BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Dari waktu ke waktu, manajemen senantiasa dihadapkan pada kondisi dimana keputusan harus dibuat untuk memastikan aktivitas perusahaan terus bergerak. Beberapa keputusan bersifat strategis, bilamana keputusan tersebut berdampak luas pada aktivitas perusahaan tersebut, berdampak pada faktor-faktor kunci sukses penerapan strategi perusahaan dan menentukan hidup-matinya suatu perusahaan. Pada dasarnya strategi manajemen digunakan untuk memenangkan perubahan (to be the winner of change) yang senantiasa terjadi dengan cara mengoptimalkan 2 (dua) nilai ekstrim, yaitu maksimalisasi dan minimalisasi. Strategi manajemen digunakan untuk memaksimalkan keuntungan (benefit) dengan cara meningkatkan daya saing dan keefektifan, dan untuk meminimalkan risiko (risk) dengan cara meningkatkan efisiensi. Thompson, Strickland dan Gamble, (2010) mendefinisikan bahwa strategi perusahaan adalah rencana tindakan manajemen untuk menggerakkan bisnis dan mengelola aktivitas operasional. Penyusunan suatu strategi adalah suatu perwujudan komitmen manajemen untuk melanjutkan serangkaian tindakan tertentu untuk menumbuhkan bisnis, menarik perhatian dan memuaskan pelanggan, mensukseskan kompetisi, mengelola aktifitas operasional, dan memperbaiki keuangan perusahaan dan kinerja pasar.
1
Thompson et al., (2010) menyimpulkan bahwa strategi suatu perusahaan berkaitan dengan faktor ‘bagaimana’: 1.
Bagaimana manajemen akan menumbuhkan bisnis
2.
Bagaimana strategi digunakan untuk membangun hubungan pelanggan yang loyal dan memenangkan kompetisi
3.
Bagaimana tata kelola yang akan diterapkan pada setiap bagian dari proses bisnis (riset dan pengembangan, produksi, pemasaran dan penjualan, distribusi, keuangan, sumber daya manusia, dan rantai pemasok)
4.
Bagaimana meningkatkan kinerja
Keputusan strategis yang ditetapkan oleh suatu perusahaan sering kali merupakan suatu keputusan yang tidak mudah, dan bahkan beberapa diantaranya gagal dalam penerapannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak membuat keputusan strategis yang diperlukan. Berkaitan dengan hal ini, manajemen PT XYZ juga menghadapi pilihan yang harus diambil guna mensukseskan bisnis dan mengelola aktivitas operasional yang produktif. Situasi yang sedang dihadapi manajemen PT XYZ dijelaskan sebagai berikut. PT XYZ memiliki 2 pabrik. Satu pabrik berlokasi di kota Jogjakarta (A), sedangkan lainnya berlokasi di suatu desa di Klaten, Jawa Tengah (B). Kedua pabrik dipisahkan jarak sekitar 30 km. Pabrik A menempati lahan kira-kira seluas 2 ha, sedangkan pabrik B menempati lahan kira-kira seluas 14 ha.
2
Pabrik A memiliki 2 (dua) unit mesin pengering susu (spray dryer), salah satu unit mesin pengering susu tersebut dilengkapi dengan mesin pencampur kering (dry mixer). Pabrik A juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti unit penyedia energi (utility), bengkel teknik (workshop), gudang penyimpan bahan mentah dan produk setengah jadi, serta area bongkar muat barang (loadingunloading dock). Pabrik B memiliki 1 (satu) unit mesin pengering susu, 3 (tiga) unit mesin pencampur kering dan 8 (delapan) unit mesin pengisian dan pengepakan produk jadi. Selain itu, pabrik B juga dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang sama seperti pabrik A, hanya dalam skala lebih besar. Saat ini pabrik A hanya memproduksi produk setengah jadi (semi-finished goods) berupa susu bubuk (blended powder). Bahan mentahnya didatangkan dari gudang yang berlokasi di pabrik B. Produk setengah jadi yang dihasilkan di pabrik A tersebut kemudian dikirim ke pabrik B untuk diproses lebih lanjut dengan menggunakan mesin pencampur kering, sebelum diisikan dan dipak dalam kemasan akhir menjadi produk jadi (finished goods). Pabrik A juga melayani pembuatan produk setengah jadi untuk PT PQR yang berlokasi di Jakarta. Produk setengah jadi untuk PT PQR selanjutnya diproses lebih lanjut di pabrik PT PQR hingga proses pengemasannya. Selain memproduksi produk setengah jadi dengan menggunakan unit mesin pengering susunya, pabrik B juga memiliki fasilitas mesin pencampur kering dan mesin pengisian dan pengepakan (filling and packing), sehingga keseluruhan produk yang dihasilkan oleh pabrik B bisa diproses secara berkesinambungan dari sejak bahan mentah hingga menjadi produk jadi di pabrik
3
B sendiri. Pabrik B juga memiliki gudang yang amat luas untuk menampung bahan mentah (raw material) dan bahan pengemas (packing material) yang didatangkan dari para penyalur (supplier), serta produk jadi yang dihasilkan dari proses pengisian dan pengepakan di pabrik B. Dalam proses pengiriman produk setengah jadi dari pabrik A ke pabrik B, terdapat beberapa risiko yang harus dihadapi oleh PT XYZ, diantaranya sebagai berikut: 1.
Risiko kualitas produk Proses pengiriman produk setengah jadi dari pabrik A ke pabrik B dilakukan dengan cara mengisikan produk tersebut kedalam kemasan kantong kertas berukuran 25 kg. Kantongkantong tersebut kemudian dimuatkan kedalam truk untuk dikirimkan ke pabrik B. Sesampainya di pabrik B, kantongkantong tersebut kemudian diturunkan dari truk, dan dikirimkan ke bagian produksi. Di bagian produksi, kantong-kantong tersebut lantas dibuka satu persatu dan isinya dituangkan kedalam mesin pencampur kering. Meskipun prosedur kerja tersebut sudah diatur sedemikian rupa dan juga sudah divalidasi dari aspek kualitas, namun risiko tercemarnya produk akibat proses pengisian produk kedalam kantong kertas berukuran 25 kg di pabrik A, pengiriman dari pabrik A ke pabrik B, dan pembukaan kantong kertas serta penuangan isinya kedalam mesin pencampur kering di pabrik B selalu ada.
4
2.
Risiko biaya Dari uraian di atas, terdapat biaya yang muncul akibat adanya proses pengemasan dan pembongkaran kemasan 25 kg, material pengemas itu sendiri, biaya penyimpanan kantong kertas kemasan 25 kg, biaya penyimpanan sementara produk setengah jadi di dalam kemasan 25 kg, biaya bongkar-muat produk dan biaya pengiriman dari pabrik A ke pabrik B. Biaya-biaya tersebut tentu tidak muncul bila tidak ada proses pengiriman produk dari pabrik A ke pabrik B.
3.
Risiko keselamatan kerja Proses pengiriman dari pabrik A ke pabrik B juga memunculkan risiko kecelakaan kerja akibat proses bongkar-muat produk dan pada proses pengiriman itu sendiri (lalu-lintas di jalan raya).
4.
Risiko pencemaran lingkungan hidup Penggunaan
kantong
kertas
pengemas
25
kg
dan
penggunaan bahan bakar untuk memindahkan produk setengah jadi dari pabrik A ke pabrik B mengkontribusikan tambahan pencemaran lingkungan hidup berupa gas CO2. Berdasarkan risiko-risiko di
atas, manajemen PT XYZ sedang
mengevaluasi peruntukan pabrik A hanya untuk memproduksi produk dasar susu formula dari proses basah (wet process) hingga menjadi produk dasar (base powder) saja. Perubahan kebijakan ini memunculkan pemikiran untuk
5
menganalisis apakah kebijakan baru manajemen PT XYZ dalam kaitannya dengan proses produksi di pabrik A adalah kebijakan yang tepat. Thompson et al., (2010) mengajukan 3 (tiga) pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan apakah suatu strategi akan sukses untuk diterapkan atau tidak. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Seberapa sesuai (fit) strategi yang dipilh dengan situasi perusahaan? Agar strategi berhasil diterapkan, strategi tersebut harus sesuai dengan kondisi eksternal dan internal perusahaan.
2.
Apakah strategi yang dipilih akan membantu mencapai tujuan perusahaan berupa keuntungan kompetitif yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage)?
3.
Apakah strategi yang dipilih akan berujung pada perbaikan kinerja perusahaan?
Strategi yang baik akan meningkatkan kinerja perusahaan. Ada 2 (dua) macam perbaikan kinerja yang dimaksud disini, yaitu (1) mendapatkan kekuatan keuntungan dan keuangan (profitability and financial strength), dan (2) mendapatkan kekuatan kompetitif (competitive strength) dan posisi di pasar. Larry Goldman, To Centralize or Not To Centralize (2006) menyatakan ada 3 (tiga) faktor kunci untuk menentukan apakah suatu aktifitas organisasi perlu disentralisasi atau tidak, sebagai berikut: 1.
Urgency, apakah keputusan tersebut sudah mempertimbangkan aspek waktu yang tepat untuk diterapkan segera.
6
2.
Redundancy
Teknologi,
apakah
keputusan
memaksimalkan penggunaan teknologi
tersebut
yang ada
dapat
sehingga
redundancy dapat dihindari. 3.
Fungsi, yang meliputi adanya ‘best practice’ yang bisa dicontoh, kemungkinan ‘cross-sell’ yang ada, dan siapa yang menguasai data.
1.2. Rumusan Masalah Dari uraian yang diungkap pada latar belakang permasalahan, perlu dianalisis apakah kebijakan manajemen PT XYZ sudah tepat untuk mengubah peruntukan pabrik A dari yang saat ini hanya sebagai produsen produk setengah jadi (blended powder producer) menjadi produsen produk dasar (base powder producer)?
1.3. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada evaluasi atas 4 (empat) indikator utama, yaitu: (1) kualitas produk, (2) biaya, (3) risiko keselamatan kerja, dan (4) tingkat pencemaran CO2, pada setiap alternatif strategi yang diajukan, yang berdampak langsung
pada
pengambilan
keputusan
manajemen
berkaitan
dengan
pengoperasian pabrik A, apakah sebaiknya tetap menjadi produsen produk setengah jadi (blended powder) atau diubah menjadi produsen produk dasar (base powder) susu formula seperti yang direncanakan saat ini.
7
Adapun kondisi yang akan dianalisa berdasarkan 4 (empat) indikator utama di atas adalah: 1.
Alternatif 1 - Kondisi saat ini Analisa akan dilakukan berdasarkan kondisi saat ini, dimana pabrik A memproduksi base powder dan blended powder, kemudian dikirim ke pabrik B untuk dikemas.
2.
Alternatif 2 - Kondisi masa depan Analisa akan dilakukan berdasarkan kondisi dimana pabrik A memproduksi base powder saja, kemudian dikirim ke pabrik B untuk dilakukan proses pencampuran kering (dry mixing) dan dikemas.
1.4. Pertanyaan dan Tujuan Penelitian 1.4.1. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah keempat indikator utama yang dianalisa memiliki pengaruh dan harus diperhatikan untuk mengubah peruntukan pabrik A dari produsen produk setengah jadi (blended powder) menjadi produsen produk dasar (base powder) ? 2. Apa sajakah faktor-faktor yang harus dipenuhi untuk mengubah peruntukan pabrik A dari produsen produk setengah jadi (blended powder) menjadi produsen produk dasar (base powder) ? 3. Berapa biaya yang diperlukan untuk mengubah peruntukan pabrik A menjadi produsen produk dasar (base powder) ?
8
1.4.2. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis indikator-indikator utama yang berpengaruh dan harus diperhatikan manajemen PT XYZ untuk mengubah peruntukan pabrik A menjadi produsen produk dasar (base powder). 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang harus dipenuhi untuk mengubah peruntukan pabrik A dari produsen produk setengah jadi menjadi produsen produk dasar (base powder). 3. Menghitung biaya yang diperlukan untuk mengubah peruntukan pabrik A menjadi produsen produk dasar (base powder).
1.5. Penjelasan Metoda Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi metode kuantitatif dan kualitatif atas kedua alternatif strategi peruntukan pabrik A yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengambilan keputusan manajemen PT XYZ. Masing-masing alternatif strategi tersebut akan dievaluasi berdasarkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Analisa kualitatif atas risiko kualitas produk
2.
Analisa biaya
3.
Analisa kualitatif atas faktor keselamatan kerja
4.
Analisa pencemaran lingkungan hidup
5.
Wawancara dengan manajemen PT XYZ
9
Keseluruhan data yang diperlukan akan dikumpulkan langsung dari sumber-sumber yang relevan di PT XYZ, seperti bagian keuangan, bagian produksi, bagian gudang, dan sebagainya.
Analisa kualitas produk Metode kualitatif atas risiko kualitas produk yang digunakan adalah dengan cara menganalisa potensi sumber-sumber pencemaran kualitas produk dan mendapatkan informasi mengenai tingkat kerusakan kualitas produk akibat proses pengiriman dari pabrik A ke pabrik B.
Analisa Biaya Metode analisis biaya yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan menghitung potensi penghematan yang mungkin ada di kondisi masa depan dibandingkan dengan kondisi masa kini, dan biaya yang diperlukan untuk menerapkan kondisi masa depan.
Analisa faktor keselamatan kerja Metode kualitatif atas faktor keselamatan kerja yang digunakan adalah dengan cara menganalisa risiko kecelakaan kerja yang mungkin timbul akibat proses bongkar muat barang di pabrik A dan menghitung jumlah truk yang mengakses pabrik A.
10
Analisa tingkat pencemaran lingkungan hidup Metode analisa kuantitatif digunakan untuk menghitung emisi CO2 dari hasil pembakaran bahan bakar yang digunakan dalam proses pengiriman produk dari pabrik A ke pabrik B. Selain itu juga akan dianalisa hasil pengukuran tingkat pencemaran udara di pabrik A yang dilakukan secara rutin setiap tahun sekali oleh Laboratorium Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi pemerintah daerah Yogyakarta. Tingkat pencemaran lingkungan hidup lainnya seperti limbah padat dan cair tidak dianalisa dalam tulisan ini karena dinilai tidak memberikan dampak penting dalam penelitian ini.
Wawancara dengan manajemen Wawancara
dengan
manajemen
dilakukan
sebagai
upaya
untuk
menyeimbangkan dan mengkonfirmasi hasil penelitian serta untuk mendapatkan masukan lebih jauh mengenai dampak yang mungkin timbul dari hasil penelitian ini. Wawancara tersebut juga diperlukan untuk mendapatkan informasi yang mungkin belum tercakup dalam penelitian ini.
1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan masukan yang bermanfaat bagi manajemen PT XYZ untuk meninjau kebijakan yang telah ditetapkan saat ini. Selain itu, hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalkan risiko pada kualitas produk, biaya, keselamatan kerja dan dampak pada lingkungan hidup. Bagi akademisi dan peneliti lainnya,
11
hasil penelitian ini akan memberikan pemahaman pengetahuan yang lebih baik mengenai dasar-dasar pengambilan keputusan strategis dan dampak atas keputusan strategis yang ditetapkan.
1.7. Susunan Penelitian Secara garis besar penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang dijelaskan secara ringkas sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang dan pokok permasalahan (landasan konseptual dan konstektual), rumusan masalah, batasan penelitian, pertanyaan dan tujuan penelitian, metode analisa yang dilakukan, manfaat penelitian dan susunan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis akan menjelaskan konsep-konsep serta teori mengenai manajemen strategik dan keputusan strategik, definisi dan manfaatnya bagi perusahaan. Teori ini berasal dari data riset yang bersifat sekunder berupa referensi, jurnal, artikel dan buku.
BAB III
METODA PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN Pada bab ini penulis akan mengemukakan tentang jenis penelitian dan sumber informasi yang digunakan, metoda pengumpulan data,
12
teknik analisis data serta kerangka penelitian. Pada bab ini juga akan disampaikan gambaran umum perusahaan dan kaitannya dengan keputusan strategi yang dibuat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disampaikan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan kemudian dikaitkan dengan landasan teori yang telah dijelaskan secara rinci pada BAB II.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran perbaikan yang diharapkan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan untuk pihak manajemen perusahaan.
13