BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam melakukan analisis investasi di pasar sekuritas dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satu diantaranya adalah dengan analisis fundamental. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa setiap sekuritas mempunyai nilai intrinsik yang dapat ditentukan berdasarkan fundamental perusahaan seperti laba, dividen, struktur modal, dan potensi pertumbuhan perusahaan (Foster, 1986). Nilai intrinsik disebut juga nilai fundamental yaitu nilai yang mencerminkan nilai perusahaan yang sebenarnya (Hartono, 1998). Nilai intrinsik saham juga menunjukkan karakteristik perusahaan sebagai dasar untuk mengetahui apakah suatu saham dinilai lebih rendah (undervalue) atau lebih tinggi (overvalue). Perbedaan
nilai
saham
dipengaruhi
kondisi
internal
perusahaan
yang
mengisyaratkan apakah perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang tumbuh atau tidak tumbuh dan potensi pertumbuhan dapat juga ditunjukkan dengan perbandingan antara nilai pasar saham dan nilai bukunya (Hartono, 1998). Menurut Smith dan Watts (1992), pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan oleh kombinasi dari berbagai nilai Investment Opportunity Set (IOS). Nilai
IOS
dihitung
dengan
kombinasi
berbagai
jenis
proksi
yang
mengimplikasikan nilai aktiva ditempat (berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas perusahaan) dan nilai kesempatan yang tumbuh suatu perusahaan di masa depan ( berupa nilai pasar perusahaan). Oleh karena itu berbagai jenis proksi IOS telah
digunakan oleh banyak peneliti dalam studi empirisnya secara tidak seragam. Semakin banyak proksi IOS yang digunakan maka hal ini akan menunjukkan semakin tepat dalam menentukan kelompok atau karakteristik perusahaan dan dapat mengurangi kesalahan dalam menentukan klasifikasi tingkat pertumbuhan perusahaan (Sami dkk, 1999, Gaver & Gaver, 1993) Perbandingan nilai aktiva yang dimiliki (asset in place) dengan opsi investasi di masa yang akan datang atau kesempatan bertumbuh dalam bentuk kombinasi keunggulan dan keterbatasan perusahaan akan menentukan potensi pertumbuhan perusahaan. Kesempatan bertumbuh yang diukur dengan IOS dipengaruhi oleh perusahaan dalam bentuk reputasi perusahaan, jenis perusahaan multinasional, ukuran size dan profitabilitas perusahaan, sedangkan keterbatasan dalam bentuk leverage dan resiko sistematis perusahaan. Reputasi perusahaan merupakan signal yang penting sehingga menjadi suatu karakteristik yang dapat menjadikan perusahaan lebih unggul dan kompetitif dalam industri yang sejenis. Ukuran reputasi perusahaan dapat berbentuk kualitas manajemen, kualitas produk atau pelayanan, inovatif dan sejenisnya (Kallapur dan Trombley, 2001). Jenis perusahaan multinasional akan dapat mendatangkan keunggulan dalam berkompetisi dan dapat mencapai atau mendapatkan keuntungankeuntungan dalam pengaturan arus kas keuangan perusahaan (Alnajjar dan Belkaoui, 2001). Oleh karenanya perusahaan jenis multinasional akan lebih menguntungkan dibandingkan yang belum multinasional.
Ukuran size perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan tersebut besar dan dapat berkompetisi dengan pesaingnya karena memiliki aktiva yang relatif besar. Perusahaan yang besar akan dapat lebih meningkatkan nilai investasinya dengan membuat keputusan investasi yang berbeda dalam membuat barriers to entry yang dapat menghentikan dan menunda faktor-faktor kompetisi dalam memperhitungkan return proyek investasi dengan konsep opportunity cost (Alnajjar dan Belkaoi, 2001). Keterbatasan perusahaan dalam bentuk leverage memiliki hubungan negative dengan IOS. Menurut Gaver dan Gaver (1993), Smith dan Watts (1992), telah melakukan penelitian empiris yang mengungkapkan terdapatnya hubungan negatif antara leverage dengan kesempatan pertumbuhan, dalam hal ini adalah IOS. Kompetisi IOS perusahaan ditentukan dari leverage perusahaan, dimana kesempatan pertumbuhan perusahaan yang lebih tinggi akan cenderung mempunyai market leverage yang rendah (Barclay, Morellac dan Smith, 2001; Jones dan Sarma, 2001). Demikian pula dengan keterbatasan resiko sistematis yang dipresentasi dengan ukuran beta. Pengaruh kesempatan pertumbuhan perusahaan dengan resiko sistematis masih beragam hasilnya, bergantung bagaimana kita mendefenisikan parameter pertumbuhan dalam suatu model. Hubungan tersebut dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Alnajjar dan Belkaoi, 2001). Perusahaan dengan tingkat kesempatan bertumbuh yang tinggi memiliki assets in place lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah (Myers, 1977). Perusahaan dengan assets in place rendah
akan memiliki leverage yang rendah karena leverage dapat dilakukan melalui pendanaan dari hutang perusahaan dan besarnya jumlah hutang yang dapat diperoleh ditentukan oleh jumlah asset yang dapat dijadikan sebagai jaminan. Perusahaan dengan leverage rendah akan membagikan dividen yang rendah juga. Kebijakan yang dilakukan perusahaan terhadap pembagian dividen akan mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan. Sisa dividen yang dibagikan akan dimanfaatkan manajemen untuk meningkatkan leverage perusahaan. Kebijakan peningkatan leverage ini diharapkan akan berbanding lurus dengan peningkatan deviden yang akan diterima investor di masa yang akan datang. Hubungan antara IOS dengan kinerja manajemen ditunjukkan oleh adanya pertumbuhan nilai perusahaan yang dikelola oleh manajemen. Menurut Kallapur dan Trombley (1999), realisasi pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dalam pertumbuhan nilai buku aktiva dan nilai buku perusahaan. Nilai IOS suatu perusahaan juga mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan. Hubungan antara
pertumbuhan
perusahaan
dengan
kebijakan
pendanaan,
dividen,
kompensasi perusahaan telah ditemukan buktinya oleh Smith dan watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), Kallapur dan Trombley (1999), Hartono (1999), dan Sami dkk. (1999). Hubungan antara IOS dengan kebijakan pilihan prosedur akuntansi telah ditemukan buktinya oleh Skinner (1993). Demikian juga hubungan antara IOS dengan kebijakan disclosure telah ditemukan oleh Cahan dan Hossain (1996). Hubungan antara potensi pertumbuhan perusahaan dengan resiko suatu saham telah ditemukan buktinya oleh Chung dan Charoenwong (1991) dalam
studinya yang menyatakan bahwa perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh mempunyai resiko tidak sistematis dibandingkan dengan perusahaan yang berpotensi tumbuh. Menurut Gaver & Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak sematamata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang
lebih
dalam
mengeksploitasi
kesempatan
mengambil
keuntungan
dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable), oleh karena itu jika ingin mengetahuinya maka harus mencari dan menghitung sendiri. Beberapa peneliti telah melakukan hal ini, baik penelitian yang menggunakan proksi IOS secara individual maupun secara komposit atau gabungan dari beberapa proksi yang diregresikan. Beberapa dari mereka yang terkenal antara lain, Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), Kallapur dan Trombley (1999), Sami dkk. (1999) dan Hartono (1999). Berdasarkan pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkannya menjadi proksi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang tersedia dalam penelitiannya. Penelitian yang dilakukan Imam Subekti dan Indra Wijaya Kusuma (2001) terhadap asosiasi antara Set Kesempatan Investasi (IOS) dengan kebijakan pendanaan dan dividen perusahaan serta implikasinya terhadap perubahan harga saham menggunakan lima proksi IOS
untuk mengklasifikasikan perusahaan
apakah termasuk perusahaan yang bertumbuh atau tidak bertumbuh. Kelima proksi tersebut adalah :
1. Rasio book value of gross property plant and equipment to the book value of the assets (PPE/BVA). 2. Rasio market to book value of equity (MVE/BVE). 3. Rasio price to earning (P/E). 4. Rasio market value to book value of assets (MVA/BVA). 5. Rasio capital addition to assets book value (CAP/BVA). Penelitian yang dilakukan Subekti dan Kusuma (2001) mengambil beberapa kesimpulan antara lain adalah, bahwa tidak semua variabel rasio yang dipakai peneliti sebelumnya menunjukkan arah korelasi positif yang konsisten terhadap pertumbuhan perusahaan. Rasio-rasio yang menunjukkan arah korelasi positif adalah rasio market to book value of equity (MVE/BE), rasio market value to book value of assets (MVA/BVA) dan capital addition to assets book value (CAP/BVA). Perusahaan yang tumbuh memiliki kebijakan eksternal lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh dan hasil pengujian perbedaan perubahan harga saham terhadap klasifikasi perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh cenderung tidak signifikan secara statistik. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan penelitian yang sudah ada. Perbedaannya,
penelitian
sebelumnya
menggunakan
sampel
perusahaan-
perusahaan dengan berbagai jenis industri, sedangkan penelitian ini akan menggunakan sampel perusahaan dari satu jenis industri, yaitu industri whole sale and retail trade. Alasan memilih industri ini dengan asumsi bahwa industri ini memiliki peluang investasi yang tinggi. Pertumbuhan penduduk dan arus globalisasi yang cepat menyebabkan manusia semakin konsumtif. Sifat konsumtif
ini hanya bisa dipuaskan dengan menyediakan barang-barang konsumsi dan barang-barang kebutuhan yang lain. Untuk menjawab tantangan dalam penyediaan barang-barang konsumsi dan kebutuhan inilah yang menjadi peluang investasi bagi industri whole sale and retail trade. Peluang investasi in beberapa tahun belakangan ini benar-benar dimanfaatkan industri whole sale and retail trade. Sebelumnya industri ini hanya hadir di beberapa kota besar yang merupakan ibukota provinsi tetapi beberapa tahun terakhir industri ini sudah mulai masuk ke kota-kota kecil. Perbedaan lain, dalam penelitian ini menambah satu proksi IOS, yaitu capital expenditure to market value of asset (CAPMVA) yang sebelumnya telah digunakan oleh Fitjrianti dan Hartono (2002). Penelitian ini juga bertujuan untuk mempelajari proksi IOS yang tepat sebagai variabel untuk menentukan karekteristik pertumbuhan perusahaan dalam satu jenis industri dan untuk membuktikan apakah hasil penelitian sebelumnya tetap sama jika menggunakan sampel satu jenis industri. Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil judul Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) dengan kebijakan Pendanaan dan Implikasinya pada Perubahan Harga Saham pada Industri Whole Sale and Retail Trade.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan IOS dengan kebijakan pendanaan pada industri whole sale and retail trade ? 2. Apakah IOS berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada industri whole sale and retail trade ?
1.3. Batasan Masalah Agar pembahasan terhadap objek yang diteliti tidak terlalu luas maka perlu adanya fokus penelitian sehingga menjadi lebih terarah terhadap permasalahan yang ada, maka peneliti membatasi penelitian ini pada : 1. Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam industri whole sale and retail trade. Alasan memilih industri ini seperti telah dijelaskan di latar belakang adalah karena industri ini memiliki peluang investasi yang besar sebagai industri yang berperan sebagai penyedia dan penyalur barangbarang konsumsi dan barang-barang kebutuhan masyarakat. 2. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan aktif melakukan perdagangan saham dalam kurun waktu Januari 1999 sampai dengan Desember 2003. 3. Penelitian ini menggunakan data harga penutupan saham yang dihitung secara rata-rata tahunan. Harga penutupan harian dijumlah dan dibagi dengan jumlah hari aktif dalam satu tahun tersebut untuk mendapatkan harga rata-rata tahunan. Harga rata-rata tahunan ini digunakan karena dianggap lebih mendekati harga saham sebenarnya daripada harga penutupan tahunan dalam mewakili harga saham yang terjadi selama periode satu tahun. Data harga saham rata-rata yang diambil dari
data saham harian mempunyai tingkat kepekaan yang lebih tinggi dalam merespon reaksi pasar dibandingkan data harga saham mingguan ataupun bulanan.
1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan IOS dengan kebijakan pendanaa dan seberapa besar pengaruh IOS terhadap perubahan harga saham pada industri whole sale and retail trade.
1.5. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1a : Rasio MVE/BVE berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1b : Rasio MVA/BVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1c : Rasio CAP/MVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1d : Rasio CAP/BVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H2: IOS memiliki hubungan dengan kebijakan pendanaan pada industri whole sale and retail trade. H3: IOS berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada industri whole sale and retail trade.
1.6. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan peneliti dari hasil penelitian ini adalah : 1.6.1. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan dan pemakai informasi yang relevan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. 1.6.2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan dalam membuat kebijakan pendanaan dan karakteristik pertumbuhan perusahaan dapat memberikan manfaat bagi investor, para analis sekuritas dan stakeholders lainnya di masa yang akan datang dalam menentukan keputusan investasinya. Portofolio saham yang akan dibentuk dengan dasar klasifikasi pertumbuhan perusahaan merupakan informasi penting bagi investor. 1.6.3. Bagi Penulis Penelitian ini menambah pengetahuan penulis mengenai manajemen keuangan khususnya mengenai hubungan IOS dengan kebijakan pendanaan dan implikasinya terhadap perubahan harga saham pada perusahaan whole sale and retail trade.
1.7. Metodologi Penelitian 1.7.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari database Pusat pengembangan Akuntansi UKDW dan Indonesian Capital Market Directory, berupa : a.
Data harga saham harian.
b.
Neraca, laporan laba rugi dan jumlah saham yang beredar.
Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah dari Januari 1999 hingga Desember 2003. 1.7.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode observasi, yaitu meneliti kepustakaan dari sumber-sumber yang resmi, berupa laporan keuangan tahunan, laporan harga penutupan saham harian dan laporan jumlah saham yang beredar. Observasi itu sendiri adalah cara pengumpulan data dengan melakukan pencatatan secara cermat dan sistematik. 1.7.3. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampelnya sesuai dengan tujuan penelitian bahwa dengan sampel yang diambil dapat dilakukan analisis perbandingan terhadap tehnik yang digunakan (Soeratmo, 1988). Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah hanya perusahaan-perusahaan dari industri whole sale and retail trade yang terdaftar di BEJ dan aktif melakukan
perdagangan saham selama peiode yang ditentukan. Periode dalam penelitian ini adalah Januari 1999 sampai Desember 2003 1.7.4. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan model dan langkah analisis sebagai berikut : a.
Menentukan klasifikasi perusahaan berdasarkan nilai IOS Pengklasifikasian sampel sebagai perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh diproksikan dengan nilai IOS dengan rumus sebagai berikut : MVE/BVE
=
( jumlah saham beredar x h arg a rata − rata saham per tahun ) total ekuitas MVA/BVA
=
(aset − total ekuitas + (
CAP/BVA
=
CAP/MVA
=
lembar saham beredar x h arg a rata − rata saham per tahun total asset
(nilai buku aktiva tetap
t
− nilai buku aktiva tetapt −1 )
total asset
(nilai buku aktiva tetapt
− nilai buku aktiva tetapt −1 ) lembar saham beredar x aset − total ekuitas + h arg a rata − rata saham per tahun
Proksi IOS tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan common factor analysis. Jumlah faktor yang dapat digunakan adalah faktor yang mempunyai eigenvalues sama atau lebih dari satu atau jumlah suatu nilai
))
eigenvalues sama atau melampaui nilai total communalities seluruh variabel yang digunakan (Hair, dkk. 1998). Faktor yang mempunyai nilai eigenvalues sama atau melebihi satu dianggap telah mewakili nilai-nilai keseluruhan variabel. Apabila faktor yang terbentuk lebih dari satu maka nilai tersebut akan dijumlahkan menjadi satu indeks faktor saja. Indeks faktor yang diperoleh selanjutnya diurutkan mulai dari tertinggi sampai pada terendah. Empat puluh persen tertinggi merupakan klasifikasi perusahaan yang tumbuh, sebaliknya 40% indeks terendah merupakan klasifikasi perusahaan yang tidak tumbuh. Sampel yang indeks faktornya terletak di tengah sebanyak 20% akan dihilangkan karena dianggap kurang ekstrem
untuk
membedakan
klasifikasi
perusahaan.
Penggunaan
porsentasi pengklasifikasian dalam penelitian ini mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Subekti dan Kusuma (2001). Untuk mengkonfirmasi pilihan IOS yang dipilih merupakan alternatif yang tepat dan memiliki nilai ekonomis yang memadai, maka alternatif yang dipilih akan dihubungkan dengan realisasi pertumbuhan perusahaan meliputi realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan pertumbuhan aktiva (Kallapur & Trombley, 1999). b.
Pengukuran variabel 1. Variabel realisasi pertumbuhan perusahaan Realisasi
pertumbuhan
perusahaan
diproksikan
dengan
nilai
pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Kallapur dan Trombley, 1999) dan pertumbuhan penjualan dan laba
(Fitjrianti dan Hartono, 2002) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut : Aktiva
=
[total aktiva tahun X − total aktiva tahun X −1 ] [total aktiva tahun X −1 ]
Ekuitas
=
[total ekuitas tahun X − total ekuitas tahun X −1 ] [total ekuitas tahun X −1 ]
Penjualan
=
Laba
=
(total penjualan nettot
− total penjualan nettot −1 ) total penjualan nettot −1
labat − labat −1 labat −1
2. Variabel kebijakan perusahaan Kebijakan pendanaan perusahaan diproksikan oleh variable book debt equity (BD/E) dan market debt equity (MD/E), (Subekti dan Kusuma, 2001; Fitjrianti dan Hartono, 2002). Kebijakan pendanaan dihitung dengan rumus : BD/E
=
MD/E
=
[total hu tan g ]
[total nilai buku ekuitas]
[total hu tan g ]
[saham beredar x h arg a
penutupan saham]
3. Variabel perubahan harga saham Variabel perubahan harga saham dihitung dengan rumus : ∆Pit
= Pit – Pit – 1
∆Pit
= Perubahan harga saham i pada tahun ke - t
Pit
= Harga saham i pada tahun ke - t
Pit – 1 = Harga saham i pada tahun ke - t-1
c.
Analisis Data Penelitian
ini
menggunakan
data
yang
bersifat
pooled
untuk
menginvestigasi hubungan antara IOS dengan kebijakan pendanaan perusahaan
dan
implikasinya
terhadap
perubahan
harga
saham.
Penggunaan data pooled sesuai dengan anjuran peneliti sebelumnya, yaitu Subekti dan Kusuma (2001), Sami dkk (1999) dan Gaver dan Gaver (1993). Menurut para peneliti tersebut pengujian atas data pooled dapat meningkatkan daya uji empiris (the power of empirical test) dibandingkan dengan pengujian secara cross sectional yang telah mereka lakukan terhadap asosiasi antara IOS dengan kebijakan perusahaan. Pengujian atas data pooled juga mempunyai keunggulan lain yaitu dapat mengurangi pengaruh perbedaan metode akuntansi yang diterapkan perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dengan data pooled (Johnston, 1997 : 397). Alasan menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan data pooled karena data yang akan diolah bersifat time series dan cross section juga karena masing-masing variabel akan diregres antara satu variabel dependen (terikat) dengan satu variabel independen (bebas). Untuk mengolahnya akan digunakan program Eviews3. Rumus untuk regresi linear sederhana : Yit
=
αi + βXit + µit
Dimana : Yit
=
αi
= intercept
β
= slope parameter
Xit
= variabel independen
µit
= error term
variabel dependen
Dalam perhitungan untuk membuktikan beberapa hipotesis yang telah ditetapkan, pertama adalah menghitung analisis korelasi IOS dengan kebijakan pendanaan perusahaan. Analisis korelasi ini bertujuan untuk mengukur kuat atau derajat hubungan linear antara dua variabel yang dinyatakan melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi akan terletak antara positif satu dan negatif satu,-1
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan penetapan hipotesis nol, pemilihan test statistik dan penghitungannya. 1. Pengujian hipotesis nol Hipotesis nol (Ho) adalah suatu hipotesis tentang tidak adanya perbedaan yang umumnya untuk ditolak , sedangkan hipotesis alternative (Hi) merupakan hipotesis yang ditetapkan peneliti.
Ho1a : Rasio MVE/BVE tidak berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1a : Rasio MVE/BVE berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. Ho1b : Rasio MVA/BVA tidak berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1b : Rasio MVA/BVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. Ho1c : Rasio CAP/MVA tidak berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1c : Rasio CAP/MVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. Ho1d : Rasio CAP/BVA tidak berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. H1d : Rasio CAP/BVA berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan penjualan, laba, ekuitas dan aktiva. Ho2 : IOS tidak memiliki hubungan dengan kebijakan pendanaan pada industri whole sale and retail trade. H2
: IOS memiliki hubungan dengan kebijakan pendanaan pada
industri whole sale and retail trade. Ho3 : IOS tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada industri whole sale and retail trade.
H3
: IOS berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada
industri whole sale and retail trade.
2. Pemilihan test statistik Untuk membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi itu signifikan atau tidak, dipakai nilai t-statistic. Apabila nilai absolut Thitung < Ttabel, maka tidak terdapat pengaruh antara variable independen dengan variable dependen. Apabila nilai absolut Thitung > Ttabel, maka terdapat pengaruh antara variable independen dengan variable dependen, (Arief, 1993).