BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Argumentasi mengenai pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan masih bergulir dan menjadi perdebatan sampai saat ini. Beberapa penelitian terdahulu belum sampai pada kesimpulan yang sama mengenai pengaruh strategi tersebut pada nilai perusahaan. Beberapa penelitian baik dibidang manajemen keuangan maupun bidang manajemen strategi mengemukakan strategi diversifikasi yang dilakukan korporasi meningkatkan nilai perusahaan sedangkan penelitian lainnya menemukan hal sebaliknya. Pada kenyataannya diversifikasi tetap dipandang sebagai salah satu strategi penting bagi perusahaan sehingga banyak perusahaan termasuk di Indonesia menjalankan strategi tersebut. Strategi diversifikasi di Indonesia terutama pada era 1990-an ditandai dengan banyaknya perusahaan yang merupakan bagian dari kelompok bisnis besar yang membentuk konglomerasi, bahkan sebelum krisis moneter melanda di era tersebut, kekuatan ekonomi Indonesia didominasi oleh sekelompok kecil konglomerasi berskala besar. Terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan diversifikasi. Gomes dan Livdan (2004) menyatakan bahwa diversifikasi merupakan proses natural dari pertumbuhan perusahaan. Perusahaan pada awalnya beroperasi sebagai perusahaan fokus atau bersegmen tunggal dan seiring dengan bertambahnya usia, perusahaan akan memperluas lingkup operasional dengan melakukan diversifikasi. Di Indonesia sendiri karakteristik perusahaan dibangun dari perusahaan keluarga berskala menengah yang sejalan dengan waktu
1
mengembangkan bisnis mereka dengan menghasilkan produk baru ataupun memasuki lini bisnis baru bahkan pasar yang berbeda geografis dari bisnis semula. Montgomery (1994) memaparkan alasan diversifikasi dari dua perspektif, pertama alasan maksimalisasi laba dan kedua berdasarkan perspektif keagenan. Perspektif maksimalisasi laba didasarkan pada dua kekuatan yaitu kekuatan pasar untuk menumbuhkan pengaruh anti kompetisi dan kekuatan sumber daya untuk pemanfaatan kelebihan kapasitas perusahaan dalam rangka lingkup ekonomi (economies of scope). Kekuatan menumbuhkan anti kompetisi ditempuh dengan strategi diversifikasi misalnya melalui akuisisi ataupun merger dalam upaya mempertahankan laba dari ancaman pesaing sedangkan pemanfaatan sumber daya secara bersama menciptakan sinergi dari beberapa cakupan usaha seperti penggunaan teknologi, riset secara bersamaan antar unit usaha, penggunaan jalur distribusi dan pemakaian merek yang telah terkenal. Weston (1970) berpendapat bahwa penggabungan dua unit bisnis akan memperoleh social gain dalam arti aset dari segmen usaha yang inferior akan lebih optimal bagi segmen yang superior untuk dapat dikelola dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan dibandingkan di bawah pengelolaan segmen inferior yang memiliki keterbatasan dalam optimalisasi penggunaan sumber daya. Perspektif kedua didasarkan pada pandangan keagenan yang dikaitkan dengan faktor risiko. Ada dua sisi yang dapat dianalisis mengenai strategi diversifikasi dari sudut pandang keagenan. Pertama diversifikasi dilakukan manajer dalam rangka mengatasi eksposur dari risiko bisnis yang dijalankan.
2
Amihud dan Lev (1981) mengemukakan motivasi manajer dalam melakukan diversifikasi untuk membentuk portofolio risiko sendiri yang berbeda dengan portofolio pemilik modal. Risiko yang ditanggung manajer berbeda dengan pemilik modal karena pemilik telah meminimalisasi risiko tidak sistematis dengan cara membentuk portofolio yang terdiri dari beberapa saham, sedangkan manajer menanggung risiko penuh baik risiko sistematis maupun risiko tidak sistematis dari operasional perusahaan sehingga untuk mengatasi risiko tersebut manajer cenderung menerapkan strategi diversifikasi baik dengan produk, lini bisnis baru bahkan pasar yang baru yang berbeda dari lini bisnis awal. Aggarwal dan Samwick (2003) menyatakan bahwa alasan manajer untuk melakukan diversifikasi adalah untuk mengurangi idiosyncratic risk (risiko tidak sistematis) dan memperoleh peluang mendapatkan keuntungan bagi manajer. Weston (1970) menganalogikan keputusan diversifikasi perusahaan seperti portofolio individual sesuai dengan teori yang dibangun oleh Markowitz dan Sharpe yaitu bila investasi diletakkan pada satu wadah portofolio yang tidak seluruhnya memiliki hubungan korelasi secara positif maka risiko investasi akan menurun dan meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan sisi kedua mengaitkan diversifikasi dengan konflik keagenan. Jensen (1986) menggambarkan diversifikasi timbul karena adanya konflik kepentingan antara pemilik modal dan manajer terkait dengan penggunaan arus kas. Manajer cenderung melakukan diversifikasi daripada mengeluarkan kas untuk pembayaran dividen demi mempertahankan kekuasaan atas dana yang dikelola meskipun investasi memberikan net present value (NPV) negatif.
3
Pembayaran dividen akan mengurangi kontrol terhadap sumber daya yang dikuasai manajer dengan implikasi mengurangi kekuasaan manajer, dan meningkatkan pengawasan dari pihak eksternal bila ternyata sumber daya internal tidak mencukupi sehingga memerlukan dana dari pihak eksternal. Dengan tetap mempertahankan sumber daya modal berada pada pengelolaan manajer maka kendali atas sumber daya modal tersebut tetap berada pada manajer. Selain perspektif maksimalisasi laba dan keagenan, penyebab dilakukannya diversifikasi karena adanya batasan dalam penyediaan modal. Weston (1970) dan Stein (1997) mengemukakan bahwa alokasi sumber daya lebih efisien digunakan dalam lingkup internal perusahaan daripada mengandalkan dari lingkungan di luar perusahaan terutama pada saat kondisi pasar modal eksternal sulit diandalkan Penilaian perusahaan dari beberapa penelitian mengenai diversifikasi ditinjau dari dua sisi yaitu berdasarkan kemampuan menghasilkan laba yang diukur dengan indeks akuntansi dan berdasarkan nilai pasar. Montgomery (1982) menguji pengaruh diversifikasi melalui kemampuan perusahaan menghasilkan laba melalui indeks akuntansi seperti return on equity (ROE) atau return on investor’s capital (ROIC) dengan menggunakan analisis Tobin’s q. Hal ini juga dilakukan oleh Palepu (1985) dengan hasil penelitian perusahaan yang melakukan diversifikasi berkaitan (related) memiliki pertumbuhan laba yang lebih baik daripada diversifikasi tidak berkaitan (unrelated). Lang dan Stulz (1994) serta Servaes (1996) menguji pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan dalam kaitannya dengan kekayaan shareholder. Berger dan Ofek (1995) menilai perusahaan dari kondisi perdagangan saham dengan
4
menggunakan data tingkat segmen yang membandingkan selisih nilai pasar (excess value) antara perusahaan diversifikasi dengan perusahaan fokus untuk menduga pengaruh diversifikasi. Merujuk dari hasil beberapa penelitian terdahulu, pengaruh diversifikasi terhadap nilai perusahaan belum sampai pada kesimpulan yang sama. Beberapa penelitian
pendahuluan
mengemukakan
bahwa
keputusan
diversifikasi
berhubungan dengan penurunan nilai perusahaan sehingga perusahaan yang melakukan
diversifikasi
diperdagangkan
secara
diskonto
dibandingkan
perusahaan yang tetap fokus sedangkan penelitian lainnya mengemukakan peningkatan nilai dalam hal ini nilai pasar bagi perusahaan yang melakukan diversifikasi. Berger dan Ofek (1995) menggunakan penilaian excess value sebagai pengukuran nilai perusahaan yaitu nilai lebih perusahaan diversifikasi dibandingkan perusahaan fokus. Penelitian dilakukan pada kurun waktu 19861991 menemukan rata-rata perusahaan diversifikasi diperdagangkan secara diskonto sebesar 13-15% dibandingkan perusahaan fokus. Dengan observasi penelitian sebanyak 16,181 sampel di Amerika Serikat dan penggunaan variabel kontrol ukuran perusahaan, profitabilitas dan peluang pertumbuhan, penelitian tersebut mengemukakan bahwa diversifikasi menurunkan nilai perusahaan sedangkan
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
dan
peluang pertumbuhan
meningkatkan nilai perusahaan. Campa dan Kedia (2002) mengemukakan bahwa efek positif dari ukuran perusahaan menurun bila ukuran perusahaan semakin besar. Pasar menilai
5
semakin banyak aset perusahaan semakin tinggi peluang terjadinya idle asset sehingga pemanfaatan sumber daya menjadi tidak efisien dan kurang produktif bagi pertumbuhan perusahaan. Lins dan Servaes (1999) dengan sampel dari tiga negara yaitu Jerman, Inggris dan Jepang menemukan pengaruh yang berbeda dari ketiga pasar yang diteliti. Di Jepang dan Inggris diversifikasi mengakibatkan perusahaan diperdagangkan secara diskonto dalam hal ini perusahaan yang melakukan diversifikasi bernilai lebih rendah daripada jika perusahaan tersebut mengoperasikan segmen usahanya sendiri-sendiri, sedangkan di Jerman penelitian tersebut tidak menemukan hubungan antara strategi diversifikasi dengan penurunan nilai perusahaan namun yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah faktor profitabilitas dan peluang pertumbuhan dengan indikasi semakin tinggi profitabilitas dan peluang pertumbuhan semakin tinggi pula nilai perusahaan. Pasar menilai positif perusahaan yang memiliki profitabilitas dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi karena hal itu mengindikasikan perusahaan berada pada industri yang bertumbuh. Mansi dan Reeb (2002) menemukan bahwa rasio leverage perusahaan diversifikasi lebih tinggi daripada perusahaan dengan segmen tunggal, dan hubungan negatif antara excess value dengan leverage yang mengindikasikan semakin besar rasio leverage semakin kecil nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena pasar menilai risiko yang dihadapi perusahaan semakin tinggi bila utang jangka panjang semakin besar dengan asumsi peluang gagal bayar semakin besar. Diversifikasi dilakukan untuk memperluas segmen usaha perusahaan dan bila
6
strategi tersebut didanai mayoritas dengan utang maka akan meningkatkan risiko perusahaan. Berger dan Hann (2007) menjelaskan bahwa penurunan nilai perusahaan disebabkan adanya biaya agensi sehingga segmen baru cenderung memiliki keuntungan abnormal yang lebih rendah. Denis et al. (1999) yang mengkaji strategi diversifikasi dalam kaitannya dengan biaya keagenan mengemukakan konflik keagenan menurun bila proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan meningkat, karena manajemen akan berupaya untuk mengurangi terciptanya penurunan nilai perusahaan dan bergiat memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang juga termasuk dirinya sendiri, sehingga terdapat excess value gain dengan peningkatan kepemilikan manajerial. Untuk perusahaan di Indonesia, Harto (2007) telah melakukan penelitian yang terdiri dari 100 sampel dengan kesimpulan perusahaan yang melakukan diversifikasi memiliki nilai lebih rendah dari perusahaan bersegmen tunggal dengan indikator terdapat excess value negative pada perusahaan yang melakukan diversifikasi dibandingkan perusahaan bersegmen tunggal. Selain penelitian di atas, hasil penelitian terbaru menyatakan diversifikasi tidak menurunkan nilai perusahaan (Villalonga, 2004). Penurunan nilai perusahaan bukan disebabkan oleh keputusan diversifikasi namun karena kinerja perusahaan sebelum melakukan diversifikasi memang sudah rendah sehingga ketika melakukan diversifikasi
kinerja sebelumnya mempengaruhi
nilai
perusahaan dimata investor (Lang dan Stulz,1994; Graham et al., 2002). Sedangkan Whited (2001) mengatakan bahwa perusahaan diversifikasi tidak
7
diperdagangkan secara diskonto namun penurunan nilai akibat penggunaan proksi yang tidak tepat dalam penelitian. 1.2 Rumusan Masalah Keberagaman penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mendorong penulis untuk menguji lebih lanjut pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan. Penelitian dilakukan melalui observasi terhadap perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2013. Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh diversifikasi terhadap nilai perusahaan dan untuk memperjelas pengujian digunakan beberapa variabel kontrol seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, peluang pertumbuhan, tingkat leverage serta kepemilikan manajerial. Adapun penggunaan variabel kontrol dalam penelitian, seperti diutarakan oleh Berger dan Ofek (1995), merupakan variabel yang ukurannya tidak dipengaruhi apakah suatu perusahaan melakukan strategi diversifikasi ataukah tetap menjalankan strategi fokus sehingga bias dalam penelitian dapat dihindarkan. 1.3 Pertanyaan Penelitian Perumusan pertanyaan penelitian didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang mayoritas menemukan hasil bahwa nilai perusahaan diversifikasi lebih rendah dari perusahaan fokus, sehingga permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah pada pasar modal Indonesia perusahaan diversifikasi diperdagangkan secara diskonto sehingga terdapat penurunan nilai (excess value loss) pada perusahaan yang melakukan diversifikasi dibandingkan dengan perusahaan yang tetap fokus?
8
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh dilakukannya diversifikasi pada perusahaan di Indonesia melalui perbandingan nilai antara perusahaan yang melakukan diversifikasi dengan perusahaan yang bersegmen tunggal. Nilai perusahaan diukur dari excess value yang merupakan selisih antara nilai pasar perusahaan diversifikasi dengan perusahaan fokus. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut: 1.
Memberikan pemahaman lebih lanjut dan menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai manfaat diversifikasi perusahaan.
2.
Dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi para praktisi, emiten, dan investor dalam pengambilan keputusan, sehubungan dengan penilaian saham yang terkait dengan kegiatan diversifikasi perusahaan.
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penelitian ini akan berfokus pada pengujian pengaruh keputusan diversifikasi terhadap kinerja perusahaan di Indonesia secara umum dengan membandingkan excess value dari perusahaan yang melakukan diversifikasi dengan perusahaan fokus tanpa membedakan apakah diversifikasi dilakukan secara berkaitan atau tidak berkaitan. Studi ini bersifat panel dengan menggunakan data yang diolah dari laporan keuangan perusahaan selama tiga tahun berturut-turut. Penelitian ini belum tentu sama jika dilakukan dalam waktu
9
lainnya karena memungkinkan terdapat faktor yang berbeda yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka susunan sistematika penulisan berikut berisi tentang hal yang dibahas dalam setiap bab: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta ruang lingkup penelitian. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya mengenai diversifikasi, nilai perusahaan dan pengaruh diversifikasi pada nilai perusahaan. Bab ini digunakan sebagai landasan penelitian, hasil penelitian, dan hipotesis. BAB III. METODE PENELITIAN Bab ini akan menguraikan tentang desain penelitian, desain operasional penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan instrumen penelitian, serta metode analisis yang digunakan untuk mengolah data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan deskripsi objek penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan hasil pengujiannya.
10
BAB V. KESIMPULAN Bab ini akan menyimpulkan hasil penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini juga akan menjelaskan batasan yang ada di penelitian ini dan memberi saran bagi penelitian selanjutnya.
11