BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pergerakan harga dipasar saham sangat sulit untuk ditebak sehingga para pakar pasar modal mengatakan bahwa harga suatu saham, pada suatu saat telah mencerminkan segala sesuatu yang diketahui tentang saham tersebut pada saat tersebut. Ini menjelaskan bahwa pergerakan harga menjadi sulit untuk ditebak (Fahmi, 2006:14). Oleh karena itu, saham dikenal dengan karakteristik high risk - high return yang merupakan surat berharga yang memiliki risiko tinggi
tetapi
memberikan
peluang
keuntungan
tinggi
pula.
Saham
memungkinkan pemodal mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat, namun seiring dengan pergerakan harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat seperti halnya tidak mendapat dividen dan capital loss (harga jual lebih rendah daripada harga beli). Investor harus berhati-hati dalam pembuatan keputusan investasi dengan memahami informasi yang berhubungan dengan perusahaan yang menerbitkan saham sehingga dengan informasi tersebut investor melakukan berbagai analisis. Analisis tersebut berguna untuk menilai saham-saham yang akan dipilih dan untuk mengetahui tingkat return yang diharapkan dalam menentukan strategi investasi yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu. Analisis ini membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum. Nilai intrinsik tersebut memberikan ukuran mengenai nilai dasar dari suatu saham dan merupakan standar untuk mempertimbangkan apakah saham tersebut dinilai terlalu rendah (undervalued), wajar (fairly priced) atau dinilai terlalu tinggi (overvalued) (Brigham dan Houston, 2006:360). Investor
sering
dihadapkan
pada
pertanyaan
mendasar
dalam
melakukan rencana investasi seperti apakah saham di pasar mencerminkan nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai sebenarnya dari perusahaan
digambarkan
oleh nilai intrinsik dan nilai buku dari saham yang merupakan nilai fundamental (fundamental value). Nilai intrinsik dapat dicari dengan menggunakan pendekatan dividen yaitu Dividend Discount Model (DDM). Nilai buku merupakan selisih antara total aktiva dengan total kewajiban kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Model penilaian saham DDM menyatakan bahwa nilai intrinsik suatu saham adalah nilai sekarang dari penjumlahan arus kas yang diharapkan diterima pemegang saham dimasa datang. Arus kas tersebut didiskontokan dengan menggunakan tingkat biaya modal (cost of capital) yang mencerminkan adanya tingkat risiko saham yang bersangkutan mengingat arus kas yang diterima oleh pemegang saham dalam bentuk dividen, maka nilai intrinsic saham menunjukkan nilai sekarang dari seluruh dividen yang akan dibayar perusahaan tersebut dimasa datang.
Universitas Sumatera Utara
Harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya dividen yang dibayarkan. Pembayaran dividen yang tinggi memunculkan anggapan bahwa perusahaan emiten mempunyai prospek keuntungan yang baik. Demikian pula sebaliknya, penurunan pembayaran dividen dianggap sebagai penurunan tingkat keuntungan.
Nilai buku dihitung dengan membagi nilai bersih (net worth) perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Nilai Buku (Book Value) dianggap sebagai nilai akuntansi saham sebuah perusahaan yaitu nilai aset perusahaan yang secara teoritis akan diterima oleh pemegang saham jika perusahaan tersebut dijual/dilikuidasi. Dengan kata lain, nilai buku (book value) merupakan nilai dari sebuah perusahaan jika hanya mengambil aset serta laba ditahan sebagai perhitungan. Industri
Telekomunikasi
tumbuh
dengan
cepat
dan
semakin
menjanjikan. Peran telekomunikasi menjadi sangat dominan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat modern. Berbagai kemudahan begitu saja muncul dan telekomunikasi menjadi faktor utama lalu lintas informasi, sementara informasi menjadi unsur penunjang terbesar dalam upaya manusia menguasai dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang merupakan pasar potensial bagi perkembangan industri telekomunikasi apalagi industri ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar. Pelanggan industri telekomunikasi di dalam negeri pada tahun 2009 mendatang diperkirakan bakal melonjak 20% dari 75 juta menjadi 90 juta pelanggan.Pasar industri telekomunikasi di dalam negeri sebenarnya masih besar. Hal tersebut terkait dengan perkembangan industri telekomunkasi di
Universitas Sumatera Utara
dalam negeri sejak beberapa tahun lalu tumbuh dengan pesat, karena para vendor telekomunikasi aktif mengembangkan usahanya. Ada 3 perusahaan emiten dari sektor telekomunikasi yang terdaftar di BEI
yang masuk kedalam indeks LQ45 yaitu PT Telekomunikasi
Indonesia,Tbk, Indosat,Tbk dan Bakrie Telkom,Tbk artinya bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan yang telah terbukti memiliki tingkat likuiditas yang baik dan kapitalisasi pasar yang cukup besar. Hal ini tentu menjadi pemikat bagi para investor karena perusahaan ini diperkirakan dapat memberikan dividen yang cukup besar bagi investor dengan demikian sektor telekomunikasi menjadi salah satu sektor yang diminati investor. Penelitian ini ingin meneliti kewajaran harga saham sejak tahun 2003-2007 sehingga Bakrie Telkom tidak termasuk kedalam target populasi karena perusahaan ini listing di BEI sejak tahun 2006. Dengan kata lain saham Bakrie Telkom diperdagangkan sejak tahun 2006 sehingga harga saham tahun-tahun sebelumnya tidak diketahui. Berikut bisa dilihat pernyataan dividen dari kedua perusahaan yaitu PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Pernyataan dividen PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk Tahun Dividen
PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk Dividen Perubahan Harga Perubahan Nilai Perubahan per Dividen Pasar Harga Buku nilai Buku Lembar (%) Saham Saham (Rp) (%) (Rp) (Rp) (%) 2002 331,16 3.850 1650,15 2003 301,95 (8,82) 6.750 75,32 1576,28 (4,47) 2004 152,01 (49,66) 4.825 (28,51) 1005.03 (36,24) 2005 218,86 43,97 5.900 22,27 1155,38 14,95 2006 254,80 16,42 10.100 71,18 1392,30 20,50 2007 309,59 21,50 10.150 0,5 1674,04 20.23 Sumber: www.idx.co.id, icmd 2004 (Februari dan April 2009, diola
Dividen Per Lembar (Rp) 146,13 144,55 154,23 149,32 129,75 187,90
Perubahan Dividen (%) (1,08) 6,70 (3,17) (13,06) 44,76
Indosat,Tbk Harga Perubahan Pasar Harga Saham Saham (Rp) (%) 9.250 15.000 62,16 5.750 (61,66) 5.550 (3,84) 6.750 21,62 8.650 28,14
Nilai Buku (Rp)
Perubahan nilai buku (%)
2700,40 2990,35 2494,57 2672,68 2797,56 3044,71
(10,73) (16,57) 7,14 4,67 8,83
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 menunjukkan bagaimana perubahan dividen berpengaruh terhadap harga saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk dimana kenaikan dividen menyebabkan kenaikan harga saham demikian sebaliknya. Kenaikan maupun penurunan dividen pada PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk menyebabkan kenaikan maupun penurunan harga saham pada tahun 2003-2007. Hal ini tidak sepenuhnya terjadi pada Indosat,Tbk karena sekalipun dividennya turun harga sahamnya tetap naik seperti yang terjadi pada tahun 2003 dan tahun 2006. Nilai buku yang ditunjukkan kedua perusahaan juga mengalami naik turun seperti halnya harga saham. Nilai buku Telkom terendah adalah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp1005.03 dan tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 1674,04. Kenaikan nilai buku Telkom menyebabkan kenaikan harga sahamnya pada tahun 2003-2007. Berbeda dengan Telkom, harga saham Indosat,Tbk tidak sepenuhnya merespon kenaikan maupun penurunan nilai buku saham seperti yang terjadi pada tahun 2005 dimana nilai buku naik menjadi Rp2672,68 namun harga sahamnya turun dari Rp5.750 menjadi Rp5.550. Fluktuasi
dividen
yang
dialami
kedua
perusahaan
tersebut
menggambarkan bahwa dividen yang dibayarkan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan Indosat, Tbk memiliki pertumbuhan dividen yang tidak tetap dari tahun 2003-2007 artinya bahwa kedua perusahaan ini memiliki dividen dengan pertumbuhan supernormal dan jika dihubungkan dengan harga saham maka dapat dilihat fenomena yang terjadi dimana penurunan dividen tidak sepenuhnya membuat harga aktual saham juga turun. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan adanya indikasi bahwa harga pasar dari PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan Indosat, Tbk tidaklah wajar. Calon investor maupun investor tentunya sangat berkepentingan terhadap informasi penilaian kewajaran dari harga saham yang akan maupun sudah dimilikinya sehingga dapat mengambil keputusan investasi yang tepat dalam arti yang menguntungkan. Dengan melihat perbandingan antara pergerakan dividen yang tidak sesuai dengan pergerakan harga pasar saham maka penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam apakah harga saham pada sektor telekomunikasi sama atau tidak dengan nilai kewajaran saham dengan mengambil judul “Penilaian Kewajaran Harga Saham dengan Pendekatan Analisis Fundamental Pada Sektor Telekomunikasi di BEI” . Untuk melihat nilai kewajaran saham pada penelitian ini akan digunakan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan dengan melihat nilai bukunya (book value).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: a. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan harga intrinsik saham Indosat,Tbk tahun 2003-2007 yang dihitung dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal? b. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan harga intrinsik saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk tahun
Universitas Sumatera Utara
2003-2007
yang
dihitung
dengan
Dividend
Discount
Model
pertumbuhan supernormal? c. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan nilai buku Indosat,Tbk tahun 2003-2007? d.
Apakah ada perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan nilai buku PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk tahun 2003-2007?
C.
Kerangka Konseptual
Investor dalam memutuskan membeli maupun menjual saham akan dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap harga saham tersebut. Penilaian investor terhadap saham adalah untuk mengetahui apakah jumlah yang akan datang lebih besar dibandingkan biaya untuk memperolehnya. Tiga jenis nilai dalam penilaian saham yaitu: nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku (book value) adalah kekayaan bersih perusahaan yang dilaporkan di neraca (Bodie dkk : 2006). Menurut Jogiyanto (2003: 82) nilai buku perlembar saham menunjukkan aktiva bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Harga pasar walaupun tetap dan identik bagi semua investor, namun nilai intrinsik dapat berbeda diantara investor tergantung pada seberapa
Universitas Sumatera Utara
optimistik mereka terhadap perusahaan. Karena terdapat banyak investor di pasar, maka mungkin ada banyak nilai intrinsik. Akan tetapi kita dapat berpikir dalam lingkup sekelompok investor rata-rata (marginal) yang tindakannya benar-benar menentukan harga pasar. Bagi investor rata-rata ini, harga pasar harus sama dengan harga intrinsik saham. Jika tidak, disekuilibrium akan muncul, serta pembelian dan penjualan dipasar akan mengubah harga pasar sampai harga pasar sama dengan harga intrinsik (Brigham dan Houston, 2006:361). Harga saham yang merupakan harga yang terbentuk dibursa saham seringkali berbeda dengan nilai intrinsiknya. Semakin jauh perbedaan tersebut, mencerminkan terlalu sedikitnya informasi yang mengalir ke bursa efek, maka harga saham tersebut cenderung dipengaruhi oleh tekanan psikologi pembeli dan penjual (tindakan irasional) ( Medpress Teamwork, 2000:58). Selain itu perbedaan antara nilai intrinsik dan harga pasar juga disebabkan oleh adanya unsur permainan yang dilakukan oleh spekulator untuk mendapat keuntungan dalam waktu singkat sehingga harga pasar dapat naik atau merosot tajam. Spekulator adalah investor yang orientasinya berjangka pendek atau sangat pendek (Koetin, 1997:411) Penilaian terhadap saham dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah analisis fundamental. Teknik penilaian saham dengan menilai fundamental perusahaan adalah beranjak dari resiko yang akan timbul dan dialami oleh para investor atas kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatulity). Pendekatan penilaian saham dengan analisis
fundamental
menyatakan bahwa saham memiliki nilai intrinsik (nilai yang seharusnya)
Universitas Sumatera Utara
tertentu. Pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik berdasarkan analisis fundamental yaitu: Dividend Discount Model . Analisis fundamental ini juga menggunakan Book Value per Shares (Tandelilin, 2001:185). Jogiyanto (2003: 80) menyatakan bahwa mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dari suatu saham dapat digunakan untuk mengetahui sahamsaham mana yang murah, tepat nilainya/wajar atau yang mahal. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dia bayar. Bila nilai intrinsik saham sama dengan harga pasaran maka harga saham tersebut adalah wajar/tepat nilai (correctly valued). Sedangkan jika nilai intrinsik lebih kecil dibandingkan dengan harga pasaran maka harga ditetapkan overvalued. Subekti (2006:36) menyatakan bahwa harga pasar yang lebih kecil dari nilai bukunya sudah pasti murah dan jika lebih besar maka saham tersebut termasuk mahal. Nilai buku (book value) dianggap sebagai nilai akuntansi saham sebuah perusahaan yaitu nilai asset perusahaan yang secara teoritis akan diterima oleh pemegang saham jika perusahaan tersebut dijual/dilikuidasi. Dengan kata lain, nilai buku (book value) merupakan nilai dari sebuah perusahaan jika hanya mengambil aset serta laba ditahan sebagai perhitungan. Kerangka pemikiran yang telah diuraikan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
HARGA INTRINSIK SAHAM: Dividend Discount Model Pertumbuhan Supernormal HARGA PASAR SAHAM
Harga /Nilai Buku
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Tambunan(2007:89), Jogiyanto(2003:80), Subekti( 2006:36)
D.
Hipotesis Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap suatu
masalah yang dihadapi, dimana kebenarannya masih harus dibuktikan sehingga dapat diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu, a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan harga intrinsik saham Indosat,Tbk tahun 2003-2007 yang dihitung
dengan
Dividend
Discount
Model
pertumbuhan
supernormal. b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan harga intrinsik saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk tahun 2003-2007 yang dihitung dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal. c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham Indosat,Tbk tahun 2003-2007.
Universitas Sumatera Utara
d. Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk tahun 2003-2007.
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian a.
Mengetahui kewajaran harga saham pada periode 2003 -2007 perusahaan yang tergabung dalam sektor telekomunikasi yang dinilai dari dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham dan juga dengan melihat nilai bukunya.
b.
Mengetahui dan menganalisis ada tidaknya beda yang signifikan antara harga wajar Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dengan harga pasar saham.
c. Mengetahui dan menganalisis ada tidaknya beda yang signifikan antara nilai buku per lembar saham dengan harga pasar saham.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Merupakan salah satu kesempatan dan sarana untuk memperluas wawasan dan pengetahuan serta penerapan ilmu-ilmu yang didapat selama kuliah, khususnya mengenai harga wajar saham perusahaan sebagai dasar untuk memulai suatu investasi.
Universitas Sumatera Utara
b.
Bagi Pihak Lain Hasil penelitian dapat digunakan oleh investor sebagai informasi untuk menentukan
kebijakan
investasinya
terhadap
saham-saham
telekomunikasi dan menjadi sumbangan pemikiran atau referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai penilaian kewajaran harga saham suatu perusahaan yang terdaftar di BEI.
F.
Metodologi Penelitian
1.
Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini adalah analisa perbedaan nilai
intrinsik saham dengan harga pasarnya juga perbedaan antara harga pasar dengan nilai buku saham dengan menggunakan data dividen yang dibayarkan PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk dan Indosat,Tbk periode 2003-2007 dan data keuangan yang memuat total ekuitas dan kewajiban kedua perusahaan. Model yang dipakai yaitu Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan book value per shares. 2. Defenisi Operasional Defenisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Valuasi harga wajar saham dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal (Halim, 2006): n
P0 = ∑ t =1
D0 (1 + g t )
t
(1 + k )
t
+
Dn (1 + g c ) 1 k − g c (1 + k )n
Universitas Sumatera Utara
Dimana: P0 = Harga intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan D0 = Dividen saat ini (tahun pertama) g t = Pertumbuhan dividen diatas normal g c = Pertumbuhan dividen normal
k = Required rate of return
n = Periode pertumbuhan dividen diatas normal Dn = Dividen pertumbuhan normal b. Valuasi harga wajar saham dengan book value per shares. Nilai Buku per Lembar Saham =
Total Aktiva − Total Kewajiban Jumlah Lembar Saham
3. Populasi dan Populasi Sasaran Populasi adalah keseluruhan kumpulan elemen yang menjadi pengamatan dalam suatu atau seluruh kumpulan elemen penelitian yang dapat digunakan dalam membuat beberapa kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan populasi sasaran yaitu keseluruhan individu dalam area/wilayah/kurun waktu yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria (pertimbangan) populasi sasaran yang digunakan adalah: a.
Perusahaan sektor telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Indonesia
b.
Perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar didalam indeks LQ45 pada tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
c.
Perusahaan sektor telekomunikasi yang memiliki laporan keuangan lengkap tiap akhir tahun selama periode 2003-2007
Tabel 1.2 Proses Pemilihan Target Populasi Keterangan 1. Sektor
telekomunikasi
Jumlah Sampel yang
6
tetap listing di BEI 2003-2007 2. Perusahaan yang tidak terdaftar
(3)
pada indeks LQ45 pada tahun 2009 3. Perusahaan yang tidak memiliki
(1)
laporan keuangan lengkap dari tahun 2003-2007 Populasi Sasaran Sumber : www.idx.co.id (Februari 2009, diolah)
2
4. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan tidak datang langsung ke perusahaan, melainkan dengan memanfaatkan situs-situs internet yang menyajikan data yang dibutuhkan sedangkan waktu penelitian dimulai sejak Oktober 2008 sampai Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
5. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang diberikan pihak lain berupa dokumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia. 6. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, skripsi dan buku-buku referensi
untuk
mendapatkan
gambaran
masalah
yang
diteliti
serta
mengumpulkan data sekunder yang relevan berupa dividend announcement, laporan shares trade, laporan trading activities stock price, IDX index list yang bersumber dari media internet yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian. 7. Metode Analisis Data a. Metode Deskriptif Kuantitatif Metode Deskriptif Kuantitatif yaitu menggunakan data-data yang tersedia di Bursa Efek Indonesia dan mengolahnya untuk mengetahui kewajaran harga saham sektor telekomunikasi tahun 2004-2007 dengan metode Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal dan Price to Book Value.
Universitas Sumatera Utara
b. Uji t (Uji Beda) Uji t yaitu membandingkan dua buah mean (rata-rata harga wajar dan rata-rata harga pasar) untuk melihat apakah beda mean tersebut benar-benar signifikan atau tidak. Adapun rumus uji t yang dapat digunakan adalah (Sugiyono, 2003:198):
t=
X1 − X 2 2 s s s1 s2 + 2 − 2r 1 2 n n n1 n2 1 2
Hipotesis yang dapat diambil adalah: 1. Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal H 0 : α > sig Artinya, harga wajar saham yang dihitung dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal tidak memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.
H 1 :α < sig Artinya, harga wajar saham yang dihitung dengan Dividend Discount Model pertumbuhan supernormal memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.
2. Nilai Buku per Lembar Saham (Book Value per Shares) H 0 : α > sig
Universitas Sumatera Utara
Artinya, nilai buku saham tidak memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham.
H 1 :α < sig Artinya, nilai buku saham memiliki beda yang signifikan terhadap harga pasar saham. Pengujian keseluruhan Hipotesis, menggunakan statistik dengan Uji t dengan membandingkan nilai t hasil perhitungan penilaian harga wajar saham dengan nilai t menurut pasar. Nilai statistik hitung dapat dilihat melalui hasil perhitungan dengan bantuan aplikasi komputer program SPSS 12.0 for windows dengan tingkat signifikansi 5% (α=5%).
Universitas Sumatera Utara