1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan adalah dunia guru dan rumah rehabilitasi bagi anak didik. Dengan sengaja guru berupaya mengerahkan tenaga dan fikiran untuk mengeluarkan anak didik dari kebodohan. Guru dalam pandangan masyarakat menempati kedudukan yang terhormat, sehingga mereka yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.1 Guru dalam proses pembelajaran bertujuan menciptakan serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu, serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian. Untuk menjadi guru diperlukan syaratsyarat khusus dan harus menguasai betul seluruh bentuk pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.2 Selain itu guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak dapat dipisahkan antara kemampuan mendidik (paedagogik), membimbing, mengajar, dan melatih. Di sisi lain guru dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal guru sebagai EMASLIMDEF (Educator, Manager, Administrator,
1 2
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 31. Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990),
4-5.
1
2
Supervisor , Leader, Innovator, Motivator, Dinamisator, Evaluator, Facilitator).3 Dalam hal ini, guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pencapaian kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi anak didik. Untuk menjalankan tugas dan fungsi yang lebih komplek, guru perlu memiliki kompetensi. Kompetensi guru bersifat berdiri sendiri dan merupakan satu
kesatuan
utuh
yang
menggambarkan
potensi
yang mencakup
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai, yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat dipresentasikan dalam amalan dan kinerja guna mengelola pembelajaran di sekolah. Kompetensi ini digunakan sebagai indikator dalam mengukur kualifikasi guru pada suatu jenjang dan jenis pendidikan.4 Istilah kompetensi memang bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 70an, terkenal dengan wacana akademis tentang apa yang disebut sebagai Pendidikan da pelatihan berbasis kompetensi atau competency based training and education (CBTE). Pada saat itu Direktorat Pendidikan Guru Dan Tenaga Teknis (Dikgutentis) pernah mengeluarkan buku tentang 10 kompetensi guru tersebut. 10 kompetensi tersebut sebagai berikut:
3 4
2007), 86.
1.
Memiliki kepribadian sebagai guru
2.
Menguasai landasan pendidikan
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat, 2005), 25-26. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya,
3
3.
Menguasai bahan pelajaran
4.
Menyusun program pengajaran
5.
Melaksanakan proses belajar mengajar
6.
Melaksanakan penilaian pendidikan
7.
Melaksanakan bimbingan
8.
Melaksanakan administrasi sekolah
9.
Menjalin kerjasama dengan guru sejawat dan masyarakat
10.
Melaksanakan penelitian sederhana.
Sehubungan dengan uraian di atas, guru dituntut untuk memiliki beberapa kompetensi kepribadian. Dalam Standar Pendidikan Nasional penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b, dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pertumbuhan pribadi para peserta didik.5 Berbicara mengenai potensi, sebagai makhluk yang bhineka (berbeda), potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh guru juga berbeda, yaitu mencakup fisik dan emosi. Perbedaan ini sering menimbulkan masalah yang salah satunya adalah perilaku.6 Ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada pada individu masingmasing, seperti adanya perbedaan dalam bakat, minat, pengalaman,
5 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), 117. 6 Munawir Yusuf, Pendidikan Bagi Anak Didik dan Problema Belajar (Solo: Tiga Serangkai, 2003), 166.
4
pengetahuan, intensitas perasaan, dan juga situasi lingkungan. Demikian juga sikap pada diri seseorang terhadap sesuatu perangsang yang sama mungkin juga tidak selalu sama. Pada suatu ketika pak guru marah-marah karena kelasnya ribut, tetapi pada ketika yang lain dia tidak begitu meghiraukan meskipun kelasnya ribut pula. Seperti yang dilakukan oleh guru di MIT (Madrasah Bakti Ibu), kota Madiun tentang prilaku sosial guru yang sering ditunjukkan dalam kelas waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung. Guru mempunyai tugas mengorganisasi dan mengatur jalannya proses belajar mengajar dan itu semua memerlukan suatu perencanaan dan persiapan yang baik dan mantap sehingga dapat dinilai pada akhir proses belajar mengajar. Berdasarkan fakta di atas, guru sebagai orang tua di sekolah, dituntut memiliki kepribadian yang dapat menjadi teladan bagi siswanya dan sekaligus dapat dimanfaatkan oleh guru guna menanamkan pandangan yang positif terhadap martabat manusia ke dalam pribadi anak didik. Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian tentang kompetensi kepribadian guru terhadap pengelolaan kelas, maka untuk menjawab pertanyaan di atas penulis menyusun skripsi dengan judul: “PENGARUH
KOMPETENSI
KEPRIBADIAN
GURU
TERHADAP
PENGELOLAAN KELAS DI KELAS V, MIT (MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU) BAKTI IBU, KOTA MADIUN TAHUN AJARAN 2009-2010”.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis akan memberikan batasan mengenai rumusan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil dan dewasa terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu , Kota Madiun tahun ajaran 2009-2010? 2. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif dan berwibawa terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun tahun ajaran 2009-2010? 3. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil dan dewasa terhadap keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun tahun ajaran 2009-2010? 4. Seberapa besar pengaruh kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif dan berwibawa terhadap keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun tahun ajaran 2009-2010?
6
C. Tujuan Penelitian Setelah memperhatikan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besar-kecilnya pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil dan dewasa terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. 2. Untuk mengetahui besar-kecilnya pengaruh kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif dan berwibawa terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. 3. Untuk mengetahui besar-kecilnya pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil dan dewasa terhadap keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. 4. Untuk mengetahui besar-kecilnya pengaruh kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif dan berwibawa terhadap keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal siswa kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010.
7
D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah: 1) Manfaat teoretis Dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan khazanah keilmuan khususnya bagi guru agar nantinya dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kompetensi kepribadian guru. 2) Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan kualitas guru maupun anak didik dalam proses belajar mengajar. a. Bagi sekolah Dalam penelitian ini sekolah dapat mengetahui sejauh mana kompetensi kepribadian guru kelas V di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. b. Bagi guru Untuk menjadi pedoman bagi guru akan pentingnya peningkatan kepribadiannya sehingga berpengaruh pada pengelolaan kelas yang baik. c. Bagi peneliti Karena peneliti adalah mahasiswa yang mengambil Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, tentu hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan baik secara teoretis maupun praktis.
8
E. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya ilmiah ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan yang menjadi lima bab sebagai berikut: Bab satu pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua landasan teori, yang meliputi: pengertian kompetensi, pengertian kompetensi kepribadian guru, dan pengertian pengelolaan kelas, tujuan pengelolaan, komponen-komponen pengelolaan kelas, dan hubungan kompetensi kepribadian guru dan pengelolaan kelas Bab tiga metode penelitian yang terdiri dari rancangan penelitian, populasi dan sampel, instrumen pengumpulan data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. Bab empat temuan dan hasil penelitian yang membahas tentang paparan data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari sejarah berdirinya MIT (Madrasah Itidaiyah Terpadu) Bakti ibu, Kota Madiun, letak geografis, struktur organisasi, sarana prasarana, keadaan guru, keadaan siswa. Paparan data khusus terdiri dari data tentang kompetensi kepribadian guru kelas V MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. Dan data tentang pengelolaan kelas
9
di kelas V MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. Analisis data yang terdiri dari kepribadian guru, pengelolaan kelas serta ada tidaknya korelasi kepribadian guru dengan pengelolaan kelas di kelas V, MIT (Madrasah ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun tahun ajaran 2009-2010. Bab lima penutup yang meliputi kesimpulan dan saran guna mencapai kelengkapan dari skripsi ini.
10
BAB II KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN PENGELOLAAN KELAS A.
Kompetensi Kepribadian Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, Broke Stone (1995), mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat prilaku guru yang penuh arti. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”.7 Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang membentuk standar
profesi
guru,
yang
mencakup
penguasaan
materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. guRu perlu memiliki standar mental, moral, sosial, spiritual, intelektual, fisik, dan psikis, sebagai berikut ini: • Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai,
mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi.
• Standar moral: guru harus memiliki budi pekerti yang luhur. 7
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), 25.
10
11
• Standar sosial: guru harus memiliki kemampuan bergaul dan berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya. • Standar spiritual: guru harus beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, yang diwujudkan dalam ibadah sehari-hari. • Standar intelektual: guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya. • Standar fisik: guru harus sehat jasmani, dan tidak memiliki penyakit menular. • Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak memiliki gangguan jiwa. Direktorat pendidikan guru dan tenaga teknis (Dikgutentis) pernah mengeluarkan buku tentang 10 kompetensi guru. Sepuluh kompetensi tersebut sebagai berikut: 1.
Memiliki kepribadian
2.
Menguasai landasan pendidikan
3.
Menguasai bahan pelajaran
4.
Menyusun program pengajaran
5.
Melaksanakan proses belajar mengajar
6.
Melaksanakan penilaian pendidikan
7.
Melaksanakan bimbingan
8.
Melaksanakan administrasi sekolah
9.
Menjalin kerjasama dengan guru sejawat dam masyarakat
12
10. Melaksanakan penelitian sederhana. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal 8 Berdasarkan analisis di atas, dapat diperoleh gambaran secara fundamental
tentang
pentingnya
kompetensi
guru.
Dengan
demikian, terdapat cukup alasan mengenai pentingnya kompetensi kepribadian guru yang dibahas pada tulisan ini. 2. Kompetensi Kepribadian Guru Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan 8
sumber
daya
manusia
(SDM),
serta
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksra, 2004), 36.
13
mensejahterakan masyarakat, kemajuan Negara, dan bangsa pada umumnya. Kompetensi kepribadian guru dibagi menjadi dua, yaitu (1) kepribadian yang mantab, stabil, dewasa (2) kepribadian disiplin, arif dan berwibawa. a. Kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa. Hal ini sangat penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantab, kurang stabil, dan kurang dewasa. Kondisi kepribadian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru. Guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering
memancing
emosinya.
Kestabilan
emosi
sangat
diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan. Stabilitas dan kematangan emosi guru akan berkembang sejalan
dengan
pengalamannya,
selama
guru
itu
mau
memanfaatkan pengalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah umur atau masa kerjanya yang bertambah, melainkan bertambahnya
14
kemampuan memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa lalu.9
b. Kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa, kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa. 1) Pentingnya disiplin Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggungjawab mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal sebagai berikut: •
Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya.
•
Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.
•
Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat menegakkan disiplin.
2) Menjadi teladan bagi peserta didik
9 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksra, 2004), 122.
15
Guru merupakan teladan bagi peserta didik. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Beberapa hal berikut ini perlu mendapat perhatian oleh para guru: • Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berfikir • Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi keseluruhan • Hubungan
kemanusiaan:
diwujudkan
dalam
semua
pergaulan manusia • Proses berfikir: cara yang di gunakan oleh fikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.10
B. Pengelolaan kelas 1. Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh semua orang yang menerjunkan dirinya ke dalam dunia pendidikan. Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola” ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolan adalah “manajemen”. 10
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksra, 2004), 127.
16
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan suatu kegiatan. Pengelolaan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Pengertian ini jelas meninjaunya dari segi anak didik. 11 Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah
ditinggalkan.
Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses belajar mengajar. 2.
Tujuan Pengelolaan Kelas Pengelolaan yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena dengan adanya tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun fikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu mengatarkan anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak berilmu menjadi berilmu. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang
11
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 196.
17
memungkinkan anak didik berbuat sesuai dengan kemampuannya, dan harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat belajar dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Sebagai indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: 1)
Setiap anak harus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu akan tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.
2)
Setiap anak terus melakukan tugas tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melakukan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.12
3.
Komponen-Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi kelas yang optimal dan keterampilan yang berhubungan dengan
12
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 68.
18
pengembangan kondisi belajar yang optimal. Akan diperjelas dan diperdalam pada uraian berikut ini: a.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi kelas yang optimal Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut: 1) Sikap tanggap Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa dia hadir bersama mereka. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara: • Memandang secara seksama Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik dalam kontak pandang serta interaksi antar pribadi. • Memberi pernyataan. Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. 2) Memberi perhatian Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang
19
berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara: • Visual Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama, sehingga dia dapat melirik ke kegiatan kedua, tanpa kehilangan pada kegiatan yang pertama. • Verbal Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan, dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik, sehingga dia terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain. 3) Membagi perhatian kelompok Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa dia bekerja sama dengan kelompok. Untuk itu ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk memusatkan perhatian anak didik antara lain: • Memberi tanda Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya: memperkenalkan objek, pertanyaan atau topik dengan memilih anak didik secara acak.
20
• Pertanggungjawaban Guru meminta pertanggungjawaban kepada anak didik atas kegiatan dan ketertibannya dalam suatu kegiatan. • Penghentian Tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah, yang diperlukan di sini adalah dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar dan mengganggu untuk aktif dalam kegiatan di kelas. b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Ketrampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru
dapat
mengadakan
tindakan
remedial,
untuk
mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan. Strategi itu adalah: 1) Memodifikasi tingkah laku Guru hendaklah menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami memodifikasi
masalah
atau
tingkah
kesulitan laku
dan
tersebut
berusaa dengan
mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
21
2) Pendekatan pemecahan masalah kelompok Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara: •
Memperlancar
tugas-tugas
dengan
mengusahakan
terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan tugas. •
Memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.13
C. Hubungan Kepribadian dengan Pengelolaan Kelas Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakan sebagai seorang guru, yang dimaksud peranan ialah pola kepribadian atau pola prilaku tertentu yang merupakan ciri khas dari perkembangan atau jabatan tertentu. Keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama dalam tugasnya sebagai pendidik, guru memegang berbagai jenis tugas yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Kompetensi kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung pada pengelolaan kelas, ketrampilan seorang guru untuk menciptakan dan memelihara kegiatan-kegiatan bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Yang termasuk ke dalam hal ini adalah, (a) penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, (b) pemberian
13
217.
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
22
hadian bagi ketepatan waktu menyelesaikan tugas oleh siswa, dan (c) penetapan norma kelompok yang produktif. Menjadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa merupakan sifat dasar yang harus dimiliki dalam kegiatan pembelajaran dan pengelolaan. Dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara kronstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran dan pengelolaan guru tersebut. Peran dan fungsi ini patut difahami, dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan, sehingga dengan keterampilan dan
kerendahan
hati
akan
memperkaya
arti
pembelajaran
dan
pengelolaan.14 Dalam masa sekarang ini setiap sekolah memerlukan beberapa orang guru, sehingga tiap-tiap siswa akan mendapat pendidikan dan bimbingan dari beberapa orang guru yang mempunyai kepribadian dan mental yang berbeda pula. Sikap guru akan mempunyai pengaruh terhadap pengelolaan kelasnya. Pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukannya dengan sengaja ataupun tanpa sengaja.15
II.
TELAAH PUSTAKA Di sini penulis sajikan telaah pustaka yang berkenaan dengan kepribadian guru dalam skripsi yang telah ada:
14
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2007), 127.
15
http:// Pustaka Abadi, Blogspot, 2008. Diakses tanggal 19 Agustus 2009
23
1. PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA MI MA’ARIF PATIHAN WETAN TAHUN AJARAN 2008-2009. Oleh Septa Hujjatul Mu’adhomah dengan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kompetensi kepribadian guru MI Ma’arif Patihan Wetan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009? b. Bagaimana prilaku sosial siswa MI Ma’arif Patihan Wetan Ponorogo Tahun Ajaran 2008-2009? c. Adakah pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap prilaku siswa di MI Ma’arif Patihan Wetan Ponorogo Tahun ajaran 20082009? dan kesimpulannya sebagai berikut: 1) Kompetensi kepribadian guru MI Ma’arif Patihan Wetan tergolong dalam kategori cukup. Hal ini ditunjukkan dengan prosentase jawaban siswa sebesar 57,895 % atau sebanyak 33 siswa dari 57 responden. 2) Perilaku sosial siswa di MI Ma’arif Patihan Wetan tergolong dalam kategori cukup. Hal ini dapat ditunjukkan dengan prosentase sebanyak 49,123 % atau sebanyak 28 siswa dari 57 responden. 3) Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi kepribadian guru dan perilaku sosial.
24
B.
Kerangka berfikir Berangkat dari landasan teori di atas, maka dapat diajukan
kerangka berfikir penelitian sebagai berikut: 1.
Jika kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa baik, maka keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal akan semakin baik.
2.
Jika kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif, dan berwibawa
baik,
maka
keterampilan
menciptakan
dan
memelihara kondisi kelas yang optimal akan semakin baik. 3.
Jika kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa baik, maka keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal akan semakin baik.
4.
Jika kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif, dan berwibawa baik, maka keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal akan semakin baik.
C. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian secara teoretik dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.16 Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah hipotesis hubungan (assosiatif) yaitu suatu pertanyaan yang menunjukkan dugaan sementara tentang hubungan antara dua variabel atau
16
S. Margono, Metode Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 67-68.
25
lebih.17 Yang diajukan dalam proposal ini berupa hipotesis kerja (Ha) yakni: 1.
Ada pengaruh antara kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa dengan keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal .
2.
Ada pengaruh antara kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif, dan berwibawa dengan keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal.
3.
Ada pengaruh antara kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa dengan keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal.
4.
Ada pengaruh antara kompetensi kepribadian guru yang disiplin, arif, dan berwibawa dengan keterampilan mengembangkan kondisi kelas yang optimal.
.
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 108.
26
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja untuk mencapai tujuan penelitian yang merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan yang telah dirumuskan. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode penelitian kuantitatif yakni penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan
pada
umumnya
dilakukan
secara
random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis bersifat kuantitatif dengan menggunakan statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis.18
A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah proses pemikiran dan penentuan yang matang tentang hal-hal yang akan dilakukan.19 Selain itu rancangan penelitian juga diartikan sebagai pengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid yang sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan korelasional yang menitikberatkan pada jawaban apakah variabel independen
(kompetensi
kepribadian
guru)
dapat
mengakibatkan
perubahan pada variabel dependen (pengelolaan kelas). 18
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Pedoman Penulisan Skripsi STAIN Ponorogo. Ponorogo, 2008. 19 Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) hal, 50.
26
27
Dalam rancangan ini, peneliti menggali sejumlah data atau faktafakta yang ada di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi , dan angket dengan menyebar lembaran pertanyaan yang akan diisi oleh guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun. Setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Tenik analisis data kuantitatif yaitu data yang terwujud angka-angka yang biasa diperoleh dari hasil penjumlahan (menghitung) atau biasa juga dengan hasil pengukuran sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap pengelolaan kelas di kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, kota Madiun Tahun Ajaran 2009-2010. Alat pengukuran tersebut adalah: 1. Skala Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek atau tingkah laku dengan tujuan mengukur sifat. Skala biasanya digunakan untuk mengukur sifat nilai-nilai dan minat. Macam skala ada empat, yaitu: (1) skala sumatted rating scale atau skala Likert, (2) equalapearing intervals atau skala Thurstone, (3) cumulative scales atau skala perbedaan makna dan (4) Skala Guttman.20
20
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 175.
28
Dan penulis menggunakan skala Likert, yaitu skala yang merupakan sejumlah pertanyaan positif dan negatife mengenai suatu objek sikap dan sifat. Langkah-langkah menyusun skala Likert, sebagai berikut: a. Mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan tentang objek sikap dan sifat. b. Memilih dari kumpulan pertanyaan-pertanyaan menyenangkan dan tidak menyenangkan c. Memberikan butir-butir pertanyaan itu kepada individu untuk mengisi pendapatnya. d. Menghitung skor tiap individu. e. Melakukan analisis untuk memilih butir-butir pertanyaan yang menghasilkan diakriminasi tinggi.21 Dan tiap butir item pertanyaan mempunyai empat opsi jawaban dengan format: a. Selalu
:4
b. Jarang
:3
c. Kadang-kadang
:2
d. Tidak pernah
:1
Untuk keperluan analisis, data yang digali dengan menggunakan skala Likert dan diubah klasifikasinya dengan menggunakan perhitungan range dengan kategori: baik, cukup, dan kurang.
21
Margono. S, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 176.
29
B. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek/obyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulan.22 Dalam penelitian ini penulis merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan "Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih dari 100, maka diambil 10 – 15% atau 20 – 25% atau lebih.23 Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun berjumlah 12 orang terdiri dari 6 guru putra dan 6 guru putri.
1. Data dan Sumber Data 1. Data Data adalah hasil catatan penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka. Adapun data yang ingin peneliti peroleh dalam penyusunan skripsi ini di MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun adalah:
22
Sugiono, Metodologi Penelitian Administrasi (Bandung: Alfa Beta, 2002), 57. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 67. 23
30
a. Data umum lokasi penelitian 1.
Sejarah berdirinya MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bhakti Ibu Kota Madiun.
2.
Letak geografis, visi, misi serta tujuan MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bhakti Ibu Kota Madiun.
3.
Struktur organisasi
4.
Keadaan guru
5.
Keadaan siswa
6.
Sarana dan prasarana
b. Data khusus 1.
Data tentang kompetensi kepribadian guru kelas V MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun tahun ajaran 20092010.
2.
Data tentang pengelolaan kelas di kelas V MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun tahun ajaran 20092010.
3.
Analisis Data tentang Hubungan Kepribadian Guru dengan Pengelolaan Kelas di kelas, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bhakti ibu, Kota Madiun tahun ajaran 2009-2010.
31
2. Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.24 Untuk memperoleh data yang penelitian ini, maka peneliti menggunakan dua sumber data yaitu : a. Manusia, meliputi kepala sekolah, guru MIT Bakti Ibu. b. Non manusia, meliputi dokumentasi yang ada kaitannya dengan penelitian buku-buku dan ketentuan lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
C. Instrumen pengumpulan data Judul
Variabel
Sub-variabel
Indikator
Pengaruh kompeten si kepribadi an guru terhadap pengelola an kelas di kelas V, MIT(Mad rasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun tahun ajaran 20092010
Kompetensi kepribadian guru (X)
1.1.Kepribadian guru yang mantab,stab il, dan dewasa
Kemampuan mengendalikan emosi saat mengajar anak didik. Kemampuan bereaksi terhadap situasi-situasi yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tepat
24
(Variabel independen)
(X-1)
1.2.Kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa Pengelolaan kelas (Y) (variabel dependen)
Ibid, 115.
(X-2) 2.1.Keterampila n menciptaka n dan memelihara kondisi
Kemampuan sikap yang menjadi teladan bagi anak didik. Kemampuan membina disiplin peserta didik. Mampu bersikap tanggap pada anak didik Mampu membagi perhatian pada anak didik
No item instrumrn 1,2, 3,4, 5,6,
7,8, 9,10, 11,12 13,14, 15,16, 17,18,
32
belajar yang optimal. (Y-1) 2.2.Keterampila n mengemban gkan kondisi belajar yang optimal.
Mampu memodifikasi tingkah laku anak didik. Mampu memecahkan masalah kelompok.
19,20, 21,22, 23,24
(Y-2)
D . Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket dan metode dokumentasi. Metode angket yaitu alat pengumpulan informasi dan cara menyampaikan pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.25 Metode angket ini, penulis pergunakan untuk menjawab secara tertulis oleh guru dalam pengumpulan data tentang: 1. Kompetensi Kepribadian guru 2. Pengelolaan kelas Metode dokumentasi yaitu mencari mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.26 Dalam penelitian ini, penulis pergunakan untuk memperoleh data tentang: sejarah berdirinya MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, 25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 206 26 Sutrisno Hadi, Metode Research I (Yogyajarta: Andi Officet, 1997), 42.
33
Kota Madiun, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana. E. Teknik Analisis Data Dalam menganalisa data disini penulis menggunakan teknik koefisien kontingensi (contingency coefficient correlation). Teknik koefisien kontingensi (contingency coefficient correlation) adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat, dua buah variabel yang dikorelasikan adalah bentuk kategori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya: Tingkat Pendidikan: tinggi, menengah, rendah: Pemahaman Terhadap Ajaran Agama Islam: baik, cukup, kurang dan sebagainya. Rumusan untuk mencari Koefisien Kontigensi sebagai berikut : KK =
χ2 = ∑
χ2 χ2 + N ( fo − ft ) 2 ft
Keterangan : KK : Angka indek korelasi koefisien kontigensi
χ 2 : Angka kuadrat N
: Jumlah data yang di observasi (number of cases)
fo : Frekuensi yang diobservasi ft : Frekuensi teoristik.27
27
2006), 253.
Anas Sujiono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Presada,
34
Tes signifikansi dengan χ 2 bermaksud menguji apakah frekuensi yang diobservasi
fo berbeda secara signifikan dari frekuensi yang
diharapkan ( ft ). Bila harga χ 2 ternyata sama atau lebih besar dari suatu harga kritis yang ditetapkan pada suatu taraf signifikansi, maka kita menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang meyakinkan antara fo dengan ft . jika keadaannya adalah sebaliknya, yaitu jika harga χ 2 ternyata lebih
kecil dari suatu harga kritis maka kita menyimpulkan bahwa perbedaan antara fo dengan ft adalah tidak meyakinkan, atau perbedaan tersebut secara
statistik dianggap sebagai perbedaan karena kesalahan sampling.28
28
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 3 (Yogyakarta: Andi Offcet, 2004), 304-305.
35
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun 29 MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti ibu, Kota Madiun didirikan pada tahun 2000 oleh lembaga pengelola Bina Insan Muslim Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Bakti Ibu 1 terletak di jalan Halmahera no 54, Kelurahan Kartoharjo, Kecamatan Kartoharjo Kota madiun. Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Bakti Ibu 2 terletak di jalan Dawuhan Kelurahan Banjarejo Kecamatan Taman Kota Madiun. Madrasah
Ibtidaiyah
Terpadu
adalah
pendidikan
yang
mememadukan kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan umum. Pendidikan dengan sentuhan kasih sayang dipadu dengan sentuhan ilmu agama dan ilmu eksakta proporsional. Dengan harapan akan mampu mengoptimalkan potensi intelektual sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada dasarnya metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina kepribadian anak didik dan memotivasi kemampuannya. Secara umum tujuan penyelengaraan Madrasah Ibtidaiyah Terpadu adalah
29
Hasil wawancara dengan Nuruddin S.Ag. selaku Kepala Madrasah, 15 September 2009, Pukul 10.00 WIB di kantor MIT Bakti Ibu.
34
36
mempersiapkan generasi penerus Islam yang mampu menunjukkan kebenaran dan keindahan Islam yang rahmatan Lil ’Alamin. Adapun profil madrasah ibtidaiyah terpadu sebagai berikut:
PROFIL MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU BAKTI IBU Identitas Sekolah ( 1 ) Nama Sekolah
: Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Bakti Ibu
Alamat
: Jl. Halmahera No. 54 Telp. 0351- 461955
Nama Lembaga Pengelola
: Yayasan Bina Insan Muslim
Status Sekolah
: Swasta Terakreditasi B Plus berdiri tahun 2000
SK Kelembagaan
: Mm.31/05.00/.0004/521/2000
Identitas Kepala Sekolah ( 2 ) NSM ( 12 digit )
: 112357701010
Tahun didirikan
: 2000
Status Sekolah
: Sewa
Nama Kepala Sekolah
: NURUDIN, S.Ag
No. SK Kepala Sekolah
:-
Masa Kerja Kepala Sekolah
: 5 tahun
NIS
: 110030
NPWP
: 02.302.343. 5-621.000
37
2. Visi, Misi dan Tujuan MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti ibu, Kota Madiun Dalam
menyelenggarakan
aktifitas
akademisnya,
MIT
(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun memiliki visi, misi, dan tujuan yang mulia dalam upaya mencerdaskan masyarakat luas. Adapun visi, misi, dan tujuan MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti ibu, Kota Madiun adalah sebagai berikut: a. Visi Terwujudnya sumber daya muslim yang bertaqwa, berakhlaq karimah dan memiliki kompetensi akademik yang optimal. b. Misi Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Kota Madiun mempunyai misi sebagai berikut: •
Membentuk manusia yang bertaqwa yang memiliki aqidah yang sesuai Al-Qur’an dan As Sunah,
akal yang cerdas (wawasan
berpikir yang luas, cerdik, dan kreatif), akhlaq mulia (santun, amanah, tegas, berani, disiplin, dan bertanggung jawab) serta tubuh yang kuat (sehat, bugar, dan energik). •
Menerapkan sistem budaya sekolah islami yang menjunjung tinggi kejujuran,
kesungguhan,
keberanian
berkreasi,
kedisiplinan,
ketertiban, kesabaran, kedamaian, kesetiaan, pengorbanan, amanah, dan kasih sayang.
38
•
Menumbuhkan
semangat
dakwah
di
dalam
segala
unsur
penyelenggaraannya. •
Menumbuhkan personal life skill, dan academic life skills.
•
Menciptakan lingkungan yang memfasilitasi anak untuk gemar belajar.
c. Tujuan Atas dasar hal tersebut serta dengan mengacu pada visi dan misi di atas, maka tujuan yang hendak dicapai oleh MIT Bakti Ibu Kota Madiun adalah: •
Terwujudnya kesadaran
siswa dalam
menjalankan ibadah
menurut ajaran agama Islam •
Terwujudnya perilaku siswa sesuai dengan akhlakul karimah yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
•
Tercapainya keunggulan prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik
•
Terwujudnya kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan standar kompetensi
•
Terwujudnya penguasaan keterampilan siswa dalam bidang komputer, dan teknologi informasi
•
Terwujudnya keterampilan siswa dalam berbahasa Inggris secara aktif
•
Terpenuhinya sarana dan prasarana yang memadai, yang mendukung peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan
39
•
Memiliki lingkungan madrasah yang aman, nyaman, sejuk, dan kondusif untuk proses pendidikan.
3. Struktur Organisasi MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu 30 Bagan 4.1 Struktur Organisasi MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti ibu, Kota Madiun KETUA YAYASAN Sarbani, A.Md.
Wakil Ketua Heri sudaryanto
Sekertaris Bambang Suwirto, S.Pd.
Bendahara Eko Andik Prasetyo,.SE.MM.
Devisi pendidikan Drs. Sumani, MM.
Devisi Dana Usaha Slamet Mulyono
BPH/Kepala Madrasah Nuruddin, S.Ag.
Devisi Koperasi Sekolah Kisbun.SH.
Wali Kelas I
30
Wali Kelas II
Wali Kelas III
Wali Kelas IV
Devisi dakwah Drs. Bambang Sugestianto.
Wali Kelas V
Wali Kelas VI
Hasil dokumentasi dengan Sugeng Bektiadi S.Pd.I selaku guru kelas V, 17September 2009, Pukul 09.00 WIB di kantor MIT Bakti Ibu
40
4.Keadaan Guru dan Murid MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu. Guru MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu berjumlah 27 orang yang terdiri dari Guru Tetap Yayasan (GTY) berjumlah 16 dan Guru Tidak Tetap Yayasan (GTTY) berjumlah 11 orang. Guru MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti ibu mempunyai jenjang pendidikan SI dan DII (daftar keadaan guru terlampir). Tabel 4.2 Keadaan guru MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu
Nama
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tanggal Lahir Nurudin , S.Ag
1968 Madiun, 3
S.P
Nopember 1973
Nurul Istiqomah
Madiun, 25 Desember 1975
Jabatan
S1
Tarbiyah
Fiqih,UMMI
Wali Kelas
GTY
S1
Pertanian
B. Indonesia,Jawa
Wali Kelas
GTY
D2
Tarbiyah
B. Arab,Jawa
GTY
S1
Tarbiyah
Fiqih,UMMI
GTY
S1
GTY
S1
Tarbiyah
B.Arab,UMMI
Wali Kelas
GTY
S1
Pertanian
Matematika,Jawa
Wali Kelas
GTY
S1
Wali Kelas
GTY
S1
Wali Kelas
GTY
S1
Madrasah
September 1976
Siti Aminah ,
Nganjuk, 3
S.S
Oktober 1976
Nadjek Mudhin ,
Madiun, 10 Juni
Koord.
S.Ag
1977
UMMI
September 1977
Edi Purnomo,
Madiun, 30
SPd
Desember 1982
Farida Yuli
Madiun, 18 Juli
Annisak
1972
Priyojatmiko ,
Madiun, 29 Desember 1982
Desy
Madiun, 24
Kusdwimukti
Desember 1974
Waka Multimedia Waka Kurikulim
Waka Administrasi
GTY
Sedang S1
Jurusan
Mata Pelajaran /
GTY
Kepala
Nurrofiq , S.Pd.I
Ngawi, 27
Pendidikan Terakhir Jenjang
Ngawi, 3
Siyam , S.P
Status Kepegawaian
Arif Budi
S.AB 11
Ngawi, 4 Pebruari
Riyantiningsih ,
Yugus 10
Tempat
Sastra Inggris
Bhs. Inggris Bhs. Inggris Adm. Bisnis Tarbiyah
Guru Kelas
B.Inggris,Sains
B.Inggris,SKI B.Inggris
PKN,IPS SKI,Quran Hadist,UMMI
41
12 13 14
Ulfa Arfiyah,
Madiun, 17
S.Pd
Februari 1980
Nur Intansari,
Madiun, 29 Mei
SS
1979
Rachmawati Tri
Madiun, 18
A,ST
Nopember 1982
15
Eko Supriyanto
16
Slamet Mulyono
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Madiun, 7 Juli 1971 Madiun,10 Maret 1971
Uswatul
Madiun, 19
Khasana, Ssi
Agustus 1972
Sugeng Bekti
Madiun, 5
Adi
September 1983
Rina
Nganjuk, 1
Suryawati,S.Pd
Januari 1984
Iin Indah
Magetan,28
Nurrohmah,S.Pd
Oktober 1982
Drs.Renyep
Madiun, 7 Juni
Proborini,M.Ed
1966
Mujiati,Ssi
Madiun, 17 Sep 1972
Elia Dian
Sampang, 18 Sep
Andriyana
1980
Piping Nur
Madiun, 14 Maret
Ariyani,S.Pd
1982
Sri Roro Wulan
Jakarta, 27
Hartono,SPd
Agustus 1976
Nurul Lailatul
Madiun, 9
Sholihah
Oktober 1982
Moh.
Lamongan, 02
Husain,S.Pd
Mei 1980
Wali Kelas
GTY
S1
Guru
GTY
S1
Wali Kelas
GTY
S1
Wali Kelas
GTY
Wali Kelas
GTY
Wali Kelas
GTTY
Wali Kelas
Sedang
Bhs. Indonesia Sastra Inggris Teknik Kimia
Guru Kelas B.Inggris,SBK Matematika
Olah Raga
Olah raga
Tarbiyah
Fiqih,Komputer
S1
MIPA
Guru Kelas
GTTY
S1
Tarbiyah
B.Arab,Qur'an Hadist
Wali Kelas
GTTY
S1
B.Inggris
Guru Kelas
Wali Kelas
GTTY
S1
MIPA
Guru Kelas
Guru
GTTY
S2
Manajemen
BP
Guru
GTTY
S1
MIPA
PKN,IPS,Matematika
Guru
GTTY
S1
Pertanian
Qur'an Hadist,Jawa
Wali Kelas
GTTY
S1
Matematika
Guru Kelas
Guru
GTTY
S1
PKN
B.Indonesia,PKN,IPS
Guru
GTTY
Tarbiyah
SKI,Quran Hadist
Wali Kelas
GTTY
S1 Sedang S1
Sedang S1 S1
Teknik Bangunan
Sains,Matematika
Sedangkan siswa MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu berjumlah 343, dengan perincian menurut kelas seperti terlihat pada tabel berikut:
42
Tabel 4.3 Keadaan Siswa MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, Tahun Ajaran 2009-2010 No
Kelas
Laki- laki
Perempuan
Jml Siswa
Jml Kelas
1
I
47
54
101
5
2
II
37
35
72
4
3
III
28
30
58
3
4
IV
26
25
51
3
5
V
20
17
37
2
6
VI
11
13
24
1
169
174
343
14
Jumlah
4. Prestasi yang telah dicapai MIT Bakti Ibu
No
Kegiatan
Bidang
Tahun
Keterangan
1
Lomba Tartil Qur’an Festifal Muharram
Keagamaan
2007
Juara II
2
Tartil Al-Qur’an tk MI se Kota Madiun
2007
Juara II
Tartil Al-Qur’an pada pekan Maulud
2009
Juara I
3
1430 H se Kota Madiun
43
No 1
Kegiatan
Bidang
Lomba Guru Inovatif Tingkat MI Akademik
Tahun
Keterangan
2007
Juara
Kota Madiun
Harapan I
2
Haflah SDIT Se-DIY, Jateng, Jatim
2004
Juara III
3
Cerdas Cemat tk MI se Kota Madiun
2007
Juara II
Olimpiade Sains dan Matematika Kls
2007
Perinkat 8
2007
Perinkat 12
4 5 6 7 8 9 10 11 12 12 13 14
5 SDIT se Jatim Olimpiade Sains dan Matematika Kls 4 SDIT se Jatim nilai rata-rata UASBN tingkat SD/MI
2006/2007 Peringkat
se Kota Madiun
ke III
Cerdas Cermat tk MI se Kota Madiun
2007/2008 Juara II
Try Out UASBN TINGKAT SD / MI
2007/2008 Peringkat I
SE Kota Madiun Try Out UASBN JSIT SD/MI Tingkat
2007/2008 Peringkat II
Propnsi Jawa Timur Try Out UASBN JSIT SD/MI Tingkat
2007/2008 Peringkat III
Nasional Olimpiade Matematika tingkat SD/Mi
2009
Juara II
se Kota Madiun UASBN SD/MI se Kota Madiun
2007/2008 Peringkat III
Cerdas Cermat tk MI se Kota Madiun Kls 3 & 4 Matemaika Olimpiade
2007/2008 Juara II 2009
Peringkat 7
2009
Peringkat 6
Sekolah Islam Terpadu Jatim Mapel IPA Olimpiade Sekolah Islam Terpadu Jatim
44
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kegiatan Funny
Game
Putri
SDIT
Bidang
Tahun
Keterangan
Se-DIY, Olahraga
2003
Juara III
2003
Juara
Jateng, Jatim Sepak Bola MI se- Kota Madiun
Harapan I Lomba Catur tingkat MI se Kota Madiun
2007
Juara 2
Renang gaya Dada antar pelajar se Kota
2009
Juara 1 dan
Madiun Lomba Teather Anak Pekan Seni Tk Kesenian
2004
Juara II
2005
Juara III
2006
Juara III
Lomba Mewarnai Wings Surya
2008
Juara 3
Lomba Mewarnai Es Teler 2009 Kota
2009
Juara 3
2009
Juara
SD/MI se Kota Madiun Lomba Teather SDIT Se-DIY, Jateng, Jatim Hasta Karya putri SDIT Se-DIY, Jateng, Jatim
Madiun Lomba Mewarnai CFC Madiun
Harapan 2 Lomba Menggambar Gramedia Book
2009
Fair Lomba Melukis SMPN 11 antar SD/MI
Juara 1 dan harapan 2
2009
Juara2
2009
Juara 1
2009
Peringkat 7
2007
Juara 2
se Kota Madiun Lomba Melukis Pameran buku terbesar di Madiun Lomba Melukis Pameran Pendidikan
14
2
dalam rangka Hari Jadi Kota Madiun 91 dan Hari Anak Nasional
15
Manajemen Sekolah tingkat MI se Kota Madiun
45
5. Sarana dan prasarana MIT Bakti Ibu Keadaan fasilitas a. Status tanah
: sewa
b. Luas tanah
:
c. Bangunan gedung
:
1). Gedung belajar
: 14
2). Ruang kepala sekolah
:1
3). Ruang guru
:2
4). Ruang BP/UKS
:1
5). Ruang tata usaha
:1
6). Ruang perpustakaan
:1
7). Ruang koperasi/kantin
:1
8). Kamar mandi/WC
:2
9). Ruang komputer
:1
d. Lapangan olahraga
:1
e. Masjid/tempat ibadah
:1
46
B. Deskripsi Data Penyajian data khusus tentang kompetensi kepribadian guru dengan pengelolaan kelas di kelas V, MIT Bakti Ibu, kota Madiun, Tahun ajaran 2009-2010.
1. Kompetensi kepribadian guru Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah seluruh guru yang mengajar di kelas V, adapun jumlah subjek yang dijadikan penelitian adalah 12 orang yang terdiri dari 6 guru putra dan 6 guru putri. Untuk mendapatkan data mengenai kompetensi kepribadian guru MIT Bakti Ibu yang meliputi (a) Kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) dan (b) Kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2), penulis menggunakan metode angket dengan
pertanyaan sebagai
bahan untuk menentukan tingkat
kompetensi kepribadian guru kelas V, Daftar pertanyaan angket untuk responden sebanyak 12 item pertanyaan. Dan komponen-komponen yang diukur dalam kompetensi kepribadian guru kelas V, MIT Bakti Ibu dapat dilihat dalam tabel kisikisi sebagai berikut:
47
(a) Kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) Tabel 4.4 Kisi-kisi instrumen yang diperlukan untuk mengukur kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010.
SUB VARIABEL
KOMPONEN-KOMPONEN YANG
NO ITEM
PENELITIAN
DIUKUR
INSTRUMEN
Kompetensi kepribadian yang
Guru membiasakan mengucapkan salam ketika 1 mengawali dan mengakhiri suatu pelajaran
mantab,stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah
Guru bersikap jujur dalam melaksanakan 2 pembelajaran di kelas Guru menjadi konsultan di kelas
Terpadu) Bakti
Guru memberi motivasi kepada anak didik di
Ibu Kota Madiun,
kelas
tahun ajaran 20092010
3 4
Guru menganggap anak didiknya sebagai teman 5 belajar Guru mampu mengendalikan amarah di kelas
6
Dari kisi-kisi di atas kemudian dijadikan item-item dalam angket yang tersusun pada lampiran 13, jumlah skor tertinggi dalam angket 24, sedang skor terendah adalah 16. Berikut ini adalah total skor kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 20092010, beserta frekuensinya.
48
Tabel 4.5 Total skor kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010, beserta frekuensinya.
NO
TOTAL SKOR
FREKUENSI
1
24
1
2
22
1
3
21
2
4
19
2
5
18
2
6
17
3
7
16
1
JUMLAH
12
Dari perhitungan tabel diatas, kita menentukan jangkauan atau (range) kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010 dengan rumus sebagai berikut: R =H–L+1 R : Range H : highest score L : lowest score
49
I
: bilangan konstan
R =H–L+1 = 22 – 16 + 1 =7 Kemudian menentukan banyaknya kelas (k), dengan rumus K =R i
=
7 = 2, 33 3 Tabel 4.6
Kelompok kategori kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010. NO
INTERVAL NILAI
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
1
24 – ke atas
BAIK
1
8,3 %
2
20 – 23
CUKUP
3
25 %
3
16 - 19
KURANG
8
66,6 %
12
100 %
Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor 24 ke atas dikategorikan baik, sedang skor 20 - 23 dikategorikan cukup dan skor 16 – 19 dikategorikan kurang. Untuk skor jawaban angket tentang kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT
50
(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu dan kategorinya dapat dilihat pada lampiran 9. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 8,3 % baik, 25 % cukup, 50 % kurang. Jadi rata-rata kompetensi kepribadian yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010, menunjukan kategori kurang.
(b) Kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) Tabel 4.7 Kisi-kisi instrumen yang diperlukan untuk mengukur kompetensi Kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010.
SUB VARIABEL
KOMPONEN-KOMPONEN YANG
NO ITEM
PENELITIAN
DIUKUR
INSTRUMEN
Kompetensi
Guru memberikan sanksi kepada anak didik
Kepribadian
tanpa alasan yang jelas
disiplin, arif, dan
Guru bersikap adil dalam melaksanakan
berwibawa (X-2)
penilaian di kelas
guru kelas V, MIT
Guru masuk kelas tidak tepat waktu
(Madrasah
Guru memberikan contoh prilaku/teladan yang
Ibtidaiyah
tidak baik kepada anak didiknya
Terpadu) Bakti
Guru berbicara tidak sopan di hadapan anak
Ibu Kota Madiun,
didiknya
tahun ajaran 20092010
Guru dihormati anak didiknya di kelas
7 8 9 10 11 12
51
Dari kisi-kisi di atas kemudian dijadikan item-item dalam angket yang tersusun pada lampiran 13, jumlah skor tertinggi dalam angket 21, sedang skor terendah adalah 11. Berikut ini adalah total skor kompetensi kepribadian yang disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 20092010, beserta frekuensinya. Tabel 4.8 Total skor kompetensi kepribadian yang disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010, beserta frekuensinya.
NO
TOTAL SKOR
FREKUENSI
1
21
2
2
20
1
3
18
2
4
15
1
5
14
1
6
12
3
7
11
2
JUMLAH
12
52
Dari perhitungan tabel diatas, kita menentukan jangkauan atau (range) kompetensi kepribadian yang disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010. dengan rumus sebagai berikut: R =H–L+1 R : Range H : highest score L : lowest score I
: bilangan konstan
R =H–L+1 = 21 – 11+ 1 = 11 Kemudian menentukan banyaknya kelas (k), dengan rumus K =R i
=
11 = 3,6 3 Tabel 4.9 Kelompok kategori kompetensi kepribadian yang disiplin, arif, dan
berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010. NO
INTERVAL NILAI
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
1
19 – ke atas
BAIK
3
25 %
2
15 – 18
CUKUP
3
25 %
53
3
11 - 14
KURANG
6
50 %
12
100 %
Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor 19 ke atas dikategorikan baik, sedang skor 15 – 18 dikategorikan cukup dan skor 11 – 14 dikategorikan kurang. Untuk skor jawaban angket tentang kompetensi kepribadian yang disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu dan kategorinya dapat dilihat pada lampiran 10. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 25 % baik, 25 % cukup, 50 % kurang. Jadi rata-rata kompetensi kepribadian yang disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) guru kelas V, MIT (Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu Kota Madiun, tahun ajaran 2009-2010, menunjukan kategori kurang.
2. Pengelolaan Kelas Dalam penelitian ini yang dijadikan subyek penelitian adalah seluruh guru yang mengajar di kelas V, adapun jumlah objek yang dijadikan sampel adalah 12 orang yang terdiri dari 6 guru putra dan 6 guru putri. Untuk mendapatkan data mengenai pengelolaan kelas yang meliputi (a) Keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) dan (b) Keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru kelas V MIT Bakti Ibu, penulis menggunakan metode
54
angket dengan pertanyaan sebagai bahan untuk menentukan tingkat pengelolaan kelas guru kelas V,
(a) Keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) Tabel 4.10 Kisi-kisi instrumen yang diperlukan untuk mengukur Keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010.
SUB VARIABEL
KOMPONEN-KOMPONEN YANG
NO ITEM
PENELITIAN
DIUKUR
INSTRUMEN
Keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1), guru kelas
Guru mempersiapkan tujuan pembelajaran Guru menggunakan seluruh waktu yang tersedia
1 2
selama proses belajar mengajar berlangsung Guru memberikan bantuan kepada anak didik di
3
kelas Guru melacak kelemahan siswa dengan cermat
4
tahun ajaran 2009- Guru memberikan perhatian pada kondisi kelas
5
V MIT Bakti Ibu 2010.
Guru menerima kritik demi perbaikan dari anak
6
didiknya
Dari kisi-kisi di atas kemudian dijadikan item-item dalam angket yang tersusun pada lampiran 13, jumlah skor tertinggi dalam angket 22, sedang skor terendah adalah 13. Berikut ini adalah total skor keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010, beserta frekuensinya.
55
Tabel 4.11 Total skor keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010, beserta frekuensinya.
NO
TOTAL SKOR
FREKUENSI
1
22
1
2
20
1
3
18
1
4
17
3
5
16
3
6
15
2
7
13
1
JUMLAH
12
Dari perhitungan tabel diatas, kita menentukan jangkauan atau (range) keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010. dengan rumus sebagai berikut: R =H–L+1 R : Range H : highest score L : lowest score
56
I
: bilangan konstan
R =H–L+1 = 22 – 13+ 1 = 10 Kemudian menentukan banyaknya kelas (k), dengan rumus K =R i
=
10 = 3,33 3
Tabel 4.12 Kelompok kategori keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010. NO
INTERVAL NILAI
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
1
21 – ke atas
BAIK
1
8,33 %
2
17 – 20
CUKUP
5
41,66 %
3
13 - 16
KURANG
6
50 %
12
100 %
Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor 21 ke atas dikategorikan baik, sedang skor 17 – 20 dikategorikan cukup dan skor 13 – 16
dikategorikan kurang. Untuk skor jawaban angket tentang
keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
57
(Y-1), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010 dan kategorinya dapat dilihat pada lampiran 11. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 8,33 % baik, 41,66
% cukup, 50 % kurang. Jadi rata-rata keterampilan
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
(Y-1), guru
kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010, menunjukan kategori kurang. (b) Keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) Tabel 4.13 Kisi-kisi instrumen yang diperlukan untuk mengukur keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010.
SUB VARIABEL
KOMPONEN-KOMPONEN YANG
NO ITEM
PENELITIAN
DIUKUR
INSTRUMEN
Keterampilan
Guru marah/menghukum anak didiknya waktu
mengembangkan
kelas kondisinya tidak kondusif
kondisi belajar
Guru memberikan waktu khusus untuk bertanya
yang optimal
Guru memberi perhatian terhadap aktivitas
(Y-2)
belajar di kelas Guru memberikan nilai setelah anak didik mengerjakan tugas Guru hanya berusaha menguasai materi yang akan diajarkan saja Guru membuat evaluasi hanya untuk satu tingkat kesulitan
7 8 9 10 11 12
58
Dari kisi-kisi di atas kemudian dijadikan item-item dalam angket yang tersusun pada lampiran 13, jumlah skor tertinggi dalam angket 24, sedang skor terendah adalah 11. Berikut ini adalah total skor keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010, beserta frekuensinya. Tabel 4.14 Total skor keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010, beserta frekuensinya.
NO
TOTAL SKOR
FREKUENSI
1
24
1
2
21
1
3
20
1
4
18
1
5
16
1
6
15
2
7
14
2
8
12
2
9
11
1
JUMLAH
12
Dari perhitungan tabel diatas, kita menentukan jangkauan atau (range) keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2),
59
guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010. dengan rumus sebagai berikut: R =H–L+1 R : Range H : highest score L : lowest score I
: bilangan konstan
R =H–L+1 = 24 – 11+ 1 = 14 Kemudian menentukan banyaknya kelas (k), dengan rumus K =R i
=
14 = 3,5 4
Tabel 4.15 Kelompok kategori Keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru kelas V, MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010. NO
INTERVAL NILAI
KATEGORI
FREKUENSI
PROSENTASE
1
21 – ke atas
BAIK
2
16,66 %
2
16 – 20
CUKUP
3
25 %
3
11 - 15
KURANG
7
58,33 %
12
100 %
60
Dengan demikian dapat diketahui bahwa skor 21 ke atas dikategorikan baik, sedang skor 16 – 20 dikategorikan cukup dan skor 11 – 15
dikategorikan kurang. Untuk skor jawaban angket tentang
Keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2), guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010 dan kategorinya dapat dilihat pada lampiran 12. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sebanyak 16,66 % baik, 25
% cukup, 58,33 % kurang. Jadi rata-rata Keterampilan
mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru kelas V MIT Bakti Ibu tahun ajaran 2009-2010, menunjukan kategori kurang. C. Analisis Data dan Intepretasi 1. Analisis data tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. Untuk dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT Bakti ibu, tahun ajaran 2009-1010 ialah dengan teknik perhitungan korelasi koefisien kontingensi, adapun langkah selanjutnya dengan mentabulasikan kedua variabel.
61
Tabel 4.16 Pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori) NO SKOR X - 1
KATEGORI
SKOR Y - 1
KATEGORI
1
19
Kurang
13
Kurang
2
18
Kurang
18
Cukup
3
19
Kurang
16
Kurang
4
24
Baik
15
Kurang
5
17
Kurang
16
Kurang
6
21
Cukup
16
Kurang
7
18
Kurang
17
Cukup
8
16
Kurang
20
Cukup
9
21
Cukup
17
Cukup
10
17
Kurang
17
Cukup
11
17
Kurang
15
Kurang
12
22
Cukup
22
Baik
RESPONDEN
62
Tabel 4.17 Tabel kerja perhitungan kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010.(dalam angka dan kategori)
Kompetensi kepribadian Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Baik
0
0
1
1
Cukup
1
1
1
3
Kurang
0
4
4
8
Jumlah
1
5
6
12
guru Pengelolaan kelas
1. Pembahasan Dan Intepretasi a. Pembahasan Menghitung kai kuadrat untuk mencari angka indeks korelasi kontingensi. Rumus yang digunakan : C atau KK =
χ2 χ2 + N
Dengan harga x² dapat diperoleh rumus:
χ2 =∑
( fo − ft ) 2 ft
63
Keterangan : KK : Angka indek korelasi koefisien kontigensi
χ 2 : Angka kuadrat N
: Jumlah data yang di observasi (number of cases)
fo : Frekuensi yang diobservasi ft : Frekuensi teoristik.
Tabel 4.18 Perhitungan Kai kuadrat untuk mencari angka indeks kontingensi/C. Kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 20092010. Sel
fo
ft = N. rN N
fo - ft
fo - ft ²
fo – ft ² ft
1
0
1 x 1 = 0,08 12
- 0,08
6,4
8,0
2
0
5 x 1 = 0,41 12
- 0,41
0,17
0,41
3
1
6 x 1 = 0,5 12
0,5
0,25
0,5
4
1
1 x 3 = 0,25 12
0,75
0,56
2,24
5
1
5 x 3 = 1,25 12
- 0,25
0,06
0,04
6
1
6 x 3 = 1,5 12
- 0,5
0,25
0
64
7
0
1 x 8 = 0,66 12
- 0,66
0,43
0,6
8
4
5 x 8 = 3,33 12
0,67
0,44
0,13
9
4
6x8=4 12
0
0
0
Total
12
11,92
Dari perhitungan di atas diperoleh harga χ 2
=
11,92
Maka C atau KK: C atau KK =
χ2 χ2 + N
= √11,92_ 11,92+12 = √11,92_ 23,92 = √0,498 =
0,705
b. Interpretasi Untuk memberikan interpretasi dari hasil data penghitungan C atau KK, terlebih dahulu C dirubah menjadi phi (Φ) dengan rumus: Φ=
C
√1 - C²
65
=
0,705 √1 - 0,705²
=
0,705 √1 – 0,528
= 0,705 √0.472 =
0,705 0,687 = 1,026
Dengan harga C sebesar 0,705 maka di peroleh phi (Φ): 1,026 Setelah diperoleh harga phi (Φ) kemudian dikonsultasikan dengan nilai “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari df (degress of fredom), dfnya yaitu :
df = N – nr = 12 – 2 = 10 Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 1,026 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan 1 % yaitu 0,708. Berdasarkan hasil analisis diatas, dengan kerangka berfikir yang berbunyi “Jika kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) baik, maka keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) juga baik pula” terjadi kesesuaian. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: hipotesis kerja yang berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010”, diterima.
66
2. Analisis data tentang pengaruh kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. Untuk dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT Bakti ibu, tahun ajaran 2009-1010 ialah dengan teknik perhitungan korelasi koefisien kontingensi, adapun langkah selanjutnya dengan mentabulasikan kedua variabel.
Tabel 4.19 Pengaruh kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori)
NO SKOR X - 2
KATEGORI
SKOR Y - 1
KATEGORI
1
12
Kurang
13
Kurang
2
12
Kurang
18
Cukup
3
18
Cukup
16
Kurang
4
18
Cukup
15
Kurang
RESPONDEN
67
5
12
Kurang
16
Kurang
6
11
Kurang
16
Kurang
7
11
Kurang
17
Cukup
8
15
Cukup
20
Cukup
9
21
Baik
17
Cukup
10
20
Baik
17
Cukup
11
14
Kurang
15
Kurang
12
21
Baik
22
Baik
Tabel 4.20 Tabel kerja perhitungan kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori)
Kompetensi kepribadian Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Baik
1
2
0
3
Cukup
0
1
2
3
Kurang
0
2
4
6
Jumlah
1
5
6
12
guru Pengelolaan kelas
68
1. Pembahasan Menghitung kai kuadrat untuk mencari angka indeks korelasi kontingensi. Rumus yang digunakan : C atau KK =
χ2 χ2 + N
Dengan harga x² dapat diperoleh rumus:
χ2 =∑
( fo − ft ) 2 ft
Keterangan : KK : Angka indek korelasi koefisien kontigensi
χ 2 : Angka kuadrat N
: Jumlah data yang di observasi (number of cases)
fo : Frekuensi yang diobservasi ft : Frekuensi teoristik.
69
Tabel 4.21 Perhitungan Kai kuadrat untuk mencari angka indeks kontingensi/C. Kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 20092010. Sel
fo
ft = N. rN N
fo - ft
fo - ft ²
fo – ft ² ft
1
1
1 x 3 = 0,25 12
0,75
0,56
2,24
2
2
5 x 3 = 1,25 12
0,75
0,56
0,45
3
0
6 x 3 = 1,5 12
- 1,5
2,25
1,5
4
0
1 x 3 = 0,25 12
- 0,25
0,06
0,24
5
1
5 x 3 = 1,25 12
- 0,25
0,06
0,05
6
2
6 x 3 = 1,5 12
0,5
0,25
0,17
7
0
1 x 6 = 0,5 12
- 0,5
0,25
- 0,25
8
2
5 x 6 = 2,5 12
- 0,5
0,25
- 0,25
9
4
6x6=3 12
1
1
0,3
Total
12
5,45
70
Dari perhitungan di atas diperoleh harga χ 2
=
5,45
Maka C atau KK: C atau KK =
χ2 χ2 + N
= √5,45_ 5,45+12 = √5,45_ 17,45 = √0,312 =
0,559
2. Interpretasi Untuk memberikan interpretasi dari hasil data penghitungan C atau KK, terlebih dahulu C dirubah menjadi phi (Φ) dengan rumus: Φ=
C
√1 - C²
=
0,559 √1 - 0,559²
=
0,559 √1 – 0,312
= 0,559 √0.688 =
0,559 0,829 = 0,674
Dengan harga C sebesar 0,674 maka di peroleh phi (Φ): 0,674
71
Setelah diperoleh harga phi (Φ) kemudian dikonsultasikan dengan nilai “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari df (degress of fredom), dfnya yaitu :
df = N – nr = 12 – 2 = 10 Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 0,674 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan phi (Φ) = 0,674 < dari “r” tabel pada signifikasi 1 % yaitu 0,708. Berdasarkan hasil analisis diatas, dengan kerangka berfikir yang berbunyi “Jika kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) baik, maka keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) juga baik pula” terjadi kesesuaian. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: hipotesis kerja yang berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010”, diterima.
3. Analisis data tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010.
72
Untuk dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y2) guru di kelas V MIT Bakti ibu, tahun ajaran 2009-1010 ialah dengan teknik perhitungan korelasi koefisien kontingensi adapun langkah selanjutnya dengan mentabulasikan kedua variabel.
Tabel 4.22 Pengaruh kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori) NO SKOR X - 1
KATEGORI
SKOR Y - 2
KATEGORI
1
19
Kurang
18
Cukup
2
18
Kurang
11
Kurang
3
19
Kurang
14
Kurang
4
24
Baik
14
Kurang
5
17
Kurang
12
Kurang
6
21
Cukup
15
Kurang
7
18
Kurang
16
Cukup
8
16
Kurang
15
Kurang
9
21
Cukup
21
Baik
RESPONDEN
73
10
17
Kurang
20
Cukup
11
17
Kurang
12
Kurang
12
22
Cukup
24
Baik
Tabel 4.23 Tabel kerja perhitungan kompetensi kepribadian guru yang mantab,stabil, dan dewasa (X-1) terhadap terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori) Kompetensi kepribadian Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Baik
0
0
0
0
Cukup
2
0
1
3
Kurang
0
3
6
9
Jumlah
2
3
7
12
guru Pengelolaan kelas
1. Pembahasan Menghitung kai kuadrat untuk mencari angka indeks korelasi kontingensi. Rumus yang digunakan : C atau KK =
χ2 χ2 + N
Dengan harga x² dapat diperoleh rumus:
74
χ2 =∑
( fo − ft ) 2 ft
Keterangan : KK : Angka indek korelasi koefisien kontigensi
χ 2 : Angka kuadrat N
: Jumlah data yang di observasi (number of cases)
fo : Frekuensi yang diobservasi ft : Frekuensi teoristik.
Tabel 4.24 Perhitungan Kai kuadrat untuk mencari angka indeks kontingensi/C. Kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. Sel
fo
ft = N. rN N
fo - ft
fo - ft ²
fo – ft ² ft
1
0
2x0=0 12
0
0
0
2
0
3x0=0 12
0
0
0
3
0
7x0=0 12
0
0
0
4
2
2 x 3 = 0, 5 12
1,5
2,25
4,5
5
0
3 x 3 = 0,75
- 0,75
0,56
0,75
75
12 6
1
7 x 3 = 1,75 12
- 0,75
0,56
0,32
7
0
2 x 9 = 1,5 12
- 1,5
2,25
1,5
8
3
3 x 9 = 2,25 12
0,75
0,56
0,25
9
6
7 x 9 = 5,25 12
0,75
0,56
0,11
Total
12
7,43
Dari perhitungan di atas diperoleh harga χ 2
=
7,43
Maka C atau KK: C atau KK =
χ2 χ2 + N
= √7,43_ 7,43+12 = √ 7,43_ 19,43 = √0,382 =
0,618
2. Interpretasi Untuk memberikan interpretasi dari hasil data penghitungan C atau KK, terlebih dahulu C dirubah menjadi phi (Φ) dengan rumus:
76
Φ=
C
√1 - C² =
0,618 √1 - 0,618²
=
0,618 √1 – 0,381
= 0,618 √0.6181 = =
0,618 0,786 0,786
Dengan harga C sebesar 0,786 maka di peroleh phi (Φ): 0,786 Setelah diperoleh harga phi (Φ) kemudian dikonsultasikan dengan nilai “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari df (degress of fredom), dfnya yaitu :
df = N – nr = 12 – 2 = 10 Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 0,786 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan 1 % yaitu 0,708. Berdasarkan hasil analisis diatas, dengan kerangka berfikir yang berbunyi “Jika kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) baik, maka keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) juga baik pula” terjadi kesesuaian. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: hipotesis kerja yang berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal
(Y-
77
2) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010”, diterima.
4. Analisis data tentang pengaruh kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. Untuk dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V MIT Bakti ibu, tahun ajaran 2009-1010 ialah dengan teknik perhitungan korelasi koefisien kontingensi, adapun langkah selanjutnya dengan mentabulasikan kedua variabel. Tabel 4.25 Pengaruh kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori) NO SKOR X - 2
KATEGORI
SKOR Y - 2
KATEGORI
1
12
Kurang
18
Cukup
2
12
Kurang
11
Kurang
3
18
Cukup
14
Kurang
RESPONDEN
78
4
18
Cukup
14
Kurang
5
12
Kurang
12
Kurang
6
11
Kurang
15
Kurang
7
11
Kurang
16
Cukup
8
15
Cukup
15
Kurang
9
21
Baik
21
Baik
10
20
Baik
20
Cukup
11
14
Kurang
12
Kurang
12
21
Baik
24
Baik
Tabel 4.26 Tabel kerja perhitungan kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V, MIT Bakti Ibu, tahun ajaran 2009-1010. (dalam angka dan kategori)
Kompetensi kepribadian Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
Baik
2
1
0
3
Cukup
0
0
3
3
Kurang
0
2
4
6
Jumlah
2
3
7
12
guru Pengelolaan kelas
79
1. Pembahasan Menghitung kai kuadrat untuk mencari angka indeks korelasi kontingensi. Rumus yang digunakan : C atau KK =
χ2 χ2 + N
Dengan harga x² dapat diperoleh rumus:
χ2 =∑
( fo − ft ) 2 ft
Keterangan : KK : Angka indek korelasi koefisien kontigensi
χ 2 : Angka kuadrat N
: Jumlah data yang di observasi (number of cases)
fo : Frekuensi yang diobservasi ft : Frekuensi teoristik.
80
Tabel 4.27 Perhitungan Kai kuadrat untuk mencari angka indeks kontingensi/C. Kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2)terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. Sel
fo
ft = N. rN N
fo - ft
fo - ft ²
fo – ft ² ft
1
2
2 x 3 = 0, 5 12
1,5
2,25
4,5
2
1
3 x 3 = 0,75 12
0,25
0,06
0,08
3
0
7 x 3= 1,75 12
- 1,75
3,06
1,75
4
0
2 x 3 = 0, 5 12
- 0,5
0,25
0,5
5
0
3 x 3 = 0,75 12
- 0,75
0,56
0,75
6
3
7 x 3 = 1,75 12
1,25
1,56
0,90
7
0
2x6=1 12
-1
1
1
8
2
3 x 6 = 1,5 12
0,5
0,25
0,17
9
4
7 x 6 = 3,5 12
0,5
0,25
0,07
Total
12
Dari perhitungan di atas diperoleh harga χ 2
9,72
=
9,72
81
Maka C atau KK: C atau KK =
χ2 χ2 + N
= √9,72_ 9,72+12 = √ 9,72__ 21,72 = √0,4475 =
0,668
2. Interpretasi Untuk memberikan interpretasi dari hasil data penghitungan C atau KK, terlebih dahulu C dirubah menjadi phi (Φ) dengan rumus: Φ=
C
√1 - C² =
0,668 √1 - 0,668²
=
0,668 √1 – 0,447
= 0,668 √0.553 =
0,668 0,743 = 0,899
Dengan harga C sebesar 0,899 maka di peroleh phi (Φ): 0,899
82
Setelah diperoleh harga phi (Φ) kemudian dikonsultasikan dengan nilai “r” product moment dengan terlebih dahulu mencari df (degress of fredom), dfnya yaitu :
df = N – nr = 12 – 2 = 10 Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 0,899 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan 1 % yaitu 0,708. Berdasarkan hasil analisis diatas, dengan kerangka berfikir yang berbunyi “Jika kompetensi kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) baik, maka keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) juga baik pula” terjadi kesesuaian. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: hipotesis kerja yang berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal
(Y-2) guru di
kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 20092010”, diterima.
83
BAB V PENUTUP
1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang “PENGARUH KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU TERHADAP PENGELOLAAN KELAS DI KELAS V MIT BAKTI IBU TAHUN AJARAN 2009-2010” dan bertitik tolak pada pokok permasalahan yang diajukan dalam bab pendahuluan skripsi serta didukung oleh data penelitian yang telah diolah dengan menggunakan teknik analisis korelasi koefisien kontingensi maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 1,026 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan 1 % yaitu 0,708. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal (Y-1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. 2. Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 0,674 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan phi (Φ) = 0,674 < dari “r” tabel pada signifikasi 1 % yaitu 0,708. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
83
84
(Y-1) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010. 3. Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 0,786 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan 1 % yaitu 0,708. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian guru yang mantab, stabil, dan dewasa (X-1) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal (Y-2) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu) Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010 4. Dari hitung statistik bahwa phi (Φ) = 0,899 > dari “r” tabel pada signifikasi 5 % yaitu = 0,576 dan 1 % yaitu 0,708. Ada pengaruh yang signifikan antara kompetensi kepribadian disiplin, arif, dan berwibawa (X-2) terhadap keterampilan mengembangkan kondisi belajar yang optimal
(Y-2) guru di kelas V MIT(Madrasah Ibtidaiyah Terpadu)
Bakti Ibu, tahun Ajaran 2009-2010.
85
B. SARAN Pada akhirnya penulisan skripsi ini penulis bermaksud menyampaikan beberapa masukan yang mungkin berguna dan bermanfaat bagi kepala sekolah, guru, murid di MIt Bakti Ibu, maupun bagi penulis sendiri, saran penulis ditujukan kepada: 1. Kepala Sekolah Hendaknya mengupayakan adanya kebijakan-kebijakan yang mampu mengatasi berbagai masalah yang menghambat peningkatan kompetensi kepribadian guru. Dan sering mengadakan diskusi ataupun rapat dengan guru agar setiap permasalahan dapat segera dselesaikan tentunya dengan asas musyawarah mufakat. 2. Guru Untuk meningkatkan kompetensi kepribadian guru, hendaknya mengikuti langkah langkah sebagai berikut: a. Mengikuti kegiatan pelatihan, seminar atau sebagainya demi peningkatan kompetensi kepribadian guru. b. Menyadari dan bertanggung jawab akan profesinya sebagai seorang pendidik.
86
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Daradjat, Zakiyah.Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan bintang, 1976. Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Gordan, Thomas. Guru Yang Efektif. Jakarta: Rajawali, 1990. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research 3. Yogyakarta: Andi Offcet, 2004. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offcet, 1997. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2004. S, Margono. Metodologi Penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. S, Margono. Metodologi Penelitian pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. STAIN Ponorogo. Pedoman Penulisan Skripsi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2008. Sugiono. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung: Alfa Beta, 2002. Sujiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.
87
Suparlan. Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Hikayat, 2005. Usman, M. Uzer. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999. Yusuf, Munawir. Pendidikan Bagi Anak Didik Dan Problema Belajar. Solo: Tiga Serangkai, 2003. Widyaningrum, Retno. Statistik Pendidikan Variabel Bivariat. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2007.