BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia kian maju, kemajuan ini didukung perubahan dari
berbagai segi mulai dari segi kehidupan individu, baik yang menyangkut realitas bidang pendidikan, sosial-budaya, ekonomi, teknologi dan tenaga kerja. Perubahan kehidupan yang dipacu kemajuan ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan maupun teknologi ini menyebabkan permasalahan yang dialami di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan formal menjadi kian kompleks. Kompleksitas masalah yang terjadi biasanya muncul pada usia-usia sekolah, karena dalam hal ini usia-usia sekolah sangat rentan terhadap perilaku yang menyimpang, dimana anak belum mampu mandiri dan masih dalam proses pencarian jati diri. Ini dibuktikan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti di lingkungan tempat tinggal peneliti bahwa usia-usia Sekolah Dasar menunjukkan perilaku mencontek, pacaran, terlambat sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, motivasi belajar yang masih kurang serta permasalahan yang lain yang sudah mulai merambah dunia siswa Sekolah Dasar. Tidak jauh beda dengan kasus yang baru saja terjadi di Gowa-Sulawesi Selatan yaitu pemerkosaan yang dilakukan oleh sekelompok anak SD terhadap temannya sendiri yang terdiri dari 6 anak (lima laki-laki dan satu perempuan) yang berusia antara 11 hingga 12 tahun. Anak-anak ini masih duduk di SD kelas 4 dan 5 (Kompasiana.com, 2013). Problematika masalah yang dialami anak SD ini
1
juga diperkuat dengan pendapat Prayitno (dalam Noor, 2011) tentang permasalahan yang muncul pada tingkat Sekolah Dasar antara lain masalah perkembangan jasmani dan kesehatan, masalah keluarga dan rumah tangga, masalah-masalah psikologis, masalah-masalah sosial, masalah kesulitan dalam belajar dan masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya. Dengan munculnya permasalahan perkembangan yang dialami oleh siswa pada usia sekolah, maka perlu diadakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling karena program BK memegang peranan penting dalam menunjang program pendidikan di sekolah. Pelaksanaan program ini diharapkan menjadi penegas, pemantap dan pengarah dalam menghadapi masalah di zaman modern yang penuh tantangan ini. Bimbingan dan Konseling secara formal memiliki kedudukan dalam Sistem Pendidikan di Indonesia dalam Undang-undang No. 20/2003. Undangundang tersebut menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar sangat penting untuk dilaksanakan secara khusus, terprogram dan ditangani oleh orang-orang yang berkompeten dalam hal itu, yaitu konselor atau guru pembimbing. Dengan demikian BK sebagai salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik pada khususnya, baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosial masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal, menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008) konselor dapat berperan serta secara produktif di jenjang sekolah dasar dengan memposisikan diri sebagai konselor kunjung yang membantu guru sekolah dasar
2
mengatasi perilaku siswa yang mengganggu (disruptive behavior), antara lain dengan pendekatan direct behavior consulation. Setiap gugus sekolah dasar diangkat 2 atau 3 konselor untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Sedangkan menurut Prayitno (2001) kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dasar merupakan salah satu komponen dalam standar prestasi kerja guru kelas dan kegiatan bimbingan dan konseling wajib dilaksanakan oleh guru kelas terhadap semua siswa di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Puspitaningsih dan Nursalim (2009) di SD Muhammadiyah se-Surabaya tentang pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling ditemukan bahwa selama tahun ajaran 2008-2009, SD Muhammadiyah se-Surabaya, pada dasarnya menggunakan bimbingan dan konseling pola 17 plus yang terdiri dari: enam bidang bimbingan, sembilan kegiatan layanan, lima kegiatan pendukung dan disesuaikan dengan kebutuhan anak didik. Dalam hal ini yang paling berbeda adalah SD Muhammadiyah 16 Surabaya yang tidak membuat program secara konkrit dan tertulis hanya saja melakukan kegiatan yang menyerupai semua kegiatan layanan dalam program pada umumnya. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SD Muhammadiyah se-Surabaya ini pada beberapa sekolah mengalami kendala yang cukup berarti dalam pelaksanaan dimungkinkan juga karena latar belakang pendidikan guru bukan dari bimbingan dan konseling melainkan dari sarjana psikologi murni dan jurusan lainnya, guru bimbingan dan konseling Sekolah Dasar Muhammadiyah 6 misalnya dari latar belakang kurikulum. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Tahun Ajaran 2008-2009 pada kenyataannya
3
tidak sama di tiap sekolah dikarenakan kegiatan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan keadaan lingkungan serta personil sekolah. Perbedaan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di tiap sekolah, meliputi: a) Tidak adanya jam khusus untuk konselor memberikan materi dikelas dialami oleh hampir di semua sekolah kecuali di SD Muhammadiyah 4 hanya satu bulan sekali satu jam mata pelajaran. Masalah ini juga dianggap sebagai akar permasalahan tidak terlaksananya kegiatan dengan baik, b) Perbedaan dalam ketersediaan sarana dan prasarana serta personil yang berkompeten di bidangnya, c) Karakteristik sekolah mempengaruhi dalam pembuatan program dan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling, d) Hasil atau output yang didapatkan juga tidak sama dalam tiap sekolah. Karakteristik siswa di sekolah masing-masing juga mempengaruhi hasil yang didapatkan. Berdasarkan temuan masalah di atas maka peneliti mencoba untuk mendapatkan informasi lain tentang bagaimana pelaksanaan program bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar yang lain. Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV, V dan VI serta kepala sekolah, observasi dan studi dokumentasi di SDN Jubelan 02 Sumowono. Dari hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2013 diperoleh informasi sebagai berikut untuk guru kelas IV Totok Sugiarto, A.Ma.Pd menyatakan bahwa tidak membuat program BK secara khusus dan untuk layanan BK kelas IV hanya dilakukan apabila ada masalah atau perilaku yang menyimpang, sedangkan untuk guru kelas V Saryoto, S.Pd.SD juga menuturkan bahwa tidak membuat program BK secara khusus, lebih fokus pada bimbingan belajar, layanan BK bersifat
4
insidentil dan beliau pernah membuat catatan BK terhadap permasalahan yang bersifat insidentil tersebut, sedangkan untuk guru kelas VI Pambudi Margo, S.Pd juga menyatakan hal yang sama bahwa tidak membuat program BK secara khusus dan layanan BK bersifat insidentil. Kepala SDN Jubelan 02 Sumowono Tutik Khamidah, S.Pd juga menuturkan bahwa tidak membuat program BK secara khusus, hanya para guru kelas lebih terfokus pada bimbingan belajar dan dari studi dokumentasi yang dilakukan program tahunan/jadwal kegiatan sekolah yang dibuat oleh kepala sekolah sama untuk semua kelas, selain itu dari observasi yang dilakukan peneliti bahwa tugas guru di SDN Jubelan 02 Sumowono tidak dilaksanakan secara maksimal berdasarkan tujuan pendidikan di SD tersebut. Atas dasar wawancara, observasi dan studi dokumentasi di atas dapat digambarkan dalam bentuk skema tentang pelaksanaan Program BK di SDN Jubelan 02 Sumowono sebagai berikut : Komponen Program
Kompetensi Akademik Visi, misi dan tujuan pendidikan di SDN Jubelan 02 Sumowono Permasalahan belajar
Asesmen Perkembangan Konseli
Pelayanan responsif (Pemecahan masalah, remidiasi)
Strategi Pelayanan
Konsultasi Bimbingan Belajar
Harapan dan Kondisi Konseli
5
Dalam Permendiknas No. 23/2006 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi, maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujudkan diri (self actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat mendukung pencapaian kompetensi lulusan. Untuk mencapai Standar Kompetensi Kemandirian peserta didik tersebut diperlukan program bimbingan dan konseling. Oleh karena itu kerjasama antara kepala sekolah, para guru serta berbagai pihak sekolah mutlak diperlukan. Atas permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk membuat perencanaan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di SDN Jubelan 02 Sumowono. Diharapkan dengan adanya perencanaan program bimbingan dan konseling ini dapat menjadi referensi atau masukan bagi perencana program bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar. Peneliti memilih SDN Jubelan 02 Sumowono sebagai subjek penelitian karena sangat sesuai dengan masalah yang diteliti, selain itu tujuan pendidikan di SD tersebut yaitu mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, antara lain CTL, Pakem, serta layanan bimbingan dan konseling dan salah satu tugas yang ke-7 dari sepuluh kemampuan dasar guru SDN Jubelan 02 Sumowono yaitu menyelenggarakan program bimbingan tidak dilaksanakan secara maksimal karena beban tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sudah kompleks, meskipun sebenarnya bimbingan dan
6
konseling itu penting dilaksanakan dalam menunjang pencapaian tujuan pendidikan yang ada di SD tersebut.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah perencanaan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di SDN Jubelan 02 Sumowono?
1.3
Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah di atas, maka yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah merencanakan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di SDN Jubelan 02 Sumowono.
1.4
Manfaat Penelitian Secara
teoretis/akademis,
dengan
diperolehnya
data
yang
dapat
menggambarkan secara nyata tingkat perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di SDN Jubelan 02 Sumowono, maka akan diperoleh pemahaman teoritik yang lebih sesuai mengenai pemenuhan tugas perkembangan siswa melalui program bimbingan dan konseling yang lebih relevan dengan kebutuhan nyata siswa.
7
Selanjutnya, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan bagi pihakpihak yang berminat untuk menindaklanjuti penelitian ini berdasarkan perkembangan teori perencanaan program bimbingan dan konseling. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan khususnya bagi pelaksana program layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar agar lebih memperhatikan Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (2008). Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perencana program bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar yaitu guru kelas IV, V dan VI di SDN Jubelan 02 Sumowono untuk mengetahui bagaimana perencanaan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di SDN Jubelan 02 Sumowono. Selain itu, melalui hasil penelitian ini sekolah mampu meningkatkan profesionalisme kinerja guru kelas.
8