1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah suatu tempat bertemunya berbagai pihak perusahaan yang
akan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dimana perusahaan itu memiliki tujuan bahwa nantinya dari hasil penjualan saham itu bisa dimanfaatkan untuk memperkuat dana perusahaan (Fahmi,2006). Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus fungsi keuangan (Husnan, 2001). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal berfungsi sebagai salah satu sistem mobilitas dana jangka panjang yang efisien bagi pemerintah. Melalui pasar modal pemerintah dapat mengalokasikan dana masyarakat ke sektor-sektor investasi yang produktif. Dari sudut pandang keuangan, pasar modal berfungsi sebagai salah satu media yang efisien untuk mengalokasikan dana dari pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana yaitu investor (pemodal) ke pihak yang membutuhkan dana yaitu perusahaan. Dengan demikian pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar untuk memperjual-belikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2003). Banyak strategi dan metode yang dapat digunakan dalam menganalisis dan mengevaluasi saham-saham yang ditawarkan di pasar modal. Harga saham misalnya,
2
tidak cukup hanya sisi permintaan dan penawaran (atau bahkan sama sekali tidak) yang mempresentasikan terbentuknya harga produk tersebut. Meningkatnya harga saham dapat dipandang sebagai peningkatan nilai perusahaan. Dari pandangan investor, harga saham mencerminkan nilai masa depan perusahaan. Husnan (2001) mengemukakan bahwa jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan meningkat, atau dengan kata lain profitabilitas perusahaan mempengaruhi harga saham. Harga saham suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor yang datang dari lingkungan internal suatu perusahaan itu sendiri. Menurut penelitian Gordon (Bolten 1976) dalam Deitiana (2011) variabel yang datang dari internal perusahaan adalah seperti dividen, pertumbuhan pendapatan, likuiditas, ukuran perusahaan dan debt ratio atau rasio keuangan lain bisa mempengaruhi harga saham. Alasan utama mengapa harga saham digunakan pada penelitian yang di replika dari Deitiana (2011) ini adalah karena harga saham sangat berpengaruh terhadap variabel fundamental dalam perhitungan rasio-rasio yang telah ditentukan. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian harga saham serta dapat memudahkan dan membantu para analis dan investor dalam penilaian saham. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mempelajari pengaruh beberapa faktor yaitu likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan yang dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan, dan dividen terhadap harga saham. Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi
3
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Current Ratio merupakan salah satu rasio likuiditas. Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek. Tetapi current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya utang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan (Munawir, 2004). Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk prosentase. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100% (Susilawati, 2012). Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan lain seperti quick ratio dan cash acid ratio. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) dan Clarensia dkk (2011) mengenai hubungan likuiditas dengan harga saham menunjukkan bahwa likuiditas secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini berbeda dengan penlitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), Susilawati (2012), dan Meythi dkk (2011) bahwa likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan hal itu tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi (Deitiana, 2011). Rasio profitabilitas menurut (Gitman 2009) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
4
manajemen berdasarkan hasil pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah return on assets, return on equity, dan return on investment. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008), Deitiana (2011) dan Clarensia dkk (2011) mengenai hubungan profitabilitas dengan harga saham menunjukkan bahwa profitabilitas yang dihitung menggunakan ROE secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu (Clarensia dkk, 2011). Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Deitiana, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Clarensia, Rahayu, dan Azizah (2011) mengenai hubungan pertumbuhan penjualan dengan harga saham menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan secara simultan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Tetapi secara parsial tidak menunjukkan signifikannya terhadap harga saham. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011). Tetapi terdistribusi oleh penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) yang secara parsial dan simultan menunujukkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh yang siginifikan terhadap harga saham.
5
Dividen menurut Deitiana (2011) adalah pembagian laba perusahaan yang besarnya telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) kepada para pemegang saham secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham tersebut. Menurut Sjahrial (2007) dikatakan bahwa dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan itulah yang dinamakan kebijakan dividen dari pimpinan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) dan Clarensia dkk (2011) mengenai hubungan dividen menggunakan rasio DPR (dividend payout ratio) dengan harga saham menunjukkan bahwa dividen secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Tetapi hasil ini tidak sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011) yang memberikan hasil bahwa dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dari penjelasan variabel diatas dapat dilihat pada penelitian Deitiana (2011) bahwa dividen yang dihitung menggunakan rasio dividend payout ratio (DPR) memberikan hasil tidak signifikannya terhadap harga saham, adapun rasio likuiditas dan pertumbuhan penjualan juga tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap harga saham. Untuk itu pada penelitian ini akan dilakukan pengujian ulang (replika) khususnya pada rasio yang tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011) tentang pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan, dan dividen terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 di BEI. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
6
sebelumnya yaitu variabel penelitian dan objek penelitian dimana objek penelitian berupa perusahaan dengan indeks LQ45 yang sudah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Variabel penelitian yang terdiri dari likuiditas, profitabilitas,pertumbuhan penjualan, dan dividen sebagai independen dan variabel harga saham sebagai variabel dependen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode tahun penelitian. Periode tahun penelitian yang digunakan oleh Deitiana (2011) adalah tahun 2004 sampai 2008, sedangkan peneliti menggunakan tahun 2010 sampai 2012. Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, maka penelitian ini diberi judul “Tingkat Likuiditas, Profitabilitas, Sales Growth, dan Pengembalian Investasi Pengaruhnya terhadap Stock Price (Studi pada LQ45 di BEI 2010-2012)”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebut diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian dapat ditulis seperti dibawah ini : 1. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 ? 2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 ? 3. Apakah deviden berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 ? 4. Apakah pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012 ?
7
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui likuiditas terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. 2. Untuk mengetahui profitabilitas terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. 3. Untuk mengetahui deviden terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. 4. Untuk mengetahui pertumbuhan penjualan terhadap Harga Saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.
1.4
Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberi kegunaan yang dapat
diuraikan sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengetahui kombinasi saham - saham yang termasuk dalam perusahaan LQ45 di BEI dan hasil dari penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan kepada pihak yang berkepentingan terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia serta hasil dari penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Bagi calon investor dan pelaku pasar modal yang akan melakukan kegiatan investasi agar mendapat tambahan pengetahuan bidang pengaruh faktor-faktor
8
fundamental khususnya faktor likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan deviden. Karena faktor ini berpengaruh pada investasi. 1.5
Sistemtika Penulisan 1.
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang landasan teori serta pembahasan tentang hasil penelitian sebelumnya, perumusan hipotesis, dan kerangka pemikiran penelitian.
3.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, serta metode analisis data.
4.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian, dan analisis data, serta pembahasan penelitian.
5.
BAB V PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan penelitian, serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Telaah Teori
2.1.1
Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan manajemen yang mengatur segala hal yang
berhubungan dengan masalah keuangan atau pendanaan. Jadi, manajemen keuangan sering didefinisikan sebagai cara merencanakan, menganggarkan, memeriksa, mengelola, mengendalikan, mencari, dan menyimpan dana atau uang bagi sebuah lembaga atau perusahaan (Alexano, 2012). 2.1.2
Pasar Modal Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan. Sedangkan menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham perusahaan. Adapun menurut R.J Shook, pasar modal merupakan sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti ekuitas dan hutang, diperdagangkan (Fahmi, 2012). Para akuntan mengartikan modal sebagai hak pemegang saham (stockholders‟ equity) atau modal sendiri (owners‟ equity). Hal ini dikemukakan oleh Kieso dan Jerry (1989) bahwa “when accountants refer to capital they mean stockholders „equity or owners‟ equity”. Modal sendiri menurut Wolj et. al., (1989) “Owners” equity is defined as stockholders residual interest in the net assets of
10
the firm”. Hal senada dikemukakan oleh Smith dan Fred (1964) bahwa: “Owners” equity or capital is the difference between assets and liabilities. The owners„equity of on an entity represent residual interest of theassets (total less total liabilitie of the business)”, dalamRusdin (2008).
2.1.3
Indeks LQ45 Indeks LQ45 adalah perhitungan dari 45 emiten atau saham, dari seleksi yang
berkriteria seperti penilaian atas Likuiditas merupakan seleksi atas emiten-emiten tersebut juga dengan mempertimbangkan kapitalisasi dari pasar. Indeks LQ45 berisi 45 emiten yang dalam setiap 6 bulan sekali tepatnya pada setiap awal bulan Februari dan bulan Agustus di sesuaikan. Artinya emiten-emiten tersebut didalamnya akan berubah. Tujuan indeks LQ 45 adalah sebagai bagian dari komponen IHSG serta penyedia sarana yang obyektif dan terpercaya untuk analisa keuangan, manajer investor, memonitor bursa saham serta pergerakan nilai saham-saham yang sedang aktif di bursa. Kriteria/ciri-ciri Pemilihan Saham Index LQ45 Indeks LQ45 diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksinya pada pasar reguler. Sesuai dengan perkembangan pasar dan untuk lebih mempertajam kriteria likuiditas, maka sejak review bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas. Maka kriteria/ciri-ciri suatu emiten/saham sampai bisa masuk kedalam perhitungan indeks LQ45 harus berdasarkan faktor-faktor bsebagai berikut (sebagai pertimbangan):
11
1. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan. 2. Sedang termasuk didalam 60 emiten di pasar reguler seperti volume, nilai, dan frekuensi transaksinya. 3. Kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, keadaan keuangan serta prospek pertumbuhan perusahaan sangat dipertimbangkan. 4. 30 emiten dari 60 emiten tersebut yaitu dengan nilai transaksi terbesar akan masuk didalam perhitungan indeks LQ45 dengan secara otomatis.
Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen emiten-emiten/saham yang masuk dalam penghitungan indeks LQ45. BEI dalam setiap tiga bulan sekali melakukan evaluasi atas pergerakan urutan emiten-emiten tersebut. Kemudian penggantian emitenemiten akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan bulan Agustus.
Hari Dasar Indeks LQ45 Indeks LQ45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai indeks sebesar 100. (sumber: buku panduan indeks BEI).
(http://carabelajarsaham.blogspot.com/2014/10/pengertian-apa-itu indekslq45.html)
12
2.1.4
Saham Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu
maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang terbentuk Peseroan Terbatas (Sunariyah, 2003). Ada banyak pihak yang terlibat dalam bermain di pasar saham, secara umum ada tiga yaitu (1) investor, (2) spekulan dan (3) government. Ketiga pihak yang terlibat ini sama-sama memiliki tujuan dan kepentingannya masingmasing, seperti pemerintah mencoba mengatur dan membuat arah pasar saham sesuai dengan kondisi dan target yang diinginkan dalam rencana pembanguna baik secara jangka pendek dan panjang. Saham sendiri memberi pengertian : a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan. b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya. c. Persediaan yang siap untuk dijual (Fahmi, 2012). 2.1.5
Harga Saham Harga pasar saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung (Ang, 1997). Jika pasar bursa efek ditutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Menurut Sunariyah (2006), harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Harga saham dapat dipengaruhi oleh ituasi pasar antara lain harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan.
13
2.1.5.1 Faktor naik dan turunnya harga saham a. Kondisi mikro dan makro ekonomi. b. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang dan kantor cabang pembantu baik yang dibuka di domestic maupunluar negeri. c. Pergantian direksi secara tiba-tiba. d. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. e. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. f. Risiko sistematis, yitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. g. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham (Fahmi, 2012). 2.1.6
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham
2.1.7
Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini penting, karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Menurut Fahmi (2006) bahwa rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Sedangkan menurut James
14
C.Van Home dan John M.Wachowicz (1995) “Liquidity ratio are used to measure a firm‟s ability to meet short-term obligations.” Dengan demikian, likuiditas perusahaan dapat disimpulkan sebagai kemampuan membayar yang dihubungkan dengan kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi dalam menyelenggarakan aktifitas-aktifitas perusahaan, seperti pembelian bahan baku, membayar upah, dan lainnya. Pengukuran current ratio lebih disukai sebagai pengukuran tingkat likuiditas perusahaan secara menyeluruh, (Fahmi, 2006). 2.1.8
Profitabilitas Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam
menjaga stabilitas finansialnya untuk selalu berada dalam kondisi yang stabil dan profit. Rasio profitabilitas bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan., selain itu rasio profitabilitas juga dapat dinyatakan sebagai rasio yang dipergunakan untuk mengukur efektifitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi (Fahmi, 2006). Secara konsep ditarik kesimpulan bahwa kinerja fundamental perusahaan yang diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui indikator harga saham dan struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan (Harmono, 2009). 2.1.9
Pertumbuhan penjualan Menurut Brigham dan Houston (2011) perusahaan dengan penjualan yang relatif
stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
15
Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan penggunaan hutang sebagai sumber data eksternal yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan penjualannya tergolong rendah. Jadi semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, maka semakin rendah ketergantungan perusahaan terhadap hutang. 2.1.10 Dividen Dividen atau sering disebut kebijakan dividen merupakan presentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan pembelian kembali saham. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio), ikut menentukan besarnya jumlah laba yang ditahan perusahaan harus dievaluasi dalam kerangka tujuan pemaksimalan kekayaan para pemegang saham. Jika marginal return para investor tidak berada dalam kondisi indifferent antara dividen sekarang dengan capital gains, kondisi ini dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dividend payout ratio (DPR) optimal yang dapat memaksimalkan kekayaan para pemegang saham (Harmono, 2009). 2.2 Penelitian Terdahulu Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian harga saham serta dapat memudahkan dan membantu para analis dan investor dalam penilaian saham. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya mempelajari pengaruh beberapa faktor yaitu likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan yang dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan, dan dividen terhadap harga saham.
16
Tabel 2.2.1 Penelitian Terdahulu NO
Peneliti dan Tahun
Judul
Variabel Penelitian Variabel (Y) = harga saham Variable independen (X) Profitabilitas, leverage, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, rasio turn over, price earning ratio (PER), earning per share (EPS) Variabel dependen (Y) = harga saham Variable independen (X) X1 = likuiditas X2 = profitabilitas X3 = pertumbuhan penjualan X4 = dividen
Secara simultan dan parsial pertumbuhan, profitabilitas, leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham di delapan industri.
Variabel Dependen (Y)= Harga Saham Variabel Independen= X1= CurrentRatio (CR) X2= Earnings Per Share (EPS)
Secara parsial, likuiditas yang diukur dengan Current Ratio dan profitabilitas earnings per sharetidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Secara simultan, likuiditas dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan
1
Rowland Bismark Fernando Pasaribu (2008)
Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Go Publik di BEI
2
Jeany Clarensia, Sri Rahayu, dan Nur Azizah (2011)
3
Meythi, Tan Kwang En, Linda Rusli (2011)
Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham (Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Tahun 20072010. Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Hasil Penelitian
Pengaruh antara variabel bebas (likuiditas, profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan kebijakan dividen) terhadap variabel terikat (harga saham) secara simultan menunjukkan pengaruh yang signifikan. Secara parsial, hanya variabel Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
17
Indonesia Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen terhadap Harga Saham Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45.
4
Tita Deitiana (2011)
Variabel (Y) = harga saham Variable independen(X) likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dividen Variabel Dependen (Y) = Harga saham Variabel Independen (X) = Likuiditas (CR), solvabilitas (DER), profitabilitas (ROA)
5
Christine Dwi Karya Susilawati (2012)
2.3
Kerangka Konseptual (Pemikiran)
manufaktur. Profitabilitas dengan perhitungan ROE berpengaruh terhadap harga saham. Likuiditas, deviden, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham adalah profitabilitas, solvabilitas menunjukkan signifikan, sedangkan likuiditas tidak menunjukkan pengaruh terhadap harga saham.
Penelitian ini akan membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Penelitian-penelitian terdahulu berpendapat bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi harga saham. Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang berjangka pendek tepat waktunya (Gitman, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) mengenai hubungan likuiditas dengan harga saham menunjukkan secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham. Dengan semakin meningkatnya likuiditas (current ratio), akan kemungkinan akan meningkatkan harga saham.
18
Ahli yang lain seperti Gitman (2009) dalam Deitiana (2011) mengatakan bahwa profitabilitas merupakan hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan, baik lancar maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Dan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham. Hasil tersebut dibuktikan dalam penelitian oleh Clarensia, Rahayu, dan Azizah (2008), Pasaribu (2008). Jika kondisi perusahaan menguntungkan dengan profitabilitas tinggi tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Pertumbuhan penjualan merupakan perubahan total penjualan perusahaan dengan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya secara keseluruhan. Pertumbuhan perusahaan dalam manajemen keuangan diukur berdasar perubahan penjulan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan (Deitiana 2011). Dalam penelitian Pasaribu (2008) pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap harga saham. Dividen dengan rasio metode dividend payout ratio (DPR) menurut Hin (2001) dalam Deitiana (2011) merupakan perbandingan dividen yang diberikan ke pemegang saham dan laba bersih per saham. Penelitian yang dilakukan oleh Clarensia, Rahayu, dan Azizah (2011) menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR) secara signifikan berpengaruh tehadap harga saham. Hal ini yang membuat investor tertarik akan kebijakan dividen perusahaan sehingga ketertarikan untuk investasi saham meningkat dan harga saham pun meningkat.
19
Berikut gambar yang menunjukkan hubungan variabel-variabel yang diteliti. Variabel likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan dividen dalam rasio perhitungannya sebagai variabel independen sedangkan harga saham sebagai variabel dependen. Current Ratio (CR) (X1)
Return on Equity (ROE) X1a (X2)
X1 X2 X3
Harga Saham (Y)
Sales growth
Dividend Payout Ratio (DPR)
X.4
Gambar 2.3.1 Kerangka Konseptual
2.4
Hipotesis Penelitian Hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih
populasi. Perumusan hipotesis terbagi dalam dua bentuk, yaitu Hipotesis nol (H0) dan Hipotesis alternative (Ha). Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 2.4.1
Pengaruh Likuiditas terhadap Harga Saham
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek (Prihadi, 2008). Likuiditas perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan seperti
20
current ratio, quick ratio, dan cash acid ratio. Dengan semakin meningkatnya likuiditas (current ratio) perusahaan, ada kemungkinan akan meningkatkan harga saham tersebut. Dalam penelitian Pasaribu (2008) yang melakukan penelitian pada perusahaan Go Public di BEI bahwa likuiditas mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, karena likuiditas dapat mendanai operasional usahanya. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis pertama dinyatakan sebagai berikut: H1 2.4.2
:Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh Profitabilitas terhadap Harga Saham
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu tahun dan dikalkulasi dengan return on equity (Deitiana, 2011). Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh return yang memadai dibanding risikonya (Prihadi, 2009). Dalam penelitian Deitiana (2011) yang melakukan penelitian pada perusahaan LQ45 di BEI bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham, karena nilai tinggi rendahnya suatu profitabilitas akan berdampak juga pada nilai harga sahamnya. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis kedua dinyatakan sebagai berikut: H2 2.4.3
:Profitabiitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh Dividen Terhadap Harga Saham Dividen adalah pembagian laba perusahaan yang besarnya telah ditetapkan
dalam RUPS kepada para pemegang saham secara proposional sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham tersebut (Deitiana,2011).
21
Dalam penelitian Clarensia, Rahayu dan Azizah (2011) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur di BEI bahwa dividen (DPR) menunjukkan pengaruh signifikannya terhadap harga saham, sebab dividen didambakan seorang investor dalam menginvestasikan dananya untuk membeli saham. Hal ini yang membuat investor tertarik akan kebijakan dividen perusahaan sehingga ketertarikan untuk investasi saham meningkat dan harga saham pun meningkat. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis keempat dinyatakan sebagai berikut: H3 2.4.4
:Dividen berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan terhadap Harga Saham
Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri (Deitiana, 2011). Dalam penelitian Pasaribu (2008) pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan uraian diatas, hipotesis ketiga dinyatakan sebagai berikut: H4
:Pertumbuhan Penjualan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian ini
adalah : 3.1.1
Variabel Dependen Variabel dependen adalah tipe variabel dimana variabel yang menentukan
apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Pada penelitian ini variabel dependennya yaitu harga saham. Penentuan harga saham adalah salah satu kunci sukses penawaran. Kenaikan harga saham akan sudah tercermin pada harga saham saat ini kalau perusahaan menurunkan pembayaran dividen dengan menggunakan pengukuran closing price. (Deitiana, 2011). Harga Saham = Harga pada saat penutupan (closing price) pada akhir periode. 3.1.2
Variabel Independen Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi
variabel lain yaitu variabel likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan dividen. Dalam penelitian ini ada empat variabel yaitu : 3.1.2.1 Likuiditas Likuiditas perusahaan dapat diukur dengan rasio keuangan, seperti current ratio, quick ratio, dan cash acid ratio. Penelitian ini mengukur likuiditas perusahaan dengan current ratio (rasio lancar) dimana rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aset
23
lancar (aktiva lancar) perusahaan mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya Tingkat current ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current asset dengan current liabilities (Prihadi, 2008). Current Assets Current Ratio (CR)
= Current Liabilities
Semakin tinggi rasio ini akan semakin aman bagi kreditor. Angka satu kali (1X) mencerminkan asset lancar (current ratio) sama dengan utang lancar. Current ratio paling sering digunakan dalam perhitungan likuiditas, pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek dengan asset lancar yang tersedia untuk melunasinya (Prihadi, 2008). 3.1.2.2 Profitabilitas Profitabilitas perusahaan dapat diukur dengan Return on equity (ROE). ROE disebut juga dengan laba atas ekuitas atau dalam beberapa referensi disebut juga sebagai total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun cara perhitungan return on equity (ROE) (Fahmi, 2012) adalah : Earning After Tax (EAT) ROE = Shareholder’s Equity
24
Keterangan : Earning After Tax (EAT) = laba setelah pajak Shareholder‟s Equity = modal sendiri
3.1.2.3 Pertumbuhan penjualan Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan atau penurunan jumlah penjualan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penjualan mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya secara keseluruhan dan dihitung dengan menggunakan pertumbuhan penjualan atau pendapatan dan pertumbuhan pada laba setelah pajak. Pertumbuhan perusahaan juga merupakan komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan diukur berdasarkan perubahan total penjualan perusahaan. Pada perusahaan jasa khususnya perbankan jumlah pertumbuhan penjualan dilihat dari pendapatannya. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya (Deitiana, 2011). St-St-1 Pertumbuhan Penjualan=
x 100% St-1
Keterangan:
St = penjualan pada tahun ke t St-1 = penjualan pada periode sebelumnya
3.1.2.2 Dividen Dividen adalah presentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu ke waktu, pembagian dividen saham, dan pembelian kembali saham. Pembuatan keputusan tentang
25
dividen ini disebut kebijakan dividen (dividend policy). Presentase dividen disebut Dividend Payout Ratio (DPR) (Atmaja, 1994).
DPS DPR
=
DPS EPS
3.2
Pembayaran Dividen = Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Populasi dan Sampel Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai
karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur dengan indeks LQ45 yang terdaftar pada BEI pada tahun 2010-2012. Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan sebagai objek penelitian. Teknik dalam pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik pemilihan sampel non acak atau purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pemilihan sampel berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2014). Dengan metode purposive sampling pemilihan sampel dilakukan berdasarkan kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria-kriteria pemilihan sampel yang telah dilakukan. Adapun kriteria-kriteria tersebut meliputi : 1. Perusahaan LQ45 yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012.
26
2. Perusahaan LQ45 yang menggunakan mata uang rupiah dan melaporkan laporan keuangannya serta memiliki kelengkapan data berupa current ratio (CR), return on equity (ROE), sales growth periode tahun 2010-2012. 3. Perusahaan LQ45 yang dijadikan sampel mempunyai dividen payout ratio (DPR) secara berturut-turut pada periode tahun 2010-2012. 3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Penelitian
ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2010-2012. Sumber data penelitian ini yang meliputi current ratio, return on equity, sales growth, dan dividend payout ratio berasal dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan daftar perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di BEI dengan laporan keuangannya diperoleh dari Indonesian Stock Exchange (IDX) Semarang dan www.idx.co.id. 3.4
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sampling, yang didasarkan pada pengumpulan data laporan keuangan perusahaan indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012 bersumber dari jurnal Indonesian Capital Market Directory (ICMD), yang di publikasikan oleh Indonesia Stock Exchange (IDX) dan www.idx.co.id. 3.5
Metode Analisis Data Penelitian ini menganalisis data yang bersifat kuantitatif. Hal ini disebabkan
selain menunjukkan data yang lebih akurat dan lebih mudah dibuktikan, juga lebih
27
mudah untuk melakukan pengukuran dibandingkan dengan data kualitatif, sehingga hasil yang diperoleh akan lebih objektif. Pada metode analisis data ini terdiri dari analisis deskriptif, uji kualitas data (asumsi klasik), uji model Anova/ model F, uji hipotesis (analisis regresi linier berganda), dan koefisien determinasi. 3.5.1 Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2011), statistik deskriptif dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Adapun menurut Ghozali (2001) tujuan statistik deskriptif adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata, standar deviasi, variance, maksimum, minimum, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). 3.5.2 Uji Kualitas Data 3.5.2.1 Uji Asumsi Klasik Uji ini dilakukan agar model analisis regresi yang dipakai dalam penelitian ini secara teori menghasilkan nilai parametik, kemudian dilakukan asumsi klasik regresi yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinieritas data (Ghozali, 2009). 1) Uji Normalitas Menurut Ghozali (2009), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui bahwa uji F dengan melihat tabel anova mengasumsikan bahwa nilai residual
28
mengikuti distrbiusi normal. Jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampeel kecil. Pada prinsipnya normalitas suatu data dapat dideteksi dengan menguji Kolmogorov-Smirnov. Dari table One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asym Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 untuk pengambilan keputusan dengan pedoman: a. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. b. Nilai Sig. atau signifikansi atau probabilitas > 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi secara normal. 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu atau time series karena “gangguan” pada seorang individu / kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu / kelompok yang sama pada peiode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu / kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
29
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel diantara bebas. Hipotesis yang akan diuji adalah (Ghozali, 2009): H0 : tidak ada autokorelasi (ρ = 0) HA : ada autokorelas (ρ ≠ 0 ) Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelsi : *Gambar 1 : Durbin Watson d test : Pengambilan Keputusan Hipotesis Nol
1
Keputusan
Tidak 1 ada autokorelasi Tolak positif
Tidak 2 ada autokorelasi Positif Tidak 3 ada autokorelasi 3 negative Tidak 4 ada autokorelasi 4 negative Tidak 5 ada autokorelasi 5 positif atau negative Keterangan : du = Durbin Watson upper dL = Durbin Watson lower
Jika 0 < d < dL
No decision
dL ≤ d ≤ du
Tolak
4 – dL < d < 4
No decision
4 - du ≤ d ≤ 4 - dL
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
2
1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 - du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dL), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorlasi positif. 3) Bila nilai DW lebihhh besar daripada (4 – dL), maka koedisien lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negative.
30
4) Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dL) atau DW terletak antara (4 - du) dan (4 – dL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. 3) Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk menguji dalam bentuk model regesi terjadi ketidaksamaan Variance dari residual satu pengamatan yang lain, jika variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Hesteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak Hesteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya Hesteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai prediksi variabel dependen (Sresid) dengan reidualnya (Zpred) atau menggunakan uji Glejser melihat penyebaran data. Jika ada pola tertentu pada grafik seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit maka mengidentifikasikan telah terjadi Hesteroskedastisitas). Jika tidak terjadi pola yang jelas seperti titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y maka mengidentifikasikan tidak terjadi Hesteroskedastisitas (Ghozali, 2009). 4) Uji Multikolinearitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam metode regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas (Variabel Independen). Model regresi yang baik adalah apabila tidak terjadi korelasi antar variabel bebas untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinearitas di dalam model regresi, dengan syarat nilai tolerance dibawah 0,1 dan Varience Inflation Factor (VIF) diatas 10, maka terjadi Multikolinearitas (Ghozali, 2009).
31
3.5.3 Uji Model Anova Uji Model/Uji Anova serentak dikenal dengan uji F. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > F tabel, Ho ditolak Ha diterima. Maka model signifikan atau bisa dilihat dalam kolom signifikansi pada Anova. Model signifikans selama kolom signifikansi (%) alpha, begitu juga sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model tidak signifikan. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha. Hipotesis nol adalah joint hipotesis bahwa β1, β2……βk secara simultan sama dengan nol. H0 : β1 = β2….. = βk = 0 Pengujian hipotesis ini sering disebut pengujian signifikansi keseluruhan (overall significance) terhadap garis regresi yang ingin menguji apakah Y secara linier berhubungan dengan kedua X1 dan X2. Joint hipotesis dapat diuji dengan teknik analisis variance. 3.5.4 Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam pembahasan ini menggunakan alat uji yaitu regresi linier berganda atau Multiple Regresion. Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (harga saham), bila dua atau lebih variabel independennya (CR, DPR, ROE, dan sales
32
growth) sebagai faktor prediktor dimanipulasi terhadap harga saham, digunakan model analisis regresi berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut (Sugiyono, 2011) : Y = a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Keterangan : Y = harga saham,
a = konstanta,
X1 = Likuiditas (CR),
b = Koefisien Regresi
X2 = Profitabilitas (ROE),
X3 = sales growth,
X4 = dividen (DPR)
Pengujian statistik terhadap seluruh hipotesis didasarkan pada tingkat keyakinan sebesar 0.95 atau a = 0,05. Signifikansi atau tidaknya uji ini dilihat dari besarnya nilai signifikansi, dimana menggunakan tingkat kepercayaan /
level of significance 5%
(0,05). Hipotesis ini diterima jika signifikansi < 0.05. begitu juga sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05 hipotesis ditolak. 3.5.5 Koefisien Determinasi (R²) Menurut Ghozali (2009) dikatakan nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu
33
variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R² (adjusted R square) pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2009). Dalam kenyataan ini nilai adjusted R² dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted dianggap bernilai 0. Secara matematis jika nilai R² = 1, maka adjusted R² = R² = 1. Sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1-k)(n-k). jika k > 1, maka adjusted R² akan bernilai negatif.
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Obyek Penelitian Bab ini menyajikan hasil regresi linier yang memberikan gambaran mengenai
hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen tersebut adalah harga saham sedangkan variabel independennya adalah CR, ROE, DPR, Sales Growth. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010-2012, dengan total perusahaan 69 perusahaan dan yang masuk kriteria sebagai data sampel adalah 16 perusahaan. Sesuai kriteria yang ditentukan pada bab III halaman 25. Tabel 4.1 Sampel Perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI 2010-2012 No Nama Perusahaan 1 PT. Astra Agro Lestari Tbk 2 PT. Bank Negara Indonesia Tbk 3 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 4 PT. Bank Danamon Indonesia Tbk 5 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 6 PT. Gudang Garam Tbk 7 PT. International Nickel Indonesia Tbk 8 PT. PP London Sumatera Tbk 9 PT. Holcim Indonesia Tbk 10 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk 11 PT. United Tractors Tbk 12 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Kode AALI BBNI BBRI BDMN BMRI GGRM INCO LSIP SMCB SMGR UNTR BBTN
35
13 14 15 16
BBKP BJBR GJTL EXCL
PT. Bank Bukopin Tbk PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk PT. Gajah Tunggal Tbk PT. XL Axiata Sumber : data yang diolah, 2015
Dari tabel 4.1 diatas diperoleh sampel penelitian 16 perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria-kriteria pada tabel tersebut. Atas uraian diatas, maka dengan menggunakan metode pooling data diperoleh data penelitian sebanyak 48 data pengamatan (16 perusahaan x 3 tahun). 4.2
Analisis Data
4.2.1
Statistik Deskriptif Sebelum melakukan pengujian hipotesis, dilakukan analisis statistik deskriptif
dengan tujuan untuk mengetahui nilai-nilai variabel perusahaan. Dari tabel 4.2 dapat dilihat nilai minimal, maksimal, mean, dan standar deviasi variabel-variabel penelitian. Tabel 4.2 Descriptive Statistics Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CR
48
.22
4.82
1.3756
1.22543
ROE
48
3.65
31.52
20.2677
5.83805
DPR
48
.02
213.02
31.1635
31.82333
GROWTH
48
-18.39
59.64
13.5837
13.78085
Lnhs
48
6.36
11.04
8.5126
1.17707
Valid N (listwise)
48
36
Berdasarkan tabel 4.2 diatas didapatkan variabel current ratio (CR) yang juga merupakan satu jenis rasio likuiditas perusahaan menunjukkan nilai minimal 0,22 pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk tahun 2010. Nilai maksimal didapat pada PT PP London Sumatera Tbk tahun 2011. Nilai rata-rata sebesar 1,3756 dan standar deviasi CR sebesar 1,22543. Dari variabel CR diketahui bahwa rata-rata CR lebih besar dibandingkan nilai standar deviasinya, ini berarti bahwa variasi data CR cenderung stabil dan tidak terjadi penyimpangan. Variabel return on equity (ROE) yang merupakan satu jenis rasio profitabilitas perusahaan menunjukkan nilai minimal 3,65 pada PT International Nickel Indonesia Tbk pada tahun 2012. Nilai maksimum 31,52 ada pada PT bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk pada tahun 2010. Nilai rata-ratanya sebesar 20,2677 dan standar deviasi ROE sebesar 5,83805. Dari variabel ROE diketahui bahwa rata-rata ROE lebih besar dibandingkan nilai standar deviasinya, ini berarti bahwa variasi data ROE cenderung stabil dan tidak terjadi penyimpangan. Variabel dividend payout ratio (DPR) yang merupakan rasio dividen perlembar saham dengan laba perlembar saham menunjukkan nilai minimum 0,02 pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada tahun 2012. Nilai maksimum 213,02 ada pada PT International Nickel Indonesia Tbk tahun 2012. Nilai rata-rata sebesar 31,1635 dan nilai standar deviasi DPR sebesar 31,82333. Dari variabel DPR diketahui rata-rata DPR lebih kecil dibandingkan nilai standar deviasinya, ini berarti bahwa variasi data DPR cenderung tidak stabil atau terjadi penyimpangan.
37
Variabel sales growth yang dinilai dari pendapatan atau penjualan suatu perusahaan menunjukkan nilai minimum -18,39 ada pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk tahun 2010. Nilai maksimum 59,64 ada pada PT International Nickel Indonesia Tbk tahun 2010. Nilai rata-rata sebesar 13,5837 dan nilai standar deviasinya sebesar 13,78085. Dari variabel sales growth diketahui rata-rata lebih kecil dibandingkan dengan nilai standar deviasinya, ini berarti bahwa variasi data sales growth cenderung tidak stabil atau terjadi penyimpangan. Variabel Harga Saham yang diproksikan menggunakan harga saham (Ln_hs) mempunyai nilai minimum 6,36 yang dimiliki pada PT Bank Bukopin Tbk tahun 2011. Nilai maksimum 11,04 ada pada PT Gudang Garam Tbk pada tahun 2011. Nilai ratarata sebesar 8,5126 dan nilai standar deviasi pada harga saham adalah sebesar 1,17707. Dari variabel harga saham diketahui bahwa nilai rata-rata lebih besar dibandingkan nilai standar deviasi, ini berarti bahwa variasi data harga saham cenderung stabil dan tidak terjadi penyimpangan. 4.2.2 Uji Kualitas Data 4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik Pada penelitian ini uji asumsi klasik terhadap model regresi diolah menggunakan program SPSS versi 20 for windows. Pengujian dengan analisis regresi diperlukan adanya pengujian dengan mempertimbangkan kemungkinan adanya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Perbaikan terhadap data penelitian maupun model regresi
38
berupa transformasi atau pengurangan data penelitian dilakukan jika masih terdapat penyimpangan asumsi klasik selanjutnya akan dilakukan perbaikan. Pengujian tersebut : 1)
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji Komlogorov-Smirnov. Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 48 Mean 0E-7 Normal Parametersa,b Std. Deviation 1.03025079 Absolute .070 Most Extreme Positive .070 Differences Negative -.048 Kolmogorov-Smirnov Z .485 Asymp. Sig. (2-tailed) .973 a. Test distribution is Normal. Sumber : data yang diolah, 2015 Hasil pengujian Kolmogrov-Smirnov di atas menunjukkan bahwa nilai K-S adalah sebesar 0,485 dengan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,973 atau probabilitas diatas 0,05 (0,973 > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian berikutnya.
39
2)
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Menurut Imam Ghozali (2007), multikolonieritas dapat juga dilihat dari tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance) dan menunjukkan adanya nilai kolinieritas tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang dapat ditolerir. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
1
Std. Error
6.321
.649
CR
.116
.140
ROE
.094
DPR GROWTH
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
9.740
.000
.121
.828
.412
.834
1.199
.030
.464
3.112
.003
.802
1.247
.006
.006
.157
1.044
.302
.785
1.274
-.003
.012
-.039
-.269
.790
.860
1.163
a. Dependent Variable: lnhs
Sumber : data yang diolah, 2015
40
Pada tabel 4.4 nilai VIF pada CR sebesar 1,199, ROE sebesar 1,247, DPR sebesar 1,274, growth sebesar 1,163. Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada variabel independen yang memiliki nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3)
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah terbebas dari auokorelasi. Pengujian autokorelasi yang digunakan adalah uji Durbin-Watson beikut ini : Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin Watson Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
.484
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.234
a. Predictors: (Constant), GROWTH, CR, ROE, b. Dependent Variable: lnhs
Sumber : data yang diolah, 2015
.163
1.07710
Durbin-Watson
1.613
41
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh angka DW sebesar 1,613. Sedangkan tabel DW untuk N = 48 dan k = 4 adalah 1,378 untuk batas bawah dan batas atas 1,721, kemudian ternyata nilai DW ini terletak pada daerah ragu-ragu dan kemudian dilakukan uji Run-Test. Tabel 4.6 Hasil Run Test Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
-.08114
Cases < Test Value
24
Cases >= Test Value
24
Total Cases
48
Number of Runs
19
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-1.605 .109
a. Median
Sumber : data yang diolah, 2015 Dari tabel diatas dapat dilihat nilai Asymp. Sign. (2-taied) sebesar 0,109 dan nilai ini lebih besar dari 0,05 . sehingga dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi ini bebas autokorelasi. 4)
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas
42
pada penelitian ini dideteksi dengan menggunakan Grafik Scatterplot dan Uji Gletser yang diperoleh sebagai berikut :
Gambar 4.1 Grafik Scatterplot Sumber : data yang diolah, 2015 Dengan melihat tampilan grafik scatterplot dapat disimpulkan bahwa pada grafik ini terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Harga Saham berdasarkan masukan variabel independen curret ratio,
43
return on equity, deviend payout ratio, dan sales growth. Dapat juga dilihat dengan melihat tabel Uji Glejser sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
1.010
.371
.147
.080
ROE
-.024
DPR
CR 1
Std. Error
GROWTH
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
2.720
.009
.286
1.828
.075
.834
1.199
.017
-.220
-1.377
.176
.802
1.247
-.002
.003
-.080
-.498
.621
.785
1.274
.009
.007
.200
1.299
.201
.860
1.163
a. Dependent Variable: absres
Sumber : data yang diolah, 2015 Dari tabel 4.7 diperoleh bahwa tingkat siginifikansi current ratio (CR) sebesar 0,075. Tingkat signifikansi return on equity (ROE) sebesar 0,176. Tingkat signifikansi dividend payout ratio (DPR) sebesar 0,621 dan tingkat signifikansi growth sebesar 0,201. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05. Jadi model regresi bebas dari Heteroskedastisitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung adanya Heteroskedatisitas dan model regresi dapat digunakan sebagai pengujian berikutnya. 4.2.3
Uji Model Anova Uji Model/Uji Anova serentak dikenal dengan uji F. Ghozali (2009) menyatakan
bahwa uji Model Anova dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
44
meliputi CR, ROE, DPR, dan sales growth dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel harga saham. Pengujian dilakukan dengan uji Model sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Model ANOVAa Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
15.231
4
3.808
Residual
49.887
43
1.160
Total
65.118
47
F 3.282
Sig. .020b
a. Dependent Variable: lnhs b. Predictors: (Constant), GROWTH, CR, ROE, DPR
Sumber : data yang diolah, 2015 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa nilai F-hitung sebesar 3,282 dengan nilai probabilitas sebesar 0,020 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian keputusan yang diambil berarti variabel bebas yang meliputi current ratio, return on equity, dividend payout ratio, dan sales growth secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4.2.4
Uji Hipotesis
Analisis Linier Berganda Dalam pengujian hipotesis ini alat yang digunakan merupakan regresi linier berganda atau multiple regression. Berdasarkan data-data yang di uraikan sebelumnya, selanjutnya akan dikaji mengenai pengaruh variabel bebas yaitu current ratio, return on
45
equity, dividend payout ratio, dan sales growth terhadap variabel terikat yaitu harga saham. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS versi 20 dapat diperoleh hasil pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Regresi Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
1
Std. Error
6.321
.649
CR
.116
.140
ROE
.094
DPR GROWTH
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
9.740
.000
.121
.828
.412
.834
1.199
.030
.464
3.112
.003
.802
1.247
.006
.006
.157
1.044
.302
.785
1.274
-.003
.012
-.039
-.269
.790
.860
1.163
a. Dependent Variable: lnhs
Sumber : data yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat diperoleh persamaan regresi untuk mengetahui faktor-faktor dalam memprediksi harga saham adalah sebagai berikut ; Y
= a+b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Lnhs = 6,321 + 0,116 CR + 0,094 ROE + 0,006 DPR – 0,003 Growth Dari persamaan regresi berganda tersebut maka apat diketahui sebagai berikut : 1. Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh nilai konstanta adalah sebesar 6,321. Apabila masing-masing nilai variabel independen adalah 0 maka besarnya variabel dependen harga saham adalah sebesar nilai konstanta yaitu 6,321. Hasil
46
persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel CR, ROE, dan DPR bertanda positif sedangkan sales growth bertanda negative. 2. Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh bahwa variabel current ratio (CR) menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,116. Hal ini menunjukkan bahwa 1 satuan kenaikan current ratio (CR) akan meningkatkan harga saham sebesar 0,116. 3. Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh bahwa variabel retun on equity (ROE) menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,094. Hal ini menunjukkan bahwa 1 satuan kenaikan return on equity (ROE) akan meningkatkan harga saham sebesar 0,094. 4. Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh bahwa variabel dividend payout ratio (DPR) menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa 1 satuan kenaikan dividend payout ratio (DPR) akan meningkatkan harga saham sebesar 0,006. 5. Berdasarkan tabel 4.9 diatas diperoleh bahwa variabel growth menunjukkan koefisien regresi sebesar -0,003. Hal ini menunjukkan bahwa 1 satuan kenaikan growth, akan dapat menurunkan harga saham sebesar 0,003. Hasil persamaan yang terbentuk dari hasil perhitungan regresi yang ditujukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dan variabel terikat tersebut selanjutnya masih memerlukan pengujian statistic lebih lanjut untuk mengetahui keabsahan model yang telah terbentuk. Untuk itu jika dilihat dari kolom (Sig) pada tabel 4.9 dapat ditarik kesimpulan bahwa :
47
1. Pengaruh Variabel Current Ratio (CR) Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 20.0 pada tabel diatas, diperoleh hasil bahwa nilai t-hitung sebesar 0,828 dengan nilai probabilitas sebesar 0,412 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 ditolak, yang artinya variabel current ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Pengaruh Variabel Return On Equity (ROE) Diperoleh hasil bahwa t-hitung sebesar 3,112 dengan nilai probabilitas sebesar 0,003 yang berarti lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 diterima, yang artinya variabel return on equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Pengaruh Variabel Devidend Payout Ratio (DPR) Diperoleh hasil bahwa t-hitung sebesar 1,044 dengan nilai probabilitas sebesar 0,302 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 ditolak, yang artinya variabel dividend payout ratio (DPR) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Pengaruh Variabel Sales Growth Diperoleh hasil bahwa t-hitung sebesar -0,269 dengan nilai probabilitas sebesar 0,790 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 ditolak, yang artinya variabel sales growth tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
48
4.2.5
Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Dalam penelitian ini koefisien determinasi menggunakan adjusted R², yaitu besaran yang menjelaskan proporsi variabl terikat yaitu harga saham yang dijelaskan oleh variabel bebas yaitu current ratio, return on equity, dividend payout ratio, dan sales growth. Dapat dlihat pada tabel berikut : Tabel 4.10 Output Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
1
R Square
.484a
.234
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .163
Durbin-Watson
1.07710
1.613
a. Predictors: (Constant), GROWTH, CR, ROE, DPR b. Dependent Variable: lnhs
Sumber : data yang diolah, 2015 Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,163. Hal ini berarti variabel bebas (current ratio, return on equity, dividend payout ratio, sales growth) mampu menjelaskan harga saham hanya sebesar
16,30%.
Sedangkan sisanya yaitu 83,70% dijelaskan oleh faktor-faktor selain variabel yang diteliti. 4.3
Pembahasan Berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Anova diketahui
bahwa variabel harga saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh variabel current ratio (CR), return on equity (ROE), dividend
49
payout ratio (DPR) dan sales growth. Pengujian secara parsial diperoleh bahwa hanya variabel return on equity (ROE) saja yang menunjukkan pengaruh yang signifikan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa variabel rasio keuangan dijelaskan oleh kondisi dari rasio keuangan tersebut. 1. Current Ratio (CR) terhadap harga saham Hasil pengujian hipotesis pertama mengenai pengaruh current ratio (CR) terhadap harga saham, menunjukkan bahwa CR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan nilai probabilitas sebesar 0,412 yang berarti lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05. Hal ini dikarenakan current ratio (CR) sebagai rasio likuiditas perusahaan kurang dapat dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi. Dalam penelitian ini dapat dibuktikan dengan data row material yang telah diuji. Sebagai contoh pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) tahun 2010 CR sebesar 0,22 menunjukkan harga saham sebesar 1640. PT Bank Bukopin tahun 2010 CR sebesar 0,39 menunjukkan harga saham sebesar 650. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) tahun 2010 memiliki CR sebesar 0,46 dengan harga saham sebesar 10500. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten tahun 2010 memiliki CR sebesar 0,61 dengan harga saham sebesar 1450. Dari beberapa contoh tersebut dapat dilihat bahwa kenaikan CR secara signifikan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Clarensia dkk (2011) dan Pasaribu (2008) yang secara parsial CR berpengaruh signifikan terhadap harga
50
saham. Namun, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian oleh Deitiana (2011), Susilawati (2012), dan Meythi dkk (2011). 2. Return On Equity (ROE) terhadap harga saham Hasil pengujian hipotesis kedua mengenai pengaruh return on equity (ROE) terhadap harga saham menunjukkan bahwa ROE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan ROE sebagai rasio profitabilitas menunjukkan sejauh mana perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham, rasio ini sangat diperhatikan oleh pemegang saham. Para pemegang saham lebih memilih ROE yang tinggi karena tingginya ROE mengidentifikasikan keuntungan dan tingkat pengembalian yang tinggi pula, serta tentu saja mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Investor akan bersedia membeli saham dengan harga tinggi apabila memperkirakan tingkat ROE perusahaan itu akan naik. Sebagai contoh beberapa perusahaan pada tahun 2010 seperti PT PP London Sumatera memiliki ROE sebesar 22,69 dengan harga saham sebesar 12850. PT Unilever memiliki ROE sebesar 24,28 dengn harga saham sebesar 23800. PT Astra Agro Lestari memiliki ROE sebesar 28,21 dengan harga saham sebesar 26200. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ROE akan berdampak pada harga saham yang tinggi pula. Dengan demikian ROE dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi investor untuk melakukan investasi. Secara konsep ditarik kesimpulan bahwa kinerja fundamental perusahaan yang diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan memiliki hubungan kausalitas terhadap nilai perusahaan melalui
51
indikator harga saham dan struktur modal perusahaan berkenaan dengan besarnya komposisi utang perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), Clarensia dkk (2011), dan Pasaribu (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang dihitung menggunakan ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 3. Dividend Payout Ratio (DPR) terhadap harga saham Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa DPR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan nilai probabilitas sebesar 0,302 dimana lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05. Artinya besar kecilnya nilai dividen yang dibagikan oleh manajemen atau perusahaan kepada pemegang saham tidak serta merta mempengaruhi tingkat tinggi rendahnya harga saham tersebut secara pasti. Jadi kebijkan dividen yang perhitungannya menggunakan rasio DPR tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Hasil ini dapat dilihat dalam tabel row material pada tahun 2012 PT Bank Danamon Indonesia memiliki nilai DPR sebesar 0,02 dengan harga saham sebesar 5650. PT Bank Bukopin memiliki nilai DPR sebesar 0,3 dengan harga saham sebesar 620. PT Gajah Tunggal memiliki nilai DPR sebesar 8,66 dengan harga saham sebesar 2225. Dari contoh hasil data perusahaan tersebut dapat menguatkan bahwa dividen yang perhitungannya menggunakan dividen payout ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap tinggi rendahnya harga saham sehingga dapat memicu ketidaksignifikan DPR terhadap harga saham. Hal ini menngidentifikasikan bahwa dividen yang dibayarkan oleh emiten kepada para
52
pemegang saham tidak menyebabkan naiknya nilai perusahaan. Jadi dividend payout ratio (DPR) tidak dapat dijadikan sebagai faktor penting bagi investor dalam membuat keputusan investasi. Hasil ini mendukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa variabel DPR tidak berpengaruh terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Clarensia dkk (2011) mengemukakan hasil penelitiannya berupa variabel DPR berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) terhadap harga saham Hasil pengujian hipotesis keempat mengenai pengaruh sales growth terhadap harga saham, menunjukkan bahwa variabel sales growth tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham dengan nilai probabilitas 0,790 yang berarti lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05. Pertumbuhan penjualan yang diperoleh juga dari pendapatan merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Pada penelitian ini pertumbuhan penjualan selalu
mencerminkan
keberhasilan
investasi
masa
lalu
tetapi
tidak
mempengaruhi pada harga saham perusahaan tersebut. Sebagai contoh pada tabel row material tahun 2010 menunjukkan PT Bank Negara Indonesia memiliki nilai pertumbuhan sebesar -3,13 dengan harga saham sebesar 3875. PT Semen Gresik Persero memiliki nilai pertumbuhan sebesar -0,3 dengan harga saham sebesar 9450. PT Holcim Indonesia memiliki nilai pertumbuhan sebesar 0,28 dengan harga saham seebesar 2250. PT Bank Bukopin memuliki nilai pertumbuhan
53
sebesar 3,94 dengan harga saham sebesar 650. Dengan melihat contoh perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kenaikan sales growth secara signifikan tidak berpengaruh pada kenaikan harga saham. Hasil ini menunjukkan bahwa investor kurang melihat variabel sales growth sebagai pertimbangan keputusan dalam berinvestasi dengan melihat harga saham pada suatu perusahaan. Sales growth juga kurang menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya sehingga investor kurang memperhatikan variabel ini sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011) dan Clarensia dkk (2011) yang mengatakan bahwa variabel pertumbuhan penjulan tidak signifikan terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) yang mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan secara parsial dan signifikan mempengaruhi harga saham.
54
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh likuiditas,
profitabilitas, dividen, dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2012. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : 1.
Current Ratio (CR) berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012.
2.
Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012.
3.
Devidend Payout Ratio (DPR) berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012.
4.
Sales Growth berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012.
55
5.2
Saran
5.2.1 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah : 1. Menambah periode tahun penelitian, tetapi tetap melihat dividen nya karena tidak setiap tahun secara berturut-turut perusahaan mengeluarkan dividen. 2. Memilih perusahaan yang luas misal perusahaan manufaktur dengan periode tahun yang lebih banyak sehingga akan lebih banyak perusahaan yang menjadi sampel penelitian. 3. Menambah jumlah variabel independen, baik didalam maupun diluar perusahaan yang mungkin bisa dipergunakan dalam penelitian selanjutnya. Misalkan posisi leverage dalam Pasaribu (2008) dan solvabilitas dalam Susilawati (2012) yang menghasilkan hasil penelitian signifikan terhadap harga saham. 5.2.2 Bagi Calon Investor Bagi calon investor yang ingin berinvestasi dengan saham disarankan untuk memperhatikan laporan keuangan perusahaan terutama dengan melihat rasio return on equity (ROE) untuk pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai ROE maka berdampak pada peningkatan harga saham yang tinggi pula dan dapat digunakan dalam pertimbangkan oleh calon investor.
56
Daftar Pustaka Alexano, Poppy. 2012. “Manajemen Keuangan Untuk Pemula Dan Organisasi”. Jakarta Timur: Laskar Askara. Ang, Robert. 1997. “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Inteigent Guide to Indonesian Capital Market)”. First Edition. Mediasoft Indonesia : Jakarta. Atmaja, Lukas Setia. 1994. “Manajemen Keuangan”. Yogyakarta: Andi Offset. Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. 2011. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. Clarensia, Jeany, Sri Rahayu dan Nurazizah. 2011. “Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2007-2010)”. Deitiana, Tita. 2011.” Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, Dan DividenTerhadap Harga Saham”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 No.1. Fahmi, Irham. 2006. “Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Dan Politik”. Bandung: PT Retika Aditama. Fahmi, Irham. 2012.” Pengantar Pasar Modal, Panduan Bagi Para Akademis Dan Praktisi Bisnis Dalam Memahami Pasar Modal Indonesia”. Bandung: Alfabeta. Fahmi, Irham. 2012. “Manajemen Investasi Teori Dan Soal Jawab”. Jakarta Selatan: Salemba Empat. Ghozali, Imam. 2001. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariabel Dengan Program SPSS”, Edisi 1. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J. 2009. “Principles of Managerial Finance”. United States: Pearson Education Addison Wesley, inc. Harmono. 2009. “Manajemen Keuangan Berbasis Balance Scorecart”. Jakarta: PT Bumi : Aksara.
57
Husnan, Suad. 2001.” Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Tiga, cetakan kedua. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2014. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta. Meythi, Tan Kwang En, dan Linda Rusli. 2011. “Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis Ekonomi dan Akuntansi, Vol. 10, No. 2. Munawir, H. S. 2004. “Analisa Laporan Keuangan”, Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. 2008.” Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Publik Di BEI”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2, No.2. Prihadi, Toto. 2008.” Deteksi Cepat Kondisi Keuangan 7 Analisis Rasio Keuangan”. Jakarta: PPM. Rusdin. 2008. “Pasar Modal Teori, Masalah Dan Kebijakan Dalam Praktik”. Bandung: Alfabeta. Saham, Pialang. 2014. “Pengertian Apa Itu Indeks LQ45? Bagaimana Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham?”, (http://carabelajarsaham.blogspot.com/2014/10/pengertian-apa-itu-indekslq45.html) diakses tanggal 2 Maret 2015 pukul 01.30 WIB. Sjahrial, Dermawan. 2007. “Manajemen Keuangan Lanjutan”. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2011. “Statistika untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta. Sunariyah. 2003. “Pengetahuan Pasar Modal”. Edisi Ketiga. AMP YKPN. Yogyakarta. Sunariyah. 2006.” Pengetahuan Pasar Modal”, Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Susilawati, Christine Dwi Karya. 2012. “ Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan LQ45”. Jurnal Akuntansi, Vol.4 No.2.
58
Tandelilin, Eduardus, M.BA. 2003. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.