BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Implementasi perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai tahun 2015 ini. Secara umum perjanjian ini bertujuan membentuk kawasan ASEAN menjadi area yang tidak membatasi aliran barang, SDM dan modal. Hal ini mengakibatkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat dan luas mencangkup regional ASEAN. Kondisi ini mengharuskan manajemen untuk selalu menunjukkan kinerja optimal untuk tetap bertahan dalam persaingan (Truong, 2010). AFTA secara langsung maupun tidak langsung akan memberi dampak terhadap kehidupan bisnis di kawasan regional ASEAN. Dampak itu bisa bersumber dari dalam perusahaan, industri dan perekonomian pada umumnya. Disamping akan meningkatkan peluang maupun resiko, pasar yang terbuka ini membutuhkan pengelolaan perusahaan yang lebih kompleks. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu menerapkan praktik tata kelola yang baik (good corporate governance) untuk memastikan bahwa kepentingan stakeholder tidak ada yang terabaikan (ADB annual report, 2014). Semakin ketatnya persaingan antar perusahaan di ASEAN tentu mengharuskan perusahaan di Indonesia untuk terus meningkatkan sistem kelola yang baik di perusahaan. Namun demikian, sampai tahun 2013, berdasarkan 1
laporan riset yang dilakukan ADB (2014) penerapan GCG di Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand. Hal ini disebabkan karena penerapan GCG yang hanya menjadi perhatian perusahaan-perusahaan besar yang cenderung menjadi sorotan di Indonesia. Saran yang diberikan dalam laporan tersebut yaitu Indonesia harus memperkuat kerangka konsep corporate governance dan penegakan regulasi yang konsisten. Penerapan good corporate governance (GCG) di Indonesia mulai menjadi perhatian setelah terjadinya krisis ditahun 1998. Saat itu banyak perusahaan yang kolaps dikarenakan pengelolaan resiko perusahaan yang kurang baik. Selain itu, kurangnya transparansi kondisi perusahaan juga dianggap sebagai penyebab terjadinya krisis. Corporate governance menjadi topik bahasan utama dalam proses pemulihan ekonomi. Perhatian pemerintah dan masyarakat ekonomi Indonesia pun semakin meningkat akan pentingnya penerapan GCG sebagai salah satu faktor fundamental ketahanan dan stabilitas perekonomian dalam jangka panjang. Beberapa langkah terus dilakukan baik itu oleh pemerintah dalam usaha meningkatkan penerapan GCG di Indonesia. Beberapa undang-undang dan peraturan di Indonesia secara eksplisit maupun implisit telah mengatur penerapan corporate governance. Terdapat beberapa produk regulasi dari lembaga-lembaga terkait (seperti BEI, OJK, BI, dll) yang mengatur pelaksanaan GCG di Indonesia. Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 diantaranya telah memperhatikan perkembangan terkini dunia usaha dan juga memperhatikan
2
praktik GCG sebagai nilai dan konsep yang terkandung dalam undang-undang tersebut. Selain itu, skema pelaksanaan GCG di perusahaan publik (emiten) yang terdaftar pada BEI juga tunduk pada aturan BEI (IICG, 2011). Lembaga swasta juga mempunyai perhatian dalam peningkatan penerapan GCG di Indonesia seperti The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). IICG adalah lembaga independen yang mempunyai fokus perhatian pada penilaian penerapan corporate governance dan bekerja sama dengan Majalah SWA sebagai mitra media publikasi. Berkembangnya isu etika dalam pengelolaan perusahaan mendorong perusahaan untuk lebih serius dalam penerapan corporate social responsibility (CSR) (Velasquez, 2012). Konsep CSR memandu perusahaan untuk tidak hanya mempunyai tujuan mencari laba (profit) yang merupakan tujuan jangka pendek tetapi juga menjaga kepentingan jangka panjang dengan menerapkan tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom line yang terdiri dari profit, people, dan planet. Tiga prinsip tersebut menuntun perusahaan untuk turut serta mensejahterakan kehidupan sosial (people) serta menjamin kelangsungan hidup lingkungan (planet) untuk menjaga kepentingan jangka panjangnya (Velasquez, 2012). Di awal abad 21 ini, selain GCG, Corporate Social Responsibility (CSR) juga menjadi isu menarik di Indonesia. Hal ini dipicu semakin seringnya konflik muncul antara perusahaan dengan masyarakat di sekitar perusahaan. Contoh kasus yang sempat menjadi perhatian publik adalah pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT Newmon Minahasa Raya menyebabkan malapetaka bagi
3
masyarakat sekitar Teluk Buyat. Konflik ini mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan. Terjadinya konflik antara perusahaan dan pihak eksternal secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak buruk bagi kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang (Retno dan Priantinah, 2012). CSR menjadi salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan yang berkaitan dengan efek-efek yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. Semakin banyak bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap semakin meningkatkan image perusahaan (Sarvaes, H dan Tamayo, A. 2013). Pendapat ini didasari sudah mulai perhatiannya pasar terhadap penerapan operasi perusahaan yang memperhatikan dampak terhadap kondisi sosial dan lingkungan. Hal inilah yang menumbuhkan kesadaran perusahaan bahwa pihak eksternal khususnya lingkungan dan masyarakat adalah bagian dari stakeholder yang harus dipenuhi kepentingannya. Peraturan tentang CSR sendiri telah tersusun dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam pasal 74 menyebutkan bahwa: “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Selain itu, secara khusus CSR juga diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Penerapan Corporate governance dan CSR yang baik dapat menjadi indikator positif dari kinerja perusahaan. Hal ini karena perusahaan yang tidak hanya mempunyai tujuan laba tetapi juga menjamin keberlangsungan perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik akan meningkatkan nilai investasi pemegang
4
saham dalam jangka panjang dan pada akhirnya meningkatkan kepercayaan stakeholder, termasuk investor. CSR juga mempunyai keterkaitan dengan penilaian pasar dimana apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik maka akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham begitu pula sebaliknya (Said, 2008). Penilaian kinerja manajemen perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahan yaitu untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan memberi nilai tambah dari modal yang telah diinvestasikan. Dengan kata lain, prestasi manajemen secara keseluruhan dapat dilihat dari kinerja keuangannya. Hal inilah yang akan menjadi salah satu bahan pertimbangan investor dalam melakukan keputusan investasi kepada perusahaan (Subramayam, 2010). Berdasarkan uraian di atas penulis termotivasi untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara corporate governance, corporate social responsibility, dan kinerja keuangan dalam sebuah tesis yang berjudul: Pengaruh Corporate Governance dan Social Corporate Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah Retno dan Priantinah (2012) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara corporate governance, CSR dan kinerja keungan perusahaan. Secara bersamaan corporate governance dan CSR mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha penerapan good corporate
5
governance dan CSR memberikan dampak positif terhadap penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan. Pada kenyataannya beberapa penelitian terhadap hubungan antara corporate governance, CSR, dan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian Nur’ainy et al (2013) terhadap hubungan antara corporate governance dengan kinerja manajemen dan risiko perusahaan pada perusahaan non keuangan di BEI menunjukkan adanya korelasi positif antara corporate governance dengan kinerja manajemen dan risiko perusahaan. Penelitian Darmawan (2009) yang menganalisis hubungan antara corporate governance nilai perusahaan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Data diambil dari laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian Marzuki (2011) menunjukan bahwa terdapat korelasi antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. Variabel CSR dengan ROA secara simultan saling mempengaruhi. Penelitan lain dengan instrumen CSR sama dilakukan oleh Anggraini (2010) menunjukkan bahwa peringkat CSR berhubungan positif dan signifikan dengan kinerja keuangan, yang diukur menggunakan rasio ROI, ROE dan NPM. Penelitian replikasi dilakukan oleh Marissa, et al (2013) menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara CSR dengan kinerja keuangan. Data yang digunakan adalah data dari laporan keuangan tahun 2010-2011. Hal ini menunjukkan rentang waktu data yang digunakan akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Kesimpulan Marissa dkk dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Husnan dan Pamudji (2013) yang
6
meneliti hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan menunjukkan korelasi positif. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 dengan alat analisis kinerja menggunakan return on equity. Hasil penelitian-penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara teori yang menjelaskan pentingnya hubungan antara CSR dan kinerja keungan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Analisis corporate governance dan CSR pada kinerja perusahaan diperlukan oleh perusahaan maupun dunia akademisis untuk memahami seberapa jauh efektifitas kedua variabel tersebut memberi dampak pada peningkatan kinerja perusahaan (Wise dan Ali, 2009). Hal ini diperlukan sebagai bagian dari usaha untuk lebih mengembangakan dan mengevaluasi konsep corporate governance dan CSR yang sudah ada. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengujian terhadap pengaruh corporate governance dan CSR terhadap kinerja keuangan perlu dilakukan untuk menganalisis seberapa jauh kedua variabel tersebut mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan baik dari sisi operasional maupun pasar.
1.3 Pertanyaan Penelitian Atas dasar permasalahan yang ada maka pertanyaan penelitian yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh dari Corporate Governance Performance terhadap kinerja keuangan perusahaan?
7
2. Apakah terdapat pengaruh dari Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menguji pengaruh dari Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. 2. Menguji pengaruh dari Corporate Social Responsibility kinerja keuangan perusahaan.
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap proses penilaian kinerja perusahaan. Manfaat penelitian ini secara lebih spesifik kepada masing-masing pihak sebagai berikut. a. Perusahaan Perusahaan dapat menggunakan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai corporate governance dan corporate social responsibility. Diharapkan juga dapat memberikan gambaran tren saat ini tentang pengaruh corporate governance dan corporate social responsibility terhadap usaha meningkatkan kinerja perusahaan di Indonesia. b. Bagi Investor Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi kepada investor mengenai kinerja corporate governance dan corporate social 8
responsibility perusahaan yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di perusahaan bersangkutan. c. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja corporate governance dan corporate social responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan serta gambaran terkini mengenai isu keduanya dalam konteks Indonesia. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi penelitian sejenis berikutnya.
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini menggunakan batasan yang bertujuan untuk menjaga konsistensi dari tujuan penelitian, sehingga permasalahan yang dibahas tidak meluas dari pokok permasalahan. Penelitian ini fokus pada pengujian terhadap pengaruh dari corporate governance yang diukur dengan instrumen Corporate Governance Perception Index (CGPI) dan corporate social responsibility yang diukur dengan instrumen Corporate Social Disclosure Index (CSDI) sebagai variabel independen terhadap kinerja keuangan sebagai variabel dependen. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan economic value added dan market value added. Selain itu, terdapat variabel kontrol yang digunakan yaitu ukuran perusahaan, komposisi komosaris independen, rasio hutang terhadap ekuitas dan ROE. Data yang digunakan bersumber dari laporan tahunan dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2013 dari perusahaan yang terdaftar di BEI. Data diolah
9
dengan kaidah statistika untuk menentukan hubungan antar variabel-variabel yang diteliti.
1.7 Sistematika Penulisan Bab I
: Pendahuluan, menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, kegunaan penelitian, tujuan penelitian, serta batasan penelitian.
Bab II
: Tinjauan Pustaka, menguraikan teori-teori acuan serta menguraikan penyusunan hipotesis.
Bab III
: Metode Penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, pembahasan variabel operasi, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian.
Bab IV
: Pembahasan, berisi penjelasan tentang data, pengujian hipotesis dan analisis dari hasil pengujian model.
Bab V
: Penutup, berisi simpulan, saran dan keterbatasan penelitian.
10