis Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisa Data. Bab IV
: Analisa dan Pembahasan
Bab V : Penutup dan Kesimpulan
6