BAB I PENDAHULUAN
A. latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku dan akhlak seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Semula anak belum tahu perhitungan, setelah memasuki dunia pendidikan sedikit banyak mengetahui. Kemudian dengan bekal ilmu tersebut, mereka memiliki wawasan luas dan diterapkan ke hal tingkah laku ekonomi. Begitu pula apabila siswa diberi pelajaran akhlak, maka siswa mengetahui bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptanya (Tuhan).1 Dengan demikian, strategis sekali di kalangan pendidikan dijadikan pusat perubahan perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju ke perilaku yang baik. Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan untuk bisa dijadikan agen perubahan sikap dan perilaku manusia. Perilaku serta akhlak dari para pelajar atau remaja saat ini sangatlah memprihatinkan, tingkah laku dari seorang siswa kini sudah jarang mencerminkan sebagai seorang pelajar. Diantara mereka cenderung bertutur kata yang kurang baik, terkadang mereka bertingkah laku tidak sopan dan tidak lagi patuh terhadap gurunya. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh
1
Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung:CV Pustaka Setia, 2007), 109
1
49
kondusif tidaknya pendidikan akhlak yang mereka dapatkan, baik dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga adalah lingkungan utama yang memiliki faktor penting dalam membentuk pola perilaku seorang anak dengan melalui perhatian, kasih sayang serta penerapan akhlak yang baik dari orang tua tehadap anaknya. Namun kadang kala pendidikan akhlak itu tidak cukup diajarkan di lingkungan keluarga saja, karena tidak setiap orang tua mampu memberikan perhatian serta contoh perilaku yang baik terhadap anaknya. Terlepas dari itu peran sekolah sebagai wahana dalam penyampaian pengajaran dan pendidikan serta sebagai lembaga formal turut mempengarui pula tingkat perkembangan akhlak seorang anak dan juga diharapkan mampu mentransfer berbagai disiplin ilmu, akhlak dan keahlian serta diharapkan dapat menciptakan manusia yang menguasai iptek juga manusia yang memiliki imtak, yaitu manusia yang unggul secara intelektualitas, sosialitas dan keimanan.2 Akhlak adalah sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia.3 Akhlak bertujuan menjadikan manusia orang yang berkelakuan baik terhadap Tuhan, manusia dan lingkungannya.4menghadapi keburukan akhlak yang menggunakan sarana modern, harus juga memakai alat dan cara modern untuk mengatasinya. Tentu saja, normanya tetap berdasarkan ajaran agama. Sedangkan teknik pendidikan dan penanggulangannya harus disesuaikan 2
http://educare.e-fkipunla.net/index.php?option=com content&task=view&id=52&Itemid=13 diakses 23 Juni 2009 3 Mohammad Daud Ali, pendidikan Agama Islam(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 351 4 Asmaran As, Pengantar Studi Akkhlak(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002), 57
50
dengan bentuk penyimpangan (keburukan akhlak) yang dihadapinya. Misalnya, penanggulangan kenakalan remaja berupa penggunaan obat bius (narkotika), harus bekerja sama antara pihak penegak hukum, psikiater, dan ahli agama dengan penggunaan metode yang tepat guna. Maka dapat dikatakan bahwa persoalan akhlak masa kini harus diatasi pula dengan cara (terkini) masa kini.5 Agar seseorang memiliki budi pekerti yang baik, maka upaya yang dilakukan adalah dengan cara pembiasaan sehari-hari. Dengan upaya seperti ini seseorang akan nampak dalam perilaku sikap yang mulia dan timbul atas faktor kesadaran, bukan karena adanya paksaan dari pihak manapun. Jika dikaitkan dengan kondisi di Indonesia saat ini, maka akhlak yang baik akan mampu menciptakan bangsa ini memiliki martabat yang tinggi di mata Indonesia sendiri maupun Negara lain. Dengan demikian mempelajari akhlak akan dapat diketahui betapa luhurnya dan mulia ajaran Islam di bidang akhlak, dan dengan begitu akan banyak manfaat yang diambil. Karena itu setiap muslim perlu sekali memiliki dan mempelajarinya.6 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI MI
MA’ARIF LENGKONG SUKOREJO PONOROGO”.
5 6
Mustofa, Akhlak Tasawuf(Bandung:CV Pustaka Setia, 2007), 21 Humaidi Tatapangarsa. Akhlak yang mulia(Surabaya: PT bina Ilmu, 1980), 6
51
B. Fokus Penelitian Nilai akhlakul karimah bagi setiap individu memang harus ditanamkan sejak dini. Ini diperlukan agar setiap individu bisa membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk. Karena akhlak merupakan fondasi terpenting dalam segi kehidupan. Disamping orang tua sebagai orang tua tunggal, guru(khususnya guru agama)menjadi orang tua kedua bagi anak dalam menanamkan akhlakul karimah. Di dalam penelitian ini difokuskan untuk meneliti pelaksanaan pendidikan akhlak siswa MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, maka penulis akan merumuskan beberapa masalah diantaranya: 1.
Bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Ma’arif
Lengkong Sukorejo Ponorogo? 2.
Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan pendidikan akhlak di MI
Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo? 3.
Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan
akhlak di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
52
1.
Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pelaksanaan pendidikan
akhlak siswa-siswi di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo. 2.
Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan
pendidikan akhlak siswa-siswi di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo. 3.
Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan faktor-faktor pendukung
dan penghambat dalam pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat praktis a. Bagi sekolah Adapun manfaat dari penelitian ini untuk sekolah adalah sebagai bahan acuan untuk meningkatkan mutu guru agama dalam rangka meningkatkan perjuangannya untuk membudayakan akhlakul karimah yang merupakan tujuan pokok dalam pendidikan agama Islam dijadikan sebagai pedoman hidup. b. Bagi tenaga pendidik Yaitu dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran terhadap guru agama agar dapat menerapkan nilai moral kepada anak didik dalam mengatasi krisis moral yang dialami sebagian anak didik pada masa sekarang ini. c. Bagi orang tua
53
Khusus bagi orang tua penelitian ini bermanfaat agar mereka selalu mengawasi perkembangan putra dan putrinya dalam pergaulan dan menyongsong zaman yang semakin modern dan global ini, agar mereka tidak terkena dampak negatif yang bisa merusak akhlak mereka yang merupakan pondasi terpenting dalam kehidupan yang akan datang.
F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian di gunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif(prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapt diamati). Adapun menurut Kirk dan Miller adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
terhadap
manusia
dalam
kawasannya
sendiri
dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.7 Dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu sebuah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai
aspek
seorang
individu,
suatu
kelompok,
suatu
organisasi(komunitas), suatu program, atau situasi sosial. Jadi peneliti harus
sering
menggunakan
metode:
wawancara(riwayat
hidup),
pengamatan, penelaahan dokumen, (hasil)survey, dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terperinci. 7
Margono,Metodologi Penelitian Pendidikan(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 36
54
2.
Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.8 Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument lainnya sebagai penunjang. 3.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo. Tepatnya di Jalan Al-Basyariah Lengkong Sukorejo Ponorogo. MI (Madrasah Ibtidaiyah) adalah pendidikan yang sederajat dengan pendidikan dasar/SD. Status MI Ma’arif Lengkong Sukorejo mendapat pengakuan kewajiban Djawatan Pendidikan Agama Kementerian RI dengan piagam nomor : K/4/C-2/7368 tanggal 1 April 1960, kemudian pada tahun 1998 berubah status menjadi diakui berdasarkan SK Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Ponorogo nomor : Mm. 04/05/PP.03.2/IIII/1998 tanggal 16 Pebruari 1998. nomor Statistik Madrasah (NSM) 112350215051 dan Nomor Identitas Sekolah (NIS) 110030 berdasarkan Sertifikat Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Nomor : 421/1228/405.43/2003 tanggal 5 Mei 2003. dan yang terakhir telah terakreditasi No. B/kk/13.4/m/1678/2005 tertanggal 12 Oktober 2005 B (baik). Adapun yang terkait dengan mutu pendidikan, MI Ma’arif mendapat pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Hal ini dibuktikan 8
Lexy Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif Edisi Revisi(bandung: PT Remaja Rosda karya,2005),.163
55
dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang semakin signifikan dari tahun ke tahun, padahal MI Ma’arif Lengkong dikelilingi oleh SD dan MIN, tetapi dengan adanya peningkatan kualitas terhadap anak didik hal itu tidak terlalu berarti atau menjadi penghalang bagi MI Ma’arif Lengkong dalam perekrutan siswa baru. Adapun proses KBM (kegiatan belajar mengajar) dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB. 4.
Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan sebagai sumber utama, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. 5.
Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik ini penting digunakan, sebab bagi peneliti kualitatif, fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara yang mendalam dan observasi mendalam pada latar di mana fenomena tersebut berlangsung. Di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi(tentang bahan-bahan yang tertulis oleh peneliti tentang subyek). a.
Teknik Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan,
berdasarkan
tujuan
56
tertentu.9 Wawancara
itu bermacam-macam jenisnya, diantaranya
adalah: (a) Wawancara berstruktur:teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa
yang
akan
diperoleh,
(b)
Wawancara
tidak
berstruktur:wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.10 Dalam penelitian ini orang yang akan diwawancarai adalah pimpinan dan guru agama MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara ini dinamakan transkip wawancara. b.
Tehnik Observasi
Observasi sebagai tehnik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan tehnik yang lain. Observasi diartikan sebagai pengamat dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.11 Hasil
observasi
dalam
penelitian
ini
dicatat
dalam
catatan
lapangan(CL), sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Karena dalam penelitian kualitatif, 9
Dedy mulyana, metodologi Penelitian kualitatif(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), 180 10 Sugiyono,Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung:Alfabeta,2007), 233 11 Margono, Metodologi…..,149
57
peneliti
mengandalkan
pengamatan
dan
wawancara
dalam
mengumpulkan data di lapangan. Pada waktu di lapangan membuat catatan setelah itu barulah disusun catatan lapangan(CL). c.
Teknik Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data dalam tehnik ini adalah melalui dokumendokumen seperti otobigrafi, memoir, catatan harian, surat-surat pribadi, catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah, brosur, bulletin, dan foto-foto.12 Tehnik dokumentasi ini memang sengaja digunakan dalam penelitian ini karena: (a) Sumber ini selalu tresedia dan tidak memakan waktu lama untuk mendapatkannya, (b) Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, valid keakuratannya untuk merekflesikan situasi apa yang terjadi di masa lampau, dan dapat di analisa kembali tanpa ada perubahan, (c) Rekaman dan dokumen merupakan sumber kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, (d) Sumber ini merupakan sumber legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melaliu dokumentasi ini dicatat dalam format transkip dokumentasi. 6.
Analisa Data
Analisa data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Peneliti terjun kelapangan,
12
Dedy Mulyana, metodologi….., 195
58
mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.13Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan penelitiresponden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat mengurangi latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.14 Analisis data
kualitatif(Seiddel,
1998), prosesnya berjalan sebagai berikut: (a) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, (b) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeknya, (c) Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubunganhubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Selanjutnya menurut Janice McDrury(Collaborative Group Analysis of Data, 1999) tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut: (1) Membaca/mempelajari 13 14
Margono, Metodologi…..., 38 Lexy Moleong, Metodologi…..,10
59
data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data, (2) Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data, (3) Menuliskan’model’ yang ditemukan, (4) Koding yang telah dilakukan.15 7.
Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (kreadibilitas data) dapat diadakan pengecekan dengan tehnik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri dan unsur –unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor menonjol yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo, (b) Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah bisa dipahami dengan cara biasa. Tehnik triangulasi adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat triangulasi sebagai tehnik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini, digunakan
15
Ibid…, 248
60
tehnik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informan yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.16 8.
Tahap-tahap dan Rancangan Jadwal Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini ada tiga macam tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian, yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: (1) Tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan
perlengkapan penelitian dan yang menyangkut etika penelitian,
(2)
Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) Tahap pengolahan analisis data yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data, (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka penulis membgi skripsi ini menjadi empat bab, yaitu sebagai berikut: Bab I Merupakan pendahuluan. Yang berfungsi sebagai kerangka dasar yang terdiri dari latar belakang masalah,fokus penelitian,
16
Lexy Moleong, Metodologi….., 330
61
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II Merupakan landasan teori terdiri dari pengertian pendidikan Akhlak, dasar-dasar dan tujuan pendidikan Akhlak, ciri-ciri pendidikan Akhlak yang efektif, pengertian Akhlak,macam-macam Akhlak, pentingnya akhlak dalam pergaulan Bab III Bab yang berisikan penyajian data Bab IV Pembahasan yang berisi analisa data pelaksanaan pendidikan Akhlak, bentuk-bentuk kegiatan pendidikan Akhlak, faktor pendukung dan penghambat pendidikan Akhlak. Bab V Bab terakhir yaitu penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran-saran secukupnya merupakan kata akhir dari skripsi.
62
BAB II PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK
A.
Pendidikan Akhlak 1.
Pendidikan
adalah
Pengertian Pendidikan Akhlak
usaha
sadar
yang
dilakukan
manusia
untuk
mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai dan norma yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat.17 Sedangkan akhlak adalah kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu perbuatan secara spontan, tanpa pemikiran atau pemaksaan.18 Jadi pendidikan akhlak adalah pendidikan yang bertujuan mengolah jiwa manusia agar terbentuk perilaku yang sesuai dengan kehendak. Sehingga hakikat pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi manusia yang seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap luar dirinya. Dengan demikian, pendekatan pendidikan akhlak bukan monolitik dalam pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata pelajaran atau lembaga, melainkan terintegrasi ke dalam berbagai mata pelajaran atau lembaga.19
17 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 179 - 180 18 Suwito, Filsafat Pendidikan AkhlakIbnu Miskawaih, (Yogyakarta:Belukar, 2004), 31 19 Ibid….., 38
63
2.
Dasar-dasar
dan
Tujuan
Pendidikan
Akhlak a. Dasar-dasar Pendidikan Akhlak Islam merupakan agama yang sempurna, sehingga setiap ajaran yang ada dalam Islam memiliki dasar pemikiran, begitu pula dengan pendidikan akhlak. Adapun yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadits, dengan kata lain dasar-dasar yang lain senantiasa dikembalikan kepada al-Qur’an dan al- Hadits. Di antara ayat al-Qur’an yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah, seperti ayat di bawah ini:
¢o_ç6≈tƒ ÉΟÏ%r& nο4θn=¢Á9$# öãΒù&uρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ tµ÷Ρ$#uρ Çtã Ìs3Ζßϑø9$# ÷É9ô¹$#uρ 4’n?tã !$tΒ y7t/$|¹r& ( ¨βÎ) y7Ï9≡sŒ ôÏΒ ÇΠ÷“tã Í‘θãΒW{$# ∩⊇∠∪ Ÿωuρ öÏiè|Áè? š‚£‰s{ Ĩ$¨Ζ=Ï9 Ÿωuρ Ä·ôϑs? ’Îû ÇÚö‘F{$# $mttΒ ( ¨βÎ) ©!$# Ÿω =Ïtä† ¨≅ä. 5Α$tFøƒèΧ 9‘θã‚sù ∩⊇∇∪ Artinya: Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Luqman: 1718)20 Mengingat kebenaran al-Qur’an dan al-Hadits adalah mutlak, maka setiap ajaran yang sesuai dengan al-Qur’an dan al-Hadits harus
20
2007), 582
Al-Quran dan terjemahan revisi Depag terbaru (Indonesia: PT Qomari Prima Publisher,
64
dilaksanakan dan apabila bertentangan maka harus ditinggalkan. Dengan demikian berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah Nabi akan menjamin seseorang terhindar dari kesesatan. Sebagaimana telah disebutkan bahwa selain al-Qur’an, yang menjadi dasar pendidikan akhlak adalah al-Hadits. Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan dan sebagainya. Dari ayat tesebut di atas dapat dipahami bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutan syari’at, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Sesungguhnya Rasulullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia kepada umatnya. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling mulia akhlaknya dan manusia yang paling sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karim. Karena akhlak al-karim merupakan cerminan dari iman yang sempurna.
b. Tujuan Pendidikan Akhlak Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalam terkandung tujuan yang menjadi
65
target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar.21 Tujuan pendidikan secara umum memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.22 Tujuan pendidikan Akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna.23 Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen pendidikan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan tersebut.24 Jadi, tujuan pendidikan akhlak adalah agar orang dapat mengetahui batas mana yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Dengan maksud dapat menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
21
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 76 Umar tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 2000), 37 23 Suwito, Filsafat Pendidikan AkhlakIbnu Miskawaih, (Yogyakarta: Belukar, 2004), 116 24 Umar tirtarahardja, Pengantar….., 37 22
66
3.
Ciri-ciri Pendidikan Akhlak yang Efektif
a. Metode pembiasaan dengan akhlak terpuji Manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bersih, dalam keadaan seperti ini manusia akan mudah menerima kebaikan atau keburukan. Karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk menerima kebaikan atau keburukan. Hal ini dijelaskan Allah, sebagai berikut:” dan
jiwa
serta
penyempurnaan
(ciptaannya),
maka
Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntungklah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”25 Ayat
tersebut
mengindikasikan
bahwa
manusia
mempunyai
kesempatan sama untuk membentuk akhlaknya, apakah dengan pembiasaan yang baik atau dengan pembiasaan yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembiasaan dalam membentuk akhlak mulai sangat terbuka luas, dan merupakan metode yang tepat. Pembiasaan yang dilakukan sejak dini atau sejak kecil akan membawa kegemaran dan kebiasaan tersebut menjadi kebiasaan
sehingga
menjadi
bagian
tidak
semacam adaptasi terpisahkan
dari
kepribadiannya. b. Metode keteladanan 25
http:/riwayat. Wortpress. Com/2008/01/25/metode-mendidik-akhlak-anak/ diakses 27 Januari 2010
67
Muhammad bin Muhammad al-Hamid mengatakan pendidik itu besar dimata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena murid akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya.26 Dengan kutipan diatas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik akhlak anak, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak anak didik, kalau pendidik berakhlak baik ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya kalau guru berakhlak buruk ada kemungkinan anak didiknya juga berakhlak buruk. Dengan demikian keteladanan menjadi penting dalam pendidikan akhlak. Keteladanan akan menjadi metode ampuh dalam membina akhlak anak. Mengenai hebatnya keteladanan Allah mengutus Rasul untuk menjadi teladan yang paling baik, Muhammad adalah teladan tertinggi sebagai panutan dalam rangka pembinaan akhlak mulia.
B. Akhlak 1.
26
Pengertian Akhlak
Ibid.
68
Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.27 Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaanya. Jadi pada hakikatnya khulk
(budi pekerti) atau akhlak adalah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran yang sulit. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya apabila yang lahir adalah kelakuan buruk, maka disebut budi pekerti yang tercela. Adapun budi pekerti itu sendiri dalam bahasa sansekerta artinya alat kesadaran (batin), dalam bahasa Indonesia pekerti berarti kelakuan.28 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Kata budi memiliki arti : akal (sebagai alat batin untuk menimbang baik, buruk serta salah dan benar), tabiat, watak, perangai. Sedangkan pekerti memiliki arti yang hampir sama dengan budi 27
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 1 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 346 28
69
yaitu: tabiat, akhlak atau watak yang erat kaitannya dengan suatu penilaian terhadap perbuatan baik dan buruk. Sehingga kata budi pekerti memiliki arti yang sama dengan akhlak, yaitu berkaitan erat dengan suatu perbuatan baik dan buruk.29 Menurut Ibnu Athir akhlak ialah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya),
sedangkan Prof. Dr Ahmad Amin
memberikan definisi, bahwa yang dinamakan akhlak adalah “Adatul– Iradah”, atau kehendak yang dibiasakan. Apa arti kehendak dan arti kebiasaan dalam definisi Ahmad Amin ini? Kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan itu mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar, dan kekuatan yang besar inilah yang dinamakan akhlak.30 Sekalipun ketiga definisi akhlak di atas berbeda kata-katanya , tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya, bahkan berdekatan artinya satu sama lain. Sehingga Prof. KH. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut: “kehendak jiwa manusia yang menimbulkan
perbuatan
dengan
mudah
karena
kebiasaan,
tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.31
29 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984), 158 30 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 12-13 31 Ibid, 14
70
Menurut pendapat Yuhanar Ilyas mengutip pendapat Imam Ghozali:
نع ةرابع قلخلافUةخسار سفنلا ىف ةئي, نعUا سب لاعفالا ردصتUىلا ةجاح ريغ نم رسيو ةل و ةيؤروركف Artinya: Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.32 Menurut Ibnu Maskawaih, moral atau akhlak adalah suatu sikap mental (halun li al-nafs) yang mengandung daya dorong untuk berbuat tanpa berpikir dan pertimbangan. Sikap mental ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak dan ada pula yang berasal dari kebiasaan dan latihan. Dengan demikian, sangat penting menegakkan akhlak yang benar dan sehat. Sebab dengan landasan yang begitu akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik tanpa kesulitan. Karena itu, kebiasaan atau latihan-latihan dan pendidikan dapat membantu seseorang untuk memiliki sifat-sifat terpuji tersebut, sebaliknya juga akan membawa orang kepada sifat tercela.33 Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapatlah dimengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.
32 33
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), 2 Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), 61
71
2.
Macam-macam Akhlak
Secara garis besar pembagian akhlak dikategorikan menjadi dua macam, yaitu: a. Akhlak mahmudah/munjiyat (fadilah) : terpuji. b. Akhlak mazmumah/muhlihat (qabihah) : tercela. Yang dimaksud akhlak mahmudah adalah segala macam sikap dan tingkah laku yang baik (terpuji). Sebaliknya segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela disebut akhlak mazmumah. Akhlak mahmudah tentunya dilahirkan oleh sifat mahmudah yang terpendam atau tertanam dalam jiwa manusia. Demikian juga akhlak mazmumah dilahirkan oleh sifat-sifat mazmumah. Oleh karena itu sebagaimana
telah disebutkan terdahulu
bahwa sikap dan tingkah laku yang lahir adalah merupakan cermin atau gambaran dari pada sikap atau kelakuan batin.34 Pada dasarnya setiap manusia membawa kedua akhlak tersebut. Manusia diberi wewenang untuk mengikuti yang mana dengan konsekuensi masing-masing. Akhlak tercela identik dengan perbuatan syetan atau binatang dengan imbalan dosa serta neraka kelak di akhirat. Sedangkan perbuatan mulia adalah cerminan akhlak yang mulia, barang siapa berbuat mulia maka ia identik dengan para malaikat
dan utusan-Nya, akan
mendapat pahala di sisi Allah serta balasan surga kelak di akhirat. Kedua akhlak tersebut yang mampu mengendalikan adalah manusia sendiri
34
A. Mustofa, Akhlak….., 197
72
dengan cara-cara yang telah diketahui menurut ajaran-ajaran agama yang telah dibawa oleh para Nabi dan Rasul terdahulu. Akhlak mahmudah harus dianut dan dimiliki oleh setiap manusia, sedangkan akhlak mazmumah adalah akhlak yang harus dihindari dan harus dihindari oleh setiap manusia. Dunia akan rusak bila kehidupan ini dihiasi dengan akhlak yang tercela dan sejarah sudah membuktikan. Tetapi sebaliknya bahwa akhlak terpuji akan mampu membawa kehidupan manusia sejahtera. Akhlak itu sendiri jumlahnya banyak sekali, tetapi di sini hanya akan dibahas yang pokok dan yang penting saja. Akhlak yang mulia adalah dasar kebahagiaan hidup. Kesadaran manusia dalam hidup ini selalu membutuhkan manusia lainnya menimbulkan perasaan bahwa setiap pribadi manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang terbaik bagi orang lain. Islam mengajarkan bahwa manusia yang paling baik adalah manusia yang paling banyak mendatangakan manfaat/kebaikan bagi manusia lainnya. Pada hakikatnya setiap perbuatan manusia itu adalah untuk dirinya sendiri. Ketinggian akhlak seseorang menjadikanya dapat melaksanakan kewajibannya dan pekerjaanya denan baik dan sempurna. Sehingga dapat menjadikannya dapat hidup bahagia bagi dirinya dan orang lain, tetapi sebaliknya bila ia berakhlak buruk maka dirinya tidak akan mampu melaksanakan kewajibannya dengan sempurna dan akan berdampak buruk bagi orang lain.
73
Tujuan pembelajaran akhlak itu sendiri untuk mengetahui perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk agar manusia dapat memegang terguh sifat-sifat yang baik dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang jahat sehingga terciptalah tata tertib dalam kehidupan yang damai.
3.
Pentingnya Akhlak dalam Pergaulan
Menurut Drs. H. A. Mustofa mengutip pendapat dari Al-Ghazali bahwa ada tiga teori penting mengenai tujuan mempelajari akhlak, yaitu: 1. Mempelajari akhlak sekedar sebagi studi murni teoritis, yang berusaha memahami ciri kesusilaan (moralitas), tetapi tanpa maksud mempengaruhi perilaku orang yang mempelajarinya. 2. Mempelajari akhlak sehingga akan meningkatkan sikap dan perilaku sehari-hari. 3. Karena akhlak terutama merupakan subyek teoritis yang berkenan dengan usaha menemukan kebenaran tenatang hal-hal moral, maka dalam penyelidikan akhlak harus terdapat kritik yang terus-menerus mengenai standar moralitas yang ada, sehingga akhlak menjadi suatu subyek praktis, seakan-akan tanpa maunya sendiri.35 Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Allah semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain: a. Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat. b. Akan disenangi orang dalam pergaulan.
35
Ibid, 87-88
74
c. Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. d. Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan dalam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik. e. Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.36 Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad (dapat membedakan antara amal yang baik dan amal yang buruk), taufik (perbuatan kita sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw dan dengan akal yang sehat) dan hidayah (seseorang akan gemar melakukan yang baik dan terpuji serta menghindari yang buruk dan tercela) sehingga dapat bahagia di dunia dan akhirat. Kebahagiaan hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Di mana hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan selalu maendapat ridha Allah, juga selalu disenangi oleh sesama makhluk.37 Walaupun demikian, untuk mendapatkan semua itu yaitu dengan meraih kebahagiaan, kesejahteraan, dan ridha Allah tidak begitu mudah. Manusia harus dapat membandingkan mana yang baik dan mana yang buruk. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang dapat berpegang pada kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan
36 37
A. Mustofa, Akhlak….., 26 Ibid….., 26
75
kelurusan. Lebih lanjut seseorang dapat memilih yang baik dan kemudian meninggalkan tindakan yang buruk. Menurut Dr. Hasyimsyah Nasution yang mengutip pendapat Al-farabi menekankan bahwa ada empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat bagi bangsabangsa dan setiap warga Negara, yakni (1) keutamaan teoritis, yaitu prinsip-prinsip pengetahuan yang diperoleh sejak awal tanpa diketahui cara dan asalnya, juga yang diperoleh dengan kontemplasi, penelitian, dan melalui belajar dan mengajar; (2) keutamaan pemikiran, adalah yang memungkinkan orang mengetahui hal-hal yang bermanfaat dalam tujuan. Termasuk dalam hal ini, kemampuan membuat aturan-aturan, karena itu disebut keutamaam jenis ini dengan keutamaam pemikiran budaya; (3) keutamaan akhlak, bertujuan mencari kebaikan. Jenis keutamaan ini berada di bawah dan menjadi syarat keutamaan pemikiran. Kedua jenis keutamaan tersebut, terjadi dengan tabiatnya dan bisa juga terjadi dengan kehendak sebagai penyempurna tabiat atau watak manusia; (4) keutamaan amaliah, diperoleh dengan dua cara, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memuaskan dan merangsang. Cara lain adalah pemaksaan.38 Sedangkan menurut Dr. Hasyimsyah Nasution yang juga mengutip pendapat dari Ibnu Rusyd membenarkan teori Plato bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaan. Dalam merealisasikan kebahagiaan
38
Hasyimsyah Nasution, Filsafat….., 43
76
yang merupakan tujuan akhir bagi manusia, diperlukan bantuan agama yang akan meletakkan dasar-dasar keutamaan akhlak secara praktis, juga bantuan filsafat yang mengajarkan keutamaan teoritis, untuk itu diperlukan kemampuan berhubungan dengan akal aktif.39 Manusia adalah makhluk biososial, oleh sebab itu hidupnya tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia lainnya. Dan dengan sendirinya manusia individu itu memasyarakatkan dirinya
menjadi satu lebur dalam
kehidupan bersama. Maka apapun yang dibuatnya dapat mempengaruhi dan akan mempunyai makna bagi kehidupan orang lain. Begitupun juga yang terjadi di masyarakat dapat mempengaruhi terhadap perkembangan pribadi tiap individu yang ada di dalamnya. Kesadaran bahwa manusia dalam hidup ini membutuhkan orang lain menimbulkan perasaan bahwa setiap pribadi manusia terpanggil hatinya untuk melakukan apa yang terbaik bagi orang lain.40
Karena manusia
yang sesungguhnya adalah manusia yang bisa memberi manfaat pada orang lain. Kesadaran untuk berbuat baik
sebanyak mungkin kepada
orang lain ini melahirkan sikap dasar untuk mewujudkan sikap keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam hubunganya dengan manusia baik pribadi maupun dengan manusia lainnya. Dalam hal ini akhlak sangat berperan dalam merealisasikan pergaulan yang harmonis sesuai dengan ajaran agama Islam. Karena Akhlak adalah dasar dalam mewujudkan segala sesuatu. 39 40
Ibid, 126 Asmaran As, Pengantar….., 55
77
Pembicaraan mengenai akhlak tidak akan lepas dari hakikat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini pada stu sisi, dan manusia sebagai makhluk Allah pada sisi yang lain. Sebagai khalifah, manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara dan memakmurkan ala mini, tetapi juga dituntut berlaku adil dalam segala urusannya. Sebagai makhluk, manusia harus berusaha mencapai kedudukan sebagai hamba yang tunduk patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT.41 Akhlak menempati posisi yang paling penting dalam Islam. Ia dengan takwa merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah yang berbentuk perkataan) Rasulullah.42 Karena pentingnya peran akhlak tersebut maka dijadikan tolak ukur kepribadian seseorang. Ketinggian akhlak seseorang menjadikannya dapat melaksanakan kewajibannya. Pergaulan yang tidak dilandasi akhlak yang mulia hanya akan berbuah pertengkaran atau permusuhan. Karena tidak adanya rasa penghormatan dan penghargaan kepada hak-hak orang lain, sehingga mereka merasa saling dilecehkan. Akhlak mulia bertujuan membentuk manusia menjadi makhluk yang paling mulia dan tinggi kedudukannya dibanding dengan makhluk Tuhan lainnya. Pembicaraan mengenai akhlak tidak akan lepas dari hakikat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini pada stu sisi, dan manusia sebagai makhluk Allah pada sisi yang lain. Sebagai khalifah, manusia bukan saja 41 42
1998), 348
Suwito, Filsafat Pendidikan AkhlakIbnu Miskawaih, (Yogyakarta:Belukar, 2004), 15 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
78
diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara dan memakmurkan ala mini, tetapi juga dituntut berlaku adil dalam segala urusannya. Sebagai makhluk, manusia harus berusaha mencapai kedudukan sebagai hamba yang tunduk patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT.43 Akhlak menempati posisi yang paling penting dalam Islam. Ia dengan takwa merupakan ‘buah’ pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun syari’ah. Pentingnya kedudukan akhlak dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah yang berbentuk perkataan) Rasulullah.44 Bila nilai akhlak betul-betul tertanam dalam masyarakat atau pergaulan, maka akan terciptalah masyarakat yang adil dan makmur serta ketenangan dalam lingkungan masyarakat. Jika tiap pribadi mau menampakkan atau bertingkah laku mulia maka sungguh akan tercipta kehidupan yang aman dan bahagia. Agama Islam sangat menganjurkan kepada umatnya supaya bergaul dengan akhlak yang baik. Akhlak mulia sangat dianjurkan dan ditekankan dalam ajaran Islam, karena di samping akan membawa kebahagiaan bagi individu, sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Islam adalah agama komplek, yang punya banyak aturandalam setiap permasalahan. Sehingga dalam pergaulanpun juga ada peraturannya supaya terjadi interaksi yang harmonis dan bermanfaat antar pihak yang satu dengan pihak lainnya, bahkan sampai pada kalangan yang luas, yaitu masyarakat. Sebagian sudah diterangkan di atas bahwa pergaulan bisa pengaruh pada 43 44
1998), 348
Suwito, Filsafat Pendidikan AkhlakIbnu Miskawaih, (Yogyakarta:Belukar, 2004), 15 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
79
pihak individu dan pihak orang lain. Untuk itu agar terjadi komunikasi yang baik maka dasarnya adalah akhlak yang mulia. Karena pada dasarnya akhlak yang mulia adalah menghargai orang lain, bila ada rasa saling menghargai maka akan terjalin hubungan yang harmonis. Dan bila sudah terjalin hubungan yang harmonis pada kedua belah pihak maka akan tercipta kehidupan yang rukunserta pergaulan yang memberi manfaat. Sudah menjadi kodrat setiap manusia bahwa mereka akan merasa dimanusiakan
bila
mereka
dihargai
bukan
dicela.
Islam
tidak
membenarkan kepada manusia untuk saling mencela, karena saling mencela hanya akan menimbulkan perselisihan yang berujung pada pertengkaran atau pertikaian yang tidak ada selesainya. Pertikaian terjadi karena tidak adanya rasa saling menghargai antar sesama. Akhlak menempatkan manusia untuk berfikir jernih dalam berkata dan berbuat. Bila tertanam akhlak yang mulia dalam kehidupan manusia maka apa yang keluar dari mulutnya adalah kata hati bukan bualan belaka atau nafsu yang tidak bermakna sehingga berujung pada rasa ketersinggungan pada orang lain. Akhlak yang mulia akan membuahkan hikmah pada diri sendiri serta pada orang lain. Pergaulan tidak hanya jalinan komunikasi yang melibatkan pembicaraan saja, tetapi lebih jauh dari itu adalah fitrah manusia itu sendiri yang tercipta sebagai makhluk social yang selalu membutuhkan orang lain. Maka kunci kesuksesan jalinan tersebut adalah adanya akhlak yang mulia dalam pergaulan. Akhlak mulia adalah landasan terciptanya pegaualan
80
yang baik dan harmonis antar sesame. Rasulullah sendiri mengajarkan bagaimana ia menghadapi seseorang yang membencinya dengan penuh penghormatan dan kelembutan
sikapnya, sehingga membawa dirinya
sukses dalam berdakwah menyebarkan agama Islam. Kita disuruh meneladani sikap rasulullah saw dalam setiap aktifitas kehidupan kita, baik dalam pergaulan maupun maupun dalam bertindak dan brbicara. Hanya kemuliaan akhlak yang akan membawa manusia kedalam kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Karena akhlak yang baik akan memudahkan hati manusia untuk menerima hidayah serta mudah diatur sesuai dengan aturan yang berlaku, baik aturan yang berasal dari kitabullah maupun aturan Negara. Dalam sejarah bangsa-bangsa baik yang diabadikan dalam al-Qur’an seperti kaum ‘Ad, Samud, Madyan, dan saba maupun yang didapat dalam buku-buku sejarah menunjukkan bahwa suatu bangsa akan kokoh apabila akhlaknya kokoh dan sebaliknya suatu bangsa akan runtuh apabila akhlaknya rusak.45 Dalam sejarah Islam selalu diceritakan bahwa akhlak mulia selalu berdampak pada kesuksesan dalam setiap aktifitas seseorang, baik seorang juru dakwah, pedagang maupun profesi lainnya kalau dihiasi dengan akhlak yang mulia maka akan berdampak luar biasa dalam keberhasilan mencapai tujuan. Rasulullah sukses sebagai rasul, tetapi beliau juga sukses dalam berdagang, berumah tangga, serta sukses sebagai seorang pemimpin
45
Suwito, Filsafat….., 21
81
dunia. Hanya satu kuncinya, yaitu beliau berakhlak mulia. Bahkan awal mulanya dia diutus oleh Allah adalah untuk menyempunakan akhlak manusia di muka bumi ini. Dengan akhlak mulia manusia mampu menjalankan perintah dari Allah dengan penuh bijaksana. Karena dalam agama Islam setiap manusia dianjurkan untuk berbuat kebaikan serta berbuat adil dan dilarang berbuat keji. Sebagaimana firman Allah:
¨βÎ) ©!$# ããΒù'tƒ ÉΑô‰yèø9$$Î/ Ç≈|¡ômM}$#uρ Ç›!$tGƒÎ)uρ “ÏŒ 4†n1öà)ø9$# 4‘sS÷Ζtƒuρ Çtã Ï!$t±ósx&ø9$# Ìx6Ψßϑø9$#uρ Äøöt7ø9$#uρ 4 öΝä3ÝàÏètƒ öΝà6‾=yès9 šχρã©.x‹s? Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan, berbuat kebaikan, dan memberi kepada kerabatkerabat, dan Tuhan melarang perbuatan keji, pelanggaran dan kedurhakaan. Dia mengajari kamu supaya kamu mengerti”. (QS. An-Nahl: 90)46 Berbeda halnya dengan pendapat Prof.
Dr. Ahmad Amin. Beliau
mendefinisikan akhlak adalah sebagai “Adatul Iradah”, yaitu kehendak yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu dinamakan akhlak. 47
46
Al-Quran dan terjemahan revisi Depag terbaru (Indonesia: PT Qomari Prima Publisher, 2007), 377 47 A. Mustofa, Akhlak….., 13
82
BAB III DATA PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI MI MA’ARIF LENGKONG SUKOREJO PONOROGO
A. Data Umum Tentang Keadaan MI Ma’rif Lengkong Ponorogo 1. Sejarah berdirinya MI Ma’rif Lengkong Ponorogo Lembaga pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo terletak + 5 Km sebelah Barat kota Ponorogo. Tepatnya desa Lengkong, Kec. Sukorejo, Kab. Ponorogo Jawa Timur. Madarasah Ibtidaiyah Ma’arif Lengkong, Sukorejo, Ponorogo berdiri pada tanggal 1 Juli 1956 dengan nomor seri pengesahan k/4/CII/7360. Semula madrasah ini bernama Da’watul Khoiriyah. Pada tanggal 1 Juli 1957 berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah NU, kemudian berubah lagi menjadi Madrasah Wajib Belajar di bawah naungan lembaga Pendidikan Ma’arif NU Ponorogo. Pada tanggal 18 Juli 1973 nomor PP/202/A8/VII/1973 mengesahkan berdirinya madrasah dengan nama lengkap Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif dari lembaga Pendidikan Ma’arif cabang Ponorogo. Dan piagam PW LP Ma’arif Jawa Timur yang terbaru dengan nomor : B-02130008 tertanggal 10 Nopember 2003, dan telah di akreditasi No. B/KK.13.4/M/1678/2005 tertanggal 12 Oktober 2006 dengan hasil B (baik) MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo didirikan diatas tanah wakaf seluas 2180 M2 dari almarhum Bpk. H. Kusen Lengkong Sukorejo
83
Ponorogo. Pada awal perkembanganya kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada sore hari. Karena pengaruh kondisi Negara pada saat itu akhirnya dimasukkan pada pagi hari. Dan pada saat ini yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Bapak Syahri S.Ag.48 Menjawab tuntutan dan tantangan jaman yang semakin komplek dan terdorong untuk berperan aktif dalam melaksanakan program pemerintah terutama dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui program wajib belajar 9 tahun, maka Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif lengkong bekerja keras dalam langkahnya dan senantiasa di lakukan berbagai upaya peningkatan mutu menuju suatu lembaga pendidikan yang profesional. Hal yang selalu dilakukan adalah menumbuhkan gairah belajar siswa, memperudah dalam bertanya langsung kepada guru tentang pelajaran yang belum dimengerti, memberikan motivasi dalam hal kewajiban bagi seorang muslim, mempererat hubungan lahir dan batin antar guru dan murid dengan bertatap muka secara langsung dalam suasana formal maupun informal. Di samping itu ada program tambahan bagi mata pelajaran yang dianggap sulit, khususnya bagi kelas VI. Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam materi penyeragaman pemahaman dan penyampaian. Pengontrolan para siswa oleh guru piket dan kepala madrasah adalah langkah yang paling efektif dalam meningkatkan disiplin
48
Lihat transkrip dokumentasi nomor:01/D/F-1/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
84
untuk menghindari kebiasaan-kebiasaan negatif yang sering terjadi disuatu lembaga pendidikan. Sementara peran wali kelas dalam mengawasi dan membimbing siswa cukup banyak membantu dalam meningkatkan prestasi yang maksimal, menumbuhkan minat belajar dan membangun jiwa yang kompetitif di kalangan para siswa. Sebagai upaya peningkatan belajar para siswa di berikan materi tambahan pada sore dan malam hari. Ternyata sambutan masyarakat cukup baik, terbukti dengan banyaknya para orang tua yang menyekolahkan putra putrinya di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo. Di samping itu sejak tahun 1980 telah dibuka Taman Pendidikan Al-Qur’an sampai sekarang. Tantangan yang dihadapi MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo adalah kurangnya sarana dan prasarana penunjang. Minimnya biaya operasional manajemen madrasah, tetapi di sisi lain pendidikan Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo mengalami kemajuan baik dari segi kuantitas maupun kualitas murid. Meskipun mempunyai kendala seperti yang disebutkan di atas. MI Ma’arif Lengkong mendapat pengakuan kewajiban Djawatan Pendidikan Agama Kementrian RI dengan Piagam No. K/4/C-2?7368 tanggal 1 April 1960, kemudian pada tahun 1998 berubah status menjadi diakui berdasarkan SK Kepala Kantor Departemen Agama kabupaten Ponorogo No. Mm.04/05.01/PP.03.2/III/1998 tanggal 16 Pebruari 1998. nomor Statistik Madrasah (NSM) 112350215051 dan Nomor Identitas
85
Sekolah (NIS) 110030 berdasarkan sertifikat Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo nomor :421/1228/405.43/2003 tanggal 5 Mei 2003. dan yang terakhir telah terakreditasi No. B/kk/13.4/m/1678/2005 tertanggal 12 Oktober 2005 B (baik)49
2. Visi Madrasah Terwujudnya generasi muslim yang berprestasi dan berakhlakul karimah ala Ahlus Sunah Wal Jama’ah.
3. Misi Madrasah a. melaksanakan pembelajaran secara aktif b. menumbuhkan semangat belajar mengajar siswa dan guru c. memperdalam ilmu agama (IMTAQ) dan ilmu pengetahuan (IPTEK)
4. Tujuan Madrasah Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, maka tujuan pendidikan yang ingin dicapai MI Ma’arif Lengkong adalah sebagai berikut : a. mensukseskan program belajar sembilan tahun. b. meningkatkan prestasi siswa dalam IPTEK & IMTAQ. c. membantu siswa dalam mengenali dan mengembangkan potensi secara optimal. d. meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa.
49
Doc. Profil MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo, 2008.
86
e. meningkatkan profesionalitas dan kualitas karyawan serta tenaga pendidik. f. mewujudkan pola kehidupan yang islami yang berwawasan Aswaja di lingkungan sekolah. g. Menjalin
hubungan
dengan
instansi
lain
dalam
rangka
mengembangkan potensi siswa dan peningkatan kualitas sekolah.50
5. Struktur Organisasi MI Ma’arif Lengkong 1. Kepala Madrasah
:
Syahri S.Ag
2. Bendahara
:
Siti Jaenab, S.Ag
3. Tata Usaha
:
Siti Jaenab, S.Ag
4. Wakil Kepala Bidang
:
a. Bidang Kurikulum
:
Heni. S, A.Ma
b. Bidang Kesiswaan
:
Aris Nur Wahyudi, A.Ma
c. Bidang Sarpras
:
Ma’ruf Maidi, S.Ag
d. Bidang Humas
:
Nanang. F. B, S.Sos
5. Wali Kelas
50
:
a. Wali Kelas I
:
Yulies Ika, S.Ag
b. Wali Kelas II
:
Siti Noor. A, S.Ag
c. Wali Kelas III
:
Nanang. F. B, S.Sos
d. Wali Kelas IV
:
M. Mansyur, A.Ma
Lihat transkrip dokumentasi nomor:02/D/F-2/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
87
e. Wali Kelas V
:
Aris Nur Wahyudi, A.Ma
f. Wali Kelas VI
:
Heni. S, A.Ma
6. Kegiatan Ekstra Kurikuler
:
a. Kesenian
:
Yulies Ika, S.Ag
b. Olah raga
:
Nanang. F. B
c. Keagamaan
:
Siti Komariyah, S.Ag
d. Kepramukaan
:
Siti Noor Azizah, S.Pd.I
Untuk lebih jelas dan terperincinya susunan kepengurusan dapat dilihat dalam lampiran.51 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Berikut ini beberapa keterangan tentang keberadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo bergasarkan data yang ada : Prasarana meliputi: 1.
Ruang Belajar
:
6 Ruang
2.
Ruang Tamu
:
1 Ruang
3.
Ruang Kepala Madrasah
:
1 Ruang
4.
Ruang Perpustakaan dan UKS
:
2 Ruang
5.
Ruang Tata Usaha/ Administrasi
:
1 Ruang
6.
Ruang OSIS
:
1 Ruang
7.
Ruang Komputer
:
1 Ruang
51
Lihat transkrip dokumentasi nomor:03/D/F-3/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
88
Sarana meliputi: 1. Meulaber a. Meja murid
:
90 buah
b. Kursi murid
:
90 buah
c. Almari kelas
:
6 buah
d. Meja / kursi guru
:
8 stel
e. Almari / rak kantor
:
5 buah
f. Almari / rak
:
2 buah
perpustakaan g. Alat olah raga dan pramuka 2. Sarana Belajar Lainnya a. Buku pelajaran dan dilengkapi dengan alat Bantu pelajaran b. Buku bacaan penunjang/ koleksi buku perpustakaan.52
7. Keadaan Guru Berikut ini data para Guru berdasarkan data yang ada. Adapun jumlah guru sebanyak 9 orang, Kepala Madrasah 1 orang dan Pembina Pramuka 2 orang. Para Guru MI Ma’arif lengkong rata-rata mengenyam pendidkan S-1. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat di lampiran.53
52 Lihat transkrip dokumentasi nomor:04/D/F-4/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 53 Lihat transkrip dokumentasi nomor:05/D/F-5/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
89
8. Keadaan Siswa Keadaan siswa-siswi saat peneliti melakukan penelitian tahun ajaran 2008/2009 berjumlah 103. Adapun perinciannya dapat dilihat dalam lampiran.54
B. Data khusus 1. Data Tentang Pelaksanaan Pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong Dalam mewujudkan suatu cita-cita sudah pasti memerlukan suatu perjuangan, begitu juga di MI Ma’arif Lengkong. Wawancara dengan bapak Syahri selaku Kepala Sekolah, yaitu: Demi merealisasikan kondisi siswa yang berakhlakul karimah, mereka dididik dengan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat positif. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa dengan perbuatan-perbuatan yang memberi manfaat. Ketika anak dalam kondisi yang baik maka akan mempermudah para pendidik mengarahkan para siswanya. Selain melalui pembiasaan, pelaksanaan pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong juga dilaksanakan melalui materi pembelajaran yang erat kaitannya dengan akhlak, seperti pelajaran Aqidah Akhlaq, SKI, PKn. 55
Metode lain yang digunakan dalam pelaksaan pendidikan akhlak selain pembiasaan menurut Ibu Rusmini selaku guru SKI di MI Ma’arif Lengkong adalah: Selain metode pembiasaan, metode cerita juga efektif untuk menanamkan akhlak mulia terhadap anak didik. Karena dengan cerita maka anak akan mempunyai figur dari tokoh cerita tersebut. Banyaknya kasus kenakalan anak karena kurangnya pendidikan keteladanan pada diri anak. Untuk itu
54 Lihat transkrip dokumentasi nomor: 06/D/F-6/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 55 Lihat transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/24-VI /2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
90
pendidikan akhlak pada usia dasar sangat diutamakan agar anak terbiasa dengan perangai yang terpuji.56
Ibu Rusmini juga menambahkan: Anak diusia dini masih mudah dipengaruhi, untuk itu sebelum mereka terpengaruh oleh hal-hal yang berbau negatif maka mereka harus segera diarahkan. Pendidikan ini bisa melalui cerita keteladanan tentang tokohtokoh masa lalu yang berakhlakul karimah, misalnya para rasul dan sahabatnya. Selain mudah terpengaruh, anak usia dasar juga mempunyai kecenderungan meniru.57
Dalam rangka mewujudkan cita-cita itu semua guru bekerja sama. Artinya walaupun mereka bukan guru bidang Studi mata pelajaran yang berkaitan dengan akhlak, tetapi mereka diharapkan selalu menyelipkan nilai-nilai moral dalam setiap menyampaikan mata pelajaran.58 Dari ketiga metode pendidikan akhlak yang diterapkan oleh MI Ma’arif Lengkong tersebut kiranya dapat menunjang terciptanya akhlak yang mulia pada diri siswa.
2. Bentuk-bentuk kegiatan pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong Kegiatan yang di maksud di sini adalah aktifitas-aktifitas dari para guru dan siswa dalam mewujudkan visi madrasah yaitu menanamkan nilai akhlakul karimah pada anak didik. Adapun kegiatan itu menurut wawancara dengan Bapak Syahri meliputi: a. Tradisi berjabat tangan sesama teman serta kepada bapak/ibu guru. b. Siswa dianjurkan untuk menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi dengan bapak/ibu guru maupun dengan sesama teman. 56
Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/24-VI /2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 57 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/24-VI /2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 58 Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-2/22 - VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
91
c. Membiasakan berdoa ketika memulai dan mengakhiri pelajaran. d. Membiasakan membaca surat-surat pendek dalam Juz ‘Ama. e. Kebiasaan untuk selalu menyisipkan nilai-nilai akhlak mulia dalam setiap menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan himbauan kepala madrasah.59
Dari data hasil wawancara tersebut, peneliti akan memperkuat kembali data berdasarkan hasil observasi yang telah penulis amati pada tanggal 23 Juni 2009 ketika mereka sampai di sekolah, ada yang langsung menemui temannya kemudian mengucapkan salam dan berjabat tangan tetapi adapula yang langsung masuk kedalam ruangan kelas untuk meletakkan tas kemudian mengambil sapu dan membersihkan lantai. Tidak lama kemudian ada beberapa guru yang sudah hadir, anak-anak berjabat tangan dengan guru. Tepat pukul 07.00 pagi bel tanda masuk berbunyi. Mulailah para siswa masuk kedalam kelas kemudian guru masuk kelas dan mengucapkan salam dengan semangat siswa juga menjawab salam dari gurunya. Lalu berdoa yang dilantunkan para siswa pertanda pelajaran akan segera dimulai. Sebelum pelajaran dimulai terdengarlah seorang guru menyampaikan beberapa nasehat yang berisi tentang pentingnya sholat lima waktu, berbakti kepada orang tua serta jangan suka bertengkar dengan sesama teman, karena sesama muslim itu bersaudara. Setelah beberapa menit guru tersebut memulai pelajarannya.60
Pada beberapa kegiatan di atas siswa diperkenalkan secara langsung pada tingkah laku yang mulia, baik sesama teman maupun kepada para guru. Dengan harapan akan terbawa ketika mereka hidup di lingkungan masyarakat. Ibu milaturrosidah selaku guru Aqidah Akhlak juga menambahkan: Pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong lebih terfokus pada kebiasaan dan keteladanan. Sehingga para siswa dianjurkan sesering mungkin untuk membiasakan hal-hal yang positif. Begitu juga guru haruslah sangat
59 Lihat transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-2/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 60 Lihat transkrip observasi nomor: 02/O/F-2/22 - VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
92
berhati-hati dalam bersikap dengan sesama guru, baik dalam perkataan, 61 tingkah laku ataupun pergaulan.
Menurut ibu Siti Jaenab selaku guru PKn mengatakan: Dalam mengajarkan siswa Pendidikan tidak hanya di maksudkan untuk menambah wawasan serta ketrampilan membaca siswa, namun lebih dari itu siswa diharapkan mampu menyerap terhadap apa yang dibacanya dan mengambil hikmahnya serta dapat melaksanakan hal-hal yang positif yang ada dalam buku tersebut. Untuk selanjutnya bisa diterapkan dalam pola kehidupan sehari-hari. Misalnya membantu teman yang kesulitan dalam memahami suatu pelajaran.
Hal ini tidak luput dari peran serta guru yang memotivasi siswa untuk rajin membaca sesuai dengan anjuran Al-Qur’an, karena membaca adalah salah satu sarana untuk menambah wawasan, baik wawasan keilmuan yang umum atau keagamaan.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembelajaran Akhlak di MI Ma’arif Lengkong Sudah kita ketahui bahwa setiap kegiatan apa pun pasti mempunyai faktor pendukung dan penghambat. Begitu juga yang dialami oleh MI Ma’arif Lengkong dalam pembelajaran akhlak. Hal ini bisa bermacammacam bentuknya. Bisa dari dalam, bisa juga dari luar. Namun faktorfaktor tersebut sifatnya hanya temporal saja, artinya faktor-faktor tersebut tidak akan berlangsung lama atau permanen tetapi bisa diatasi seiring dengan berputarnya waktu. Sarana dan prasarana yang terbatas bisa dipenuhi sedikit demi sedikit sehingga lama kelamaan akan menjadi
61
Lihat transkrip wawancara nomor: 05/3-W/F-2/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
93
lengkap. Berkaitan dengan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya menurut hasil wawancara dengan Bapak Syahri adalah sebagai berikut: a. Faktor pendukung 1. Tersedianya buku-buku bacaan yang menunjang dalam membantu terbentuknya akhlak yang mulia, seperti buku-buku pembelajaran dan bacaan tentang kisah para rasul dan sahabatsahabatnya. 2. Faktor lingkungan yang agamis. b. faktor penghambatnya 1. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela. 2. Kurang adanya kontrol dari pihak orang tua dalam penggunaan teknologi seperti Hand Phone dan acara-acara televisi yang tidak mendidik. Sehingga mereka menelan mentah-mentah apa yang dilihatnya.62
Demikian beberapa faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh MI Ma’arif Lengkong dalam rangka pembelajaran akhlak. Menghadapi hambatan yang bersifat konkrit tentunya lebih mudah dari pada yang bersifat abstrak. Tersedianya buku-buku bacaan keteladanan serta lingkungan yang agamis adalah faktor pendukung yang dimiliki oleh MI Ma’arif Lengkong, sedangkan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela, disertai dengan kurang adanya kontrol dari kedua orang tua adalah sebagai salah satu penghambat yang dialami oleh MI Ma’arif Lengkong. Dari beberapa faktor penghamabat di atas yang telah disebutkan yang paling besar pengaruhnya adalah perkembangan teknologi yang semakin canggih serta merajalela, sehingga dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh mayoritas pendidik. Dampak itu bisa berupa
62 Lihat transkrip wawancara nomor: 03/3-W//F-3/24-VI/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
94
lemahnya kemauan siswa dalam belajar serta malas untuk mengikuti pelajaran karena disebabkan terlalu banyak menonton acara televisi sampai pada larut malam, belum lagi yang kecanduan terhadap Play station, sehingga tetap mengganggu konsentrasi belajar mereka. Karena terlalu asyik dengan permainan kadang anak lupa terhadap kewajibannya, hal ini sudah umum dialami oleh siswa diseluruh lapisan. Nasehat yang kontinu melalui pendidikan sangat efektif untuk merubah perilaku mereka serta adanya sanksi yang mendidik juga bisa membuat jera mereka. Karena pada dasarnya anak di usia dasar masih mudah untuk diarahkan .
95
BAB IV ANALISA TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DI MI MA’ARIF LENGKONG SUKOREJO PONOROGO
A. Analisa Tentang Pelaksanaan Pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong Dalam membudayakan akhlak yang mulia maka MI Ma’arif menerapkan model pendidikan akhlak dengan cara melalui pembiasaan. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa dengan aktifitas-aktifitas yang telah dibudayakan di madrasah tersebut. Tentunya pembiasaan ini yang bersifat positif, hal didasarkan pada teori tabularasa, yaitu sebuah teori yang dilontarkan oleh John Lock bahwa anak adalah ibarat kertas putih, maka kertas itu akan menjadi sesuatu sesuai dengan yang menulisnya seandainnya ditulis dengan kata-kata yang bagus sudah barang tentu kertas itu akan menjadi kertas yang
berharga dan bermanfaat, tetapi jika kertas tersebut
ditulisi dengan noda hitam maka akan merusak kertas tersebut. Anak yang selalu dididik dengan kebiasaan yang terpuji maka ia akan menjadi anak yang berkelakuan baik, tetapi sebaliknya, jika ia dididik dengan perkara yang buruk maka dirinya akan menjadi manusia dengan akhlak tercela. Selain pembiasaan, pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong juga dilaksanakan melalui materi pelajaran-pelajaran tertentu yang ada kaitannya dengan akhlak. Serta nasehat yang bekesinambungan dari seluruh guru dalam setiap akan
48
96
memulai pelajaran, hal ini bertujuan agar anak selalu ingat terhadap nasehatnasehat tentang akhlak mulia. Dalam rangka mewujudkan cita-cita itu semua guru bekerja sama. Artinya walaupun mereka bukan guru bidang Studi mata pelajaran yang berkaitan dengan akhlak, tetapi mereka diharapkan selalu menyelipkan nilai-nilai moral dalam setiap menyampaikan mata pelajaran. Perlu kita ketahui bahwa anak diusia dini masih mudah dipengaruhi, untuk itu sebelum mereka terpengaruh oleh hal-hal yang berbau negatif maka mereka harus segera diarahkan. Kesempatan baik ini tentunya akan berubah menjadi sesuatu yang berbahaya jika anak hidup dalam kondisi lingkungan yang buruk. Maka tugas seorang guru untuk selalu mengarahkan agar siswanya mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik, seperti membaca ketika waktu luang. Hal ini selain menambah kecerdasan anak juga akan membentuk jiwa anak untuk menjadi lebih baik serta ketergantungan terhadap kebiasaankebiasaan yang bermanfaat. Peneladanan termasuk juga salah satu metode pendidikan akhlak yang diterapkan oleh MI Ma’arif Lengkong, karena bagi anak yang mempunyai kesulitan menangkap materi pembelajaran tentunya akan kesulitan merespon maksud dari pelajaran tertentu, sehingga akan lebih mudah bila melihat secara langsung melalui contoh. Guru memberi contoh yang baik kepada anak dengan cara menjalin hubungan yang harmonis sesama guru dan sesama siswa, misalnya bertegur sapa dengan kata-kata yang sopan dan lemah lembut,
97
serta membudayakan memberi salam ketika saling berjumpa. Kegiatan ini dimaksudkan agar anak meniru apa yang dilakukan oleh guru mereka. Karena anak usia dasar mempunyai kecenderungan meniru, maka kesempatan ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Dari diskripsi data diatas sesuai dengan ciri-ciri pendidikan akhlak yang efektif yaitu; (a) menggunakan metode pembiasaan dengan akhlak terpuji; (b) menggunakan metode keteladanan. Disamping itu juga sesuai dengan teori bahwa ajaran Islam serta pendidikan akhlak mulia yang harus diteladani agar menjadi manusia yang hidup sesuai dengan tuntutan syari’at, yang bertujuan untuk kemaslahatan serta kebahagiaan umat manusia. Sesungguhnya Rasulullah SAW adalah contoh serta teladan bagi umat manusia yang mengajarkan serta menanamkan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia kepada umatnya. Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling mulia akhlaknya dan manusia yang paling sempurna adalah yang memiliki akhlak al-karim. Karena akhlak al-karim merupakan cerminan dari iman yang sempurna. Selain pembiasaan metode cerita juga efektif untuk menanamkan akhlak mulia terhadap anak didik. Karena dengan cerita maka anak akan mempunyai figur dari tokoh tersebut. Banyaknya kasus kenakalan anak dikarenakan kurangnya pendidikan keteladanan pada diri anak. Untuk itu pendidikan akhlak pada usia dini sangat diutamakan agar anak terbiasa dengan perangai yang terpuji.
98
Pendidikan akhlak di MI Ma’arif Lengkong lebih terfokus pada kebiasaan dan keteladanan. Sehingga para siswa dianjurkan sesering mungkin untuk membiasakan hal-hal yang positif. Begitu juga guru haruslah berhatihati dalam bersikap dengan sesama guru, baik dalam perkataan, tingkah laku, maupun pergaulan. Karena seorang guru akan selalu diawasi oleh para siswanya . Kata-kata yang lembut dan penuh kasih sayang akan selalu membuat anak selalu teringat dan berlatih untuk mempunyai sifat tanggung jawab. Adapun buku-buku bacaan tentang keteladanan adalah salah satu sarana penunjang. Disamping melatih kecerdasan anak, akan juga melatih anak untuk bisa mengenal tokoh idola mereka. Semakin banyak membaca anal akan banyak mengenal tokoh-tokoh Islam. Pendidikan disini tidak hanya dimaksudkan untuk menambah wawasan serta ketrampilan membaca siswa, namun lebih dari itu siswa diharapkan mampu menyerap dan dapat mengambil hikmah terhadap apa yang dibacanya. Untuk selanjutnya dapat diterapkan dalam pola kehidupan sehari-hari. Deskripsi data diatas juga sesuai dengan tujuan pendidikan Akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong Sukorejo Ponorogo adalah dengan membudayakan akhlak yang mulia dengan menerapkan model pendidikan
99
akhlak dengan cara melalui pembiasaan, melalui peneladanan dan melalui materi pelajaran tertentu yang berkaitan dengan akhlak yang diterapkan melalui metode cerita. Misalnya pada materi pelajaran SKI.
B. Analisa Data Tentang Bentuk-bentuk Kegiatan Pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong Dalam upaya merealisasikan visi madrasah, yaitu membentuk manusia yang berakhlakul karimah maka MI Ma’arif Lengkong menerapkan beberapa langkah yang bisa membuat anak menjadi terbiasa untuk cenderung berbuat positif. Kegiatan ini tentunya sudah disesuaikan dengan usia anak, sehingga anak tidak merasa terbebani. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut meliputi: a.
Tradisi berjabat tangan sesama teman serta kepada guru.
b.
Siswa dianjurkan untuk menggunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi dengan guru maupun dengan sesama teman.
c.
Membiasakan berdoa ketika memulai dan mengakhiri pelajaran.
d.
Membiasakan membaca surat-surat pendek dalam Juz ‘Ama.
e.
Kebiasaan untuk selalu menyisipkan nilai-nilai akhlak mulia dalam setiap menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan himbauan kepala madrasah. Kegiatan
ini
mempunyai
tujuan
mutlak
untuk
membentuk
karakterisitik yang sesuai dengan visi madrasah. Tanpa adanya kebiasaan positif yang tertanam dalam jiwa anak, mustahil akan tercipta generasi bangsa yang mempunyai budi pekerti luhur. Padahal akhlak yang mulia adalah landasan pokok yang harus dimilki oleh suatu bangsa agar bisa berkembang
100
menjadi suatu komunitas yang kompeten dalam segala bidang. Hal tersebut juga sesuai dengan tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan Ibn Miskawaih adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk Kegiatan Pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong adalah siswa diperkenalkan dan dipraktekkan secara langsung pada tingkah laku yang mulia, baik sesama teman maupun kepada guru. Dengan harapan akan terbawa ketika mereka hidup di lingkungan masyarakat. Hal ini bersifat pembiasaan, seperti berjabat tangan dan berkata baik. Kegiatan tersebut dibimbing langsung oleh guru. Dalam hal ini guru dianggap manusia yang berperan penting
dalam
pembentukan karakteristik anak diusia dasar.
C. Analisa Tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong Dalam setiap usaha manusia sudah barang tentu ada faktor pendukung dan faktor penghambatnya. Begitu juga dalam upaya pendidikan akhlak mulia yang dialami oleh MI Ma’arif Lengkong. Hal ini bisa bermacam-macam bentuknya.bisa dari dalam, dan bisa juga dari luar. Namun faktor-faktor tersebut tidak bersifat permanen, artinya bisa diatasi bersamaan dengan perputaran waktu. Sarana dan prasarana yang terbatas bisa dipenuhi sedikit
101
demi sedikit sehingga lama kelamaan akan menjadi lengkap. Faktor pendukung dan faktor penghambat tersebut meliputi: a. Faktor pendukung 1. Tersedianya buku-buku bacaan yang menunjang dalam membantu terbentuknya akhlak yang mulia, seperti buku-buku pembelajaran dan bacaan tentang kisah para rasul dan sahabat-sahabatnya. i.
Faktor lingkungan yang agamis. Kedua faktor tersebut secara tidak langsung memberi dampak yang
positif dalam merealisasikan visi madrasah. Walaupun jumlahnya masih sedikit tetapi sudah mempunyai peran yang teramat positif, buku bacaan yang baik akan menumbuhkan kecerdasan anak dalam ranah pendidikan yang positif. Lingkungan sekolah yang agamis juga berperan penting dalam
membentuk
psikologis
anak
dalam
berkomunikasi
dan
bermasyarakat. Lingkungan mempunyai andil dalam membentuk karakter seseorang. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kedamaian serta agamis akan membentuk manusia yang berjiwa tenang dan bijaksana. Tetapi bila anak berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan kekerasan maka ia akan tumbuh menjadi manusia yang keras dan anarkis, serta hidup yang penuh dengan ambisi dunia dan berakhir dengan kehancuran. b. Faktor penghambatnya 1.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela.
102
2.
Kurang adanya kontrol dari pihak orang tua dalam penggunaan teknologi seperti Hand Phone dan acara-acara televisi yang tidak mendidik. Sehingga mereka menelan mentah-mentah apa yang dilihatnya. Kedua faktor tersebut adalah kendala terberat yang dialami oleh MI
Ma’arif Lengkong dalam rangka pendidikan akhlak mulia terhadap siswa. Hampir setiap rumah sekarang ada alat elektronik yaitu HP dan Televisi. Kedua alat tersebut
sebenarnya memberi manfaat yang banyak kalau
penggunaanya tepat. Tetapi karena lepas kendali dan tidak adanya kontrol dari orang tua maka mempunyai dampak negatif yang sangat kuat terhadap anak. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa Faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong adalah;(1) Tersedianya buku-buku bacaan yang menunjang dalam membantu terbentuknya akhlak yang mulia, seperti buku-buku pelajaran dan bacaan tentang kisah para rasul dan sahabat-sahabatnya; (2) Faktor lingkungan yang agamis. Sedangkan Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong adalah; (1) Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela; (2) Kurang adanya kontrol dari pihak orang tua dalam penggunaan teknologi seperti Hand Phone dan acara-acara televisi yang
tidak mendidik.
Sehingga mereka menelan mentah-mentah apa yang dilihatnya.
103
Tidak dapat kita ingkari bahwa perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat kita semakin mudah dalam melaksanakan setiap aktifitas, tetapi dibalik itu juga mempunyai dampak negatif bagi para siswa. Suatu contoh maraknya acara televisi yang menyajikan acaraacara yang tidak mendidik dan lepasnya pengawasan orang tua. Selain itu jaringan internet yang mudah diakses juga berperan dalam membentuk kenakalan anak, maraknya permainan elektronik seperti PS (Play Station) serta program Hp yang bisa dirubah sesuai dengan yang diinginkan banyak memberi peluang kepada anak untuk berbuat yang tidak senonoh. Dari beberapa faktor penghamabat di atas yang telah disebutkan yang paling besar pengaruhnya adalah perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela, sehingga dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh mayoritas pendidik. Dampak itu bisa berupa lemahnya kemauan siswa dalam belajar serta malas untuk mengikuti pelajaran karena disebabkan terlalu banyak menonton acara televisi sampai pada larut malam, belum lagi yang kecanduan terhadap PS, sehingga tetap mengganggu konsentrasi belajar mereka. Karena terlalu asyik dengan permainan kadang anak lupa terhadap kewajibannya, hal ini sudah umum dialami oleh siswa diseluruh lapisan. Nasehat yang kontinu mealui pendidikan sangat efektif untuk merubah perilaku mereka serta adanya sanksi yang mendidik juga bisa membuat jera mereka. Karena pada dasarnya anak di usia dasar masih mudah untuk diarahkan.
104
Demikian beberapa faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh MI Ma’arif Lengkong dalam rangka pendidikan akhlak. Menghadapi hambatan yang bersifat konkrit tentunya lebih mudah dari pada yang bersifat abstrak. Tersedianya buku-buku bacaan keteladanan serta lingkungan yang agamis adalah faktor pendukung yang dimiliki oleh MI Ma’arif Lengkong, sedangkan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela, disertai dengan kurang adanya kontrol dari kedua orang tua adalah sebagai salah satu penghambat yang dialami oleh MI Ma’arif Lengkong.
105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis kemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan
pendidikan
Akhlak
siswa
MI
Ma’arif
Lengkong
membudayakan akhlak yang mulia dengan menerapkan model pendidikan akhlak dengan cara melalui pembiasaan. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa dengan aktifitas-aktifitas yang telah dibudayakan di madrasah tersebut. Tentunya pembiasaan ini yang bersifat positif. Peneladanan termasuk juga salah satu metode pendidikan akhlak yang diterapkan oleh MI Ma’arif Lengkong, karena bagi anak yang mempunyai kesulitan menangkap materi pembelajaran tentunya akan kesulitan merespon maksud dari pelajaran tertentu, sehingga akan lebih mudah bila melihat secara langsung melalui contoh langsung dari guru. Kegiatan ini dimaksudkan agar anak meniru apa yang dilakukan oleh guru mereka. Karena anak usia dasar mempunyai kecenderungan meniru, maka kesempatan ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya. 2. Bentuk-bentuk kegiatan pembelajaran Akhlak di MI Ma’arif Lengkong adalah siswa diperkenalkan dan dipraktekkan secara langsung pada tingkah laku yang mulia, baik sesama teman maupun kepada bapak/ibu guru. Dengan harapan akan terbawa ketika mereka hidup di lingkungan
58
106
masyarakat. Hal ini bersifat pembiasaan, seperti berjabat tangan dan berkata baik. Kegiatan tersebut dibimbing langsung oleh bapak/ibu guru. Dalam hal ini guru dianggap manusia yang berperan penting
dalam
pembentukan karakteristik anak diusia dasar. 3. a.
Faktor-faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong adalah: 1) Tersedianya buku-buku bacaan yang menunjang dalam membantu terbentuknya akhlak yang mulia, seperti buku-buku pembelajaran dan bacaan tentang kisah para rasul dan sahabat-sahabatnya. 2) Faktor lingkungan yang agamis.
b.
Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan Akhlak di MI Ma’arif Lengkong adalah: 1) Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan merajalela. 2) Kurang adanya kontrol dari pihak orang tua dalam penggunaan teknologi seperti Hand Phone dan acara-acara televisi yang tidak mendidik. Sehingga mereka menelan mentah-mentah apa yang dilihatnya.
B. Saran-saran Berdasarkan yang penulis peroleh, ada beberapa hal yang perlu penulis sarankan, antara lain: 1. Hendaknya Akhlak yang sudah membudaya dalam lingkungan sekolah ditingkatkan
dan
dipertahankan
melalui
kebiasaan-kebiasaan
atau
107
kegiatan-kegiatan yang bersifat positif dalam rangka meningkatkan nilai Akhlakul karimah yang semakin hari semakin pudar. 2. Hal-hal bersifat pembiasaan, seperti berjabat tangan dan berkata baik hendaknya terus d7ilakukan agar kebiasaan itu dapat tertanam terus ketika mereka bermasyarakat. 3. Adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan akhlak tersebut seharusnya dapat dijadikan tolak ukur guru agar tidak salah mengenalkan teknologi terhadap siswanya dan dapat mengambil sisi positifnya. Karena teknologi yang canggih tidak selalu menimbulkan sesuatu yang bersifat negatif.
1
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahan Revisi Depag Terbaru Indonesia: PT Qomari Prima Publisher, 2007. As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002. As’adie, Basuki. Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Satyagama. 2007. Daud Ali, Muhammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:PT Bumi Aksara, 2001. http://educare.e-Fkipunla.net/index.php?option=comcontent&task=view&Id= 52&itemid=13 Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999. Isjoni. Pembelajaran Terkin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Kurdi, Syuab. Model Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SD dan MI. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006 Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitaif Edisi Revisi, Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2005. Mulyana, Deddy. Metodoogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003. Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2007. Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999. Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka, 1986. Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Kencana Prenada Media Group, 2005.
2
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantiatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2006. Suwito. Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih. Yogyakarta: Belukar, 2004. Tatapangarsa, Humaidi. Akhlaq yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1980. Tilaar. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999. Tirtarahardja, Umar, Sula, La. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
3