1
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada dekade pertama abad XXI ini, salah satu kecenderungan yang cukup memprihatinkan adalah merosotnya nasionalisme di hampir semua lapisan masyarakat Indonesia. Di kalangan generasi muda, kemerosotan nasionalisme ditandai dengan semakin pudarnya rasa memiliki (sense of belonging) terhadap tanah airnya. Dari wawancara terhadap pelajar, ditemukan kecenderungan bahwa sebagaian besar mereka menempatkan Indonesia hanya sebagai fakta geografis, yaitu tempat lahir dan tinggal (Jakarta Post, 16 Agustus 2002). Bahkan Gismar (2008: 204), melalui survey terhadap mahasiswa di Jakarta menemukan bahwa generasi muda memandang Indonesia sebagai masyarakat yang cenderung negatif. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa generasi muda kurang memiliki kebanggaan terhadap bangsanya sendiri. Permasalahan kemerosotan nasionalisme tidak hanya dihadapi oleh kaum muda. Ekspresi yang sealur juga terdapat pada lapisan-lapisan masyarakat yang di atasnya. Pada penelitian antropologis Wallach (2002: 80) dari Cornell University juga menemukan gejala xenocentrisme pada penikmat seni di Jakarta. Mereka memandang bahwa seni lokal sebagai kampungan dan lebih memilih kesenian Barat. Selain bidang seni, kecenderungan memilih budaya asing dari pada budaya sendiri terlihat pada bidang politik, yaitu pada fenomena munculnya gerakangerakan untuk membangun negara Islam, baik dalam bentuk Negara Islam Indonesia maupun menghidupkan kekhalifahan (Wahid, 2009: Bab III).
1
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
Kemerosotan nasionalisme juga dapat disimak dari terjadinya konflik antar golongan masyarakat, seperti etnik, penganut agama, dan adat istiadat yang tidak jarang diwarnai dengan kekerasan. Meskipun motto bangsa Indonesia adalah “Bhineka Tunggal Ika”, dewasa ini sering muncul pandangan bahwa etnik lain, penganut agama lain dan bahkan orang dari kampung lain sebagai pihak yang layak dan pantas untuk diperlakukan sebagai orang lain (the other). Peristiwa bentrokan antar warga Umbul Tebing dengan warga Desa Pematang Tahalo di Lampung Timur pada 28 September 2012 (Kompas, tanggal 28 September 2012) dan konflik fisik antara etnik lampung dan etnik Bali di Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan sebulan kemudian (Kompas, tanggal 28 Oktober 2012) menandakan bahwa simbol-simbol nasional, baik berupa tata nilai, norma maupun institusi tidak lagi mampu mengelola interaksi antar golongan masyarakat. Di pihak lain, para pengelola negara yang sebagian besar dari partai politik dan birokrasi pemerintahan, lebih banyak memperlihatkan usaha mewujudkan kepentingan-kepentingan kekuasaan individu dan kelompoknya dari pada kepentingan bangsa yang lebih mendasar, seperti memperjuangkan terwujudnya keadilan sosial. Akibatnya, korupsi dan kolusi menjadi penyakit kronis yang semakin lama semakin besar dan mengancam eksistensi bangsa Indonesia. Sebagai fenomena sosial, kemerosotan nasionalisme Indonesia telah lama dirasakan dan memiliki latar belakang yang kompleks. Salah satu faktor yang cukup sentral adalah kekurangberhasilan pendidikan, khususnya dalam usaha menanamkan nasionalisme melalui program yang dikenal luas sebagai nation
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
building. Sejarah sebagai salah satu mata pelajaran yang bertanggungjawab untuk penanaman nilai kebangsaan atau nasionalisme, dipertanyakan kemampuannya. Paling tidak terdapat dua masalah yang mengemuka pada perbincangan masyarakat, baik melalui media massa maupun diskusi-diskusi terbatas. Permasalahan pertama adalah tentang metode pembelajaran sejarah. Metode pembelajaran yang diterapkan guru dianggap kurang berhasil menjadikan siswa tertarik untuk mempelajari dan mendalami sejarah. Dalam sebuah laporan penelitian, seorang guru sejarah memberikan pengakuan: Pengajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, materi pelajaran yang gersang dengan tidak dikemas secara apik, baik dari segi metode maupun media pengajaran, suasana kelas yang kering kerontang dengan tidak banyaknya siswa yang mau bertanya dalam proses pengajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di kelas dengan tidak mempunyai catatan... (Al Khosim, 2011). Dari pengakuan tersebut dapat disimak bahwa salah satu permasalahan adalah guru menyajikan pembelajaran sejarah bersifat monoton. Permasalahan itu sebenarnya bukan monopoli guru sejarah, tetapi dilakukan oleh kebanyakan pengajar di Indonesia, dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pada umumnya, guru menggunakan teacher centered approach dan metode ceramah atau chalk and talk karena dipandang paling efisien, baik ditinjau dari aspek persiapan maupun pelaksanaan. Guru tidak perlu menyiapkan banyak hal untuk menerapkan metode ceramah, yaitu hanya menghapalkan bahan ajar yang terdapat di buku teks dan akan dibahas di kelas. Bagi yang telah bertahun mengajar, secara kognitif guru telah menguasainya dengan mendalam, sehingga hampir tidak perlu menyiapkan diri.
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Pada saat pelaksanaan, metode ceramah juga sangat efisien, karena guru menjadi satu-satunya pemeran utama. Guru dengan kokoh mengendalikan situasi kelas, sehingga dapat menentukan kapan akan berbicara, kapan mengadakan tanya-jawab dan kapan pelajaran akan diakhiri. Sebaliknya, kegiatan siswa terbatas pada duduk, diam dan mencatat. Dengan demikian, guru dengan mudah melakukan pengelolaan kelas dalam rangka menjaga suasana tenang selama proses pembelajaran. Seperti telah disinggung di depan, bahwa efisiensi yang sangat tinggi pada pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru tidak dapat diikuti dengan efektifitas yang sama tinggi. Rendahnya efektifitas, selain disebabkan oleh metode pembelajaran juga dikarenakan guru kurang menguasai keterampilan presentasi, penggunaan alat bantu mengajar dan media pembelajaran. Akibatnya kegiatan siswa yang notabene masih remaja menjadi sangat terbatas, yaitu hanya untuk duduk, diam dan mencatat mengakibatkan mereka cepat bosan. Pada tingkat selanjutnya, hilangnya fokus perhatian siswa akan menjadikan daya serap terhadap materi pembelajaran merosot. Dari sudut pandang ini, merupakan fenomena yang wajar apabila prestasi akademik siswa pada mata pelajaran sejarah relatif rendah. Apalagi tidak ada stimulus yang cukup kuat untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sejarah. Banyak guru sejarah yang menganggap bahwa tidak dimasukkannya mata pelajaran sejarah sebagai mata ujian dalam Ujian Nasioanal mengakibatkan semakin rendahnya motivasi siswa untuk mempelajari sejarah.
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
Permasalahan kedua adalah tentang bahan ajar untuk pembelajaran sejarah. Permasalahan yang muncul ke permukaan sangat beragam, antara lain penampilan fisik buku teks dan bahan ajar yang dimuat dalam buku teks. Disimak dari penampilan fisik, buku teks pendidikan sejarah kurang menarik, khususnya buku terbitan lama. Selain dicetak pada kertas kualitas rendah, hampir seluruh buku teks miskin akan ilustrasi. Alasan yang muncul dari pihak penerbit biasanya adalah pertimbangan ekonomi, yaitu agar buku teks dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat. Dewasa ini penampilan fisik buku teks sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Helius Sjamsudin mencatat perkembangan buku teks pada pertengahan dasawarsa 1900-an sebagai berikut: Dari penampilan fisik, buku-buku teks sudah dilengkapi dengan banyak ilustrasi, foto, gambar, peta-peta sejarah yang menarik dan informatif. Kertas yang digunakan cukup luks (HVS), meskipun ada juga penerbit yang menggunakan kertas koran untuk lebih menghemat. Teknik penggunaan huruf-huruf sudah canggih, bold dan italic digunakan untuk memberikan aksen, begitu pula signpost-signpost yang ditempatkan di pinggir-pinggir halaman untuk memudahkan rujukan bagi siswa. Ukuran buku juga bervariasi. Ada yang menggunakan ukuran buku standar, ada juga ukuran lebar model “diktat” (Sjamsudin, 1997, 115). Ditinjau dari isi, bahan ajar yang terkandung pada buku teks lebih merupakan ringkasan dari buku Sejarah Nasional Indonesia. Dari sudut pandang ini, pemilihan bahan ajar yang dimasukkan pada buku teks lebih banyak menggunakan pertimbangan aspek akademik atau keilmuan sejarah dari pada aspek edukatif. Dengan bahasa yang berbeda, Helius Sjamsudin menjelaskan: ... Semua materi mau dimasukkan karena khawatir bersisa tanpa memperhitungkan apakah cukup signifikan atau relevan dalam menyebutkan nama-nama orang, tanggal dan peristiwa... Begitu banyak fakta sejarah yang disodorkan dan harus dipelajari oleh para siswa
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
sehingga besar kemungkinan mereka terbenam dalam samudera fakta itu... (Sjamsudin, 1997, 116) Kekurangmampuan dalam menanamkan nasionalisme Indonesia kepada generasi muda telah disadari oleh berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan sejarah. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan lahirnya era Reformasi, kesadaran itu berkembang dengan subur. Penulisan ulang sejarah nasional akhirnya menjadi agenda yang harus dikerjakan. Yuwono Sudarsono yang menjadi Menteri Pendidikan periode 1998-1999 memerintahkan agar diadakan penyelidikan untuk memperbaiki isi buku pelajaran sejarah, meski hasilnya kurang memuaskan (Nordholt, Purwanto dan Saptari dalam Nordholt dkk, ed., 2008: 18). Tanpa kontrol yang ketat dari pemerintah, akhirnya di tengah masyarakat berkembang buku teks pelajaran sejarah yang dalam konteks ini dapat ditempatkan sebagai usaha merevisi berbagai kelemahan yang menonjol: Revisi buku pelajaran setelah 1999 memang mengubah penyajian periode Orde Baru. Jika dalam kurikulum 1994 dijelaskan kelahiran, hasil-hasil dan nilai-nilai Orde Baru, termasuk integrasi Timor Timur, maka dalam edisi revisi 2001 Orde Baru hampir sama sekali dihapus! Sejarah Orde Baru dipadatkan menjadi tiga, yaitu 1) daftar menteri Orde Lama yang digantikan oleh kabinet baru 1966, 2) gambar Supersemar plus catatan bahwa ada banyak interpretasi mengenai keaslian dokumen ini, 3) walaupun kata pembukaan menyebutkan keberhasilan pembangunan oleh Orde Baru, tetapi dalam kalimat berikutnya kita diingatkan bahwa pemerintah Soeharto akhirnya kandas oleh korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)... Tampaknya periode antara 1966 dan 1997 seolah-olah merupakan periode kosong, periode tanpa kejadian (Nordholt, Purwanto dan Saptari dalam Nordholt dkk, ed., 2008: 1819). Tidak mau ketinggalan, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Debudpar) mengambil inisiatif untuk mengembangkan kesadaran sejarah dengan mengadakan Lasenas, yaitu Lawatan Sejarah Nasional. Dalam press release-nya dijelaskan bahwa:
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
Lawatan Sejarah adalah suatu kegiatan perjalanan mengunjungi situs bersejarah (a trip to historical sites) yang merupakan simpul-simpul orientasi nilai-nilai perjuangan dan persatuan untuk memperkokoh intergrasi bangsa... Lasenas menggunakan model seeing is believing sebagai dasar yang dirasakan lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan model yang dogmatis. Hal ini dapat dilihat dari kondisi pada saat ini ini, dimana banyak siswa dari berbagai sekolah menyatakan bahwa pelajaran sejarah itu penting. Selain itu keefektifan dari program ini dapat dilihat dari minat siswa untuk masuk Perguruan Tinggi dengan Jurusan Sejarah sebagai pilihan utama semakin meningkat. Dari kegiatan Lasenas selama ini, dirasakan adanya peningkatan menyangkut pemahaman sejarah, baik oleh para siswa maupun oleh para guru, karena dapat mendidik murid-muridnya dengan lebih variatif dan tidak hanya berpatokan pada buku. Dengan demikian diharapkan pemahaman sejarah dapat menjadi suatu pemahaman yang dapat direfleksikan (http://www.budpar.go.id/page.php?ic=512&id=1492). Terobosan juga dilakukan dengan pembaharuan kurikulum yang selama masa reformasi terjadi dua kali, yaitu tahun 2004 dan 2006. Pembaharuan itu secara otomatis akan berpengaruh pada disusun dan diproduksinya buku teks pelajaran sejarah yang baru. Pertanyaannya adalah apakah buku teks tersebut telah cukup memadai sebagai media penanaman nasionalisme?
B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH Dari uraian pada latar belakang masalah dapat diambil pemahaman bahwa problem yang melingkupi pendidikan sejarah di Indonesia sangatlah kompleks, antara lain kapasitas guru sejarah, pembelajaran sampai dengan buku teks. Beranjak dari permasalahan yang berhasil diidentifikasi, kajian ini akan difokuskan pada bahan ajar yang dipergunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah. Oleh karena guru pada umumnya menggunakan buku teks sebagai bahan ajar, maka penelitian dikonsentrasikan pada bahan ajar yang terkandung dalam buku teks.
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai lembaga yang dibentuk untuk menilai kelayakan buku teks menetapkan empat kriteria utama, yaitu: a. materi b. penyajian c. bahasa dan keterbacaan d. grafika Pada bidang materi pengkajian kelayakan meliputi kekhususan materi, keakuratan dan kemutakhiran; penyajian informasi yang tidak bias, kesesuaian kosa kata, struktur kalimat, panjang paragraf dan tingkat kemenarikan uraian dengan kognisi siswa; pencantuman rujukan yang digunakan; kesesuaian dan keakuratan ilustrasi, peta, tabel dan grafik dengan teks; kesesuaian materi dengan kurikulum; serta keseimbangan penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman. Penilaian aspek penyajian meliputi tujuan pembelajaran, keteraturan urutan dalam penguraian, kemenarikan minat dan perhatian siswa, kemudahan dipahami, keaktifan siswa, hubungan bahan, serta latihan dan soal. Penilaian aspek bahasa dan keterbacaan meliputi kemudahan membaca (berhubungan dengan bentuk tulisan atau tipografi, ukuran huruf, dan lebar spasi) yang berkaitan dengan aspek grafika; kemenarikan (berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan) yang berkaitan dengan aspek penyajian materi; serta kesesuaian (berhubungan dengan kata dan
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
kalimat, panjang-pendek, frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf) yang berkaitan dengan bahasa dan keterbacaan. Pada bagian grafika, aspek yang dinilai adalah hal-hal yang berkenaan dengan fisik buku, antara lain: ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf, warna, dan ilustrasi. Agar lebih fokus, penelitian ini akan dibatasi pada permasalahan: 1. Pendekatan yang dikembangkan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada tahun 1975-2008. Pada bagian ini akan dikaji model penulisan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun buku teks pelajaran sejarah. Perhatian utama pengkajian ditujukan untuk melihat seberapa jauh kemampuan pengarang buku teks mengungkapkan “sejarah dari dalam” dan menguraikan faktor-faktor yang mendorong suatu peristiwa sejarah. 2. Keberagaman penjelasan yang dikembangkan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada tahun 1975-2008. Pada bagian ini akan dibahas penjelasan keberagaman yang terdapat pada buku teks, baik dari perspektif kebhinekaan bangsa Indonesia (suku, agama, ras, dan wilayah) maupun dari perspektif peristiwa dan pelaku. Keberagaman tersebut penting untuk menumbuhkan solidaritas antar berbagai suku dalam wadah identitas nasional. 3. Sejarah sebagai sintesis menuju integrasi nasional yang dikembangkan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada tahun 1975-2008. Terbentuknya Republik Indonesia merupakan realitas historis. Oleh karena itu pada bagian ini akan dikaji penjelasan buku teks dalam memilih topik dan
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
merangkai peristiwa-peristiwa historis yang terjadi sebelumnya dalam satu gerak sejarah menuju terbentuknya integrasi nasional. 4. Wacana
yang
ditawarkan
penulis
melalui
rangkaian
narasi
yang
dikembangkan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada tahun 1975-2008. Pada bagian ini akan dikaji pandangan pengarang yang terdapat di dalam pintalan kalimat yang disusunnya, baik yang terrepresentasi melalui pendekatan, peristiwa maupun perspektif yang dengan sengaja dipilihnya. Perhatian utama pengkajian ditujukan untuk melihat manifestasi nasionalisme yang ditonjolkan oleh pengarang. 5. Kualitas penyajian buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada tahun 1975-2008 ditinjau dari fungsinya dalam pembelajaran sejarah. Pada bagian ini akan dikaji kualitas buku teks sebagai pendukung keberhasilan proses pembelajaran sejarah. Kajian terutama akan dilakukan dari perspektif penyajian. Kelima permasalahan yang akan dikaji di atas dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana pendekatan yang digunakan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada periode tahun 1975-2008? 2. Bagaimana keberagaman yang dikembangkan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada periode tahun 1975-2008?
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
3. Bagaimana sejarah sebagai sintesis menuju integrasi nasional yang dikembangkan dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada periode tahun 1975-2008? 4. Bagaimana wacana nasionalisme yang dikemukakan penulis dalam buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada periode tahun 1975-2008? 5. Bagaimana kualitas penyajian buku teks pelajaran sejarah SMA Jurusan IPS pada periode tahun 1975-2008? Buku pelajaran sejarah SMA membahas materi yang sangat banyak, yaitu berbagai fenomena historis yang terbentang dari masa pra sejarah sampai dengan masa sekarang atau kontemporer. Secara teoritis, pengarang dapat mewacanakan penanaman nasionalisme pada setiap fenomena historis yang dibahas. Oleh karena banyaknya fenomena historis yang dibahas, pada penelitian ini akan dipilih dua topik pelajaran sejarah yang terdapat pada buku teks, yaitu pergerakan nasional dan revolusi kemerdekaan. Pemilihan kedua topik didasarkan pertimbangan bahwa usaha menanamkan nasionalisme Indonesia pada masa itu tidak hanya bersifat normatif, tetapi telah menjadi fenomena historis. Dari sudut pandang itu, pengarang buku teks akan mampu mewacanakan nasionalisme secara optimal, karena didukung oleh fakta-fakta historis yang kaya. Dengan kata lain, pergerakan nasional dan revolusi kemerdekaan merupakan topik yang memungkinkan identitas nasional diwacanakan dengan sangat kuat.
C. TUJUAN PENELITIAN
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
Sesuai dengan permasalahan yang telah dibahas, penelitian ini terutama ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang wacana nasionalisme pada buku teks sebagai bahan ajar mata pelajaran sejarah bagi siswa SMA/MAN jurusan IPS. Penelitian ini juga ditujukan untuk mengevaluasi materi buku teks sebagai bahan ajar mata pelajaran sejarah bagi siswa SMA/MAN jurusan IPS ditinjau dari fungsi pendidikan sejarah. Evaluasi itu penting dilakukan untuk mengukur ketepatan bahan ajar pada buku teks dari sudut pandang fungsi mata pelajaran sejarah secara mandiri dan sebagai bagian dari Pendidikan IPS. Melalui pemahaman dan evaluasi diharapkan secara akademik dapat ditemukan format yang relatif memadai untuk penyusunan bahan ajar dalam bentuk buku teks mata pelajaran sejarah bagi siswa SMA/MAN jurusan IPS di masa-masa yang akan datang. Dengan kata lain, melalui pemahaman dan evaluasi yang dilakukan, diharapkan mampu disusun kriteria eksplanasi sejarah sebagai bahan ajar SMA yang dijabarkan dari tujuan pendidikan IPS.
D. MANFAAT PENELITIAN Melalui pengkajian yang dilakukan, diharapkan penelitian ini akan mampu memberi manfaat bagi guru sejarah, penyusun atau penulis buku teks dan pengambil kebijakan, terutama dalam pengembangan buku teks mata pelajaran sejarah di tingkat SMA/MAN, sehingga lebih efektif menanamkan nasionalisme dalam diri para siswa. Bagi kalangan guru sejarah, penelitian ini diharapkan mampu memberi pemahaman tentang bahan ajar dan berbagai pertimbangan yang diperlukan untuk memilih bahan ajar. Apabila kecerdasan dan otonomi guru
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
sejarah dalam memilih bahan ajar dapat berkembang optimal, berbagai tekanan yang dilakukan oleh pejabat politik dan sejarawan (non keguruan) dapat ditanggapi secara jernih dan rasional. Guru sejarah dapat menjelaskan secara ilmiah berbagai keputusannya dalam memilih bahan ajar. Bagi penyusun atau penulis buku teks, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang berbagai pertimbangan yang diperlukan dalam memilih kajian historis untuk ditampilkan sebagai tawaran bahan ajar pada buku teks. Mereka dapat belajar terhadap kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada buku teks pelajaran sejarah di Indonesia serta menemukan peluang untuk mengembangkannya di masa-masa yang akan datang. Dewasa ini pemerintah melalui departemen pendidikan telah banyak melakukan pengembangan kualitas buku teks. Selain membentuk Badan Standard Nasional Penerbitan (BSNP), pemerintah juga telah menyusun berbagai kriteria buku teks yang layak diterbitkan dan pergunakan oleh sekolah. Dalam konteks itu, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih terhadap pengambilan kebijakan dalam pengembangan materi buku teks sebagai bahan ajar mata pelajaran sejarah tingkat SMA di masa-masa mendatang, terutama pada aspek perspektif isi. Apabila semua pihak tersebut di atas mampu memanfaatkan hasil penelitian ini secara optimal, maka secara simultan pada masa mendatang akan mampu disusun buku teks pelajaran sejarah yang memungkinkan siswa melakukan dialog kritis dengan masa lampau bangsanya dan mengembangkan nasionalisme. Dengan kata lain, manfaat yang paling penting, meski tidak secara
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
langsung, adalah bagi siswa SMA agar memiliki kebanggaan sebagai warga bangsa Indonesia dan melalui kemampuan masing-masing dapat berpartisipasi aktif dalam usaha mewujudkan kesejahteraan bersama bangsa Indonesia.
E. STRUKTUR ORGANISASI DISERTASI Bab I. PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. Dalam sub bab latar belakang antara lain diuraikan berbagai problem aktual yang mendorong penulis melakukan penelitian. Bab II: KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan kajian teoritis dan kajian empiris. Dalam sub bab kajian teoritis dibahas secara teoritis tentang nasionalisme, pendidikan sejarah dan buku teks mata pelajaran sejarah. Dalam sub bab kajian empiris dikaji penelitian buku teks di Indonesia. Bab III. METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan subjek, metode dan pendekatan penelitian serta kerangka analisis. Pada sub bab subjek penelitian dipaparkan buku teks yang akan dikaji, serta berbagai pembatasan yang dilakukan agar penelitian lebih fokus. Pada sub bab pendekatan akan disampaikan bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik, yaitu menempatkan buku teks sebagai representasi pemikiran pengarang. Pada sub bab kerangka analisis dibahas analisis isi (content
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
analysis) yang akan digunakan untuk mengkaji buku teks dari keempat permasalahan yang diajukan pada bab I. Bab IV. PERIODE PERGERAKAN NASIONAL Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ke 12 buku teks pada pembahasan tentang pergerakan nasional Indonesia tahun 19081945. Pada sub bab pembahasan akan dianalisis pendekatan yang digunakan oleh pengarang buku teks, serta narasi mereka tentang keberagaman dan integrasi nasional. Analisis pendekatan difokuskan terutama pada kemampuan pengarang mengungkapkan “sejarah dari dalam”, menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya peristiwa sejarah. Analisis terhadap keberagaman difokuskan pada kemampuan pengarang dalam mengeksplorasi berbagai golongan masyarakat, baik etnik, agama maupun usia yang ikut melibatkan diri dalam pergerakan nasional. Analisis sintesis integrasi nasional diarahkan pada kemampuan pengarang dalam menyusun narasi revolusi kemerdekaan sebagai sintesis menuju terbangunnya integrasi nasional. Analisis wacana yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca dilakukan dengan mengkritisi pendekatan yang dipilih, keberagamanan yang dieksplorasi dan sintesis integrasi nasional yang disusun melalui memperbandingkannya terhadap sumber primer dan hasil penelitian akademik yang ada. Analisis kualitas akan diarahkan pada evaluasi buku teks dalam hal materi, penyajian dan penampilan pada saat membahas sejarah pergerakan Indonesia.
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
Bab V. PERIODE REVOLUSI KEMERDEKAAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ke 12 buku teks pada pembahasan tentang revolusi kemerdekaan Indonesia tahun 19451950. Pada sub bab pembahasan akan dianalisis pendekatan yang digunakan oleh pengarang buku teks, serta narasi mereka tentang keberagaman dan integrasi nasional. Analisis pendekatan difokuskan terutama pada kemampuan pengarang mengungkapkan “sejarah dari dalam” dan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya peristiwa sejarah. Analisis terhadap keberagaman difokuskan pada kemampuan pengarang dalam mengeksplorasi berbagai golongan masyarakat, baik etnik, agama maupun usia yang ikut melibatkan diri dalam revolusi kemerdekaan. Analisis sintesis integrasi nasional diarahkan pada kemampuan pengarang dalam menyusun narasi revolusi kemerdekaan sebagai sintesis menuju terbangunnya integrasi nasional. Analisis wacana yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca dilakukan dengan mengkritisi pendekatan yang dipilih, keberagamanan yang dieksplorasi
dan
sintesis
integrasi
nasional
yang disusun
melalui
memperbandingkannya terhadap sumber primer dan hasil penelitian akademik yang ada. Analisis kualitas akan diarahkan pada evaluasi buku teks dalam hal materi, penyajian dan penampilan pada saat membahas sejarah revolusi kemerdekaan. Bab VI. SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan berbagai simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terhadap ke 12 buku teks. Pada bab ini juga diajukan saran atau rekomendasi untuk perbaikan buku teks pelajaran sejarah di masa mendatang.
Hieronymus Purwanta, 2013 Buku Teks Pelajaran Sejarah : Analisis Isi Dan Wacana Nasionalisme Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu