BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Harus diakui bahwa pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh para
ahli ekonomi telah menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju dan sejahtera. Pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut maka Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan akan semakin mengandalkan pada aktifitas dan peran aktif masyarakat itu sendiri. Program pemerintah yang dijalankan sekarang ini semakin menggalakkan sektor industri, terutama industri kecil dan menengah sebagai wadah usaha bagi sebagian masyarakat yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan memberikan andil besar serta menduduki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Bali, terutama dari potensinya yang banyak menyerap tenaga kerja dan banyaknya jumlah usaha yang tersedia (Erawan, dkk, 2003).
1
Pembangunan sektor Perdagangan merupakan salah satu sektor dalam bidang ekonomi yang mendapat perhatian dari pemerintah sebagai titik berat dalam pengembangan usaha mandiri yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup dan juga untuk meningkatkan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang tersebut. Pengembangan usaha kecil dan menengah yang digalakkan pemerintah dewasa ini sesungguhnya sudah sejak lama dilaksanakan pada bidang usaha perdagangan, usaha kecil dan menengah. Pada dasarnya peningkatan pemerataan usaha dan pendapatan, dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja, dilaksanakan melalui usaha yang efisien dan unggul dalam persaingan. pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator peningkatan kesejahteraan, namun yang perlu ditekankan, bagaimana agar pertumbuhan tersebut dapat dinikmati oleh sebagian besar penduduk. Artinya, pertumbuhan yang tercipta dari aktivitas pembangunan haruslah semakin berkualitas. Dalam hubungan ini perlu diperluas kesempatan berusaha serta ditumbuh kembangkan swadaya dan kemampuan berusaha, khususnya bagi koperasi, usaha kecil serta usaha informal dan tradisional baik usaha masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Kota Denpasar adalah ibukota Provinsi Bali sebagai pusat pemerintah sekaligus juga sebagai pusat perekonomian sehingga menyebabkan jumlah penduduk yang padat. Kepadatan penduduk berpengaruh pada peningkatan kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam. Kota Denpasar sebagai pusat perekonomian dapat dilihat dengan jumlah perusahaan dan lapangan usaha yang disajikan pada Tabel 1.
2
Tabel 1.1
Kate -gori 1.
Jumlah Perusahaan/Usaha berdasarkan sektor Lapangan Usaha di Kota Denpasar Dirinci Per Kecamatan, 2006 Lapangan Usaha
Pertambangan
&
Selatan 12
Timur 0
Denpasar Barat Utara 0 2
Total 14
Penggalian 2.
Industri Pengolahan
1.406
766
1.783
1.027
4.982
3.
Listrik, Gas dan Air
5
4
4
3
16
4.
Konstruksi
76
95
98
99
368
5.
Perdagangan Besar dan Eceran Akomodasi & Rumah
7.667
4.584
11.330
7.666
31.247
3.127
1.970
3.882
2.818
11.797
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Perantara Keuangan
1.154
391
1.023
647
3.215
163
141
175
137
616
Real Estate & Usaha Persewaan Jasa Pendidikan
4.265
1.725
2.014
2.052
10.056
185
179
230
156
750
Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial Jasa kemasyarakatan, Sosial Budaya dan Hiburan Jasa perorangan yang melayani rumah tangga Jumlah
207
138
259
158
762
2.142
1.311
2.167
1.672
7.292
85
49
93
55
282
20.494
11.353
23.002
16.492
71.341
6.
Makan 7.
8. 9. 10. 11. 12.
13.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, Tahun 2006 Berdasarkan hal tersebut tampak pada Tabel 1.1 dijelaskan lapangan usaha diluar sektor lapangan Usaha Pertanian dan Perikanan yang mendominasi jumlah terbanyak. Pada urutan pertama yaitu lapangan usaha bergerak pada sektor perdagangan besar dan eceran sebanyak 31.247 unit usaha, kedua lapangan usaha akomodasi dan rumah makan sebanyak 11.797 unit usaha, yang ketiga lapangan usaha real estat dan usaha persewaan sebanyak 10.056 unit usaha, dilanjutkan
3
dengan lapangan usaha jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan hiburan sebanyak 7.292 unit usaha, lapangan usaha industri pengolahan sebanyak 4982 unit usaha, lapangan usaha transportasi, pergudangan dan komunikasi sebanyak 3.215 unit usaha, lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebanyak 762 unit usaha, lapangan
usaha jasa pendidikan sebanyak 750 unit usaha, lapangan usaha
perantara keuangan sebanyak
616 unit usaha, lapangan usaha konstruksi
sebanyak 368 unit usaha, lapangan usaha jasa perorangan yang melayani rumah tangga sebanyak 282 unit usaha, lapangan usaha listrik, gas, dan air sebanyak 16 unit usaha dan yang terakhir adalah lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebanyak 14 unit usaha. Pada tabel di atas tampak bahwa sektor perdagangan besar dan eceran merupakan jumlah terbanyak. Sektor perdagangan besar dan eceran yang mengelompok pada lokasi pasar. Jumlah pasar di Kota Denpasar yang bernaung pada pemerintah Kota Denpasar disajikan pada Tabel 1.2. Pada Tabel 1.2 menunjukkan jumlah pedagang yang paling banyak berada di Pasar Badung yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Barat sebanyak 1.963 pedagang disusul Pasar Kumbasari yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Barat sebanyak 972 pedagang, sedangkan jumlah pedagang paling sedikit berada di pasar Senggol Sanglah yang berlokasi di Kecamatan Denpasar Selatan sebanyak 35 pedagang.
4
Tabel 1.2 Jumlah Pasar dan Banyaknya Pedagang pada Pasar Umum di Kota Denpasar Dirinci Per Kecamatan, 2008 No I
Kecamatan Denpasar Selatan
Nama Pasar
Jumlah Pedagang 480
a. Pasar Sanglah b. Pasar Inpres Sanglah c. Pasar Senggol Sanglah
II
III
Denpasar Timur
Denpasar Barat
296 35
a. Pasar Satrya
297
b. Pasar Ketapian
257
a. Pasar Kumbasari
972
b. Pasar Lokitasari
50
c. Pasar Anyar Sari
518
d. Pasar Gunung Agung
249
e. Pasar
506
Senggol
Kumbasari f. Pasar Badung
IV
Denpasar Utara
1.963
g. Pasar Suci Sari Jaya
70
h. Pasar abian Timbul
182
a. Pasar Kreneng
922
b. Pasar Senggol Asoka
503
c. Pasar Pidada
237
Jumlah
7.537
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, Tahun 2008 Pasar yang merupakan salah satu konsentrasi para pedagang (menengah ke bawah), dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengurangi pengangguran. Hal ini terjadi karena pasar yang difasilitasi oleh pemerintah sebagai salah satu kebijakannya akan berperan penting bagi para pedagang (wirausahawan) sebagai tempat menjual produknya. Disamping pasar (khususnya
5
di pedesaan) dapat membendung arus migrasi ke kota karena para pedagang akan menampung sebagian tenaga kerja. Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah pendapatan. Pendapatan merupakan hal yang sangat penting bagi para pedagang, oleh karena itu tingkat keramaian pasar yang berarti permintaan cukup tinggi akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan. Hal ini sebagai akibat sirkulasi modal pedagang yang relatif kecil, cukup cepat sehingga modal menjadi sangat produktif. Tingkat produktivitas atau perputaran modal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti : besarnya modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, pengalaman kerja dan lain-lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jam kerja (curah waktu) dan modal kerja pedagang. Curahan jam kerja adalah jerih payah yang dilaksanakan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang bersifat ekonomi. Dalam penelahaan curahan jam kerja laki-laki dan perempuan dalam suatu rumah tangga menunjukkan secara nyata bahwa perempuan mempunyai curahan jam kerja lebih besar dalam pencarian nafkah seperti pada bidang pertanian, industri kecil, dan industri besar dibandingkan dengan laki-laki (Effendi, 1992). Selanjutnya dikatakan bahwa bekerja bukan hanya mengisi waktu senggang melainkan juga untuk mendatangkan tambahan pendapatan. Curahan jam kerja rumah tangga meliputi curahan jam kerja suami, istri, anak-anak. Jika dilihat dari aktivitasnya ternyata perempuan bekerja lebih lama daripada laki-laki, dimana perempuan menghabiskan waktu 8 -10 jam per hari untuk pekerjaan yang langsung menghasilkan, sedangkan laki-laki menghabiskan waktu hanya 7 – 9 jam per hari. Untuk pekerjaan mencari nafkah untuk perempuan rata-rata 2 – 4
6
jam sehari, sedangkan untuk pekerjaan rumah tangga untuk laki-laki 0,2 – 2 jam per hari. Variabel independen kedua yaitu modal kerja. Modal adalah harta yang dimiliki perusahaan yang dipergunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau membiayai operasional perusahaan tanpa mengorbankan aktiva yang lain dengan tujuan memperoleh laba yang optimal. Modal merupakan kunci dari setiap usaha. Modal dagang yang besar dapat mempengaruhi pendapatan, karena dengan modal yang besar para pedagang mempunyai kesempatan penambahan kuantitas, variatif barang yang ditawarkan pedagang kepada pembeli. Modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar, dan modal kerja kotor adalah investasi perusahaan dalam aktiva lancar seperti kas, piutang dan persediaan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah jam kerja dan modal kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar. 2) Bagaimanakah pengaruh jam kerja dan modal kerja terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar. 3) Bagaimana kondisi Economic Of Scale pada usaha dagang di Pasar Badung Kota Denpasar.
1.2
Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
7
1) Untuk mengetahui pengaruh jam kerja dan modal kerja secara simultan terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar. 2) Untuk mengetahui pengaruh jam kerja dan modal kerja secara parsial terhadap Pendapatan Pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar. 3) Untuk mengetahui kondisi Economic Of Scale pada usaha dagang di Pasar Badung Kota Denpasar.
1.3
Kegunaan Penelitian
1) Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan teori, dengan melihat economic of scale usaha dagang dan pendapatan pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar akibat adanya jam kerja dan modal kerja yang berbeda antar pedagang. 2) Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat, memberikan informasi yang riil tentang kondisi pedagang yang ada di Pasar Badung, sehingga menemukan faktor-faktor yang mendasari besar kecil jumlah pendapatan yang diterima pedagang. Dengan mengetahui berbagai faktor tersebut diharapkan pemerintah maupun pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan, yakni ada dalam hal kesejahteraan antar pedagang di Pasar Badung Kota Denpasar.
1.4
Sistematika Penyajian Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang keseluruhan bab memiliki hubungan yang saling berkaitan. Gambaran umum mengenai isi masingmasing bab adalah sebagai berikut :
8
Bab I Pendahuluan Merupakan Bab pendahuluan yang menguraikan hal-hal mengenai latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penulisan dan sistematika penyajian. Bab II Tinjauan Teoritis dan Hipotesis Merupakan Bab tinjauan teoritis menguraikan teori-teori dan materi yang relevan yang mendukung permasalahan, yang mendasar dan mendukung masalah pokok, dan hipotesis. Bab III Metodelogi Penelitian Menguraikan tentang lokasi, obyek penelitian, identifikasi variable, definisi operasional variable dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Menguraikan tentang
gambaran umum tempat daerah penelitian, dan
pembahasan hasil penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Memuat simpulan-simpulan mencakup hasil pembahasan yang telah divas dalam bab sebelumnya, serta saran-saran yang diajukan berdasarkan simpulan.
9