BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pegadaian merupakan sebuah lembaga keuangan formal di Indonesia, yang bertugas menyalurkan pembiayaan dengan bentuk
pemberian
uang
pinjaman
kepada
masyarakat
yang
membutuhkan berdasarkan hukum gadai. Lembaga Pegadaian ini wujud dari pembangunan perekonomian nasional yang diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945, dengan tujuan turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai, dan mencegah timbulnya praktik ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tak wajar lainnya. Banyak masyarakat yang membutuhkan dana cepat mencari alternatif untuk mengatasi kekurangan dananya dengan mendatangi pegadaian. Di pegadaian, masyarakat dapat memperoleh dana yang dibutuhkan dengan waktu yang singkat dan tingkat biaya yang dikenakan juga masih terjangkau. Lembaga pegadaian memiliki keunggulan dari lembaga keuangan yang lain, yaitu diantaranya: hanya memerlukan waktu yang relatif singkat untuk mencairkan uang pinjaman tepat pada hari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan prosedur pencairan yang tidak berbelit-belit.1 Tugas utama pegadaian adalah untuk mengatasi agar masyarakat yang sedang membutuhkan uang tidak jatuh ke tangan rentenir yang bunganya relatif tinggi. 2 Dengan 1
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009), 388. 2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 24.
1
2
adanya pegadaian, masyarakat yang kekurangan dana dapat sewaktuwaktu memenuhi kebutuhannya akan uang tunai, karena sesuai dengan namanya
pegadaian
adalah
tempat
dimana
masyarakat
yang
membutuhkan dana dapat datang membawa barang jaminan pribadinya dengan waktu yang cepat, aman dan mudah. Hal ini sesuai dengan motto pegadaian yaitu ”Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”.3 Peran pegadaian yang berorientasi untuk membantu dan melayani kebutuhan masyarakat berskala kecil sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Sebagai lembaga keuangan non-bank yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, dan dengan tugas utamanya yaitu menyalurkan pembiayaan gadai. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong sebagai pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit unit).4 Pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 yang dimaksud pembiayaan adalah “penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank,
koperasi,
dan
lembaga
keuangan
bukan
bank,
untuk
mengembalikan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro Kecil dan Menengah”.5 Indonesia sebagai negara berkembang perlu memperhatikan UMKM secara serius. Karena UMKM mempunyai kinerja lebih baik dalam tenaga kerja yang produktif, mempunyai produktivitas tinggi, 3
Julius R.Latumaerissa, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 459. 4 Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 103. 5 UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
3
dan mampu hidup di sela-sela usaha besar. UMKM mampu menopang usaha besar, seperti menyediakan bahan mentah, suku cadang, dan bahan pendukung lainnya. UMKM juga mampu menjadi tombak bagi usaha besar dalam menyalurkan dan menjual produk dari usaha besar ke konsumen.6 Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah menjelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif millik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU ini. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU ini. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. Di Indonesia, saat ini banyak sekali bermunculan usaha-usaha baru, mulai dari usaha produksi yang bergerak dalam kegiatan proses perubahan suatu bahan menjadi produk baru yang mempunyai nilai tambah.
Lalu
perdagangan
yang
bergerak
dalam
kegiatan
memindahkan barang dari produsen ke konsumen atau tempat lain yang membutuhkan, misalnya warung, rumah makan, serta usaha yang bergerak dalam bidang pelayanan atau menjual jasa. Contohnya, salon, 6
Gatut Susanta dan M Azrin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM (Bogor: Raih Asa Sukses, 2009), 6.
4
bengkel, biro perjalanan, dan lain-lain. Secara praktik UMKM sering dikaitkan dengan usaha yang memiliki keterbatasan modal. Tidak jarang jenis usaha ini sering kali dikaitkan dengan bisnis ala rakyat kecil. Namun, tidak sedikit yang berawal dari UMKM kemudian berkembang menjadi perusahaan yang besar dan maju.7 Seiring dengan terus berjalannya usaha-usaha tersebut, tentunya sedikit demi sedikit mengalami perubahan di dalam profit, keadaan tempat, ataupun produk-produknya. Dengan demikian, para pelaku usaha tentunya membutuhkan modal tambahan baik untuk memenuhi kebutuhan produksinya, ataupun tambahan modal untuk memperbaiki tempat usahanya, dan nantinya akan meningkatkan pendapatan yang akan diperoleh. Pendapatan terbesar yang diperoleh Pegadaian Syariah adalah berasal dari pinjaman gadai. Dengan memanfaatkan salah satu keunggulan yang dimiliki, oleh pegadaian syariah dapat memberikan pembiayaan untuk tambahan modal usaha. Salah satunya dengan menggunakan produk Ar-Rum BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor). Ar-Rum BPKB adalah pembiayaan dengan prinsip syariah untuk pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sesuai fatwa DSN MUI No. 68/DSN-MUI/III/2008. Awalnya produk Ar-Rum BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) ini adalah program dari pemerintah untuk membantu pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menambah modal usahanya. Nasabah yang membutuhkan tambahan
modal untuk
usahanya bisa mendapatkan pinjaman dengan menjaminkan BPKB kendaraannya, dan kendaran tersebut masih dapat dipakai untuk berwirausaha. 7
Gatut Susanta dan M.Azrin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM., 6.
5
Pinjaman yang diberikan kepada nasabah tentu telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pegadaian. Proses yang ditawarkan pun cukup mudah dan dana akan cair selama tiga hari. Sebelum nasabah mengajukan pinjaman atau pembiayaan usaha, pertama nasabah harus melakukan verifikasi dokumen dan analisis usaha. Kedua, juru taksir dari pegadaian syariah akan melakukan survei tempat dan kondisi usaha. Ketiga, tim mikro menyetujui besaran pinjaman. Keempat, nasabah akan menerima uang pinjaman.8 Dengan demikian keberadaan produk Ar-Rum BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) di pegadaian syariah ini sangat membantu dalam meringankan beban para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam memperoleh tambahan modal usaha untuk mengembangkan usahanya. Berdasarkan
uraian
diatas
mengenai
adanya
Pengaruh
Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMBIAYAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka muncul dua pokok permasalahan yang berkaitan dengan masalah Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), yaitu : 1. Penelitian
ini
untuk
mengetahui
Pengaruh
Pembiayaan
Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
8
http://www.pegadaian.co.id/pegadaian-arrum.php Januari 2017 pukul 13.31 WIB.
diakses Kamis,
19
6
2. Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Responden pada penelitian ini adalah nasabah yang menggunakan Pembiayaan Ar-Rum BPKB di Pegadaian Syariah Cabang Kepandean Serang. Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah Pegadaian Syariah Kepandean Serang. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)? 2. Bagaimana Pandangan Ekonomi Islam terhadap Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Pegadaian Syariah? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
dan
permasalahan
yang
dikemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Mikro Kecil Menengah (UMKM). 2. Untuk mengetahui Bagaimana Pandangan Ekonomi Islam terhadap Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
7
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi Lembaga Pegadaian Syariah Dengan dilakukannya penelitian, lembaga ini lebih melihat nasabah dan menjadikan nasabah sebagai mitra kerja yang saling menguntungkan sesuai syariat Islam. Juga sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak lembaga baik dalam menjalankan aktivitas maupun dalam mengambil keputusan manajemen di masa yang akan datang. 2) Bagi Pengusaha Kecil/ UMKM Memberikan tambahan pengetahuan kepada para pengambil keputusan yang berkaitan dengan pengembangan usaha kecil, sekaligus
sebagai
evaluasi
program
penyaluran
pinjaman/pembiayaan oleh Pegadaian Syariah kepada usaha kecil. 3) Bagi Penulis Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah untuk memberikan tambahan wawasan baru mengenai produk Ar-Rum BPKB dalam meningkatkan pendapatan UMKM. 4) Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak lain dalam berbagai kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan kajian ini untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
8
G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi yang merupakan laporan hasil penelitian ini terdiri dari: BAB I:
PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan peneliltian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN TEORI Bab ini membahas tentang teori-teori serta kajian teori yang berkaitan dengan penelitian, dan berhubungan dengan pokok permasalahan yaitu Pembiayaan, dan Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang Ruang lingkup penelitian, Populasi dan Sampel, Jenis dan sumber data, Teknik pengumpulan data, Definisi operasional variabel, Uji validitas dan reabilitas, Metode analisis data. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Menguraikan mengenai hasil penelitian yang dilakukan dengan disertai pembahasannya, deskripsi objek penelitian, dan argumentasi terhadap hasil penelitian. BAB V: PENUTUP Menyajikan secara singkat apa yang telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terangkum dalam bagian simpulan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Arti
pembiayaan
menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan biaya.9 Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan usaha. Pembiayaan menurut para ahli: 1. Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan
pihak
yang
dibiayai
untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.10 2. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan deficit unit.11 Berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 yang dimaksud pembiayaan adalah:
9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008). 10 Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001), 92. 11 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm 160.
9
10
Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank koprasi, dan lembaga keuangan bukan bank,untuk
mengembangkan
dan
memperkuat
permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.12 Dalam lembaga keuangan syari’ah penggunaan kata pinjam meminjam kurang tepat digunakan disebabkan dua hal : pertama, pinjaman merupakan salah satu metode hubungan finansial dalam Islam. Kedua, pinjam meminjam adalah akad komersial yang artinya bila seseorang meminjam sesuatu ia tidak boleh diisyaratkan untuk memberikan tambahan atas pokok pinjamannya, karena setiap pinjaman yang menghasilkan manfaat adalah riba, sedangkan para ulama’ sepakat bahwa riba itu haram. Oleh karena itu dalam lembaga keuangan syari’ah, pinjaman tidak disebut kredit akan tetapi disebut pembiayaan.13 Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli tidak dilarang dalam islam, hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat AlBaqarah: 275.
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba...14
12
UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praltek, hlm 170. 14 Hasbi Ashshidiqi, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta, Derpartemen Agama RI, 2013), hlm 47. 13
11
Pada ayat diatas menjelaskan bahwa Allah itu tidak melarang
adanya
praktik
jual
beli
tetapi
Allah
melarang/mengharamkan adanya riba. 2. Unsur-unsur pembiayaan Unsur-unsur pembiayaan terdiri dari :15 a. Kepercayaan (Trust) Lembaga keuangan memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. Lembaga keuangan memberikan pembiayaan kepada mitra usaha sama artinya dengan memberikan kepercayaan kepada pihak penerima pembiayaan, bahwa pihak penerima pembiayaan akan dapat memenuhi kewajibannya. b. Akad (kesepakatan) Akad atau kesepakatan merupakan suatu kontrak perjanjian yang dilakukan antara lembaga keuangan dan pihak nasabah/mitra. c. Jangka waktu Merupaka periode waktu yang diperlukan oleh nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh lembaga keuangan. d. Risiko Setiap dana yang disalurkan oleh lembaga keuangan selalu mengandung 15
hlm 107.
risiko
tidak
kembalinya
dana.
Risiko
Ismail, Perbankan Syariah, , (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011),
12
pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali. e. Balas jasa Sebagai balas jasa atas penitipan barang untuk memperoleh pembiayaan, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah. 3. Manfaat Pembiayaan Secara terperinci pembiayaan memiliki manfaat antara lain:16 a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa. Hal ini seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan jasa. b. Merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund. Lembaga keuangan dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang memerlukan dana. c. Pembiayaan
sebagai
pengendali
harga.
Ekspansi
pembiayaan akan mendorong meningkatkannya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong
kenaikan
harga.
Sebaliknya,
pembatasan
pembiayan akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang yang beredar dimasyarakat memiliki dampak pada penurunan harga. d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi
yang
ada.
Pembiayaan
mudharabah
dan
musyarakah yang diberikan oleh bank syariah memiliki 16
Ismail, Perbankan Syariah, 108-109.
13
dampak pada kenaikan makro ekonomi. Mitra (pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, akan memproduksi barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan kegiatan ekonomi. 4. Jenis-jenis Pembiayaan Pembiayan
dilihat
dari
tujuan
penggunaannya,
pembiayaan dibagi menjadi tiga jenis yaitu pembiayaan investasi, modal kerja, dan konsumsi. Perbedaan masing-masing jenis pembiayaan disebabkan karena adanya perbedaan tujuan penggunaannya. Perbedaan ini juga akan berpengaruh pada cara pencairan, pembayaran angsuran, dan jangka waktunya. 1. Pembiayaan Investasi Secara umum pembiayaan investasi ini ditujukan untuk pendirian perusahaan atau proyek baru maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin dan peralatan, pembelian alat angkutan yang digunakan untuk kelancaran usaha, serta perluasan usaha. 2. Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan modal kerja diberikan dalam jangka pendek yaitu paling lama satu tahun. Kebutuhan yang dapat dibiayaai dengan menggunakan pembiayaan modal kerja antara lain, kebutuhan bahan baku, biaya upah, pembelian barang-barang dagangan, dan kebutuhan dana lain yang sifatnya hanya digunakan selama satu tahun, serta kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutupi piutang perusahaan.
14
3. Pembiayaan Konsumsi Pembiayaan ini diberikan kepada nasabah untuk membeli barang-barang untuk keperluan pribadi dan tidak untuk keperluan usaha.17 5. Akad Pembiayaan Akad pembiayaan di pegadaian memiliki 2 (dua) jenis akad transaksi syariah, diantaranya yaitu : 1. Akad Rahn Akad rahn adalah awal mulai berlakunya proses penahanan barang milik peminjam sebagai jaminan dari uang yang telah diterima oleh nasabah. 2. Akad Ijarah Akad ijarah merupakan adak transaksi pemanfaatan hak guna tanpa disertai perpindahan kepemilikan. Pembiayaan dengan akad ijarah ini merupakan pembiayaan bank kepada nasabah untuk transaksi sewa-menyewa barang atau jasa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang di manfatkan oleh nasabah.18 6. Proses Pemberian Pembiayaan Pemberian fasilitas pembiayaan lembaga keuangan kepada nasabah dilakukan melalui serangkaian proses mulai dari
permohonan,
pengumpulan
informasi,
pencairan
pembiayaan, hingga pelunasan kembali pembiayaan. Setelah ada permohonan nasabah atau calon nasabah, proses pemberian pembiayaan dari awal hingga akhir yaitu:
17
Ismail, Perbankan Syariah, 113-114 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), 214 18
15
1. Pengumpulan data/informasi dan verifikasi. 2. Analisis dan persetujuan pembiayaan. 3. Administrasi dan pembukuan pembiayaan. 4. Pemantauan pembiayaan. 5. Pelunasan dan penyelamatan pembiayaan. Alur proses pembiayaan : a. Memiliki usaha dan memenuhi kriteria kelayakan serta telah 1 (satu) tahun atau lebih. b. Fotocopy KTP dan keluarga. c. Menyerahkan dokumen yang diperlukan: 1) surat keterangan usaha 2) BPKB Asli 3) Fotocopy STNK dan faktur pembelian d. Dokumen diperiksa oleh pihak pegadaian. e. Juru taksir akan menghitung pembiayaan. f. Tim mikro akan mensurvei usaha, dan g. Nasabah akan menerima pembiayaan. 7. Proses Perhitungan pembiayaan Ilustrasi Ar-Rum BPKB Takisiran Kendaraan
Rp. 10.000.000
Uang Pinjaman
Rp. 7.000.000
Akad 12 Bulan (Angsuran Perbulan) Angsuran Pokok (Rp.7.000.000: 12 Bulan)
Rp. 583.333
Mu’nah Perbulan (Rp.10.000.000 (transaksi Rp. 70.000 kendaraan) x 0,7 %) Jumlah Angsuran
Rp. 653.333
16
8. Produk Ar-Rum BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) Produk Ar-Rum BPKB Ar-Rum BPKB merupakan skim pinjaman dengan sistem syariah bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk keperluan pengembangan usaha dengan sistem pengembalian secara angsuran, menggunakan jaminan BPKB mobil atau motor. Produk Ar-Rum merupakan skim pembiayaan berbasis syariah bagi para pengusaha kecil untuk keperluan usaha yang didasarkan atas kelayakan usaha. Pembiayaan diberikan dalam jangka waktu tertentu dengan pengembalian pinjaman dilakukan dengan cara angsuran dengan menggunakan gadai maupun fidusia (kepercayaan), skim pinjaman ini diberikan kepada individual pengusaha mikro. Pembiayaan
Ar-Rum
dari
Pegadaian
Syariah
memudahkan para pengusaha kecil untuk mendapatkan modal usaha dengan jaminan BPKB. Kendaraan tetap pada pemiliknya sehingga dapat digunakan untuk mendukung usaha sehari-hari. Adapun keungulan produk Ar-Rum BPKB (Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor) sebagai berikut: 1. Proses transaksi berperinsip syariah yang adil dan menentramkan sesuai fatwa MUI 92/DSN-MUI/IV/2014. 2. Peroses pembiayaan dilayani di lebih dari 600 outlet Pegadaian Syariah. 3. Pembayaran angsuran dapat dilakukan di seluruh outlet Pegadaian Syariah. 4. Pembiayaan berjangka waktu fleksibel mulai dari 12, 18, dan 36 bulan serta dapat dilunasi sewaktu-waktu.
17
5. Pegadaian
Syariah
mengenakan
biaya
pemeliharaan
(mu’nah) yang menarik dan kompetitif. 6. Prosedur pelayanan sederhana, cepat, dan mudah. 7. Pegadaian hanya menyimpan BPKB, kendaraan tetap dapat digunakan nasabah. B. Pandangan ekonomi islam terhadap pembiayaan UMKM Sistem
ekonomi
islam
diyakini
mampu
membawa
masyarakat islam Indonesia untuk dapat sejajar dengan bangsa lain dalam membangun perekonomian, karena Indonesia merupakan negara yang mempunyai pemeluk agama terbesar di dunia. Prinsipprinsip ekonomi islam agar dapat terwujud masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur berdasarkan syariat islam. Salah satu yang diinginkan Islam adalah perekonomian yang tidak mengenal bunga karena ini dianggap riba. Salah satu tujuan utama ekonomi islam adalah bagaimana mewujudkan keadilan disegala bidang agar terjadi pemerataan kesempatan usaha dan kesempatan kerja. Al-quran menempatkan keadilan sebagai salah satu tujuan utama yang dicapai oleh para rasul Allah SWT (al-hadid: 25), dan keadilan merupakan derajat yang mendekati taqwa (al-maidah: 8).
"Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
18
melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Dasar
hukum
yang
digunakan
para
ulama
untuk
membolehkannya rahn yakni bersumber pada Al-quran surat (albaqarah ayat: 283) yang menjelaskan tentang diizinkannya bermuamalah tidak secara tunai yang artinya “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”.
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
19
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan Aisyah binti Abu Bakar, yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw pernah membeli makanan dari seorang yahudi dengan menjadikan baju besinya sebagai jaminan. C. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan barang dan jasa atau aktifitas usaha yang lainnya dalam suatu periode. Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang sering
digunakan
adalah
melalui
tingkat
pendapatan.
Pendapatan menunjukkan seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Sehingga dapat didefinisikan pendapatan adalah aliran masuk pada perusahaan yang diperoleh dari aktivitas kerja ataupun produksi dimana
20
berdampak menambah aktiva perusahaan dengan maksud menambah pemasukan. Indikator-indikator pendapatan yaitu: a. Unsur- unsur pendapatan Didalam unsur-unsur pendapatan yang dimaksud adalah asal dari pada pendapatan ini diperoleh, dimana unsur-unsur tersebut meliputi:19 1.
Pendapatan hasil produksi barang dan jasa.
2.
Imbalan yang diterima atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber ekonomis perusahaan oleh pihak lain.
3.
Penjualan aktiva diluar barang dagang merupakan unsurunsur pendapatan lain-lain suatu perusahaan.
b. Sumber-sumber pendapatan Dalam
pendapatan
diketahui
bahwa
sumber
pendapatan itu dapat melalui beberapa aspek dimana dapat dijabarkan menjadi tiga sumber pendapatan yaitu:20 1.
Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan.
2.
Pendapatan non operasional, yaitu pendapatan yang tidak
terkait
dengan
aktivitas
perusahaan,
yaitu
pendapatan yang didapat dari faktor eksternal. 3.
Pendapatan
luar
biasa
(ekstra
ordinary),
yaitu
pendapatan yang tidak terduga dimana pendapatan ini tidak sering terjadi biasanya diharapkan tidak terulang lagi dimasa yang akan datang. 19
Zaki Baridwan, Akuntansi Keuangan Intermediate:Masalah-Masalah Khusus Edisi 1, (Yogyakarta: BPFE,2011) hlm 28. 20 Zaki Baridwan, Akuntansi Keuangan Intermediate:Masalah-Masalah Khusus Edisi 1, hlm 35.
21
Pendapatan masyarakat dapat berasal dari berbagai sumber, yakni dari sektor formal (gaji atau upah yang diterima secara bertahap), sektor informal (sebagai penghasilan tambahan dagang, tukang, buruh dan lain sebagainya) dan di sektor subsisten (hasil usaha sendiri berupa tanaman, ternak, atau bahkan pemberian orang lain). Berikut tiga sumber penerimaannya: 1.
Pendapatan dari Gaji dan Upah Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji atau upah seseorang secara teoritis sangat tergantung dari produktivitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitasnya, yaitu: a. Keahlian (skill) Keahlian adalah kemampuan teknis yang di miliki seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, keahlian yang di butuhkan makin tinggi, karena itu gaji atau upahnya makin tinggi. b. Mutu Modal Manusia (Human capital) Mutu modal manusia adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn) maupun hasil pendidikan dan latihan.
22
c. Kondisi Kerja (Working Conditions) Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah lingkungan dimana seseorang bekerja. Penuh risiko atau tidak. Kondisi kerja dianggap makin berat, bila risiko kegagalan atau kecelakaan kerja makin tinggi. 21 2.
Pendapatan dari Aset Produktif Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaanya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset finansial (financial assets), seperti deposito yang menghasilkan pendapatan bunga, saham menghasilkan dividen dan keuntungan atas modal (capital gain) bila diperjualbelikan. Kedua, aset bukan finansial (real assets), seperti rumah yang memberikan penghasilan sewa.
3.
Pendapatan dari Pemerintah (Transfer Payment) Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer (transfer pyment) adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atas input yang diberikan. Di negara-negara yang telah maju, penerimaan transfer diberikan, misalnya, dalam bentuk tunjangan penghasilan bagi para penganggur (unemployment compensation), jaminan sosial bagi orangorang miskin dan berpendapatan rendah (social security).22
2. Klasifikasi Pendapatan Pendapatan dapat diklasifikasikan antara lain: a.
Pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.
21
Prathama Rahardja dan Mandala A Manurung, Teori Ekonomi Mikro (Jakarta: FEUI, 2010), 293. 22 Prathama Rahardja dan Mandala A Manurung, Teori Ekonomi Mikro, 294.
23
b.
Pendapatan disposable yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak
yang
harus
dibayarkan
oleh
para
penerima
pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposable. c.
Pendapatan nasional yaitu nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun tertentu.23
3. Jenis-jenis Pendapatan Yang perlu didalami berkaitan dengan upaya meraih laba maksimal adalah mengetahui bagaimana menentukan besarnya pendapatan yang diperoleh produsen. Ada tiga jenis dalam perhitungan pendapatan antara lain: a. Pendapatan total/Total Revenue (TR), yaitu hasil kali jumlah barang yang terjual dengan tingkat harga. b. Pendapatan
rata-rata/Average
Revenue
(AR),
yaitu
pendapatan rata-rata yang diperoleh atas penjualan perunit barang. c. Pendapatan Marginal/Margin Revenue (MR), yaitu kenaikan pendapatan
yang diperoleh produsen sebagai akibat
kenaikan satu unit output yang terjual.24 D. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 1. Pengertian UMKM Menurut UU RI No.20 Tahun 2008 adalah skala usaha dibedakan dalam empat kelompok, yang meliputi usaha mikro,
23
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 48-49. 24 Zaini Ibrahim, Pengantar Ekonomi Mikro (Serang: LP2M IAIN Banten, 2014), 85-86.
24
usaha kecil dan usaha menengah. Adapun definisi untuk masing-masing skala ditentukan berikut ini: a. Usaha Mikro Usaha mikro adalah usaha sekala produktif milik orang perorangan dan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. b. Usaha Kecil Usaha kecil adalah ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. c. Usaha Menengah Usaha menengah adalah usahan produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan
bersih
dan
badan
usaha
yang
bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
25
Secara praktik UMKM sering dikaitkan dengan usaha yang memiliki keterbatasan modal. Tidak jarang pula jenis usaha ini sering dikaitkan dengan bisnis ala rakyat kecil. Namun tidak sedikit berawal dari UMKM kemudian berubah menjadi perusahaan yang maju. Data BPS (Badan Penjamin Simpanan) dan Kementerian Koperasi dan UMKM menunjukan usaha skala kecil di Indonesia sekitar 99%. Pertumbuhan UMKM ini cukup bagus dari tahun ke tahun. UMKM mampu menjadi tulang punggung penyedia tenaga kerja dan mampu menjadi dinamisator serta stabilitator perekonomian di Indonesia.25 2. Kriteria UMKM Kriteria
UMKM
diatur dalam pasal
6,
kriteria
didasarkan pada dua hal yakni besarnya kekayaan atau jumlah hasil penjualan. Kriteria tersebut sifatnya tidak statis, artinya pada
nilai
nominalnya
dapat
diubah
sesuai
dengan
perkembangan perekonomian yang diatur dalam Peraturan Presiden.26 Adapun kriterianya sebagai berikut: a. Kriteria Usaha Mikro: 1. Memiliki
kekayaan
bersih
paling
banyak
Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 25
Gatut Susanta dan M. Azrin Syamsuddin, Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM, 7. 26 Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil (Bandung: Alfabeta, 2012), 269.
26
b. Kriteria Usaha Kecil: 1. Memiliki kakayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). c. Kriteria Usaha Menengah 1. Memiiki kekayaan bersih lebih dai Rp. 500.000.00,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00
(sepuluh
milyar
rupiah)
tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20-99 orang. Dalam pembiayaan UMKM penyediaan dana oleh Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat melalui koperasi,
bank,
dan
lembaga
bukan
bank,
untuk
mengembangkan dan memperkuat permodalan UMKM. Aspek
27
pendanaan ditujukan untuk memperluas sumber dana dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengaskes kredit dan lembaga keuangan bank dan bukan bank. Selain itu juga untuk memberikan kemudahan dalam memproleh pendanaan secara cepat, tepat, murah dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan.27 Kriteria umum UMKM dilihat dari ciri-cirinya, sebagai berikut: a. Struktur organisasi yang sangat sederhana. b. Tanpa staf yang berlebihan. c. Memiliki hierarki manajer kecil. d. Aktivitas sedikit yang formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan. e. Kurang membedakan aset pribadi dan aset perusahaan.28 3. Dasar Hukum UMKM Bidang usaha baik yang berskala usaha mikro, kecil, menengah dan besar yang berdomisili di Indonesia pada dasarnya dalam perlindungan dan pembinaan pemerintah. Namun dalam sistem pemerintahan dewasa ini khususnya unit usaha kecil dan menengah serta koperasi dilakukan oleh Menteri Negara Urusan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi. Secara yuridis usaha kecil dan menengah serta koperasi masingmasing telah memiliki Undang-Undang. Usaha Mikro Kecil Menengah serta Koperasi masing masing telah memiliki Undang-Undang. Bagi UMKM terdapat 27 28
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, 270. Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Koperasi, 3.
28
dua Undang-Undang yakni Nomor 9 Tahun 1995, dan Nomor 20 Tahun 2008. Sesuai pasal-pasal yang termuat dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2008, berbagai ketentuan tentang usaha mikro, kecil dan menengah telah diatur secara jelas.29 4. Iklim Usaha UMKM Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar UMKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha seluas-luasnya.
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi dan usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan kelembagaan. Dunia usaha dan masyarakat berperan secara aktif membantu menumbuhkan iklim usaha sebagaimana di sebutkan diatas. UMKM bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi dan ekonomi yang berkeadilan.30 5. Tujuan Pembiayaan UMKM Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dunia usaha dan mayarakat melalui 29 30
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, 268. Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, 269.
29
koperasi, bank, dan lembaga keuangan lainnya, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan UMKM. Adapun tujuan pembiayaan UMKM sebagai berikut: a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengaskes permodalan. b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jejaringnya sehingga dapat diakses oleh UMKM. c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundangundangan. d. Membantu para pelaku UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh lembaga keuangan dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.31 E. Hubungan Pembiayaan dengan Pendapatan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.32 Setiap pembiayan yang diberikan oleh pegadaian kepada nasabah, khususnya nasabah usaha mikro memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan usaha mereka, karena 31 32
82.
Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, 270. Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),
30
dengan bantuan tersebut mereka bisa mengembangkan usahanya dan dapat memperoleh tambahan penghasilan bagi kelangsungan hidupnya. Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan yang disediakan oleh lembaga keuangan akan mempengaruhi hasil penjualan yang akan di dapatkan oleh seseorang yang melakukan usaha.
Besarnya
jumlah
pinjaman
yang
disalurkan
akan
menentukan keuntungan yang akan diperoleh.33 F. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian terdahulu merupakan kegiatan mendata dan mengevaluasi seluruh hasil studi atau penelitian terutama pada skripsi yang lebih dahulu membahas fokus yang sama. Berikut ini beberapa skripsi penelitian terdahulu: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan No 1
Peneliti
Judul Skripsi
Hasil Penelitian
Dania
Pengaruh
Dari hasil uji t menunjukkan
Dewi
Pembiayaan
tidak adanya pengaruh yang
(2008)
Produktif Pada
signifikan
Pegadaian Syariah
produktif terhadap pendapatan
Terhadap
nasabah pada pegadaian syariah,
Peningkatan
yaitu dengan melihat nilai 0,146
Pendapatan
< 1,671 atau t hitung < t tabel,
Nasabah
maka Ho diterima dan Ha
antara
ditolak.
33
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya., 38.
pembiayaan
31
2
Marini
Pengaruh Jumlah
Uji signifikansi dengan tingkat
Fransisca
Kredit Gadai Yang
keyakinan
Purba
Disalurkan
bahwa jumlah kredit gadai yang
(2008)
Terhadap Laba
disalurkan
Perum Pegadaian
Pegadaian
Cabang Padang
pengaruh positif dan signifikan
Bulan Medan
terhadap laba yang diperoleh.
5%
menunjukkan
oleh
Perum memberikan
Hal ini dilihat berdasarkan nilai F hitung yang didapat dari perhitungan
regresi
linear
sederhana sebesar 40,137 lebih besar dari F tabel 4,67. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan No 3
Peneliti
Judul Skripsi
Hasil Penelitian
Samsia
Pengaruh
Pengaruh Pembiayaan Ar-Rum
Usman
pembiayaan
terhadap perkembangan Usaha
(2015)
Pegadaian Syariah
Mikro Kecil adalah sebesar
Cabang Gorontalo
0,094. Nilai ini berarti bahwa
Terhadap
sebesar 9, 40% perkembangan
Perkembangan
Usaha Mikro Kecil dipengaruhi
Usaha Mikro Kecil oleh pembiayaan
4
Di Gorontalo
Ar-Rum.
Lailatul
Pengaruh
Dari analisis data didapatkan
Nisfi
Pembiayaan Ar-
nilai t hitung 7,325 yang lebih
(2016)
Rum Pegadaian
besar dari t tabel 2,048 sehingga
Syariah terhadap
diputuskan tolak Ho, dengan
32
Pendapatan
kata lain terdapat pengaruh
UMKM Nasabah
pembiayaan Ar-Rum terhadap
dan Pendapatan
pendapatan UMKM Nasabah.
Pegadaian Syariah (Studi pada PT Pegadaian Cabang Syariah Landungsari Kota Malang). 5
Ahmad
Tingkat Kepuasan
Besarnya koefisien determinasi
Mutamimul Nasabah terhadap
menunjukkan
Ula
Pelayanan dan
pembiayaan Ar-Rum memiliki
(2015)
Produk
kontribusi
Pembiayaan Mikro
terhadap perkembangan Usaha
di Pegadaian
Mikro Kecil, sedangkan sisanya
Syariah
dipengaruhi oleh variabel lain.
sebesar
bahwa
9,
40%
Secara umum kelima hasil penelitian diatas terdapat kaitannya dengan yang akan diteliti, yakni masalah Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Akan tetapi secara khusus, tidak ada satupun dari kelima hasil penelitian tersebut sama persis dengan masalah yang akan penulis lakukan penelitiannya. Sebab terdapat perbedaan dalam perumusan masalah dan isi dari penelitian diatas. Oleh karena itu, penulis memandang penelitian yang berjudul Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Miko Kecil Menengah (UMKM) ini terdapat perbedaan dengan kelima penelitian diatas.
33
G. Kerangka Pemikiran Pembiayaan merupakan kegiatan menyalurkan dana kepada pihak-pihak yang mengalami kekurangan dana. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Pembiayaan dalam penelitian ini dinotasikan dengan variabel X, sedangkan Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dinotasikan dengan variabel Y. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Variabel X
Variabel Y
Pembiayaan
Pendapatan Usaha Mikro Kecil
Indikator:
Menengah (UMKM)
1. Kepercayaan 2. Akad 3. Jangka Waktu 4. Risiko
Indikator: 1. Unsur-unsur Pendapatan 2. Sumber-sumber Pendapatan
5. Balas Jasa . Pembiayaan yang dilakukan Pegadaian bertujuan untuk memberikan kemudahan untuk masyarakat yang membutuhkan uang dengan cepat, aman, dan mudah. Dengan berdasarkan prinsip syariah, yang dilandasi dengan kepercayaan (fidusia). Pembiayaan tersebut berkembang diiringi dengan adanya pembiayaan untuk meningkatkan usaha dan pendapatan para pengusaha kecil menengah, yang mana
34
sasaran pembiayaan ini
adalah semua faktor ekonomi
yang
memungkinkan untuk dibiayai seperti pedagang, industri rumah tangga (home industry), pertanian, dan sektor jasa Peranan Usaha Mikro Kecil Menengah sangat penting di Indonesia, karena jumlah UMKM merupakan jumlah terbesar dari kegiatan usaha suatu negara. Tujuan ekonomi yang ingin dicapai adalah antara lain menciptakan kesempatan kerja, distribusi pendapatan yang merata, menetapkan stabilitas harga, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.34 Dalam hal ini Pegadaian syariah pun mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian di Indonesia sebagai lembaga keuangan berbasis syariah dalam menggerakan perekonomian mikro, dengan adanya Pegadaian syariah dan produk yang dimiliki diharapkan mampu membantu UMKM dalam pembiayaan/permodalan untuk menjalankan dan meningkatkan usahanya. H. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.35 Berdasarkan masalah di atas, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut: Ho = Diduga tidak terdapat Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Ha = Diduga terdapat Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
34
Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2009), 3. 35
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi (Jakarta: Gelora Aksara, 2003), 59.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
menganalisa
Pengaruh
Pembiayaan
dan
Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah merupakan variabel terikat atau variabel dependen, sedangkan untuk variabel bebas atau variabel Independen adalah Pembiayaan. Penulis melakukan penelitian pada Pegadaian Syariah Cabang Kepandean yang berlokasi di Jalan Raya SerangCilegon, Lontar Baru, Ruko Kepandean Kavling 756, Kecamatan Serang, Kota Serang, Provinsi Banten, Indonesia. Waktu penelitian dari bulan 4 Mei 2017 – 4 Juni 2017. Dalam penelitian ini hanya membahas mengenai Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dengan responden pada penelitian ini adalah nasabah yang menggunakan Pembiayaan Ar-Rum BPKB di Pegadaian Syariah Cabang Kepandean Serang. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dari bulan 4 Mei 2017 – 4 Juni 2017. Dalam penelitian ini hanya membahas mengenai Pengaruh Pembiayaan Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dengan responden pada penelitian ini adalah nasabah yang menggunakan Pembiayaan Ar-Rum BPKB di Pegadaian Syariah Cabang Kepandean Serang. Alasan peneliti memilih Pegadaian Syariah Cabang Kepandean
35
36
sebagai Objek Penelitian karena banyaknya anggota yang bergabung dengan Pegadaian Syariah, dan telah lama beroperasi. Serta terdapat persamaan antara tujuan penelitian dengan visi misi Pegadian Syariah. C. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan.36 Populasi dalam penelitian ini adalah nasabah Pegadaian Syariah Cabang Kepandean Serang yang berjumlah 50 nasabah. Sampel adalah suatu himpunan bagian dari unit populasi.37 Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dipilih dengan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria nasabah yang dapat dijadikan sampel adalah nasabah Ar-Rum BPKB yang masih/sedang dalam masa perjanjian/perikatan dengan Pegadaian Syariah yang berjumlah 30 nasabah. Alasan peneliti mengambil jumlah sampel 30 nasabah dari 50 nasabah, karena ada faktor yang disebabkan oleh jauhnya jarak yang harus ditempuh dan kurangnya kejelasan alamat nasabah. D. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu: data primer dan data sekunder. 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber. 36 37
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, 123. Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, 118-119.
37
2. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari catatan, buku, dan majalah berupa laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, dan lain sebagainya. 38 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Kepustakaan Yaitu
mempelajari,
memahami,
mencermati,
menelaah,
mengidentifikasi hal-hal yang sudah ada dan apa yang belum ada dalam bentuk jurnal-jurnal atau karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.39 2. Wawancara Yaitu melakukan tanya jawab secara langsung (indepth interview) dengan responden dan pihak manajemen Pegadaian Syariah Cabang Kepandean Serang. 3. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu dengan melihat dan melakukan pencatatan data terhadap data pada Pegadaian Syariah. 4. Kuesioner Kuesioner
merupakan
pengumpulan
data
dengan
cara
mengajukan pernyataan melalui daftar pernyataan pada responden yang terpilih, yakni pada nasabah Pegadaian Syariah Cabang Kepandean Serang. Bentuk bentuk skala sikap yang
38
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Baru, 2015), 89. 39 Augusty Ferdinand, Metode Penelitian Manajemen, Pedoman Penelitian Untuk Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. (Semarang: BP UNDIP, 2006), 97.
38
biasa dipakai diantaranya model skala Likert yaitu: model skala Likert adalah bentuk kuesioner yang mengungkap sikap dari responden dalam bentuk jawaban ( pernyataan) yang berupa Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setiap jawaban tersebut memiliki skor sendiri sesuai dengan positif atau negatifnya item itu.40 Tabel 3.1 Pedoman Skala Likert No
Keterangan
Skor
1
Sangat setuju (SS)
5
2
Setuju (S)
4
3
Ragu-Ragu (R)
3
4
Tidak Setuju (TS)
2
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
F. Definisi Operasional Variabel Definisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Pembiayaan (X): Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
40
M. Subhan dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 144.
39
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.41 Pendapatan UMKM (Y): Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva suatu UMKM yang timbul dari aktifitas transaksi penyerahan barang dan jasa atau aktifitas usaha yang lainnya dalam suatu periode tertentu.
G. Uji Validitas dan Realibilitas 1. Uji Validitas Uji validitas merupakan suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya diukur.42 Uji validitas untuk mengukur ketepatan alat ukur melakukan tugas mencapai sasarannya. Kriteria dalam menentukan validitas kuesioner adalah sebagai berikut: Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas
merupakan
tingkat
kehandalan
suatu
instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.43
41
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012),
42
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, 172. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis.., 110.
hlm 82. 43
40
Uji reliabilitas akan menunjukkan konsistensi dari pertanyaan jawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah validitas yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid. Uji reliabilitas ini menggunakan uji Cronbach Alpha. Kriteria dalam menetukan reliabilitas kuesioner adalah sebagai berikut: Jika r alpha positif dan lebih besar dari r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. Jika r alpha negatif dan lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan bantuan program software SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 23.0 untuk memperoleh hasil yang lebih terarah. H. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting. Karena dengan analisa inilah data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode antara lain sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data
dengan
cara
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
41
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.44 Analisis deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran suatu data, seperi jumlah, mean, median, standar deviasi, sampel variasi, nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai sebagainya. 2. Analisis Statistik Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis statistik linear sederhana. Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (Pembiayaan) tehadap variabel terikat (pendapatan UMKM). Persamaan regresi linier yang digunakan adalah: 𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋 + 𝑒 Dimana : Y = pendapatan UMKM a = kostanta b = koefisien regresi X = variabel Pembiayaan e = standard error Adapun syarat uji asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi linear sederhana adalah sebagai berikut: 1) Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat suatu model yang termasuk layak atau tidak layak digunakan dalam penelitian. Terdiri dari: 44
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi., 172.
42
a. Uji Normalitas Merupakan
suatu
pengujian
yang
bertujuan
untuk
mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. b. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi adalah sebuah analisis statistik yang dilakukan untuk mengetahui adakah korelasi variabel yang ada dalam model prediksi dengan perubahan waktu. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. 2) Uji Hipotesis Suatu perhitungan statistik disebut signifikan apabila nilai uji statisnya berada di dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila uji statisnya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Dalam analisis regresi linear ada 2 jenis kriteria ketepatan yaitu: a. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) Uji t merupakan suatu pengujian dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel .
43
Dengan menggunakan tabel statistik daerah penolakan untuk hipotesis di atas adalah: Jika thitung ≥ ttabel maka Ho akan ditolak, yang berarti bahwa variabel
independen
berpengaruh
positif
secara terhadap
individual variabel
dependen. Jika thitung ≤ ttabel maka Ho akan diterima, yang berarti bahwa variabel independen secara individual tidak berpengaruh
positif
terhadap
variabel
dependen. b. Uji Koefisien korelasi Koefisien korelasi menunjukan kekuatan hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, yang diberi notasi R. Istilah koefisien korelasi dikenal sebagai nilai hubungan atau korelasi antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Nilai koefisien korelasi sebagaimana juga taraf signifikansi digunakan sebagai pedoman untuk menentukan suatu hipotesis dapat diterima atau ditolak dalam suatu penelitian. Nilai koefisien korelasi bergerak tersebar dari 0 ≥ 1 atau 1 ≤ 0. Jika di deskripsikan, nilai koefisien korelasi tersebar sebagaimana terlihat pada tabel.45
45
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2006), 99.
44
Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yng ditemukan tersebut besar kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut ini:46 Tabel 3.2 Nilai Koefisien Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199
Sangat Rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat Kuat
c. Uji Koefisien Determinan (r2). Koefisien Determinasi adalah bilangan yang menyatakan prosentase variabel (Y) yang dijelaskan oleh garis regresi. Koefisien ini menunjukan seberapa besar prosentase variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel dependen R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikit pun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen yang digunakan model tidak menjelaskan sedikit pun variasi variabel dependen. Sebaliknya R sama dengan 1, maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel indepenen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau
46
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2010), 216.
45
variasi variabel inependen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.47 I. Operasional Variabel Penelitian Variabel secara teoritis dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang lain atau satu objek dengan objek lain. Berdasarkan hubungannya variabel penulisan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, namun dalam penulisan yang akan dilakukan penulis hanya memiliki dua variabel yaitu :48 1. Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab atau berubahnya suatu variabel lain, juga lebih dikenal dengan variabel bebas. 2. Variabel Dependen Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain, juga sering disebut variabel terikat. Berdasarkan perumusan masalah, maka harus dibuat operasional variabel yang dihubungkan terhadap indikatorindiktor yang berkaitan dengan variabel-variabel tersebut. Operasional variabel tersebut adalah:
47 48
75.
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi., 164. V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi., hlm
46
a.
Pengaruh Pembiayaan sebagai variabel X (variabel independen) atau variabel tidak terikat yang hasil permasalahannya mempengaruhi variabel Y (variabel dependen),
dengan indikatornya
yaitu:
kepercayaan,
kesepakatan, jangka waktu, risiko, balas jasa. b.
Pendapatan
UMKM
sebagai
variabel
Y
(variabel
dependen) atau variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel X (variabel independen), dengan indikatornya yaitu : Unsur-unsur Pendapatan, dan Sumber-sumber Pendapatan.
47
Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel Variabel Pembiayaan Kepercayaan
Dimensi
Konsep variabel Pegadaian
syariah
memberikan
1. Kejujuran
Indikator
Pengukuran
1. Pegadaian syariah memberikan Skala Likert
kepercayaan kepada nasabah yang
2. Tidak berdusta
kepercayaan kepada nasabah dengan bobot skor
menerima
3. Amanah
dalam melakukan pembiayaan.
pembiayaan
bahwa
nasabah akan memenuhi kewajiban
2. Keputusan
menggunakan
untuk mengembalikan dana tersebut
produk Ar-Rum BPKB sudah
sesuai dengan jangka waktu yang
tepat.
yaitu: 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju
telah diperjanjikan.
3. Kurang Setuju
Akad
Kesepakatan atau akad perjanjian
1. Proses transaksi
(Kesepakatan)
yang dilakukan antara pegadaian
2. Objek transaksi
syariah dengan nasabah.
1. Setiap
teransaksi
selalu
memiliki bukti tertulis yang lengkap. 2. Otorisasi transaksi pembiayaan dilakukan oleh petugas yang berwenang.
47
4. Setuju 5. Sangat Setuju
48
Jangka waktu
Periode waktu yang diperlukan oleh
1. Tepat waktu
nasabah untuk membayar kembali
2. disiplin
pembiayaan yang telah diberikan
1. Jangka waktu yang diberikan sesuai
dengan
kemampuan
pengembalian.
oleh pegadaian syariah.
2. Waktu
jatuh
tempo
tidak
membebani. Risiko
Setiap pembiayan yang disalurkan
1. Faktor Internal
memiliki
risiko.
2. Faktor Eksternal
terjadinya
kerugian
Kemungkinan yang
akan
timbul akibat penyaluran dana.
1. Menerapkan prinsip kehatihatian. 2. Melakukan pemeriksaan terhadap dokumen pengajuan pembiayaan.
Balas jasa
Skala Likert dengan bobot skor yaitu: 1. Sangat Tidak Setuju
Sebagai balas jasa atas penitipan 1. Adil
1. Penentuan biaya sangat adil.
2. Tidak Setuju
barang
2. Penetapan biaya tidak
3. Kurang Setuju
yang
pengajuan
digunakan
pembiayaan,
untuk 2. Tidak Membebani maka
nasabah membayar sejumlah yang telah disepakati sesuai akad.
membebani.
4. Setuju 5. Sangat Setuju
49
Variabel Pendapatan
Konsep variabel
Dimensi
Indikator
Pengukuran
UMKM Unsur-unsur
Pendapatan
Pendapatan
barang atau jasa, imbalan yang diterima aktiva
hasil
atas atau
ekonomis
produksi 1. Cukup untuk memenuhi 1. Usaha yang dimiliki adalah pokok
penggunaan 2. Cukup untuk memenuhi sumber-sumber
perusahaan,
dan
penjualan aktiva diluar barang dagangan merupakan unsurunsur pendapatan lain-lain.
kebutuhan tidak terduga
Skala Likert dengan
usaha yang sedang
bobot skor yaitu:
berkembang.
1. Sangat Tidak
2. Produk yang dipasarkan
Setuju
banyak diminati oleh
2. Tidak Setuju
konsumen.
3. Kurang Setuju
3. Pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. 4. Pendapatan yang didapatkan cukup untuk memenuhi kebutuhan tak terduga. 5. Pendapatan digunakan untuk mencicil angsuran Ar-Rum
4. Setuju 5. Sangat Setuju
50
BPKB di Pegadaian Syariah. 6. Pendapatan UMKM yang didapat sebanding dengan produksi yang dikeluarkan. Sumber-
Pendapatan masyarakat dapat 1. Meningkatkan
sumber
berasal dari berbagai sumber,
pendapatan bagi nasabah
pendapatan
yakni dari sektor formal (gaji
dan perusahaan
1. Produk Ar-Rum BPKB meningkatkan pendapatan. 2. Produk Ar-Rum BPKB dapat
atau upah yang diterima secara
membantu meningkatkan
bertahap),
kualitas produk UMKM.
sektor
informal
(sebagai penghasilan tambahan dagang, tukang, buruh dan lain sebagainya).
3. Usaha yang dijalani dapat meningkatkan pendapatan. 4. Memiliki pemasukan selain dari usaha.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah singkat pegadaian syariah 1. Sejarah Singkat Berdirinya pegadaian syariah Pegadaian yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Didirikan pada tanggal 01 April 1901 di Sukabumi, HindiaBelanda. PT Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai. Dalam masa ini pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 januari 1961, kemudian berdasarkan peraturan pemerintah No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) dan selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.10/1990 (yang diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (Perum). Kemudian pada tahun 2011, perubahan status kembali terjadi yakni dari perum menjadi Perseroan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.51/2011 yang ditandatangani pada 13 Desember 2011.Namun, perubahan tersebut efektif setelah anggaran dasar diserahkan ke pejabat berwenang yaitu pada 1 April 2012. Lahirnya pegadaian syariah yang terbit pada tanggal 1 April 1990 dapat dikatakan menjadi tonggak awal kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu dicermati bahwa PP10 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, misi ini tidak berubah hingga terbitnya pp103/2000 yang
51
52
dijadikan sebagai landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Banyak pihak berpendapat bahwa oprasionalisasi Pegadaian pra Fatwa MUI tanggal 16 Desember 2003 tentang bunga bank, telah sesuai dengan konsep syariah meskipun harus diakui belakangan bahwa terdapat beberapa aspek yang menepis anggapan itu. Berdirinya Pegadaian Syariah di latarbelakangi oleh kegiatan umat Islam dalam rangka menghindari riba di dalam semua kegiatan muamalah yang sesuai dengan perintah Islam. Prinsip syariah sebagaimana tertuang dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pasal 1 ayat 12 adalah Prinsip Hukum Islam dalam kegiatan perbankan
dan
keuangan
berdasarkan
fatwa
yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah prinsip syariah yang dianut lembaga keuangan syariah dilandasi oleh nilainilai
keadilan,
kemanfaatan,
keseimbangan,
dan
keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin).49
2. Visi dan Misi VISI Sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fidusia selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah kebawah.
49
Muhammad Habiburrahman, dkk, Mengenal Pegadaian Syariah, (Jakarta: Kuwais, 2012), 139.
53
MISI a) Memberikan pembiayaan yang tercepat, termudah, aman, dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah
kebawah
untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi. b) Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastuktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan di seluruh pegadaian dalam mempersiapkan diri menjadi pilihan utama masyarakat. c) Membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan menengah kebawah dan melakukan usaha dalam rangka optimalisasi sumber daya perusahaan. 3. Budaya Kerja Perum Pegadaian Syari’ah Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sebagaimana yang di sebutkan di atas, di perlukannya prinsip-prinsip yang di nilai penting dan peru untuk menjadi pegangan bagi setiap insan pegadaian syari’ah dalam menjalankan organisasi perusahaan. Kombinasi dari nilai dan keyakinan yang telah terimplementasikan dalam prilaku sehari-hari di organisasi perusahaan ini nantinya akan menjadi budaya kerja Pegadaian Syari’ah. Ada 5 budaya yang di jabarkan kedalam 10 prilaku Utama insan PT Pegadaian, yaitu prilaku-prilaku yang nyata yang perlu di jalankan secara konsisten dalam keseharian seluruh jajaran PERUM Pegadaian, yang biasa di singkat menjadi INTAN yang artinya :
54
a. Inovatif b. Nilai Moral Tinggi c. Terampil d. Adi Layanan e. Nuansa Citra Dan berikut Sepuluh Perilaku Utama Insan Pegadaian: a. Berinisiatif, kreatif, produktif, dan adaptif b. Berorientasi pada solusi bisnis c. Taat beribadah d. Jujur dan berpikir positif e. Kompeten di bidang tugasnya f. Selalu mengembangkan diri g. Peka dan cepat tangggap h. Empatik,santun, dan ramah i. Bangga sebagai insan pegadaian j. Bertanggung jawab atas asset dan reputasi perusahaan
55
4.
Struktur Organisasi Pegadaian Syariah
Pimpinan Cabang Syariah
Sekretariat
Asman Bisnis Emas Syariah
Pranata Galery-24 Syariah
Costumer Service Syariah Kurir Syariah
5.
Pengelola UPC/UPK Syariah
Asman Bisnis Rahn
Penaksir Syariah
Penaksir Syariah
Pengelola Marhun
Pengelola Marhun
Kasir Syariah
Kasir Syariah
Gambaran Objek Kelebihan yang dimiliki oleh pegadaian syariah cabang kepandean serang yang selalu ramai dibandingkan dengan unit pegadaian syariah lainnya dikarenakan setiap transaksi yang dilakukan di unit pegadaian syariah misalnya barang berharga yang digadaikan akan di simpan di pegadaian cabang kepandean serang. Oleh karena itu jika nasabah yang menggadaikan barangnya di unit pegadaian syariah dan ingin menebusnya
56
harus menunggu 1-2 hari untuk pengambilan. Berbeda jika nasabah langsung bertransaksi di pegadaian cabang kepandean serang. B. Deskripsi Variabel Penelitian 1. Kriteria Responden Pegadaian Syariah Responden dalam penelitian ini adalah nasabah Ar-Rum BPKB yang masih/sedang dalam masa perjanjian/perikatan dengan Pegadaian Syariah. Penulis mengambil 30 responden dari jumlah populasi sebanyak 50. Tabel 4.1 Kriteria Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Pria
14
Wanita
16
Total
30
Berdasarkan keterangan tabel pada 4.1 diatas, dapat diketahui tentang jenis kelamin responden nasabah Ar-Rum BPKB di Pegadaian Syariah yang diambil sebagai responden, yang menunjukan bahwa mayoritas yang diambil sebagai responden adalah wanita yaitu sebanyak 16 orang, sedangkan sidanya responden pria sebanyak 14 orang.
57
Tabel 4.2 Kriteria Responden Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
<20 Tahun
0
21-30 Tahun
4
31-40 Tahun
6
41-50 Tahun
18
>50 Tahun
2
Total
30
Berdasarkan keterangan tabel pada 4.2 diatas, dapat diketahui kriteria responden berdasarkan usia nasabah Ar-Rum BPKB di Pegadaian Syariah yang diambil sebagai responden, sebagian besar berusia <20 tahun tidak ada responden,
usia dari 21-30 tahun
sebanyak 4 orang, usia dari 31-40 tahun sebanyak 6, usia 41-50 tahun sebanyak 18, dan usia >50 tahun sebanyak 2 orang. Tabel 4.3 Kriteria Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
Pegawai Negeri
6
Pegawai Swasta
14
Pelajar/Mahasiswa
2
Ibu Rumah Tangga
8
Lain-lain
0
Total
30
58
Berdasarkan keterangan tabel pada 4.3 diatas, dapat diketahui kriteria responden berdasarkan pekerjaan nasabah ArRum BPKB di Pegadaian Syariah yang diambil sebagai responden, pekerjaan pegawai negeri sebanyak 6 orang, pekerjaan pegawai swasta sebanyak 14 orang, pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 2 orang, pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 8 orang, dan pekerjaan lain-lain tidak ada responden. 2) Data Responden Langkah selanjutnya setelah melakukan penyebaran angket adalah melakukan pengolahan data agar data bisa disajikan sebagai informasi dalam bentuk tabel dan angket. Untuk menguji data dan untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Pembiayaan dan Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah di Pegadaian Syariah Serang, setelah dilakukan pengumpulan dan melalui penyebaran angket kepada sejumlah responden penulis menggunakan bantuan software SPSS 23.0 for window. Adapun data ordinal Variabel X dan Y dapat dilihat pada tabel berikut ini:
59
Tabel 4.4 Data Ordinal Variabel X dan Y Responden
Pembiayaan (X)
Pendapatan UMKM (Y)
1
46
44
2
32
42
3
45
41
4
49
43
5
49
41
6
45
41
7
43
39
8
42
40
9
44
40
10
45
40
11
45
41
12
43
40
13
40
48
14
44
41
15
42
28
16
43
32
17
34
41
18
40
35
19
44
37
20
40
38
21
45
44
22
48
37
23
43
47
60
24
41
25
25
36
36
26
32
32
27
40
43
28
38
37
29
39
33
30
41
38
Dari perolehan nilai kuesioner tersebut langkah awal yang harus dilakukan adalah menguji tingkat validitasnya, uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari suatu instrument (kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variabel jawaban responden dengan skor masing-masing variabel.
C. Uji Statistik Inverensial : Uji Hipotesis 1. Regresi Linear Sederhana Regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
61
Tabel 4.5 Regresi Linear Sederhana Coefficientsa Standardize
Model 1
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
Beta
2,694
,901
,283
,214
X
T
,243
Sig.
2,990
,006
1,323
,197
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas, dapat dijelaskan bahwa model regresi dalam penelitian ini adalah: 1) Konstanta sebesar 2,694 artinya bahwa jika Pembiayaan (X) yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Serang nilainya adalah nol, maka nilai Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (Y) pada Pegadaian Syariah Serang adalah 2,694. 2) Koefisien regresi variabel Pembiayaan (X) di Pegadaian Syariah Serang sebesar 0,283 artinya jika variabel mengalami kenaikan 1 point maka Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (Y) akan bertambah. Berdasarkan
pemaparan
tersebut
maka
disimpulkan
persamaan regresi penelitian ini Y = a + bX atau Y= 2,694 + 0,283 X.
62
2. Uji Validitas dan Realibilitas a. Uji Validitas Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui validitas setiap instruemen sehingga item tersebut layak untuk penelitian. Ketentuan untuk valid atau tidaknya suatu item bila korelasi setiap faktor positif dan besarnya sama atau lebih dari 0,361 maka hal itu memberikan petunjuk bahwa setiap item memiliki validitas. Tabel 4.6 Uji Validitas Pembiayaan (X) Variabel
Nilai Korelasi
Kriteria
Keterangan
X1
0,429
>0,361
Valid
X2
0,521
>0,361
Valid
X3
0,546
>0,361
Valid
X4
0,710
>0,361
Valid
X5
0,492
>0,361
Valid
X6
0,504
>0,361
Valid
X7
0,683
>0,361
Valid
X8
0,807
>0,361
Valid
X9
0,719
>0,361
Valid
X10
0,765
>0,361
Valid
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sepuluh pernyataan menghasilkan nilai Koefisien Correlation >0,361 pada tingkat signifikan 0,05 dari jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 responden. Artinya bahwa seluruh pernyataan yang digunakan dapat dikatakan valid.
63
Tabel 4.7 Uji Validitas Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (Y) Variabel
Nilai Korelasi
Kriteria
Keterangan
Y1
0,701
>0,361
Valid
Y2
0,702
>0,361
Valid
Y3
0,816
>0,361
Valid
Y4
0,696
>0,361
Valid
Y5
0,677
>0,361
Valid
Y6
0,454
>0,361
Valid
Y7
0,822
>0,361
Valid
Y8
0,657
>0,361
Valid
Y9
0,888
>0,361
Valid
Y10
0,660
>0,361
Valid
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sepuluh pernyataan menghasilkan nilai Koefisien Correlation >0,361 pada tingkat signifikan 0,05 dari jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 responden. Artinya bahwa seluruh pernyataan yang digunakan dapat dikatakan valid. Selanjutnya setelah dilakukan uji validitas pada variabel X dan Y adalah melakukan uji reliabilitas untuk dapat mengetahui apakah instrument penelitian tersebut dapat dikatakan reliable atau tidak. Reliabilitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah alat pengumpul data yang sudah valid menunjukan
tingkat
ketepatan,
keakuratan,
kestabilan
atau
konsistensi agar adanya kepercayaan terhadap suatu instrument. Suatu instrument dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi
64
jika hasil dari pengujian instrument itu menunjukan hasil yang tetap. b. Uji Reliabilitas Dari uji reliabilitas yang dilakukan pada kedua variabel maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Reliabilitas Pembiayaan (X) Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
,816
10
Hasil dari Cronbach’s Alpha adalah 0,816 lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan reliable karena kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliable apabila koefisien reliabilitas >0,6. Tabel 4.9 Reliabilitas Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (Y) Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items ,885
10
Hasil dari Cronbach’s Alpha adalah 0,885 lebih besar dari 0,6 maka dapat dikatakan reliable karena kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliable apabila koefisien reliabilitas >0,6 .
65
3) Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Salah satu cara untuk mengetahui normalitas adalah dengan melihat histogram dan grafik P-Plot. Untuk melihat hasil uji normalitas dari penelitian ini dapat dilihat dari gambar histogram berikut: Gambar 4.1 Uji Normalitas
Dari gambar histogram diatas dapat dilihat model berdistribusi normal berbentuk lonceng. Selain itu untuk menguji kenormalitasan dapat juga dengan melihat normal probability plot
(Normal
P-Plot)
yang membandingkan
66
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data akan dibandingkan dengan diagonal, jika distribusi data normal maka garis yang menggambarkan data akan mengikuti diagonalnya. Gambar 4.2 Normal P-Plot
Gambar diatas menunjukan P-Plot dengan plot grafik yang normal terlihat dari titik-titik distribusi data yang terletak pada garis lurus menyebar mengikuti garis lurus diagonal sehingga dapat disimpulkan uji kenormalan data dapat dipenuhi. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengalaman lain. Jika varian dari pengamatan
ke
pengamatan
tetap
maka
disebut
67
homoskedatisitas
dan
jika
sebaliknya
maka
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik ialah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari pengolahan data melalui SPSS maka diperoleh hasil: Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Dari pengolahan data dengan SPSS diatas dapat dilihat bahwa titik-titik yang ada dalam grafik (scatterplot) model regresi yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukan adanya pola yang teratur, melainkan titik tersebut menyebar secara acak diatas dan dibawah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
68
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Durbin Watson (DW Test). Berdasarkan pengujian uji autokorelasi dengan SPSS didapatkan output sebagai berikut: Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model
R
1
,243a
R Square ,059
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
,025
,50303
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
1,3520 0000
1,4896
2,154
2,5104
2,648
2,154
69
Berdasarkan hasil uji autokorelasi, nilai DW
hitung
sebesar 2,154. Diperoleh nilai dalam tabel DW untuk “k=1” dan “N=30” adalah nilai dL (batas bawah) sebesar 1,3520 dan nilai dU (batas atas) sebesar 1,4896. berdasarkan pedoman uji statistik Durbin Watson, maka dapat dilihat bahwa nilai DW hitung
terletak diantara (dU < d < 4-dU), yaitu sebesar 1,4896 <
2,154 < 2,5104. Maka dapat disimpulkan model yang digunakan dalam penelitian tidak terdapat autokorelasi. 4) Koefisien Korelasi Koefisien korelasi menunjukkan kemampuan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Angka koefisien korelasi yang dihasilkan dalam uji ini berguna untuk menunjukkan
kuat
lemahnya
hubungan
antara
variabel
independen dengan variabel dependen. Dengan penaksiran besarnya korelasi yang digunakan adalah: Tabel 4.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Berikut hasil uji analisis koefisien korelasi yang diolah menggunakan SPSS akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
70
Tabel 4.11 Koefisien Korelasi Model Summaryb Mode
R
l
R
1
,243a
Adjusted R Std. Error of
Square
Square
,059
the Estimate
,025
DurbinWatson
,50303
2,154
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y Berdasarkan tabel diatas, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,243 terletak pada interval koefisien 0,20 – 0,399 yang berarti
tingkat
hubungan
antara
Pembiayaan
terhadap
Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah adalah rendah. 5) Koefisien Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari Variabel X terhadap variabel Y, maka digunakan koefisien determinasi yaitu suatu bilangan yang merupakan bentuk kuadrat dari koefisien korelasi berdasarkan hasil pengolahan SPSS for Window 23.0 maka diperolah nilai hasil sebagai berikut: Tabel 4.12 Koefisien Determinasi Model Summaryb Mode
R
l
R
1
,243a
Square ,059
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
Adjusted R Std. Error of Square ,025
the Estimate ,50303
DurbinWatson 2,154
71
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,059. Hal ini berarti variabel Pembiayaan dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah yaitu sebesar 5,9%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 100% - 5,9% = 94.1% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. 6) Uji t Untuk menghitung dan membuktikan apakah hasil yang diperoleh melalui perhitungan koefisien korelasi secara statistik signifikan atau tidak, maka dilakukan uji t (test). Uji ini dilakukan untuk menguji koefisien korelasi yang ada pada sampel untuk diberlakukan pada seluruh populasi dimana sampel diambil. Dari uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS maka diperoleh hasil: Tabel 4.13 Uji t Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1
2,694
,901
2,990
,006
,283
,214
,243 1,323
,197
(Constant) X
Std. Error
a. Dependent Variable: Y
Beta
T
Sig.
72
Nilai t t
hitung
menunjukan angka 1,323 yang kemudian
dibandingkan dengan nilai t
tabel.
Berdasarkan pada (dk) derajat
kebebasan yang besarnya adalah n-k-1 maka 30-1-1=28 dengan taraf kesalahan yang digunakan sebesar 5% maka nilai t sebesar 2,048. Sedangkan tingkat signifikansi t
hitung
tabel
sebesar
0,197 > 0,050 menunjukan hipotesis yang diajukan ditolak yaitu Pembiayaan tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah. Oleh karena itu diketahui bahwasanya nilai t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
yaitu 1,323 < 2,048 menujukan
bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak terdapat pengaruh antara Pembiayaan terdahap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah. 7) Pembahasan Berdasarkan
hasil
data
yang
telah
dianalisis
menunjukan bahwa thitung sebesar 1,323 < dari ttabel 2,048 dan tingkat signifikan 0,197 > 0,050, Dan angka koefisien determinasi yang dilakukan pada uji determinasi diperoleh nilai r square sebesar 0,059 yang artinya menunjukan bahwa Pembiayaan
dapat
menjelaskan
pengaruhnya
terhadap
Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah yaitu sebesar 5,9%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 94.1% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti, kualitas produk, promosi, manajemen, dan lain sebagainya.
73
Sistem ekonomi islam diyakini mampu membawa masyarakat islam Indonesia untuk dapat sejajar dengan bangsa lain dalam membangun perekonomian, karena Indonesia merupakan negara yang mempunyai pemeluk agama terbesar di dunia. Prinsip-prinsip ekonomi islam agar dapat terwujud masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur berdasarkan syariat islam. Salah satu yang diinginkan Islam adalah perekonomian yang tidak mengenal bunga karena ini dianggap riba. Salah satu tujuan utama ekonomi islam adalah bagaimana mewujudkan keadilan disegala bidang agar terjadi pemerataan kesempatan
usaha
dan
kesempatan
kerja.
Al-quran
menempatkan keadilan sebagai salah satu tujuan utama yang dicapai oleh para rasul Allah SWT dan keadilan merupakan derajat yang mendekati taqwa Dasar hukum yang digunakan para ulama untuk membolehkannya rahn yakni bersumber pada Al-quran
surat
yang
menjelaskan
tentang
diizinkannya
bermuamalah tidak secara tunai yang artinya “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)”. Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan Aisyah binti Abu Bakar, yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw pernah membeli makanan dari seorang yahudi dengan menjadikan baju besinya sebagai jaminan.
74
Islam membenarkan praktik pegadaian yang dilakukan dengan cara-cara dan tujuan yang tidak merugikan orang lain. Transaksi akad dalam pegadaian di bolehkan dengan syarat dan rukun yang bebas dari unsur-unsur yang dilarang dan merusak dalam perjanjian gadai. Dalam hal ini ada beberapa pendapat para ulama tentang akad pembiayaan (gadai) yaitu sebagai berikut : menurut para ulama malikiyah berpendapat bahwa akad pembiayaan (gadai) wajib dengan akad yang jelas dan adanya jaminan yang bernilai dari pihak Rahn sebagai pegangan bagi murtahin untuk jaminan hutangnya. Dan kelayakan pembiayaan yang diberikan pegadaian syariah telah sesuai dengan prinsip-prinsip islam sehingga tidak ada unsur yang di haramkan seperti gharar, maisir, dan riba.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan skripsi yang berjudul Pengaruh Pembiayaan terhadap Pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) studi kasus Nasabah Pegadaian Syariah Cabang Serang beralamatkan di Jalan Raya Serang-Cilegon, Lontar Baru, Ruko Kepandean Kavling 756, Kecamatan Serang, Kota Serang-Banten. Maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis diperoleh dari uji hipotesis yang dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel yaitu menunjukan bahwa pembiyaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). 2. Pandangan ekonomi islam terhadap pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dengan membolehkannya rahn yakni bersumber pada Al-quran dan Hadist. Transaksi akad dalam pegadaian di bolehkan dengan syarat dan rukun yang bebas dari unsur-unsur yang dilarang dan merusak dalam perjanjian gadai. dengan prinsip-prinsip islam sehingga tidak ada unsur yang di haramkan seperti gharar, maisir, dan riba
75
76
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan skripsi ini, penulis dapat memberikan berbagai saran, yaitu pada Pegadaian Syariah Serang lebih meningkatkan lagi kualitas dan kuantitas pembiayaan agar nasabah yang menggunakan jasa produk pegadaian syariah “Ar-Rum BPKB” bisa memperoleh manfaat yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU: Baridwan, Zaki. Akuntansi Keuangan Intermediate:Masalah-Masalah Khusus Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. 2011 Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2006. Danupranata, Gita. Manajemen Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat. 2013. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2008. Ibrahim, Zaini. Pengantar Ekonomi Mikro. Serang: LP2M IAIN SMH Banten. 2014. Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. 2011. Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2010. Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012. Kuncoro, Mudrajad. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. 2003. Latumaerissa, Julius R. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. 2011. Muhammad, Syafi’i Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Nitisusastro, Mulyadi. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta. 2012. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FEUI. 2010.
77
78
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media. 2009. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. 2006. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2010. Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006. Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Baru. 2015. Susanta, Gatut dan M Azrin Syamsuddin. Cara Mudah Mendirikan dan Mengelola UMKM. Bogor: Raih Asa Sukses. 2009. Tiktik, Sartika Partomo. Ekonomi Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia. 2009. Umar, Husein. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2000. SKRIPSI: Dewi, Dania. "Pengaruh Pembiayaan Produktif Pada Pegadaian Syariah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah", (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008). Nisfi, Lailatul. "Pengaruh Pembiayaan Ar-Rum Pegadaian Syariah terhadap Pendapatan UMKM Nasabah dan Pendapatan Pegadaian Syariah (Studi pada PT Pegadaian Cabang Syariah Landungsari Kota Malang)", (Skripsi, Universitas Brawijaya, 2016). Purba, Marini Fransisca. "Pengaruh Jumlah Kredit Gadai Yang Disalurkan Terhadap Laba Perum Pegadaian Cabang Padang Bulan Medan", (Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008). Ula, Ahmad Mutamimul. "Tingkat Kepuasan Nasabah terhadap Pelayanan dan Produk Pembiayaan Mikro di Pegadaian Syariah", (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015).
79
Usman, Samsia. "Pengaruh pembiayaan Pegadaian Syariah Cabang Gorontalo Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Di Gorontalo", (Skripsi, Universitas Negeri Gorontalo, 2015). AL-QUR’AN Hasbi Ashshidiqi, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Departemen Agama RI), 2013. UNDANG-UNDANG: UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
WEBSITE: http://www.pegadaian.co.id/pegadaian-arrum.php