1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah suatu defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN, 2010). Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragi dan non hemoragi. Stroke hemoragi yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke hemoragi terbagi atas dua yaitu hemoragi intraserebral (perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak) dan hemoragi subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). Stroke non hemoragi yaitu : stroke trombotik (proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan), stroke embolik (tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah), dan hipoperfusion sistemik (berkurangnya aliran darah keseluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung) (Muttaqin, 2008). Stroke paling banyak dialami oleh penderita kronis hipertensi, diabetes melitus, jantung, kadar kolestrol tinggi dan lain-lain. Penyakit stroke umumnya ditemukan pada usia 45 tahun keatas tetapi adapula yang menyerang pada usia muda baik pria ataupun wanita yang produktif. Pasien stroke dari tahun ketahun terus meningkat, menurut Riset Kesehatan Dasar (Rikerdas, 2008), prevalensi stroke di Indonesia pada tahun 2007 mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk dan pada tahun 2011 stroke
2
menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Walaupun penyakit stroke merupakan penyakit yang mematikan, akan tetapi sebagian akan pulih sempurna dan sebagian besar akan meninggalkan gejala sisa seperti kelemahan separuh badan atau yang dikenal dengan nama hemiparese (Dewi, 2013). Hemiparese adalah kelemahan separuh badan dimana lengan dan tungkai sesisi lumpuh sama beratnya ataupun tungkai sesisi lebih lumpuh dari lengan ataupun sebaliknya (Aras, 2003). Kelemahan otot kaki, lutut dan pinggul dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan dinamis yang dikarenakan oleh tubuh tidak mampu mempertahankan posisi saat adanya gaya dari luar. Jika gangguan keseimbangan dinamis tidak ditangani dengan cepat maka pasien akan sulit untuk melakukan aktvitas fungsionalnya. Untuk menangani
ganguan
tersebut
dibutuhkan
penanganan
terpadu
yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu mulai dari penanganan medis sampai rehabilitasi medik (fisioterapi). Berdasarkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan kewenangannya, maka untuk memulihkan pasien hemiparese seharusnya segera ditangani oleh tenaga fisioterapis (Irfan, 2010). Dalam intervensi fisioterapi metode yang paling sering digunakan untuk meningkatkan keseimbangan dinamis pada pasien stroke hemiparese adalah metode konvensional tetapi menurut beberapa literature dan penelitian Motor learning programme sangat baik diperuntukan pada pasien stroke hemiparese untuk meningkatkan keseimbangan dinamis (Janet, 2004).
3
Metode konvensional adalah metode yang digunakan dengan pemberian Infra Red (IR), Micro Waif Diatermy (MWD), dan terapi latihan menggunakan Range of Motion Exercise (ROM) yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot. MRP merupakan suatu program yang diperuntukkan untuk memperoleh kembali kontrol motorik melalui tugastugas motorik dengan prinsip latihan pemahaman tentang kinematika dan kinetika gerakan normal (biomekanika), kontrol dan latihan motorik (motor control and motor learning). Tujuan dari MRP yaitu untuk mengaktivasi otototot fleksid dan menginhibisi otot yang overaktif melalui tugas-tugas motorik, metode ini memberikan bukti/fakta bahwa pendengaran (auditory) atau penglihatan
(visual)
dapat
merangsang
kontraksi
otot
(khususnya
biofeedback) (Janet, 2004). Pada penelitian ini metode konvensional akan dikombinasikan dengan metode MRP karena sampai saat ini belum ada penelitian tersebut. Tetapi ada beberapa penelitian yang meneliti secara terpisah, salah satunya Pada metode konvensional tentang Pengaruh Empat Minggu Terapi Latihan Pada Kemampuan Motorik Penderita Stroke Iskemia mendapatkan peningkatan yang signifikan pada perbaikan kekuatan otot dan status fungsional pasien post stroke ischemic setelah diberikan terapi latihan selama empat minggu (Yulinda, 2009), adapun yang meneliti pada metode MRP tentang Pengaruh Peningkatan
Motor
Relarning
Programme
Terhadap
Peningkatan
Keseimbangan Berdiri Pada Pasien Stroke Hemiplegia mendapatkan intervensi MRP terbukti bermanfaat secara signifikan dalam meningkatkan
4
keseimbangan berdiri pada penderita stroke hemiplegia (Irfan, 2010). Berdasarkan beberapa literature mengatakan bahwa intervensi metode konvensional murni efektif dalam meningkatkan keseimbangan dinamis tetapi akan lebih efektif lagi jika dikombinasikan dengan metode MRP. 1.2 Rumusan Masalah Pasien hemiparese post stroke mengalami kelemahan otot sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan dinamis. Dari beberapa penelitian menyimpulkan metode konvensional baik digunakan dalam meningkatkan keseimbangan dinamis namun pada penelitian lain menyimpulkan bahwa MRP lebih cepat meningkatkan aktivitas fungsional dan keseimbangan dinamis akan tetapi, pada penelitian ini akan mengkombinasi MRP dan metode konvensional dan dibandingkan dengan metode konvensinal. Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah pemberian Kombinasi Motor Relearning Programme dengan metode konvensional lebih efektif dari pada metode konvensional dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pasien hemiparese post stroke? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah pemberian kombinasi Motor Relearning Programme dengan metode konvensional lebih efektif dari pada metode konvensional dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pasien hemiparese post stroke.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Penelitian ini diharapkan sebagai bahan referensi ilmiah bagi penelitipeneliti selanjutnya, sebagai bahan informasi atau masukan bagi institusi dan program-program kesehatan lainnya. 1.4.2 Manfaat praktis 1.
Penelitian ini kiranya bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan fisioterapi khususnya mahasiswa fisioterapi tentang kombinasi MRP dengan metode konvensional lebih efektif dari pada metode konvensional dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pasien hemiparese post stroke.
2.
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi tenaga medis lainnya bahwa fisioterapi mempunyai peranan penting dalam menangani gangguan keseimbangan dinamis pada pasien hemiparese post stroke.