BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya, menara ini dikenal dengan sebutan Menara Kudus atau Menara Mesjid Kuno Kudus. Akan tetapi menurut sumber literatur lama, bangunan ini diberi nama Candi Menoro atau Candi Kudus dengan wujud seperti yang terlihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Menara Kudus (Wikipedia, 2013) Sebuah mesjid terletak hampir berdampingan dengan Menara Kudus ini dan di belakang mesjid terdapat komplek makam yang dianggap keramat dan mendapat perhatian besar masyarakat setempat maupun pendatang. Seluruh komplek menara ini dikelilingi oleh pagar tembok yang terbuat dari batu bata yang memiliki beberapa pintu keluar masuk komplek, seperti yang terlihat pada Gambar 1.2. Secara singkat, Syafwandi (1985) menjelaskan situasi Menara Kudus sebagai berikut: 1
2
Menara Kudus, terletak di sebelah tenggara halaman komplek dan menghadap ke barat. Mesjid sendiri menghadap ke timur. Komplek mesjid atau biasa juga disebut komplek Makam Sunan Kudus dikelilingi rumah penduduk yang padat sekali, di antaranya banyak terdapat rumah – rumah adat yang disebut Pencu. Di sekitar rumah penduduk diselingi jalan sempit yang berfungsi sebagai batas rumah penduduk dan sekarang menjadi jalan umum. Hal tersebut memperlihatkan ciri perkampungan kuno. Hal ini pun telah disinggung oleh seorang sarjana Belanda, J.E. Jasper, memang di sekitar komplek menara ini terdapat Kota Kudus Kuno. Dari segi arsitektur, bentuk menara ini mengingatkan akan bentuk candi corak Jawa Timur. Hal tersebut didasarkan pada sejarah arsitektur pada masa-masa permulaan periode perkembangan agama Islam di Jawa Timur (periode Hindu yang diakhiri masa pemerintahan Majapahit) berpengaruh baik untuk arsitektur maupun pola hiasannya.
Gambar 1.2 Peta Situasi Menara Kudus (Syafwandi, 1985) Menara Kudus merupakan bangunan kuno hasil dari akulturasi antara kebudayaan Hindu-Jawa dengan Islam, bahkan unsur kebudayaan asli. Jasper mengatakan bahwa seni bias atau ukiran dan bangunan Menara Kudus menunjukkan tradisi seni bias dari bangunan Hindu Jawa Majapahit. Sucipto Wirjosuparto menghubungkan bentuk menara Masjid Kudus dengan Candi Jago. Hal ini terlihat
3
sekali pada ornamen tumpal pada susuman tangga yang mirip sekali dengan yang ada pada Candi Jago. Unsur Islam yang tampak adalah ornamen yang serba sederhana. Sedangkan unsur Indonesia asli tampak pada hiasan tumpalnya. Motif hiasan tumpal sudah ada sejak zaman pra sejarah di Indonesia. Bagian kaki menara yang terbawah terdapat tiga buah pelipit yang tersusun menjadi satu. Bagian tengahnya merupakan bagian yang menonjol. Sedangkan bagian kaki yang paling atas terdiri dan beberapa susunan yang makin ke atas makin melebar. Sebagai penyangga antara kaki bagian tengah dan atas terdapat sebuah komposisi pelipit. Seluruh bagian pada kaki menara menggunakan material yang merupakan pasangan batu bata merah tanpa perekat. Pada sisi barat terdapat konstruksi tangga menara yang mengarah keluar. Hiasan yang terdapat pada kaki menara antara lain hiasan pola geometris yang berbentuk segi empat. Di sudut kaki menara terdapat bidang polos berbentuk pilar. Sedangkan pada sebelah kiri dan kanan tangga terdapat hiasan bentuk tumpal berupa segi tiga sama kaki. Tubuh menara bagian bawah merupakan sebuah pelipit besar dan tinggi yang dibagi dua oleh sebuah bingkai tebal. Tubuh menara bagian tengah berbentuk persegi yang ramping. Sisi utara, timur, dan selatan terdapat relung-relung kosong. Pintu masuk ruangan ini terbuat dari kayu. Di dalam bilik ini terdapat tangga dari kayu terletak di tengah tengah ruangan, hampir tegak lurus menuju ke puncak menara. Tubuh menara bagian atas terdiri atas susunan pelipit-pelipit mendatar yang makin ke atas makin panjang dan melebar. Hiasan yang terdapat pada tubuh menara antara lain pola geometris, mangkok porselin bergambar dan dekorasi bergambar dan dekorasi bentuk silang yang penempatannya selangseling. Selain itu, terdapat tempelan benda berwujud piring yang berisi lukisan masjid, manusia dengan unta serta pohon kurma, dan lukisan bunga. Bagian puncak menara berupa ruangan mirip pendopo berlantaikan papan. Ruangan ini ditopang oleh empat buah tiang kayu yang bertumpu masuk pada lantai papan yang berlapis. Di antara dua tiang sebelah timur sekarang dipasang hiasan arloji yang cukup besar. Atap menara berbentuk limas bersusun dua dan di bagian puncaknya terdapat tulisan Arab “Allah”, sedangkan di bagian bawah atap menara tergantung sebuah bedug dan kentongan. Bedug berukuran panjang 138
4
cm dengan diameter 90 cm, sedangkan kentongan berukuran panjang 150 cm dengan diameter 130 cm. 1.2 Latar Belakang Gempa bumi yang sering terjadi di sekitar daerah Yogyakarta menimbulkan kerusakan pada banyak bangunan, bahkan menimbulkan korban jiwa. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tidak hanya pada bangunan modern seperti perkantoran maupun perumahan, tetapi juga merusak beberapa situs purbakala. Menara Kudus merupakan salah satu bangunan purbakala yang berada di sekitar daerah Jawa Tengah dan DIY yang berpotensi terkena pengaruh gempa yang sering terjadi. Berdasarkan konsep gaya gempa, semakin berat bangunan maka gaya gempa yang bekerja pada suatu bangunan akan semakin besar. Menara Kudus sebagai situs purbakala tentu saja memiliki massa yang sangat besar dengan konstruksinya yang hanya terdiri dari susunan batu bata, sehingga perlu dilakukan analisa untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gempa terhadap kestabilan struktur menara. Sejauh ini kerusakan yang terjadi pada Menara Kudus umumnya disebabkan oleh pengaruh cuaca dan beban gravitasi akibat berat sendiri menara. Namun pengaruh gempa yang terjadi tidak boleh diabaikan apabila bekerja terhadap kestabilan struktur menara. Tuntutan di masa mendatang juga akan menekankan analisa terhadap kekuatan struktur bangunan yang telah ada, sehingga tetap bisa dimanfaatkan sebagai bangunan modern dan dilestarikan sebagai bangunan kuno. 1.3 Rumusan Masalah Beradasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah stabilitas Menara Kudus akibat beban gempa berdasarkan SNI 1726:2012 ?
5
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui stabilitas Menara Kudus terhadap gaya gempa dengan analisis Respon Spektrum, sehingga diperoleh nilai displacement dan tegangan yang terjadi pada struktur Menara Kudus. 1.5 Manfaat Penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran perilaku Menara Kudus terhadap beban-beban yang bekerja pada strukturnya seperti beban mati, beban hidup, dan beban gempa. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data teknis yang mungkin berguna untuk restorasi atau perkuatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang. c. Penelitian ini juga diharapkan dapat menarik minat para peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang stabilitas situs purbakala lainnya mengingat banyaknya bangunan – bangunan kuno yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.
1.6 Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pemodelan dilakukan berdasarkan denah Menara Kudus, tidak mengikuti bentuk detail arsitektural. b. Dimensi dan ukuran yang digunakan mengacu pada data yang diperoleh dari gambar denah, tampak, dan potongan Menara Kudus pada buku Menara Mesjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur. c. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan Software SAP2000 V15.0.0. d. Analisis gempa dilakukan berdasarkan SNI 1726:2012. e. Pemodelan puncak menara dengan badan dan kaki menara dilakukan terpisah. Reaksi yang didapat dari tumpuan struktur atap pada puncak menara akan dijadikan beban mati pada struktur di bawahnya. f. Beban yang diberikan pada struktur atap meliputi berat sendiri struktur, beban mati tambahan, beban hidup, beban hujan, dan beban angin. Sementara beban yang diberikan pada struktur badan dan kaki menara
6
berupa beban dari struktur atap, berat sendiri struktur, beban mati tambahan, beban hidup, dan beban gempa. g. Data-data karakteristik penyusun menara seperti berat jenis, modulus elastisitas, dan angka poisson batu bata dianggap seragam. h. Ukuran batu bata mengikuti grid system dan special joints pada perangkat lunak SAP2000, tidak mengikuti ukuran masing-masing batu bata seperti pada kondisi asli di lapangan. i. Struktur ditinjau dengan karakteristik tanah yang diambil dari hasil investigasi geoteknik ruas jalan Trengguli-Jati, Kabupaten Kudus.