1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Belajar-mengajar merupakan bagian dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam kelas merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Hal ini tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Siswa atau peserta didik akan mampu belajar dengan baik salah satunya jika kenyamanan belajar tercapai. Lingkungan kelas yang dapat mendukung kenyamanan belajar tersebut dapat berupa kenyamanan termal dan visual. Untuk kenyamanan visual biasanya bergantung pada pencahayaan, baik alami atau pun buatan. Ruang
kelas
tempat
dilaksanakannya
belajar-mengajar
memerlukan rancangan yang dapat menyesuaikan dengan keadaan iklim ataun lingkungan. Secara geografis, Indonesia terletak di 60 LU sampai 110 LS, ini menyebabkan Indonesia dikelompokkan ke dalam karakter iklim tropis lembab, dengan intensitas radiasi matahari yang tinggi, temperatur udara yang relatif tinggi, kelembaban udara dan curah hujan yang juga tinggi, serta keadaan langit yang senantiasa berawan (Lippsmeier, 1994). Bentuk dan karakter ruang kelas secara tak langsung bergantung pada kurikulum yang diterapkan di sekolah dan kebijakan pemerintah. Misalnya, pada era kolonial awal abad 19, pemerintah Belanda
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
membangun sejumlah sekolah di Indonesia dengan gaya Eropa. Sekolahsekolah tersebut masih dapat disaksikan hingga sekarang. Di Bandung terdapat gedung sekolah yang dibangun pada tahun 1916, yaitu Hoorgere Burger School (HBS) yang sekarang menjadi SMAN 3 dan SMAN 5. HBS ini dirancang oleh C.P Wolff Schomaker, seorang arsitek yang selama puluhan tahun telah banyak merancang beberapa bangunan privat dan publik di Bandung. Beberapa peneliti di bidang arsitektur telah mengungkap karya-karyanya terutama ditinjau dari sejarah dan aspek-aspek geometri pada bangunan khas Schoemaker. Di SMAN 3 Bandung khususnya sekarang terdapat dua massa bangunan yang berbeda untuk ruang-ruang kelas, yaitu massa bangunan lama dan massa bangunan baru. Bangunan lama merupakan ruang-ruang kelas yang digunakan saat masih berstatus HBS. Sedangkan bangunan baru adalah penambahan ruang-ruang kelas seiring bertambahnya jumlah siswa. Kondisi fisik bangunan lama merupakan perpaduan gaya Eropa dengan iklim tropis. Ciri-ciri bangunan ini adalah terdapat jendela-jendela yang lebar, langit-langit yang tinggi dan dinding yang lebih tebal dibandingkan dengan ruang kelas pada massa baru. Saat ini ruang kelas lama masih dalam kondisi sama seperti tahun 1916, termasuk bukaanbukaan jendela yang menghadap utara. Bangunan ini terletak di bagian depan sekolah dan langsung menghadap jalan Belitung yang cukup ramai dilalui kendaraan bermotor.
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Sedangkan kondisi ruang kelas pada bangunan baru memiliki jendela-jendela pada arah barat dan timur. Padahal untuk mencapai kenyamanan termal yang baik, bukaan-bukaan pada bangunan di iklim tropis, terutama bangunan publik sebaiknya menghadap utara dan selatan. Posisi bangunan baru ini memanjang dari utara ke selatan menghadap jalan Kalimantan. Perbedaan ini dapat berdampak terhadap intensitas cahaya alami yang masuk dan ukuran kenaikan suhu di dalam ruang. Sehingga mempengaruhi pula terhadap kenyamanan belajar siswa.
Gambar 1.1 Peta Situasi SMAN 3 Bandung
Dengan demikian, terdapat perbedaan kondisi ruang kelas pada bangunan lama dan baru berdasarkan dimensi dan material pembentuk ruang serta orientasinya terhadap iklim. Dari perbedaan tersebut tentunya dapat dibandingkan tingkat kenyamanan antara bangunan lama dan baru. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini perlu dilakukan dengan judul Perbandingan Tingkat Kenyamanan Ruang Kelas pada Bangunan Lama dan Baru di SMAN 3 Bandung
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
1.2 Identifikasi Masalah a. Terdapat tingkat kenyamanan ruang yang berbeda pada bangunan lama dan baru ditinjau dari orientasinya terhadap aspek iklim. b. Keduanya berfungsi sebagai ruang-ruang kelas teori yang dapat menyebabkan perbedaan kenyamanan beraktivitas siswa ketika belajar. c. Orientasi massa bangunan baru memanjang utara-selatan sehingga bukaan-bukaan pada ruang kelas disini terdapat di bagian barat dan timur. Orientasi massa ini kurang sesuai diterapkan di iklim tropis sebab sinar matahari dari arah timur-barat dapat langsung masuk ke ruangan. Sedangkan bukaan-bukaan pada ruang kelas lama terdapat pada sisi utara dan selatan. Perbedaan ini berdampak terhadap intensitas cahaya alami yang masuk dan ukuran kenaikan suhu di dalam ruang. d. Beberapa peserta didik di bangunan baru merasa kurang nyaman secara termal, terutama jika siang hari dan pada musim kemarau.
1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: a. Kenyamanan ruang yang dimaksud dibatasi pada kenyamanan termal dan intensitas pencahayaan alami (kenyamanan visual). b. Aspek yang diteliti adalah dimensi dan material pembentuk ruang, tingkat kenyamanan termal, intensitas pencahayaan alami, persepsi siswa terhadap kenyamanan di ruang kelas dan perilaku belajar siswa akibat kenyamanan ruang kelas.
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
c. Ruang kelas yang diteliti adalah lantai dasar dan lantai atas masingmasing pada bangunan lama dan baru. d. Objek penelitian adalah siswa-siswi SMAN 3 Bandung yang melakukan aktivitas belajar di ruang kelas lama dan baru.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini. a. Bagaimanakah tingkat kenyamanan termal pada ruang kelas di bangunan lama? b. Bagaimanakah tingkat kenyamanan termal pada ruang kelas di bangunan baru? c. Bagaimanakah intensitas pencahayaan alami pada ruang kelas di bangunan lama? d. Bagaimanakah intensitas pencahayaan alami pada ruang kelas di bangunan baru? e. Bagaimanakah perbandingan kenyamanan termal dan visual ruang kelas pada bangunan lama dan baru? f. Bagaimanakah persepsi siswa akibat tingkat kenyamanan ruang kelas saat melakukan aktivitas belajar?
1.5 Penjelasan Istilah dalam Judul a. Perbandingan tingkat kenyamanan ruang kelas adalah perbedaan suatu kondisi ruang kelas yang berperan terhadap aktivitas belajar siswa
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
ditinjau dari tingkat kenyamanan termal dan intensitas pencahayaan alami yang masuk. b. Kenyamanan termal didefinisikan sebagai sebuah kondisi pemikiran yang mengekspresikan kepuasan suhu lingkungannya (Lechner, 2007: 76-77). Menurut Frick, et al (2008), faktor-faktor alam yang pasti mempengaruhi kenyamanan termal bagi manusia yaitu suhu udara, kelembapan dan pergerakkan udara. c. Pencahayaan alami adalah radiasi yang berasal dari cahaya matahari. Cahaya alami merupakan terang langit, yaitu sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat mengenai penerangan alami siang hari (Frick et al, 2008) d. SMAN 3 Bandung memiliki bangunan lama dan baru. Bangunan lama adalah gedung HBS rancangan arsitek C.P Wolff Schoemaker yang dibangun pada 1916 dan menghadap utara (jalan Belitung). Sedangkan bangunan baru merupakan gedung bertingkat tiga yang berfungsi sebagai ruang-ruang kelas yang menghadap jalan Kalimantan.
1.6 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Memperoleh gambaran mengenai tingkat kenyamanan termal pada ruang kelas di bangunan lama. b. Memperoleh gambaran mengenai tingkat kenyamanan termal pada ruang kelas di bangunan baru.
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
c. Memperoleh gambaran mengenai intensitas pencahayaan alami pada ruang kelas di bangunan lama. d. Memperoleh gambaran mengenai intensitas pencahayaan alami pada ruang kelas di bangunan baru. e. Mengetahui perbandingan kenyamanan termal dan visual ruang kelas pada bangunan lama dan baru. f. Mengetahui persepsi siswa akibat tingkat kenyamanan ruang kelas saat melakukan aktivitas belajar.
1.7 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini antara lain: 1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan gambaran tentang perbandingan tingkat kenyamanan termal dan intensitas pencahayaan alami pada ruang kelas lama dan baru. 2. Menambah informasi dan wawasan bagi peneliti tentang perbandingan tingkat kenyamanan ruang kelas berdasarkan orientasi ruang terhadap iklim. 3. Memberikan kontribusi bagi para perancang bangunan mengenai tingkat kenyamanan ruang kelas yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa di sekolah. 4. Memberikan kontribusi bagi para peneliti dalam penelitian tentang kenyamanan termal dan intensitas pencahayaan alami pada salah satu bangunan kolonial di kota Bandung.
Sofia Pamela, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu