BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latarbelakang
1.1.1. Prospek Industri Furniture di Indonesia Industri furniture merupakan salah satu sektor industri yang terus berkembang di Indonesia. Kebutuhan akan produk-produk dari industri mebel terus meningkat karena sektor industri ini memberikan desain interior serta nilai artistik yang dapat memberikan kenyamanan sehingga dapat menunjang berbagai aktifitas. Mebel Indonesia kini juga berperan penting sebagai sumber devisa bagi negara karena peminat produk tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Keadaan ini membuat para produsen mebel bersaing untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen.
Gambar 0.1 Furniture Indonesia banyak diminati oleh orang luar. Sumber: http://semarang.solopos.com/
Amerika yang menjadi pasar utama ekspor produk ini sudah mulai membaik dibanding waktu sebelumnya. Diakuinya pula sejumlah negara di Eropa juga sudah mulai menunjukkan perbaikan dalam perekonomiannya. Masuknya kawasan Eropa Timur dalam pasar Uni Eropa juga membantu pemulihan ini. Ekspor produk furniture Indonesia pun sejak berapa tahun lalu mulai menguat dalam kawasan baru 1
ini. Pertumbuhan di kawasan Asia dan Timur Tengah juga ternyata mampu menyerap produk-produk furniture dan kayu olahan Indonesia dalam berapa tahun terakhir. Jepang dan Korea memang masih menjadi tujuan utama ekspor produk kayu olahan negeri ini. Pasar China juga cukup menggiurkan terutama pasar kelas menengah dan atasnya. Pasar di negara-negara Islam Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait juga sudah mulai dimasuki dalam berapa tahun terakhir. Hanya saja tidak seperti Malaysia yang mampu memanfaatkan hubungan berdasarkan kesamaan religi, industri mebel Indonesia lebih mengandalkan pada kualitas dan daya saing produk. Adanya dukungan penuh dari pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko Widodo terhadap pengembangan industri mebel dan kerajinan nasional agar memiliki daya saing yang tinggi di era perdagangan bebas dunia saat ini membuat kalangan industri mebel dan kerajinan yang tergabung dalam AMKRI optimistis dengan masa emas pertumbuhan industri mebel dan kerajinan nasional dalam 5 tahun ke depan tumbuh 5 milyar dolar AS.1 Melalui Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, pemerintah menegaskan komitmennya untuk menumbuhkembangkan industri mebel dan kerajinan nasional yang antara lain dengan melakukan pendampingan bagi pelaku usaha ini untuk memuluskan ekspor produknya sekaligus memetakan cara untuk menandingi efisiensi industri mebel Vietnam. Kepada para pelaku industri mebel dan kerajinan, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel minta agar kita melihat hambatan apa yang ada dan apa yang harus diubah sehingga terjadi peningkatan ekspor. Kementerian Perdagangan menargetkan untuk menjadikan furniture dan craft sebagai salah satu tulang punggung untuk mencapai pertumbuhan target ekspor 300% dalam 5 tahun. “Mulai sekarang, yang harus kita lihat ketika mengejar target ekspor adalah melihat berapa kontribusi produk Indonesia terhadap total
1
http://www.amkri.org/
2
pasar dunia. Dari situ, kita bisa memetakan cara untuk mengejar ketertinggalan yang harus dicapai pada 2019,” katanya.
Gambar 0.2 Bahan baku furniture. Sumber: http://anekafurniturejepara.com/
Target Kementerian Perdagangan dalam jangka pendek adalah menekan biaya produksi antara 20% sampai 30%. Salah satu caranya adalah dengan membangun trading house untuk menyediakan bahan baku sehingga bisa mengurangi ongkos produksi lebih dari 20%. Kementerian Perdagangan mendorong PT. Sarinah (Persero) sebagai trading house yang dapat juga berfungsi sebagai design center untuk produk-produk ekspor. Hal tersebut, katanya, akan mempengaruhi penurunan ongkos produksi. Mendag juga akan menggunakan atase perdagangan untuk mencari pasar di luar negeri. Selain itu, peran ITPC juga akan dimaksimalkan sebagai instrumen pemasaran. Saat ini Kementerian Perindustrian tengah berkonsentrasi dalam pengembangan industri mebel dan kerajinan nasional, terutama yang dikelola industri kecil dan menengah (IKM) agar memiliki daya saing yang tinggi di era perdagangan bebas dunia saat ini. Industri mebel dan industri lainnya berbasis kayu merupakan salah satu industri prioritas yang akan dikembangkan Kemenperin, karena selain menyerap tenaga kerja banyak, bahan bakunya pun melimpah di dalam negeri. Selain itu kelompok industri barang kayu dan hasil hutan juga memberi kontribusi pertumbuhan industri nasional yang sangat signifikan. 3
1.1.2. Kebutuhan Furniture Dalam Negeri
Gambar 0.3 Pekerja sedang menyelesaikan produk furniture di bengkel kerjanya. Sumber: http://krjogja.com/
Ternyata tersedianya barang-barang furniture dan kualitas furniture di pasaran masih belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri dan permintaan ekspor dari negara lain. Kemampuan produsen nasional dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan dalam jumlah banyak, harus benarbenar dibuktikan. Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri mebel. Apalagi sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor Tanah Air. Menurut Ambar Tjahyono mantan ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo), prosentase ekspor industri furniture di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Peran industri kerajinan furniture juga sangat dirasakan dalam tata kehidupan masyarakat setempat karena membarikan kesempatan kerja dan pendapatan. Oleh karenanya, industri ini menjadi sangat penting, bahkan memiliki peranan yang sangat berarti bagi perekonomian Negara.
4
Gambar 0.4 Presiden Joko Widodo mengamati furniture disalah satu stan pameran Sumber: http://vibizmedia.com/
Konsumen juga merupakan salah satu hal penting dalam industri furniture ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli suatu produk adalah kualitas. Kualitas produk yang baik akan meningkatkan loyalitas pelanggan serta mampu menjaga persaingan dengan para kompetitor. Untuk itu para produsen selalu berupaya untuk bisa melakukan proses produksi yang baik sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi konsumen. Pengujian kualitas produk dapat dilakukan dengan mengukur karakteristik kualitas produk. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar kualitas sesuai dengan spesifikasi konsumen adalah pengontrolan proses produksi. Faktor produktivitas yang tinggi, efisiensi dan efektivitas menjadi kata kuncinya. Alur produksi dari bahan baku menjadi produk furniture harus efisien dan efektif. Penataan ruang kerja atau workshop furniture menjadi sangat penting kaitannya dengan meningkatkan produksi furniture. Perletakan alat-alat produksi juga akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas kerja dalam proses produksi furniture.
5
1.1.3. Kebutuhan Media Pemasaran Furniture Produk furniture yang memiliki prospek internasional juga harus memiliki metode pemasaran berkelas internasional pula. Metode pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan media internet, melalui iklan di media masa, membuat katalog atau majalah khusus, dan juga dapat menggunakan metode ruang berupa pameran atau showroom.
Gambar 0.5 Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX). Sumber: http://industri.bisnis.com/
Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) pada bulan Maret 2015 adalah pameran kedua yang diselenggarakan AMKRI yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan PT. Dyandra UBM Internasional sebagai event organizer. Pameran ini dirancang sebagai pameran mebel dan kerajinan terbesar di Indonesia dan di kawasan regional yang diikuti oleh hampir seluruh pelaku utama industri mebel dan kerajinan nasional. IFEX 2015 diikuti oleh lebih dari 700 perusahaan mebel dan kerajian yang menempati lahan seluas 60,000 sqm gross di JIExpo Kemayoran Jakarta. Pameran ini menampilkan produk inovatif dengan desain terbaru dari masing-masing perusahaan. Pada pelaksanaan IFEX 2014 dan 2015 didukung penuh oleh instasi Pemerintah seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah, 6
serta stakeholder nasional. Pameran ini juga diikuti oleh peserta dari mancanegara seperti Tiongkok, Taiwan, Belgia, Perancis, Amerika Serikat, Italia, Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, Belanda dan Austria. Di pameran ini digelar pula 70 karya desain baru yang dihasilkan
dari Desainer Muda Indonesia dan telah
mendapat appresiasi yang luar biasa
dari pengunjung lokal maupun buyer
mancanegara serta para produsen terkemuka di Indonesia yang telah berhasil melakukan kolaborasi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan tim ahli, produk mebel yang paling banyak diminati pada IFEX 2014 adalah produk mebel dan kerajinan berbasis rotan, outdoor furniture, bedroom, living room dan dining room, office furniture dan classic furniture, serta home deco. Sementara buyer/visitor lebih dari 120 negara yang hadir di IFEX 2014
tercatat adalah berasal dari Australia,
Tiongkok, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, India, Belanda, Perancis, Jerman, Inggris, Timur Tengah dan negara-negara lainnya yang berjumlah lebih dari 6.000 buyers dari mancanegara. Diselenggarakannya pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) pada 12-15 Maret 2015 telah mendorong tumbuhnya inovasi dan kreativitas produsen mebel dan kerajinan nasional sehingga dapat menghasilkan produkproduk unggulan yang memiliki nilai tambah optimal dan dapat menjadi market leader di pasar global. Di sisi lain, akan terbangun citra positif di tingkat internasional bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil produk mebel dan kerajinan terbaik di dunia.2 Dari berita diatas, terlihat begitu pentingnya kebutuhan akan sebuah media berupa showroom yang akan berdampak besar terhadap pemasaran produk tersebut. Sebuah showroom dapat digunakan untuk menjual atau memamerkan produk barang-barang furniture, sehingga pengunjung yang datang dapat lansung melihat kualitas produk yang ada dan bisa langsung membeli atau memesan setelah
2
http://www.amkri.org/
7
mengunjungi showroom. Sebuah showroom juga bisa memberikan identitas tersendiri bagi industri furniture tersebut. Sehingga melalui media showroom ini akan meningkatkan pendapatan. 1.1.5. Potensi Kabupaten Bantul Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi DIY, Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang memiliki prospek industri menjajikan. Kabupaten Bantul memiliki beberapa slogan, yang salah satunya adalah “Produktif – Profesional”. Yang dapat diartikan bahwa sumber daya daerah, baik sumber daya alam maupun manusia memiliki potensi yang baik sehingga dapat memberikan andil yang besar terhadap pembangunan dan pendapatan daerah, dan juga professional sehingga benar-benar ahli di bidangnya masing-masing.3
Gambar 0.6 Plang kawasan industri di Piyungan, Bantul. Sumber: http://gulalives.com/
Sektor industri yang tersebar di Kabupaten Bantul sangat bervariasi. Jenis industri yang diinventarisasi meliputi Industri Logam Mesin, Industri Kimia, Aneka Industri, Industri Hasil Pertanian, dan Kehutanan. Pengelompokan jenis industri tersebut mulai diterapkan pada tahun 1995 atau pada saat bergabungnya Departemen Perindustrian dan Perdagangan.. Secara umum industri yang terdapat
3
http://inspirationandsolutionforfuture.blogspot.com
8
di Kabupaten Bantul merupakan industri kecil, sedangkan untuk industri besar jumlahnya tidak banyak. Produk industri yang dihasilkan Kabupaten Bantul sudah dapat menembus pasar internasional. Jenis produk yang yang sudah dapat diekspor di antaranya adalah produk tekstil, gerabah/keramik, mebel, berbagai macam hasil kerajinan, sayuran, minyak wangi, sepatu olah raga, malam parafin dan lain-lain. Adapun negara tujuan ekspor di antaranya Jerman, Spanyol, Afrika Selatan, dan Belanda.4 Tabel 0-1 Jumlah Industri Kecil dan Menengah Tahun Sektor
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Tahun 2012
Unit Usaha
18,179
18,198
18,214
18,235
18,235
Tenaga Kerja (orang)
81,855
81,886
81,915
81,938
81,938
Sektor Industri
Nilai Investasi (Rp000)
488,741,200
488,835,400
488,841,500
488,862,200
488,862,200
Nilai Produksi (Rp000)
200,129,380
400,330,880
600,320,900
800,295,400
800,295,400
Nilai Tambah (Rp000)
127,325,120
254,701,250
382,065,300
509,495,600
509,495,600
Sumber : Dinas Perindagkop, 2011
4
http://www.bantulkab.go.id/
9
Tabel 0-2 Tabel Perkembangan Industri Menengah di Kabupaten Bantul Tahun Uraian 2009
2010
Unit Usaha
18.014
18.119
Tenaga Kerja
80.986
81.705
Nilai Produksi (ribuan)
783.503.680
799.540.000
Nilai Tambah (ribuan)
494.735.020
509.261.000
Nilai Investasi (ribuan)/div>
365.087.700
488.675.000
82
25
183
576
Nilai Produksi (ribuan)
3.212.000
100.448.000
Nilai Tambah (ribuan)
6.071.860
102.562.000
Nilai Investasi (ribuan)/div>
2.836.460
100.584.000
6
2
301
124
Nilai Produksi (ribuan)
49.407.200
247.000.000
Nilai Tambah (ribuan)
31.217.880
170.435.000
Nilai Investasi (ribuan)/div>
13.866.200
124.000.000
Industri Kecil
Industri Menengah Unit Usaha Tenaga Kerja
Industri Besar Unit Usaha Tenaga Kerja
Sumber: Dinas Peindagkop Bantul 2014
10
Tabel 0-3 Produk Unggulan Kabupaten Bantul NO
KOMODITI
2007
2008
VOLUME
NILAI (US
VOLUME
NILAI (US
(Kg)
$)
(Kg)
$)
1.
Mebel Kayu
2.166.927,79
3.872.204,41
2.228.618,62
4.964.054,16
2.
Kerajinan
1.783.428,67
4.106.502,06
1.550.952,45
4.038.443,24
160.057,63
1.895.054,47
106.894,12
1.295.852,15
1.631.780,52
1.329.393,63
1.251.015,25
1.391.782,19
Kertas 3.
Tas Benang Nylon
4.
Kerajinan Batu Alam
5.
Kerajinan Kayu
599.809,26
1.876.362,12
655.672,24
2.141.580,24
6.
Kerajinan Kulit
37.567,04
1.054.127,94
36.480,25
794.150,24
Sumber: Disperindagkop Kabupaten Bantul 2012 Tabel 0-4 Komoditas Industri Terpilih di Kabupaten Bantul Tahun 2011
Kel. Ind
Unggulan: Pakaian Jadi
Kerajinan Kertas
Tenag a Kerja (Org)
Ekspor % Total Eksp or
KBL I
Lokasi Kec
1810 1
Bantul Kasiha n Sewon Btapan
100
1.470
14,15 3
47%
90
3610 1
Dlingo Kasiha n Sewon Bantul Pleret
100
2.307
4,407
3%
110
1721 1
Bantul Sewon Kasiha n Btapan
100
1.229
3,942
2%
150
2101 9
Kasiha n
90
684
2,648
1%
10
100
1.312
1,387
0,9%
110
Mebel Kayu
Andalan: Produk Tekstil Lainnya
Baha n Baku Loka l (%)
Diunggunlk Kasiha an: n Kerajinan Piyung Batu dan an Gerabah Imogiri Sumber: Disperindagkop, 2012
Nilai (US$ Juta)
Growt h (%)
Negar a Tujua n USA, Jerman , Prancis , Turki Beland a, Korea, Amerik a, Jerman , Turki Usa, Jerman , Prancis , Turki Korea, Beland a, Prancis , Turki Beland a, Jerman , USA
Tren d
Naik
Naik
Naik
Naik
Naik
Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa komoditi produk mebel kayu merupakan produk unggulan nomor satu yang dimiliki kabupaten bantul. Bahkan 11
nilainya meningkat dari tahun 2007 ke 2008. Hal ini menunjukan bahwa industri mebel
kayu
merupakan
komoditi
yang
sangat
menguntungkan
untuk
dikembangkan. Pada tahun 2015 ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul telah menyiapkan 500 hektare lahan untuk dijadikan kawasan peruntukan industri. Kawasan tersebut berada di Kecamatan Piyungan, Sedayu, dan sebagian Pajangan. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sulistyanta, mengungkapkan satu kawasan peruntukan industri terdiri dari tiga kawasan industri. Untuk wilayah Piyungan, sudah ada tanah seluas 122 hektare yakni di Srimulyo dan Sitimulyo yang siap untuk dijadikan kawasan industri. Sebenarnya, masterplan untuk kawasan industri di Piyungan seluas 330 hektare. Namun rupanya, lahan yang siap tidak sampai 50 persen dari yang direncanakan. Selain tanah kas desa, lahan untuk kawasan peruntukan perindustrian terdiri dari Sultan Ground (SG) dan juga tanah warga. Adapun tanggung jawab untuk membebaskan lahan yang akan ditempati menjadi kewenangan investor. Pemerintah hanya menentukan rencana detil wilayah mana saja yang dapat dijadikan kawasan industri. Ia juga memastikan lahan yang tersedia saat ini bukan merupakan lahan hijau. Adapun kawasan industri di Sedayu dan Pajangan mencapai 200 hektare. Menurut Sulis, perusahaan yang memilih mendirikan di Piyungan memproduksi barang dengan polutan tinggi, sedangkan Sedayu non polutan. Bila Bantul sudah memiliki kawasan peruntukan industri, maka pemerintah tak perlu lagi repot-repot menawarkan pada investor mengenai potensi yang ada di Bantul.5
5
http://jogja.tribunnews.com/ 12
1.1.6. Limbah Industri Furniture Industri furniture atau mebel adalah salah satu bentuk industri yang bergerak di bidang perkayuan. Dimana dalam hal ini pasti juga akan menghasilkan berbagai jenis limbah dalam pengolahannya. Bagi masyarakat Indonesia limbah merupakan sesuatu yang sangat kurang pengelolaannya, kesalahan dalam mengelola akan menyebabkan limbah semakin berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan dan bahaya penyakit bagi masyarakat, contohnya pencemaran lingkungan terutama pencemaran pada air yang pada akhirnya menyebabkan banjir disaat musim hujan. Limbah yang biasanya muncul dari industri mebel antara lain adalah limbah kayu, limbah bahan pelitur, dan limbah tiplek yang berasal dari bahan dasar pohon. Semakin banyak jumlah pengangguran masyarakat di Indonesia maka semakin banyak pula muncul berbagai industri-industri rumah tangga yang dapat menyerap banyak penganguran yang mewabah di Indonesia. Misalkan limbah tiplek, limbah industri mebel dipandang oleh masyarakat sebagai bahan yang sudah tidak bisa dimanfaatkan, sehingga untuk memaksimalkan pemanfaatan yang memiliki nilai jual dan seni tinggi, diperlukan kreatifitas dalam membentuk kerajinan tangan tersebut. Atas dasar hal tersebut, maka muncullah gagasan untuk memanfaatkan limbah tiplek yang tidak dimanfaatkan menjadi lebih bermanfaat. Dalam proses pembuatan kerajinan tangan berbahan limbah pabrik mebel sangatlah mudah dan sederhana, sehingga dapat dengan mudah diproduksi dalam jumlah yang banyak. Selama ini limbah pabrik mebel hanya dibuang atau dibakar karena dianggap sudah tidak bermanfaat, padahal limbah pabrik mebel mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual dan seni tinggi seperti hiasan perabotan rumah tangga, mainan anak dan lain - lain. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut ialah dengan memberikan kreasi pada sisi bentuk ( form ), penampilan ( style ), dan promosi ( promotion ).
13
Namun hingga saat ini, pengolahan limbah mebel yang berupa potonganpotongan kayu masih sangat sedikit meskipun sebenarnya jika diolah dengan baik, limbah kayu tersebut dapat dirubah menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis. Oleh karena itu, pengolahan mebel dapat dijadikan sebagai peluang wirausaha. Salah satu bentuk pemanfaatan limbah mebel menjadi produk bernilai ekonomis, yaitu dengan pembuatan kerajinan dari potongan kayu limbah mebel. Bentuk kerajinan kayu tersebut dapat berupa sabak, tempat pensil, piring saji, dan banyak alternatif lain. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topik hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut. Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industriindustri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat.
14
1.2.
Rumusan Permasalahan
1.2.5. Permasalahan Umum -
Kurangnya industri furniture dalam memenuhi permintaan produk furniture baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
-
Dukungan pemerintah dan presiden untuk meningkatkan industri mebel.
-
Kebutuhan akan showroom untuk meningkatkan penjualan dan menarik perhatian konsumen terhadap produk furniture.
-
Bangunan industri furniture yang lebih besar untuk meningkatkan produksi.
-
Pengolahan limbah industri furniture.
1.2.6. Permasalahan Khusus -
Membuat konsep perancangan bangunan industri khususnya workshop furniture dengan layout ruang yang fleksibel dan efisien.
-
Membuat konsep perancangan bangunan showroom furniture sebagai media pemasaran yang menarik bagi pelanggan.
-
Bagaimana konsep perancangan bangunan industri yang memiliki fungsi produksi dan fungsi pemasaran sehingga memiliki program ruang dan sirkulasi yang baik antara dua fungsi yang berbeda?
-
Membuat konsep perancangan bangunan workshop dan showroom sehingga tercipta tata ruang, penghawaan, serta pencahayaan yang baik dan hemat energi, sehingga dapat berdampak positif terhadap lingkungan.
15
1.3.
Tujuan dan Manfaat
1.3.1.
Tujuan
-
Menyusun konsep dasar perancangan arsitektur untuk bangunan workshop furniture dan showroom yang saling terintegasi dan mampu menjalankan fungsi masing-masing atau secara bersamaan.
-
Mengidentifikasi masalah dalam merancang bangunan workshop furniture dan showroom furniture terhadap penggabungan dua fungsi ruang yang berbeda dapat terintergrasi dan tidak mengganggu fungsi ruang satu sama lain.
-
Menghasilkan konsep perancangan bangunan industri yang dapat memenuhi permintaan produksi, menciptakan media pemasaran produk, membantu pemerintah untuk meningkatkan perekonomian nasional, dan membuka lapangan kerja.
-
Menggali potensi Kabupaten Bantul, khususnya dalam bidang industri furniture kayu.
1.3.2. Manfaat Manfaat dilakukannya penulisan penelitian ini adalah agar penulis dapat memahami lebih jauh mengenai teori dan perancangan bangunan industri menengah dan komersial, serta dapat mengetahui tentang kebutuhan, pola, dan hubungan antar ruang.
1.4.
Metoda
1.4.1. Studi Literatur Mempelajari teori mengenai prinsip-prinsip, standart dan penataan ruang bangunan industri dan showroom furniture, melalui studi literatur. Buku, tulisan atau penelitian, serta peraturan-peraturan yang ada untuk mendapatkan data.
1.4.2. Observasi Pengamatan langsung terhadap bangunan industri yang sudah ada untuk mendapatkan data terkait permasalahan yang diangkat. 16
1.4.3. Analisis Tinjauan mengenai tipologi-morfologi, standart, criteria, dan syarat implementasi desain yang baik pada bangunan workshop dan showroom. Analisis dilakukan secara kuantitatif maupun kualitaif. Analisis kualitatif adalah analisis yang menggunakan deskripsi ataupun uraian-uraian yang mengandung kekuatan argumentasi. Sementara analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan hasil-hasil perhitungan. Analisis ini dilakukan berdasarkan landasan teori dan berisi upaya untuk menguraikan masalah berdasarkan data yang didapat.
1.4.4. Sintesis Sintesis data dilakukan terhadap data kondisi eksisting yang ada di area internal dan eksternal. Pengembangan, permasalahan yang terjadi di perkotaan, data mengenai kasus-kasus serupa, serta terhadap standart dan teori untuk menjadi dasar dalam penyusunan konsep.
1.4.5. Penyusunan Konsep Penyusunan konsep adalah tahap mengumpulkan semua penyelesaian atas permasalahan yang ada. Menghasilkan sebuah konsep yang dapat menjawab isuisu efektifitas ruang, zonasi, dan sirkulasi untuk bangunan workshop dan showroom yang nantinya akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk furniture.
1.5.
Keaslian Penulisan Selama penulisan ditemukan adanya beberapa contoh penulisan lain dengan
tema yang hampir sama di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Beberapa contoh penulisan mengambil studi kasus workshop dan showroom namun berbeda dalam hal permasalahan dan pendekatan yang diangkat. Untuk menunjukan keaslian penulisan laporan ini maka diperlukan adanya perbandingan dari beberapa penulisan yang berkaitan dengan tema yang diangkat pada penulisan ini, antara lain: 17
-
Pintaloka, Rindang (2012), Workshop dan Galeri Kerajinan Industri Furniture Sintetik Daur Ulang di Bantul Yogyakarta Dengan Penekanan Ramah Lingkungan, JUTAP-FT UGM.
-
Noviannendra, Bobby (2014), Perancangan Pusat Modifikasi Roda Dua dan Showroom di Yogyakarta, JUTAP-FT UGM.
-
Andini, Winda (2013), Integrasi Patiseri, Galeri dan Workshop Pastry di Kota Balikpapan, JUTAP-FT UGM.
18
1.6.
Kerangka Pemikiran LATAR BELAKANG Prospek Industri Mebel di Indonesia
UMUM Dukungan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan system pemasaran industri furniture yang semakin banyak peminatnya
KHUSUS
MASALAH
KHUSUS
UMUM Meningkatkan produksi industri furniture dan meningkatkan ekonomi Indonesia
Bangunan industri dengan penataan ruang efektif dan efisien yang terintegrasi dengan media pemasaran berupa showroom
TUJUAN
ANALISA DAN PENDEKATAN
Mendesain bangunan industri yang efisien dan efektif dan showroom yang terintegrasi
KONSEP Gambar 0.7 Kerangka pemikiran. Sumber: Analisa pribadi
19
1.7.
Sistematika Penulisan
-
Bab I Pendahuluan Berisi tentang latar belakang dan permasalahan bangunan workshop furniture dan showroom, serta tujuan, sasaran, metode pembahasan, dan kerangka berpikir yang digunakan.
-
Bab II Kajian Teori Berisi kajian teori mengenai industri furniture kayu, bangunan industri furniture, dan showroom furniture beserta presedentnya.
-
Bab III Kajian Lapangan Berisi data-data tentang site yang akan digunakan, dalam kasus ini adalah Kabupaten Bantul, sebagai objek perancangan.
-
Bab IV Analisis Mengulas analisis tentang Kabupaten Bantul dan lokasi site perancangan, dan prinsip-prinsip desain yang digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan konsep.
-
Bab V Konsep Berisi tentang penerapan konsep sesuai analisa dan prinsip-prinsip desain, dan pengembangan desain yang direncanakan.
20