BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, batasan ekonomi antar negara telah menjadi semakin kabur (borderless world), aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada lingkungan domestik, tetapi telah bersifat lintas negara. Dalam kondisi seperti ini, perubahan dalam suatu negara akan mempengaruhi negara lain dalam tempo relatif singkat. Hampir tidak ada negara yang mampu mengisolasikan dirinya dari pengaruh negara lain. Seiring dengan derasnya arus globalisasi, saat ini telah banyak negara membuka pasar modalnya bagi emiten asing. Di Indonesia misalnya, pemodal asing sejak tahun 1989 telah diundang untuk berinvestasi di bursa efek Indonesia. Pada era 90-an, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahkan telah mencatatkan sahamnya di bursa efek luar negeri. Fenomena ini akan semakin mendorong terintegrasinya pasar modal dunia. Pasar modal merupakan salah satu representasi (pencerminan) dari kondisi perekonomian di suatu negara. Hal ini disebabkan karena hampir semua jenis industri yang ada dapat terwakili dalam pasar modal. Bentuk dari pasar modal adalah suatu bursa efek yang berfungsi sebagai mediator (perantara) terjadinya transaksi jual beli efek atau saham.
1
2
Pasar modal Indonesia sejak diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 dapat berkembang dengan pesat. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya jumlah emiten yang tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hingga saat ini jumlah emiten yang listing di BEI sudah mencapai 392 emiten. Tingkat kapitalisasi pasar juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 tingkat kapitalisasi pasar meningkat menjadi sebesar Rp2.539,041trilliun atau naik sebesar 58,69% dari tahun 2006 yang sebesar 1.249 (Sumber : www.idx.co.id). Semakin tinggi kapitalisasi pasar pada suatu bursa maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bursa saham tersebut akan mengalami kenaikan. Berikut ini adalah grafik nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia tahun 1995-2007:
Gambar 1.1 Nilai Kapitalisasi Pasar BEI 1995-2007 (Bapepam-LK Annual Report 2007 : 178) Berdasarkan gambar 1.1, kapitalisasi pasar BEI meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan IHSG juga ikut mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kapitalisasi pasar, karena semakin tinggi kapitalisasi pasar
3
pada suatu bursa maka indeks harga saham gabungan pada bursa tersebut akan mengalami peningkatan juga. Berikut ini adalah IHSG tahun 2000-2007 :
Gambar 1.2 IHSG BEI 1995-2007 (Bapepam-LK Annual Report 2007 : 179) Berdasarkan gambar 1.2, IHSG sebagai salah satu indikator pasar modal Indonesia terus mengalami peningkatan. Peningkatan IHSG ini tidak terlepas dari berbagai regulasi pemerintah yang mendorong semakin baiknya iklim investasi di Indonesia. Berbagai deregulasi pemerintah itu antara lain : 1. Paket
Kebijakan
Desember
1987
(Pakdes
1987),
mengenai
penyederhanaan proses penerbitan saham/obligasi, mengijinkan investor asing
untuk
dapat
berpartisipasi
di
pasar
modal
Indonesia,
memperkenalkan saham atas unjuk dan memperkenalkan bursa pararel. 2. Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 1988). Mengenai ketentuan perpajakan bunga deposito sebesar 15%, penetapan legal lending limit
4
yang membatasi besarnya pemberian kredit oleh perbankan dan penetapan tingkat kecukupan modal bank. 3. Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988), mengenai ketentuan yang memberikan kesempatan kepada perusahaan swasta nasional untuk menyelenggarakan bursa swasta. Dengan adanya berbagai regulasi pemerintah tentang pasar modal, pemerintah memberikan kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan menjadikan pasar modal Indonesia menjadi bagian dari portofolio mereka. Sebelum menanamkan modalnya di Indonesia, investor perlu mencermati indikator keadaan makro ekonomi Indonesia salah satunya yaitu IHSG. IHSG adalah salah satu indeks yang ada di BEI dan sering dijadikan tolok ukur bagi risiko ekonomi secara makro. Jika keadaan ekonomi baik maka IHSG akan menunjukkan trend naik sehingga menguntungkan untuk berinvestasi dan sebaliknya jika keadaan ekonomi menurun maka IHSG pun akan turun dan investasi akan merugi. Selain mencermati pergerakan IHSG, investor juga perlu mencermati indeks bursa negara lainnya termasuk mencermati indeks bursa regional. Hal ini disebabkan karena perekonomian suatu negara banyak dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi negara lain terutama negara yang perekonomiannya lebih kuat. Negara yang perekonomiannya lebih kuat mempunyai kecenderungan untuk mendominasi negara yang perekonomiannya lebih lemah. Begitu juga dengan IHSG negara yang kuat akan berpengaruh terhadap IHSG negara yang lemah.
5
Ada tiga negara di Asia yang ekonominya paling maju dan menjadi barometer perekonomian regional Asia yaitu Jepang, Hong Kong dan Singapura. Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang ekonominya maju sehingga Jepang dikenal juga sebagai Macan Asia. Salah satu bursa efek yang ada di Jepang yaitu Tokyo Stock Exchange dengan indeksnya yang terkenal yaitu Nikkei 225. Tokyo Stock Exchange memiliki tingkat kapitalisasi yang tinggi dan menjadi bursa ke-2 di dunia yang terbesar setelah New York Stock Exchange. Jepang juga merupakan negara yang memiliki investasi besar di Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi Jepang berpengaruh terhadap Indonesia. Begitupun dengan indeks bursanya yang kuat, kemungkinan akan berpengaruh terhadap IHSG. Sama seperti Jepang, Hong Kong juga merupakan negara dengan perekonomian yang maju di Asia. Bursa Efek Hong Kong yaitu Hong Kong Stock Exchange juga memiliki kapitalisasi yang besar dan menempati urutan ke-6 sebagai bursa efek yang memiliki kapitalisasi terbesar di dunia. Sesuai dengan teori Contagion Effect atau pengaruh dari negara lain yang lebih kuat (Tan, Wondabio: 2006) Hong Kong sebagai salah satu negara dengan perekonomian yang maju di Asia tentunya memiliki pengaruh ekonomi yang kuat terhadap negara lain yang ekonominya lebih lemah termasuk Indonesia. Maka, terdapat kemungkinan pula bahwa Indeks Hang Seng, yang merupakan salah satu indeks dari Hong Kong Stock Exchange kemungkinan akan mempengaruhi IHSG. Salah satu negara lainnya yang perekonomiannya maju di Asia adalah Singapura. Selain merupakan salah satu negara maju di kawasan Asia, Singapura
6
merupakan negara maju di kawasan Asia Tenggara, satu region dengan Indonesia. Di antara negara yang telah disebutkan di atas, letak Singapura paling dekat dengan Indonesia. Oleh karena Singapura merupakan negara yang termaju di Asia Tenggara dan berdekatan letaknya dengan Indonesia, keadaan ekonomi Singapura akan berimbas pula terhadap keadaan ekonomi Indonesia. Begitupun dengan indeks saham, Singapore Stock Exchange dengan salah satu indeksnya yaitu Strait Times Index, juga memiliki kemungkinan untuk mempengaruhi IHSG. Ketiga negara tersebut sebagai negara yang perekonomiannya maju dan bursa efeknya memiliki kapitalisasi pasar yang tinggi, juga memiliki indeks bursa yang tinggi pula. Tokyo Stock Exchange, Hong Kong Stock Exchange dan Singapore Stock Exchange memiliki indeks bursa yang nilainya besar dibandingkan dengan indeks bursa negara negara lainnya kawasan Asia. Jika nilai indeks harga saham gabungan ketiga bursa tersebut dibandingkan dengan IHSG, nilai IHSG masih tertinggal jauh dibandingkan ketiga bursa tersebut. Berikut ini adalah tabel perbandingan Indeks Nikkei 225, Indeks Hang Seng, Strait Times Index dan IHSG. Tabel 1.1 Perbandingan Indeks Nikkei, Indeks Hang Seng dan Strait Times Index dengan IHSG Tahun Nikkei 225 Hang Seng Strait Times IHSG 2000 13,785.69 15,095.53 1,926.83 416.32 2001 10,542.62 11,397.21 1,623.60 392.04 2002 8,578.95 9,321.29 1,341.03 424.95 2003 10,676.64 12,575.94 1,764.52 691.90 2004 11,488.76 14,230.14 2,066.14 1,000.23 2005 16,111.43 14,876.43 2,347.34 1,162.64 2006 17,225.83 19,964.72 2,985.83 1,805.52 2007 15,307.78 27,812.65 3,437.79 2,745.83 Rata rata 12,964.71 15,659.24 2,186.63 1,079.93 Sumber : http://finance.yahoo.com (diolah kembali)
7
Pergerakan indeks dari ketiga bursa negara maju di atas yang menjadi indikator perekonomian di Asia, sering dijadikan tolok ukur pengambilan keputusan oleh investor sebelum berinvestasi di negara Asia lainnya termasuk Indonesia. Jika indeks ketiga bursa diatas menunjukkan kenaikan maka IHSG diprediksi akan mengalami kenaikan juga dan kemungkinan investor akan memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia sehingga meningkatkan permintaan saham di pasar modal Indonesia. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, jika permintaan saham lebih besar dibandingkan penawaran, maka harga saham akan naik. Naiknya harga saham ini akan mendorong naiknya IHSG. Begitupun sebaliknya, jika kinerja ketiga bursa di Asia tersebut mengalami penurunan maka IHSG diprediksi akan menurun dan kemungkinan investor akan memutuskan untuk segera menarik modalnya dari pasar modal Indonesia dengan menjual
sahamnya
sehingga
menyebabkan
harga
saham
anjlok
dan
mengakibatkan IHSG menurun. Berikut ini adalah perbandingan pergerakan indeks Nikkei, indeks Hang Seng dan indeks Strait Times dengan IHSG ketika mengalami penurunan dan kenaikan : Tabel 1.2 IHSG, Nikkei, Hang Seng dan Strait Times dalam kondisi naik Indeks Nikkei Hang Seng Strait Times IHSG
14 April 2008 15 April 2008 Perubahan (%) 12,917.51 12,990.58 ∆ 0.57 23,881.20 23,901.33 ∆ 0.38 3,042.96 3,056.49 ∆ 0.44 2,272.48 2,294.26 ∆ 0.96 Sumber : http://www.idx.co.id
8
Tabel 1.3 IHSG, Nikkei, Hang Seng dan Strait Times dalam kondisi turun Indeks Nikkei Hang Seng Strait Times IHSG
8 April 2008 9 April 2008 13,943.26 13,655.34 25,449.79 25,063.17 3,171.88 3,162.03 2,376.93 2,375.09 Sumber : http://www.idx.co.id
Perubahan (%) ∇2.06 ∇1.52 ∇0.31 ∇0.08
Bisa kita lihat pada tabel diatas bahwa jika mayoritas indeks regional naik maka IHSG akan mendapatkan sentimen positif dan bergerak naik juga. Sedangkan jika mayoritas indeks regional mengalami penurunan maka IHSG akan mendapat sentimen negatif sehingga mengalami penurunan juga. Dari uraian diatas, bisa disimpulkan ada kemungkinan pergerakan indeks bursa regional mempengaruhi pergerakan IHSG. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pergerakan indeks Nikkei 225, Hang Seng dan indeks Strait Times terhadap pergerakan IHSG dengan judul “Pengaruh Indeks Bursa Regional Nikkei, Hang Seng dan Strait Times Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan dalam latar belakang masalah, maka pokok masalah dapat dirumuskan bahwa berapa besar pengaruh Indeks Bursa Regional Nikkei 225, Hang Seng dan Strait Times baik secara simultan maupun parsial terhadap IHSG BEI.
9
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Indeks Bursa Regional Nikkei 225, Hangseng dan Strait Times terhadap IHSG baik secara simultan maupun parsial.
1.3.2
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar
pengaruh Indeks Regional Nikkei 225, Hang Seng dan Strait Times terhadap IHSG baik secara simultan maupun parsial.
1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis 1. Diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai dunia investasi terutama mengenai investasi di pasar modal. 2. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap aplikasi ilmu manajemen keuangan khususnya mengenai diversifikasi portofolio internasional. b. Kegunaan Praktis 1. Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap investor dalam mengelola portofolionya agar dapat menghasilkan return yang besar. 2. Diharapkan dapat menjadi indikator untuk memprediksi perubahan IHSG dengan menghubungkannya pada Indeks Bursa Regional
10
sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi. c. Bagi Penelitian selanjutnya 1. Untuk penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menjadi kontribusi untuk penelitian berikutnya.
1.5 Kerangka Pemikiran Pasar modal menurut Tandelilin (2001 : 13) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan berbagai instrumen keuangan jangka panjang. Salah satu indikator yang menunjukkan kinerja pasar modal adalah Indeks Harga Saham. Menurut Widoatmodjo (2007: 189) : Indeks Harga Saham merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga harga saham, yang sangat dipengaruhi oleh dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh terutama fenomena fenomena ekonomi, bahkan dewasa ini indeks harga saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir.
Adapun cara untuk menghitung Indeks Harga Saham adalah :
(Sumber : Ang, 14.7) Keterangan : • •
Nilai kapitalisasi pasar adalah nilai seluruh saham yang dihitung berdasarkan harga yang terakhir terjadi Nilai dasar adalah nilai yang dihitung berdasarkan harga perdana dari masing masing saham atau berdasarkan harga yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan right issue (hak memesan efek terlebih
11
dahulu), stock split (pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil) dan memberian saham bonus/deviden saham.
Indeks harga saham digunakan untuk memantau perilaku dari suatu saham atau kelompok saham yang ada di bursa efek. Dengan mengkaji perilaku dari suatu saham maka seorang investor akan memperoleh gambaran mengenai kinerja dari
berbagai
saham.
Frekuensi
perdagangan
dari
suatu
bursa
akan
memperlihatkan kondisi yang terjadi di bursa yang bersangkutan. Jika frekuensi perdagangan tinggi, maka pasar dalam kondisi bullish. Keadaan ini ditandai dengan
meningkatnya
indeks
harga saham.
Sebaliknya,
bila frekuensi
perdagangan saham rendah, maka pasar dalam kondisi bearish, dengan indikator indeks harga saham yang terus merosot dari waktu ke waktu. Indeks harga saham ini bisa menjadi suatu guide atau petunjuk yang efektif bagi investor untuk menjadi salah satu bahan pertimbangan sebelum berinvestasi. Pada umumnya, investor menanamkan modalnya di pasar modal mempunyai dua tujuan, yaitu untuk investasi jangka panjang dan jangka pendek. Investasi jangka pendek diharapkan akan memberikan keuntungan dari adanya selisih harga jual dan beli yang dimilikinya. Jika harga jual lebih mahal maka investor mendapatkan keuntungan atau capital gain. Sebaliknya jika harga jual lebih rendah dari harga belinya maka investor menglami kerugian atau capital loss. Sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari deviden dan selisih harga jual dan beli. Baik investasi jangka pendek maupun jangka panjang, keduanya selalu berhadapan dengan risiko.
12
Investasi dalam saham selalu memiliki risiko. Akan tetapi risiko ini dapat diestimasi besarnya, ditelusuri faktor faktor yang berkaitan bahkan pada tingkat tertentu risiko dapat dikurangi. Menurut Tandelilin (2001 : 50) risiko usaha dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1.
Risiko sistematis (Systematic Risk), yaitu risiko yang berpengaruh terhadap semua perusahaan disebut juga dengan risiko pasar. Risiko ini tidak dapat dihilangkan atau dikurangi.
2.
Risiko non sistematis (Unsystematic Risk), yaitu risiko yang hanya mempengaruhi suatu kelompok kecil perusahaan. Risiko yang dapat dikurangi adalah risiko non sistematis. Cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko ini adalah dengan cara melakukan diversifikasi. Salah satunya adalah dengan melakukan diversifikasi internasional. Dengan melakukan diversifikasi internasional maka seorang investor membagi bagi modal di berbagai bursa di dunia. Hal ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk menyelamatkan modal jika sewaktu waktu terjadi kemerosotan harga di dalam negeri, jika hanya melakukan investasi di suatu bursa saja. Diversifikasi internasional ini sesuai dengan nasihat yang dikatakan oleh Markowitz yaitu “don’t put eggs in one basket” (Tandelilin, 2001). Dalam konteks investasi, hal ini bisa diartikan agar kita tidak menginvestasikan semua dana yang kita miliki senua dana dalam satu asset saja, karena jika asset tersebut gagal maka semua dana yang kita investasikan akan lenyap.
13
Adanya praktek diversifikasi portofolio internasional yang dilakukan investor pada bursa bursa di dunia, baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan adanya hubungan antara bursa internasional, bursa regional, dan bursa domestik. Selain itu, beberapa emiten di suatu negara juga mencatatkan sahamnya di bursa negara lain (multiple listing). Hal ini tentunya mengakibatkan kinerja pasar modal di seluruh dunia saling berhubungan sehingga kondisi suatu bursa akan mempengaruhi harga saham di bursa lainnya. Sehingga terdapat kemungkinan adanya hubungan antara bursa domestik, bursa regional dan bursa internasional. Menurut Husnan (2001: 229) bisa diperkirakan bahwa ada semacam interaksi antar bursa di dunia. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (Yuliati, 2002: 347) dalam studinya mengamati beberapa pasar modal di Asia Pasifik, mereka menemukan adanya korelasi antar indeks pasar modal. Berikut ini adalah tabel koefisien korelasi antar indeks pasar modal setelah dikonversikan ke US$: Tabel 1.4 Koefisien Korelasi Antar Indeks Pasar Modal Setelah Dikonversikan Ke US$ (Pengamatan 1989) Pasar Modal Hang Seng (HS) Singapore (SP) KLSE Australia (Aust) New Zealand (NZ) KSE Taipei (TP) Bombay (BB) Bangkok (BK) Manila (MN) Nikkei (NK)
HS 1.00
SP .285 1.00
KLSE .549 .424 1.00
Aust .170 .197 .096 1.00
NZ 184 .059 .164 .055 1.00
KSE .124 -.06 -.15 .072 .010 1.00
(Sumber : Yuliati, 2002 : 347)
TP .189 -.18 -.11 -.08 .073 .107 1.00
BB .058 .241 .241 -.02 -.00 -.34 -.90 1.00
BK .029 -.04 .128 -.01 0.134 -.06 .257 .105 1.00
MN .035 -.20 -.02 .117 .202 -.20 -.00 -.01 -.48 1.00
NK 0.68 .153 .190 -.07 -.05 -.02 -.21 .208 -.11 .165 1.00
14
Selain adanya korelasi antar bursa yang diungkapkan pada tabel 1.3, Husnan juga berpendapat (2001: 237) bahwa dengan semakin banyaknya proporsi saham yang dimiliki oleh investor asing, proporsi perubahan IHSG semakin banyak dijelaskan oleh perubahan indeks di beberapa bursa di Asia Pasifik. Selain hubungan antar indeks yang disebabkan adanya diversifikasi internasional, hubungan indeks juga disebabkan oleh adanya kecenderungan pengaruh dari perkembangan perekonomian negara lain atau yang dikenal dengan contagion effect atau domino effect dari negara lain (Tan, Wondabio : 2006). Menurut Wondabio (2006 : 2), ekonomi negara yang lebih kuat memiliki kecenderungan untuk mendominasi negara yang perekonomiannya lebih lemah. Sehingga terdapat ketergantungan negara yang kuat terhadap negara yang lemah. Begitu juga IHSG memiliki kecenderungan dipengaruhi oleh indeks bursa negara lain yang lebih kuat seperti oleh Indeks Nikkei 225, Indeks Hang Seng dan Indeks Strait Times yang merupakan indeks yang menjadi barometer perekonomian regional Asia. Oleh karena itu, perubahan indeks bursa regional menjadi salah satu sentimen pasar bagi pasar modal Indonesia. Jika indeks bursa regional naik maka menjadi sentimen pasar yang positif sehingga investor kemungkinan memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia dan menyebabkan permintaan saham mengalami peningkatan. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, jika permintaan saham lebih besar dibandingkan penawaran, maka harga saham akan naik. Naiknya harga saham ini akan mendorong naiknya IHSG. Begitupun sebaliknya, jika indeks regional turun maka menjadi sentimen pasar yang negatif sehingga
15
investor kemungkinan akan menarik modalnya dari Indonesia dengan menjual saham yang dimilikinya sehingga menyebabkan saham anjlok dan mengakibatkan IHSG turun. Oleh karena itu salah satu faktor eksternal yang diduga mempengaruhi IHSG adalah perubahan indeks bursa internasional khususnya indeks bursa regional Asia. Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka dapat digambarkan dengan alur sebagai berikut : Indeks Nikkei 225
Indeks Hang Seng
IHSG BEI
Indeks Strait Times
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran
1.6 Hipotesis Menurut Sugiyono (206: 2007), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu Indeks Bursa Regional Nikkei 225, Hang Seng dan Strait Times berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia.