1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan merupakan peran yang strategik dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkepribadian utuh, cerdas dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Kualitas
SDM
Indonesia
saat
ini
kurang
menggembirakan. Berdasarkan studi UNDP tahun 1999 hingga 2006 peringkat bangsa Indonesia dalam Indek Pembangunan Manusia (IPM) belum kunjung membaik. Pada tahun 1999 berperingkat 110 dan pada tahun 2006 menjadi 108 dari 177 negara yang disurvei juga masih berada di bawah Negara ASEAN lainnyan seperti Singapura pada poisisi ke25, Brunei Darusasalam, peringkat ke-34, Malayasia peringkat ke-34, Filipina pertingkat ke-84 sedangkan Vietnam, Myanmar dan Laos berada sedikit di bawah Indonesia yaltu. masing-masing 109, 130 dan 133 (http://hdr. undp. org/hdr2006). Sekolah adalah lembaga pendidikan yang memproses masukkan siswa (Raw Input) menjadi tamatan / lulusan atau SDM (Out Put) yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Rendahnya kualitas SDM bangsa Indonesia tidak lepas dari kualitas pendidikan Indonesia.
2
Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tanpa pendidikan yang memadai suatu bangsa mengalami ketertinggalan bahkan kemerosotan pada segala bidang. Tujuan pendidikan nasional yaitu membentuk pribadi yang dewasa dan berkualitas, bermutu, berilmu pengetahuan dan bertaqwa, upaya pendidikan harus dikelola dengan baik, benar, teratur, terarah dan berkesinambungan. Guna mewujudkan tujuan pendidikan perlu kerjasama antara pemerintah pusat, provinsi, serta kabupaten/kota, pimpinan lembaga, para guru serta keikutsertaan masyarakat dituntut semaksimal mungkin. Peran pimpinan dan guru profesional yang menjadikan lembaga tersebut lebih efektif. Kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi dalam bidang pendidikan akan sangat mempengaruhi dengan perilakunya terhadap pencapaian tujuan sekolah tersebut sebagai suatu organisasi. Hal itu erat kaitannya dengan istilah perilaku organisasi. Menurut Azis (2007:202) bahwa titik berat dari pemahaman perilaku organisasi ini adalah pada tingkah laku dari organisasi, dan bagaimana perilaku dari anggota-anggota organisasi mempengaruhi organisasi. Perilaku kepala sekolah terletak pada melakukan pekerjaan memimpin. Kepemimpinan kepala sekolah pada hakikatnya menurut Oteng Sutisna (1989:300) adalah proses mempengaruhi seorang atau kelompok dalam usaha-usaha pencapaian tujuan. Dalam situasi tertentu, bahkan dipertegas oleh Davis bahwa kepemimpinan ialah kemampuan untuk membujuk orang
3
lain supaya mengejar tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan bergairah. Dalam
melaksanakan
kepemimpinannya
dituntut
untuk
mencapai
keberhasilan dalam berbagai hal yang meliputi keberhasilan dalam mengelola sekolah, keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, mengelola ketenagaan, mengelola sarana dan prasarana, mengelola keuangan, mengelola lingkungan sekolah, serta mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat (Diknas, 2004:4). Mengingat fungsinya, kepala sekolah sebagai motivator, hendaknya dapat menggerakan dan memberi motivasi kepada para guru agar mampu melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sekolah secara efektif dan efisien, baik mengatur lingkungan kerja maupun mengatur suasana kerja termasuk menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman, sebab perilaku seseorang itu hakikatnya ditentukan oleh keinginannya untuk mencapai beberapa tujuan yang disebut motivasi. Menurut teori Herzberg, yang dikatakan oleh Azis (2006:204), bahwa kepuasaan pekerjaan itu selalu dihubungkan dengan isi dan jenis pekerjaan yang disebut motivator yang meliputi penghargaan dan aktualisasi diri. Untuk mencapai tujuan dalam membelajarkan siswa secara efektif, guru memegang peranan yang sangat dominan yang tidak bisa lepas dari pengaruh kepemimpinan kepala sekolah sebagai motivatornya. Ace Suryadi (1993:160) mengemukakan bahwa mutu dan efektivitas pendidikan merupakan permasalahan yang kompleks dan multi dimensional. Pendidikan akan efektif apabila sebagai alat pendidikan yang berupa
4
pembelajaran berlangsung efektif di kelas. Adapun yang dimaksud dengan efektivitas pembelajaran ialah bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam prosesnya peserta didik tidak merasa terbebani oleh aktivitas mengajar guru, dengan merasa senang sehingga peserta didik menjadi kreatif dan pada akhirnya materi pelajaran dapat dicerna dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan yang diharapkan oleh pengajar dalam menerapkan pembelajarannya. Mutu pendidikan akan meningkat mana kala mutu proses belajar mengajar (PBM) nya meningkat pula dengan memperhatikan perbedaan individu yang menjadi perilaku guru efektif. Dalam melakukan pembelajaran bagi guru efektif secara akademis harus mengacu pada tiga aspek, yaitu kognitif, apektif dan psikomotor. Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan bahwa sejauh motivasi yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru masih terdapat banyak kecenderungan dalam melakukan proses belajar mengajar, dimana mereka cenderung hanya berdasarkan kebiasaan yang ada, tidak inovatif dan memperhatikan efektivitas pemebelajaran yang sesungguhnya, karena kurang rasa tanggung jawab, lebih suka diperintah serta menginginkan kesamaan atas segalanya. Menurut Mc Gregor, orang-orang yang tergolong dalam teori X pada hakikatnya tidak menyukai bekerja, berkemampuan kecil untuk mengatasi masalah-masalah organisasi dan membutuhkan motivasi fisiologis saja. Dari latar belakang tersebut di atas, penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh perilaku kepemimpinan dan motivasi kerja guru terhadap
5
pembelajaran efektif. Adapun judul yang akan dikemukakan oleh penulis adalah Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar SeKecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
B. Identifikasi Masalah Kepala sekolah sebagai top manager diharapkan memiliki perilaku kepemimpinan
yang
efektif.
Apakah
kepala
skeolah
melakukan
kepemimpinan yang efektif? Sebagai bagian dari efektivitas kepemimpinan, apakah kepala sekolah sebagai motivator idealnya dapat memberikan motivasi instrinsik maupun ekstrinsik untuk menciptakan kinerja guru yang akuntabel dan sustainable? Apakah kepala sekolah telah menjalankan motivasi untuk peningkatan kinerja guru? Dengan unsur kepemimpinan dan motivasi dari kepala sekolah diharapkan siswa dapat belajar dengan tenang penuh kemudahan mencapai keberhasilan. Apakah pembelajaran guru terhadap siswa sudah berlangsung secara efektif? Dari sekian banyak permasalahan yang teridentifikasi maka sekolah efektif tidak akan terwujud apabila permasalahan yang tertera di atas belum terselesaikan secara menyeluruh. Dari berbagai hal yang mempengaruhi kinerja mengajar guru dan motivasi berprestasi mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kinerja guru. Adapun faktor tersebut adalah :
6
1. Kepala Sekolah selaku pimpinan yang mempunyai peranan besar dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan terutama membantu prestasi guru dalam menjalankan tugasnya, sebagaimana dinyatakan oleh Emmy Fakry (2005:192) bahwa "Kepala Sekolah bertanggung jawab atas pertumbuhan guru-guru secara berkesimanbungan, ia harus bisa membantu guru-guru dan
ia
harus
mampu
menstimulir
guru-guru
untuk
mengembangkan metode dan prosedur pengajar". Di samping itu Terry
(Kartini
Kartono,1990:48)
mengemukakan
bahwa
tugas
kepemimpinan adalah memberikan bantuan kepada bawahannya. Hal ini didasarkan anggapan bahwa bawahan atau anggota ingin berusaha sebaikbaiknya, mau mengembangkan keterampilannya, dan menyadari keinginan sendiri. Mulyasa (2003:24) mengemukakan bahwa "Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan" selanjutnya Mulyasa (2003:25) mengemukakan "Kepala Sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana". Usaha yang paling menentukan dalam meningkatkan kinerja personil sekolah terletak pada kepemimpinan sekolah, pemimpin harus mampu memberikan pengaruh agar semua bawahan guru-guru dan staf tata usaha agar berpartisipasi aktif secara maksimal dalam pencapaian tujuan secara umum (R. Iyeng Wiraputra, 1986: 44). 2. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru langsung mentransfer ilmu kepada siswa. Kinerja guru
7
tergantung kepada motivasi berprestasi artinya guru yang mempunyai motivasi tinggi akan dapat mengelola kelas dengan baik dan hasilnya merupakan kepuasan kerja bagi dirinya juga oleh orang lain. Penelitian membuktikan orang memiliki motivasi berprestasi tinggi berpeluang untuk berhasil dibandingkan dengan mereka yang memiliki motivasi berprestasi rendah. McCelland (Triantoro, 2004:174) mengemukakan motivasi merupakan salah satu unsur penting bagi kesuksesan pimpinan didalam mengendalikan, mengarahkan, dan membimbing bawahan dan organisasi secara keseluruhan. Untuk itu seorang pemimpin harus memahami berbagai motivasi dan kebutuhan. produktivitas kerja dan prestasi kerjanya. 3. Kinerja profesional guru adalah melaksanakan pembelajaran yang meliputi penguasaan bahan materi, mendesain program mengelola kelas, menguasai landasan pendidikan menggunakan media, mengelola pembelajaran, menilai prestasi siswa, mengenal BK, dan administrasi serta memahami penelitian.
C. Batasan Masalah Kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar se-Kecamatan Sariwangi sangat kompleks dengan berbagai permasalahan yang dilatar belakangi oleh aspekaspek yang berbeda, sehingga penulis membatasi masalah penelitian ini pada hal-hal berikut : 1. Perilaku Kepemimpinan kepala sekolah yang kurang efektif karena belum
8
memiliki kompetensi yang utuh. 2. Kinerja guru tidak maksimal karena kurangnya motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik dari kepala sekolah. 3. Pembelajaran tidak efektif disebabkan oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi terhadap guru kurang dilakukan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang identifikasi masalah serta batasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah dasar se-Kecamatan Sariwangi? 2. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja guru baik secara instrinsik maupun ekstrinsik terhadap efektivitas pembelajaran si sekolah dasar seKecamatan Sariwangi? 3. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi
kerja
guru
secara bersama-sama
terhadap
efektivitas
pembelajaran di sekolah dasar se-Kecamatan Sariwangi?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah dasar se-Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
9
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
motivasi kerja guru baik
secara instrinsik maupun ekstrinsik terhadap efektivitas pembelajaran di sekolah dasar se-Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala Sekolah dan motivasi kerja guru secara bersama-sama terhadap efektiviras pembelajaran di sekolah dasar se-Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
F. Manfaat Penelitian Ketercapaian tujuan penelitian dapat terlihat dari manfaat penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengatasi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. 2. Tercapainya target kurikulum berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3. Meningkatnya mutu pembelajaran di kelas yang merupakan bagian integral dari mutu pendidikan.