BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992 menandakan dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat dikatakan cukup terlambat mengingat negara Indonesia memiliki penduduk muslim terbesar di dunia sedangkan di negara-negara lain perbankan syariah sudah berkembang sejak tahun 1970-an dan 1980-an. Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan ini dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, perbankan di Indonesia secara resmi telah menganut dual banking system yang artinya bankbank konvensional yang ada di Indonesia dianjurkan membuka unit usaha syariah atau bahkan mengkonversi sepenuhnya menjadi bank syariah. Namun, dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tidak berarti industri perbankan syariah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan persaingan dengan bank konvensional yang cukup ketat dan market share bank syariah di Indonesia pada tahun 2008 relatif masih kecil, yaitu sekitar 2,14% dari total aset bank secara nasional. Akhir tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah (BUS), 27 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 131 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
1
Sejalan dengan hal tersebut, jaringan kantor bank syariah, termasuk layanan syariah juga menunjukkan peningkatan sebesar 1014 unit menjadi 1.470 layanan syariah di tahun 2008. Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Kantor Bank Syariah Kelompok Bank 2006 2007 2008 2009 2010 Bank Umum Syariah 3 3 5 6 11 Unit Usaha Syariah 20 26 27 25 23 BPRS 105 114 131 138 150 Jumlah Layanan Syariah 456 1195 1470 1929 1277 (Sumber : Bank Indonesia, 2012) Perbedaan mendasar antara perbankan konvensional dan syariah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah (Muhammad, 2005).
Kegiatan operasional bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun membedakan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. Bank syariah yang dipilih adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah(BRIS), sedangkan bank konvensional yang dipilih adalah Bank Mandiri(BM), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia ( BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang dianggap sebagai 4 bank terbesar di Indonesia. Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan tahunan bank periode 2008 – 2010. Data dari masing-masing bank didapatkan melalui publikasi di internet.
2
Pengukuran kinerja keuangan bank yang digunakan adalah rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to Deposit Ratio (LDR) (mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER) (mewakili rasio leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas aktiva produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio aktivitas). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)”. 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan
perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan? 2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan
perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan? 1.3. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bank syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah 4 bank syariah
yang
terdapat
di
Indonesia
dan
laporan
keuangannya
sudah
dipublikasikan sejak tahun 2008. Bank Syariah yang dipilih adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (BMS), Bank BRI Syariah(BRIS). Bank konvensional yang
3
dipilih adalah Bank Mandiri (BM), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang dianggap sebagai 4 bank terbesar di Indonesia. 2. Data yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah laporan
tahunan bank periode 2008 – 2010. Data dari masing-masing bank didapatkan melalui publikasi di internet. 3. Pengukuran kinerja keuangan bank yang gunakan dalam penelitian ini
hanya mencakup rasio keuangan yang terdiri dari Return on Assets (ROA) (mewakili rasio profitabilitas), Loan to Deposit Ratio (LDR) (mewakili rasio likuiditas), Debt Equity Ratio (DER) (mewakili rasio leverage), Operating Efficiency (OER) (mewakili rasio efisiensi), Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM) (mewakili rasio operasional), Non Performing Loan (NPL) (mewakili rasio kualitas aktiva produksi), Total Assets Turnover (TATO) (mewakili rasio aktivitas). Pengukuran kinerja juga tidak mencakup aspek manajemen, sumber daya manusia, jumlah outlet dan faktor eksternal yang lain. 1.4. Tujuan Penelitian 1. Menganalisa dan meneliti kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional berdasarkan masingmasing rasio keuangan. 2. Menganalisa dan meneliti kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan.
4
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional antara lain: 1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh ilmu pengetahuan baru dan pengalaman baik mengenai perbankan syariah maupun perbankan konvensional. 2. Bagi bank konvensional, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.
3. Bagi bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan. 1.6. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah serta tujuan dan manfaat penulisan. Selanjutnya disajikan pula hipotesis yang merupakan dugaan awal dari hasil penelitian. Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan secara singkat teori yang melandasi penelitian, termasuk pembahasan tentang pengertian dan perbedaan bank syariah dan bank konvensional. Pembahasan berikutnya adalah mengenai teori pengukuran kinerja bank yang ditekankan pada perhitungan rasio keuangan bank (financial ratio).
5
Bab III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan secara detil tentang metode penelitian yang digunakan. Penjelasan dimulai dari metode pengumpulan data, dilanjutkan dengan metode analisis data. Bab IV : Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi analisa permasalahan berdasarkan data yang telah diolah pada bab sebelumnya. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam upaya meningkatkan kinerja suatu bank.
6