BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penjajakan awal di lapangan, lembaga sekolah SMA Bakti Ponorogo dalam meningkatkan mutu pendidikan, menggunakan sistem pendidikan nasional yaitu kurikulum. Dimana kurikulum harus mengikuti dinamika
yang ada
dalam
masyarakat,
maka sudah
sepatutnya kalau kurikulum terus diperbaharui seiring dengan realita, perubahan, dan tantangan dunia pendidikan dalam membekali peserta didik menjadi manusia yang siap hidup dalam berbagai keadaan.1 Pengertian
kurikulum
adalah
seperangkat
rencana
dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 2 Maka dari itu seorang guru dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) secara
efektif
dan
efisien
harus
agar lebih terarah dan berjalan mempersiapkan
rencana
yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan
1
Kunandar, Profesionalisme Guru : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 91. 2 Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2007), 32.
1
2
dijabarkan
dalam
silabus
yaitu
memuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebelum proses pembelajaran dimulai. Sehubungan hal tersebut pemerintah menerbitkan peraturan Mendiknas No. 24 mengenai standar isi dan kompetensi (Sisko) 2006. kebanyakan
dinas
menerapkannya.
pendidikan
Mulai
telah
tahun
mewajibkan
2006-2007,
sekolah
meskipun
untuk
perangkat
pelaksanaannya belum jelas dan lengkap. 3 Lepas dari kebingungan para guru, terbitlah Permen no. 24 tahun 2006 bagi sekolah adalah peluang. Kini, sekolahan mendapatkan keleluasaannya
untuk
menyusun
kurikulumnya
sendiri.
Dengan
demikian para guru dibekali cara untuk mengembangkan kurikulum berdasarkan “Sisko” 2006 dan menciptkan pembelejaran yang selaras dengan teori-teori pendidikan mutakhir. Kewenangan
sekolah
dalam
menyusun
kurikulum
memungkinkan sekolah dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi daerah. Dengan demikian, daerah dan atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar dan menilai keberhasilan belajar mengajar. Maka dari itu guru diberi kewenangan untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sendiri. Guna untuk mencapi tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah khususnya, SMA Bakti Ponorogo 3
Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual: Berdasarkan Sisko 2006 (Jakarta: PT Grasindo,2006), 9.
3
sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Walaupun pengembangan KTSP di SMA Bakti Ponorogo belum maksimal
namun
dampak
positifnya
sudah
terasa
sebagaimana
penjajakan peneliti dilapangan, munurut bapak Arief bahwa murid zaman sekarang dalam mengikuti perkembangan zaman harus bergaul, tapi pada kenyataannya mereka salah bergaul sehingga menjadikannya malah terjerumus kedalam hal-hal yang tidak benar semisal ngopi, bermain plays station, atau hanya sekedar cangkruan dengan temantemannya. Dengan kejadian tersebut murid-murid sering datang ke sekolah terlambat, tidak mengerjakan tugas rumah dan sering kali menyontek kepada teman lain saat ulangan harian terlaksana. Banyaknya kejadian tersebut diatas, maka seorang guru harus lebih kreatif dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis KTSP. Dengan metode dan strategi yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran menjadikan siswa semangat dalam proses pembelajaran dan tidak merasa jenuh ataupun membosankan. Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti akan membahas “LANGKAH-LANGKAH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENYUSUN
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
DALAM
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN SISKO 2006”
4
B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada bagaimana langkah-langkah guru Pendidikan agama Islam dalam menyusun kegiatan pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan SISKO 2006 beserta dampak positif penyusun rencana pelaksanaan pembelajaran guru pendidikan agama Islam.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah guru pendidikan agama Islam dalam menyusun
kegiatan
pembelajaran
dalam
penyusunan
rencana
pelaksanaan pembelajaran berdasarkan SISKO 2006 ? 2. Bagaimana dampak positif guru pendidikan agama Islam dalam menyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan SISKO 2006 ?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah guru pendidikan agama Islam dalam menyusun kegiatan pembelajaran dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan SISKO 2006.
5
2. Untuk menjelaskan dampak positif guru pendidikan agama Islam dalam menyusun kegiatan pembelajaran dalam rencana pelaksanan pembelajaran berdasarkan SISKO 2006.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritik Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pemahaman tentang
pentingnya
meningkatkan
pemahaman
guru
dalam
menghadapi penerapan KTSP dari aspek paedagogik dan aspek pengembangan silabus. Di mana guru mampu untuk mengembalikan rencana pelaksanaan pendidikan dengan lebih efektif sehingga siswa mampu untuk menerima pelajaran dengan mudah. 2. Manfaat praktis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuna, wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah. b. Bagi penyelenggara pendidikan yaitu dapat menambah semangat dan motivasi diri untuk meningkatkan profesionalisme sebagai pendidik dan pengajar. c. Bagi institusi yaitu dapat meningkatkan sumbangan pemikiran untuk terus meningkatkan profesionalisme guru dalam mencapai pelaksanaan KTSP secara maksimal.
6
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial. 4 Dan dalam hal ini jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif mengenai unit sosial tertentu, yang meliputi individu, kelompok, institusi atau masyarakat. 5 Dalam penelitian kasus akan dilakukan penggalian data secara mendalam dan menganalisis secara intensif interaktif faktor-faktor yang terlibat didalamnya.
2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitian
yang
menentukan keseluruhan skenarionya. 6 untuk itu, dalam penelitian 4
Pendekatan Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, lihat dalam Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,2000), 3. 5 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: SIE, 2001), 24-25. 6 Lexy Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosda Karya,2000), 117.
7
kualitatif ini, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Peneliti Penulis mengambil lokasi penelitian di SMA Bakti Ponorogo yang beralamatkan di di Jalan Batoro Katong No. 24 Ponorogo. 4. Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.7 Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Arief Hariyadi sebagai guru pendidikan agama Islam kelas X SMA Bakti Ponorogo. b. Siswa kelas X SMA Bakti Ponorogo c. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara,
observasi
dan
dokumentasi.
Sebab
bagi
peneliti
kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, di mana fenomena tersebut berlangsung
7
Ibid., 112.
8
dan di samping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau subyek). a. Teknik wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Kegunaan dari wawancara tersebut adalah: (1) Mengkonstruksi mengenal
orang,
kejadian,
kegiatan,
organisasi,
perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. (2) Merekonstruksi kebulatan–kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu. (3) Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang. (4) Memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang laun baik manusia maupun bukan manusia. (5) Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. 8 Teknik wawancara ada bermacam-macam jenisnya : (a) wawancara pembicaraan informal, (b) pendekatan menggunakan petunjuk umum, (c) wawancara pintu terbuka. Disamping itu juga ada bermacam-macam wawancara yang lain, diantaranya adalah : (a) wawacara oleh tim atau panelis, (b) wawancara tertutup dan terbuka, (c) wawancara riwayat secara lisan, (d) wawancara terstuktur dan tidak terstruktur.
8
Ibid.,135
9
Sedangkan dalam penelitian ini teknik wawancara yang peneliti digunakan adalah wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan
beberapa
pertanyaan
secara
mendalam
yang
berhubungan dengan fokus permasalahan sehingga dengan wawancara
mendalam
ini
data-data
bisa
terkumpulkan
semaksimal mungkin. Dalam penelitian ini orang yang akan diwawancarai adalah : (1) Guru pendidikan agama Islam, yaitu untuk mendapatkan informasi
mengenai
penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan Sisko 2006. (2) Siswa,
yaitu
untuk
mendapatkan
informasi
mengenai
penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru pendidikan agama Islam. b. Teknik Observasi Obersvasi dilakukan dengan melihat secara cermat untuk mengamati fenomena yang ada. Hal ini terbatas pada sekelompok fenomena yang dapat dijangkau oleh indra dan akal, tentu tidak sekedar melihat-lihat saja, tapi melihat yang bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri dan sifat-sifat obyek (pengamatan). 9 Dalam penelitian kualitatif observasi dikelompokkan menurut tiga cara. Pertama, pengamat bertindak sebagai seorang partisipan atau nonpartisipan. Kedua, observasi dapat dilakukan 9
Muh. Nurhakim, Metodologi Studi Islam (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), 242.
10
secara terus terang atau penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut latar penelitian. Dan dalam penelitian ini digunakan teknik observasi yang pertama, di mana pengamat bertindak sebagai partisipan. Pada observasi partisipan ini, peneliti mengamati aktifitas aktifitas sehari-hari obyek penelitian, karakteristik fisik, situasi sosial, dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. 10 Selama penelitian di lapangan, jenis observasi tidak tetap. Dari hal itu peneliti memulai dari observasi deskriptif,secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial dan apa yang terjadi disana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data pertama. Peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan melakukan obserfasi terfokus. Dan akhirnya, setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis an observasi yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan obsevasi selektif. Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data. Hasil observasi dalam penelitian ini, di dalam catatan lapangan. Dimana dapat dikatakan bahwa jantungnya penelitian kualitatif adalah catatan lapangan. Catatan lapangan dalam penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif. Akhirnya bahwa
10
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 61.
11
catatan lapangan ini berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaran tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Dan bagaimana deskriptif tersebut berisi beberapa hal, diantaranya adalah gambaran diri fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan dan perilaku pengamat. Format
rekaman
hasil
observasi
catatan
lapangan
dalam
penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. Dalam penelitian ini metode observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang : langkah-langkah guru PAI dalam menerapkan RPP di dalam proses belajar mengajar di SMA Bakti Ponorogo. c. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. “Rekaman” sebagai tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa atau memenuhi accounting. Sedangkan “dokumen” digunakan untuk mengacu atau selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya.
12
Teknik
dokumentasi
ini
sengaja
digunakan
dalam
penelitian ini, mengingat (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu, (2) rekaman dan dokumen adalah sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan, (3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara konstektual, relevan dan mendasar dalam konteknya, (4) sumber ini sering merupakan pernyataan
yang legal
yang dapat
memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini dicatat dalam format transkip dokumentasi. Dalam penelitian ini metode dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang : 1)
Tujuan SMA Bakti Ponorogo
2)
Struktur organisasi SMA Bakti Ponorogo
3)
Keadaan guru dan murid SMA Bakti Ponorogo
4)
Sarana dan prasarana SMA Bakti Ponorogo
6. Analisis Data Teknik analisi data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan urutan dasar. 11 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Mengikuti konsep yang diberikan Milles dan 11
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), 103.
13
Huberman. Milles dan Huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai penuh. Aktivitas dalam analisis data, meliputi: a. Data reduction, mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Data display, setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Bila pola-pola ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. c. Conclusion, langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. 12 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).13 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data) dapat 12
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: ALFABETA,2005), 91. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 171. 13
14
diadakan pengecekan dengan teknik: pengamatan yang tekun dan triangulasi.
Ketekunan
pengamatan
yang
dimaksud
adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti dengan cara : (a)
mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesimanbungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan pembelajaran di SMA Bakti Ponorogo, (b) menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksanaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini teknik triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan
data
hasil
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan
apa
yang
dikatakan
secara
pribadi,
(c)
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
15
peneliti
dengan
apa
yang
dikatakan
sepanjang
waktu,
(d)
membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-tahapan Penelitian Tahapan-tahapan dalam penelitian ini ada tiga
yaitu:
(1)
tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian; (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data; (3) tahap analisis data,
yang
meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data; (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian sebagai hasil penelitian.
G. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab saling berkaitan erat yang merupakan kesatuan yang utuh, yaitu: Bab I: Pendahuluan, bab ini berfungsi untuk memaparkan pola dasar dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
16
penelitian, landasan teori dan atau telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II: Landasan Teori. Bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka acuan teori yang dipergunakan sebagai landasaan melakukan penelitian yang terdiri dari: pengertian guru pendidikan agama Islam, pengertian rencana pelaksanaan pembelajaran, tujuan dan fungsi rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Sisko 2006. Bab III: Temuan Penelitian. Bab ini memaparkan tentang penemuan penelitian di lapangan yang meliputi kondisi umum SMA Bakti Ponorogo, dan tentang dinamika guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan dampak positif penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran guru pendidikan agama Islam kelas X SMA Bakti Ponorogo. Bab IV: Analisa konsep dinamika guru pendidikan agama Islam dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Sisko 2006 yang terdiri dari: dinamika guru pendidikan agama Islam dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan dampak positif guru pendidikan agama Islam kelas X SMA Bakti Ponorogo dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Sisko 2006. Bab V: Penutup. Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca yang mengambil intisari dari skripsi, yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
17
BAB II GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN SISKO 2006
A. Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Pendidik atau disebut juga dengan istilah guru yaitu “orang yang digugu atau ditiru”. Menurut Hadari Nawawi guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Lebih khususnya diartikan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang ikut bertangung jawab dalam membentuk anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. 14 Pendidik adalah suatu faktor pendidikan yang amat penting. Terlaksana tidaknya dengan baik program pendidikan, banyak ditentukan oleh faktor pendidik. Karena pendidik merupakan “cermin” dimana peserta didik selalu “berkaca” seluruh tingkah laku pendidik dalam pengamatan peserta didik. Maka pendidik harus mampu meyakini kemampuannya dan menumbuhkan kepercayaan peserta didik, karena itu sangat penting maknanya. 15
14 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas (Jakarta : H. Masagung, 1989), 123. 15 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta, Kencana: 2007), 159.
18
Dalam literature kependidikan Islam, seorang guru atau pendidik biasa disebut sebagai ustadz, mu’allim, murabby, mursyid, mudarris,
mu’addib. 16
dan
Beragamnya
penggunaan
istilah
pendidikan dalam literatur pendidikan Islam, secara tidak langsung telah memberikan pengaruh terhadap penggunaan istilah untuk pendidik/ guru. Hal ini tentunya sesuai dengan kecenderungan dan alas an masing-masing pemakai istilah tersebut. Jadi, dilihat dari keenam karakteristik tersebut, maka karakteristik pertama mendasari karakteristik-karakteristik lainnya. Dengan perkataan lain, istilah ustadz selalu tercermin dalam segala aktifitasnya sebagai murabbiy, mu’allim, mursyid, mudarrsis dan mu’addib. Dalam komunikasi sehari-hari, guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) biasanya dijuluki dengan “Ustadz”. 17 Istilah ini (di Timur Tengah) biasa digunakan untuk memanggil seorang professor. Ini mengandung makna bahwa seorang GPAI dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Guru
PAI
profesionalisme
sebagai
tersebut
ustadz
seyogyanya
yang
komitmen
tercermin
dalam
terhadap segala
aktivitasnya sebagai murabbiy, mu’allim, mursyid, muaddib dan mudarris. Kegiatan atau pekerjaan itu dikatakan profesi, bila ia dilakukan untuk mencari nafkah dan sekaligus dilakukan dengan 16
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya, Pustaka Pelajar: 2004), 209. 17 Ibid, 221.
19
tingkat keahlian yang cukup tinggi. Agar suatu profesi dapat menghasilkan mutu produk yang baik, maka ia perlu dibarengi dengan etos kerja yang mantab pula. Ada kaitan yang erat antara etos kerja, profesionalisme dan mutu
produk
kerja
seseorang.
Peningkatan
etos
kerja
akan
merupakan pelengkap dari usaha untuk meningkatkan mutu produk kerja dan semangat profesionalisme. Keberhasilan GPAI dalam meningkatkan mutu hasil pendidikan, profesionalisme dan etos kerja akan dapat dirasakan oleh masyarakat melalui profil para lulusannya. Selama GPAI belum puas dengan mutu hasil pendidikan dari para lulusan yang diserahkan kepada masyarakat, maka ia memunyai kewajiban moral untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan, profesionalisme dan etos kerjanya. Selama masyarakat mengeluh tentang mutu hasil pendidikan kita, maka kita sebagai GPAI mempunyai kewajiban sosial untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan, profesionalisme dan etos kerja kita.
2. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam a. Peran Guru Peran seorang guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang penting, peranan guru tersebut belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, tape recorder, internet maupun oleh komputer yang paling modern. Banyak unsur-unsur
20
manusiawi seperti sikap. System nilai, perasaan, motivasi kebiasaaan dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran, yang tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik. Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal antara lain sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Adam dan Decey dalam Basic Principles of Sudentd Teaching, antara lain adalah guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,
pengatur
lingkungan,
partisipan,
ekspeditor,
perencana, supervisor, motivator dan konselor. Yang akan dikemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominant. 18 1) Peran guru sebagai demonstrator 2) Peran guru sebagai pengelola kelas 3) Peran Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator 4) Peran guru sebagai evaluator 5) Peran Guru dalam Pengadministrasian 6) Peran guru secara pribadi 7) Peran guru secara psikologis Demikianlah gambaran betapa pentingnya peranan dan tanggung jawab seorang guru. Di sekolah seorang guru menjadi ukuran atau pedoman bagi murid-muridnya, dan di masyarakat
18
Basuki dan Miftakhul Ulum. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), 104.
21
seorang guru dipandang sebagai suri tauladan bagi setiap warga masyarakat. b. Tugas Guru Tugas seorang pendidik sangatlah banyak, sedangkan keuntungan seorang pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Di dalam pendidikan Islam tugas yang diemban seorang pendidik hampir sama dengan tugas seorang Rasul diantaranya adalah sebagai berikut: 19 1) Tugas secara umum Sebagai “warasat al anbiya’”, yang mengemban misi rahmat li al alamin, yakni mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah, guna keselamatan dunia dan akhirat. Selain itu tugas guru yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, mensucikan hati manusia untuk bertaqarrub kepada Allah yang sesuai dengan peran pendidik yaitu penyucian dan pengajaran. 2) Tugas secara khusus a) Sebagai pengajar, yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah program tersebut terlaksana. Yakni meliputi
mendidik
mengembangkan
berarti
nilai-nilai
hidup,
meneruskan
dan
mengajar
berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan 19
Ibid., 63.
22
teknologi. Sedangkan melatih, berarti mengembangkan ketrampilan-keterampilan pada siswa. b) Sebagai
pendidik,
seorang
guru
di
sekolah
dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Ia harus mampu menarik simpati peserta didik. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya sehingga mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, seiring dnegan tujuan Allah menciptakan manusia. c) Sebagai pemimpin, yang memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Di sini guru tidak hanya diperlukan oleh murid di ruangan kelas,
tetapi
lingkungannya
juga
diperlukan
oleh
dalam
menyelesaikan
masyarakat
aneka
ragam
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Tampaknya guru memiliki kedudukan yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yakni di depan memberi suri tauladan di tengah-tengah membangun dan di belakang memberi dorongan dan motivasi.
B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Sisko 2006 1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran
23
untuk mencapai satu kompetensi dasar di tetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas menakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.20 Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi, maupun emosional yang ingin dibangun. Lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Tugas guru yang paling utama terkait dengan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP adalah menjabarkan silabus ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dalam pengembangan rencana pelaksanan pembelajaran, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi, dan menyesuaikan silabus dengan kondisi sekolah dan daerah serta dengan karakteristik peserta didik. 21 Pada dasarnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sendiri adalah rancangan pembelajaran mata pembelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan 20
Kunandar, Profesionalisme Guru: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 240. 21 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 212.
24
rencana pelaksanan pembelajaran inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembealjaran secara terprogram. Oleh karena itu, rencana pelaksanan pembelajaran harus mempunyai daya terap yang tinggi. Pada sisi lain, melalui rencana pelaksanan pembelajaran pun dapat
diketahui
kadar
kemampuan
guru
dalam
menjalankan
profesinya. 22
2. Tujuan
Dan
Fungsi
Rencana
Pelaksanan
Pembelajaran
yang dicanangkan
oleh manusia.
Berdasarkan Sisko 2006 a. Tujuan Pendidikan Tujuan ialah apa
Letaknya sebagai pusat perhatian dan demi merealisasikannyalah dia
menata
tingkah
lakunya
dalam
kehidupan
sosial
kemasyarakatan. 23 Al-Shaibani perubahan
yang
menampilkan diinginkan
yang
definisi
tujuan
diusahakan
oleh
sebagai proses
pendidikan, atau upaya yang diusahakan oleh proses pendidikan, atau upaya yang diusahakan oleh proses pendidikan, atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu
22 Mansur Muslich, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar Pemahaman dan Pengembangan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), 45. 23 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2004), 159.
25
pada kehidupan pribadi, maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar berkaitan dengan individu itu hidup. Atau tujuan juga dipahami sebagai proses pendidikan sendiri dan proses pengajaran yang merupakan aktivitas asasi yang proporsional diantaranya profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Sebelum penulis menjelaskan tujuan dalam penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk lebih jelasnya penulis ingin memaparkan tentang tujuan pendidikan,. Berbicara tentang tujuan pendidikan, tidak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Sebab, pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. 24 Maka dari itu, Al-Shaibani menjabarkan tujuan pendidikan sebagai berikut : 1) Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk tidak didunia dan diakhiri. 2) Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. 24
Hasan Langgunglung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta : Pustaka al-Husna, 1998), 305.
26
3) Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni dan sebagai kegiatan masyarakat. Jadi, tujuan pendidikan tidak lepas dari perencanaan, karena penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran mengacu pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. b. Tujuan Rencana Pelaksanan Pembelajaran Pengembangan rencana pelaksanan pembelajaran, harus diawali dengan pemahaman terhadap arti dan tujuannya. Serta menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat di
dalamnya.
Kemampuan
membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan calon guru, serta sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang obyek belajar dan situasi pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi. Dimana dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus jelas kompetensi dasar yang akana dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai
27
atau
memiliki
kompetensi
tertentu.
Aspek-aspek
tersebut
merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan membentuk kompetensi peserta didik. 25 Adapun tujuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ada dua
yaitu:
(1)
untuk
mempermudah,
mempelancar,
dan
meningatkan hasil proses belajar mengajar; (2) dengan menyusun rencana pembelajaran secara professional, sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana.26 Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berberan sebagai skenario proses pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya bersifat luwes (fleksibel) dan memberi kemungkinan bagi guru untuk menyesuaikannya dengan respons siswa dalam proses pembelajaran sesungguhnya. 25
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 217. 26 Kunandar, Guru professional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), 263.
28
Sedangkan
fungsi
perencanaan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran dalam KTSP adalah bahwa rencana pelaksanaan pemblajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang, oleh karena itu setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. 27 Dosa hukumnya bagi guru yang mengajar tanpa persiapan, dan hal tersebut hanya akan merusak mental dan moral peserta didik, serta akan menurunkan wibawa guru secara keseluruhan. Selain pembelajaran,
mengetahui seorang
mengembangkannya.
guru
fungsi juga
Pengembangan
rencana harus
pelaksanaan mampu
rencana
untuk
pelaksanaan
pembelajaran yang harus diperhatikan adalah perahtian dan karakteristik
peserta didik terhadapa materi standar yang
dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini harus diperhatikan, agar guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah dan nafsu belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar.28 Sebagaimana pendapat Sumantri, bahwa perencanaan yang baik sangat membantu pelaksanaan pembelajaran, karena baik guru maupun peserta didik mengetahui dengan pasti tujuan yang 27
E. Mulyasa, Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 218. 28 Ibid., 218-219.
29
ingin dicapai dan cara pencapaiannya. Karena pada dasarnya rencana pelaksanaan pembealjaran merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk menunjang pembentukan kompetensi pada
diri
peserta
didik.
Dalam
hal
ini,
guru
harus
mengembangkan perencanaan dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun dan semester, beberapa minggu atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan semester disebut sebagai program unit, sedangkan untuk beberapa jam pelajaran disebut rencana pelaksanaan pembelajaran. 29 Dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, persiapan yang dilakukan oleh seorang guru diantara adalah: a. Materi Pembelajaran Dalam menetapkan dan pengembangan materi perlu diperhatikan hasil dan pengembangan silabus, pengalaman belajar yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian,
ketetapan,
situasi
dan
kondisi
lingkungan
masyarakat, kemampuan guru, tingkat perkembangan peserta didik, dan fasilitas. b. Menentukan metode yang sesuai dengan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Guru dalam menggunakan metode
29
Ibid., 221-222.
30
pembelajaran haruslah bervariasi, agar proses pembelajaran terasa menyenangkan dan mudah untuk dipahami. Karena pada dasarnya peserta didik satu dengan yang lainnya mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan sebuah riset yang menyatakan bahwa perbandingan
gaya
mengajar dengan prosentase
informasi yang diingat dalam jangka waktu yang lama.
Gaya Belajar Ceramah Ceramah disertai demonstrasi Ceramah disertai demonstrasi dan latihan bimbingan Ceramah disertai demonstrasi, praktek terbimbing dan pemberian umpan balik
Informasi Yang Tersimpan Lama 2% 10 % 20 % 80 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa informasi yang kuat tersimpan dihasilkan oleh gabungan antara sejumlah kegiatan belajar yang melibatkan berbagai modalitas siswa. 30
c. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Dalam menyusun kegiatan pembelajaran untuk rencana
30
pelaksanaan
pembelajaran
yaitu
harus
Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan KontekstualBerdasarkan Sisko 2006 (Jakarta : PT. Grasindo 2006), 33.
31
menyertakan kegiatan pembuka dan kegiatan penutup, sebagai berikut : 1. Kegiatan pembuka Kegiatan pembuka berfungsi untuk mengantar dan mempersiapkan siswa dalam menerima pelajaran. Jenis kegiatan
pembuka
dapat
bermacam-macam,
tapi
umumnya bersifat memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran, mengingat dan mengaitkan pembelajaran terdahulu
dengan
pembelajaran
sekarang,
atau
menjajaki ketersediaan pengetahuan pra syarat. Contoh kegiatan pembuka misalnya : menyanyi, bermain tekateki, mengamati gambar tema, menggali pengalaman, tanya jawab atau pre –test yang semuanya harus diakhiri dengan pengaitan terhadap kegiatan inti. Ukuran keberhasilan kegiatan pembuka adalah : •
Munculnya motivasi siswa untuk belajar .
•
Terbentuknya perhatian secara klasikal.
•
Pemahaman siswa akan kesinambungan materi pembelajaran yang lama dengan yang baru.
•
Kesiapan siswa mempelajari hal yang lebih sulit dan rumit.
2. Kegiatan penutup
32
Kegiatan penutup juga sangat beragam, tergantung pada proses pembelajaran yang telah berlangsung. Umumnya kegiatan penutup berupa review pokokpokok yang telah dipelajari, pemberian rangkuman, menarik kesimpulan dari proses pengolahan informasi yang
telah
dilakukan,
tanya
jawab
untuk
mengidentifikasi bagian-bagian yang belum dikuasai siswa atau display karya dan kerja. Disarankan agar kegiatan
evaluasi
kategori
ulangan
harian
yang
menguji pencapaian kompetensi dilepas tersendiri dan tidak dimasukkan pada bagian penutup. 31 d. Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, obyek dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. 32 e. Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat berupa bahan atau alat yang tersedia di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pemilihan media pembelajaran, kreativitas guru sangat ditonjolkan
agar
untuk
melaksanakan
kegiatan
31 Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Konstektual Berdasarkan SISKO 2006 : Panduan Praktis Pengembangan Indikator, Materi, Kegiatan Penilaian, Silabus dan RPP (Jakarta : PT. Grasindo, 2006), 46. 32 Ibid, 259.
33
pembelajaran tidak terlalu memberatkan agar untuk melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
tidak
terlalu
memberatkan siswa dalam sisi ekonomi. Jenis media yang bias dipilih bias berupa objek langsung maupun tidak langsung. Esensinya media pembelajaran digunakan untuk melancarkan jalannya kegiatan belajar mengajar. 33 f. Penilaian dan Tindak Lanjut Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi infirmasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio dan penilaian diri.
33
Muhammad Joko Susilo,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanan dan Kesiapan Sekolah dan Menyongsongnya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007), 147-148.
34
BAB III LANGKAH-LANGKAH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENYUSUN KEGIATAN PEMBELAJARAN DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDASAR SISKO 2006
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis SMA Bakti Ponorogo Keberadaan lembaga pendidikan pada suatu tempat yang strategis adalah merupakan salah satu faktor yang mendukung bagi kelancaran proses pendidikan dan pengajaran. Hal ini diantarnya dapat diperoleh dari telah strategis gedung sekolah. SMA
Bakti
Ponorogo
merupakan
salah
satu
lembaga
pendidikan formal yang penulis jadikan obyek penelitian. Dari hasil penelitian penulis tanggal sekolah tersebut terletak di Jalan Batoro Katong No. 24 Ponorogo dengan luas tanah seluruhnya 8.155.000 m 2 dan keliling tanah seluruhnya 495,5 m 2 . Dan sudah dipagar permanen (termasuk pagar hidup) 48,5 m 2 dari gedung yang ada dengan perincian sebagai berikut : a. Bangunan 3, 750 m 2 b. Halaman atau taman 4,540 m 2 Batas-batas yang melingkupi SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut : Sebelah utara
: Jl. Batoro Katong
35
Sebelah selatan
: Jl. Pesarean Gondoarum
Sebelah barat
: Tanah milik Bu Karmah
Sebelah timur
: Tanah milik Bu H. Fatimah
Dilihat dari letak geografisnya SMA Bakti Ponorogo berada di daerah yang sangat strategis, karena tempatnya sangat dekat dengan jalan raya sehingga sangat mudah untuk dijangkau oleh kendaraan umum sehingga mempermudah para siswa dan siswi untuk menuju ke SMA Bakti Ponorogo, dan proses belajar mengajar tak terhambat. 2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Bakti Ponorogo Tahun 1945 Yayasan Koperasi Batik Bakti mendirikan gedung yang merupakan cikal bakal SMA Bakti sekarang ini. Pada saat itu tujuan didirikannya gedung ini belum konkrit, karena pada tahun 1957 SMA Negeri berdiri dan belum memiliki gedung sendiri, sedangkan gedung Koperasi Bakti belum dipergunakan, maka atas kesepakatan Bupati Ponorogo, Bapak Dasuki meminta gedung tersebut
digunakan
untuk
SMA
Negeri
Ponorogo,
dengan
kesepakatan bagi keluarga atau pegawai Batik Bakti yang anaknya ingin belajar di sekolah tersebut tidak dikenakan persyaratan apapun, namun ternyata banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolahan Ma’arif dan Muhammadiyah. Tahun 1983 SMA negeri pindah lokasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo yang telah di sediakan oleh Pemerintah.
36
Melihat gedung dalam keadaan kosong, maka dibuat kesepakatan oleh Yayasan Pendidikan Bakti untuk mendirikan SMU Bakti. SMU Bakti adalah sekolah swasta yang dikelola oleh Yayasan Bakti yang berdiri sejak ditandatanganinya akte notaris S.S Sinilingga, SH nomor 37 tanggal
19 April 1983 untuk batas waktu tidak
ditentukan. Namun Bakti merupakan sebuah akronim dari batik asli kesenian timur Indonesia. Tanggal 1 Juli 1983 dibuka pendaftaran pertama, pada pendaftaran pertama ini, SMA Bakti telah menerima murid yang ditempatkan menjadi 11 kelas. Awal didirikannya status sekolah tersebut masih terdaftar. Demi tertibnya administrasi dan seiring dengan perkembangan zaman maka status SMA Bakti mulai diperhatikan, hingga akhirnya pada tahun 1998 mendapat status akreditasi dengan surat keputusan (SK) nomor : 33/ C.C7/Kep/MIN/ 1998, status SMA Bakti adalah disamakan. Hal ini artinya kedudukan SMA Bakti Ponorogo adalah sama dengan SMU Negeri lainnya, serta mempunyai wewenang penuh
untuk
mengurusi
rumah
tangganya
sendiri
seperti
melaksanakan ujian negara di setiap akhir tahun. Yang beralamatkan di Jalan Batorokatong nomor 24 Desa Nologaten Kecamatan Ponorogo Provinsi Jawa Timur. Berdirinya SMA Bakti ini adalah ide para tokoh-tokoh Koperasi Batik, diantaranya adalah : a. Bapak Adam Bashori b. Bapak H. Sumaryono
37
c. Bapak H. Imam Sukadi d. Bapak Sufyan Edi Mulyono e. Bapak Bintoro Beliau ini mendirikan dengan tekad dan usaha yang gigih dengan tujuan : a. Ingin menanam amal jariyah di lembaga tersebut. b. Ingin menampung anak-anak sekolah yang ada pada saat itu tidak bisa ditampung di sekolah negeri. c. Ingin menciptakan lapangan pekerjaan Akhirnya pada tahun 1986 tokoh dengan kekuatan yang gigih bisa merangkul masyarakat untuk bersama-sama mendirikan gedung sekolah yang dibangun diatas tanah seluas 4,25 m 2
tanah yang
digunakan untuk membangun sekolah ini merupakan tanah wakaf dari anggota-anggota Koperasi Batik yang terletak disebelah selatan Jalan Batoro Katong Ponorogo. SMA Bakti Ponorogo adalah sekolah yang selalu berkembang mengikuti
arus
zaman
yang
menggunakan
teknologi
yang
mengutamakan mutu dan keberhasilan menjawab tantangan tersebut tercermin bahwa semua program kerja berjalan dengan baik dan sempurna.
34
3. Visi , Misi dan Tujuan SMA Bakti Ponorogo
34
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 01/D/F-2/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
38
Sebagai suatu lembaga pendidikan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan perkembangan dalam upaya mewujudkan kemandirian sekolah SMA Bakti Ponorogo merumuskan “visi, misi dan tujuan” sebagai berikut :
35
a. Visi Unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdasarkan iman, taqwa dan nilai-nilai kegamaan, serta menjunjung tinggi budaya bangsa b. Misi 1) Melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. 2) Menumbuhkan potensi diri setiap siswa sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 3) Meningkatkan pendalaman dan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4) Menumbuhkan semangat dan berusaha untuk berprestasi kepada seluruh warga sekolah. 5) Menumbuhkan kreativitas yang kompetitif seluruh warga sekolah. 6) Melaksanakan terobosan inovatif dalam pembaharuan pola pembelajaran untuk menumbuhkembangkan kreatifitas siswa
35
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 02/D/F-2/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian
39
dalam menghadapi tantangan, pembaharuan dan perubahanperubahan. c. Tujuan Dalam mendirikan suatu lembaga pendidikan tentunya ada tujuan yang ingin dicapai kedepannya. Adapun tujuan SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut :
1) Tujuan jangka panjang Menjadikan SMA Bakti Ponorogo sebagai sekolah standar internasional
sehingga
menjadikan
pilihan
utama
bagi
masyarakat Kabupaten Ponorogo dan sekitarnya. 2) Tujuan jangkan menengah Keberadaan SMA Bakti Ponorogo diteima, diakui dan dibutuhkan masyarakat Kabupaten Ponorogo dan sekitarnya sehingga
menjadi
peserta
didik
untuk
melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. 3) Tujuan jangka pendek •
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang mengarah pada program pembelajaran berbasis kompetensi dan berbasis teknologi informasi.
•
Meningkatkan koleksi buku dan literatur serta sarana dan prasarana di perpustakaan sekolah.
40
•
Meningkatkan pelayanan laboratorium komputer baik untuk warga sekolah maupun untuk masyarakat luas.
•
Memiliki tim komputer yang mampu mewakili sekali dalam even kejuaraan.
•
Memiliki tim LKIR dan LPIR yang tangguh.
4. Struktur Organisasi SMA Bakti Ponorogo Dalam suatu lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk mempermudah pembagian tugas dalam suatu organisasi, demikian juga dimiliki siswa dengan pemetaan struktur yang dinmis. Maka kegiatan dan pengelolaan sekolah dapat beroperasi secara struktural dengan pembidangan yang disepakati bersama, dengan adanya struktur dalam sekolah, kewenangan masing-masing unit kerja saling kerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. 36 5. Keadaan Guru SMA Bakti Ponorogo Berdasarkan data yang ada tenaga pengajar di SMA Bakti Ponorogo secara kuantitatif maupun kualitas telah menunjukkan adanya kemampuan dalam menunjang lancarnya proses belajar mengajar.37 6. Keadaan Siswa SMA Bakti Ponorogo
36 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 03/D/F-2/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian 37 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/F-2/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian
41
Yang dimaksud siswa mereka yang secara resmi menjadi murid SMA Bakti Ponorogo dan terdaftar dalam buku induk sekolah. 38 7. Struktur Kurikulum SMA Bakti Ponorogo Kurikulum SMA Bakti Ponorogo menggunakan kurikulum tersebut lebih jelasnya mengenai susunan struktur kurikulum dapat dilihat pada tabel struktur kurikulum. 8. Sarana dan Prasarana SMA Bakti Ponorogo Sarana dan prasarana merupakan suatu pelengkap yang harus dimiliki oleh lembaga formal, karena sarana dan prasaran suatu yang urgen bagi kelancaran kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana merupakan tolok ukur terhadap tingkat kemajuan dan kualitas lembaga pendidikan itu sendiri. SMA Bakti Ponorogo memiliki beberapa sarana dan prasarana sebagai pendukung proses belajar mengajar.
39
B. Deskripsi Data 1. Langkah-langkah
Guru
Pendidikan
Agama
Islam
Dalam
Menyusun Kegiatan Pembelajaran Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan SISKO 2006 Menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan itu tidaklah mudah. Seorang guru, sebelum proses belajar mengajar 38 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 05/D/F-2/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian 39 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/F-2/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
42
berlangsung haruslah mempersiapkan rencana pembelajaran secara matang dan terarah. Oleh karena itu dalam komponen KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) peranan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sangat penting. Dimana dalam KTSP tersebut
guru
diberi
kewenangan
secara
leluasa
untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik dan kondisi sekolah, serta kemampuan guru itu sendiri dalam menjabarkannya menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran yang siap dijadikan pembentukan kompetensi peserta didik. Berdasarkan
rencana
pelaksanan
pembelajaran
tersebut,
kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, dari perbuatan
secara
profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang guru. Maka dari itu di SMA Bakti Ponorogo menerapkan rencana pelaksanan pembelajaran berbasis KTSP. Sebagai hasil wawancara dengan Bapak Arif Riyadi sebagai berikut : Untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah perubahan kurikulum. Maka di SMA Bakti Ponorogo mulai tahun ajaran 2007/2008 menerapkan KTSP. Dimana salah satu penerapan KTSP adalah penyusunan RPP yang dibebankan kepada guru mata pelajaran. Untuk itu, guru di SMA Bakti dituntut benar-benar kompeten dalam bidangnya masing-masing. 40
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam 40
Lihat Transkip Wawancara Nomor : 01/1-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
43
standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Maka dengan rencana pelaksanaan pembelajaran inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram. Adapun upaya guru agar dapat membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan berhasil guna adalah sebagai berikut : a. Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran sebagaimana yang diungkapkan Bapak Arif sebagai berikut : Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran inilah, proses pembelajaran terprogram dan terarah. Karena kami sudah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Yaitu kompetensi dasar yang fungsinya untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak didik. Materi standar, untuk memberikan makna terhadap kompetenso peserta didik, indikator, untuk mengetahui keberhasilan dalam pembentukan kompetensi pada anak didik, dan penilaian untuk mengukur seberapa besar kompetensi yang ada pada anak didik, dan untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan oleh seorang guru bila kompetensi dasarnya belum tercapai. 41
b. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran harus diawali dengan pemahaman terhadap arti dan tujuannya, serta menguasai unsur-unsur yang terdapat didalamnya, agar proses pembelajaran berhasil. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut : Selain hakekat perencanaan diatas, kami juga harus mengetahui fungsi dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran, agar pengembangannya terarah. Fungsi perencanaan menurut kami adalah persiapan secara matang sebelum proses pembelajaran terlaksana. Sedangkan tujuannya adalah agar kami dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran haruslah memahami kompetensi yang dimiliki peserta didik. Sehingga mempermudah
41
Lihat Transkip Wawancara Nomor : 02/2-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
44
peserta didik untuk memahami materi pelajaran yang kami sampaikan. 42
c. Dalam proses pembelajaran berlangsung guru jangan hanya berperan sebagai transformasi, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah dan nafsu pelajar peserta didik. Sebagaimana yang dituangkan oleh Bapak Arif sebagai berikut : Agar peserta didik mudah untuk menerima pelajaran, maka kami dalam mengajar menggunakan banyak metode yang bervariasi, sumber-sumber belajar yang sesuai, dan strategi belajar mengajar yang memadai. Jadi, kami dalam penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran haruslah sederhana dan flesibel, agar dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik. Dengan demikian, semangat siswa akan terbina dengan baik. 43
Pendapat diatas juga tidak dibantah oleh beberapa siswa mengenai pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis KTSP. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran itulah peserta didik merasa nyaman dan mudah untuk menerima mata pelajaran secara menyeluruh, seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa sebagai berikut : Saya merasa senang dengan metode-metode yang disampaikan oleh bapak guru, karena metode yang mereka gunakan sangat bervariasi sehingga menjadikan kami merasa senang dan materi pelajaran yang disampaikan tidak lagi membosankan. 44
d. Seorang guru harus mampu mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran secara menyeluruh untuk menunjang pembentukan 42
Lihat Transkip Wawancara Nomor : 03/3-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian 43 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 04/4-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian 44 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 05/5-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian
45
kompetensi pada diri peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mengembangkan perencanaan dalam bidanya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester disebut sebagai program unit, dan untuk beberapa jam saja disebut rencana pelaksanaan (RPP). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Arif sebagai berikut : Dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran itu sangat bermacam-macam, karena setiap bab itu ada beberapa kompetensi dasar. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang kami buat dalam satu kompetensi dasar ada satu rencana pelaksanaan pem,balaran, tetapi ada juga dalam satu bab terdapat satu rencana pelaksanaan pembelajaran yang mencakup beberapa kompetensi dasar. 45
Jadi dapat disimpulkan di SMA Bakti Ponorogo dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajarannya diserahkan sepenuhnya
kepada
guru
mata
pelajaran
masing-masing.
Sebagaimana telah dituangkan oleh Bapak Arif diatas, sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Persiapan
Bapak
Arif
dalam
pengembangan
rencana
pelaksanaan pembelajaran sangatlah matang. Dari persiapan mental maupun persiapan tertulis dan sumber belajar. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut : Kami dalam mengembangkan RPP berbasis KTSP ini membutuhkan persiapan yang sangat matang. Dimana RPP disusun jauh-jauh hari, karena kami harus memperkirakan proses pembelajaran yang akan terjadi, tujuan yang kami harapkan dan kompetensi haruslah berhasil. Jadi, persiapan tersebut bukan hanya dari kami saja sebagai guru, tapi dari peserta didik juga harus mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran. Maka dri itu, agar proses belajar mengajar berhasil antara pendidik dan peserta didik harus saling melengkapi satu dengan yang lainnya. 46
45 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 06/6-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian 46 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 07/7-W/F-1/05-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
46
Pernyatan diatas juga dibenarkan oleh salah satu peserta didik yang diajar oleh Bapak Arif selaku guru Pendidikan Agama Islam di SMA Bakti Ponorogo. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut : Kami sangat senang dengan metode-metode yang digunakan oleh bapak guru, karena kami dalam menerima pelajaran tidak lagi kesulitan, malah terasa menyenangkan dan mudah karena disetiap awal pertemuan kami selalu diingatkan dengan pelajaran yang kemarin dan kadang diakhir pelajaran kami diberi tugas. Jadi, kami lebih sering mengingat pelajaran sehingga menjadi proses yang biasa sehingga menjadikan kami lebih mudah untuk mengingatingat pelajaran tersebut. 47
Jadi, di SMA Bakti Ponorogo demi menyukseskan hasil belajar, maka antara peserta didik dan pendidik harus ada keterikatan satu dengan yang lainnya, sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh guru mata pelajaran masing-masing. Dalam pembuatan atau penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran seorang guru juga menggunakan sumber-sumber belajar yang memadai demi keberhasilan proses pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut : Kami dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran selain menggunakan buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa), kami juga menggunakan buku penunjang lainnya seperti Kitab Kuning, Fatkul Bahri, Buqari dan Muslim. Kalau untuk bab fiqih, menggunakan Fiqih Muktamat. Sedangkan Siroh Nabawi untuk bab yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan Islam. Terjemahan Al-Qur’an dan Al-Qur’an untuk bab yang berhubungan dengan AlQur’an Hadist. 48
47 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 08/8-W/F-1/05-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 48 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 09/9-W/F-1/05-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
47
Dengan buku-buku penunjang diatas, peserta didik diharapkan mampu untuk menerima pelajaran dengan mudah. Begitu juga bagi pendidik, tidak merasa kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran, karena telah dipersiapkan secara matang sebelum proses belajar mengajar terlaksana. Setelah sumber-sumber belajar terpenuhi, maka yang perlu dipersiapkan oleh guru adalah metode yang sesuai dengan materi pelajara, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Adapunm metode yang digunakan di SMA Bakti Ponorogo adalah ceramah, diskusi dan tanya jawab. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut : Selain sumber-sumber penunjang diatas terpenuhi, maka kami menentukan metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Berhubungan materi pendidikan agama Islam disini membahas tentang Al-Qur’an Hadist, maka kami menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Dengan metode yang bervariasi akan mempermudah siswa untuk menerima pelajaran. Jadi, proses belajar mengajar terasa menyenangkan. 49
Selain pendapat dari guru Pendidikan Agama Islam diatas, ada pengakuan dari beberapa siswa mengenai proses pembelajaran yang menyenangkan karena menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu peserta didik sebagai berikut : Kami merasa sangat senang dengan adanya KTSP ini, karena mempermudah kami untuk menerima pelajaran. Proses belajar mengajar tidak lagi terasa membosankan tapi malah menyenangkan karena bapak guru menggunakan bermacam-macam metode. 50 49 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 10/10-W/F-1/05-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 50 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 05/5-W/F-1/03-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
48
Dalam
persiapan
penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajara seorang guru harus mempersiapkan materi pembelajara, sumber-sumber belajar dan metode pembelajaran. Disamping itu, guru
juga
harus
mempersiapkan
pendalaman
materi
untuk
mempersiapkan diri pada saat mengajar dikelas. Seperti yang telah dijelaskan diatas (pada poin sumber belajar), seorang guru dalam mempersiapkan
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
menggunakan sumber-sumber belajar yang memadai. Disamping buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa), guru juga menggunakan buku penunjang atau pelengkap lainnya. Hal itu dimaksudkan agar materi yang disampaikan bisa dikembangkan dengan luas menggunakan referensi-referensi yang banyak. Tetapi juga tepat dan efektif. Sebagaimana hasil wawancara sebagai berikut : Pendalaman materi sebelum proses belajar mengajar terlaksana sangatlah penting, karena kami harus memperdalam pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan. Maka dari itu, sumber belajar yang memadai akan mempermudah kami untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan buku-buku dan alat-alat penunjang tersebut, akan mempermudah kami untuk menyampaikan materi yang akan diajarkan nantinya. 51
Jadi, selain sumber-sumber belajar dan media pembelajaran, pengetahuan yang luas juga sangat penting untuk mempermudah proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajara. Sehingga proses belajar mengajar pun akan terlaksana dengan baik. Maka dari itu, pendalaman materi juga penting untuk memperlancar proses pembelajaran. 51
Lihat Transkip Wawancara Nomor : 11/11-W/F-1/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
49
Pendalaman materi yang dilakukan seorang pendidik adalah suatu perencanaan, dimana seorang pendidik dalam mendalami materi harus mengetahui langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Arief selaku guru pendidikan agama Islam kelas X di SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut : Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, kami mempersiapkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Diantaranya adalah kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir atau penutup. 52
Seorang guru dalam mempersiapkan sebelum proses belajar mengajar adalah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
akan
diterapkan
dalam
pembelajaran
sekaligus
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang perlu disiapkan seperti media atau alat peraga, lembar kerja siswa, buku sebagai sumber belajar dan peralatan khusus. Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Arief sebagai berikut : Langkah-langkah penyusunan kegiatan pembelajaran yang kami tempuh mencakup kegiatan awal berupa salam pembuka dan pengantar bagi siswa, kegiatan inti berupa materi pelajaran yang akan dipelajari yang menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi, dan kegiatan akhir berupa kesimpulan dari materi pembelajaran serta penutup. 53
Dari wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan di SMA Bakti Ponorogo, guru
52 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 12/1-W/F-1/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 53 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 13/1-W/F-1/06-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
50
telah
benar-benar
pembelajaran
secara
mempersiapkan matang.
langkah-langkah
Kegiatan
pembelajaran
kegiatan tersebut
mencakup kegiatan awal atau kegiatan pembuka, kegiatan inti atau materi pembelajaran yang akan dipelajari, kegiatan akhir atau penutup yang mencakup kesimpulan dari materi pembelajaran yang telah dipelajari. Dengan demikian tujuan yang telah dirumuskan akan tercapai dengan baik.
2. Dampak Positif Langkah-langkah Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menyusun Kegiatan Pembelajaran Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Sisko 2006 Mengenai dampak positif dari KTSP yang menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, ada beberapa macam hal ini diperoleh berdasarkan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam dan siswa SMA Bakti Ponorogo kelas X. Dampak positif tersebut antara lain : a. Kemampuan akademik Kemampuan akademik adalah peningkatan pemikiran akal dan latihan secara teratur untuk berpikir benar. Untuk itu, kemampuan akademis merupakan hal yang paling urgen untuk dicapai dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana hasil wawancara guru SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut : Salah satu hal yang ditekankan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah peningkatan kemampuan
51
akademik merupakan diantaranya prestasi anak menjadi baik, mampu menyelesaikan tugas rumah dengan baik serta peserta didik mampu untuk memahami materi dengan cepat. 54
Selain pendapat dari guru diatas, ada pengakuan dari beberapa siswa mengenai kemampuan akademik yang meningkat, yaitu berupa pemahaman materi pelajaran yang lebih mudah seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa berikut ini : Saya sangat senang dengan materi yang dijelaskan oleh bapak guru sekarang ini, karena lebih memahamkan. Jadi., nilai pelajaran saya lebih baik dan memuaskan. 55
b. Kemampuan Personal Kemampuan personal adalah kemampuan yang menunjang kemampuan akademis siswa dalam mata pelajaran agama Islam. Khususnya dalam hal pengembangan kepribadian. Untuk itu, penerapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Bakti Ponorogo diupayakan mengandung nilai-nilai personal skill. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Arief selaku guru pendidikan agama Islam di SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut : Dengan adanya penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran ini, kemampuan personal skill siswa menjadi meningkat, yaitu semangat belajar siswa menjadi meningkat, frekuensi siswa datang terlambat menjadi berkurang, siswa lebih aktif untuk masuk sekolah, siswa selalu mengerjakan tugas rumah sesuai
54 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 15/1-W/F-2/09-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 55 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 16/2-W/F-2/09-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
52
yang tetapkan oleh guru dan kepribadian siswa terbentuk menjadi lebih baik. 56
Pernyataan Bapak Arief diatas dibenarkan oleh beberapa peserta didik mengegani kemampuan personal siswa yang menjadikan siswa lebih baik dalam pembentukan kepribadiannya. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah siswa SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut : Dengan adanya penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran ini, kami semangat untuk mengerjakan tugas rumah, lebih aktif untuk masuk sekolah dan kami lebih senang dan semangat untuk pelajaran. 57
c. Kemampuan Sosial Kemampuan
sosial
adalah
alat
atau
media
untuk
memperbaiki keadaan masyarakat dan melatih sekelompok orang untuk mengemban tugas pemerintah serta menjalankan tugas kemasyarakat. Maka dari itu, masyarakat mempunyai pengaruh besar
dalam
perkembangan
individu.
Sebagaimana
hasil
wawancara sebagai berikut : Dengan penerapan rencana pelaksanan pembelajaran ini, kemampuan sosial siswa menjadi lebih baik diantaranya adalah : siswa melaksanakan belajar kelompok untuk saling membantu mengatasi kesulitan dalam materi pembelajaran, dengan diadakannya diskusi dikelas siswa bisa saling melengkapi satu dengan yang lainnya dalam memberikan informasi yang diperoleh oleh masing-masing. 58
Hasil dari penerapan rencana pelaksanan pembelajaran diatas dibenarkan oleh beberapa peserta didik, seperti yang
56
Lihat Transkip Wawancara Nomor : 17/1-W/F-2/09-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 57 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 18/4-W/F-2/09-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian. 58 Lihat Transkip Wawancara Nomor : 19/1-W/F-2/09-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
53
diungkapkan oleh Adelia, salah satu siswi SMA Bakti Ponorogo sebagai berikut : Saya merasa lebih akrab dengan nyaman, hal ini dikarenakan kami sering mengadakan diskusi didalam kelas. Selain itu kami juga mengadakan belajar kelompok dirumah untuk membahas pelajaran yang belum faham di dalam kelas dan menyelesaikian tugas bersama dari bapak guru. 59
59
Lihat Transkip Wawancara Nomor : 20/4-W/F-2/09-IV/2008 dalam Lampiran Laporan Hasil Penelitian.
54
BAB IV ANALISIS LANGKAH-LANGKAH GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENYUSUN KEGIATAN PEMBELAJARAN DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN SISKO 2006
C. Analisis Data Tentang Langkah-langkah Guru Dalam Menyusun Kegiatan Pembelajaran Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berdasarkan Sisko 2006 Dalam proses belajar mengajar, peran seorang guru sangatlah menunjang.
Bahkan
dapat
dikatakan
berhasil
tidaknya
sebuah
pembelajaran adalah tergantung pada kompeten tidaknya guru dalam membimbing
peserta
didik.
SMA
Bakti
Ponorogo
dalam
mengembangkan mutu pendidikan diantaranya adalah meningkatkan kemampuan intelektualitas guru dengan mengadakan berbagai upaya, diantaranya adalah diklat tentang pengembangan kurikulum, diklat tentang penerapan KTSP dan diklat bahasa Korea. Sebagaimana sebuah konsep pendidikan Islam yang ditulis oleh Haidar Putra, bahwa pendidikan adalah suatu faktor pendidikan yang amat penting. Terlaksana tidaknya dengan baik program pendidikan, banyak ditentukan oleh faktor pendidikan. Karena pendidik merupakan “cermin” dimana peserta didik selalu “berkaca” seluruh tingkah laku pendidik dalam pengamatan peserta didik. Maka pendidik harus
55
menyakini kemampuannya dalam menumbuhkan kepercayaan peserta didik, karena itu sangat penting maknanya. 60 Dalam perannya sebagai fasilitator dan transformator, guru harus benar-benar mampu mengetahui bagaimana agar pembelajaran yang akan
dilaksanakannya
bisa
berjalan
secara
efektif.
Untuk
itu,
profesionalisme guru dalam menerapkan program KTSP harus benarbenar terpenuhi secara matang. Dengan demikian, mutu pendidikan dapat mengalami kemajuan dengan baik. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, maka di SMA Bakti mulai tahun ajaran 2007/2008 menerapkan KTSP. Salah satu penerapan KTSP adalah penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibebankan kepada guru mata pelajaran masing-masing. Hal ini sesuai dengan Permen No. 24 tahun 2006. Kini, sekolah mendapatkan keleluasaannya untuk menyusun kurikulumnya untuk mematok isi dan proses pembelajarannya, guna menghasilkan out put lulusan yang khas sesuai dengan visi dan misi sekolah. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan berhasil guna adalah sebagai berikut : 1. Hakekat perencanaan, perencanaan merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Maka dari itu, dalam penyusunan 60
perencanaan
guru
harus
benar-benar
mampu
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, ………..159.
56
menyesuaikan dengan kondisi yang berkaitan dengan sarana dan prasarana
yang
tersedia,
media
pembelajaran,
kemampuan
intelektualitas guru serta kemampuan siswa sendiri, sehingga tujuan yang ditentukan dalam pembelajaran dapat tercapai. Dalam penyusunan perencanaan ini, langkah-langkah yang diambil oleh SMA Bakti Ponorogo yaitu penyusunan kompetensi dasar, perencanaan materi standar, penentuan indikator, dan penilaian serta menentukan tindakan apa yang akan dilakukan oleh seorang guru bila kompetensi dasarnya belum tercapai. Hal ini sejalan dengan pendapatnya. E. Mulyasa, bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan pembentukan
kompetensi.
Dimana
dalam
rencara
pelaksanaan
pembelajaran harus jelas kompetensi dasar yang akan dimiliki oleh peserta didik, apa yang harus dilakukan, apa yang harus dipelajari, bagaimana mempelajarinya, serta bagaimana guru mengetahui bahwa peserta didik telah menguasai atau telah memiliki kompetensi tertentu. Aspek-aspek tersebut merupakan unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap rencana pelaksanaan pembelajaran
57
sebagai pedoman
guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan
membentuk kompetensi peserta didik, 61 2. Mengetahui fungsi dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajara. Kemampuan seorang guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan langkah awal yang harus dilimiliki oleh seorang pendidik, karena dengan perencanaan yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Begitu juga peran seorang guru dalam proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu, seorang guru dalam menyusun rencana pelaksanan pembelajaran haruslah dipersiapkan sematang mungkin. Karena, dengan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat diketahui guru yang berkompeten dan guru yang dapat menghasilkan peserta didik yang berkompeten pula. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Mulyasa, bahwa fungsi perencanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam KTSP yaitu : bahwa
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
hendaknya
dapat
mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanan yang matang, oleh karena itu setiap akan melakukan pembelajaran, guru wajib memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun persiapan tidak tertulis. 62 3. Guru berperan sebagai transormator dan motivator, seorang guru harus memberi motivasi kepada peserta didiknya agar kemampuan 61
E. Mulyasa, Kurikulum TIngkat Satuan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktis ………..217. 62 Ibid., 218.
58
peserta didik dapat memenuhi standar kompetensi yang diinginkan. Upaya seorang guru dalam memberikan motivasi kepada peserta didik bisa dilakukan dengan berbagai hal. Diantaranya adalah menggunakan metode yang bervariasi, sumber-sumber belajar yang sesuai, dan strategi belajar mengajar yang memadai. Hal
ini
pengembangan
sesuai
dengan
rencana
pendapat
pelaksanaan
E.
Mulyasa,
bahwa
pembelajaran
harus
memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta didik terhadap materi standar yang dijadikan bahan kajian. Diperhatikan agar guru jangan hanya berperan sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah dan nafsu belajar, serta mendorong peserta didik untuk belajar. 63 4. Pengembangan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
secara
menyeluruh, seorang guru harus mampu mengembangkan rencana pelaksanan
pembelajaran
sendiri.
Karena
dengan
rencana
pelaksanaan pembelajaran tersebut dapat diketahui kadar kemampuan seorang guru dalam menguasai peserta didik dalam proses belajar mengajar. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut guru dapat menumbuhkan siswa-siswa yang berkompeten. Maka dari itu, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA Bakti Ponorogo sangatlah beragam. Karena setiap bab itu ada beberapa kompetensi 63
Ibid.,218-219.
dasar.
Dalam
penyusunan
rencana
pelaksanan
59
pembelajaran, dalam satu kompetensi dasar ada satu rencana pelaksanan pembelajara. Selain itu, ada juga dalam satu bab terdapat satu rencana pelaksanaan pembelajaran yang mencakup beberapa kompetensi dasar. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan E. Mulyasa, bahwa rencana pelaksanan pembelajara merupakan hal penting yang harus dilakukan guru untuk menunjang pembentukan kompetensi pada diri peserta didik. Dalam hal ini, guru harus mengembangkan perencanaan dalam bidangnya untuk jangka waktu satu tahun atau satu semester, beberapa minggu atau beberapa jam saja. Untuk satu tahun dan semester tersebut sebagai program unit, sedangkan untuk beberapa jam pelajaran disebut rencana pelaksanaan pembelajaran.64 Seorang
guru
dalam
penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran membutuhkan persiapan yang sangat matang. Dimana persiapan tersebut akan membantu untuk mempermudah seorang guru dalam penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran. Jadi, selain persiapan mental, seorang guru juga membutuhkan persiapan lain seperti sumber-sumber belajar yang memadai, pengetahuan yang luas serta sarana dan prasarana atau media pembelajaran yang dibutuhkan. Begitu juga alat pembelajaran yang memadai. Maka dari itu, di SMA Bakti Ponorogo dalam pengembangan rencana pelaksanan pembelajaran yang berbasis KTSP membutuhkan
64
Ibid., 221-222
60
persiapan yang sangat matang. Oleh karena itu, proses penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran membutuhkan waktu yang cukup dan mampu untuk memperkirakan proses pembelajaran yang akan terjadi. Jadi, tujuan pembelajaran yang diharapkan serta kompetensinya akan berhasil. Maka dari itu, proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila antara peserta didik dan pendidik saling melengkapi satu dengan yang lain. Dalam proses belajar mengajar, salah satu hal yang harus dipersiapkan oleh seorang guru dalam penyusunan rencana pelaksanan pembelajaran
adalah
menyediakan
sumber-sumber
belajar
yang
memadai. Dengan sumber belajar yang memadai akan dapat membantu peserta didik dalam menerima dan memahami pelajaran yang akan disampaikan. Sumber-sumber belajar tersebut adalah buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Selain buku-buku tersebut, di SMA Bakti Ponorogo dalam penysuunan rencana pelaksanaan pembelajaran juga menggunakan buku penunjang seperti Kitab Kuning, Fatkhul Bahri, Buqari dan Muslim. Untuk bab fiqih, buku penunjangnya kitab Fikih Muktamat dan Kitab Siro Nabawi untuk bab yang berhubungan dengan sejarah kebudyaaan Islam. Sedangkan untuk bab Al-Qur’an Hadist, menggunakan buku penunjang terjemah Al-Qur’an dan terjemah hadist. Selain itu juga didukung dengan adanya internet dan CD. Hal ini sesuai dengan ungkapan Kunandar, bahwa sumber belajar adalah rujukan, obyek dan/ atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
61
pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya.65 Penentuan
sumber
belajar
dilakukan
berdasarkan
standar
kompetensi dan kompetensi dasar, indikator, kompetensi, serta materi pokok dan kegiatan pembelajaran. Metode yang digunakan oleh guru Pendidikan Agama Ioslam dalam menyusun rencana pelaksanan pembelajaran yang berbasis KTSP ini sangatlah bervariasi. Dengan metode yang bermacam-macam akan menjadikan siswa lebih cepat dan tanggap dalam menerima materi pelajaran. Maka dari itu persiapan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran membutuhkan pemikiran yang mendalam, karena seorang guru tersebut harus mampu memperkirakan proses belajar mengajar dan menggunakan metode yang sesuai dengan pembahasan materi pelajaran yang akan disampaikan. Setelah sumber-sumber belajar, media atau alat pembelajaran dan sarana prasarana terpenuhi maka Bapak Arief selaku guru pendidikan agama Islam di SMA Bakti Ponorogo dalam proses penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran selanjutnya adalah memadukan antara metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam satu pembelajaran Bapak Arif menggunakan banyak metode. Jadi, siswa tidak merasa bosan dan jenuh. Dengan metode yang bervariasi tersebut
65
Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, ………259.
62
akan menjadikan peserta didik termotivasi untuk menerima dan memahami materi pembelajaran dengan baik. Penggunan metode yang bervariasi dalam proses belajar mengajar memungkinkan seorang guru untuk melayani berbagai gaya belajar yang dimiliki peserta didik, sebab gaya belajar antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya dipastikan selalu berbeda. Dengan metode yang bervariasi diyakini akan cenderung menghasilkan pengetahuan yang tersimpan
kuat
dalam
memori
siswa.
Sebuah
riset
melaporkan
perbandingan antara gaya mengajar dengan prosentase informasi yang diingat dalam jangka waktu lama. Gaya Belajar
Informasi yang Tersimpan Lama 2% 10% latihan 20%
Ceramah Ceramah disertai demonstrasi Ceramah disertai demonstrasi dan bimbingan Ceramah disertai demonstrasi, praktek 80% terbimbing dan pemberian umpan balik
Dari tabel diatas terlihat bahwa informasi yang kuat tersimpan dihasilkan oleh gabungan antara sejumlah kegiatan belajar yang melibatkan berbagai modalitas siswa. 66 Guru dalam mentransformasikan materi pembelajaran kepada siswa haruslah benar-benar menguasai materi secara mendalam. Dengan penguasaan materi tersebut, seorang guru akan lebih mudah dalam 66
Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Konstektual Berdasarkan Sisko 2006 : Panduan Praktis Pengembangan Indikator, Materi, Kegiatan, Penilaian, Silbuas dan RPP…….33.
63
mengajar serta peserta didik juga lebih mudah untuk memahami pelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efsien. Dalam hal ini di SMA Bakti Ponorogo, seorang guru sebelum menyampaikan
materi
pembelajaran
telah
mempersiapkan
secara
matang. Persiapan oleh seorang guru sebelum proses belajar mengajar terlaksana adalah menyediakan alat atau media pemebelajaran. Dengan demikian, materi pembelajaran yang diberikan lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik. Sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Hal ini sesuai dengan yang diungkap oleh Muhammad Joko Susilo, bahwa media pembelajaran bisa berupa alat atau bahan yang tersedia di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam pemilihan media pembelajaran,
kreativitas
guru
sangat
ditonjolkan
agar
untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak terlalu memberatkan siswa dalam sisi ekonomi. Jenis media yang bisa dipilih bisa berupa obyek langsung maupun obyek tidak langsung. Esensinya media pembelajaran digunakan untuk melancarkan jalannya kegiatan belajar mengajar.67 Pendalaman materi yang dilakukan seorang guru diantaranya adalah dengan memahami langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Sebagaima yang diungkapkan oleh Nasar, bahwa dalam menyusun
67
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongny ……….147-148.
64
kegiatan pembelajaran untuk rencana pelaksanan pembelajaran harus menyertakan kegiatan pembuka dan penutup sebagai berikut : a. Kegiatan pembuka Kegiatan pembuka berfungsi untuk mengantar dan mempersiapkan siswa dalam menerima pelajaran. Jenis kegiatan pembuka dapat bermacam-macam, tapi umumnya bersifat memotivasi siswa dalam menerima pembelajaran, mengingat dan mengaitkan pembelajaran terdahulu
dengan
pembelajaran
sekarang,
atau
menjajaki
ketersediaan pengetahuan pra syarat. Contoh kegiatan pembuka misalnya : menyanyi, bermain teka-teki, mengamati gambar tema, menggali pengalaman, tanya jawab atau pre –test yang semuanya harus diakhiri dengan pengaitan terhadap kegiatan inti. Ukuran keberhasilan kegiatan pembuka adalah : •
Munculnya motivasi siswa untuk belajar .
•
Terbentuknya perhatian secara klasikal.
•
Pemahaman siswa akan kesinambungan materi pembelajaran yang lama dengan yang baru.
•
Kesiapan siswa mempelajari hal yang lebih sulit dan rumit.
b. Kegiatan penutup Kegiatan penutup juga sangat beragam, tergantung pada proses pembelajaran yang telah berlangsung. Umumnya kegiatan penutup berupa review pokok-pokok yang telah dipelajari, pemberian rangkuman, menarik kesimpulan dari proses pengolahan informasi
65
yang telah dilakukan, tanya jawab untuk mengidentifikasi bagianbagian yang belum dikuasai siswa atau display karya dan kerja. Disarankan agar kegiatan evaluasi kategori ulangan harian yang menguji
pencapaian
kompetensi
dilepas
tersendiri
dan
tidak
dimasukkan pada bagian penutup. 68 Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Bakti Ponorogo, sebelum proses belajar mengajar telah mempersiapkan berbagai langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Diantaranya adalah kegiatan awal, yang terdiri dari pembukaan, pre test, mengulas materi yang telah lalu dan apersepsi. Kegiatan inti, yaitu pemberian materi. Dan kegiatan akhir yaitu memberikan kesimpulan dari materi yang diajarkan dan penutup. Rencana pelaksanaan pembelajara merupakan unsur yang sangat urgen dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, seorang guru harus benar-benar
mampu
dalam
menyusun
rencana
pelaksanaan
pembelajaran. Karena rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis KTSP saat ini, seorang guru diberi kewenangan secara leluasa untuk mengembangkannya.
Sehingga
berhasil
tidaknya
suatu
proses
pembelajaran sepenuhnya bergantung pada kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajar (RPP). D. Analisa Tentang Dampak Positif Dinamika Guru Pendidikan Agama Islam Kelas X SMA Bakti Ponorogo Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Sisko 2006 68
Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Konstektual Berdasarkan SISKO 2006 : Panduan Praktis Pengembangan Indikator Materi Kegiatan Penilaian Silabus, dan RPP….., 46.
66
Dalam sikap lembaga pendidikan tentunya selalu mengedepankan pencapaian kemampuan akademis, untuk meningkatkan mutu pendidikan di lembaga tersebut. Dalam hal ini SMA Bakti Ponorogo telah berhasil mencapai kemampuan akademis dengan baik dalam penerapan rencana pelaksanaan pembelajara. Misalnya prestasi peserta didik yang semakin baik, peserta didik mampu untuk menyelesaikan tugas rumah dengan baik dan mampu untuk memahami materi pelajaran dengan cepat. Sebagaimana pendapat E. Mulyasa bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik terutama dalam kaitannya dengan pembentukan kompetensi peserta didik.
69
Dalam penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran selain adanya pencapaian pemahaman materi, juga harus ditunjang dengan adanya penanaman kepribadian yang baik. Dalam hal ini siswa di SMA Bakti Ponorogo telah berhasil dibentuk kepribadiannya menjadi baik dengan penerapan rencana pelaksanan pembelajaran tersebut. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya semangat belajar siswa, frekuensi siswa datang terlambat berkurang, siswa lebih aktif masuk sekolah dan keprinadian siswa terbentuk menjadi lebih baik. Karena pada hakekatnya tujuan pendidikan Islam selain memahami materi yang diberikan juga terbentuknya kepribadian yang baik. 69
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis ………..217.
67
Hal ini sesuai dengan teori E. Mulyasa bahwa identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan mereka sebagai kegiatan dari kehidupannya dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : 1. Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran. 2. Peserta didi didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar. 3. Peserta didik dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan adanya hamabatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajarnya baik yang datang dari dalam maupun dari luar. 70 Masyarakat mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan individu.
Dan
sebaliknya,
bahwa
perkembangan
dan
kemajuan
masyaralat bersumber dari pertumbuhan dan kemajuan individu. Untuk itu kemampuan bermasyarakat sangat dibutuhkan dalam pribadi siswa. Dalam hal ini, SMA Bakti Ponorogo dalam menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, diupayakan ada penanaman sosial antara siswa dengan lingkungannya. Contohnya
70
Ibid., 214.
siswa sering melaksanakan
68
belajar kelompok dan siswa sering melakukan diskusi di kelas untuk saling membantu satu dengan yang lainnya dalam materi pelajaran. Hal tersebut sesuai dengan teori yang terdapat dalam buku Impelementasi
KTS
:
dalam
model-model
pembelajaran
bahwa
kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggunmg jawab. Untuk
mendukung
pencapaian
tujuan
tersebut,
pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Dalam hal itu Al-Shaibani menjabarkan tujuan pendidikan sebagai berikut : 1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani
serta
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat. 2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. 71
71
Hilda Karli, Oditha R. Hutabarat, Implementasi KTSP : Dalam Model-model Pembelajaran, ………….,3.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Langkah-langkah seorang guru pendidikan agama Islam dalam menyusun
kegiatan
pembelajaran
dalam
rencana
pelaksanaan
pembelajaran yaitu mencakup kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Maka dari itu seorang guru sebelum proses pembelajaran harus mempunyai persiapan yang matang yaitu mempersiapkan alat atau media pembelajaran dan sumber-sumber belajar yang memadai. Sehingga penyusunan kegiatan pembelajaran lebih mengena dan terarah karena guru telah menyesuaikan antara metode pembelajaran dan strategi pembelajaran dengan materi pembelajaran yang telah ada. 2. Dampak positif guru pendidikan agama Islam kelas X SMA Bakti Ponorogo dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran diantaranya ialah : a) kemampuan akademik siswa menjadi meningkat seperti prestasi belajar menjadi lebih baik, mampu menyelesaikan tugas rumah dengan baik dan siswa lebih cepat menangkap materi pelajaran, b) kemampuan personal siswa menjadi lebih baik seperti : siswa lebih semangat dalam proses belajar mengajar, siswa aktif untuk masuk sekolah, frekuensi siswa datang terlambat menurun dan kepribadian siswa terbentuk menjadi lebih
70
baik, c) kemampuan sosial siswa satu dengan siswa lainnya dan lingkungannya menjadi lebih baik, seperti : sering mengadakan diskusi di kelas maupun dirumah (belajar kelompok) untuk mengatasi kesulitan dalam materi pembelajaran dan menyelesaikan tugas dari guru.
B. Saran-saran 1. Kepada Kepala Sekolah SMA Bakti Ponorogo a. Hakekatnya sering mengadakan diklat-diklat bagi guru-guru pengajar untuk meningkatkan mutu pendidikan. b. Hendaknya sering berkomunikasi dengan walimurid untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak. 2. Kepada Guru Pendidikan Agama Islam SMA Bakti Ponorogo a. Hendaknya lebih memfokuskan lagi dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. b. Jangan segan-segan mencoba metode-metode baru dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
71
DAFTAR PUSTAKA
Basuki & Ulum, Miftakhul. Pengantar Pendidikan Islam. Ponorogo : STAIN Po Perss, 2007. Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta : Kencana, 2007. Karli, Hilda & Hutabarat, Odhita R. Implementasi KTSP : Dalam Modelmodel Pembelajaran. Bandung : Generasi MFO Media, 2007. Kunandar. Profesionalisme Guru : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka AlHusna, 1998. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 1997. Moeleong,Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya : Pustaka Pelajar, 2004. Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Muslich, Mansur. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2007. Nasar. Merancang Pembelajaran Aktif dan Konstekstual Berdasarkan Sisko 2006 : Panduan Praktis Pengembangan Indikator, Materi Kegiatan Penilaian, Silabus dan RPP. Jakarta : PT. Grasindo, 2006. Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta : H. Masagung, 1989. Nurhakim, Moh. Metodologi Studi Muhammadiyah Malang, 2005.
Islam.
Malang
:
Universitas
Riyanto,Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan : Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya : SIE, 2001.
72
Rosyadi, Khoiron. Pendidikan Profetik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2004. Susilo, Muhammad Joko. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA, 2005.