Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Folklor menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
bisa diartikan adat
istiadat, dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun. Folklor juga bisa diartikan sebagai ilmu adat istiadat dan cerita rakyat yang tidak dibukukan (KBBI,2008:146) Folklor sendiri dibagi menjadi tiga bagian yaitu folklor lisan, sebagian lisan dan folklor nonlisan. Folklor lisan adalah folklor yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan dalam bentuk lisan seperti bahasa, cerita rakyat, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan folklor nonlisan adalah folklor yang diciptakan dan disebarluaskan dalam bentuk nonlisan seperti asitektur, kerajinan tangan, pakaian, perhiasan dan sebagainya (Danandjaya, 1997: 37). Folklor berbeda dengan kebudayaan lainnya. Yang membedakan folklor dari kebudayaan lainnya menurut Danandjaya (1984: 3-4) adalah : 1) Penyebaran dan pewarisannya biasa dilakukan secara lisan yakni disebarkan melalui tutur kata atau dari generasi ke generasi. 2) Bersifat tradisional yang disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan antara kolektif tertentu yang dalam waktu yang cukup lama.
1
2
3) Folklor ada dalam varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh cara penyebarannya yang secara lisan bukan melalui cetakan atau rekaman. 4) Folklor bersifat anonim yaitu sudah tidak diketahui nama penciptanya lagi. 5) Folklor biasanya berumus atau berpola seperti misalnya cerita cerita rakyat yang selalu menggunakan kata-kata yang klise. 6) Folklor mempunyai kegunaan atau fungsi dalam kehidupan suatu kolektif. 7) Folklor bersifat prologis yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sama dengan logika-logika pada umumnya. 8) Folklor menjadi milik bersama dari suatu kolektif tertentu. Hal ini menurut Danandjaya diakibatkan oleh penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi sehingga setiap anggota masyarakat tersebut merasa memilikinya. 9) Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu sehingga seringkali terlihat kasar dan spontan Saat ini sangatlah disayangkan bahwa banyak generasi muda yang kurang tertarik mempelajari dan mengembangkan folklor yang ada di negara masing- masing. Hal ini menurut penulis dikarenakan kurang adanya kemasan yang menarik di mata anak muda sehingga beberapa cerita rakyat, legenda, ritual- ritual dan lain- lain sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh kaum muda. Namun ada beberapa negara yang mengemas warisan budayanya menjadi lebih populer. Salah satu negara yang bisa dikatakan sukses mengembangkan cara tersebut adalah Jepang.
3
Jepang dikenal mempunyai kebudayaan kuno yang baik yang berhasil diturunkan dari generasi ke generasi. Bisa dikatakan di tengah kemajuan teknologi yang ada, negara Jepang masih mempertahankan tradisi-tradisi kuno yang sudah berusaia ratusan tahun. Selain itu ada beberapa warisan budaya mereka yang dikemas secara lebih populer agar lebih mudah dipahami dan disukai oleh generasi muda. Kepercayaan Jepang sendiri terbagi menjadi enam (Addis,1985:11-13) yaitu: 1.
Kepercayaan terhadap alam
2.
Kepercayaan terhadap pemisahan dunia orang mati
3.
Kepercayaan terhadap roh bergentayangan
4.
Kepercayaan terhadap praktik eksoterik
5.
Kepercayaan terhadap transformasi binatang
6.
Kepercayaan terhadap transformasi inanimal Dari enam bagian di atas dapat dipastikan bahwa di Jepang masih memiliki kepercayaan terhadap hal-hal yang berbau magis atau di luar logika manusia. Bahkan beberapa di antara mitos-mitos dan tradisi-tradisi tersebut dikemas dengan gaya yang lebih popular atau lebih modern dengan cara membuat film, anime, drama yang memasukan unsur-unsur dunia supernatural di dalamnya. Gegege no Kitaro merupakan sebuah anime karya Shigeru Mizuki yang
diproduksi pada tahun 1959 oleh
Shigeru Mizuki. Gegege no Kitaro
4
mempunyai judul asli Hakaba no Kitaro. Hakaba no Kitaro merupakan sebuah cerita dongeng Jepang pada awal abad 20 yang diceritakan dengan media kamishibai1. Pada awalnya Hakaba no Kitaro disebarkan oleh banyak seniman kamishibai. Namun setelah perang dunia kedua, tidak banyak seniman kamishibai yang menyebarkan ceritanya lagi. Pada tahun 1959 Shigeru Mizuki mulai membuat manga dari Hakaba no Kitarou namun pada saat itu Hakaba no Kitaro dianggap terlalu menyeramkan untuk anak anak sehingga judul Hakaba no Kitarou diubah menjadi Gegege no Kitaro. Manga Gegege no Kitarou beredar pada majalah Shonen Magazine . Sedangkan versi anime dari Gegege no Kitaro mulai dibuat oleh Toei Animation pada tahun 1968 dan ditayangkan oleh stasiun televisi Fuji TV yang kemudian karena kesuksesannya dibuat kembali sebanyak 4 kali pada tahun 1971, 1985, 1996, dan terakhir tahun 20072 Inuyasha adalah salah satu dari banyaknya serial anime Jepang yang berlatar belakang dunia supernatural Jepang. Serial anime ini diadaptasi dari manga yang berjudul sama karya mangaka Takahashi Rumiko. Takahashi Rumiko sendiri sudah mulai populer dengan manga-manga karyanya yang berjudul Ranma ½ dan Maison ikkokku.
1
Merupakan pertunjukan teater gambar sederhana dan lebih ditunjukan untuk anak- anak. Pertunjukan kamishibai biasanya diadakan di jalanan atau di kuil. Dalang dari kamishibai menggunakan gambar yang disebut dengan emakimono sambil menarasikan cerita. Kebanyakan cerita-cerita kamishibai lebih banyak mengandung pesan moral untuk anak-anak. Lihat : en.wikipedia.irg/wiki/kamishibai 2
En.wikipedia.org/wiki/gegege-no-kitaro
5
Manga Inuyasha pertama kali diterbitkan pada tahun 1996 dan dibuat versi animenya pada pada tahun 2000 oleh studio Sunrise dan disiarkan oleh Yomiuri TV sebanyak 167 episode. Serial Inuyasha berakhir di tahun 2004 dan dilanjutkan kembali di tahun 2009 dengan judul anime Inuyasha Kanketsuhen yang merupakan sekuel dari anime sebelumnya. Inuyasha berlatar belakang era peperangan Jepang dan berkisah tentang seorang setengah siluman yang bernama Inuyasha yang menginginkan sebuah bola sakti yang disebut shikon no tama. Shikon no tama adalah bola yang dipercaya dapat membuat seseorang lebih kuat atau mengabulkan permintaan dari sang pemilik bola tersebut. Suatu hari ia berusaha mencuri bola shikon namun hal itu gagal karena ia berhasil disegel oleh seorang miko 3atau pendeta wanita yang bernama Kikyou di sebuah pohon yang bernama goshinboku. Kikyou sendiri meninggal setelah menyegel Inuyasha namun sebelum meninggal ia berpesan pada seluruh penduduk desa dan adiknya Kaede agar membakar bola shikon beserta jasadnya. Cerita berlanjut di zaman Jepang modern ketika seorang gadis SMP bernama Kagome yang mencari kucingnya yang hilang di hari ulang tahunnya yang ke-15. Ia berhasil menemukan kucingnya di dekat sumur keramat yang berada di dekat rumahnya namun ia justru bertemu siluman kelabang yang berasal dari dalam sumur dan terseret ke dalam sumur. Ketika dia keluar dari
3
Wanita muda yang mengabdikan hidupnya sebagai penjaga atau petugas dari kuil Shinto. Sering disebut juga sebagai wanita kuil.
6
sumur tersebut, ia menyadari kalau ia tidak berada di halaman rumahnya lagi namun ia terlempar ke era peperangan Jepang. Dari situlah ia bertemu dengan Inuyasha yang tersegel di pohon goshinboku. Dari situ pula diketahui bahwa Kagome adalah reinkarnasi dari miko yang menyegel Inuyasha yaitu Kikyou. Konflik dimulai ketika bola shikon yang selama ini dicari-cari terpecah menjadi beberapa bagian karena kesalahan Kagome. Kehidupan Inuyasha dan Kagome berlanjut untuk mencari pecahan demi pecahan shikon no tama tersebut. Natsume Yuujinchou adalah anime yang diangkat dari manga karya Yuki Midorikawa. Manga Natsume Yuujinchou dibuat pada tahun 2005, diterbitkan oleh penerbit Hakusensha dan pada saat itu diterbitkan pada majalah manga Shojo Manga Magazine Lala DX. Anime Natsume Yuujinchou baru diadaptasi pada tahun 2008 oleh Brain Brase dan disiarkan oleh TV Tokyo pada tahun 2008 dalam 4 musim4. Natsume Yuujinchou
berkisah tentang seorang anak remaja yang
bernama Natsume. Natsume mempunyai kemampuan yang berbeda dengan lainnya yaitu mempunyai kemampuan untuk melihat roh halus. Natsume juga memiliki buku yang disebut dengan Yuujinchou yang diwarisi dari neneknya yang bernama Natsume Reiko. Buku tersebut berisi tentang daftar nama para makhluk halus yang dulu pernah berhubungan dengan Natsume Reiko.
4
En.wikipedia.org/wiki/Natsume_Book_of_friend
7
Ketiga anime tersebut dipilih oleh penulis oleh karena selain ketiga anime tersebut merupakan beberapa contoh anime yang bergenre supernatural, ketiga anime tersebut juga merupakan anime yang sukses dan populer baik di Jepang maupun di luar Jepang. Selain itu, apabila dibandingkan dengan anime yang lain, ketiga anime ini lebih banyak mengangkat folklor Jepang terutama unsur supernatural yang diangkat sebagai tema cerita. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas penulis menemukan masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konsep dunia supernatural di Jepang ? 2. Bagaimana penggambaran tokoh-tokoh, tradisi dan kepercayaan masyarakat Jepang yang terdapat pada anime Gegege no Kitarou, Inuyasha dan Natsume Yuujinchou ? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai folklor Jepang pada umumnya dan khususnya gambaran mengenai kepercayaan mengenai hal hal supernatural masyarakat Jepang yang terdapat dalam anime Gegege no Kitarou, Inuyasha dan Natsume Yuujinchou serta membandingkan folklor yang diangkat di ketiga anime tersebut dengan kehidupan supernatural masyarakat Jepang pada umumnya
8
1.4 Landasan Teori Penelitian Pendekatan
ini
menggunakan
strukturalisme
pendekatan
dinamis
diterapkan
strukturalisme peneliti
dinamis.
agar
dapat
menganalisis beberapa unsur dalam suatu karya seni seperti faktor intrinsik, ekstrinsik dan semua hal yang berhubungan dengan dunia. Mukarovsky mengatakan bahwa pendekatan ini dapat membantu peneliti dalam melihat hubungan antar suatu karya dan kenyataan. Dengan kata lain suatu karya tidak dapat dipisahkan dari budaya dan folklor merupakan salah satu bagian dari budaya (Teeuw, 1984: 188). Menurut Mukarovsky fungsi estetik suatu karya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial yang lain. Suatu karya dalam pembuatannya meskipun lebih menonjolkan fungsi estetisnya namun suatu karya juga tidak bisa dilepaskan dari fungsi praktis dari karya tersebut (Teeuw, 1984: 186). Mukarovsky juga memaparkan hubungan antar fungsi tersebut bukan merupakan hubungan yang tetap melainkan dinamis dan dapat berubah sewaktu waktu. Contohnya pakaian yang berubah-ubah menurut waktu dan musimnya yang lama-lama berubah meninggalkan fungsi praktis dari pakaian tersebut dan lebih menonjolkan fungsi estetiknya (Teeuw, 1984:187). Maka dari itu menurut Mukarovsky suatu karya dalam sejarahnya tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial budaya dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Teeuw, 1984: 187)
9
Animasi Jepang atau disebut anime merupakan salah satu karya seni dan juga merupakan salah satu bagian dari budaya populer Jepang sekarang ini. Hal yang ingin diketahui dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh folklor Jepang yang sudah ada ke dalam anime tersebut melalui unsur-unsur yang membentuknya seperti plot cerita, animasi, latar belakang tempat dan lain sebagainya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian mengenai folklor Jepang dapat mencangkup banyak hal seperti legenda, upacara adat dan sebagainya maka dari itu dalam penelitian ini penulis hanya berfokus pada hal yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Jepang mengenai dunia supernatural. Dalam penelitian ini penulis meneliti anime Gegege no Kitarou edisi pertama tahun 1968 sebanyak 13 episode, edisi tahun 1971 sebanyak 1 episode dan edisi tahun 2007 sebanyak 4 episode. Sedangkan untuk anime Inuyasha penulis meneliti anime Inuyasha yang diproduksi tahun 2000-2004 sebanyak 164 episode. Selain itu, penulis meneliti Natsume Yuujinchou musim pertama pada tahun 2008 sebanyak 13 episode. 1.6 Tinjauan Pustaka Skripsi ini secara umum membahas bagaimana folklor Jepang diangkat dalam kebudayaan populer terutama dalam anime. Penelitian mengenai folkor Jepang yang diangkat di dalam serial anime belum ada sebelumnya. Namun ada skripsi yang meneliti mengenai folklor Jepang yang diangkat di dalam
10
media film
yaitu skripsi dari
Maharani Wahyuning Ratri yang berjudul
Analisis Folklor dalam Film Ringgu Zero; Baasu de yang ditulis pada tahun 2007 dengan pendekatan semiotika yang membahas tanda-tanda mengenai folklor Jepang yang terdapat pada film Ringgu Zero : Baasu de dan membandingkannya
dengan
kepercayaan-kepercayaan
masyarakat
masyarakat Jepang. Skripsi dari Maharani menggunakan pendekatan semiotika sebagai landasan teori untuk membandingkan folklor Jepang yang terdapat di dalam film Selain skripsi dari Maharani ada pula skripsi yang membahas beberapa bagian dari folklor Jepang yang diangkat secara lebih mendalam seperti dari Harumi Citra Adinda yang berjudul Persepsi Masyarakat Jepang Terhadap Obake yang ditulis pada tahun 2008. Skripsi tersebut membahas mengenai jenis-jenis obake dan makhluk-makhluk mistis lainnya yang ada di dalam kepercayaan-kepercayaan Jepang serta pandangan-pandangan masyarakat Jepang modern mengenai obake. Selain itu ada juga skripsi yang membahas folklor Barat yang diangkat di dalam novel yaitu skripsi dari Sasha Mercya Pramitha yang berjudul The Folklor Behind the Mythical Creatures in The Chronichles of Narnia. Skripsi tersebut membahas makhluk gaib yang terdapat di dalam tiga seri novel The Chronicles of Narnia yaitu The Lion The Witch and The Wardrobe, Prince of Caspian, The Voyage of The Dawn Treader. Sasha dalam skripsinya menggunakan yang sama dengan penelitian ini yaitu
teori strukturalisme
dinamis dengan menggunakan metode deskriptif komparatif. Dalam skripsi
11
ini Saudara Sasha membandingkan folklor Barat dengan folklor yang terdapat dalam novel
The Chronicles of Narnia
sedangkan skripsi ini meneliti
mengenai folklor Jepang yang diangkat di anime. Selain ketiga skripsi di atas penulis juga menemukan sebuah artikel yang membahas mengenai folklor Jepang di dalam budaya populer salah satunya adalah artikel yang ditulis oleh Noriko T Reader yang berjudul Spirited Away: Film of The Fantastic Folk Symbol. Artikel ini membahas simbol-simbol folklor Jepang yang diangkat di dalam film Spirited Away atau yang mempunyai judul dalam bahasa Jepang Sen to Chihiro no Kamikakushi karya sutradara animasi Hayao Miyazaki. Dalam artikel ini membahas tentang beberapa makhluk supernatural Jepang yang diangkat di dalam film animasi Spirited Away. Penelitian ini membahas makhluk supernatural Jepang di serial anime Gegege no Kitarou, Inuyasha,
dan
Natsume Yuujinchou.
Hal yang
membedakan penelitian ini dengan keempat penelitian di atas adalah penelitian ini menggunakan obyek penelitian serial anime Gegege no Kitarou, Inuyasha
dan
Natsume Yuujinchou
dengan pendekatan strukturalisme
dinamis . 1.7 Metode Penelitian Metode yang dilakukan peneliti adalah metode deksriptif komparatif. Obyek penelitian ini adalah potongan adegan dan dialog dari anime Gegege no
12
Kitarou,
Inuyasha,
dan
Natsume Yuujinchou.
Langkah-langkah yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Penentuan objek penelitian. 2. Pemilihan potongan adegan yang menampilkan folklor Jepang. Pemilihan potongan adegan dilakukan berdasarkan analisis yang menggunakan teori Strukturalisme dinamik. 3. Transkrispsi potongan adegan ketiga anime kedalam bentuk teks dialog sekaligus menangkap beberapa gambar adegan tersebut. 4. Pengumpulan data-data yang menunjang penelitian melalui studi pustaka dari buku, jurnal, dan artikel- artikel yang relevan dengan tema penelitian ini. 5. Data sumber penunjang tersebut kemudian dibandingkan dengan data yang didapat dari ketiga anime tersebut. 6. Hasil analisis disajikan dalam bentuk deskripsi.
1.8 Sistematika Penyajian Penelitian ini akan dibagi menjadi menjadi 5 bab. Bab I yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penyajian. Bab II yang mambahas mengenai folklor Jepang dalam bentuk lisan, sebagian lisan dan non lisan. Bab III yang membahas mengenai konsep supernatural Jepang. Bab IV yang berisi tentang analisis folklor Jepang di
13
dalam anime Gegege no Kitarou, Inuyasha, Sedangkan Bab V merupakan kesimpulan.
dan
Natsume Yuujinchou.