BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Menurut undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) No. 20 tahun 2003 bab pertama pasal 1 ayat 14 bahwa “pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.1 Kemampuan
kognitif
merupakan
salah
satu
dari
bidang
pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreatifitas anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengembangan kemampuan kognitif bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacammacam alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika, kemampuan memilih dan mengelompokkan, dan persiapan kemampuan berpikir teliti. 1
Undang-undang sisdiknas (sistim pendidikan nasional dan PP No 32 Tahun 2013
tentang perubahan PP No 19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional. hlm. 4.
1
2
Perkembangan kognitif harus dikembangkan semaksimal mungkin sejak kanak-kanak.2 Hal yang paling mendasar yang harus diketahui guru dalam rangka mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah tentu saja mengetahui perkembangan kognitif anak. Dengan mengetahui tahapan perkembangan
anak
dalam
area
kognitifnya,
guru
akan
dapat
mengembangkan metode-metode pembelajaran yang paling tepat bagi anak. Anak akan dapat mengembangkan potensinya seluas mungkin tanpa ada rasa paksaan atau tekanan yang berlebihan. Oleh karena itu, guru yang mengajar di TK sangat perlu mengetahui karakteristik dari aspek perkembangan kognitif para siswanya agar dapat memberikan penanganan yang sesuai. Permainan matematika merupakan salah satu kegiatan belajar yang mampu mengembangkan kemampuan dasar matematika anak dimasa tahapan awal perkembangannya seperti kemampuan mempelajari dunia mereka.3
Atau
kemampuan
melihat,
membedakan,
meramalkan,
memisahkan, dan mengenal konsep angka. Selain itu, permainan matematika juga mampu meningkatkan kemampuan anak dalam memecahkan masalah, serta kemampuan mengukur/memperkirakan, mengetahui serta membedakan konsep ruang.
2
Rini Hildayani dkk, psikologi perkembangan anak (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), hlm. 9. 23-9. 25. 3 Yuliani Nurani Sujiono dkk, metode pengembanagn kognitif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), modul 11.
3
Apabila diberikan sejak usia dini, maka permainan matematika akan mampu merangsang serta meningkatkan kemampuan anak dalam memahami fenomena alam atau perubahan lingkungan disekitarnya. Kemampuan ini akan diperoleh anak secara alamiah dan berlangsung selama bertahun-tahun
seiring dengan pertambahan usia.
Proses
perkembangan ini merupakan salah satu tahapan terpenting dalam proses perkembangan intelektual anak. Kemampuan numerik banyak menjadi perhatian bagi pendidik, orang tua dan para pemerhati perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena kemampuan numerik ini banyak diajarkan disekolah dan diperlukan dikehidupan sehari-hari. Kemampuan numerik juga merupakan salah satu kemampuan yang dipelajari anak secara otomatis dalam periode masa kanak-kanak awal. Angka adalah simbol dari suatu bilangan. Menurut teori Bruner, belajar bilangan dari objek nyata perlu diberikan sebelum ia belajar angka. Anak belajar dari konkret keabstrak. Maka dalam hal ini pendidik melakukan kegiatan mengenal angka untuk mengembangkan kognitif anak agar anak dapat berlatih membilang/menghitung angka secara urut dan benar, memiliki kemampuan untuk memahami angka dan konsep logika yang bagus dan berguna untuk perkembangan selanjutnya. Demikian
halnya
di
taman
kanak-kanak
Muslimat
NU
Karanganyar Tirto Pekalongan, khususnya anak kelompok A yang terdiri
4
dari 23 anak yiatu 15 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti hari Sabtu 12 April 2014 telah ditemukan masih ada beberapa anak didik yang belum mampu membilang 1 sampai 10 dengan benar. Mereka juga belum mampu dalam beberapa hal, yaitu : 1. Belum mampu mengurutkan bilangan 1 sampai 10 2. Belum mampu mengurutkan benda sesuai angka 3. Belum mampu mencontoh angka Oleh karena itu, upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membilang anak perlu mengadakan pendekatan dan pemilihan metode yang mampu menarik minat anak dalam belajar. Ketepatan metode yang digunakan akan turut menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran, dan yang paling penting, metode tersebut dapat diterima dengan baik sesuai kemampuan anak didik dan juga dapat merangsang motivasi dan kreatifitas mereka. Pemilihan materi kegiatan belajar yang menarik juga perlu diperhatikan supaya anak menjadi tertarik dan mampu meningkatkan kemampuan membilang. Berdasarkan latar belakang masalah yang dihadapi peneliti di kelas dan beberapa keluhan orang tua, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dikaitkan dengan upaya meningkatkan kemampuan membilang anak melalui metode Index Card Match.
5
metode Index Card Match adalah permainan mencocokan kartu indeks. Di TK tugas yang diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung dari guru. Penulis memilih metode Index Card Match dalam penelitian ini karena : 1. Permainan ini mudah dimainkan anak 2. Permainan ini dapat memberikan rasa senang sekaligus pengetahuan kepada anak sehingga anak dapat bermain sekaligus belajar B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Apakah dengan metode index card match dapat meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karangnyar kecamatan Tirto tahun pelajaran 2013/2014”. C. Tujuan penelitian Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karanganyar Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2013/2014 melalui penerapan metode Index Card Match.
6
D. Manfaat penelitian 1) Bagi penulis Untuk
menambah
wawasan
dan
dapat
menerapkan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan dengan menggunakan metode index card match. 2) Bagi anak didik Dengan menggunakan metode index card match dapat meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. 3) Bagi guru Mendapat informasi bahwa dengan menggunakan metode index card match dapat meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2013/2014. 4) Bagi kepala sekolah Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pembelajaran di taman kanak-kanak.
7
E. Tinjauan pustaka 1) Analisis teoritis Menurut Masitoh, dalam bukunya Strategi Pembelajaran TK dijelaskan bahwa hakikat anak adalah : 1.
Anak bersifat unik masing-masing anak berbeda satu sama lain, dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga
2.
Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli, tidak ditutup-tutupi
3.
Anak bersifat aktif dan energik. Anak lazimnya senang melakukan aktifitas
4.
Anak itu egosentris, ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri
5.
Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banayk hal. Karakteristik ini menonjol pada usia 4-5 tahun
6.
Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat terhadap sesuatu hal.4 Kecerdasan matematis logis didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang
4
1.14-1.15.
Masitoh, dkk, Strategi pembelajaran TK (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), hlm.
8
benar.5 Kemampuan ini meliputi, kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran. Cerdas secara matematis logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam hukum logika berpikir. Kecerdasan matematis logis (sebelum ditemukan kecerdasan naturalis) mencakup beberapa macam pikiran, yaitu mencakup tiga bidang
yang
saling
berhubungan,
yakni
matematika,
ilmu
pengetahuan(sains), dan logika. Kecerdasan matematis logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Ada konsistensi pemikiran logis. Hukum logika menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan, serta kesimpulan dibuat. Anak-anak yang mempunyai kecerdasan matematis logis cenderung berpikir secara numerik dan dalam konteks pola, urutan logis, sebab akibat, dan kategorial. Pada masa kanak-kanak inilah, penjelajahan berbagai pola, kategori, hubungan sebab akibat dimulai. Anak-anak secara aktif memanipulasi lingkungan (seperti kategori mainan), bereksperimen dengan berbagai hal menggunakan cara-cara 5
Takdirotun Musfiroh, pengembangan kecerdasan majemuk (Tanggerang Selatan: universitas terbuka, 2012), hlm. 3. 3-3. 7.
9
yang terkendali (seperti mencelupkan benda pada air untuk mengetahui posisi benda pada air), dan mendekatkan benda-benda pada magnet. Anak-anak yang cerdas dalam matematis logis cenderung terus bertanya dan ingin tahu tentang sebab-sebab suatu peristiwa atau gejala di lingkungannya. Mereka juga cenderung memilih permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi. Komponen inti kecerdasan matematis logis meliputi kepekaan pada pola-pola dan hubungan logis, pernyataan logis, kategorisasi, klasifikasi, pengambilan kesimpulan, generalisasi, penghitungan, pengujian hipotesis, kepekaan heuristik, kemampuan menemukan alternatif solusi dari suatu masalah dan kemampuan menemukan fiturfitur sesuatu dari kegiatan mengamati. Anak usia dini sering juga disebut dengan istilah golden age atau usia emas karena pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek.6
Pada
perkembangan
otak
misalnya,
terjadi
proses
pertumbuhan otak yang sangat cepat pada 2 tahun pertama usia anak. Selain perkembangan otak, penelitian Gallahue menyatakan bahwa usia prasekolah merupakan waktu yang paling optimal untuk 6
Siti Aisyah dkk, perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia dini (Jakarta:Universitas terbuka, 2011), hlm. 1. 7.
10
perkembangan motorik anak. Sedang penelitian Bowlby menyatakan bahwa hubungan yang positif dan membangun pada anak usia dini sangat penting untuk perkembangan kognitif dan emosi sosialnya. Oleh karena itu, usia dini terutama di bawah 2 tahun menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja, tetapi diisi dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak. 2) Penelitian yang relevan Dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Anak Dalam Penambahan Bilangan 1 Sampai 10 Dengan Benda-benda Menggunakan Kartu Bilangan atau Kartu Bergambar”, oleh Istiqomah NIM 816889322 dimana dalam skripsi ini dijelaskan bahwa anak dalam tumbuh kembangnya melalui alam sekitar akan memperoleh bermacam-macam pengetahuan tentang lingkungan baik yang terkait dengan makhluk hidup, misalnya manusia, binatang dan tumbuhtumbuhan, dan makhluk tidak hidup, misalnya bumi, matahari, bulan, bintang, rumah, sekolah dan sebagainya.7 Dalam skripsi yang berjudul “ Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Mengembangkan Kedisiplinan Anak”, oleh Kastinah NIM
7
Istiqomah, “Peningkatan kemampuan anak dalam penambahan bilangan 1 sampai 10 dengan benda-benda menggunakan kartu bilangan atau kartu bergambar (PTK di TK Curug Tirto)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini (Pekalongan : Universitas Terbuka, 2012), hlm. 1.
11
232308093 dimana dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa pendidikan anak usia dini menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia dini, pada pendidikan ini penuntutan kepatuhan peraturan terhadap
anak
merupakan
cara
yang
kurang
efektif
untuk
menanamkan kedisiplinan apalagi bila disertai ancaman atau intimidasi, hukuman yang ketat diperlakukan, hal ini secara tidak langsung mengekang kebebasan anak dalam berekspresi, yang dapat menghambat bahkan bisa mematikan kreatifitas anak. Implikasi yang ditimbulkan adalah anak kurang memiliki tanggung jawab sosial dikemudian hari. Hasil penelitian dlam skripsi ini adalah bahwa kedisiplinan tidak untuk membatasi kemampuan belajar anak dan tidak untuk mengekang kebebasan anak dalam berekspresi.8 Adapun perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah
pada
metode
yang
digunakan.
Penelitian
ini
lebih
memfokuskan kepada peningkatan kemampuan membilang melalui metode Index Card Match atau mencocokan kartu indeks di TK Karanganyar. 3) Kerangka berfikir Berdasarkan analisis teoritis maka dapat dibangun suatu kerangka berfikir bahwa metode dapat meningkatkan prestasi belajar
8
Kastinah, “Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini dalam Mengembangkan Kedisiplinan Anak”, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam (Pekalongan : Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 12.
12
siswa karena pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menarik, efektif, dan inovatif dengan pendekatan strategi dan metode pembelajaran yang sebagian besar prosesnya menitik beratkan pada aktifnya keterlibatan anak didik. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.9 Metode index card match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran. Guru membolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas. Teknik index card match melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih banyak
memberikan perhatian dan lebih menikmati proses
pembelajaran karena cara ini dikemas seperti sebuah permainan. Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimallkan untuk pencapaian proses dan pembelajaran yang berkualitas lagi anak usia dini.10 Bila kita melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar maka hasilnya akan lebih bermakna dan bernilai, sebab anak dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, yaitu keadaan yang alami sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan. 9
Zaenal Mustakim, strategi dan metode pembelajaran (STAIN press Pekalongan), hlm.
53. 10
hlm. 8.4.
Badru Zaman dkk, media dan sumber belajar TK (Jakarta: Universitas tebuka, 2009),
13
F. Metode penelitian Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulkan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan.11 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Setting penelitian a. Subjek penelitian Sebagai subjek penelitian ini adalah peserta didik kelompok A semester II TK Muslimat NU Karanganyar Tirto tahun pelajaran 2013/2014. Dengan jumlah total 23 anak terdiri atas 15 peserta didik laki-laki dan 8 peserta didik perempuan. b. Lokasi penelitian Penelitian bertempat di TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan.
2. Desain penelitian Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan jalan 1. Merencanakan 2. Melaksanakan 3. Merefleksikan 4. Pengamatan 11
Syamsudin dan Vismara, metode penelitian bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 14.
14
tindakan secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai seorang guru yang berujung pada peningkatan hasil belajar anak. Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat komponen : a) Perencanaan (planning) b) Tindakan (acting) c) Pengamatan (observing) d) Refleksi (reflecting) 1) Perencanaan (planning) 1. Peneliti membuat rencana kegiatan harian dengan metode index card match. 2. peneliti menentukan waktu pelaksanaan. 3. Menyiapkan alat evaluasi 2) Tindakan (acting) Dari rencana tersebut, kemudian dibuat skenario tindakan 1. Menyiapkan sarana/alat yang akan digunakan. 2. Menyiapkan
bahan
kegiatan
dan
tugas-tugas
dilaksanakan. 3. Penataan ruang dan pengorganisasian kelas.
yang
akan
15
3) Pengamatan (observing) Dalam pelaksanaan tindakan atau perbaikan, observasi dan interpretasi secara simultan. Aktor utama adalah guru dapat dibantu oleh alat perekam data atau teman sejawat sebagai pengamat : 1. Pendidik mengamati pelaksanaan perbaikan berlangsung. 2. Pendidik mengamati perilaku belajar anak didik. 3. Interaksi anak didik dan pendidik perlu diamati. 4) Reflektif Sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut pada siklus pertama dimulai dengan tahapan perencanaan. Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui dalam pembelajaran. Dalam langkah ini guru merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Guru dapat mengacu pada teori yang relevan bertanya kepada ahli terkait dan berkonsultasi dengan teman sejawat. Kemudian perencanaan itu diwujudkan dengan adanya tindakan dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya. Selanjutnya diadakan pengamatan yang teliti terhadap proses pelaksanaannya. Setelah diamati guru dapat melakukan refleksi dan dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya.
16
Dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah itu siklus selesai, barangkali guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan. Dilanjutkan kesiklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama, guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua.
17
Prosedur penelitian tindakan kelas
Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
SIKLUS I Refleksi I
Observasi I
Perencanaan tindakan I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
SIKLUS II Refleksi II Penyimpulan dan pemaknaan hasil
Observasi II
Jika permasalahan Belum terselesaikan
Lanjutkan ke siklus berikutnya
Gambar satu : alur dalam penelitian tindakan
18
a. Faktor yang diteliti Faktor yang menjadi penelitian disini adalah membilang 1 sampai 10 anak kelompok A di TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan tahun pelajaran 2013/2014. b. Rencana tindakan Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran dan skenario tindakan, bisa berupa bahan pelajaran dan tugas-tugas, juga menyiapkan alat pendukung atau sarana yang lain yang diperlukan. c. Sumber data 1) Sumber data primer Sumber data primer (data tangan pertama) adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagian sumber informasi yang dicari.12 Adapun yang menjadi sumber data primer adalah anak dan guru TK Mulimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. 2) Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah data tangan kedua yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain. Tidak langsung diperoleh peneliti dari
12
Saifudin Azwar, metode penelitian (Yogyakarta:Pustaka pelajar, 2004), hlm. 49.
19
subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.13 d. Metode pengumpulan data Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.14 Observasi merupakan salah atu teknik untuk mengumpulkan data yang sering digunakan untuk penelitian pendidikan. Observasi sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
pada
mengumpulkan
objek data
penelitian. lapangan
Dengan yang
metode
berkaitan
ini
dengan
peneliti upaya
meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan melalui metode index card match. 2) Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal 13
Ibid, hlm. 49. Sugiyono, metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif R & D) alfabeta Bandung, 2008, hlm. 203. 14
20
dari responden yang lebih mendalam dan respondennya sedikit atau kecil teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidaknya pada pengetahuan diri atau keyakinan diri pribadi.15 Wawancara merupakan tanya jawab dengan seorang mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari kepala sekolah, guru, anak dan orang-orang yang terkait dengan pelaksanaan di TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. 3) Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah besar fakta dan data yang tersusun dalam bentuk-bentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, foto dan sebagainya.16 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi lebih konkrit mengenai latar belakang upaya meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Menurut Guba dan Lincoln dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang pendidik, metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data-data tentang sejarah 15 16
Ibid, hlm. 194. Zainal arifin, Penelitian pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 171.
21
berdirinya TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. Struktur organisasi dan pemberian tugas guru serta keadaan guru, siswa dan sarana prasarana di TK serta orang-orang yang terkait dengan pelaksanaan di TK Muslimat Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. e. Teknik analisis data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membilang anak. Data yang diperoleh pada setiap kegiatan observasi dari setiap siklus. Baik data yang terekam dalam daftar cek maupun lembar observasi, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik presentasi ataupun grafik, untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Kegiatan analisis meliputi : 1. Tingkat
partisipasi
atau keaktifan anak didik dalam proses
pembelajaran, dengan kategori baik, cukup dan kurang. 2. Hasil belajar anak didik berupa lembar kerja. 3. Tingkat keberhasilan metode index card match, dengan kategori berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
22
Selanjutnya,
untuk
dapat
ditarik
suatu
kesimpulan
yang
menjelaskan suatu masalah yang sudah terdapat melalui analisis data maka digunakan metode induktif, yaitu metode analisa data dengan cara berfikir dari pengamatan-pengamatan yang bersifat khusus ditarik kesimpulan yang bersifat umum.17 G. Sistematika penulisan Sebelum penulis menuangkan dan menguraikan sesuai dengan judul didepan dalam pembahasan skripsi ini, maka terlebih dahulu penulis menguraikannya dalam sistematika penulisan. Bab I pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi. Bab II sub bab pertama membahas landasan teori yang mencakup teori perkembangan anak usia dini, prinsip-prinsip dalam berhitung, teori membilang, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini Sub bab kedua membahas tentang pengertian metode index card match, tujuan, ciri-ciri metode index card match serta fungsi metode index card match. Dalam upaya meningkatkan kemampuan membilang 1 sampai 10 anak didik kelompok A TK Muslimat NU Karanganyar kecamatan Tirto kabupaten Pekalongan. 17
Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 238.
23
Bab III metodologi penelitian, meliputi : jenis dan pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, rancangan penelitian. Bab IV analisis hasil penelitian yang meliputi analisis penelitian tindakan tahap prasiklus, analisis penelitian tindakan kelas siklus I. Analisis penelitian tindakan kelas siklus II. Bab V penutup yang berisi tentang simpulan dan saran.