Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan ini untuk memperkenalkan berbagai hal yang baru dengan maksud memperbaiki apa-apa yang sudah terbiasa demi timbulnya praktik yang baru, baik dalam metode ataupun caracara bekerja untuk mencapai tujuan. Salah satu pembaharuan dalam dunia pendidikan di Indonesia di antaranya adalah perubahan dalam bidang kurikulum yaitu dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan yang terakhir yang baru saja diimplementasikan adalah kurikulum 2013. Pada Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh siswa. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi, dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan siswa sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu siswa menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai commit to user 1
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
tujuan
sesuai
dengan
kemampuan
dan
kecepatan
belajar masing-masing.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup, sehingga lebih menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pelaksanaan pembelajaran fisika dengan cara saintifik pada Kurikulum 2013 yang tidak lain merupakan implementasi untuk melaksanakan amanat Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal satu, “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Di dalam pembuatan RPP hal penting yang harus ditulis adalah proses pendekatan ilmiah (scientific approach), yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan. Dengan demikian pada Kurikulum 2013, terdapat peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Kemendikbud, 2012). Pendekatan ilmiah (scientific approach) selaras dengan aspek-aspek yang terdapat pada keterampilan proses sains (KPS), sehingga dalam Kurikulum 2013 KPS commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
terintegrasi dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas. Akan tetapi kenyaataannya di lapangan banyak siswa yang masih belum mengenal KPS, terlebih lagi menerapkannya dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan di lapangan, siswa cenderung kesulitan dalam melakukan metodemetode ilmiah dengan menerapkan KPS dalam pembelajarannya, antara lain dalam berhipotesis,
merencanakan
percobaan,
menggunakan
alat
dalam
kegiatan
pengamatan, maupun melaporkan hasil kegiatan eksperimen. Dengan demikian diperlukannlah suatu media maupun sarana untuk melatihkan KPS guna menunjang ketercapaian pembelajaran sesuai dengan hakekat Kurikulum 2013. Perangkat Kurikulum 2013 disusun dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan serta kondisi satuan pendidikan misalnya: sekolah, kemampuan siswa, guru sehingga perlu adanya sumber belajar yang mendukung proses pembelajaran. Dengan memperhatikan hal tersebut pentingnya diajarkannya ilmu fisika kepada peserta didik untuk memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, dan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan yang lebih khusus dari diajarkannya ilmu fisika adalah untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang merupakan prasyarat untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mendorong pengembangan ilmu dan teknologi. Hal tersebut di atas akan terlaksana secara optimal apabila ditunjang oleh faktor-faktor pendukung dalam keterlaksanaan pembelajaran. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Salah satu sumber dan media belajar yang dirasa dapat membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran adalah modul. Modul adalah suatu paket pengajaran yang berkenaan dengan suatu unit terkecil bertahap dari mata pelajaran tertentu, dengan kata lain modul dapat diartikan juga sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Depdiknas, 2007). Karakteristik modul adalah disajikan dalam bentuk yang bersifat self instructional, dengan demikian masing-masing siswa dapat menentukan
kecepatan
dan intensitas belajarnya sendiri guna meningkatkan
efektivitas pembelajaran di kelas. Kelebihan modul inilah yang mendasari sehingga dikembangkan modul latihan untuk meningkatkan KPS siswa. Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami segala sesuatu yang mengendalikan atau menentukan perilaku tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari penguasaan konsep-konsep dasar fisika melalui pemahaman. Belajar fisika menuntut kemampuan untuk memahami konsep, prinsip maupun hukumhukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan intelektualnya. Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003: 1). Tuntutan perkembangan kurikulum menjanjikan perbaikan kompetensi lulusan. Pada kurikulum 2013 standar kompetensi lulusan (SKL) terdiri dari tiga domain, yaitu domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Seperti yang terdapat dalam draft pengembangan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2012) dalam domain keterampilan ini terdapat aspek elemen keterampilan proses yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Sedangkan dalam domain pengetahuan terdapat aspek elemen keterampilan proses mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisa, dan mengevaluasi. Modul fisika yang digunakan siswa secara umum belum mengarah kepada penanaman keterampilan proses yang merupakan esensi dari pembelajaran fisika itu sendiri. Sehingga produk dari pembelajaran fisika merupakan siswa yang belum memiliki
kemampuan
yang
baik
untuk
mengamati,
mengkomunikasikan,
mengelompokkan, melakukan pengukuran, menarik kesimpulan, dan melukan prediksi terhadap fenomena-fenomena alam yang terkait dengan fisika. Oleh karena itu perlu dikembangkan modul-modul fisika yang telah berorientasi keterampilan proses sains. Dalam modul ini, nantinya siswa mengajar dirinya sendiri dan melakukan kontrol sendiri terhadap intensitas belajarnya menggunakan ilmiah,
memahami
sistem
kehidupan
dan
commit to user
fakta
memahami penggunaan peralatan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
sains. Selain itu penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah dalam pembelajaran sains bertujuan agar peserta didik mampu memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah sains. Kinematika gerak merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak serta perubahan-perubahan yang tampak dalam rentang waktu benda melakukan gerak. Kinematika gerak termasuk materi ajar di SMA pada kelas X sesuai yang terdapat pada KD 4.2 Kurikulum 2013. Karakteristik materi kinematika gerak memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan pengamatan dan eksperimen. KPS berperan penting dalam melakukan pengamatan dan eksperimen. Penggunaan metode pembelajaran yang menunjang pada kinematika gerak, khususnya untuk mengakomodasi penemuan konsep maka siswa perlu menguasai KPS. Ketika siswa telah menguasai KPS dengan baik, maka KPS dapat membantu siswa untuk mempelajari materi berikutnya yaitu dinamika, perpaduan gerak, dan gerak paralabola. Oleh karena itu, KPS sangat diperlukan dalam pembelajaran kinematika gerak. Bertolak dari hal tersebut adalah suatu tantangan bagi para guru fisika untuk dapat
membelajarkan sains khususnya fisika secara kontekstual dan
komprehensif kepada peserta didik. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
yang antara lain mengatur tentang perencanan
proses
pembelajaran
yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan perencanaan pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran, antara lain Silabus dan RPP secara lengkap dan
sistematis
agar
pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan studi lapangan, di SMAN 2 Ponorogo, dari hasil wawancara terhadap guru dan siswa menunjukkan gambaran bahwa belum adanya modul relevan yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains, sehingga meskipun siswa memiliki hasil belajar rata-rata baik, namun keterampilanketerampilan saintifik seperti aktivitas di laboratorium sangat kurang. Siswa belum memiliki wawasan KPS secara komprehensif. Hal ini mendasari perlunya KPS dilatihkan terhadap siswa untuk meningkatkan KPS yang telah dimiliki. Dahar (1985:11) menyatakan bahwa KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki, sehingga KPS sangat diperlukan dan harus selalu ditanamkan dan dilatihkan pada commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
semua jenjang pendidikan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dilakukan penelitian tentang: “Pengembangan Modul Latihan Keterampilan Proses Sains untuk SMA/MA Kelas X pada Materi Kinematika Gerak”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya sebagai berikut: 1. Pembelajaran fisika di SMA belum mengarah kepada keterampilan proses sains. 2. Kompetensi lulusan pembelajaran fisika belum memiliki kemampuan keterampilan proses sains dengan baik. 3. Setiap guru pada satuan pendidikan belum menyusun perangkat pembelajaran fisika, yang dapat melatihkan keterampilan proses sains. 4. Perangkat pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses belum ada, maka perlu diadakan perangkat pembelajaran fisika yang diharapkan dapat membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang begitu luas dengan situasi dunia nyata. C. Pembatasan Pengembangan Berdasarkan identifikasi masalah, dapat diketahui bahwa masalah dalam penelitian
ini
sangat
luas. Penelitian ini dibatasi pada pengembangan modul
latihan keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika SMA/MA kelas X. Uji commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
coba di SMA Negeri 2 Ponorogo untuk mengetahui pengaruh modul fisika berbasis keterampilan proses ini terhadap hasil belajar siswa.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dicari jawabannya yaitu: 1. Bagaimanakah pengembangan modul latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak untuk kelas X? 2. Bagaimanakah kelayakan modul latihan keterampilan proses sains dengan materi kinematika gerak untuk kelas X? 3. Bagaimana pengaruh dari modul latihan keterampilan proses sains dengan materi kinematika gerak terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang
diuraikan
pada
latar
belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan: 1. Menghasilkan modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains untuk SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak. 2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains untuk SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
3. Mengetahui pengaruh dari modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains untuk SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak sains terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Ponorogo.
F. Spesifikasi Produk Produk yang dikembangkan berupa modul latihan keterampilan proses sains dengan pokok bahasan kinematika gerak. Modul ini berupa modul cetak dan dilengkapi dengan suplemen silabus dan RPP untuk guru, dan dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk siswa.
G. Manfaat Penelitian Manfaan penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara teoritis a. Menekankan arti pentingnya penggunaan modul pembelajaran fisika dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. b. Menambah wawasan bagi guru dan siswa tentang modul pembelajaran fisika yang dapat melatihkan keterampilan proses sains. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi guru Modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains dapat commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
digunakan sebagai salah satu alternatif sarana belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan melatihkan jiwa saintis b. Bagi siswa Melatih siswa untuk memiliki jiwa saintis dan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menguasai keterampilan proses sains c. Bagi sekolah Sekolah mempunyai modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains sehingga dapat digunakan sebagai referensi pembuatan modul dengan materi pokok yang berbeda.
H. Definisi Operasional 1. Modul latihan keterampilan proses sains adalah buku pegangan berupa media cetak dari suatu konsep fisika yang pembelajarannya menggunakan aspek-aspek dalam keterampilan proses sains dan berisi ringkasaan materi, lembar kegiatan siswa, serta lembar evaluasi. 2. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang dimiliki siswa dalam pembelajaran sains. Keterampilan ini merupakan keterampilan proses sains meliputi: mengamati (observing), menafsirkan (interpreting), berhipotesis (hypothesized), mengklasifikasi (classifying), merencanakan percobaan (experimenting),
menyimpulkan
(inferring),
meramalkan
(predicting),
mengkomunikasikan (communicating), dan menerapkan konsep atau prinsip (applying concept)
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3. Hasil belajar siswa adalah perolehan belajar siswa setelah mengikuti pemnbelajaran dengan menggunakan modul. Hasil belajar merupakan keterampilan proses sains (KPS) yang dimiliki oleh siswa.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Domain Pembelajaran Fisika Ilmu Pengetahuan Alam atau science (bahasa Indonesia: sains) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA. Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmuilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya (Kemble, 1966: 7). Allan J. Mac Cormack dan R.E. Yager telah mengembangkan taksonomi pendidikan sains yang terdiri atas lima domain (Mac Cormack, 1995: 24). Lima domain ini diharapkan membantu peserta didik agar peka dan mampu
mencari
penyelesaian
terhadap
permasalahan
yang
lingkungan sekitar. Lima domain tersebut adalah sebagai berikut: commit to user 13
terjadi
di
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
a.
Domain I – Knowing and Understanding (knowledge domain) Knowledge domain, merupakan ranah pengetahuan yang meliputi fakta, konsep, hukum (prinsip-prinsip), beberapa hipotesis dan teori yang digunakan para ilmuwan, serta masalah-masalah yang terkait dengansains dan sosial. Semua informasi
ini
dimunculkan
dalam
tema
pembelajaran sains yang
menekankan pengaruh teknologi dan sains dalam lingkungannya. b.
Domain II – Exploring and Discovering (process of science domain) Penggunaan beberapa proses sains untuk belajar bagaimana para saintis
berpikir
dan
bekerja,
yang kemudian
dikenal
pula
sebagai
keterampilan proses sains. Beberapa proses sains adalah: 1) Keterampilan Dasar (Basic Skills) : Mengamati (observing), mengklasifikasi (classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan (predicting), dan mengkomunikasikan (communicating) 2) Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills) :
Membuat model (Making
Models), mendefinisikan secara operasional (Defining Operationally), mengumpulkan
data
(Collecting
Data),
menginterpretasikan
data
(Interpreting Data), Mengidentifikasi dan mengontrol variabel (Identifying and
Controlling
Variables),
merumuskan
hipotesis
Hypotheses), melakukan percobaan (Experimenting).
commit to user
(Formulating
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
c.
Domain III – Imagining and Creating (creativity domain) Merupakan ranah kreativitas dalam kegiatan pembelajaran. Namun, sebagian
besar
kegiatan
pembelajaran
fisika lebih
memfokuskan pada
informasi yang diberikan pada peserta didik. Sangat sedikit kegiatan pembelajaran
fisika
untuk
mengembangkan
imajinasi
dan kreativitas
berpikir peserta didik. Padahal kemampuan peserta didik dalam domain ini sangat penting, diantaranya: 1) Menghasilkan alternatif atau menggunakan objek yang tidak biasa digunakan, 2) Memecahkan beberapa masalah, 3) Berfantasi, 4) Menghasilkan ide-ide yang luar biasa. d.
Domain IV – Felling and Valuing (attitudinal domain) Ranah sikap merupakan sikap ilmiah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik. Dikarenakan dalam dalam
menghadapi
berbagai
permasalahan
kehidupan, peserta didik tidak cukup mengimplementasikan pada
pengetahuan fisika, proses sains, dan kreativitas yang dimiliknya, tetapi juga perlu
dikembangkan
mungkin
masa
sikap
depan
ilmiah.
menjadi
Tanpa adanya lebih
sikap,
tidak
baik. Sikap ilmiah yang perlu
dikembangkan dalam domain ini antara lain: 1) Pengembangan sikap positif terhadap sains secara umum, sains di sekolah, dan para pendidik sains 2) Pengembangan sikap positif terhadap diri sendiri 3) Penggalian emosi kemanusiaan commit to user
akan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
4) Pengembangan kepekaan,dan penghargaan, terhadap perasaan orang lain 5) Pengambilan keputusan tentang isu-isu sosial dan lingkungan
e.
Domain V – Using and Applying (applications and connections domain) Ranah penggunaan dan penerapan yang betujuan untuk perlu mengembangkan lebih lanjut semua pengalaman serta ide-ide peserta didik dalam mempelajari fisika sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Domain koneksi dan penerapan ini dapat diukur melalui kegiatan peserta didik dalam hal: 1) Mengamati contoh konsep-konsep sains dalam kehidupan sehari-hari 2) Menerapkan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains yang telah dipelajari untuk masalah-masalah teknologi sehari-hari 3) Memahami prinsip-prinsip fisika dan teknologi yang melibatkan peralatan teknologi rumah tangga 4) Menggunakan proses sains dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari 5) Memahami dan menilai perkembangan fisika melalui media masa 6) Mengambil keputusan untuk diri sendiri yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dan gaya hidup berdasarkan pengetahuan dalam sains daripada berdasarka apa yang ”didengar” dan yang ”dikatakan” atau hanya emosi commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Dengan
memandang
kelima
domain
fisika
yang
dikembangkan
diharapkan mampu memberikan peluang bagi peserta didik untuk belajar fisika secara utuh. Peserta didik menjadi tertarik dengan fisika melalui pembelajaran yang
lebih
efektif
karena
pengukuran
dilakukan
tidak berfokus pada satu
domain saja.
2. Ketrampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Sedangkan proses dalam hal ini didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponenkomponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian . Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan siswa. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting dalam menemukan konsep sains. Siswa dapat membangun gagasan baru sewaktu mereka berinteraksi dengan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun gagasan baru. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Kemampuan yang dikembangkan dalam pembelajaran
menggunakan
keterampilan proses sains meliputi : (a) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (b) kemampuan untuk memprediksi kemampuan untuk menguji tindak lanjut
apa
hasil
yang
belum
terjadi,
eksperimen,
dan (c)
dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran keterampilan proses sains meliputi pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, kritis, tekun, ulet,
cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan,
memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains berorientasi pada peserta didik. Sehingga arah pembelajaran menjadi “bagaimana menyediakan dan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
memperkaya pengalaman belajar peserta didik”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif. Metode pendekatan saintifik yang berorientasi pada berfikir saintis dan berfikir kritis telah lazim digunakan untuk memaparkan keterampilas sains, dan dikenal dengan nama keterampilan proses sains. Metode ini dipopulerkan oleh sebuah proyek kurikulum yang dikenal sebagai Science – A Process Approach (SAPA) (Padilla: 1990). Keterampilan proses sains dalam SAPA didefinisikan sebagai seperangkat kemampuan saintis yang dapat diterapkan sesuai dengan berbagai disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku seorang ilmuwan. Sebagaimana dalam uraian sebelumnya bahwa keterampilan proses sains merupakan salah satu domain dalam pembelajaran fisika. SAPA membagi keterampilan proses sains (science process skills) menjadi dua yaitu keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). a. Keterampilan Dasar (Basic Skills) Keterampilan dasar dari keterampilan proses sains terdiri dari Mengamati (observing), mengklasifikasi (classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan (predicting), dan mengkomunikasikan (communicating). Keterampilan dasar tersebut terintegrasi serentak ketika ilmuwan merancang dan melaksanakan eksperimen atau dalam kehidupan sehari-hari ketika melakukan tes atau percobaan. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
1) Mengamati (observing) Mengamati adalah proses menyeluruh yang meliputi pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan panca indera. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin indera yang dimiliki, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai secara maksimal. 2) Mengklasifikasi (classifying) Mengklasifikasi atau mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. 3) Mengukur (measuring) Proses tambahan dari klasifikasi mengharuskan pada kasus-kasus tertentu untuk melakukan pengukuran secara mendetail. Ketika mengukur beberapa benda berarti membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil penggkuran berisi dua bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk memberitahu berapa banyak dengan rujukannya. 4) Menyimpulkan (inferring) Menyimpulkan
adalah
kegiatan melakukan commit to user
penjelasan atau tafsiran
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
(interpretasi) yang dibuat
berdasarkan
pengamatan. Ketika mampu
membuat kesimpulan, menafsirkan
dan menjelaskan
sekitar, dengan
telah
demikian
siswa
peristiwa-peristiwa di
memiliki apresiasi
yang
lebih
baik terhadap lingkungan di sekitar. 5) Meramalkan (predicting) Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Apabila siswa
dapat
menggunakan
pola-pola
hasil
pengamatannya
untuk
mengemukakan fenomena yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan. 6) Mengkomunikasikan (communicating) Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang bergandengan seiring dengan keseluruhan keterampilan proses sains. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, membagikan hasil percobaan berupa kesimpulan, maupun prediksi. Komunikasi harus jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah satu kunci
untuk
berkomunikasi efektif
rujukan (referensi).
commit to user
adalah
dengan
menggunakan
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b. Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills) Keterampilan terintegrasi dalam keterampilan proses sains berlandaskan kepada enam keterampilan dasar yang telah diuraikan sebelumnya. Keterampilan terintegrasi terdiri dari: membuat model (making models), mendefinisikan secara operasional (defining operationally), mengumpulkan data (collecting data), menginterpretasikan data (interpreting data), mengidentifikasi dan mengontrol variabel
(identifying
and
controlling
variables),
merumuskan
hipotesis
(formulating hypotheses), melakukan percobaan (experimenting). Keterampilan terintegrasi pada hakekatnya merupakan keterampilanketerampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Mulai dari membuat model yaitu model percobaan yang akan dilakukan, kemudian mendefinisikan secara operasional variabel-variabel yang digunakan, selanjutnya melakukan pengumpulan data dan menginterpretasikan. Langkah ini diikuti dengan mengidentifikasi dan mengontrol variabel-variabel yang digunakan dalam percobaan. Kemampuan merumuskan hipotesis sangat diperlukan dalam percobaan untuk memberikan arah dalam percobaan. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya.
Dalam
tahapan
untuk
melakukan
percobaan,
keterampilan proses sains dasar dilakukan oleh praktikan. Keterampilan proses sains dalam pembelajaran diimplementasikan melalui pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses adalah proses commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan. Seperti yang diimplementasikan oleh SAPA (Science A Process Approach), pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatgn pembelajaran yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep apa yang akan dicapai, sedangkan pendekatan KPS justru menggunakan keterampilan proses untuk memahami konsep atau mempelajari konsep. Selain itu SAPA juga menuntut pengembanagan pendekatan yang dilakukan secara utuh yaitu dalam metode ilmiah selama pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah, bergantung metode pembelajaran yang digunakan. Dalam Nuryani (1995) menyatakan bahwa keterampilan proses terdiri dari sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan, masing-masing keterampilan tersebut yaitu:
1) Melakukan pengamatan
(observasi), 2) Menafsirkan pengamatan (interpretasi), 3) Mengelompokkan (klasifikasi), 4) Meramalkan (prediksi), 5) Berkomunikasi, 6) Berhipotesis, commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) Menerapkan konsep atau prinsip, 9) Mengajukan pertanyaan. Ketrampilan proses sains yang digunakan dalam pengembangan modul ini merupakan penggabungan dan modifikasi dari KPS menurut Nuryani dan yang terdapat dalam SAPA, sehingga diambil sembilan keterampilan proses sains, yaitu mengamati (observing), menafsirkan (interpreting), berhipotesis (hypothesized), mengklasifikasi menyimpulkan
(classifying), (inferring),
merencanakan
meramalkan
percobaan
(predicting),
(experimenting),
mengkomunikasikan
(communicating), dan menerapkan konsep atau prinsip (applying concept). Keterampilan Proses Sains merupakan keterampialan yang bebas konsep, artinya dalam melatihkan KPS tidak terikat akan konsep maupun sintaks dalam pembelajaran. Pada umumnya KPS dilatihkan dengan dua cara. Metode melatihkan KPS yaitu dilatihkan secara tidak langsung dan terintegrasi dalam pembelajaran, dengan model-model pembelajaran berbasis KPS. Cara kedua adalah dengan melatihkan KPS secara langsung satu persatu dimulai dari KPS yang paling dasar, setelah siswa benar-benar menguasai KPS yang dilatihkan dapat dilanjutkan dengan KPS berikutnya. Dengan cara ini siswa akan lebih fokus untuk menguasai KPS sehingga dapat menunjang pembelajaran saintis untuk materi-materi yang berbeda. Dalam modul ini KPS dilatihkan secara tersendiri lepas dari sintaks pembelajaran. KPS dilatihkan satu persatu dengan materi kinematika sebagai commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
pendamping dalam pembelajaran. Dengan demikian memudahkan siswa untuk belajar masing-masing KPS untuk menunjang pembelajaran kinematika maupun materi lain.
3.
Modul a. Pengertian Modul Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi
yang
diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Depdiknas, 2007). Suatu modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep dari pada bahan pelajaran. Pengajaran modul itu merupakan usaha penyelenggaraan pengajaran individual yang
memungkinkan siswa menguasai
satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya. Modul itu disajikan dalam
bentuk yang bersifat self instructional. Masing-
masing siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran
yang
berisi
materi,
metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Modul disusun dengan memperhatikan bahwa sebagian anak belajar lebih cepat dari pada
anak-anak
lainnya,
karena
mereka
berbeda
dalam
kemampuan intelektual dan fisiknya dari teman-temannya, serta dikarenakan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
lingkungan sosial, ekonomi, dan pendidikan keluarganya sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan adanya modul tersebut, diharapkan dalam pembelajaran di sekolah tidak menghambat siswa-siswa yang cepat dalam belajarnya. Dengan demikian memungkinkan para siswa maju berkelanjutan dalam
belajarnya sesuai dengan kemampuan, irama, dan gaya belajarnya
masing-masing. b. Tujuan Penulisan Modul Adapun tujuan penulisan modul (Depdiknas, 2007) adalah: 1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal. 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru. 3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti: a) meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa; b) mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya; c) memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya; d) memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
c. Karakteristik Modul Agar
menghasilkan
modul
yang
mampu
meningkatkan
motivasi
penggunanya, maka modul harus mencakup karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Dengan demikian pengembangan modul harus memasukkan karakteristik sebagai berikut (Depdiknas, 2003:6): 1) Self Instructional Self Instructional
yaitu melalui modul siswa mampu membelajarkan diri
sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Sesuai dengan tujuan modul adalah agar siswa mampu belajar mandiri. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka modul harus: a) terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara; b) terdapat materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unitunit/kegiatan spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara tuntas; c) tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan siswa memberikan respon dan mengukur penguasaannya; e) kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa; commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
f)
menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g) terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) terdapat instrumen penilaian (assessment), yang memungkinkan siswa melakukan self assessment; i)
terdapat instrumen yang dapat digunakan menetapkan tingkat penguasaan materi untuk menetapkan kegiatan belajar selanjutnya;
j)
terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi;
k) tersedia informasi tentang rujukan/pembelajaran/referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud. 2) Self Contained Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan
dari
konsep
ini
adalah
memberikan
kesempatan siswa
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu kompetensi/subkompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi/subkompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. 3) Stand Alone Stand alone atau berdiri sendiri yaitu modul yang dikembangkan tidak commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
tergantung pada bahan ajar lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada
modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung
pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan tersebut, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri. 4) Adaptif Modul
hendaknya
memiliki
daya
adaptif
yang
tinggi
terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adapatif jika modul tersebut
dapat
menyesuaikan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi, serta fleksibel digunakan diberbagai tempat. Modul yang adaptif
adalah
jika
isi
materi
pembelajaran
dan
perangkat
dapat
friendly
atau
digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu. 5) User Friendly Modul
hendaknya
juga
memenuhi
bersahabat/akrab
dengan
pemakainya.
informasi
tampil
bersifat
yang
kaidah Setiap
membantu
user instruksi
dan
dan
paparan
bersahabat
dengan
pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk karakteristik modul user friendly.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
d. Penulisan Modul Modul pembelajaran harus mampumemerankan fungsi
dan peranannya
dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan mengikuti kaidah dan elemen yang mensyaratkannya.
Elemen-elemen
yang harus dipenuhi dalam menyusun modul antara lain (Depdiknas, 2003:8): 1) Konsistensi a) gunakan
bentuk
dan
huruf
secara
konsisten
dari
halaman
ke
halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi; b) gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antara judul dengan baris pertama, antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapi; c) gunakan tata letak dan pengetikan
yang konsisten, baik pola
pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan. 2) Format a) gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi, hendaknya jarak dan b) gunakan
format
perbandingan antar
kertas
(vertikal
atau
kolom proporsional; horisontal)
yang
tepat.
Penggunaan kertas secara vertical atau horizontal harus memperhatikan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
tata letak dan format pengetikan; c) gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap yang bertujuan untuk menekankan
pada
hal-hal
yang
dianggap
penting
atau khusus.
Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya. 3) Organisasi a) tampilkan peta/bagian yang menggambarkan cakupan materi yang akan dibahas dalam modul; b) organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis,
sehingga
memudahkan
siswa
memahami
materi
pembelajaran; c) susun dan tempatkan naskah, gambar, dan ilustrasi sedemikian rupa sehingga informasi mudah mengerti oleh siswa; d) organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraf dengan susunan dan alur yang memudahkan siswa memahaminya; e) organisasikan antara judul, sub bab dan uraian yang mudah ditulis oleh siswa. 4) Daya tarik Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti: a) bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi; b) bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna; c) tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa. 5) Bentuk dan Ukuran Huruf a) gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum siswa; b) gunakan perbandingan huruf yang proporsional antara judul, sub judul dan isi naskah; c) hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit. 6) Ruang (spasi kosong) Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada siswa. Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara proporsional. Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa tempat seperti: a) Ruang sekitar judul bab dan sub bab b) Batas tepi (margin), batas tepi yang luas memaksa perhatian siswa untuk masuk ke tengah-tengah halaman. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
c) Pergantian antara paragraf dan dimulai dengan huruf kapital. d)
Pergantian antar bab atau bagian.
e. Bagian-bagian Modul Menurut Cece Wijaya (1992:99) bagian-bagian modul yang umum dikembangkan adalah sebagai berikut: 1) Petunjuk untuk guru 2) Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. 3) Penjelasan tentang cara menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efisien. 4) Penjelasan tentang materi pelajaran yang akan disajikan dan strategi belajarnya. 5) Waktu yang disediakan untuk mempelajari materi modul. 6) Alat-alat dan bahan pelajaran serta sumber-sumber yang harus digunakan, dan prosedur penilaian, jenis, cara/alat, dan materi penilaian. 7) Kegiatan siswa a)
Pendahuluan. Pada bagian ini dicantumkan jadwal modul lainnya dan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan siswa. Disamping itu, memuat tujuan yang dicapai dan materi yang akan dipelajari oleh siswa.
b) Petunjuk belajar. Pada bagian ini, akan diuraikan apa-apa atau urutan langkah yang harus dikerjakan siswa dalam menggunakan modul. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
c)
Kegiatan belajar. Pada bagian ini, terdiri dari beberapa kegiatan masing-masing kegiatan memuat tujuan yang akan dicapai. Materi pokok yang akan dipelajari dan uraian materinya. Pada akhir uraian materi pelajaran, disajikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan maupun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari. Tugas-tugas ini, diberikan agar siswa dapat menilai hasil belajarnya sendiri.
d) Kunci tugas. Kunci tugas disediakan pada akhir kegiatan siswa dengan harapan agar siswa dapat dengan segera mengetahui apakah tugas-tugas yang dikerjakannya benar. 8) Tes akhir modul Setiap modul dilengkapi dengan tes akhir modul. Dari hasil tes siswa, guru dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan telah tercapai atau belum. Cakupan tes akhir modul antara lain dapat mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik 9) Kunci tes akhir modul Kunci tes disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kunci tes ini, hanya dipegang oleh guru yang senantiasa dijaga kerahasiaannya.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
f. Kekurangan dan Kelebihan Modul Pembelajaran menggunakan modul lebih menekankan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut : a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama. b) Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum
matang pada
khususnya. c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan. Utomo (1991:72), juga mengungkapkan beberapa hal memberatkan belajar dengan menggunakan modul, yaitu:
yang
1) Kegiatan
belajar memerlukan organisasi yang baik, 2) Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin Berdasar pendapat di atas ternyata pembelajaran menggunakan modul memiliki kelemahan-kelemahan mendasar yang harus dapat diatasi oleh guru sebagai sutradara dalam pembelajaran, agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Belajar menggunakan modul juga sangat banyak manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien. Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain: a) Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya. b) Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil. c) Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya. d) Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester. e) Pendidikan lebih berdaya guna.
g. Modul Latihan Keterampilan Proses Sains Modul latihan keterampilan proses sains adalah modul yang mencakup keseluruhan keterampilan proses sains, dalam hal ini mengacu kepada keterampilan proses terintegrasi yang dikemukakan SAPA (Padilla: 1990) dan Nuryani (1995) yang mencakup sembilan keterampilan proses sains. Modul yang dikembangkan berisi materi kinematika gerak yang penyajiannya melatihkan siswa untuk menguasai keterampilan proses terintegrasi maupun keterampilan proses sains dasar. Kemudian pada akhir materi terdapat lembar kegiatan siswa untuk mengimplementasikan materi dan keterampilan proses sains yang telah dipelajari. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
4. Kinematika Gerak a. Pengantar Kinematika Gerak Kinematika gerak merupakan ilmu dari fisika klasik yang sudah ada sejak jaman dahulu. Berbagai penelitian telah dilakukan diantaranya Aristoteles yang merupakan salah satu filsuf dan ilmuwan terbesar Yunani. Ia kemudian menjelaskan fenomena gerak dengan membuat klasifikasi. Aristoteles membagi gerakan dalam dua tipe: gerakan alami dan gerakan gangguan. Gerakan alami diduga berasal dari sifat benda. Dalam pandangan Aristoteles, setiap benda dalam alam semesta memiliki tempat tertentu, yang ditentukan oleh sifat ini. Setiap benda yang tidak berada dalam tempat seharusnya akan bergerak untuk pergi ke tempat tersebut. Benda berada di bumi, benda terbuat dari tanah liat akan jatuh ke tanah. Benda yang terbuat dari udara seperti asap akan naik ke atas. Benda yang terbuat dari campuran tanah dan udara namun didominasi bumi, seperti bulu akan jatuh ke tanah namun tidak secepat benda yang terbuat dari tanah liat. Benda yang lebih besar akan bergerak lebih cepat. Karena itu, benda dipercayai jatuh dengan kecepatan proporsional dengan berat. Makin berat sebuah benda, makin cepat benda akan jatuh ke tanah. Gerakan alami dapat bergerak lurus ke atas atau ke bawah. Gerakan gangguan, ditimbulkan dari gaya mendorong atau menarik. Seseorang mendorong sebuah kereta atau mengangkat sebuah benda commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
mengakibatkan gerakan. Angin menimbulkan gerakan terhadap kapal laut. Hal mendasar tentang gerakan gangguan adalah disebabkan oleh penyebab luar dan diberikan kepada benda. Benda bergerak bukan karena dirinya, tetapi karena didorong atau ditarik. Kemudian muncul teori Copernicus, tentang pergerakan bumi mengelilingi matahari, dan dilanjutkan oleh penelitian Galileo. Hipotesis benda jatuh Aristoteles dengan mudah digugurkan oleh Galileo. Ia melakukan percobaan dengan menjatuhkan benda dengan beragam berat dari puncak menara miring di Pisa dan membandingkan waktu jatuhnya. Berlawanan dengan Aristoteles, ia menemukan batu yang beratnya dua kali lipat dibanding batu yang lain tidak jatuh lebih cepat dua kali lipat. Kecuali akibat gaya gesek dengan udara. Galileo kemudian menemukan bahwa benda dengan berat beragam, ketika dilepaskan pada waktu yang bersamaan, jatuh bersama dan menyentuh tanah pada waktu yang bersamaan. Dari teori-teori tentang gerak inilah akhirnya memunculkan kemungkinan Newton untuk menjelaskan tentang pergerakan alam semesta berdasarkan fisika klasik. Dalam perkembangannya gerak dibedakan menjadi dua, yaitu kinematika dan dinamika. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana gerak dapat terjadi tanpa memperdulikan penyebab terjadinya gerak tersebut. Sedangkan dinamika adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak dan gaya penyebabnya. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
b. Kinematika gerak lurus Dalam materi gerak lurus materi yang disampaikan, dapat disajikan dalam peta konsep berikut: GERAK LURUS dapat berupa
dapat berupa
GLB
GLBB
ciri
ciri Percepatan Tetap
Kecepatan Tetap
dapat berupa Gerak Dipercepat
Gerak Diperlambat
Gambar 2.1 : Peta konsep materi gerak lurus
Gerak lurus adalah kondisi suatu benda berpindah menjauhi posisi titik acuan dengan lintasan lurus. Titik acuan adalah suatu titik untuk memulai pengukuran perubahan kedudukan benda. Adapun lintasan adalah titik-titik yang dilalui oleh suatu benda ketika bergerak. Suatu benda melakukan gerak, bila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik asalnya (titik acuan). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika lintasannya berbentuk garis lurus. Misalnya gerak jatuh bebas dan gerak mobil di jalan. Gerak lurus yang dibahas ada dua macam yaitu : a. Gerak lurus beraturan (disingkat GLB) b. Gerak lurus berubah beraturan (disingkat GLBB) commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Gambar 2.2 : Perubahan posisi benda
1) Jarak dan perpindahan Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu materi (zat). Sedangkan perpindahan ialah perubahan posisi suatu benda yang dihitung dari posisi awal. Jarak tidak mempersoalkan ke arah mana benda bergerak, sebaliknya perpindahan tidak mempersoalkan lintasan suatu benda yang bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan kedudukan, awal dan akhir benda itu. Jarak adalah besaran skalar, sedangkan perpindahan adalah vektor. Dua benda dapat saja menempuh jarak (panjang lintasan) yang sama namun mengalami perpindahan yang berbeda. Ketika berpindah dari posisi awal xi ke posisi akhir xf, perpindahan partikel didapat dengan xi - xf. . Digunakan simbol delta (∆) untuk menyatakan perubahan besaran. Sehingga perpindahan partikel dapat ditulis Δx = xi - xf.
…………………………………………………………… (2.1)
Besaran x menyatakan posisi benda relatif terhadap titik tetap yang dipilih sebagai titik acuan atau titik pusat koordinta. Pada titik pusat koordinat nila x=0. Untuk perjanjian, jika benda berada di sebelah kanan titik pusat koordinat maka nilai x positif, sebaliknya jika benda berada di sebelah kiri commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
titik pusat koordinat nilai x negatif. Berdasarkan persamaan 2.1 Δx berharga positif jika xf lebih besar daripada xi, begitu pula sebaliknya. Dikarenakan perpindahan bergantung pada arah geraknya, maka perpindahan bisa positif atau negatif. Perpindahan positif jika arah gerak ke kanan, dan Perpindahan negatif jika arah gerak ke kiri. 2) Kecepatan dan kelajuan Kecepatan rata-rata ( ̅ ) sebuah partikel didefinisikan sebagai
perpindahan partikel Δx dibagi selang waktu Δt selama perpindahan tersebut terjadi =
∆
∆
…………………………………. (2.2)
Kecepatan rata-rata partikel yang bergerak dalam satu dimensi dapat bernilai positif atau negatif, bergantung kepada tanda perpindahannya (perhatikan persamaan 2.1) akan tetapi selang waktu Δt selalu bernilai positif. Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan dan kecepatan memiliki arti yang sama. Namun, dalam fisika terdapat perbedaan di antara keduanya. Sebagai contoh seorang pelari marathon yang berlari lebih dari 40 km, namun selesai pada tiitk kedudukan awal. Perpindahan totalnya nol, sehingga kecepatan rata-ratanya nol. Tetapi apabila kita hitung seberapa cepat dia berlari, maka bisa didapatkan rasio yang sedikit berbeda. Kelajuan rata-rata
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
partikel, sebuah besaran skalar, didefinisikan sebagai jarak tempuh total dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Kelajuan rata-rata =
………..(2.3)
Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan maupun kecepatan senantiasa berubah-ubah karena berbagai sebab. Misalnya jalanan yang tidak rata. Oleh karenanya
dapat diartikan bahwa
kelajuan dan kecepatan pada dua
persamaan di atas sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata. 3) Kecepatan dan kelajuan sesaat Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi per satuan waktu. Kecepatan dari suatu gerak partikel dapat juga diketahui pada saat selang waktu tertentu saja. Misalnya sebuah partikel bergerak selama sepuluh detik, maka dapat juga diukur kecepatan pada saat detik ke 0 sampai detik ke 5 saja. Kecepatan ini disebut kecepatan sesaat, dengan kata lain kecepatan sesaat vx sebanding dengan limit rasio Δx/ Δt seiring Δt mendekati nol.
Gambar 2.3: Grafik kecepatan sesaat (Resnick: 2011)
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Secara grafis kecepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai gradient garis singgung dari kurva posisi (x) dan waktu (t) pada nilai t yang diinginkan. Grafik pada gambar 2.3 menunjukkan bahwa kecepatan sesaat pada posisi A didefinisikan dari gradien garis singgung kurva x(t) di titik A.
= lim ∆ →
∆ ∆
………………………. (2.4)
Dengan demikian kecepatan sesaat di titik A sebesar
=
= ~ , hal ini
berarti pada titik A benda masih dalam keadaan diam sehingga nilai kecepatan sesaat tidak terdefinisikan. Kecepatan sesaat pada titik B adalah
=
=
5, dengan demikian kecepatan sesaat di titik B adalah 5 m/s. Kecepatan sesaat ini bisa bernilai positif maupun negatif bergantung arah gerakannya. Gerak benda dari A ke B pada grafik 2.1 menunjukkan kecepatan bernilai positif dikarenakan ∆
berharga positif. Sedangkan gerak dari B ke C sampai F
kecepatan bernilai negatif dikarenakan ∆ berharga negatif.
Kelajuan sesaat didefinisikan sebagai besarnya kecepatan sesaat.
Seperti kelajuan rata-rata, kelajuan sesaat tidak memiliki arah, sehingga tidak mempunyai tanda di depan besaran nilainya. 4) Percepatan Percepatan rata-rata
x
didefinisikan sebagai perubahan kecepatan Δvx
dibagi selang waktu Δt perubahan tersebut terjadi: commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
x=
∆
……………………………………………(2.5)
=
∆
Perubahan kecepatan didapatkan dari selisih kecepatan akhir kecepatan awal pengukuran
dengan
. Selang waktu Δt didapatkan dari selisih waktu akhir awal
dengan waktu awal pengukuran .
Percepatan sesaat sama dengan turunan kecepatan terhadap waktu, yang menurut definisi berarti kemiringan grafik kecepatan-waktu.
ax = lim∆ →0
∆
∆
=
………………………………………(2.6)
percepatan dapat bernilai positif dan negatif. Percepatan bernilai positif artinya
gerak
benda
mengalami
pertambahan
kecepatan
sehingga
kecepatannya semakin besar. Sedangkan percepatan bernilai negatif artinya gerak benda diperlambat sehingga kecepatannya semakin kecil bahkan berhenti, contoh pada gerak mobil yang di rem. Secara grafis percepatan sesaat juga dapat didefinisikan sebagai gradient garis singgung dari kurva kecepatan (v) dan waktu (t) pada nilai t yang diinginkan seperti pada gambar grafik 2.3
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Gambar 2.4: Grafik percepatan sesaat (Resnick: 2011)
Gradien garis singgung gambar grafik 2.4 didapatkan dari perbandingan perubahan kecepatan ∆
dengan perubahan waktu ∆ , sehingga didapatkan
persamaan percepatan sesaat seperti persamaan 2.6 5) Gerak lurus beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus dengan kecepatan tetap. v (m/s) 3
1
2
3
4
Gambar 2.5 : Grafik GLB
5
t (s)
Pada grafik 2.3 menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh (t) suatu benda yang bergerak lurus. Berdasarkan grafik tersebut kecepatan benda selalu tetap. Ditinjau dari gerak tiap detik, pada detik pertama kecepatanya 3 m/s, pada detik kedua kecepatannya 3 m/s dan seterusnya dari waktu ke waktu yakni tetap sebesar 3 m/s. Jarak total yang ditempuh benda
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
dapat dihitung dari luas daerah di bawah kurva grafik v-t. Cara lain menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan persamaan GLB.
= …………………………………………(2.7)
Persamaan 2.7 menyatakan hubungan antara v, s. dan t dimana v adalah kecepatan gerak benda sedangkan t adalah waktu tempuh selama benda bergerak. Selain grafik v - t di atas, pada gerak lurus terdapat juga grafik s-t, yakni grafik yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu tempuh (t) seperti grafik pada gambar grafik 2.6
Gambar 2.6 : Grafik s-t untuk GLB
Pada saat t = 0 s, jarak yang ditempuh oleh benda s = 0, pada saat t = 1 s, jarak yang ditempuh oleh benda s = 2 m, pada saat t = 2 s, jarak s = 4 m, pada saat t = 3 s, jarak s = 6 s dan seterusnya. Berdasarkan data tersebut dapat dapat dianalisis dengan persamaan 2.7 sehingga diperoleh data kecepatan pada tabel 2.1
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 2.1 Analisis Kecepatan pada GLB
Waktu (t) 1s 2s 3s 4s
Jarak (s) 2m 4m 6m 8m
Kecepatan (v) 2 m/s 2 m/s 2 m/s 2 m/s
Selain menggunakan metode persamaan 2.7 kecepatan juga dapat diturunkan dari gradien kemiringan garis pada grafik 2.4. Gradien garis tan =
∆
∆
, tan
tak lain adalah kecepatan gerak benda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa benda yang diwakili oleh grafik s-t pada gambar 2.4 di atas, bergerak dengan kecepatan tetap 2 m/s. 6) Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat. Dengan kata lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB juga dapat berarti bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lambat hingga akhirnya berhenti. Dalam hal ini benda mengalami percepatan negatif. Hubungan antara besaran-besaran x, v, a, dan t pada gerak satu dimensi, dalam hal ini asesaat = arata-rata = konstan = a, dapat diturunkan secara pendekatan dari persamaan 2.5 yaitu: commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
∆ = ∆
=
=
sehingga
+a.t ………………………………………….. (2.8)
v=
selain itu berdasarkan persamaan 2.4 vrata-rata = pihak juga vrata-rata =
=
didapatkan
−
. Jika
.
=
=
=
atau
. +
=
+
(
∆
∆
=
dan di lain
kedua persamaan untuk vrata-rata ini digabungkan
, sehingga
.
=
. )
diperoleh .
………………………………… (2.9)
. +
…………………………..(2.10)
Persamaan GLBB dengan perhitungan yang tidak mengandung variabel t dapat diturunkan dari persamaan 2.8 diperoleh =
(
)
, dengan
mensubstitusi ke persamaan 2.10 diperoleh
=
+
Diperoleh
−
+
=2 ( −
) ……………..(2.11)
Perhitungan GLBB lebih sederhana apabila disajikan dengan metode grafik gerak. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49 v(m/s) vt
vo
∆ t(s)
Gambar 2.7 : Grafik v-t untuk GLB dipercepat
Gambar grafik 2.7 memperlihatkan gerak benda dengan kecepatan yang berubah dari v0 menjadi vt dalam selang waktu 0 detik sampai t detik. Perubahan kecepatan didapatkan dari v t-v0 yang berharga positif, dan selang waktu adalah t. Dengan demikian grafik 2.5 merupakan GLBB dipercepat dengan nilai kecepatan berubah semakin besar seiring bertambahnya waktu. Nilai percepatan diperoleh dari gradien grafik v-t
B. Penilitian yang relevan 1. Penelitian Gina Hanifah Rahmi (2013), bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran dengan bantuan buku ajar yang dikembangkan serta mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan.
Hasil dari penelitian ini
adalah didapatkannya peningkatan n-gain siswa setelah melakukan pembelajaran berbantuan buku ajar yang dikembangkan sebesar 0,33. Peningkatan keterampilan proses sains dasar lebih besar dibandingkan dengan keterampilan proses sains terpadu. Tanggapan guru dan siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan sangat positif. Dengan demikian commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
penggunaan buku ajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada materi pokok optik yang dikembangkan oleh Gina hanifah ini mendasari penulis untuk mengembangkan modul dengan materi pokok yang berbeda dan dipilihlah materi kinematika gerak karena materi ini memerlukan KPS dalam setiap sub bahasannya. 2. Penelitian oleh Haryono (2006), bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains guna meningkatkan kemampuan proses sains dan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan yaitu merupakan model dalam proses pembelajaran yang menterjemahkan keterampilan proses sains ke dalam rangkaian proses pembelajaran di kelas dan dikembangkan secara terintegrasi dengan pembelajaran yang berpola deduktif. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara signifikan efektif untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa dari 46,08% menjadi 67,27%.
Penelitian ini sebagai pendukung bahwa untuk meningkatkan
keterampilan proses sains juga tidak lepas dari model pembelajaran yang digunakan, sehingga dalam penelitian pengembangan yang dilakukan penulis harus disusun model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan KPS siswa. 3. Penelitian oleh Muhfahroyin (2009), bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran biologi kelas X SMA Kartikatama Metro melalui penerapan model pembelajaran PBL. Penelitian commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri datri dua siklus. Pada siklus kedua keterampilan proses sains siswa meningkat sebesar 17,48% dari siklus sebelumnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Dengan demikian model pembelajaran yang dapat digunakan dalam penelitian
pengembangan
yang
dilakukan
penulis
salah
satunya
menggunakan model pembelajaran PBL. 4. Penelitian oleh Raose Amnah Abd Rauf, et all (2013), bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan pembelajaran sains pada kelas sains di dua Smart School di Malaysia dapat menanamkan keterampilan proses sains serta mengidentifikasi keterampilan proses sains manakah yang dapat ditanamkan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar sains yang menggunakan berbagai pendekatan pengajaran dalam satu pelajaran memiliki keuntungan tambahan dalam hal memberikan kesempatan bagi penanaman keterampilan proses sains tersebut. Model pembelajaran yang bervariatif dapat digunakan agar proses melatihkan KPS dapat lebih optimal sesuai dengan KPS yang sedang dilatihkan. 5. Penelitian
oleh
Dilek
Zeren
Ozer
dan
Muhlis
Ozkan
(2011),
mengembangkan instrument penilaian yang merupakan instrument tes keterampilan proses sains dan terdiri dari pertanyaan bersifat open ended yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda, serta instrumen penilaian yang lain berupa penilaian presentasi proyek. Dari hasil penelitian disimpulkan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
bahwa metode pembelajaran berbasis proyek lebih efektif untuk memberikan penilaian terhadap keterampilan proses sains. Berdasarkan kesimpulan dalam peleitian tersebut, salah satu metode dalam melatihkan KPS yang dapat digunakan penulis sebagai acuan adalah model pembelajarn berbasis proyek. 6. Penelitian oleh Audrey N. Tomera (1974). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana
keterampilan
proses
sains
mengamati
dan
membandingkan digunakan dalam konten materi yang berbeda dari matei ketika keterampilan proses tersebut dilatihkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dasar dapat diajarkan dan ketika telah dipelajari, dapat menunjang siswa untuk belajar dengan menerapkannya pada situasi atau materi yang baru. Dengan demikian penting adanya penanaman KPS terhadap siswa untuk menumbuhkan jiwa saintis dan menunjang pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran memiliki
arti
fisika dengan keterampilan proses sains di
penting
SMA/MA
dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut
disebabkan karena akan memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa. Siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan mereka
pahami
serta
memanfaatkannya
konsep
lain
yang
untuk memecahkan masalah yang
mereka hadapi dalam kehidupannya. Dalam kehidupan commit to user
sehari-hari,
mereka
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat objek atau peristiwa yang ada memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran. Berdasarkan wawancara dengan siswa SMAN 2 Ponorogo, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas nyatanya belum utuh sehingga orientasi tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar belum maksimal. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan sains sebagai produk dan siswa menghafal mempelajari dibiasakan
sains untuk
pada
informasi
faktual.
Siswa
belum mahir
domain kognitif yang tinggi. Siswa belum
mengembangkan
potensi berpikirnya. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas belajar secara mandiri. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas yang terlalu banyak. Dalam kenyataan, memang tidak banyak siswa yang menyukai kajian sains karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena mereka tidak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran sains di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif. Dari uraian di atas tampak betapa pentingnya pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses khususnya di SMA Negeri 2 Ponorogo yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses akan memberikan pengalaman pengalaman belajar kepada siswa secara commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
menyeluruh. Dalam pembelajaran fisika tersebut dilatihkan keterampilanketerampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran, pengelompokan, berkomunikasi, menarik kesimpulan, dan memberikan prediksi. Keenam hal tersebut adalah beberapa aspek keterampilan proses sains. Pengembangan modul yang dapat melatihkan keterampilan proses sains diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada siswa tentang keterampilan proses sains secara utuh tanpa terkendalan adanya keterbatasan waktu, sarana, dan lingkungan belajar yang tidak mendukung. Dengan adanya modul fisika berbasis keterampilan proses, diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan dari tujuan pembelajaran fisika itu sendiri. Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan modul fisika latihan keterampilan proses sains, dengan model pengembangan 4-D yang memiliki tahapan Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasi menjadi model 4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Tahap pertama adalah pendefinisian yang bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran meliputi analisis Kurikulum 2013 mata pelajaran fisika SMA, materi kinematika gerak, kompetensi yang harus dicapai siswa, silabus kinematika gerak, dan pembelajaran berbasis keterampilan prose sains. Tahap kedua adalah perancangan, dilakukan kegiatan merancang perangkat pembelajaran dan modul yang berbasis keterampilan proses sains. Tahap selanjutnya merupakan pengembangan modul commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
pembelajaran yang meliputi pengujian, evaluasi, dan revisi produk. Perangkat serta modul pembelajaran akan dievaluasi dengan divalidasi oleh ahli dalam bidangnya dan guru. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan modul yang dikembangkan. Langkahnya adalah melakukan revisi apabila pada kegiatan evaluasi masih ditemukan hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya adalah tahap implementasi dan penyebaran. Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan uji coba lapangan terhadap produk yang dihasilkan. Uji coba berupa pembelajaran di kelas yang akan menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kelayakan modul yang dihasilkan, mengetahui respon siswa terhadap modul latihan keterampilan proses sains, dan mengetahui pengaruh dari modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains dengan materi kinematika gerak terhadap hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 2 Ponorogo.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini
merupakan penelitian dan pengembangan (Research and
Development / R&D) yang bertujuan untuk mengembangkan modul latihan keterampilan proses sains untuk SMA/MA kelas X pada materi kinematika gerak dan mengetahui kualitas modul yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa berupa peningkatan keterampilan proses sains yang dimiliki. Model yang digunakan untuk dasar pengembangan modul latihan keterampilan proses ini merupakan hasil adaptasi dari pengembangan perangkat model 4-D (four-D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan (1974: 5). B. Prosedur Pengembangan Prosedur
dalam
penelitian
ini
mengadaptasi
pada
pengembangan
perangkat model 4-D (four D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate Perancangan,
atau diadaptasikan menjadi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Pengembangan,
dan
Penyebaran.
Pengembangan
perangkat
pembelajaran menggunakan model 4-D dengan berdasarkan kelebihan berikut: 1. Perangkat pembelajaran model 4-D lebih runtun, 2. Adanya tahap validasi dan uji coba menjadikan draf yang dihasilkan lebih sempurna.
commit to user 56
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Pra Penelitian Analisis Siswa, Kurikulum, dan Materi
Pendefinisian
Tujuan Pembelajaran
Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul Draft I
Desain Awal Modul Perencanaan Dosen Pembimbing
Ahli Media
Peer Review
Revisi I
Pengembangan
Draft II
Uji Coba Kecil
Draft III
Revisi II
Analisis Hasil
Uji Coba di Kelas
Revisi III
Modul Latihan Keterampilan Proses Sains Penyebaran
Penggunaan Modul di kelas lain, sekolah lain, guru yang lain, dan penyebaran sosialisasi melalui MGMP commit to user
Gambar 3.1. Desain Penilaian Produk Modul Pembelajaran Fisika (diadaptasi dari Muslimin, 2003: 6)
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
1. Tahap Pendefinisian (Define) Pendefinisian
bertujuan
kebutuhan- kebutuhan
di
untuk dalam
menetapkan proses
dan
mendefinisikan
pembelajaran.
Di
dalam
menetapkan kebutuhan pembelajaran hal yang perlu diperhatikan antara lain
mengenai
kesesuaian kebutuhan pembelajaran dengan kurikulum
yang berlaku, tingkat atau tahap perkembangan siswa, dan kondisi sekolah. 2.
Tahap Perancangan (Design) Pada tahap ini dilakukan perancangan prototipe perangkat
pembelajaran berupa modul. Tahap perancangan ini terdiri dari: a. Pemilihan Format Pemilihan
format
disesuaikan
dengan
format
kriteria
modul
yang diadaptasi dari format kriteria buku yang dikeluarkan oleh BSNP. b. Desain Awal Modul Dalam penyusunan awal draf modul akan dihasilkan draf modul I dengan sekurang-kurangnya mencakup di dalamnya, yaitu: 1) Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul. 2) Kompetensi atau sub kompetensi yang
akan
dicapai
setelah
mempelajari modul. 3) Tujuan terdiri dari tujuan akhir dan tujuan antara yang akan dicapai siswa setelah mempelajari modul. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
4) Materi yang berisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Di dalam materi terdapat aktivitas laboratorium untuk mendukung kinerja ilmiah siswa. 5) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk mempelajari modul. 6) Soal-soal, latihan dan atau tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa. 7) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan siswa dalam menguasai modul. 8) Kunci jawaban dari soal, latihan, dan atau pengujian. 3. Tahap Pengembangan (Develop) Tahap
pengembangan
ini
bertujuan
untuk
menghasilkan
modul
pembelajaran sains yang sudah direvisi berdasarkan masukan para ahli dan hasil uji coba ke siswa. a. Validasi perangkat diikuti dengan revisi Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan saran yaitu untuk mengetahui kebenaran isi dan format serta keterlaksanaan draf modul
I bagi peningkatan bahan pembelajaran melalui kegiatan
validasi modul yang telah dihasilkan pada tahap perancangan. Dalam hal ini, proses validasi dilibatkan validator yaitu: ahli, commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
teman sejawat, dan guru. Validasi ahli meliputi
ahli
modul /
media dan ahli pembelajaran sains, keduanya untuk mengetahui kebenaran isi dan format modul pembelajaran sains terpadu yang dikembangkan peneliti. Validasi dari teman sejawat yaitu validasi dari mahasiswa Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk mengetahui keterbacaan materi dan format. Sedangkan Validasi guru yaitu validasi dari guru khususnya guru fisika
SMAN
2
Ponorogo
untuk
mengetahui
kemungkinan
keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran sains terpadu yang telah dikembangkan Setelah draf modul I divalidasi dan direvisi, maka dihasilkan draf modul II. Draf Modul II selanjutnya akan di uji coba penggunaannya ke siswa. b. Uji coba dengan siswa Uji coba modul pembelajaran fisika dilakukan uji coba terbatas di SMAN 2 Ponorogo. Tujuan dari ujicoba ini adalah untuk mengoperasionalkan modul fisika latihan keterampilan proses sains. Hasil uji coba terbatas akan dijadikan sebagai masukan atau perbaikan untuk uji lapangan. 4. Tahap Penyebaran (Disseminate) Tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
telah dikembangkan dalam penelitian ini yaitu modul pembelajaran fisika , yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, guru yang lain, dan sebagainya. C. Uji Coba Produk 1.
Desain Uji Coba Desain uji coba diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan uji coba produk. Uji coba ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik secara langsung
dari
pengguna
kualitas
modul
yang
sedang
dikembangkan. Uji coba produk yang berupa modul pembelajaran Fisika ini yang telah divalidasi oleh ahli media, ahli materi, guru fisika, peer reviewer. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akan digunakan sebagai dasar melakukan revisi pada modul pembelajaran yang dihasilkan, sehingga untuk
menguji
pengaruh
modul dapat dinilai kelayakannya. Uji coba penggunaan
modul
sains terpadu
pada
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Experimental Design yang dikhususkan dengan desain control group pretest, post-test design. Suatu eksperimen selalu dilakukan dalam kondisi yang satu atau beberapa variabelnya dapat dikontrol. Hal ini berarti kontrol digunakan untuk kelompok atau individu yang tidak dikenai variabel eksperimen. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Dalam uji coba ini, digunakan subyek yang berbeda, yaitu kelas kontrol (pembelajaran fisika tanpa menggunakan modul fisika yang telah dikembangkan) dan kelas eksperimen (pembelajaran fisika menggunakan modul yang telah dikembangkan) Tabel 3.1: Skema Rancangan Pengambilan Data Uji Coba
Kelompok Kelompok Eksperimen I Kelompok Kontrol
Pre-test Y1
Perlakuan X1
Post-test Y2
Y1
-
Y2 (Prabowo, 1998 : 45)
Dari tabel rancangan pengambilan data untuk uji coba lapangan, maka ditentukan subyek pengambilan data adalah dua kelas. Kelas I sebagai kelompok eksperimen yaitu pembelajaran menggunakan modul latihan keetrampilan proses sains yang telah dikembangkan (perlakuan X1), sedangkan kelas II sebagai kelompok kontrol yang dilakukan pembelajaran tanpa menggunakan modul yang dikembangkan. Masing-masing kelas diuji kemampuan awalnya dengan pretest (Y1) dan pada akhir pembelajaran, masing-masing kelas dilakukan posttest dengan soal yang sama (Y2). 2. Subjek Penelitian Subjek uji coba dalam penelitian pengembangan ini terbagi menjadi dua, yaitu: commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
a) Untuk
menguji
kelayakan
modul
dilakukan
uji
coba
pada
kelompok terbatas yang terdiri dari 10 orang siswa SMAN 2 Ponorogo. b) Untuk mengetahui pengaruh modul yang dikembangkan terhadap prestasi belajar siswa digunakan uji coba lapangan pada siswa kelas X sebanyak dua kelas. Salah satu sebagai kelas eksperimen (kelas yang proses belajarnya menggunakan modul yang dikembangkan) yang berjumlah 32 orang dan kelas yang lain sebagai kelas kontrol yang proses belajarnya menggunakan buku teks fisika terpadu yang disediakan oleh sekolah,
yang berjumlah
32 orang. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling.
3. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data pimer yang diharapkan terkumpul dalam penelitian ini adalah
data
tentang
kelayakan
modul
pembelajaran
fisika
hasil
pengembangan. Data yang dikumpulkan berupa hasil validasi para ahli, teman sejawat, dan guru. Data tersebut meliputi skor penilaian dari aspek materi, aspek pembelajaran, dan aspek tampilan modul. Tanggapan subjek coba yang terhimpun melalui respon subjek coba terhadap modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
gerak juga merupakan data primer. Data lainnya berupa temuan tentang kelemahan dan kekurangan yang didapatkan dari komentar dan saran ahli, dan masukan/saran dari subyek uji coba. Sedangkan data sekunder yang diharapkan terkumpul adalah data perbedaan
yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa yang proses
belajarnya menggunakan modul yang dikembangkan dan siswa yang diajar dengan menggunakan buku teks yang disediakan oleh sekolah yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran. Data tersebut berupa tes, baik pretest maupun postest untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 4. Instrumen Pengumpul Data Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen berupa angket, soal tes, dan lembar observasi.
a) Angket Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang kelayakan modul pembelajaran sains terpadu hasil pengembangan ditinjau dari aspek materi dan aspek media. Angket tersebut diperuntukkan bagi ahli materi, ahli media, guru fisika, dan teman sejawat. Instrumen angket disusun dengan menggunakan skala Likert. Penyusunan angket telah dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada l ampiran 1, dan sebelum digunakan, angket telah divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Angket ini commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
juga digunakan untuk merekam respon siswa saat proses uji coba produk dilakukan. b) Soal tes Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes diberikan dua kali pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yaitu sebelum proses belajar berupa soal pretest dan setelah proses belajar berupa soal posttest. Dari hasil tes akan diketahui persentase siwa yang tuntas setelah belajar dengan menggunakan modul fisika terpadu bagi kelas eksperimen dan bagi kelas kontrol yang belajar menggunakan buku teks sains yang disediakan oleh sekolah. Tes hasil belajar yang digunakan berbentuk pilihan ganda karena tes pilihan ganda dapat mencakup seluruh materi pelajaran. Tes pilihan ganda yang digunakan adalah pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan jawaban dan disertai dengan kolom alasan untuk masing-masing jawaban. Hal ini digunakan untuk meminimalisir siswa menjawab dengan hanya menebak, maupun menjawab asal-asalan. c) Lembar Observasi Observasi
merupakan
suatu
cara
pengumpulan
data
dengan
pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti. Untuk itu digunakan lembar observasi, lembar observasi yang commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk meneliti kemampuan proses sains siswa pada proses pembelajaran. d) Lembar Validasi Lembar validasi digunakan untuk mengetahui tingkat validitas (keabsahan) modul yang telah dikembangkan. 5. Teknik Analisis Data Pengolahan
data
dalam
menggunakan analisis deskriptif
penelitian
ini
dilakukan
kuantitatif. Statistik ini
dengan berfungsi
memberikan, memaparkan atau menyajikan informasi sedemikian rupa hingga data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan oleh orang lain, meliputi: analisis kelayakan dan respon siswa, serta data hasil tes belajar. a. Analisis kelayakan modul oleh ahli, guru, teman sejawat dan respon siswa. Data yang terkumpul untuk menganalisis kelayakan modul yang dikembangkan berupa data dari angket dari ahli materi dan media, guru fisika, teman sejawat, dan respon dari siswa pada uji terbatas. Teknik analisis data untuk kelayakan modul, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. 1) Tabulasi semua data yang diperoleh dari para validator untuk setiap komponen, sub komponen dari butir penilaian yang tersedia dalam instrumen penilaian. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
2) Menghitung skor total rata-rata dari setiap komponen dengan menggunakan rumus:
=
∑
adalah skor rata-rata setiap komponen, yang dihitung dari jumlah skor yaitu ∑ untuk masing-masing komponen dibagi dengan jumlah penilai (n).
3) Mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria Untuk mengetahui kualitas modul hasil pengembangan baik dari aspek materi maupun aspek media, serta untuk mengetahui respon siswa terhadap modul, maka dari data yang mula-mula berupa skor, diubah menjadi data kualitatif (data interval) dengan skala empat (Khabibah, 2006). Tabel 3.2 Kriteria skor rata-rata menjadi nilai dengan kriteria No 1. 2. 3. 4.
Rentang skor 3,51-4,00 2,51-3,50 1,51-2,50 1,00-1,50
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
b. Analisis hasil belajar sains 1) Data pretest dan posttest 2) Data pretes dan postes peserta didik diuji
normalitas dan
homogenitasnya sebagai bentuk uji prasyarat analisis. Data yang digunakan berupa data rasio yang termasuk dalam data kuantitatif. Hasil dari uji prasyarat digunakan sebagai dasar analisis lebih lanjut terhadap nilai hasil belajar peserta didik. Seluruh pengujian dalam analisis menggunakan program SPSS Statistik versi 18. 3) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui pola sebaran kelompok data tes yang dihasilkan. Hasil uji kenormalan menggunakan hasil pada Kolmogorov-Smirnova. Pengujian diawali dengan memberikan hipotesis terhadap nilai signifikansi. Ho : data terdistribusi normal Ha : data tidak terdistribusi normal Jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (Sign. > 0,05) maka Ho diterima. 4) Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan dalam varians data. Hipotesis diberikan pada data yang dilihat variannya.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS)
[email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Ho : Varian data homogen Ha : Varian data tidak homogen Ketentuan uji yaitu Ho diterima jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari α = 0,05 (Sign. > 0,05). 5) Normalisasi Gain Score Normalisasi gain score adalah teknik analisis untuk mengetahui tingkat kenaikan hasil belajar siswa. Gain score (g) ternormalisasi menurut Hake (1998: 1) dapat dihitung dengan persamaan: <
>= Tabel 3.3 Kriteria Gain Ternormalisasi
Nilai
≥ 0,7 0,7 > ≥ 0,3 < 0,3
Kriteria Tinggi Sedang Rendah
6) Uji perbedaan rata-rata (uji –t) Uji-t dua pihak digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan modul berbasis keterampilan proses sains dengan siswa yang menggunakan modul biasa. Langkah-langkah yang digunakan dalam uji-t dua pihak, adalah:
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
i.
Menentukan hipotesis H0 : µ1 = µ2
: rata-rata nilai kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol
H1 : µ1 ≠ µ2
:
rata-rata nilai kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol
ii.
Menentukan taraf signifikan dengan α = 0,05.
iii.
Menghitung t dengan mengguakan software SPSS 18
iv.
Menentukan kriteria hipotesis Terima Ho jika -t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α). Dimana t(1-1/2α) di dapat dari daftar distribusi t dengan dk adalah (n 1 + n2 -2) dengan peluang (1-1/2α). Untuk harga-harga t lainnya Ho ditolak (Sudjana, 2005: 239).
v.
Menarik kesimpulan
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengembangan Deskripsi data hasil penelitian pengembangan disajikan untuk memaparkan penelitian pengambangan yang menghasilkan produk berupa modul fisika yang berupa modul latihan keterampilan proses sains pada materi pokok kinematika gerak. Modul ini mengacu pada pada silabus, RPP, dan kisi-kisi soal Kurikulum 2013 yang disusun sesuai indikator keterampilan proses sains yang dilatihkan. Data keterampilan proses sains siswa berupa tes hasil belajar dan observasi keterampilan proses sains yang didapatkan selama pembelajaran menggunakan modul latihan keterampilan proses sains yang telah dikembangkan. KD yang dijadikan dasar pengembangan adalah KD pada kelas X yaitu KD 2.1, KD 4.1 , dan KD 4.2 . Tahapan penelitian pengembangan modul latihan keterampilan proses sains mengikuti tahapan penelitian pengembangan Thiagarajan yang telah diadaptasi oleh Ibrahim (2001), yaitu tahapan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Data yang diperoleh dalam proses pengembangan modul latihan keterampilan proses sains berdasarkan tahapan 4D sebagai berikut. 1. Hasil Tahap Studi Pendahuluan (Define) a.
Studi Kepustakaan Pada tahap ini dilakukan analisis kebutuhan dan kurikulum 2013 sebagai dasar
dan langkah awal pengembangan modul latihan keterampilan proses sains pada commit to user 71
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
materi kinematika gerak. Langkah pertama adalah menentukan produk modul yang harus dikembangkan dengan mengkaji pustaka serta literatur terkait dengan keterampilan proses sains (KPS), Kurikulum 2013 yaitu Kompentensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terkait dengan materi kinematika gerak, bahan ajar yang digunakan, serta strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi kinematika gerak. Berdasarkan studi pustaka terkait dengan keterampilan proses sains terdapat beberapa acuan keterampilan proses sains, yaitu KPS yang dikembangkan SAPA (Science As A Process Approach)dan KPS menurut Nuryani Rustaman. Sehingga disusunlah komponen keterampilan proses sains berdasarkan keduanya yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan materi pokok yang terkait.Keterampilan Proses Sains (KPS) ini tidak terikat dengan model pembelajaran tertentu, tetapi dapat terintergrasi dalam beberapa model pembelajaran seperti model pembelajaran inkuiri, kooperatif, maupun model pembelajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian analisis kurikulum 2013, bahwa kurikulum 2013 terdiri atas Kompetensi Inti (KI) yang merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi Inti mencakup sikap keagamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4). Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (KI 3) dan penerapan pengetahuan (KI 4). commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Kurikulum 2013 menekankan kepada proses pembelajaran secara saintifik yang meliputi mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta (Kemendikbud: 2012). Hal tersebut sesuai dengan aspek komponen yang terdapat pada keterampilan proses sains (KPS).
b. Analisis Peserta Didik dan Survei Lapangan Analisis peserta didik diawali dengan menelaah kurikulum 2013 untuk menentukan materi pokok yang akan digunakan dalam melatihkan keterampilan proses sains. Selanjutnya berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada kurikulum 2013, didapatkan materi pokok kinematika gerak lurus yang terdapat pada kelas X semester I. Tahapan berikutnya dilakukan survey lapangan yang bertujuan untuk menggali pembelajaran fisika yang telah didapatkan peserta didik khususnya mengenai keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak. Survey lapangan meliputi kegiatan observasi dan wawancara dengan guru bidang studi fisika di SMAN 2 Ponorogo. Hasil wawancara terhadap 4 guru fisika di SMAN 2 Ponorogo diperoleh gambaran awal tentang proses kegiatan belajar mengajar terkait dengan keterampilan proses sains sebagai berikut: (1) pembelajaran sudah menggunakan beberapa media seperti modul LKS, video, dan alat peraga namun belum sepenuhnya berjalan sesuai perencanaan, (2) guru cenderung menggunakan metode pembelajaran langsung (direct instruction), kemudian dilanjutkan diskusi sehingga keterampilan proses sains tidak dilatihkan secara khusus, (3) belum adanya modul relevan yang commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains, (4) Siswa memiliki hasil belajar rata-rata baik, namun keterampilan-keterampilan saintifik seperti aktivitas di laboratorium sangat kurang, (5) Siswa belum memiliki wawasan keterampilan proses sains secara komprehensif. Kegiatan selanjutnya adalalah observasi yang diberikan kepada guru MGPM fisika SMA di Ponorogo untuk mengetahui proses pembelajaran materi kinematika gerak dan terkait kebutuhan modul yang menunjang latihan keterampilan proses sains. Observasi dilakukan dengan memberikan angket, dan hasilnya sebagai berikut (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1). Pada poin pertanyaan nomor satu semua guru 100% memiliki buku pegangan lain selain yang diberikan kepada siswa sehingga guru memiliki banyak referensi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Tidak dipungkiri bahwa buku pegangan tambahan sangat diperlukan oleh seorang guru. Pada poin pertanyaan nomor dua mengungkap bahwa tidak semua guru memiliki buku pegangan yang dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains 60% guru belum memiliki buku pegangan untuk melatihkan keterampilan proses sains, sisanya 40% telah memiliki, namun terbatas pada materi tertentu. Poin ketiga mengenai keterbatasan buku pegangan yang digunakan bapak / ibu guru pengajar sejumlah 50% merasa banyak keterbatasan pada buku pegangannya, sedangkan 50% yang lain merasa buku pegangan yang dimiliki sudah cukup baik.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Poin keempat mengungkap penggunaan media selain modul dalam pembelajaran yang dilakukan untuk melatihkan keterampilan proses sains. Sejumlah 60% guru telah menggunakan media selain modul, misalnya video dan alat peraga.Sedangkan 40% belum menggunakan bantuan media lain untuk melatihkan keterampilan proses sains. Poin kelima terdiri atas sub poin a, b, dan c yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan modul sebagai media untuk melatihkan keterampilan proses sains. Didapatkan data bahwa hanya 40% guru yang menggunakan media modul untuk melatihkan keterampilan proses sains. Sedangkan sisanya 60% menggunakan media lain seperti alat peraga, lembar kerja siswa yang disusun khusus untuk kegiatan di laboratorium. Modul yang digunakan oleh para guru sejumlah 50% tersebut bukanlah modul yang dikembangkan sendiri sehingga perlu adanya penyesuaian dengan karakteristik peserta didik. Poin keenam merupakan pertanyaan untuk menggali bapak/ibu guru responden menggunakan metode khusus untuk melatihkan keterampilan proses sains. Sejumlah 40% guru menggunakan metode khusus, sedangkan sisanya 60% diajarkan secara integratif maupun tidak langsung dalam pembelajaran. Pertanyaan pada poin ketujuh bertujuan untuk mengetahui bapak/ibu guru mengajak siswa melakukan percobaan untuk memahami dan dan melatihkan keterampilan proses sains. Didapatkan 70% guru mengajak siswanya untuk melakukan percobaan, sedangkan 30% guru menyatakan tidak mengajak siswa commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
melakukan percobaan, dikarenakan keterbatasan waktu dan sarana. Menurut UU No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung Dengan demikian pentingnya kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk mengembangkan potensi peserta didik yang terdiri dari ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dengan melibatkan siswa secara aktif maka keterampilan proses sains dapat dilatihkan dengan baik. Poin pertanyaan kedelapan bertujuan untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana seperti laboratorium dan perpustakaan dapat membantu dalam melatihkan keterampilan proses sains. Sebanyak 80% berpendapat bahwa ketersediaan sarana seperti laboratorium dan perpustakaan sangat membantu dalam melatihkan keterampilan proses sains. Sedangkan sebanayak 20%
berpendapat
sebaliknya. Ketersediaan sarana kurang bias membantu dikarena tidak dimanfaatkan secara maksimal. Ketersediaan alat praktikum atau kit praktikum dapat diketahui dari pertanyaan pada poin kesembilan. 100% guru responden menjawab iya. Sehingga diketahui bahwa laboratorium semua guru responden telah memiliki kit praktikum
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
kinematika gerak, oleh karena itu tidak ada kekurangan sarana yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran di laboratorium. Poin kesepuluh terkait dengan poin kesembilan, yaitu apakah perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku referensi yang memadai untuk melatihkan keterampilan proses sains. Sejumlah 80% menyatakan bahwa tidak tersedia buku referensi yang memadai untuk melatihkan keterampilan proses sains, yang ada hanyalah buku referensi umum terkait dengan materi-materi fisika. Pertanyaan kesebelas mengungkap bahwa sejumlah 70% guru menyatakan merasa kesulitan ketika melatihkan keetrampilan proses sains secara khusus dikarenakan terbatasnya ketersediaan sumber belajar
yang terkait
dengan
keterampilan proses sains. Sedangkan 30% guru tidak mengalami kesulitan, meskipun sumber belajar yang digunakan terbatas, guru menggunakan media-media lain untuk memberikan pelatihan keterampilan proses sains dan terintegrasi dengan pembelajaran. Poin keduabelas dan ketigabelas mengungkap perlunya bahan ajar yang dapat membantu melatihkan keterampilan proses sains khususnya pada materi kinematika gerak. 100% guru responden menyatakan perlu suatu bahan ajar seperti modul yang dapat digunakan untuk membantu melatihkan keterampilan proses sains. Semua guru responden juga setuju bahwa perlu dikembangkan modul guna melatihkan keterampilan proses sains sehingga keterampilan proses sains siswa dapat lebih baik.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
2. Hasil Tahapan Perancangan (Design) Tahapan perencanaan modul merupakan tahapan yang menentukan kerangka modul yang akan dikembangkan. Menurut Thiagarajan (1974) tahapan perancangan memiliki beberapa langkah yaitu : menentukan standar acuan tes (constructing criterion-referenced test), memilih alat (media selection), memilih susunan (format selection), dan rancangan awal (initial design) Standar acuan tes (constructing criterion-referenced test) perlu disusun berdasarkan spesifikasi indikator dan tujuan pembelajaran, selanjutnya dituangkan dalam kisi-kisi tes hasil belajar berupa posttest yang menilai kemampuan keterampilan proses sains peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. Berdasarkan studi kepustakaan dan analisis peserta didik maka perancangan tahap awal berupa desain rancangan awal (initial design) meliputi: a.
Kurikulum yang digunakan dalam pengembangan penelitian ini adalah Kurikulum 2013
b.
Kompetensi Inti (KI) yang mengacu pada Kurikulum 2013 yaitu: KI-1 Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya, KI-2
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia, KI-3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, dan KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan c.
Kompetensi dasar yang dikembangkan adalah KD 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi. KD 4.1 menggunakan peralatan dan teknik yang tepat dalam melakukan pengamatan dan pengukuran
besaran fisika untuk suatu
penyelidikan ilmiah. KD 4.2 menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk menyelidiki sifat gerak benda yang bergerak lurus beraturan (GLB) dan tidaak beraturan (GLBB). Setelah tahapan penyusunan standar acuan tes (constructing criterionreferenced test) dan desain rancangan awal (initial design) dapat disusun perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan kisi-kisi soal. Penyusunan
RPP
disesuaikan
dengan
silabus
yang
telah
disusun
sebelumnya.RPP merupakan penjabaran dari perumusan silabus, sehingga RPP commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
disusun berdasarkan indikator yang telah dirumuskan dalam silabus dengan berpedoman pada ABCD (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree). Komponen yang terdapat dalam RPP diantaranya adalah : Identitas; KI; KD; indikator; tujuan pembelajaran; materi ajar; metode pembelajaran; kegiatan pembelajaran; alat dan bahan; sumber belajar; dan penilaian. Kisi-kisi soal disesuaikan dengan silabus dan RPP yang menguji keterampilan proses sains siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tahapan
perancangan
untuk
pemilihan
media
(media
selection)
dikembangkan berupa modul pembelajaran yang merupakan modul cetak. Pemilihan media penting untuk membantu siswa dalam pencapaian kompetensi dasar, dikarenakan tujuan dari pemilihan media pembelajaran sendiri adalah untuk mengoptimalkan penggunaaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar untuk pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Materi pembelajaran yang dikembangkan dalam modul ini adalah kinematika gerak. Modul ini bertujuan untuk melatihkan keterampilan proses sains (KPS) sehingga isi modul dan aktivitas siswa yang terdapat dalam modul merupakan aktivitas yang membentu siswa untuk berlatih keterampilan proses sains baik secara mandiri maupun dengan bimbingan bapak / ibu guru fisika. Berdasarkan KPS dari SAPA (Science A Process Approach) dalam Padilla (1990) dan KPS menurut Nuryani Rustaman (1997), maka dipilihlah sembilan pokok keterampilan proses sains yang dikembangkan dalam modul ini, yaitu mengamati (observing), menafsirkan (interpreting), berhipotesis (hypothesized), mengklasifikasi (classifying), merencanakan percobaan (experimenting), menyimpulkan (inferring), commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
meramalkan (predicting), mengkomunikasikan (communicatin), menerapkan konsep atau prinsip (applying concept). Tahapan pemilihan format (format selection) modul latihan keterampilan proses sains ini dilakukan setelah melakukan perancangan awal dan pemilihan media. Format produk yang dihasilkan berupa modul yang terdiri dari bagian awal, inti , dan penutup. Komponen modul dapat dijabarkan sebagai berikut: a.
Halaman Sampul dan Halaman Judul Halaman sampul luar terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: 1) judul modul yaitu “Modul Latihan Keterampilan Proses Sains”; 2) materi kinematika gerak; 3) gambar/ilustrasi tentang gerak; 4) sasaran pengguna modul yaitu untuk siswa SMA / MA Kelas X; 5) Nama pembuat modul; 6) Tulisan lembaga/institusi pembuat modul yaitu Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, dan Universitas Sebelas Maret, serta tahun pembuatan modul.
b.
Kata Pengantar Kata pengantar memuat informasi tentang modul yang dikembangkan untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa SMA/MA kelas X pada materi kinematika gerak.
c.
Daftar Isi Memuat bagian-bagian atau momponen modul yang dilengkapi dengan nomor halaman. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
d.
Deskripsi Modul Memuat penjelasan tentang isi modul, kemampuan prasyarat untuk mempelajari modul, dan tujuan penggunaan modul
e.
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kompetensi inti yang akan dipelajari pada modul ini yaitu KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4. Sedangkan kompetensi dasar yaitu KD-2.1 , KD-4.1, dan KD-4.2 yang kesemuanya terkait dengan keterampilan proses sains dan materi kinematika gerak.
f.
Petunjuk Penggunaan Modul Petunjuk penggunaan modul diperlukan guna memudahkan siswa untuk belajar dan berlatih keetrampilan proses sains secara mandiri, sedangkan untuk guru dapat mempermudah dalam melatihkan keterampilan proses sains kepada siswa.
g.
Kegiatan Belajar Kegiatan belajar yang dikembangkan dalam modul ini memuat tiga kegiatan, yaitu: Kegiatan Belajar I (Gerak, Jarak, dan Perpindahan); Kegiatan Belajar II (Gerak Lurus); dan Kegiatan Belajar III (Gerak Vertikal).
h.
Indikator dan Tujuan Pembelajaran Memuat indikator-indikator yang harus dicapai siswa dalam pembelajaran sesuai dengan materi dari ketiga kegiatan belajar.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
i.
Isi Modul Modul latihan keterampilan proses sains ini berisi materi dan aktivitas siswa yang dapat membantu untuk berlatih keterampilan proses sains, secara rinci bagian isi modul adalah: 1) Fenomena, merupakan kejadian yang terkait dengan pembelajaran fisika dengan tujuan untuk menarik minat siswa sehingga fokus dalam mempelajari materi. 2) Keterampilan Proses Sains (KPS), merupakan keterampilan keterampilan proses sains yang dilatihkan. Pada bagian ini dijelaskan deskripsi masingmasing KPS dan disertai lembar aktivitas untuk berlatih KPS. 3) Konsep dan Uraian Materi, merupakan uraian materi kinematika gerak yang dipelajari melalui latihan keterampilan proses sains. 4) Berfikir Saintis, berisi mini latihan keterampilan proses sains secara acak, maupun kilas balik materi untuk mempertajam keterampilan proses sains yang telah dipelajari. 5) Lembar Kegiatan Siswa, sebagai penguat keterampilan proses sains yang telah dipelajari dalam satu kegiatan belajar 6) Uji Diri, sebagai tolok ukur kemampuan dalam menguasai keterampilan proses sains dan merupakan bagian dari authentic assessment 7) Kunci jawaban dari lembar aktivitas siswa maupun uji diri
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
j.
Daftar Pustaka Merupakan daftar dari semua referensi / kajian pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan modul. Format modul di atas apabila disajikan dalam kerangka modul, secara garis
besar ditunjukkan dalam kerangka modul menurut Sukiman (2012) yang sudah dimodifikasi (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4). Depdiknas (2003:2) menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah menyediakan buku ajar sebagai rujukan yang baik dan benar bagi guru maupun siswa karena buku merupakan salah satu sarana penunjang dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut dengan dikembangkannya modul sangatlah tepat untuk membantu
meningkatkan mutu pendidikan, khusunya dalam hal ini
modul yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Modul latihan keterampilan proses sains ini berupa modul cetak yang dilengkapi dengan suplemen. Ditengah-tengah kecanggihan multimedia saat ini, modul cetak masih sangat diperlukan. Penggunaan media tidak dilihat atau dinilai dari segi kecangihan medianya tetapi sangat bergantung kepada tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kemudahan memperoleh media, dan kemampuan guru dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran (Yulianti dan Herlina: 2008). Selain dari itu modul pembelajaran juga harus bersifat self instructional yaitu mampu membelajarkan diri sendiri tidak bergantung pada pihak-pihak pihak lain. Sehingga dengan modul latihan keterampilan proses sains siswa dapat berlatih keterampilan proses sains sendiri.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Dalam Sukiman (2012), modul yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang melengkapi format modul akan memberikan uraian menjadi lebih jelas, dapat menambah variasi penyajian, dan membantu dalam menciptakan imajinasi siswa terhadap materi pembelajaran. Modul latihan keteampilan proses ini dilengkapi dengan ilustrasi terkait dengan fenomena kinematika gerak yang dapat membantu siswa memahami materi serta dalam berlatih keterampilan proses sains lebih baik. Tujuan akhir dari pengembangan modul latihan keterampilan proses sains ini yaitu siswa diharapkan dapat menguasai keterampilan-keterampilan proses sains dengan lebih baik dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu keterampilan proses sains yang telah dimiliki siswa diharapkan dapat diterapkan untuk pembelajaran sains selain fisika, seperti biologi dan kimia. Tahapan perencanaan modul menghasilkan kerangka modul berupa desain awal modul. Desain awal modul tersebut merupakan desain yang masih berupa rancangan kasar dan masih memerlukan revisi maupun validari agar modul yang dikembangkan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pembelajaran di SMA/MA. Desain awal berupa draft modul latihan keetrampilan proses sains pada materi kinematika gerak, yang terdiri dari: a) Judul Modul yaitu “MODUL LATIHAN KETERAMPILAN PROSES SAINS : KINEMATIKA GERAK” yang tertera pada sampul dalam maupun sampul luar. Halaman sampul luar dan dalam berisi judul modul, materi pokok modul, penulis,instansi penulis dan pengguna modul; b) Halaman Francis berisi tulisan “MODUL LATIHAN KETERAMPILAN PROSES SAINS” dan dibawahnya terdapat tulisan “UNTUK SMA/MA KELAS X commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
SEMESTER 1”; c) Kata Pengantar, berisi tentang pengantar penulis yang berkaitan dengan garis besar isi modul dan tujuan dikembangkannya modul.Isi pokok dari modul ini menggunakan jenis huruf Book Antiqua ukuran 12pt dengan spasi 1,15. Untuk judul utama “KINEMATIKA GERAK” menggunakan huruf jenis Arial Black ukuran 24pt. Kemudian judul masing-masing keterampilan proses sains (KPS) menggunakan huruf Bodoni MT Black 12pt; d) Daftar Isi, berisi tentang isi modul beserta nomor halamannya, dengan jenis huruf Georgia ukuran 12pt; e) Pendahuluan, ditulis dengan huruf Constantia ukuran 11pt berisi sub bab deskripsi, prasyarat, tujuan akhir pembelajaran, peta kedudukan modul, petunjuk penggunaan modul, indikator, dan tujuan pembelajaran. Judul sub bab ditulis dengan jenis huruf Georgia tebal dengan ukuran 12pt; f) Kegiatan Belajar I,II, dan III, berisi dengan kegiatan belajar untuk melatihkan keterampilan proses sains, yang teridiri beberapa sub bab yang diawali dengan tujuan kegiatan pembelajaran masing-masing kegiatan belajar, kemudian ditampilkan fenomena terkait dengan gerak, sub bab keterampilan proses sains, sub bab uraian materi, sub bab latihan keterampilan proses sains serta aktivitas siswa, dan uji diri. Isi dari masing-masing sub bab menggunakan jenis huruf Book Antiqua ukuran 12pt; g) Glosarium, berisi daftar istilah penting beserta pengertiannya; h) Daftar pustaka, berisi tentang daftar buku, jurnal, maupun website online yang digunakan sebagai referensi dalam penyusunan modul.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
3. Hasil Tahapan Pengembangan (Develop) a.
Validasi Modul Tahapan berikutnya
yang dilakukan setelah Define dan Design adalah
Develop. Tahapan pertama dalam pengembangan adalah validasi. Validasi pertama (draff I) dilakukan oleh dosen ahli, teman sejawat, dan guru mata pelajaran fisika. Validator pertama adalah dosen sekaligus kaprodi Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya, dan validator dosen ahli kedua adalah dosen Pascasarjana FKIP UNS. Teman sejawat adalah mahasiswa Pascasarjana UNS dan rekan guru. Sedangkan validator guru mata pelajaran fisika adalah guru fisika di SMA Negeri 2 Ponorogo. Aspek-aspek yang dinilai dalam validasi ini meliputi aspek kelayakan isi, aspek kelayakan bahasa dan gambar, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan. Hasil validasi adalah sebagai berikut,untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7. Tabel 4.1. Data hasil validasi dosen ahli No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Kelayakan Perangkat Modul Pembelajaran Silabus RPP Instrumen Soal Produk Modul Pembelajaran Isi Bahasa dan gambar Penyajian Kegrafikan
Rata-rata komponen V1 V2
RataRata total
Kategori
3,60 3,50 3,50
3,70 3,80 3,60
3,65 3,65 3,55
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
3,61 3,00 3,67 3,13
3,83 3,70 3,80 3,63
3,72 3,35 3,73 3,38
Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 4.2. Data saran validasi dosen ahli No. 1.
Saran Peta kedudukan modul diperjelas apakah di KD tertentu atau keseluruhan KD
2.
Pada kegiatan KPS 1 sebaiknya difokuskan pada karakteristik yang menggambarkan kejadian “diam” atau “bergerak”
3.
Halaman 5 tentang pengamaatan fenomena gerak, arahkan ke definisi “titik acuan” terlebih dahulu
4.
Tambahkan untuk mencegah miskonsepsi. Anak cenderung berfikir, untuk memutuskan benda bergerak atau tidak kita harus melihat proses gerakannya
5.
Penggunaan istilah dan penulisan disesuaikan dengan baku.Variabel/fungsi: italic , konstanta: tegak, vektor: bold
6.
Penulisan keterangan gambar maupun grafik pada halaman 26, 27, dan 29 diletakkan di bawah gambar atau grafik
7.
Materi sebaiknya tidak mengandung konsep dinamika, dikarenakan materi yang difokuskan adalah kinematika
8.
Aktivitas siswa atau lembar kegiatan siswa perlu diuji apakah sunnguh bias dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dimaksud
9.
Desain sampul dilengkapi dengan lay out yang lebih menarik
aturan
yang
Berdasarkan tabel 4.1 validasi oleh dosen ahli diperoleh skor rata-rata untuk perangkat modul pembelajaran silabus, RPP, dan instrument soal 3,65 dan 3,55 dengan kategori sangat baik. Sehingga sudah layak untuk digunakan. Sedangkan produk modul pembelajaran dari segi isi diperoleh rata-rata 3,70 dengan kategori sangat baik. Aspek bahasa dan gambar dengan rata-rata 3,30 berkategori baik. Aspek penyajian dipeoleh rata-rata 3,70 dengan kategori sangat baik. Untuk aspek kegrafikan diperoleh rata-rata total 3,40 dengan kategori baik. Dengan demikian produk modul pembelajaran yaitu modul latihan keterampilan proses sains menurut commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
dosen ahli ditinjau dari aspek isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan sangat baik dan baik. Selanjutnya validasi dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika, yaitu terhadap dua guru fisika di SMAN 2 Ponorogo, dan hasilnya disajikan dalam tabel 4.3 berikut Tabel 4.3. Data hasil validasi guru mata pelajaran fisika No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Kelayakan Perangkat Modul Pembelajaran Silabus RPP Instrumen Soal Produk Modul Pembelajaran Isi Bahasa dan gambar Penyajian Kegrafikan
Rata-rata komponen G1 G2
RataRata total
Kategori
3,90 3,80 3,80
3,80 3,60 3,60
3,85 3,80 3,70
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
3,83 4,00 3,93 3,88
3,72 3,60 3,73 3,63
3,78 3,80 3,83 3,75
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Tabel 4.4. Data saran validasi guru mata pelajaran fisika No. 1.
Saran Materi diperjelas keterkaitannya dengan keterampilan proses sains yang dilatihkan
2.
Penggunaan tanda baca, dan penulisan istilah dibenarkan sesuai dengan EYD
3.
Kata dalam bahasa asing sebaiknya ditulis italic (miring)
4.
Ada beberapa gambar yang tidak relevan dengan materi
6.
Nomor halaman sebaiknya konsisten
7.
Penulisan simbol harus konsisten Berdasarkan tabel 4.3 validasi oleh guru mata pelajaran fisika, yaitu guru
SMA Negeri 2 Ponorogo diperoleh
skor rata-rata untuk perangkat modul
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
pembelajaran silabus, RPP, dan instrument soal 3,85 ; 3,80 ; dan 3,70 dengan kategori sangat baik. Sehingga hasil validasi guru mata pelajaran fisika untuk perangkat pembelajaran sudah layak untuk digunakan. Sedangkan produk modul pembelajaran dari segi isi diperoleh rata-rata 3,75 dengan kategori sangat baik. Aspek bahasa dan gambar dengan rata-rata 3,85 berkategori sangat baik. Aspek penyajian dipeoleh rata-rata 3,85 dengan kategori sangat baik. Untuk aspek kegrafikan diperoleh rata-rata total 3,70 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian produk modul pembelajaran yaitu modul latihan keterampilan proses sains menurut validator guru mata pelajaran fisika ditinjau dari aspek isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan sangat baik. Tabel 4.5. Data hasil validasi teman sejawat (peer review)
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Aspek Kelayakan Perangkat Modul Pembelajaran Silabus RPP Instrumen Soal Produk Modul Pembelajaran Isi Bahasa dan gambar Penyajian Kegrafikan
Rata-rata komponen S1 S2
RataRata total
Kategori
3,5 3,6 3,5
3,8 3,8 3,7
3,65 3,70 3,60
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
3,8 3,6 3,7 3,6
3,8 3,7 3,8 3,7
3,80 3,65 3,75 3,65
Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 4.6. Data saran validasi teman sejawat (peer review) No. 1. 2. 3.
Saran Penggunaan simbol diperbaiki sesuai dengan kaidah penulisan yang benar Gambar dilengkapi dengan ketrangan yang jelas Keterampilan proses sains yang digunakan disesuaiakan dengan materi yang dikembangkan
Berdasarkan tabel 4.5 validasi oleh teman sejawat (peer review) yaitu rekan mahasiswa pascasarjana UNS dan rekan guru diperoleh
skor rata-rata untuk
perangkat modul pembelajaran silabus, RPP, dan instrument soal masing-masing 3,65 ; 3,70 ; dan 3,60 dengan kategori sangat baik. Sehingga hasil validasi rekan sejawat untuk perangkat pembelajaran sudah layak untuk digunakan. Sedangkan produk modul pembelajaran dari segi isi diperoleh rata-rata 3,80 dengan kategori sangat baik. Aspek bahasa dan gambar dengan rata-rata 3,65 berkategori sangat baik. Aspek penyajian dipeoleh rata-rata 3,75 dengan kategori sangat baik. Untuk aspek kegrafikan diperoleh rata-rata total 3,65 dengan kategori sangat baik. Dengan demikian produk modul pembelajaran yaitu modul latihan keterampilan proses sains menurut validator rekan sejawat ditinjau dari aspek isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan sangat baik.
1) Revisi Produk Tahap I (Draft I) Berdasarkan Validator Ahli Hasil validasi baik dari validator ahli, guru , maupun rekan sejawat diperoleh beberapa masukan / saran yang digunakan sebagai bahan revisi modul sebelum commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
nantinya diujikan dalam uji terbatas. Saran dan perbaikan dari validator ahli disajikan dalam tabel 4.7 Tabel 4.7 Saran dan Hasil Revisi Tahap I Berdasarkan Validator Ahli
No. Saran Revisi Tahap I 1. Peta kedudukan modul diperjelas Peta kedudukan modul diperjelas apakah di KD tertentu atau keseluruhan dengan memberikan autoshape KD yang jelas 2.
Pada kegiatan KPS 1 sebaiknya difokuskan pada karakteristik yang menggambarkan kejadian “diam” atau “bergerak”
3.
Halaman 5 tentang pengamaatan Direvisi dengan menambahkan fenomena gerak, arahkan ke definisi pernyataan untuk definisi titik “titik acuan” terlebih dahulu acuan
4.
Tambahkan untuk mencegah miskonsepsi. Anak cenderung berfikir, untuk memutuskan benda bergerak atau tidak kita harus melihat proses gerakannya
Telah ditambahkan dalam proses menafsirkan gerak maupun bukan gerak pada halaman 7, dimulai dari proses gerakannya
5.
Penggunaan istilah dan penulisan disesuaikan dengan aturan yang baku.Variabel/fungsi: italic , konstanta: tegak, vektor: bold
Penulisan istilah dan symbol, antara lain pada halaman 10, 11, dan 32 telah disesuaiakan dengan aturan penulisan yang benar
6.
Penulisan keterangan gambar maupun Penulisan keterangan gambar atau grafik pada halaman 26, 27, dan 29 grafik telah dipindah di bawah diletakkan di bawah gambar atau grafik gambar atau grafik yang bersangkutan
7.
Materi sebaiknya tidak mengandung Diperbaiki dengan mengganti konsep dinamika, dikarenakan materi konsep-konsep dinamika yang yang difokuskan adalah kinematika muncul pada aktivitas siswa yaitu merencanakan percobaan
commit to user
Telah direvisi dengan kalimat perintah yang jelas yaitu “Amatilah berbagai kejadian tentang benda bergerak dan tidak bergerak yang berada di lingkungan sekitarmu” untuk memfokuskan aktivitas siswa
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
8.
Aktivitas siswa atau lembar kegiatan Lembar kegiatan siswa direvisi siswa perlu diuji apakah sunnguh bias dengan merubah langka kerja yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dirasa sulit untuk dilakukan dimaksud
9.
Desain sampul dilengkapi dengan lay Perubahan lay out telah dibuat out yang lebih menarik sehingga lebih menarik
Berdasarkan saran dan masukan dari validator ahli, dilakukan beberapa perbaikan pada modul yang selanjutnya akan digunakan dalam uji terbatas. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan seperti yang terdapat pada tabel 4.5 antara lain perbaikan dalam segi isi materi, penulisan istilah dan symbol, serta desain lay out.
2) Revisi Produk Tahap I Berdasarkan Validator Guru Validasi yang dilakukan oleh guru memiliki komponen validasi yang sama dengan validasi dosen ahli, yaitu terdiri dari: kelayakan isi; aspek bahasa dan gambar; penyajian; dan kegrafikan. Data saran dan masukan validasi guru tersebut disajikan pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Saran dan Hasil Revisi Tahap I Berdasarkan Validator Guru
No. Saran Revisi Tahap I 1. Materi diperjelas keterkaitannya Telah dilakukan perbaikan dengan keterampilan proses sains dengan cara mengintegrasikan yang dilatihkan beberapa materi yang masih tidak ada keterkaitannya dengan kinematika gerak yaitu pada KPS menafsirkan 2.
Penggunaan tanda baca, dan Telah dilakukan perbaikan penulisan istilah dibenarkan sesuai terhadap istilah dan tanda baca dengan EYD yang tidak sesuai dengan EYD commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
antara lain pada halaman 7 3.
Kata dalam bahasa asing sebaiknya Telah dilakukan perbaikan ditulis italic (miring) pada penulisan istilah asing seperti speedometer, stopwatch, ticker timer
4.
Ada beberapa gambar yang tidak Gambar yang tidak relevan relevan dengan materi dengan materi dan dirasa menggangu seperti pada halaman 4 dan 11dihilangkan
6.
Nomor konsisten
7.
Penulisan simbol harus konsisten
halaman
sebaiknya Nomor halaman telah dibuat konsisten Simbol-simbol konsisten sesuai penulisan yang benar
dibuat dengan
3) Revisi Produk Tahap I Berdasarkan Validator Teman Sejawat Hasil penilaian dari peer review (teman sejawat) memiliki empat aspek meliputi aspek kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan. Data penilaian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.9 Tabel 4.9 Saran dan Hasil Revisi Tahap I Berdasarkan Teman Sejawat (Peer Review)
No. Saran Revisi Tahap I 1. Penggunaan simbol diperbaiki sesuai Telah dilakukan perbaikan pada dengan kaidah penulisan yang benar penulisan simbol-simbol seperti pada halaman 10, 11, dan 32 2.
Gambar dilengkapi dengan ketrangan Beberapa gambar yang belum yang jelas terdapat keterangan yang jelas telah ditambahkan keterangan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
gambar seperti pada halaman 9 dan 11 3.
gambar
Keterampilan proses sains yang Telah dilakukan penyesuaian digunakan disesuaiakan dengan materi keterampilan proses sains dengan yang dikembangkan materi yang dikembangkan terutama pada materi KPS menafsirkan Hasil validasi I modul latihan keterampilan proses sains (draft 1) yang
dilakukan oleh dosen ahli, guru, dan teman sejawat (peer review) diperoleh data berupa saran dan masukan yang selanjutkan digunakan untuk proses perbaikan atau revisi terhadap produk modul yang dikembangkan. Validasi ahli adalah dosen dan kaprodi Pendidikan Sains Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan dosen Pascasarjana FKIP UNS. Keduanya merupakan ahli materi maupun media pembelajaran. Validasi guru yaitu dua orang guru pengajar fisika di SMAN 2 Ponorogo. Sedangkan rekan sejawat adalah rekan pengajar dan rekan mahasiswa pascasarjana UNS. Validasi dan revisi meliputi aspek kelayakan isi, aspek bahasa dan gambar, aspek penyajian, dan aspek kegrafikan menghasilkan draft II yang digunakan dalam uji coba terbatas.
b. Data Hasil Uji Coba Terbatas 1) Data Uji Coba Terbatas Uji coba terbatas dilakukan terhadap 10 siswa SMA Negeri 2 Ponorogo secara acak dan bukan merupakan kelas yang akan digunakan dalam uji besar (uji commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
coba di kelas). Data yang diperoleh berupa respon siswa terhadap modul latihan keterampilan proses sains berupa angket isian respon siswa dan diperoleh setelah siswa mempelajari modul yang telah diberikan. Respon siswa meliputi aspek kelayakan isi dan kemenarikan, aspek keterbacaan, aspek kelayakan penyajian, dan aspek kemanfaatan. Secara lengkap data tersebut dapat dilihat pada lampiran 15. Tabel 4.10 menunjukkan hasil angket uji coba terbatas Tabel 4.10 Hasil Angket Uji Coba Terbatas Aspek Kelayakan Isi dan Kemenarikan Keterbacaan Kelayakan Penyajian Kemanfaatan dan kelokalan
Rata-rata 3,17 3,30 3,07 3,13
Kategori Baik Baik Baik Baik
Hasil uji coba tersebut menunjukkan bahwa skor rata-rata aspek kelayakan isi dan kemenarikan adalah 3,17 dengan kategori “Baik”. Aspek keterbacaan dengan skor rata-rata 3,30 dengan kategori “Baik”. Kelayakan penyajian mendapatkan skor rata-rata 3,07 dengan kategori “Baik”. Sedangkan kemanfaatan dan kelokalan skor rata-rata adalah 3,13 dengan kategori “Baik”. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15. Skor kelayakan isi dan kemenarikan menunjukkan predikat yang baik, hal ini berarti modul yang dikembangkan telah sesuai dengan materi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dapat membantu siswa untuk berlatih KPS dan mempelajari materi kinematika gerak, serta dalam penampilan isi baik tulisan maupun tata letak gambar cukup menarik bagi siswa. Sedangkan aspek keterbacaan dengan predikat commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
baik berarti bahasa yang digunakan dalam modul ini komunikatif, jelas, dan mudah dipahami, dan gambar ilustrasi cukup menarik. Dalam aspek penyajian menurut responden uji terbatas sudah baik dengan indikator bahwa modul ini dapat membantu membuka wawasan tentang KPS, dan KPS yang dilatihkan serta langkah-langkah dalam penyajian modul mudah dipahami. Aspek kemanfaatan dan kelokalan dengan predikat baik berarti menurut responden modul ini dapat menunjang pembelajaran khususnya untuk berlatih KPS serta wacana dalam modul tidak asing lagi bagi siswa sesuai dengan daerah setempat. Data kuantitatif dalam uji coba terbatas disajikan dalam bentuk skor angket respon siswa yaitu pada tabel 4.10, sedangkan data kualitatif berupa saran dan masukan dari siswa disajikan dalam tabel 4.11 berikut Tabel 4.11 Saran dan Masukan Uji Coba Terbatas No. 1.
Saran
2. 3.
Pengertian / definisi sebaiknya dicetak tebal untuk mempermudah pemahaman Glosarium diperbanyak Cover kurang menarik
4. 5. 6.
Ada beberapa halaman yang kosong Tulisan tembus antar halaman Kesalahan ketik pada beberapa bagian, misalnya halaman 12
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
2) Revisi Produk Tahap II Berdasarkan Uji Terbatas Dalam tahapan uji coba terbatas diperoleh beberapa saran maupun masukan untuk perbaikan modul fisika latihan keterampilan proses sains ini. Perbaikan dilakukan sesuai dengan saran maupun masukan yang diperoleh. Tabel 4.12 Saran dan Revisi Tahap II No. Saran Revisi Tahap II 1. Pengertian / definisi sebaiknya dicetak Definisi yang belum tercetak tebal untuk mempermudah tebal dicetak tebal untuk pemahaman mempermudah pemahaman. 2.
Glosarium diperbanyak
Glosarium telah dilengkapi dengan daftar kata-kata sulit yang sebelumnya belum dimasukkan
3.
Cover kurang menarik
Cover diperbaiki dengan tampilan lebih menarik
4.
Ada beberapa halaman yang kosong
Beberapa halaman kosong memang merupakan batas antar kegiatan pembelajaran, jadi tidak ada pengurangan, hanya dihilangkan nomor halamannya saja.
5.
Tulisan tembus antar halaman
Modul dicetak dengan kertas lebih tebal dari sebelumnya yang menggunakan ukuran 80gr
6.
Kesalahan ketik pada beberapa bagian, Kesalahan misalnya halaman 12 diperbaiki
commit to user
pengetikan
telah
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
Saran dan masukan telah dilakukan untuk proses revisi tahap II sebelum nantinya modul fisika latihan keterampilan proses sains ini digunakan di kelas untuk uji coba lapangan. Beberapa kata atau kalimat yang salah ketik telah diperbaiki. Khusu untuk bebrapa halaman yang kosong tetap ada, dikarenakan merupakan batas antar kegiatan belajar.
c.
Data Hasil Uji Coba Lapangan Uji coba lapangan dilakukan di SMA Negeri 2 Ponorogo dengan mengambil sampel 2 kelas secara acak namun disesuaikan kebutuhan dengan pertimbangan tertentu (purposive sampling) , dan didapatkan kelas X.MIA 4 dan X.MIA 5. Data yang diperoleh dalam uji coba lapangan ini merupakan data hasil belajar untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa. Proses uji coba lapangan dengan memberikan pembelajaran fisika pada materi kinematika gerak untuk kedua kelas yang dipilih. Satu kelas yaitu X.MIA 4 sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan berupa penggunaan modul fisika latihan keterampilan proses sains, dan kelas yang lain yaitu X. MIA 5 sebagai kelas kontrol, yaitu kelas yang diberikan pembelajaran biasa tanpa menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan 4D berdasar tahapan penelitian pengembangan Thiagarajan yang telah diadaptasi oleh Ibrahim (2005), yaitu tahapan 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Dalam tahapan develop yang selanjutnya akan dianalisis lebih dalam, merupakan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
tahapan dimana modul tersebut mulai dikembangkan dan selanjutnya dilakukan pembelajaran di kelas menggunakan modul latihan keterampilan proses sains tersebut untuk mengetahui pengaruh penggunaan modul latihan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar siswa. Tahapan develop ini memerlukan perencanaan pembelajaran, sehingga perlu untuk
dikembangkan
tujuan
pembelajaran
serta
rencana
pelaksanaan
pembelajaran. Perumusan tujuan pembelajaran digunakan untuk merumuskan tujuan yang terdapat dalam kurikulum 2013 dan beberapa indikator yang relevan dengan
KD
terpilih
yang
kemudian
digunakan
sebagai
acuan
dalam
pengembangan modul.Indikator-indikator dalam pembelajaran dirumuskan dengan kata kerja operasional yang dapat diukur dan dibuat instrument penilaiannya. Tahapan merumuskan indikator mempertimbangkan beberapa aspek dalam keterampilan proses sains seperti keetrampialan proses sains yang akan diajarkan serta tahapan keterampilan proses sains. Indikator yang telah dirumuskan nantinya akan dikembangkan menjadi tujuan pembelajaran. Indikator dan tujuan pembelajaran yang
dikembangkan tertuang dalam silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menjadi dasar dalam pengembangan isi modul latihan keterampilan proses sains. Pembelajaran menggunakan modul latihan keterampilan proses sains ini dilaksanakan sebanyak tiga kegiatan belajar, yang dilaksanakan selama tiga minggu mulai tanggal 5-26 Mei 2014 dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran setiap minggu. Hasil belajar siswa diukur dengan pretest pada awal pertemuan dan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
posttest pada akhir pertemuan didapatkan data sebagai berikut (untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24). 1) Data Skor Pretest dan Posttest Deskripsi data pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah mengikuti pembelajaran latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak disajikan pada tabel 4.13 Tabel 4.13 Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas
Eksperimen
Jenis Tes
Jumlah Siswa
Pretest
37
Posttest Pretest
38
Kontrol Posttest
KPS 1
KPS 2
KPS 3
KPS 4
KPS 5
KPS 6
KPS 7
KPS 8
KPS 9
78%
43%
6%
35%
31%
27%
32%
29%
12%
91%
52%
33%
44%
48%
40%
41%
39%
20%
63%
48%
11%
51%
24%
43%
39%
27%
16%
79%
61%
16%
61%
41%
50%
38%
37%
18%
Selanjutnya data pretest dan posttest disajikan dalam grafik 4.1 dan 4.2 100% 80% 60%
Pretest
40%
Posttest
20% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Grafik 4.1 Hasil Pretest dan Posttest kelas eksperimen
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
90% 80% 70% 60% 50% 40%
Pretest
30%
Posttest
20% 10% 0% 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Grafik 4.2 Hasil Pretest dan Posttest kelas kontrol
Berdasarkan grafik 4.1 dan 4.2 baik kelas eksperimen maupun kontrol ratarata grafik posttest lebih tinggi daripada pretest dengan demikian dapat diartikan bahwa rata-rata keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran. Perbedaan keterampilan proses sains sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dapat diketahui berdasarkan analisis pretest dan posttest. Sebagain langkah awal analisis pretest dan posttest dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui sebaran normalitas dan homogenitas data. Analisis statistik untuk uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji lavene’s test. Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas maka barulah kita dapat menentukan analisis statistik berikutnya apakah menggunakan parametrik atau non parametrik. Hasil analisis normalitas disajikan dalam tabel 4.14
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Tabel 4.14 Uji Normalitas Kelas Pretest Posttest
d i m e n s i o n 1
d i m e n s i o n 1
1 2 1 2
Kolmogorov-Smirnova Statistik .083 .141 .128 .097
df 38 37 38 37
Shapiro-Wilk Sig. .200* .062 .122 .200*
Statistik .978 .953 .936 .966
df 38 37 38 37
Sig. .647 .121 .031 .305
Berdasarkan hasil analisis skor pretest dan posttest siswa diketahui bahwa normalitas data yang diuji dengan Kolmogorof-Smirnov, diperoleh taraf signifikansi pretest 0,200 untuk kelas kontrol, dan taraf signifikansi pretest 0.062 untuk kelas eksperimen. Kedua taraf signifikansi tersebut menunjukkan nilai lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti nilai pretest untuk kelas control dan kelas eksperimen berdistribusi normal. Taraf signifikansi posttest untuk kelas kontrol sebesar 0,122 dan untuk kelas eksperimen sebesar 0.200. Kedua taraf signifikansi tersebut lebih besar dari α = 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti data nilai posttest untuk kelas control dan eksperimen berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas, pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen keduanya berdistribusi normal. Selanjutnya uji homogenitas untuk mengetahui apakah data nilai pretest dan posttest memiliki varian yang sama, sehingga apabila skor posttest berbeda dapat diyakini bahwa perbedaan itu merupakan dampak dari perlakuan. Hasil analisis uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.15
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Tabel 4.15 Test Homogenitas Pretest
Levene Statistic .011 .010 .010
Berdasarkan rata-rata Berdasarkan Median Berdasarkan Median dan dengan penyesuaian df Berdasarkan rata-rata dipangkas
df1
.005
1 1 1
df2 73 73 70.438
Sig. .917 .923 .923
1
73
.941
Uji homogenitas menghasilkan taraf signifikansi sebesar 0,917 yang berarti signifikansi > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti variansi setiap sampel sama atau homogen, sehingga apabila terdapat perbedaan skor posttest antara kedua kelas dapat diyakini bahwa perbedaan itu dikarenakan hasil perlakuan. Uji statistik lanjut dilakukan setelah diketahui bahwa data normal dan homogen, sehingga statistik yang digunakan adalah statistic parametrik. Analisis yang dilakukan adalah uji paired sample t-test (uji t dua sampel berpasangan) untuk masing masing kelas kontrol dan kelas eksperimen, didapatkan data pada tabel 4.16 Tabel 4.16 Paired Samples T-test Paired Differences 95% Interval Mean
Pair 1 Pretest_KPS -
Std.
Std. Error
Keyakinan dari
Deviasi
Mean
Perbedaan Rendah
Tinggi
t
df
Sig. (2tailed)
-7.474
11.123
1.804
-11.130
-3.818
-4.142
37
.000
-14.649
11.643
1.914
-18.531
-10.767
-7.653
36
.000
Posttest_KPS Pair 2
Pretest_KPS Posttest_KPS
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Berdasarkan perhitungan diperoleh t hitung= -4.142 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak sehingga hasil belajar siswa kelas kontrol berbeda antara pretest dan posttest. Sedangkan untuk kelas eksperimen, berdasarkan perhitungan diperoleh thitung= -7.653 dengan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Ho ditolak sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen berbeda antara pretest dan posttest. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa penerapan modul fisika latihan keterampilan proses sains mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan. Untuk mengetahui pengaruh modul fisika latihan keterampilan proses sains ini terhadap peningkatan hasil belajar siswa yaitu berupa keterampilan proses sains yang diujikan, dilakukan analisis N gain yang ternormalisasi. 2) Data Gain Hasil perhitungan N-gain ternormalisasi diperoleh rata-rata kenaikan hasil belajar untuk kelas kontrol 0.16 yaitu dalam kategori rendah, sedangkan rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0.27 yang berada dalam kategori rendah. (selengkapnya pada lampiran 26).
Secara rata-rata peningkatan hasil belajar
berupa keterampilan proses sains lebih tinggi kelas eksperimen daripada kelas kontrol, namun peningkatan keduanya masih dalam kategori rendah. Namun apabila kita analisis N-gain masing-masing keterampilan proses sains, maka N gain pada kelas eksperimen yang menggunkan modul fisika latihan keterampilan commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
proses sains untuk KPS 1 (mengamati), KPS 3 (berhipotesis), dan KPS 5 (merencanakan percobaan) memiliki N gain dengan kategori sedang. Dengan demikian penggunaan modul fisika latihan keterampilan proses sains ini dapat meningkatkan KPS yang dimiliki siswa pada ketiga KPS tersebut lebih tinggi daripada KPS yang lain. Secara umum berdasarkan analisis N-gain penggunaaan modul ini dapat meningkatkan KPS siswa, hal ini terlihat dari tidak adanya N-gain yang bernilai negatif. Analisis uji prasyarat menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen, dan setelah diuji dengan paired sample t-test untuk masing-masing kelas, hasil belajar siswa sebelum dan setelah penerapan modul berbeda secara signifikan. Terdapat kenaikan hasil belajar siswa, yaitu kenaikan KPS yang dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa saat pretes dan posttets. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa penerapan modul fisika latihan keterampilan proses sains ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, berupa 9 KPS yang dilatihkan dalam modul. Penggunaan modul fisika latihan keterampilan proses sains dengan materi kinematika gerak membantu siswa dalam memahami materi dan berlatih KPS. Dalam materi kinematika gerak banyak materi yang dapat dipelajari dan difahami ketika siswa memiliki KPS, misalnya dalam mengamati fenomena gerak, mengajukan hipotesis untuk menyelidiki sifat gerak suatu benda, serta merencanakan percobaan yang terkait dengan fenomena gerak. KPS yang disusun dalam modul sejumlah 9 KPS telah disusun secara sistematik dari KPS yang commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
paling dasar yaitu mengamati, sampai KPS yang lebih kompleks yaitu menerapkan konsep atau prinsip. KPS
bukanlah
keterampilan
yang
diperoleh
dari
membaca
dan
mendengarkan saja, tetapi diperoleh dari aktivitas langsung oleh siswa. Ettin Lambat (2009) menyebutkan bahwa “In order to acquire the skill effectively, the method of teaching Science stress on more “hands-on” activities. The pupils are encouraged to carry out different types of activities”. Dengan demikian untuk melatihkan KPS siswa harus lebih dilatih dengan kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung (hands on activity). Siswa juga didorong untuk melakukan berbagai macam aktivitas untuk berlatih keterampilan proses sains. Lambat (2009:5) lebih lanjut lagi menyatakan bahwa “The Science process skills are not a collection of rules but it is considered as ways to find the solution to the problems. The method of teaching and learning should visualize this principle. Mengacu pada hal tersebut KPS bukan pula suatu aturan pokok tetapi merupakan cara atau sarana untuk memecahkan masalah-masalah terkait dengan materi pembelajaraan. Dengan kemampuan KPS yang telah dimiliki, siswa dapat mengembangkan diri untuk mempelajari materi fisika maupun sains pada umumnya. KPS juga dapat membantu siswa untuk mempelajarai materi dan menanamkan jiwa sainstis. Dengan demikian melalui modul fisika latihan keterampilan proses sains, diharapkan siswa dapat mengembangkan diri dengan KPS yang telah dimilikinya. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
3) Data Respon Siswa Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diberikat angket untuk memberikan penilaian terhadap modul yang telah digunakan. Penilaian modul oleh siswa dilakukan menggunakan angket respon siswa. Data hasil analisis angket respon siswa disajikan pada Tabel 4.18. Tabel 4.17 Tabel Respon Siswa No. 1.
Aspek Saya senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modul yang dikembangkan
Rata-rata 3,19
Kategori Baik
2.
Saya lebih memahami dan mudah berlatih keterampilan proses sains dengan modul yang dikembangkan
3,54
Sangat Baik
3.
Modul yang digunakan dalam pembelajaran ini dapat membantu saya dalam proses belajar
3,32
Baik
4.
Setelah mengikuti pembelajaran menggunakan modul latihan keterampilan proses sains ini materi kinematika gerak mudah dipelajari dan sangat menambah pengetahuan saya
3,16
Baik
5.
Secara umum modul yang dikembangkan ini sudah baik
3,30
Baik
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Tabel 4.18 menunjukkan skor rata-rata untuk respon siswa terhadap modul latihan keetrampilan proses sains setelah mengikuti pembelajaran dengan modul tersebut. Pada pernyataan pertama yaitu menyatakan bahwa siswa senang mengikuti pembelajaran dengan modul yang dikembangkan diperoleh skor 3,19 kategori baik, yang artinya siswa setuju dengan pernyataan tersebut. Pernyataan kedua siswa lebih memahami dan mudah berlatih keterampilan proses sainsdengan modul yang dikembangkan diperoleh skor 3,54 dengan kategori sangat baik. Hal ini berarti siswa sangat setuju dengan pernyataan tersebut dengan sarana modul yang dikembangkan siswa lebih mudah berlatih KPS. Pernyataan ketiga bahwa modul ini membantu siswa dalam proses belajar mendapatkan skor 3,32 dengan kategori baik, yang artinya dengan modul yang dikembangkan ini cenderung dapat membantu siswa dalam proses belajar. Pernyataan keempat tentang kemudahan mempelajari materi kinematika gerak melaui modul yang dikembangkan, diperoleh skor 3,16 dengan kategori baik. Sehingga disimpulkan bahwa modul ini dapat mempermudah pembelajaran materi kinematika gerak. Modul yang dikembangkan ini secara umum sudah baik menurut siswa, dapat kita nyatakan berdasar skor pada pernyataan kelima dengan skor 3,30 berkategori baik.
4. Penyebaran (Disseminate) Tahapan terakhir dari model pengembangan 4D adalah tahap penyebaran (disseminate). Dalam tahapan ini dibagi kedalam tiga tahapan yaitu: validation commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
testing, packaging, diffusion and adoption (Thiagarajan:1974). Tahapan validation testing yaitu modul yang telah divalidasi dan telah melalui revisi I diimplementasikan pada sasaran sesungguhnya, dalam hal ini adalah siswa kelas X SMA. Dalam tahapan ini dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan dari penyususnan modul. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana ketercapaian tujuan . Tahapan berikutnya adalah melakukan packaging, serta diffusion and adoption. Pada tahapan ini dilakukan fisihing modul sehingga modul dapat dipergunakan secara luas. Packaging dilakukan dengan mencetak modul, setalh dicetak modul tersebut dapat digunakan secara luas supaya dapat diserap (difusi) dan atau digunakan orang lain dengan penyesuaian-penyesuaian tertentu (diadopsi). Tahapan
disseminate
ini dilakukan dengan memberikat angket terhadap
beberapa guru MGMP fisika di Ponorogo terhadap modul fisika latihan keterampilan proses sains. Angket terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan mewakili aspek penilaian modul pembelajaran, antara lain dari aspek kelayakan isi dan kemenarikan, keterbacaan, penyajian, dan kemanfaatan. Rata-rata respon guru dari 5 guru terhadap modul fisika latihan keterampilan proses hasil pengembangan secara keseluruhan adalah baik. Melalui tahapan penyebaran ini didapatkan beberapa saran yaitu terkait dengan sampul modul yang seharusnya dibuat lebih menarik dan mencerminkan isi KPS yang dilatihkan. Berdasarkan saran tersebut maka dilakukanlah revisi untuk perbaikan sampul pada modul yang dikembangkan ini.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
B. Temuan di Lapangan 1. Modul fisika latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak untuk SMA/MA kelas X disusun berdasarkan analisis kurikulum 2013, kebutuhan guru dan siswa, serta berdasarkan observasi lapangan. 2. Materi kinematika gerak sangat sesuai untuk digunakan sebagai materi penunjang dalam melatihkan KPS dikarenakan pada materi ini terdapat berbagai aktivitas yang dapat dilakukan untuk mendalami materi. 3. Modul fisika latihan keterampilan proses sains mampu meningkatkan KPS yang
dimiliki
siswa,
terutama
KPS
mengamati,
berhipotesis,
dan
merencanakan percobaan. 4. KPS dapat dilatihkan kepada siswa melaui bimbingan guru secara langsung, maupun mandiri dengan menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains yang telah dikembangkan. 5. Dalam melatihkan KPS siswa harus terlibat secara langsung dalam aktivitas maupun Lembar Kerja Siswa.
C. Keterbatasan Penelitian Pengembangan modul fisika latihan keterampilan proses sains pada materi kinematika gerak secara umum telah memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan, namun dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
1. Pada tahapan uji terbatas sejumlah 10 siswa hanya mempelajari modul sendiri tanpa disertai pembelajaran seperti pada siswa kelas eksperimen. 2. Kegiatan pembelajaran dilakukan pada bulan Mei setelah siswa kelas XII menempuh Ujian Nasional dan banyak kegiatan akhir tahun pelajaran, sehingga beberapa siswa yang terlibat organisasi tidak dapat mengikuti pembelajaran secara menyeluruh. 3. Keterbatasan waktu penelitian dengan akhir tahun pelajaran sehingga penyebaran pada MGMP tidak dapat dilakukan secara terbuka, namun secara personal terhadap beberapa guru anggota MGMP yaitu sejumlah 5 guru.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Simpulan yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut: 1. Modul fisika Latihan Keterampilan Proses Sains pada Materi Kinematikia Gerak untuk SMA/MA Kelas X berhasil dikembangkan dengan hasil produk berupa modul cetak yang berisi latihan keterampilan proses sains dan dilengkapi dengan suplemen LKS. Tahapan pengembangan menggunakan model 4-D (four-D-model) yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). 2. Modul pembelajaran memiliki kelayakan kriteria baik ditinjau dari aspek kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian, dan kegrafikan setelah dilakukan uji coba lapangan pada siswa dan guru. 3. Modul Fisika Latihan Keterampilan Proses Sains pada Materi Kinematika Gerak efektif meningkatkan hasil belajar berupa peningkatan KPS yang dimiliki siswa berdasarkan N gain pada kelas eksperimen sebesar 0,27 yang lebih tinggi daripada N gain pada kelas kontrol yaitu sebesar 0,16
commit to user 113
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah diperoleh, maka penelitian pengembangan ini memberikan implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis a. Pembelajaran untuk melatihkan keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan mengembangkan modul pada kompetensi dasar yang lain b. Pembelajaran menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains yang berisi 9 KPS dilatihkan secara bertahap bertujuan untuk melatihkan dan meningkatkan KPS yang dimiliki siswa. 2. Implikasi Praktis Pembelajaran menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains dapat meningkatkan KPS yang dimiliki siswa. Oleh karena itu guru dapat menggunakan modul fisika latihan keterampilan proses sains dalam pembelajaran untuk meningkatkan KPS siswa. Guru juga harus dapat mengembangkan modul sejenis untuk melatihkan KPS secara terstruktur.
C. Saran Berdasarkan simpulan, maka perlu dilakukan perbaikan dan saran dalam pemanfaatan produk lebih lanjut antara lain: 1. Saran untuk guru a. Pada melatihkan KPS perlu dipastikan bahwa semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
b. Pengembangan modul latihan keterampilan proses sains dapat dilakukan pada materi fisika yang lain. c. Kurikulum 2013 yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan guru untuk mengambangkan bahan ajar lain yang sesuai.
2. Saran untuk peneliti a. Pengembangan modul latihan keterampilan proses sains dapat dilakukan pada materi fisika yang lain, sehingga peneliti selanjutnya dapat menerapkannya pada materi yang lain. b. Kurikulum 2013 dikembangkan dan berbasis pada kemampuan saintifik sehinnga dapat digunakan untuk mengembangkan bahan ajar lain yang dapat melatihkan keterampilan proses sains.
commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
DAFTAR PUSTAKA Abd Rauf, Rose Amnah et all. 2013. Inculcation of science Process Skills in a Science Classroom. Asian Social Science Vol 9 no. 8. BSNP. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta: BSNP Dahar, R.W. 1985. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas. ________. 2004. Pedoman Pengembangan I nstrumen dan Penilaian Ranah Psikomotor. Jakarta: Direktorat PLP, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. ________. 2007. Materi Sosialisasi dan pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP: Pengembangan bahan ajar. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Dirjen Manajemen Dikdasmen, Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Gunawan, Setya. 2005. Modul online : Kinematika Gerak Lurus. (diakses 6 Juni 2013) Halliday, Resnick and Walker. 2001. Fundamental of Physics, 6th Edition. New Jersey: John Wiley & Son. Hake, R.R. 1998. Interactive Engagement Versus Traditional Method: A SixThousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Phsyics Course. Am. J. Phus. 66: 64-74. Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 7 No. 1, 1-3 Ibrahim, Muslimin. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran menurut Jerold E Kemp & Thiagarajan. Surabaya: FMIPA-UNESA. Khabibah, S. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi. Surabaya: Program Pascasarjana Unesa. commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Kemble, E. C. 1966. Physical Science, its Structure and Development. Messachusetts : The M.I.T Press. Kemendikbud. 2012. Pengembangan Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Kemendiknas. 2011. Panduan Pengembangan Pembelajaran FISIKA secara Terpadu. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Kustijono, Rudy. 2011. Keterampilan Proses Sains. (http://rudyunesa.blogspot.com/2011/10/keterampilan-proses-sains.html). Diakses 20 Juni 2013 Lambat, Ettin. 2009. Understanding Science Process Skills. Sarawak: SPA JPN Sarawak Mahmuddin. 2010. Pengantar Penilaian Keterampilan Proses Sains. (http://mahmuddin.wordpress.com/2010/04/10/pengantar-penilaianketerampilan-proses-sains/). Diakses 30 Juni 2013. Mc Cormack, A.J. 1995. Trend and Issues in Science Curriculum. San Diego, California: San Diego State University. Mc Cormack, AJ. & Yager, Robert E. 1989. A New Taxonomy of Science Education. Science Teacher vol 56,pp 47-48. Muhfahroyin. 2009. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Problem Based Learning pada Siswa Kelas X SMA Kartika Metro. Jurnal Pendidikan MIPA. Vol 10 No. 2 Juli 2009. Nuryani. 1995. Pengembangan Keterampilan Proses dan Strategi Belajar Aktif (Makalah Penyuluhan dan Pengabdian Kepada Masyarakat). Bandung: IKIP Bandung. Nuryani & Rustaman, Adrian.1997. Pokok-pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Jakarta: Depdikbud. Ozer, Dilek Zeren et al. 2013. A Study on the Evaluation of Science Project of Primary School Students Based on Scientific Criteria. Asia Pasific Forum on Science Learning and teaching. Volume 14, Issue 2, article 6,p.1 commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
Padilla, Michael. 1990. The Science Process Skills. Research Matters - to the Science Teacher No. 9004 March 1, 1990 (http://www.educ.sfu.ca/narstsite/publications/research/skill.htm) diakses 30 Juni 2013. Padilla, Michael, et al. 1983. The relationship between science process skills and formal thinking abilities. Journal of Research in Science Teaching, 20(3), 239-246 Prabowo. 1998. Metodologi Penelitian. Surabaya: Upress Unesa Program Pascasarjana. 2011. Panduan Penulisan Tesis. Surakarta Rahmi, Gina Hanifah. 2013. Penggunan Buku Ajar Materi Alat Optik untuk Meningkatkan Keterampilan Proses sains Siswa SMA. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Serway, Raymond A. dan Jewett Jr. 2009. Fisika-untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Salemba Teknika. Shaibu, Amos A.M., & Jonathan S. Mari. 2013. The Effect of Process-skill Instruction on Secondary School Students’ Formal Reasoning Ability in Nigeria. Science Education International, Vol. 14, No. 4, Desember 20013. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Bandung
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Sukiman.2012.Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia Suparman, Atwi. 1993. Desain Instruktional. Jakarta: Rineka Cipta Thiagarajan & Semmel. 1974. Instructional develeopment for training teacher of exeptional children. Bloomington Indiana: Indiana University. Tomera, Audrey N. 1974. Transfer and retention of transfer of the science processes of observation and comparison in junior high school students. Science Education, 58, 195-203 commit to user
Tesis Heri E.A (P.Sains UNS) [email protected] perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu, dalam teori dan praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana. ________. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. Trowbridge, L. $ Bybee, R. 1996. Teaching secondary Englewood Cliffs, N.J.: Merill and Prenctice Hall. Utomo,
school
science.
Pristiadi. 2008. Modul Gerak dan Gaya (online). (http://pristiadiutomo.wordpress.com/2008/05/30/gerak-dan-gaya/) diakses 28 November 2013.
Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Vembriarto. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita. Wagiran. 2006. Meningkatkan keaktifan mahasiswa dan reduksi miskonsepsi melalui pembelajaran konstruktivistik model kooperatif berbantuan modul. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 13 No.1, hal. 25-32. Widyoko, Eko P. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran .Yogyakarta : Pustaka Pelajaran Wijaya, Cece. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya Yulianti, D. & Herlina, L. 2008. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Semarang: Universitas Negeri Semarang
commit to user