1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Belajar adalah proses berpikir yang menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Menurut Susilawati (2009: 26) pembelajaran adalah suatu proses aktif dan menuntut supaya para siswa ikut serta dalam aktivitas yang tidak mesti bersifat lahir dan fisik, dapat saja berupa menyimak, membaca, dan berpikir. Weil (Khoerinisa, 2012: 34) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran. 1.
2. 3.
Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau merubah struktur kongnitif siswa melalui pengalaman belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran menurut aktivitas siswa secara penuh untuk mencari dan menemukan sendiri. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus diperlajari yaitu fisis, sosial, atau logika. Proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial, anak lebih baik belajar dari temannya sendiri (cooperative learning). Atas dasar prinsip pembelajaran menurut Weil, maka proses pembelajaran
harus diarahkan agar siswa mampu mengatasi setiap tantangan dan rintangan dalam kehidupan yang cepat berubah, melalui sejumlah kompetensi okupasional, kompetensi kultural, dan kompetensi temporal. Ruseffendi (2006) mengatakan bahwa pelajaran matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi. Padahal
2
harus diakui bahwa matematika memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan ini. Matematika
dirasakan sulit oleh murid karena kebanyakan
matematika diajarkan oleh guru dengan materi dan metode yang tidak menarik. Faisal (2006: 17) mengemukakan bahwa rendahnya prestasi belajar matematika dan negatifnya sikap siswa khususnya terhadap matematika, disebabkan beberapa hal seperti: 1. 2. 3. 4. 5.
Kurikulum yang padat. Materi pada buku pelajaran yang dirasakan terlalu banyak dan sulit diikuti. Media belajar yang kurang efektif. Metode pengajaran yang tradisional dan kurang interaktif. Sistem evaluasi yang berat. Pelaksanaan proses belajar-mengajar sekarang ini lebih cenderung dilakukan
dengan pengajaran secara ekspositori dengan menyamaratakan kemampuan siswa. Meskipun sebenarnya dalam suatu kelas terdapat perbedaan dalam kemampuan, minat dan pengalaman yang berasal dari lingkungan sosial mereka, sehingga potensi yang ada pada siswa tidak dapat dikembangkan secara optimal. Dengan menekankan kepada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar diharapkan potensi siswa dapat berkembang dengan baik. Pemecahan
masalah
sangat
penting
dalam
menyelesaikan
masalah
matematika. Pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematik dimiliki oleh siswa dikemukakan oleh Branca (Jihad, 2006: 1) sebagai berikut: (1) kemampuan menyelesaikan merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika; (2) penyelesaian masalah meliputi metoda, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika; dan (3) penyelesaian matematika merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.
3
Polya (Khoerinisa, 2006: 38) menjelaskan bahwa: Pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas intelektual yang sangat tinggi sebab dalam pemecahan masalah siswa harus dapat menyelesaikan dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari untuk membuat rumusan masalah. Aktivitas mental yang dapat dijangkau dalam pemecahan masalah antara lain adalah mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi. Proses belajar melalui pemecahan masalah memungkinkan siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri didasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga proses belajar yang dilakukan akan berjalan aktif dan dinamis. Berdasarkan uraian tersebut, pemecahan masalah dalam matematika dipandang sebagai proses dimana siswa menemukan kombinasi aturan-aturan atau prinsipprinsip matematika yang telah dipelajari sebelumnya yang digunakan untuk memecakan masalah. Realita di lapangan, guru masih belum memanfaatkan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, siswa seringkali tidak memahami makna yang sebenarnya dari suatu permasalahan, siswa hanya mempelajari prosedur yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan pengalaman sendiri dan hasil wawancara dengan guru pelajaran matematika ketika PPL di SMPN 17 Bandung, diakui bahwa banyak siswa yang belum memiliki kemampuan pemecahan masalah dan kategori pemecahan masalah matematika siswa di SMPN 17 Bandung bisa dikatakan kurang. Hal ini bisa dilihat dari masih adanya sebagian siswa yang
4
belum mampu memahami masalah, merencanakan penyelesaian soal dan belum mampu memeriksa kembali hasil jawabannya. Banyaknya model pembelajaran yang ada pada saat ini diharapkan mampu menjadi salah satu hal penting dalam peningkatan proses pembelajaran matematika. Salah satu alternatif pembelajaran yang diperkirakan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran berbasis komputer. Hal ini dikarenakan metode berbasis komputer diharapkan dapat mengoptimalisasikan partisipasi siswa untuk berperan secara interaktif mengeluarkan pendapatnya serta dapat meningkatkan aktivitas berpikir dan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Selain itu, pemahaman siswa dalam pelajaran matematika terhadap materi yang telah disampaikan semakin mendalam dan kemampuan siswa semakin terlatih dan meningkat dalam menjawab soal-soal yang disajikan terutama soal-soal pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis komputer adalah salah satu strategi atau bentuk pembelajaran dengan menggunakan media komputer untuk menyampaikan seluruh atau sebagian dari isi kandungan mata pelajaran. Pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi ini diperlihatkan dalam suatu tampilan yang menjadikan aktivitas pembelajaran menjadi lebih menarik dan berkesan (Rusman, 2011: 285). Pembelajaran ini akan memberikan nuansa baru yang mampu membangkitkan motivasi dan kreativitas siswa sehingga menuntut Rusman (2011: 287) menyebutkan ada beberapa model-model pembelajaran berbasis komputer, yaitu model drill, model tutorial, model simulasi, dan model intructional games. Dari model-model tersebut
5
diharapkan para guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran matematika. Pemilihan model pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Kurnia (2006), yang mengukur kemampuan berpikir analisis dan berpikir kritis siswa SMA. Kurnia (2006) mengatakan bahwa “Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa pembelajaran interaktif berbasis teknologi komputer tipe simulasi dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan berpikir kritis siswa secara lebih baik daripada pembelajaran ekspositori”. Hal itu membuktikan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran multimedia berbasis teknologi komputer dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir analitis siswa. Namun demikian, pada kenyataannya penggunaan komputer sebagai media pembelajaran matematika masih dianggap suatu yang hal yang baru dan sulit untuk dikembangkan disebabkan beberapa hal. Hal-hal tersebut di antaranya adalah kurangnya kualitas sumber daya manusia (guru) yang mampu mengembangkan pembelajaran matematika berbasis komputer di sekolah, keterbatasan perangkat (hardware dan software) komputer di sekolah dari segi kuantitas maupun kualitasnya, adanya kekhawatiran akan pengaruh negatif penggunaan komputer dalam pembelajaran, dan juga minimnya aktivitas penelitian terhadap penggunaan komputer sebagai media pembelajaran matematika. Berdasarkan paparan diatas, maka pengembangan model bahan ajar matematika interaktif berbasis teknologi komputer menjadi sangat penting untuk
6
dilakukan. Oleh sebab itu, penulis berencana melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar siswa yang memperoleh model pembelajaran komputer tipe simulasi?
2.
Apakah terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan model berbasis komputer dan model ekspositori berdasarkan kemampuan awal matematika siswa (Tinggi, sedang dan rendah)?
3.
Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis komputer dan siswa yang diberi pembelajaran ekspositori berdasarkan kemampuan awal matematika siswa (Tinggi, sedang dan rendah)?
4.
Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan Model berbasis komputer?
C. Batasan Masalah Penelitian ini dititikberatkan pada pengembangan multimedia pembelajaran matematika interaktif tipe simulasi dengan batasan permasalahan sebagai berikut:
7
1. Subjek penelitian adalah siswa SMP Negeri 17 Bandung kelas VIII semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Materi yang dipilih untuk dijadikan bahan ajar adalah pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar dengan sub pokok bahasan Prisma dan limas. D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan dan batasan masalah yang tertulis di atas, penelitian ini memiliki tujuan ingin mengetahui beberapa hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar siswa yang memperoleh model pembelajaran multimedia berbasis teknologi komputer. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah memperoleh pembelajaran dengan model berbasis komputer dan model
ekspositori berdasarkan kemampuan awal matematika siswa (Tinggi,
sedang dan rendah). 3.
Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis komputer dan siswa yang diberi pembelajaran ekspositori berdasarkan kemampuan awal matematika siswa (Tinggi, sedang dan rendah).
4.
Untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model berbasis komputer.
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan, di antaranya:
8
1.
Bagi Penulis Penulis dapat melihat adanya pengaruh pembelajaran matematika berbasis komputer tipe simulasi terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa SMP.
2.
Bagi Guru Matematika Guru matematika dapat menggunakan pembelajaran matematika berbasis komputer sebagai alternatif pembelajaran yang dapat menghadirkan nuansa baru dan memperkaya variasi dalam pembelajaran matematika sehingga dapat mengurangi kejenuhan belajar siswa.
3.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pemikiran dan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam
berkenaan dengan
pengembangan berbasis komputer dalam pembelajaran di SMP. 4.
Bagi Disiplin Ilmu Pendididkan Matematika Memberi sumbangsih atau karya nyata bagi disiplin ilmu pendidikan matematika khususnya dalam pengembangan
penggunaan teknologi komputer sebagai
alternatif pembelajaran matematika. F. Definisi Operasional Supaya tidak terjadi salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka berikut ini diberikan penjelasan berkenaan dengan istilah-istilah yang digunakan: 1. Model-model pembelajaran berbasis komputer diantaranya yaitu model simulasi, model drills, model tutorial dan model instructional games.
9
a. Model Simulasi pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang konkret melalui simulasi-simulasi pembelajaran yang mendekati suasana yang sebenarnya. b. Model drills adalah suatu model dalam pembelajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. Melalui model drills ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk latihan. c. Model tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian arahan, bantuan, petunjuk, dan motivasi agarpara siswa belajar secara efisien dn efektif. Pemberian bantuan beratii membantu siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Petunjuk berarti memberikan informasi tentang cara belajar secara efisien dan efektif. Arahan berarti mengarahkan para siwa untuk mencapai tujuan masing-masing. d. Model instructional games bertujuan untuk menyediakan pengalaman belajar yang memberikan fasilitas belajar untuk menambah kemampuan siswa melalui bentuk permainan yang mendidik. . 2. Pemecahan masalah matematika merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai suatu tujuan yang hendak dicapai. Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah mereupakan suatu tujuan yang hendak dicapai. Adapun indikator pemecahan masalah matematika menurut Polya (Hartati, 2008:6) sebagai berikut: a. Memahami masalah, yaitu memahami apa yang ditanyakan dan diketahui dalam permasalahan.
10
b. Merencanakan penyelesaian, yaitu merumuskan masalah serta menyusun ulang masalah. c. Melakukan perhitungan, yaitu melakukan perhitungan untuk menyelesaikan masalah dengan langkah sebelumnya. d. Memeriksa kembali proses dan hasil, yaitu mengecek langkah-langkah yang sudah dilakukan. G. Kerangka Pemikiran Komputer adalah perangkat elektronik yang bekerja sebagai pengolah data, menerima masukan (input), menyimpan data, memproses data, dan menampilkan hasilnya (output). Sementara media, berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara atau pengantar (Wulan, 2011). Pembelajaran berbasis komputer diantaranya meliputi model simulasi, model drills, model tutorial dan model instructional games. Pembelajaran berbasis komputer merupakan pembelajaran yang mampu mengorganisasikan bahan ajar secara utuh ke dalam bentuk tampilan yang menarik dan interaktif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara dinamis antara siswa dan guru dalam bentuk stimulusrespon melalui papan keyboard dan mouse. Pembelajaran dengan menggunakan model berbasis komputer mempunyai kekurangan diantaranya diperlukan keahlian yang harus dimiliki oleh guru, terbatasnya program yang menunjang terlaksananya pembelajaran sehingga dapat disajikan semaksimal mungkin, tidak semua materi matematika dapat disajikan dengan menggunakan model ini. Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori menurut Sanjaya (2010: 179)
11
merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered achievment), dikatakan demikian karena guru memegang peranan yang sangat dominan, guru menyampaikan materi secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan baik. Pada penelitian ini diambil pokok bahasan prisma dan limas. Walaupun ruang lingkupnya sangat sederhana tetapi, materi prisma dan limas sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Pokok bahasan prisma dan limas dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk melatih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Menghadapkan siswa pada masalah yang dapat diperoleh dari dunia nyata atau masalah konsep matematika melalui pemecahan masalah matematika. Langkah-langkah atau tahap pemecahan masalah menurut Polya (Ruseffendi, 2006:177) ada empat yaitu: 1.
Memahami persoalan, yaitu memahami apa yang ditanyakan dan diketahui dalam soal yang diberikan. Dalam penelitian ini memahami soal-soal mengenai prisma dan prisma.
2.
Membuat rencana atau cara menyelesaikannya, yaitu merumuskan masalah serta menyusun ulang masalah. Siswa diharapkan pada tahap ini mengetahui rencana untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
3.
Menjalankan rencana yang telah dibuat pada langkah kedua. Siswa menjalankan rencana yang telah dibuat sebelumnya, yaitu rencana untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
12
4.
Memeriksa kembali proses dan hasil, yaitu mengecek langkah-langkah yang sudah dilakukan. Pada tahap ini siswa memeriksa kembali pekerjaannya sampai memeriksa ulang jawaban. Kerangka pemikiran dapat dilihat dalam Gambar 1. 1 Siswa Kelas VIII SMPN 17 Bandung
Pembelajaran Berbasis Komputer
Pre-test
1. 2. 3. 4.
Pembelajaran ekspositori
Indikator Pemecahan Masalah Matematik: Memahami masalah Merencanakan penyelesaian Melakukan perhitungan Memeriksa kembali proses dan hasil
Post-test
Post-test
Kemampuan Pemecahan Masalah
Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran
13
H. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis penelitian yang diajikan adalah “perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran model berbasis komputer dengan siswa yang memperoleh pembelajaran model ekspositori berdasarkan kategori kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah)”. Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: 𝐻0 :
Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran model berbasis komputer dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran
model
ekspositori
berdasarkan
kategori
kemampuan awal matematika (tinggi, sedang dan rendah). 𝐻a :
Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran model berbasis komputer dengan siswa yang memperoleh pembelajaran model ekspositori (tinggi, sedang dan rendah). Hipotesis statistiknya: 𝐻0 : 𝜇1 = 𝜇2 ; 𝐻a : 𝜇1 ≠ 𝜇2 Keterangan : 𝜇1 : Kemampuan Pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis komputer 𝜇2 : Kemampuan Pemecahan masalah matematik siswa yang memperoleh pembelajaran ekspositori.
14
I.
Langkah-langkah Penelitian a. Alur Penelitian Uji Coba Insrtumen
pretest
Lembar observasi
Kelas Eksperimen Pembelajaran Berbasis Komputer
Kelas Kontrol Pembelajarn Ekspositori
Lembar observasi
posttest Angket skala sikap Analisis Hasil Penelitian
Pengambilan Kesimpulan
Gambar 1. 2 Bagan Alur Penelitian 2. Sumber Data a. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Bandung, terdiri dari 13 kelas yakni VIII-A s/d VIII-M. Pemilihan SMP Negeri 17 Bandung sebagai tempat penelitian didasari hal yang sangat esensial berkaitan erat dengan kelancaran proses penelitian, yaitu pertimbangan fasilitas ruang multimedia sekolah yang mendukung serta rata-rata kemampuan hail belajar siswanya homogen. b. Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil dengan cara simple random sampling. Pengambilan samplenya dengan cara pengocokan, yaitu dibuar huruf A, B, C, D, E,
15
F, G, H, I, J, K, L dan M pada kertas kecil, kemudian digulung dan dimasukkan pada kotak kecil, setelah kertas-kertas tersebut dikocok dengan baik, diambil satu gulungan kemudian huruf yang tertulis pada gulungan tersebut dicatat dan gulungan tersebut dikembalikan lagi kedalam otak, selanjutnya dilakukan seperti itu sampai diperoleh 2 huruf yang berbeda, kedua huruf tersebut adalah J dan M. Maka dalam penelitian ini yang menjadi sample adalah kelas VIII-J dan VIII-M. 3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian QuasiEksperiment dengan Pretest-Posttest Control Group Design, yaitu pada kedua kelompok diberikan pretest sebelum pembelajaran dan posttest setelah pembelajaran. Dalam pembelajarannya sendiri, kelompok eksperiment mendapat pembelajaran berbasis komputer, sedangkan kelompok kontrol mendapat pembelajaran model ekspositori. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang menjadi kelas kontrol adalah kelas VIII-M dan kelas eksperimen adalah kelas VIII-J. Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan pada tabel 1.1 Tabel 1. 1 Desain Penelitian Kelas Eksperimen Kontrol
Keterangan:
Pretest O O
Treatment X
Posttest O O (Sugiyono 2011: 116)
16
O : Pretest dan Posttest X : kelompok yang diberi pembelajaran model berbasis komputer 4. Instrumen Penelitian Untuk pengumpulan data tentang variabel-variabel yang diteliti, maka pada kegiatan penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: a. Tes Tes yang terdiri dari pretest dan postest. Pretest sebanyak 4 soal dalam bentuk soal uraian diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan posttest sebanyak 4 soal dalam bentuk uraian diberikan
setelah
pembelajaran
dilaksanakan
untuk
mengukur
peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Soal-soal yang digunakan dalam pretest dan postest ini terlebih dahulu telah dilakukan uji coba. Soal uji coba terdiri dari 6 soal yang disesuaikan dengan indikator pemecahan masalah matematika pada penelitian ini. Setelah itu diambil 4 soal yang valid untuk soal pretest dan postest. Apabila jumlah soal yang valid kurang dari 4, maka beberapa soal yang tidak valid diperbaiki agar soal tersebut layak untuk menjadi soal pretest dan postest. b. Skala Sikap Skala sikap digunakan untuk mengetahui sikap siswa kelompok eksperimen terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan berbasis komputer tipe simulasi. Angket ini terdiri atas 20 buah pernyataan, 11 pernyataan positif dan 9
17
pernyataan negatif. Meliputi sikap siswa terhadap matematika dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis teknologi komputer tipe simulasi. Skala sikap ini menggunakan skala sikap model Likert. Dalam penelitian ini tiap item dalam skala sikap disajikan lima pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Penentuan skor skala model Likert pada penelitian ini dilakukan secara apriori. Untuk pernyataan positif kategori SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sebalikny untuk pernyataan negatif SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4 dan STS diberi skor 5. c. Lembar Observasi Lembar onservasi digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis komputer. Aktivitas-aktivitas yang diamati diantaranya sikap siswa dan guru (peneliti) sewaktu pembelajaran. Untuk lembar observasi aktivitas siswa yang akan menjadi observernya adalah mahasiswa. Sedangkan untuk lembar observasi aktifitas guru yang akan menjadi observernya guru pamong atau guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 17 Bandung. Sebelum observasi dilakukan, observer terlebih dahulu diberikan pengarahan cara mengobservasi serta mengisi lembar observasi supaya tidak terjadi kekeliruan.
18
Pada lembar observasi, observer memberi tanda checlist pada setiap pernyataan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru. Pilihan jawaban untuk masing-masing pernyataan tersebut adalah A, B, C dan D dilengkapi dengan komentar dari observer. Sebelum observasi dilakukan, observer terlebih dahulu diberikan pengarahan. 5. Analisis Instrumen Penelitian a. Analisis Lembar Observasi Untuk menganalisis lembar observasi, baik lembar observasi siswa atau guru, dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgement experts). Untuk itu lembar observasi yang telah dibuat mengacu pada model pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi, di konsultasikan kepada ahlinya yaitu dosen pembimbing. b. Analisis Tes Sebelum dipergunakan dalam penelitian, instrumen tes ini terlebih dahulu diuji coba kepada siswa kelas XI G SMP Negeri 17 Bandung. Uji coba soal dilakukan untuk mengetahui indeks kesukaran, daya beda, validitas dan reabilitas soal tersebut. Adapun langkah-langkah uji coba instrumen yang dilakukan sebagai berikut: 1) Menentukan Indeks kesukaran Butir Soal dengan Rumus:
Keterangan: IK
= indeks kesukaran
19
= jumlah jawaban siswa SMI = skor maksimal ideal NA = banyak peserta tes Adapun kriteria indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran IK = 0,00 0,00 < IK ≤ 0,30 0,30 < IK ≤ 0,70 0,70 < IK ≤ 1,00 IK = 1,00
Klasifikasi Soal Terlalu Sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah (Suherman, 2003:170)
Setelah soal di uji cobakan ke lapangan lalu dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil analisis indeks kesukaran sebagai berikut: Tabel 1.3 Hasil Indeks Kesukaran Soal A No. Soal 1 2 3 4
Jumlah Skor (𝑋̅𝐴 ) 122 91 124 110
Skor Maksimal Ideal (SMI) 10 10 10 10
Banyaknya Siswa (NA) 18 18 18 18
Indeks Kesukaran
Keterangan
0,67 0,50 0,69 0,61
Sedang Sedang Sedang Sedang
Tabel 1.4 Hasil Indeks Kesukaran Soal B No. Soal 1 2 3 4
Jumlah Skor (𝑋̅𝐴 ) 202 203 242 210
Skor Maksimal Ideal (SMI) 10 10 10 10
Banyaknya Siswa (NA) 17 17 17 17
Indeks Kesukaran
Keterangan
0,57 0,58 0,70 0,60
Sedang Sedang Mudah Sedang
20
2) Menentukan Daya Beda dengan Rumus:
Keterangan: = daya pembeda = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang diolah
Adapun kriteria indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 1.5 Tabel 1.5. Klasifikasi Daya Pembeda Klasifikasi
Daya Pembeda
DP 0,00 0,00 < DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00
Sangat Jelek Jelek Cukup Baik Sangat Baik (Suherman, 2003:161)
Setelah soal di uji cobakan ke lapangan lalu dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil analisis daya pembeda sebagai berikut: Tabel 1.6 Hasil Daya Pembeda Soal A No. Soal 1 2 3 4
Daya Beda 0,53 0,58 0,37 0,80
Keterangan Baik Baik Cukup Sangat Baik
21
Tabel 1.7 Hasil Daya Pembeda Soal B No. Soal 1 2 3 4
Daya Beda 0,45 0,70 0,65 0,75
Keterangan Baik Baik Baik Sangat Baik
3) Menetukan Validitas dengan Rumus :
rxy
N XY X Y
N X X N Y Y 2
2
2
2
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan N = banyak siswa X = jumlah skor seluruh siswa tiap item soal Y = jumlah skor seluruh item soal tiap siswa (Arikunto, 2007: 72) Kriteria Penafsiran r 0,80 < xy 1,00 validitas sangat tinggi r 0,60 < xy 0,80 validitas tinggi r 0,40 < xy 0,60 validitas cukup r 0,20 < xy 0,40 validitas rendah r 0,00 < xy 0,20 validitas sangat rendah Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi. (Arikunto, 2007: 75)
22
Setelah soal di uji cobakan ke lapangan lalu dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil analisis validitas item soal sebagai berikut: Tabel 1.8 Hasil Validitas Item Soal A No. Soal 1 2 3 4
Validitas 0,72 0,25 0,21 0,1
Keterangan Tinggi Rendah Rendah Sangat Tinggi
Tabel 1.9 Hasil Validitas Item Soal B No. Soal 1 2 3 4
Validitas 0,42 0,68 0,70 0,1
4) Menentukan Reabilitas dengan Rumus:
Keterangan: 𝑛11 = Reabilitas yang dicari n
= Banyaknya butir soal = Jumlah varian Skor tiap item = Varians skor total
Keterangan Cukup Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
23
Tabel 1.10 Kriteria Reliabilitas Soal Koefisien Korelasi
Derajat Reliabilitas Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
≤ 0,20 0,20 <
≤ 0,40
0,40 <
≤ 0,70
0,70 <
≤ 0,90
0,90 <
1,00 (Jihad & Haris, 2009 : 180-181)
Setelah soal di uji cobakan ke lapangan lalu dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil reabilitas sebagai berikut: 𝑆2
𝑛
6
26,5738
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − ∑ 𝑆𝑖 2 ) = (6−1) (1 − 65,1967) = 0,71 hasil 𝑡
ini
termasuk
kedalam kriteria tinggi. Hasil analisis instrumen tes soal uji coba secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: 1.11 Hasil Analisis Uji Coba Soal A 1 Reablitas Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan
0,71 0,53 0,57 Dibuang
No. Soal 2 3 0,71 0,25 0,21 0,58 0,37 0,58 0,70 Dipakai Direvisi
4 0,1 0,80 0,60 Dipakai
1.12 Hasil Analisis Uji Coba Soal B 1 Reablitas Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan
0,42 0,45 0,57 dipakai
No. Soal 2 3 0,72 0,68 0,70 0,70 0,65 0,58 0,70 direvisi dibuang
4 0,1 0,75 0,60 Dipakai
24
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka soal no. 3 direvisi karena tingkat kesukaran soal tersebut mudah sementara validitas soal tinggi. Soal no. 1A, 2B, 3B dibuang (tidak dipakai) karena banyak soal yang dibutuhkan untuk pretest dan posttest 4 soal, dan indikator soal no. 1A sama dengan indikator soal no. 1B. Soal-soal yan digunakan untuk pretest dan posttest secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.13 Daftar Soal yang Digunakan No. Soal Lama 1B 2B 3A 4B
No. Soal Baru 1 2 3 4
Bobot Skor 10 10 10 10
6. Prosedur Penelitian Setelah menentukan subjek yang akan digunakan dalam penelitian maka terdapat dua langkah dalam prosedur penelitian ini, yaitu: a. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai berikut: 1) Observasi ke sekolah yakni SMP Negeri 17 Bandung untuk dijadikan tempat penelitian. 2) Mempersiapkan instrumen penelitian, diantaranya: a) RPP b) Skala Sikap
25
c) LKK 3) Uji coba instrumen penelitian Instrumen penilitian yang diuji cobakan adalah soal-soal untuk pretest dan pretest yang dilaksanakan saat penelitian dilaksanakan. 4) Penentuan kelas mana yang akan dijadikan kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori dan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen
dengan
model
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan multimedia berbasis teknologi komputer tipe simulasi. b.
Tahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut: 1) Pre-tes diberikan terlebih dahulu kepada kedua kelompok, yaitu kelas VIII-J dan kelas VIII-M tahun pelajaran 2011/2012 semester genap SMP Negeri 17 Bandung. 2) Kelompok pertama, kelas VIII-M pembelajaran dilakukan dengan model ekspositori. Kelompok kedua, kelas VIII-J pembelajaran dilakukan
dengan
model
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan multimedia berbasis teknologi komputer tipe simulasi. 3) Ketika pembelajaran dilakukan seluruh siswa dan guru diobservasi dengan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.
26
4) Post-test diberikan kepada kedua kelompok setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model yang berbeda untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 5) Memberikan angket skala sikap kepada siswa kelas VIII-J untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan multimedia berbasis teknologi komputer tipe simulasi. 6) Dilakukan pengolahan data pre-tes dan pos-ttest yang langlahlangkahnya diuraikan dalam teknik pengumpulan data. 7) Menganalisis data observasi siswa dan guru selama pembelajaran serta angket siswa setelah pembelajaran. 7. Prosedur Analisis Data a. Analisis data untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 Rumusan masalah nomor 1 yaitu tentang gambaran aktivitas siswa dan guru pada saat pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi, maka digunakan analisis lembar observasi pada aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi aktivitas guru dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang meliputi amat baik, baik, cukup, dan kurang baik. Sedangkan untuk menghitung aktivitas siswa secara individu dilakukan dengan cara menjumlahkan aktivitas yang muncul. Untuk setiap aktivitas guru dan siswa tersebut dihitung rata-ratanya, dengan menggunakan rumus :
27
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐺𝑢𝑟𝑢 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑟𝑢 𝑥100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛
1.14 Tabel Kriteria Penilaian Lembar Observasi Aktivitas Kriteria 84 - 100 Amat Baik 67 - 83 Baik 50 - 66 Cukup 00 - 49 Kurang
b. Analisis data untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 Analisis data umtuk menjawab rumusan masalah nomor 2, yaitu tentang bagaimana perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik antara siswa yang menggunakan model berbasis komputer dan model ekspositori pada materi pokok limas dan prisma ditinjau berdasarkan kemampuan awal matematika siswa, harus dilakukan pengolahan data terhadap data-data kuantitatif dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa kedalam tiga kategori (tinggi, sedang dan rendah) berdasarkan nilai UAS menurut Sudijono (2001) pengelompokkan dapat dilakukan dengan cara berikut : Rangking Atas Mean + 1 SD Ranking Tengah Mean - 1 SD Rangking Bawah
28
Setelah diperoleh tiga kategori kelompok siswa (tinggi, sedang, rendah), kemudian dilanjutkan dengan mencari skor indeks gain secara umum dan secara khusus pada tiap kategori dengan menggunakan rumus indeks gain menurut Meltzer (Jihad, 2006:41) yaitu sebagai berikut: Indeks Gain (IG) =
Skor 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 − Skor 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 Skor ideal − Skor 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Jika skor indeks gain telah diperoleh maka dilakukan penafsiran sesuai kriteria indeks gain pada tabel 1.15 Tabel 1.15 Kriteria Indeks Gain Indeks Gain (IG)
Interprestasi
IG > 0,70
Tinggi
0,30 < IG ≤ 0,70
Sedang
IG ≤ 0,30
Rendah
Setelah diperoleh skor indeks gain maka pengolahan data dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut: 1)
Uji Normalitas Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek normal atau
tidaknya sebaran data skor indeks gain. Uji normalitas dilakukan dengan tes kolmogorov-smirnov menggunakan SPSS 16 dengan taraf signifikansi 15% (0,05). Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data berdistribusi normal
29
Jika nilai signifikansi < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal (Kariadinata, 2011: 18) Jika kedua data berdistribusi normal, maka dianjutkan dengan pengujian anova dua jalur. 2) Uji Anova Dua Jalur Langkah-langkahnya sebagai berikut: - Analyze – General Linear Model – Univariate. - Masukkan data posttest ke kolom dependent variable, data pembelajaran (kelas) dan data kemampuan awal matematika siswa ke kolom fixed factor (s) dan pilih option. - Pindahkan semua data dari factor (s) and factor interaction ke display means for. Tandai pada descriptive statistics dan homogeneity tests. Klik continue. - Kemudian klik post hock tandai tukey untuk semua data jumlahnya sama dan jika tidak sama maka tandai scheffe, klik continue- OK. - Kriteria pengujian: Jika nilai signifikansi >0,05, maka H0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. (Kariadinata, 2011: 71) a) Apabila pada pengajuan hipotesis yang pertama H0 ditolak maka uji statistik dilanjutkan dengan uji-t, langkah-langkahnya sebagai berikut:
30
(1) Uji normalitas (2) Uji homogenitas (3) Uji Perbedaan dua rata-rata Untuk menguji perbedaan dua rata-rata posttest ada tiga alternatif yang bisa digunakan, yaitu: (a) Jika data kedua kelas tersebut normal dan homogen, maka digunakan uji independent sampel t-test, dengan langkah-langkah dan kriteria sebagai berikut: - Merumuskan hipotesis pengujian perbedaan skor rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. - Membaca hasil pengujian yaitu pada baris Equal Variance Asumed (diasumsikan varian sama). Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi 5 % adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka 𝐻0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05, maka 𝐻0 ditolak (b)Jika data dari kedua kelas normal tetap tidak homogen, maka masih digunakan pengujian independent sample t-tes, tetapi membaca hasil pengujiannya yaitu pada baris Equal Variance Not Asumed (diasumsikan varian tidak sama). Langkah-langkah dan kriteria seperti pada bagian (a). (c) Jika salah satu atau kedua data kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal, maka tidak diuji homogenitas, tetapi digunakan uji
31
statistik non-parametriks dengan uji Mann- Whitney pada SPSS 16. Langkah-langkah dan kriterianya sebagai berikut: - Merumuskan hipotesis pengujian (sama dengan bagian a.) - Membaca hasil pengujian yaitu pada baris Asymp. Sig. (2-tailed). Kriteria pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi 5 % adalah sebagai berikut: Jika nilai signifikansi > 0,05, maka 𝐻0 diterima Jika nilai signifikansi < 0,05, maka 𝐻0 ditolak (Kariadinata, 2011: 30) d) Apabila pada pengajuan hipotesis yang kedua dan yang ketiga H0 ditolak, maka uji statistik dilanjutkan dengan Post Hoc Tukey pada SPSS 16. c. Analisis data untuk menjawab rumusan masalah nomor 3 Analisis data untuk menjawab rumusan masalah nomor 3, yaitu tentang perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi dan siswa yang diberi pembelajaran ekspositori berdasarkan kategori kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah), maka dilakukan pengolahan data hasil posttest pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol. Pengolahan data hasil posttest dilakukan dengan menggunakan SPSS 16. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan seperti pengolahan data indeks gain. d. Analisis data untuk menjawab rumusan masalah nomor 4
32
Skala sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika melalui model berbasis komputer tipe simulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi. Data skala sikap yang telah terkumpul ditabulasikan kemudian dipresentasikan menjadi tiga komponen sikap, yaitu sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis komputer, sikap siswa terhadap soal-soal pemecahan masalah matematik dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Untuk mengetahui sikap siswa tentang pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematik siswa melalui pembelajaran berbasis komputer tipe simulasi dilakukan analisis lembar skala sikap atau angket. Data skala sikap yang telah terkumpul dihitung dengan penentuan skor skala sikap secara apriori.