BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan tolok ukur dan juga sebagai pedoman bagi kehidupan manusia, maka dari itu seseorang tanpa agama tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Allah SWT menurunkan agama, bukan hanya untuk kehidupan akhirat saja, melainkan agama Allah SWT membimbing manusia agar hidupnya sejahtera, aman, damai dan selamat dunia serta bahagia di akhirat yang terbebas dari siksa api neraka. Pada umumnya manusia
menyadari akan
keterbatasan
kemampuan
dirinya
dengan
memahami keterbatasan kemampuan dirinya, disadari atau tidak manusia memerlukan satu kekuatan atau kekuasaan diluar dirinya. Maka dalam mencari dan menghubungkan dirinya dengan Yang Maha Kuasa diluar dirinya itu manusia perlu bantuan agama. Hanya agama yang membimbing dan mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, mengatur manusia dengan manusia lain dan mengatur hubungan manusia dengan alam lingkungan. Untuk menunjukkan jalan yang benar maka Allah SWT berfirman :
ْAB َ ْCDُ Eِ ق َ 9+ Gَ 4َ /َ H َ *ُ 5 I J ِ* ُ('ْا ا4+ ,َ Kَو
ج
%ُ ْ'(ُ *ِ ,+ -َ/ -ً12ْ 3ِ 4َ 5 ْ 6ُ ْ78 ِ 9َ : ِ ن َه<َا + َوَا
(153 : م-(TKن )ا َ ْ'3ُ 4+ ,َ ْCDُ M+(َ Jَ Lِ Eِ ْCDُ : + ْ َوCDُ Jِ َذOMPLِ Mِ2ْ *ِ N َ Artinya : “Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalanjalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-An’am: 153)1 1
Depag RI, Alqur’an dan Terjemahnya,(Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1998), 118
Untuk mengatur pergaulan hidup manusia memerlukan suatu aturan yang menyeluruh dan universal agar kehidupan manusia mendapatkan ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian yang menyeluruh pula. Maka untuk mengatur pergaulan hidup manusia itu, Allah SWT telah membuat peraturan yang lengkap sebagai pedoman hidup manusia melalui para RasulNya. Peraturan dan petunjuk Allah SWT itu berupa kitab suci yang diwahyukan Allah SWT kepada para Rasul sejak Nabi Adam as. Hingga nabi Muhammad SAW sebagai penutup semua Rasul. Segala peraturan yang diturunkan Allah SWT itu telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat yang melaksanakan, seperti saat ini. Akan tetapi lain dengan peraturan yang dibuat oleh manusia itu sendiri, yang kadang-kadang manusia membuat tersebut melanggar dari nash-nash Al-qur’an dan Al-Hadits. Seperti yang difirmankan Alloh SWT dalam surat Ali-Imran ayat 164 berbunyi :
Lِ 4ِ mَ ْ َاCnِ 2ْ MَB َ 'ْاMُ4ْ mَ ْCnِ 5 ِ Gُ Tْ ْ َاA6ِ K ً ْ'N ُ ْ َرCnِ 2ْ /ِ p َ (َ Eَ ِا َذA َ 2ْ iِ 6ِ ْj1ُ Jْ اOَMB َ k اA + 6َ ْl3َ Jَ )الA ٍ 2ْ *ِ 6ُ H ٍ Mَx َ 7ِGJَ H ُ *ْ Pَ ْA6ِ 'ْاTُ -ََوِانْ آ
ج
qَ 1َ Dْ r ِ Jْ وَاs َ 4َ Dِ Jْ اCُ nُ 1ُ Mt(َ mُ ْ َوCnِ 2ْ آt vَ ُmَو (164 : ان91B
Artinya : ”sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman, ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah, dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran : 164).2 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
2
Ibid., 56
(2 : ة93*J )اA َ 2ْ 3ِ 4+ 1ُ Mْ Jِ ًىl ُهLِ 2ْ /ِ s َ mْ َرK s ُ 4َ Dِ Jْ | ا َ Jَِذ Artinya : “Kitab3 (Al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa4.” (QS. Al-Baqarah : 2) 5 Jadi di dalam Al-qur’an mengucap segala-galanya mulai dari cara tidur, memelihara badan, makan dan minum dan segala aspek lainnya sampai bagaimana cara mengatur negara dan lain-lain. Sungguh lengkap isi kandungan Al-quran untuk pedoman dan hidup manusia. Sebagaimana firman Allah SWT :
ِ r َ Mِ + Jن ا َ ْ'Mُ1َ (ْ mَ A َ mْ <ِ J+ اA َ 2ْ iِ 6ِ ْj1ُ Jْ ا9ُ t *َ mُ َ' ُم َوPْ َا7 َ ْ ِه74ِ M+Jِ ِىlnْ mَ ن َ َْا93ُ Jْ ن َه<َا ا + ِا (9 : اء9NKًا )ا92ْ *ِ ًا َآ9 ْ ْ َاCnُ Jَ ن + َا Artinya : “Sesungguhnya Al-quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka adalah pahala yang paling besar.” (QS. Al-Isra’ : 9)6 Berdasarkan ayat diatas betapa pentingnya bahwa Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang mengandung tuntunan yang sesuai dengan fitrah manusia dalam hidupnya. Oleh karena itu tidak ada jalan bagi umat Islam kecuali tunduk dan mengikuti, mempelajari, menghayati dan sekaligus menerapkan ajaran Al-Quran tersebut. Dengan tunduk dan mengikuti ajaran Al-Quran maka akan datang petunjuk dan rahmat Allah SWT serta akan memperoleh kabar gembira sebagaimana janji Allah dalam firman-Nya : 3
Tuhan memanamkan Al-Qur’an dengan al-Kitab yang disini berarti “yang ditulis” sebagai Isyarat bahwa Al-Qur’an diperintahkan untuk ditulis. 4 Taqwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan takut saja. 5 Depag, Al-Qur’an, 3 6 Ibid., 225
: HriJ )اA َ 2ْ 1ِ Mِ5 ْ 1ُ Mْ Jِ َى9 ْ Eُ َوqً 1َ ْ و َر+ ًىlْ ٍء َو ُه7 َ H t Dُ Jِ -ًT-َ2*ْ ,ِ s َ 4َ Dِ Jْ | ا َ 2ْ MَB َ -َiJْ v+ Tَ َو (89 Artinya : “ Dan kami turunkan kepadamu Al-Quran untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl : 89)7 Dengan mengikuti petunjuk dan bimbingan Al-Quran sebagai sumber Islam pertama dan mengikuti Al-Quran-Hadits sebagai sumber hukum yang kedua, maka kita dijamin akan senantiasa memperoleh kebahagiaan, kesejahteraan dan ketentraman di dunia dan di akhirat terhindar dari malapetaka dan bencana. Begitu juga akan pentingnya kita mempelajari agama Islam betapa besar penghormatan, keunggulan dan kemuliaan yang diberikan kepada orang yang berilmu dan juga kepada orang yang shaleh memberi pelajaran ilmu itu kepada orang lain. Namun demikian yang tejadi pada masyarakat dan lingkungan sosial siswa di SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo sangat memprihatinkan sekali masalah perkembangan pendidikan agama Islam yang sekaligus prestasi siswa khususnya pada (PAI) Pendidikan Agama Islam. Dengan melihat letak antara pengajar (pendidik), lokasi pendidikan yang sangat jauh sekali, lingkungan yang kurang mendukung sehingga didalam proses pembelajaran, siswa tidak mendapatkan pelajaran yang semaksimal mungkin. Selain itu faktor orang tua murid, yang tidak memperhatikan tentang pendidikan agama terhadap anaknya. Bahkan orang tua itu sendiri juga tidak menghiraukan betapa pentingnya dalam beragama.
7
Ibid., 221
Mereka disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari yang hanya mengejar materi dan kesenangan, mereka melupakan pendidikan agama terhadap anaknya. Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, sedangkan lingkungan sosial siswa SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo merupakan lingkungan sosial yang kurang mendukung, sebab jauh dari perkotaan, jauh dari pemerintahan, jauh dari pusat perekonomian, jauh akan jangkauan informasi. Menurut pengamatan penulis bahwa di SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo siswa yang berasal dari lingkungan sosialnya bagus/mendukung, pasti mendapatkan nilai yang tinggi dan mungkin dapat menduduki peringkat kelas, begitu sebaliknya siswa yang berasal dari lingkungan sosial kurang mendukung, mereka tidak mungkin untuk mendapatkan nilai yang bagus, karena kurangnya perhatian dari lingkungan khususnya lingkungan keluarga dan masyarakat. Di samping itu setelah pulang dari sekolah selalu membantu orang tua untuk bekerja sehingga di dalam meluangkan waktu belajarnya kurang konsentrasi. Padahal dalam kehidupan suatu negara pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Jika di dalam lingkungan terkecil pun kita tidak mau untuk belajar (mencari pengetahuan) maka yang terjadi adalah keterpurukan suatu bangsa. Belajar yang diawali dengan adanya tekad yang bulat, dan sungguh-sungguh maka, akan menghasilkan prestasi yang maksimal.
Untuk membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa perlu dibutuhkan beberapa faktor pendukung yang di antaranya : tenaga pengajar yang profesional dan mereka bisa tinggal di masyarakat sekitar, sarana dan prasarana yang cukup (lokasi sekolah), kesadaran orang tua tentang arti pentingnya pendidikan agama, adanya tokoh-tokoh masyarakat yang berperan aktif di dalam membimbing anak-anak. Dengan demikian tujuan pendidikan akan tercapai, sebagaimana termaktub dalam UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya prestasi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut ada beberapa hal yang mempengaruhinya, di antaranya adalah pengaruh lingkungan sosial. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui ada/tidaknya pengaruh lingkungan Sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo, dengan mengangkat tema penelitian berjudul : “Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo.” B. Batasan Masalah Mengingat begitu banyaknya permasalahan yang dihadapi SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo, agar lebih terarah dalam penjabarannya, maka peneliti banyak pertimbangan mengenai fasilitas, unsur waktu, tenaga
8
UU RI No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasionas (SISDIKNAS), (Bandung: Fokus Media, 2003)
dan biaya, sekaligus menghindari penulisan yang tidak proporsional untuk dijadikan kajian dalam skripsi nanti, maka penulis membatasi permasalahan yang meliputi : 1. Kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Lingkungan sosial yang dimaksud yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. 2. Bagaimana prestasi belajar PAI yang diperoleh siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. 3. Pengaruh lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. C. Rumusan Masalah Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo? 2. Bagaimana prestasi belajar PAI yang diperoleh siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo ? 3. Apakah ada pengaruh lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo ? D. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. 2. Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar PAI yang diperoleh siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian Setiap
penelitian
diharapkan
agar
penelitian
tersebut
dapat
bermanfaat. Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagi Peneliti a. Untuk menambah hasanah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan pada umumnya kepada pembaca, sehingga para pembaca dapat mengetahui lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. b. Untuk mengetahui prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. 2. Bagi Sekolah yang diteliti a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar PAI siswa kelas III di SDN III Baosan Lor Ngrayun Ponorogo.
b.
Sebagai sumbangan pemikiran untuk memecahkan problematika yang di hadapi oleh pemerintah/sekolah terutama dalam bidang pendidikan mengenai cara meningkatkan prestasi belajar PAI.
3. Bagi Kampus yaitu sebagai penambah literatur di perpustakaan STAIN Ponorogo. F. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai penulisan skripsi ini, maka penulis menguraikan sistematika pembahasannya sebagai berikut : Bab satu berisi tentang paparan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitan dan sistematika pembahasan skripsi ini. Bab dua berisi tentang kajian pustaka yang meliputi deskripsi teori dan/atau telaah pustaka di antaranya pengertian lingkungan sosial, macammacam lingkungan sosial. Adapun yang terkait dengan pengaruh prestasi belajar PAI, pada bab ini membahas tentang pengertian prestasi belajar PAI, hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar PAI, dan kurikulum PAI di SD Kelas III. Dalam bab ini juga dibahas tentang kerangka berfikir dan hipotesis penelitian. Bab tiga berisi tentang metode penelitian yang meliputi rancangan penelitian, populasi, sampel dan responden, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data. Bab empat berisi tentang temuan dan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data (pengujian hipotesis) serta pembahasan dan interpretasi.
Bab lima berisi tentang kesimpulan dan saran-saran
BAB II LINGKUNGAN SOSIAL DAN PRESTASI BELAJAR
G. Deskripsi Teori Dan/Atau Telaah Pustaka 1. Lingkungan Sosial a. Pengertian Lingkungan Sosial Lingkungan Sosial ialah semua orang lain yang mempengaruhi kita, termasuk cara pergaulannya, adapt-istiadatnya, agama dan kepercayaannya, dan sebagainya. Pendeknya lingkungan sosial yang
dimaksudkan di sini adalah masyarakat manusia
termasuk
kebudayaannya.9 Dalam hal ini lingkungan sosial siswa adalah semua orang atau manusia lain yang dapat berpengaruh terhadap siswa tersebut. Pengaruh itu ada yang diterima siswa secara langsung, ada yang diterima secara tidak langsung. Lingkungan sosial ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan rohani dan pribadi anak. Sifat dan watak anak adalah hasil interaksi antara pembawaan, keturunan dan lingkungan yang ada pada anak didik. Menurut Sartain (ahli Psikologi Amerika), yang dimaksud dengan lingkungan (environment) meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.10 Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.11 Dengan demikian lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan siswa dalam proses belajar. Oleh karena itu apabila lingkungan sosial siswa mendukung maka prestasi
9
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), 197 10 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 32. 11
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), 91
belajarnya akan baik, dan jika lingkungan sosialnya kurang mendukung maka prestasi belajarnya kurang baik/kurang maksimal. b. Macam-macam Lingkungan Sosial Lingkungan sosial merupakan sub tambahan dari pembahasan tentang lingkungan. Pada umumnya lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu lingkungan alam dan lingkungan sosial.12 Adapun lingkungan sosial dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu
:
lingkungan
sosial
keluarga
dan
lingkungan
sosial
lembaga
pendidikan
tertua,
masyarakat.13 a.
Lingkungan Keluarga Keluarga
merupakan
bersifat informal, yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Secara sederhana keluarga diartikan sebagai kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal oleh anak, dan karena itu disebut primary community. Pendidikan keluarga ini berfungsi :
12
122
a)
Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak.
b)
Menjamin kehidupan emosional anak.
c)
Menanamkan dasar pendidikan moral
d)
Memberikan dasar pendidikan sosial
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),
13 Ibid
., 123
e)
Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anakanak.14 Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyrakat
terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-isteri). Berdasarkan asas cinta yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina kehidupan sang anak. Oleh Ki Hajar Dewantara dikatakan supaya orang tua (sebagai pendidik) mengabdi kepada sang anak. Motivasi pengabdian keluarga (orang tua) ini sematamata demi cinta kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak itu dalam tanggung jawab keluarga.15 Abdurrahman An Nahlawi juga mengatakan dalam bukunya yang berjudul : Pendidikan Islam di Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat yaitu : Keluarga, terutama orang tua, bertanggung jawab untuk memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya karena kasih sayang merupakan landasan terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologis dan sosial anak. Jika seorang anak mengalami
ketidakseimbangan
bermasyarakatnya
14
akan
rasa dicemari
cinta,
kehidupan
penyimpangan-
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, 92. Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,1988), 14. 15
penyimpangan. Dia akan sulit berteman atau bekerja sama, apalagi jika harus melayani atau mengorbankan miliknya demi orang lain.16 Umumnya kita menyakini bahwa keterlibatan orang tua sangat penting dalam proses sekolah anak, namun orang tua akan memerankan peran yang sedikit dalam proses belajar remaja. Namun semakin banyak yang menemukan bukti bahwa orang tua dapat menjadi factor kunci dalam semua tingkat kelas. Meskipun begitu orang tua tidak terlibat sebanyak yang diinginkan oleh mereka atau sekolah terhadap anak remaja mereka. Keterlibatan orang tua adalah minimal pada sekolah dasar dan bahkan berkurang pada sekolah menengah pertama. Hubungan kolaboratif antara orang tua dan sekolah biasanya akan berkurang seiring dengan berkembangnya anak menuju masa remaja. Namun keterlibatan orang tua ini, ternyata sama pentingnya di masa anak-anak maupun di masa remaja. Contohnya, dalam studi yang dilakukan baru-baru ini, suatu program yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan orang tua dalam pendidikan di sekolah menengah mempunyai efek yang positif terhadap keberhasilan siswa di sekolah. Diharapkan di masa mendatang akan lebih banyak keterlibatan keluarga/sekolah/komunitas dalam masa-masa remaja.17 16 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani, 1995), 141. 17 John W. Santrock, Adolescence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), 271272. Cet. keenam
b.
Lingkungan Masyarakat Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial. Yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya. Bahan pelajaran atau isi pendidikan oleh kelompok atau masyarakat seseorang. Demikian pula kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya mulai pendidikan. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya
harus
diteruskan
nilai-nilai,
pengetahuan,
keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan dimiliki setiap anggota. Tiap masyarakat meneruskan kebudayaannya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan, melalui interaksi sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi. Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaiandan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Masyarakat juga dapat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah dan wahana
pendidikan; medan kehidupan manusia yang majemuk (plural: suku, agama, kegiatan kerja, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya). Manusia dalam multi kompleks antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anakanak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.18 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan pribadi siswa atau perilaku yang berdasarkan perilaku yang berdasarkan praktek dan pengalaman. Dan perubahan itu merupakan penemuan dari informasi, penguasaan suatu keterampilan atau pula penambahan dan perkayaan dari informasi. Adapun pengertian prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang dicapai atau dilakukan atau dikerjakan.19 Belajar adalah merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek pengalaman tertentu. Atau secara umum belajar sebagai proses
18
Maunah,Ilmu Pendidikan, 109-110
19
Ali Nor Sofan, Kamus Bahasa Indonesia, (Bandung : Angkasa, 1984), 234
perubahan perilaku akaibat interaksi individu dengan lingkungan.20 Maka prestasi dapat disimpulkan dengan pengertian hasil yang dicapai dari proses perubahan perilaku dan pribadi sesorang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang pernah dilakukan secara permanen dan dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama.21 Prestasi belajar menurut Mas’ud Khas Abd Kohar yaitu apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan keuletan bekerja.22 Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah ia belajar atau ia mengikuti aktifitas belajar. Karena proses belajar merupakan tujuan untuk mencapai prestasi belajar itu sendiri. Prestasi belajar dapat diukur dengan hasil rendah tingginya yang dicapai siswa dalam belajarnya. Atas dasar kenyataan di atas, maka prestasi belajar adalah sesuatu yang dimiliki oleh anak didik berkat adanya pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. b. Hal-hal yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahanperubahan yangberarti, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan keberhasilan hidup manusia itu bisa diharapkan untuk
20
mencapai
hasil
yang
sebaik-baiknya,
maka
haruslah
H.M. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung : Sinar Baru, 1987), 14 Ibid., 15 22 Mas’ud Hasan Abd. Kohar, Kamus Ilmiah populer, tp., tt., 296 21
memperhatikan
yang
hal-hal
(faktor-faktor)
yang
dapat
mempengaruhi di dalam proses belajar dan prestasi belajar. Adapun hal-hal yang mempengaruhi prestasi (hasil belajar) antara lain yaitu : a.
Faktor yang dari Luar Manusia (Eksternal) Dalam
proses
pembelajaran
hendaknya
mempertimbangkan dengan keadaan iklim di mana kegiatan belajar itu berlangsung, karena dalam melaksanakan kegiatan pendidikan sehari-hari selalu mempengaruhinya, untuk itu supaya diciptakan suasana belajar yang baik. Suasana yang baik akan mempengaruhi motivasi yang baik dalam proses belajar. Dan ini akan mempunyai pengaruh yang baik pula terhadap prestasi belajar siswa. Adapun faktor luar yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain yaitu : 1). Faktor Lingkungan a. Lingkungan alam Lingkungan
alam
sekitarnya
mempengaruhi
perkembangan jiwa dari anak didik. Jika perkembangan jiwanya terganggu, maka akan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar murid. Apalagi dengan lingkungan alam tempat belajarnya, maka hal itu sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan belajar murid.
Keadaan alam yang tenang dan damai dengan udara yang sejuk ikut mempengaruhi kesegaran jiwa murid, sehingga dapat meningkatkan semangat belajar murid dan memungkinkan hasil belajarnya akan lebih baik daripada kalau lingkungan itu gaduh, dengan udara yang kotor. b. Lingkungan Sosial Lingkungan Sosial ialah semua orang lain yang mempengaruhi kita, termasuk cara pergaulannya, adaptistiadatnya, agama dan kepercayaannya, dan sebagainya. Pendeknya lingkungan sosial yang dimaksudkan di sini adalah masyarakat manusia termasuk kebudayaannya. Lingkungan sosial terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. (1). Lingkungan Keluarga Bebarapa studi ilmiah yang diadakan oleh Pusat Penelitian Sosial dan Kriminalitas bekerjasama dengan lembaga organisasi UNICEF terhadap kebutuhankebutuhan anak di Mesir, menemukan data bahwa sebagian anak-anak kita tumbuh secara tidak wajar, terutama dari aspek psikologis. Sebagian besar mereka mengalami berbagai problem yang diakibatkan oleh cara-cara membahayakan yang diterapkan para orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
Di samping tidak bersekolah, mereka juga jauh dari bimbingan pendidikan atau upaya penanaman nilainilai akhlaq yang sesuai untuk anak-anak. Bahkan mereka juga jauh dari upaya pengenalan terhadap masalah-masalah sosial dan kesehatan di lingkungan dimana mereka hidup. Bagi seorang siswa, nilai-nilai agama yang hanyalah sekadar menghafal ayat-ayat Al-qur’an, tanpa mengetahui makna, maksud dan hikmah-hikmahnya sedikit pun. Salah satu faktornya, karena sebagian besar orang tua sekarang ini tidak mau memperdulikan pendidikan agama anak-anak mereka. Peranan keluarga dalam pendidikan anak akan sempurna kalau didukung oleh lembaga sekolah yang ikut mengajarkan prinsip-prinsip bagi pembentukan kepribadian anak. Mengajarkan tidak hanya sekadar mengisi
akal
dengan
teori-teori
pemikiran
dan
pemahaman saja. Tetapi juga harus mengajukan polapola kehidupan dan contoh-contoh perilaku secara nyata. Dan perangkat pendukungnya, ialah lingkungan sekolah berikut manhaj dan materi-materi yang diajarkan. Dari hasil penelitian lapangan, khusus mengenai pendidikan pertumbuhan anak, didapat data yang konkrit, bahwa 65 % orang tua di lingkungan kota dan 57 % orang tua di
lingkungan pedesaan, tidak begitu mempedulikan pendidikan
anak-anak
mereka.sebuah
studi
yang
diadakan oleh sebuah lembaga penelitian sosial juga menyatakan, bahwa di satu kota saja setidaknya ada 1332 keluarga yang tidak begitu memperhatikan pendidikan anaknya, apalagi sampai pada hal-ahal yang menyangkut
pembentukan
dan
perkembangan
kepribadian mereka.23 Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu peranan keluarga (orang tua) dalam pengembangan kesadaran beragama anak sangatlah dominan. Al-qur’an Surat At-Tahrim ayat 6, menunjukkan bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan agama kepada anak dalam upaya menyelamatkan mereka dari siksa api neraka. Terjemahan ayat tersebut adalah : “Hai orangorang yang beriman jagalah dirimu, dan keluargamu dari api neraka.” Mengenai pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan agama bagi anak, seperti sabda Nabi muhammad SAW yang berbunyi : “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua
23
Syaikh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Al-Kaitsar, 2004), 109-110.
orang tuanya anak itu yang bisa menjadikan tersebut memeluk agama Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Salah seorang ahli psikologi, yaitu Hurlock (1956 :
434)
berpendapat
bahwa
keluarga
merupakan
”Training Center” bagi penanaman nilai-nilai (termasuk juga nilai-nilai agama). Pendapat ini menunjukkan bahwa keluarga mempunyai peran sebagai pusat pendidikan bagi anak untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai (tata krama, sopan santun, atau ajaran agama) dan kemampuan untuk mengamalkan atau menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara personal maupun sosial kemasyarakatan. Begitu juga adanya keluarga yang kaya dan yang miskin, adanya keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenteram dan damai dan adanya keluarga
yang
sebaliknya, maka keluarga sangat berperan dalam belajar dan dalam prestasi anak.
(2). Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan lembaga yang menampung dan menangani kegiatan belajar anak. Dengan anak bersekolah maka anak akan mengetahui dan mengenal bagaimana cara belajar yang baik, dan bagaimana cara menguasai ilmu pengetahuan dan lain sebagainya. Dalam
lingkungan sekolah terdiri dari guru dan murid. Hubungan guru dengan murid yang kurang baik karena sesuatu pengalaman, hubungan sesama murid yang tidak menyenangkan,
tujuan
pelajaran
yang
ditetapkan,
kemampuan murid, semuanya dapat mempengaruhi belajar dan hasil belajar murid. Disamping itu guru yang kurang atau tidak menyadari peranannya di dalam membantu belajar dan mengajar, dapat mempengaruhi hasil belajar murid – muridnya, oleh karena itu kepada para guru dituntut untuk memiliki tingkah laku yang baik. Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah ini yaitu : (a)
Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarkhis.
(b) Usia anak didik di satu jenjang pendidikan relatif homogen. (c)
Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
(d) Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum (e)
Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa yang akan datang.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga Negara, sekolah dikelola secara formal, hierarkhis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar. Dalam istilah pendidikan, anatar mendidik dan mengajar dapat dibedakan pengertiannya. Mendidik tidak hanya berupa proses pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tetapi lebih jauh berupa pemberian nilai. Sedangkan mengajar hanya diartikan sebagai proses pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tidak menyangkut nilai. Jelasnya dapat dikatakan bahwa sebagaian besar pembentukan kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagian dari pembentukan kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah. Kenyataan ini menunjukkan betapa penting dan besar pengaruh dari sekolah. Tentang fungsi sekolah itu sendiri sebagaimana diperinci oleh Suwarno (1985) dalam bukunya Pengantar ilmu Pendidikan, adalah sebagai berikut :
(a)
Mengembangkan
kecerdasan
pikiran
dan
memberikan pengetahuan. (b) Spesialisasi (c) Efisiensi (d) Sosialisasi (e) Konservasi dan transmisi cultural (f) Transmisi dari rumah ke masyarakat 24 (3). Lingkungan Masyarakat Di manapun berada bahwa masyarakat pasti memberikan pengaruh yang kuat. Terutama pada anakanak yang sebayanya, apabila anak-anak sebaya di sekitarnya merupakan anak yang rajin belajar, maka anak tersebut akan berpengaruh mengikuti jejak mereka. Sebaliknya jika anak-anak berkeliaran tidak menentu maka anak pun akan terpengaruh melaksanakan tindakan yang negatif. Sering kita jumpai bahwa teman bergaul yang kurang baik dapat mengalahkan proses belajarnya. Dengan kenyataan ini dapat dikatakan dalam lingkungan masyarakatpun tidak sedikit memberikan andil dan proses belajar si anak. Hal ini tergantung dari keberadaan masyarakat di sekitar mereka.
24
Maunah, Ilmu Pendidikan, 100-105
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang
dipandang
merupakan
metode
pendidikan
masyarakat yang utama. Cara yang terpenting adalah : Pertama,
Allah
menjadikan
penyuruh
kebaikan
dan
masyarakat pelarang
sebagai
kemunkaran
sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya ini : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yangmunkar; merekalah orang-orang beruntung “(Ali Imran: 104) Kedua, dalam masyarakat Islam, seluruh anak-anak dianggap anak sendiri atau anak saudaranya sehingga ketika memanggil seorang anak, siapa pun dia mereka akan memanggilnya dengan “Hai anak saudaraku!” dan sebaliknya,
setiap
anak-anak
atau
remaja
akan
memanggil setiap orang tua dengan panggilan, “Hai Paman!”. Hal itu terwujud berkat pengamalan firman Allah dalam surat
Al-Hujurat: 10: “ Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara….”. Semenjak terbitnya fajar Islam, kaum muslimin telah merasakan tanggung jawab bersama untuk mendidik generasi muda. Ketiga,
untuk
menghadapi
orang-orang
yang
membiasakan dirinya berbuat buruk, Islam membina
mereka melalui salah satu cara membina dan mendidik manusia, yaitu kekerasan atau kemarahan. Keempat, Masyarakat pun dapat melakukan pembinaan melalui pengisolasian, pemboikotan, atau pemutusan hubungan kemasyarakatan. Kelima, pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh karena
bagaimanapun,
masyarakat
yang
kemasyarakatan
masyarakat
padu.
bertumpu
muslim
Keenam, pada
adalah
pendidikan
landasan
afeksi
masyarakat, khususnya rasa saling mencintai. Dalam diri generasi muda, perasaan cinta tumbuh seiring dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anakanaknya sehingga mereka memiliki kesiapan untuk mencintai orang lain. Ketidakberdayaan orang tua dalam mencurahkan
kasih
sayang
kepada
anak-anaknya
melahirkan anak-anak memiliki kelainan dan kebencian kepada orang lain. Dalam pendidikan Islam, kecintaan orang
tua
disempurnakan
oleh
kecintaan
yang
bersumberkan dari sesuatu yang abadi dan jujur, yaitu kecintaan Allah yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita melalui ketaatan dan ketergantungan kita kepadaNya sehingga ketika seorang muslim tengah menghadapi kesulitan, dia akan merasakan bahwa dirinya tengah disayangi Allah lewat ujian-Nya.
Dia atas landasan kecintaan kepada Allah, seorang muslim akan menjalin cinta dengan orang lain yang sama-sama berwali kepada Allah, sama-sama mencintai Allah, dan sama-sama mengikuti syariat-Nya. Inilah yang dikenal dengan istilah cinta karena Allah, cinta yang akan menimbulkan kebahagiaan psikologis dan dampak yang besar terhadap jiwa. Sehubungan dengan mahabbah itu, seorang zuhud pernah berkata : “ Andaikan para raja mengetahui keberadaan kita, niscaya mereka akan memerangi kita untuk memperoleh mahabbah itu”. 25 Lingkungan
masyarakat
siswa
dapat
dikelompokkan menjadi : (a). Teman Bergaul Teman bergaul berpengaruh sangat besar dan lebih cepat merasuk ke dalam jiwa anak. Teman bergaul yang akan berpengaruh positif terhadap anak, demikian pula sebaliknya. (b). Lingkungan Tetangga Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi anak yang bersekolah. Kebiasaan buruk dalam masyarakat dapat mengganggu
25
An Nahlawi, Pendidikan Islam, 176-182
belajar siswa,
sebaliknya masyarakat/tetangga yang agamis dan terpelajar bisa berpengaruh positif pada siswa. (c). Aktifitas Siswa di Masyarakat Hal ini berpengaruh terhadap belajar siswa, jika siswa ambil bagian terlalu banyak dalam masyarakat. Oleh karena itu siswa harus bisa membatasi aktifitasnya.26 (d). Mass Media. Mass Media dapat mempengaruhi belajar siswa. Mass media yang baik, akan berpengaruh positif begitu juga sebaliknya. Misalnya menonton TV atau amendengarkan radio terus menerus akan membuat siswa lupa waktu belajar.27 2) Faktor Instrumental a) Kurikulum Kurikulum yang ditetapkan di sekolah hendaknya : (1). Adanya kesesuaian bahan (2). Adanya keseimbangan pembagian bahan (3). Tidak adanya pendapatan materi (4). Kurikulum hendaknya sesuai dengan kebutuhan atas kondisi masyarakat.
26
Ahmad Mudzakir & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997), 167-168 27 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 70
(5). Kurikulum tidak seragam (uniform), bahan dan buku hendaknya sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan individu.
Apabila
ini
ditetapkan
akan
membawa
kesuksesan dalam mengajar. b) Guru Agar prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan baik, maka seorang guru hendaknya: (1). Harus kualified, sehingga ada kesesuaian dan pengambilan metode mengajar atau dalam mata pelajaran. (2). Menciptakan hubungan baik dengan murid (3). Memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. (4). Sikap dan kepribadian guru serta tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru.28 (5). Guru tidak menggunakan bahan dan sumber yang langka atau usang (out of date) c) Sarana dan Fasilitas (1). Sarana/alat pelajaran hendaknya dan dilengkapi sehingga penyajian pelajaran dapat dilakukan dengan baik. (2). Fasilitas.
28
Ngalim Purwanto, 105
Ini mencakup kondisi gedung, terutama ditujukan pada kondisi ruang kelas. Ruangan harus memenuhi kesehatan, seperti: (a) Harus berjendela, fasilitas cukup, udara segar dapat masuk ke ruangan dan sinar dapat menerangi ruangan. (b) Dinding harus bersih dan tidak terlalu kotor. (c) Lantai tidak becek, licin atau kotor. (d) Keadaan gedung jauh dari tempat keramaian.29 d) Administrasi dan Manajemen Di dalam administrasi dan personal sekolah, mencakup unsur manusia yang terlihat di dalam kegiatan pelajaran di sekolah yaitu terdiri atas: (1). Staf pengajar yaitu para guru di sekolah tersebut, baik guru tetap maupun guru tidak tetap (GTT). (2). Staf bukan pengajar yaitu tenaga karyawan tata usaha, seperti pesuruh sekolah. (3). Para murid yang terdaftar dan belajar pada sekolah tersebut. (Supandi Kartamihardja, et al., 1998: 72) Administrasi pada suatu sekolah adalah faktor yang paling berarti dan dapat menentukan tingkat efektifitas program pendidikan. Suatu sekolah walaupun kwalitas tenaga pengajarnya baik, fasilitas tersedia dengan baik,
29
Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, 166.
bisa mengganggu kedisiplinan siswa dalam belajar apabila manajemennya kurang baik. b. Faktor yang dari Dalam (Internal) Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek : a) Faktor Fisiologis Faktor Fisiologis ini mempunyai dua bentuk yaitu: (1) Kondisi Fisik (Kesehatan) Kondisi fisik (kesehatan) dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu juga, selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah atau kelainan alat fungsi inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang belajar dengan bai, haruslah sehat jasmani dan juga rohani. (2) Kondisi Panca Indera Kondisi panca indera sangat menentukan proses belajar dan hasil belajar. Jika panca indera itu cacat maka proses belajar juga hasil belajar tidak maksimal. Cacat tubuh itu dapat berupa buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain sebagainya. Biasanya orang yang cacat seperti ini ia belajar pada lembaga-lembaga pendidikan tertentu dengan memakai alat bantu.
b). Faktor Psikologis (1). Bakat Perbedaan bakat antara anak yang satu dengan yang lainnya juga akan membawa kepada perbedaan hasil belajar. Bakat merupakan benih dari suatu sifat di mana benih tersebut baru akan muncul jika ada kesempatan untuk berkembang. (2). Minat Minat
adalah
kecenderungan
yang
tetap
untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap balajar dan hasil belajar, karena bila bahan pelajaran tidak diminati siswa, berarti tidak ada daya tarik dan siswa tidak akan belajar dengan baik. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan mudah dipahami, dihafal, dan disimpan, karena itu minat dapat menambahatau mendorong siswa untuk giat belajar. Jika siswa kurang berminat dapat diusahakan dengan menghubungkan bahan pelajaran dengan hal-hal yang menarik dan berguna bagi proses pembelajaran.
(c). Kecerdasan (Intelegensi) Kecerdasan (Intelegensi) besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari siswa yang intelegensinya rendah. Walupun begitu siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. (d). Motivasi Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam: (a). Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang keadaan berasal dari diri siswa sendiri yang mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi ini adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut.
(b) Motivasi Ekstrinsik Motivasi Ekstrinsik adalah keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorong untuk
melakyukan kegiatan belajar. Termasuk dalam motivasi ini adalah pujian, hadiah, dan peraturan/tata tertib sekolah, serta suri tauladan guru dan orang tua. Oleh karena itu kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun eksternal akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran, materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah. c. Hubungan Belajar dengan Prestasi Belajar Belajar dan Prestasi belajar merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah-pisahkan. Sebab siswa yang melakukan proses belajar sudah tentu akan menghasilkan berupa prestasi belajar. Prestasi belajar yang baik merupakan proses dari belajar yang baik pula begitu juga sebaliknya. 3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas III Istilah kurikulum dikenal sejak tahun 1856 yaitu ketika pertama kali tercantum dalam kamus Webster. Pada waktu itu pengertian kurikulum adalah suatu jarak tempat perlombaan yang harus ditempuh oleh para pelari. Sejak tahun 1955 kurikulum digunakan dalam bidang pendidikan yaitu sejumlah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah atau sejumlah mata kuliah di Perguruan Tinggi yang harus ditempuh untuk mencapai tingkat tertentu. Istilah kurikulum popular di Indonesia mulai
tahun 1950-an yang sebelumnya menggunakan istilah “rencana pelajaran”.30 Dalam kutipannya Nur Uhbiyati juga mengatakan bahwa “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi muridmurid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongknya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.31 Oemar Hamalik mengatakan bahwa kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh sebuah ijazah, sebagaimana halnya pelari yang telah menempuh suatu jarak, akhirnya mencapai finis. Dengan kata lain, kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir yang ditandai dengan ijazah.32 Kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah pengetahuan, aktivitas (kegiatan-kegiatan) dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh guru kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama.33 Sesuai dengan pengertian tersebut, kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah salah satu komponen pendidikan agama yakni, alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama.
30
Amir Abyan, Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995), 4. 31 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), 75. 32 Oemar Hmalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), 16. 33 Zuhaini dkk., Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Solo: Ramadhani, 1993), 55.
Adapun fungsi dari kurikulum itu sendiri adalah sebagai berikut : a. Bagi sekolah yang bersangkutan, merupakan alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Fungsi ini mengandung uraian tentang : a). Jenis program apa yang diselenggarakan b). Bagaimana menyelenggarakan setiap jenis program. c). Perlengkapan apa yang perlu dipersiapkan. b. Pedoman mengatur kegiatan sehari-hari. Dengan adanya fungsi kurikulum, maka sekolah yang bersangkutan, akan mengetahui kurikulum yang dipergunakan sehingga dapat menyelesaikan kurikulum yang diselenggarakannya.34 Sebuah kurikulum harus mengandung komponen-komponen antara lain, yaitu : a. Tujuan b. Isi c. Metode atau proses belajar mengajar d. Evaluasi Setiap komponen dalam kurikulum di atas sebenarnya saling berkaitan, bahkan masing-masing merupakan bagian integral dari kurikulum tersebut. Komponen tujuan mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam proses belajar mengajar. Tujuan itu
34
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1993), 199
mula-mula bersifat umum.Komponen isi menunjukkan materi proses belajar mengajar. Materi (isi) itu harus relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan tadi. Komponen Proses Belajar Mengajar mempertimbangkan kegiatan anak dan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar itu anak sebaiknya tidak dibiarkan sendirian. Dibiarkan memang mungkin, tetapi hasil belajar oleh anak sendirian biasanya kurang maksimal. Komponen Evaluasi, itu adalah kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui berapa persen tujuan tadi dapat dicapai.35 Dalam Pendidikan Agama Islam perlu adanya suatu evaluasi. Evaluasi dalam Pendidikan Agama Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku siswa berdasarkan pada standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari selurh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual-religius siswa. Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum, baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses, dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Oleh karena itu, evaluasi dalam Pendidikan Agama Islam adalah pengambilan sebuah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam
35
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), 54-55
guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan Pendidikan Agama Islam. Sesuai dengan program yang telah ada pada Standar Isi Kurikulum Pendidikan Nasional, maka kurikulum Pendidikan Agama Islam khususnya kelas III, dibagi menjadi 2 (dua) Semester yaitu : Semester 1 (Satu) Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar • Membaca dan Menulis Al-qur’an permulaan. • Berperilaku dan bersikap percaya diri dan tekun • Mampu melaksanakan sholat fardhu • Hafal Surat Al-Falaq
Semester 2 (Dua) Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar • Hafal Surat Al-Falaq • Berperilaku dan bersikap hemat • Mampu melaksanakan sholat fardhu
Fiqih 8. Melakukan sholat fardhu
8.1 Menyebutkan sholat fardhu 8.2 Mempraktikkan sholat fardhu
H. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berdasarkan tema, maka dapat diketahui kerangka berfikir assosiatif sebagai berikut : Tabel B.1 Kerangka berfikir tentang kondisi lingkungan sosial siswa dengan prestasi belajar PAI
Mendukung Keluarga Keluarga
Pencapaian SK/KD PAI Tidak Mendukung
Pembelajaran PAI di Sekolah
Lingkungan Sosial
Prestasi Belajar PAI
Mendukung Kualifikasi dan Kompetensi
Masyarakat Tidak Mendukung
Dari tabel B.1 dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Jika kondisi lingkungan sosial siswa baik/mendukung, maka prestasi belajar PAI siswa akan semakin baik/meningkat.
I. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian36. Karena hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: menyatakan pertautan antara dua variable atau lebih, dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan, dirumuskan secara singkat, padat dan jelas serta dapat diuji secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dibuat hipotesis penelitian yaitu : Ho
:
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial dengan prestasi belajar PAI Siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo.
Ha
:
Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial dengan prestasi belajar PAI Siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo.
BAB III METODE PENELITIAN
36
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2004), 82
J. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar belakang penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan peneliti untuk mengendalikan variabel yang berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian ini mengacu kepada hipotesis yang akan diuji. Rancangan penelitian ini mencakup dua hal, yaitu tentang pengaruh lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI. K. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.37 Dalam hal ini yang dijadikan populasi oleh peneliti adalah semua siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo yang berjumlah 36 Siswa. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam hal pengambilan sample peneliti akan menggunakan sampling purposive, karena keterbatasan biaya, waktu, dan tenaga. Sampling jenuh juga digunakan peneliti karena jumlah populasi relative kecil, sehingga semua anggota populasi yang berjumlah 36 siswa akan dijadikan sampel.
37
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2004), 55.
L. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data yaitu alat yang digunakan untuk merekam, menerangkan atau mengambil data yang diperlukan. Alat yang digunakan untuk mendapatkan data tersebut di antaranya, kertas, buku, pensil dan lain-lain.
Adapun instrumen pengumpulan datanya adalah
sebagai berikut : Tabel C.1 Format Penyusunan Instrumen Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Sub Variabel
Indikator
No. Item Intrumen
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS III SDN 3 BAOSAN LOR NGRAYUN PONOROGO
Lingkungan Sosial
1.1. Lingkungan • Orang tua memberikan Keluarga teladan dalam praktik ibadah sholat lima waktu. • Melaksanakan ibadah sholat dengan rajin termasuk perbuatan/sikap yang disiplin. • Orang tua yang perhatian terhadap perkembangan sikap keberagamaan anak, ia mendorong anaknya rajin beribadah. • Orang tua yang menginginkan anaknya berprestasi dalam bidang agama, selalu mengarahkan anaknya untuk belajar PAI di rumah
1, 2, 3, 4, 5, 6,
(Variabel Independen)
Prestasi Belajar
1.2. Lingkungan • Lingkungan masyarakat Masyarakat yang agamis mendorong anggotanya, rajin mengerjakan sholat. • Seorang tokoh agama selalu mengajak/memotivasi jamaahnya untuk melaksanakan ibadah sholat lima waktu berjamaah di masjid • Keberadaan masjid dan atau lembaga TPA di lingkungan masyarakat turut mempengaruhi penguasaan membaca Alqur’an.
7, 8, 9, 10
Prestasi Belajar PAI kelas III
1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8,9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,17, 18, 19, 20
(Variabel Dependen)
• Bisa membaca dan menulis Al-qur’an permulaan. • Berperilaku dan bersikap percaya diri dan tekun • Mampu melaksanakan sholat fardhu. • Mampu menghafal suratsurat pendek • Berperilaku dan bersikap hemat
M. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Angket/Quesioner Angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan dan pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individu atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu. Angket yang digunakan dalam penelitian nanti adalah bentuk tertutup atau terstruktur, respon yang diberikan sudah tersedia sehingga subyek tinggal memilih (seperti pilihan ganda).38 Dalam penelitian ini
38
Ibn Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 181
menggunakan skala likert dan pilihan jawaban yang paling benar. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai negatif yaitu : a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak pernah
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor : a. Selalu = 4
c. Kadang-kadang = 2
b. Sering = 3
d. Tidak pernah = 1
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan jawaban yang paling benar hanya mempunyai gradiasi satu saja yang paling benar. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban benar diberi skor = 5 dan bila jawaban salah diberi skor = 0. 2. Teknik Dokumentasi Dokumentasi adalah metode pengumpulan melalui peninggalan tertulis, seperti arsif, buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi sekolah, keadaan guru, siswa, dan lain-lain. 3. Metode Observasi. Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian. Metode ini sangat baik untuk mengamati tingkah laku manusia yang dapat dilihat dengan mata kepala yang terjadi
dalam ruang, waktu dan keadaan tertentu. Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data yang terkait dengan Gambaran umum (letak geografis) lokasi, kondisi fisik, sarana dan prasarana dan lain-lain. N. Teknik Analisa Data Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data-data tersebut. Adapun metode analisa yang digunakan adalah diskriptif kuantitatif. Teknik deskriptif penulis gunakan untuk menuturkan, menafsirkan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif dengan bantuan metode berfikir deduktif dan induktif. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif, penulis menganalisanya dengan rumus statistik sebagai berikut : a) Analisa Prosentase P =
F N
X 100 %
39
Keterangan : P
= Prosentase Jawaban
F
= Frekuensi jumlah jawaban dari responden.
N = Jumlah responden
39
Widyaningrum, retno, Statistik Pendidikan,(STAIN PONOROGO: 2005), 21.
b.
Teknik koefisiensi kontingensi C
=
X2 X2 + N
X2 dapat diperoleh dari :
X2 = (fo - ft)2
40
Ft Keterangan : C = Angka indeks korelasi koefisien kontingensi X2 = Angka indek kali kuadrat N = Number of cases (jumlah data yang di observasi) fo = Frekuensi yang di observasi fh = Frekuensi teoritik
BAB IV
40
Ibid., 134-135
TEMUAN DAN ANALISA DATA
O. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Sekolah Dasar Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo merupakan salah satu sekolah negeri di Kecamatan Ngrayun. Sekolah ini terletak di Jalan Raya Desa Baosan Kidul Kecamatan Ngrayun. Lokasi sekolah ini sangat strategis untuk proses pendidikan karena terletak di pinggir jalan raya dan termasuk di pertengahan wilayah antara desa Mrayan dan Baosan Kidul. Maskipun terletak di pinggir jalan raya sekolah ini efektif untuk proses pembelajaran karena ruang-ruangnya sudah diatur sedemikian rupa sehingga jauh dari kebisingan kendaraan bermotor. Bahkan di depan sudah diberi pagar pembatas antara sekolah dengan jalan raya, sehinga siswa merasa aman dan tenang serta tidak terganggu dalam proses belajar di kelas. Namun yang perlu disayangkan, bagian belakang dan samping kiri sekolah ini belum dipagar sehingga keamanan sekolah relative belum terjaga. Adapun batas-batas sekolah ini adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Lahan milik Bapak Gunawan Ngembel
Sebelah Timur
: Lahan milik Bapak Nyono Ngembel
Sebelah Selatan : Lapangan Sekolah dan lahan milik Bapak Jilin. Sebelah Barat
: Jalan Raya Desa Baosan Kidul41
2. Sejarah Singkat Berdirinya SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo
41
Hasil observasi tanggal 1, 4, 6 Juni 2009
Sekolah ini didirikan 51 tahun yang lalu dan merupakan satusatunya sekolah yang ada di wilayah Ngembel Baosan Lor pada waktu itu. Sejak itu pula SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun terus mengalami perubahan dan perkembangan diberbagai segi. Pada tahun awal-awal berdirinya sekolah ini bernama SR (Sekolah Rakyat). Sekolah ini berdiri di atas tanah wakaf milik mbah Uceng sampai sekarang. Dengan memperhatikan jumlah siswa sekarang ini yang sangat banyak, maka sekolah ini termasuk kategori sekolah inti. Sekolah ini juga sudah melaksanakan akreditasi yang pertama pada tahun pelajaran 2007/2008. Berdasarkan hasil penilaian Badan Akreditasi Sekolah (BAS), pada tahun pelajaran 2007/2008 SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo mendapatkan nilai akreditasi A, dengan nomor SK Da.024473. Dengan melihat hasil akreditasi sekolah seperti itu, maka warga masyarakat sangat antusias untuk menyekolahkan anak-anaknya ke SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Dalam kurun waktu setengah abad lebih yang dilalui, berbagai prestasi akademik maupun non akademik telah diraih sekolah ini baik yang berskala Gugus, Kecamatan, dan juga Kabupaten. Pada tahun 2008 sekolah ini mendapatkan nilai tertinggi yaitu 27,80 seKecamatan Ngrayun, yang jumlahnya ada 49 lembaga SD Negeri seKecamatan Ngrayun pada pelaksanaan UASBN tahun itu.42
42
Hasil wawancara dengan Bapak Pamudji, S.Pd selaku Kepala SDN 3 Baosan Lor Ngrayun pada tanggal 9 Juni 2009
3. Struktur organisasi SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Dalam suatu lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk mempermudah membagi tugas dalam organisasi, kewenangan masing-masing mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Adapun struktur SD Negeri 3 baosan Lor Ngrayun, adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Struktur Organisasi SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Tahun 2009 Kepala Sekolah Pamudji, S.Pd
Ketua Komite Yudianto
Unit Perpustakaan Gr. Kelas
Tata Usaha Winarto
Gr. Kls I
Gr. Kls II
Gr. Kls III
Gr. Kls IV
Gr. Kls V
Gr. Kls VI
Nurul K, S.Pd
Paryatun, A.M
Daryuni, A.M
Nanik, A.Ma
Winarto, A.M
Sumarmi, A.Ma
Gr. Agama
Juwari, A.Ma
Gr. Bhs. Inggris Wahyudi N.D.A.
Gr. Bhs. Jawa Gr. Kelas
Gr. Penjaskes Sumini
4. Keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Siswa SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Pada saat penelitian berlangsung, SD Negeri 3 Baosan
Lor
Ngrayun telah berusia 51 tahun. Selama masa itu SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun telah mengalami empat masa kepemimpinan kepala sekolah. Nama-nama kepala sekolah yang pernah memimpin sekolah ini adalah : a. Mbah Karno b. Sumedi c. Siti Amirah d. Pamudji, S.Pd Berdasarkan data yang diperoleh peneliti pada saat penelitian ini berlangsung, jumlah personil yang ada di SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun adalah 12 orang, dengan rincian 6 orang PNS, 5 orang guru swasta/GTT dan 1 orang PNS sebagai penjaga sekolah. Jumlah siswa dan siswi pada tahun ajaran 2008/2009 adalah 228 orang. Adapun datadatanya sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun tahun ajaran 2008/2009 No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Kepala Sekolah, Guru dan Penjaga Pamudji, S.Pd Sumarmi, A.Ma.Pd Juwari, A.Ma.Pd Nurul Komariyah, S.Pd Sumini Suryono, A.Ma.Pd Sukoco
L/P L P L P P L L
Status Kepegawaian PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS
Jabatan/ Mengajar Kepala Sekolah Guru Kelas VI Guru PAI Guru Kelas I Guru Penjaskes Guru PAI Penjaga SD
8 9 10 11 12
Winarto, A.Ma.Pd Paryatun, A.Ma.Pd Nanik, A.Ma.Pd Daryuni, A.Ma.Pd Wahyudi Nanang D.W.
L P P P L
GTT GTT GTT GTT GTT
Guru Kelas V Guru Kelas II Guru Kelas IV Guru Kelas III Guru Bhs. Inggris
Tabel 4.3 Data jumlah siswa-siswi SD Negeri 3 Baosan Lor Ngrayun tahun ajaran 2008/200943 No. 1 2 3 4 5 6
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
21 17 16 12 25 21 112
28 26 20 16 12 14 116
49 43 36 28 37 35 228
I II III IV V VI Jumlah
5. Sarana dan Prasarana SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Dalam lembaga formal, keberadaan sarana dan prasarana sangat menjadi perhatian, apalagi pada masa Otonomi Daerah (Otoda) ini, khususnya Kabupaten Ponorogo, Kecamatan yang sampai ke daerahdaerah, khususnya daerah Baosan Lor, pada masa ini menekankan pada tingkat sarana dan prasarana lembaga pendidikan agar dapat menunjang keberhasilan pendidikan di lembaga tersebut, pada SDN 3 Baosan Lor mengenai sarana dan prasarana/peralatan sudah hampir tercukupi, meskipun keadaannya juga sangatlah terbatas. Sarana dan prasarana yang ada sebagai berikut :
43
a. Ruang Kelas Siswa
: 5 Ruang Kelas
b. Ruang Kepala Sekolah
: Ada
Dokumentasi sekolah tahun pelajaran 2008/2009
c. Ruang Guru
: Ada
d. Ruang Laboratorium
: Ada
e. Ruang Media
: Ada
f. Ruang Kamar Kecil/WC
: Ada
g. Ruang UKS
: Ada
h. Ruang Perpustakaan
: Ada
i. Ruang TU
: Ada
j. Ruang Dapur
: Ada
6. Sumber Dana SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Sebuah lembaga pendidikan akan dapat berjalan dengan lancar dan mutunya baik apabila didukung dana yang cukup. Adapun yang menjadi sumber dana di SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo adalah sebagai berikut: a. Sumber dari Pemerintah : Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Dana ini mulai dicairkan sejak tahun 2005 – sekarang. b. Sumber dari Wali Murid : Dana Insidental/komite. Dana ini mulai ada sebelum tahun 2005 – sekarang. P. Deskripsi Data 1. Data tentang Lingkungan Sosial Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Berkaitan dengan lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo, akan penulis sampaikan data-data mengenai lingkungan sosial. Data-data ini diperoleh berdasarkan angket yang
disebarkan penulis kepada siswa-siswi kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo secara keseluruhan. Untuk mengetahui skor masingmasing responden, terlebih dahulu jawaban yang dinyatakan huruf a, b, c dan d dirubah dalam bentuk angka dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Apabila jawaban A, maka diberi skor 4 2. Apabila jawaban B, maka diberi skor 3 3. Apabila jawaban C, maka diberi skor 2 4. Apabila jawaban D, maka diberi skor 1 Adapun datanya terlampir Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Jawaban Responden Tentang Lingkungan Sosial No. Skor Responden 1 40 2 29 3 22 4 34 5 37 6 40 7 36 8 35 9 32 10 40 11 38 12 40 13 34 14 34 15 32 16 31 17 36 18 33
Kategori Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
No. Responden 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Skor
Kategori
35 35 40 37 32 40 40 38 31 37 40 34 40 19 37 34 30 40
Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 35 anak menyatakan bahwa lingkungan sosial mereka berkategori mendukung.
Sedangkan 1 anak menyatakan bahwa lingkungan sosial mereka berkategori tidak mendukung. Dari tabel 4.3 maka akan dibagi menjadi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Setelah jumlah skor masing-masing responden diketahui selanjutnya perlu diketahui kategorisasi jawaban responden di lingkungan
keluarga.
Pengkategorian
tersebut
dilakukan
dengan
ketentuan sebagai berikut : 1. Jumlah Skor antara 12 – 24 termasuk kategori “Mendukung” 2. Jumlah Skor antara 1 – 11 termasuk kategori “Tidak Mendukung” Adapun datanya terlampir Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Jawaban Responden Tentang Lingkungan Keluarga No. Skor Responden 1 24 2 17 3 12 4 21 5 21 6 24 7 21 8 21 9 22 10 24 11 24 12 24 13 20 14 21 15 16 16 20 17 20 18 21
Kategori Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
No. Responden 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Skor
Kategori
22 19 24 22 17 24 24 22 20 22 24 20 24 13 24 21 18 24
Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 36 anak menyatakan bahwa lingkungan keluarga mereka berkategori mendukung. Selanjutnya perlu diketahui kategorisasi jawaban responden di lingkungan masyarakat. Pengkategorian tersebut dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jumlah Skor antara 8 – 16 termasuk kategori “Mendukung” 2. Jumlah Skor antara 1 – 7 termasuk kategori “Tidak Mendukung” Adapun datanya terlampir Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Jawaban Responden Tentang Lingkungan Masyarakat No. Skor Responden 1 16 2 12 3 10 4 13 5 16 6 16 7 15 8 14 9 10 10 16 11 14 12 16 13 14 14 13 15 16 16 11 17 16 18 16
Kategori Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
No. Responden 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Skor
Kategori
13 16 16 15 15 16 16 16 11 15 16 14 16 6 13 13 12 16
Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung
Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 35 anak menyatakan
bahwa
lingkungan
masyarakat
mereka
berkategori
mendukung. Sedangkan 1 anak menyatakan bahwa lingkungan sosial mereka berkategori tidak mendukung. 2. Data Mengenai Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Sebagaimana telah disampaikan di atas bahwa kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo banyak yang mendukung maka akan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar PAI di sekolah tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan penulis berdasarkan hasil angket yang sudah disebarkan ke siswa siswi kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Adapun data mengenai prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan lor Ngrayun Ponorogo dapat penulis tampilkan sebagaimana terdapat dalam lampiran. Untuk mengetahui skor masing-masing responden karena jawaban hanya memilih satu yang benar dari 4 pilihan yang ada, terlebih dahulu jawaban yang dinyatakan benar akan diberi skor 5. Dan bila pilihan jawaban dinyatakan salah akan diberi skor 0. Setelah selanjutnya
jumlah perlu
skor
masing-masing
diketahui
kategorisasi
responden
diketahui
jawaban
tersebut.
Pengkategorian tersebut dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jumlah Skor antara 81 – 100 termasuk kategori “Sangat Tinggi”
2. Jumlah Skor antara 61 – 80 termasuk kategori “Tinggi” 3. Jumlah Skor antara 41 – 60 termasuk kategori “Sedang” 4. Jumlah Skor antara 21 – 40 termasuk kategori “Rendah” 5. Jumlah Skor antara 1 – 20 termasuk kategori “Sangat Rendah” Adapun data tentang kategorisasi prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Kategorisasi Skor Responden Tentang Prestasi Belajar PAI di Sekolah No. Skor Responden 1 75 2 85 3 85 4 85 5 75 6 85 7 80 8 80 9 70 10 90 11 70 12 65 13 75 14 85 15 95 16 80 17 90 18 80
Kategori Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi
No. Responden 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Skor
Kategori
80 80 70 80 55 65 85 75 70 85 85 100 95 80 75 90 90 85
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi Sangat Tinggi
Dari jawaban yang diberikan responden, maka dapat diketahui bahwa 18 siswa dinyatakan bahwa prestasi belajar PAI tergolong sangat tinggi. Sementara itu 17 siswa dinyatakan bahwa prestasi belajar PAI tergolong tinggi, sedangkan 1 siswa dinyatakan bahwa prestasi belajar PAI tergolong sedang.
Q. Analisa Data (Pengujian Hipotesis) 1. Analisa Kondisi Lingkungan Sosial Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Berdasarkan hasil jawaban angket responden tentang kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo, maka dapat dianalisa sebagai berikut: Tabel 4.8 Prosentase jawaban responden terhadap angket tentang kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Kategori Soal No. 1. Bagaimana Pengaruh ibadah shalat yang dipraktekkan orang tua terhadap dirimu? 2.
3.
4.
5.
Jawaban Bagaimana pendapatmu tentang pernyataan orang yang rajin mengerjakan shalat ia akan memiliki sikap disiplin ? Jawaban Apakah keluargamu mendorong kamu rajin belajar ? Jawaban Apakah di rumah kamu mengerjakan shalat lima waktu berjamaah ? Jawaban Apakah kalian setiap malam hari belajar membaca Alqur’an di rumah ?
Alternatif Jawaban a. sangat besar b. besar c. kecil d. tidak berpengaruh a. sangat setuju b. setuju c. kurang setuju d. tidak setuju a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak
F 27 4 2 3 36 26 9 1 -
N
% 75 11,1 5,6 8,3 36 100% 72,3 25 2,7 -
36 26 9 1 36 23 8 3 2 36 19 10 4 3
36 100% 72,3 25 2,7 36 100% 63,8 22,3 8,3 5,6 36 100% 52,8 27,8 11,1 8,3
Jawaban 6.
7.
23 6 4 3
Jawaban Apakah tokoh agama di lingkunganmu menganjurkan melaksanakan shalat tepat pada waktunya ?
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak
36 36 100% 22 61,1 8 22,3 6 16,6 -
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak
36 36 100% 23 63,9 11 30,5 1 2,8 1 2,8
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak
36 36 100% 22 61,1 8 22,2 5 13,9 1 2,8
a. selalu b. sering c. kadang-kadang d. tidak
36 36 100% 25 69,5 8 22,2 3 8,3 -
Jawaban Apakah di masjid dibiasakan untuk menghafalkan surat-surat pendek ?
9.
10.
36 100%
Apakah orang tuamu turut a. selalu mengingatkan jika kamu tidak b. sering mengerjakan shalat lima waktu? c. kadang-kadang d. tidak
Jawaban Apakah tokoh masyarakat membimbing mengerjakan shalat dengan benar ?
8.
36
Jawaban Apakah kalian mengikuti bimbingan cara mengerjakan shalat dengan bacaan baik dan yang benar di masjid ? Jawaban
63,9 16,7 11,1 8,3
36 36 100%
Berdasarkan hasil di atas maka dapat diketahui: 1. 75% responden menyatakan bahwa pengaruh ibadah shalat yang dipraktekkan orang tua sangat besar. 11,1% responden menyatakan besar, 5,6% menyatakan kecil, dan 8,3% yang lain menyatakan tidak berpengaruh. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh ibadah shalat orang tua terhadap anak sangat besar.
2. 72% responden menyatakan bahwa sangat setuju bila orang yang rajin mengerjakan shalat ia akan memiliki sikap disiplin. 25% menyatakan setuju, dan 2,7% saja yang kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang rajin mengerjakan shalat lima waktu pasti memiliki sikap disiplin. 3. 72% responden menyatakan bahwa keluarga mereka selalu mendorong rajin belajar. 25% menyatakan sering, dan 1% saja yang kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga mereka selalu mendorong anaknya untuk rajin belajar. 4. 63,8% responden menyatakan bahwa mereka di rumah selalu mengerjakan shalat lima waktu dengan berjamaah. 22,3% menyatakan sering, 8,3% menyatakan kadang-kadang saja, dan 5,6% menyatakan tidak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka di rumah selalu mengerjakan shalat lima waktu berjamaah dengan anggota keluarga. 5. 52,8% responden menyatakan bahwa mereka setiap malam hari selalu belajar membaca Al-qur’an di rumah, 27,8% menyatakan sering, 11,1% menyatakan kadang-kadang, dan 8,3% saja yang menyatakan tidak. Hal ini menunjukkan bahwa setiap malam hari mereka banyak yang belajar membaca Al-qur’an di rumah. 6. 63,9%
responden
menyatakan
bahwa
orang
tua
mereka
selalu
mengingatkan untuk mengerjakan shalat lima waktu. 16,7% menyatakan sering, 11,1% menyatakan kadang-kadang, dan 8,3% saja menyatakan
orang tidak mengingatkan. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua selalu mengingatkan bila anaknya tidak mengerjakan shalat lima waktu. 7. 61,1% responden menyatakan bahwa tokoh agama di lingkunangan mereka selalu menganjurkan melaksanakan shalat tepat pada waktunya. 22,3% menyatakan sering, 16,6 yang menyatakan kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh agama di lingkungan mereka selalu menganjurkan untuk melaksanakan shalat tepat pada waktunya. 8. 63,9% menyatakan bahwa tokoh masyarakat selalu membimbing mengerjakan shalat dengan benar.
30,5% menyatakan sering, 2,8%
menyatakan
2,8%
kadang-kadang,
dan
lagi
menyatakan
tidak
membimbing. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh masyarakat selalu membimbing mengerjakan shalat dengan benar sesuai dengan ajaran yang telah ditentukan dalam Al-qur’an dan Hadits. 9. 61,1% responden menyatakan bahwa di masjid mereka selalu dibiasakan untuk menghafalkan surat-surat pendek. Sedangkan 22,2% menyatakan bahwa di masjid mereka sering dibiasakan untuk menghafalkan surat-surat pendek dan 13,9% yang menyatakan kadang-kadang, dan 2,8% saja yang menyatakan di masjid tidak dibiasakan untuk menghafalkan surat-surat pendek. Hal ini menunjukkan bahwa di masjid selalu dibiasakan untuk mempelajari dan menghafalkan surat-surat pendek. 10. 69,5% responden menyatakan bahwa mereka selalu mengikuti bimbingan cara mengerjakan shalat dengan bacaan yang baik dan benar di masjid. 22,2% menyatakan sering mengikuti bimbingan cara mengerjakan shalat
dengan bacaan yang baik dan benar. Dan 8,3% saja yang kadang-kadang mengikuti dan kadang-kadang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka banyak yang selalu mengikuti bimbingan cara mengerjakan shalat dengan bacaan yang baik dan benar yang di masjid. Setelah itu jawaban tiap-tiap item soal untuk masing-masing responden dijumlahkan, kemudian untuk pembahasan lebih lanjut jumlah skor tersebut dirubah dalam bentuk kategori dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jumlah skor antara 21 – 40 termasuk kategori ”mendukung” 2. Jumlah skor antara 1 – 20 termasuk kategori ”tidak mendukung” Adapun tabulasi pengkategorian kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo terlampir. Dari tabulasi tersebut diketahui bahwa 35 responden dinyatakan bahwa kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 baosan Lor Ngrayun Ponorogo termasuk dalam kategori mendukung, sedangkan 1 responden yang lain dinyatakan bahwa kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo termasuk kategori tidak mendukung. Hasil dari pengkategorian tersebut kemudian dianalisa dengan rumus prosentase sebagai berikut :
P=
F X 100% N
P = Prosentase F = Jumlah jawaban responden N = Jumlah responden yang diobservasi.
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi Prosentase Kondisi Lingkungan Sosial Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. No.
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
Mendukung
35
97,2%
2
Tidak Mendukung
1
2,8%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 97,2% dari siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo yang diteliti dinyatakan bahwa kondisi lingkungan sosialnya termasuk dalam kategori mendukung, sedangkan 2,8% yang lain dinyatakan kondisi lingkungan sosial siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo termasuk kategori tidak mendukung. Adapun data frekuensi prosentase kondisi lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat adalah sebagai berikut : Tabel 4.10 Distribusi frekuensi Prosentase Kondisi Lingkungan Keluarga Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo No.
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
Mendukung
36
100%
2
Tidak Mendukung
0
0%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 100% dari siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo yang diteliti dinyatakan
bahwa kondisi lingkungan keluarganya termasuk dalam kategori mendukung, sedangkan 0% dinyatakan kondisi lingkungan keluarga siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo termasuk kategori tidak mendukung. Tabel 4.11 Distribusi frekuensi Prosentase Kondisi Lingkungan Masyarakat Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo No.
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
Mendukung
35
97,2%
2
Tidak Mendukung
1
2,8%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 97,2% dari siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo yang diteliti dinyatakan bahwa
kondisi
lingkungan
masyarakatnya
termasuk
dalam
kategori
mendukung, sedangkan 2,8% dinyatakan kondisi lingkungan masyarakat siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo termasuk kategori tidak mendukung
2. Analisa Pencapaian Tingkat Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Berdasarkan hasil jawaban angket responden tentang prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo, maka dapat dianalisa sebagai berikut:
Tabel 4.12 Prosentase jawaban responden terhadap angket tentang prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. No. Kategori Soal Kunci Jawaban 1. Bunyi bacaan lafal ٌl َ َاyang a. ahadun Jawaban lain yang benar adalah : salah
F 33 3
N
Jawaban
36 32 4
36 100% 88,9 11,1
36 a. Saqola 34 Jawaaban lain yang 2 salah
36 100% 94,4 5,6
36 32 4
36 100% 88,9 11,1
36 26 10
36 100% 72,2 27,8
36 34 2
36 100% 94,4 5,6
36 28 8
36 100% 77,8 22,2
36 31 5
36 100% 86,1 13,9
36
36 100%
2.
Bunyi bacaan lafal ٌl( ِ Eَ yang benar adalah : Jawaban
3.
Bunyi bacaan lafal H َ 3َ N َ yang benar adalah :
d. ba’idun Jawaban lain yang salah
Jawaban 4.
5.
6.
Bunyi bacaan lafal ب ِ -4َ Dِ Jْ َو yang benar adalah :
ِدjَ 6ُ
Jawaban Berikut ini yang merupakan contoh perilaku percaya diri adalah : Jawaban Sekalipun belum berhasil, ia tetap tidak putus asa. Hal ini menunjukkan sikap :
7.
Jawaban Salah satu ciri orang yang percaya diri adalah :
8.
Jawaban Salah satu akibat orang yang tidak percaya diri adalah : Jawaban
d. muadi walkitaabi Jawaban lain yang salah c. tanggung jawab Jawaban lain yang salah d. percaya diri Jawaban lain yang salah b. yakin Jawaban lain yang salah c. sering gelisah Jawaban lain yang salah
% 91,7 8,3
9.
Gerakan sesudah Iktidal adalah:
Jawaban 10. Allohu Akbar dalam sholat adalah bunyi bacaan : Jawaban 11. Robbana walakal hamdu adalah bunyi bacaan ketika : Jawaban 12. Subhana robbiyal ‘adzimi wabihamdihi bunyi bacaan : Jawaban 13. Lanjutan dari ayat ini adalah : ...................... ِا َذا ٍ5 ِ
b. Sujud Jawaban lain yang salah c. takbir Jawaban lain yang salah d. Iktidal Jawaban lain yang salah d. ruku’ Jawaban lain yang salah d. s َ Pَ َو Jawaban lain yang salah
Jawaban 14.
lَ َ َُاkْ ُه َ' اHPُ
bagian dari
surat: Jawaban 15. ................ ِ ¡Gَ i+ J ا9t َ ْA6ِ َو lanjutan dari ayat di samping adalah : Jawaban 16. Surat Al-Falaq terdiri dari berapa ayat ? Jawaban
a. Al-Ikhlas Jawaban lain yang salah
ُ Jْ ْ ا7/ِ b. lِ 3َ ( Jawaban lain yang salah a. 5 ayat Jawaban lain yang salah
23 13
63,9 36,1
36 25 11
36 100% 69,4 30,6
36 20 16
36 100% 55,6 44,4
36 36 0
36 100% 100 0
36
36 100%
14
38,9
22
61,1
36 25 11
36 100% 69,4 30,6
36
36 100%
26
72,2
10
27,8
36 34 2
36 100% 94,4 5,6
36
36 100%
17. Rajin pangkal pandai, hemat pangkal : Jawaban 18. Jika diberi uang jajan sebaiknya sebagian kita : Jawaban 19. Orang boleh hemat, tetapi dilarang : Jawaban 20. Hemat termasuk perbuatan yang :
d. kaya Jawaban lain yang salah b. tabung Jawaban lain yang salah d. pelit Jawaban lain yang salah a. terpuji Jawaban lain yang salah
Jawaban
35 1
97,2 2,8
36 34 2
36 100% 94,4 5,6
36 23 13
36 100% 63,9 36,1
36 34 2
36 100% 94,4 5,6
36
36 100%
Berdasarkan hasil di atas maka dapat diketahui bahwa : A. Tentang KD membaca dan menulis Al-qur’an permulaan. 1. Item soal nomor 1 yaitu 91,7% responden bisa menjawab dengan benar dan 8,3% responden jawabannya salah. 2. Item soal nomor 2 yaitu 88,9% responden bisa menjawab dengan benar dan 11, 1% responden jawabannya salah. 3. Item soal nomor 3 yaitu 94,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 5, 6% responden jawabannya salah. 4. Item soal nomor 4 yaitu 88,9% responden bisa menjawab dengan benar dan 11, 1% responden jawabannya salah.
B. Tentang KD Berperilaku dan bersikap percaya diri dan tekun. 5.
Item soal nomor 5 yaitu 72,2% responden bisa menjawab dengan benar dan 27, 8% responden jawabannya salah.
6.
Item soal nomor 6 yaitu 94,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 5, 6% responden jawabannya salah.
7.
Item soal nomor 7 yaitu 77,8% responden bisa menjawab dengan benar dan 22,2% responden jawabannya salah.
8.
Item soal nomor 8 yaitu 86,1% responden bisa menjawab dengan benar dan 13, 9% responden jawabannya salah.
C. Tentang KD Mampu melaksanakan sholat fardhu. 9.
Item soal nomor 9 yaitu 63,9% responden bisa menjawab dengan benar dan 36, 1% responden jawabannya salah.
10. Item soal nomor 10 yaitu 69,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 30, 6% responden jawabannya salah. 11. Item soal nomor 11 yaitu 55,6% responden bisa menjawab dengan benar dan 44, 4% responden jawabannya salah. 12. Item soal nomor 12 yaitu 100% responden bisa menjawab dengan benar dan 0 % responden jawabannya salah.
D. Tentang KD Hafal Surat Al-Falaq.
13. Item soal nomor 13 yaitu 38,9% responden bisa menjawab dengan benar dan 61, 1% responden jawabannya salah. 14. Item soal nomor 14 yaitu 69,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 30, 6% responden jawabannya salah. 15. Item soal nomor 15 yaitu 72,2% responden bisa menjawab dengan benar dan 27, 8% responden jawabannya salah. 16. Item soal nomor 16 yaitu 94,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 5, 6% responden jawabannya salah.
D. Tentang KD Berperilaku dan bersikap hemat. 17. Item soal nomor 17 yaitu 97,2% responden bisa menjawab dengan benar dan 2, 8% responden jawabannya salah. 18. Item soal nomor 18 yaitu 94,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 5, 6% responden jawabannya salah. 19. Item soal nomor 19 yaitu 63,9% responden bisa menjawab dengan benar dan 36, 1% responden jawabannya salah. 20. Item soal nomor 20 yaitu 94,4% responden bisa menjawab dengan benar dan 5, 6% responden jawabannya salah.
Setelah itu jawaban tiap-tiap item soal untuk masing-masing responden dijumlahkan, kemudian untuk pembahasan lebih lanjut jumlah skor tersebut dirubah dalam bentuk kategori dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jumlah skor antara 81 – 100 termasuk kategori ”sangat tinggi”
2. Jumlah skor antara 61 – 80 termasuk kategori ”tinggi” 3. Jumlah skor antara 41 – 60 termasuk kategori ”sedang” 4. Jumlah skor antara 21 – 40 termasuk kategori ”rendah” 5. Jumlah skor antara 1 – 20 termasuk kategori ”sangat rendah” Adapun tabulasi skor Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo terlampir. Dari tabulasi data tersebut dapat diketahui bahwa 18 siswa dinyatakan bahwa prestasi belajar PAI tergolong sangat tinggi. Sementara itu 17 siswa dinyatakan bahwa prestasi belajar PAI tergolong tinggi, sedangkan 1 siswa dinyatakan
bahwa
prestasi
belajar
PAI
tergolong
sedang.
Hasil
dari
pengkategorian tersebut kemudian dianalisa dengan rumus prosentase sebagai berikut : P=
F X 100% N
P = Prosentase F = Jumlah jawaban responden N = Jumlah responden yang diobservasi. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Prosentase Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo No.
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Tinggi
18
50 %
2 3 4
Tinggi Sedang Rendah
17 1 -
48 % 2%
5
Sangat Rendah Jumlah
36
100 %
Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa sebanyak 50% siswa-siswi kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo prestasi belajar PAInya termasuk kategori sangat tinggi. Sedangkan 48% yang lain termasuk kategori tinggi dan 2% yang lain termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya prestasi belajar PAI siswasiswi kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo sudah baik dan sangat tinggi, karena lingkungan sosial mereka yang sangat mendukung.
3.
Analisa Pengaruh Lingkungan Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Sebelum dilakukan perhitungan untuk memperoleh nilai korelasi koefisiensi kontingensi, terlebih dahulu dirumuskan hipotesa nihil (Ho) dan hipotesa alternative (Ha) sebagai berikut : Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk memperoleh nilai korelasi koefisiensi kontingensi dengan terlebih dahulu menyiapkan table kerja dari frekuensi kategori-kategori dua variable di atas sebagaimana berikut ini :
Tabel 4.14 Data Frekuensi Kategori Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Masyarakat Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Kategori Lingkungan Sosial Keluarga Masyarakat
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
36
0
36
35
1
36
Tabel 4.15 Data Frekuensi Kategori Lingkungan Sosial dan Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Lingkungan Sosial
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Sangat Sangat Tinggi Sedang Rendah Rendah Tinggi
Jumlah
Mendukung
18
17
-
-
-
35
Tidak mendukung
-
-
1
-
-
1
18
17
1
-
-
36
Jumlah
Setelah itu kita lakukan perhitungan untuk mencari angka Indeks Kai Kuadrat. Tabel 4.16 Perhitungan Indeks Kai Kuadrat Sel
Fo
1
18
18 x 35 =17.5 36
2
17
17 x 35 = 16.577777777 36
Ft
X2=
( Fo − Ft ) 2 Ft
(Fo – Ft)
(Fo – Ft)2
0.5
0.25
0.01428571428
0.422222 223
0.1782716 0559
0.01075364913
3
1
1 x 35 = 0.972 2222222 36 2
4
0
5
0.027777 77778
0.0007716 0493
0.00079365078
0 x 35 =0 36
0
0
0
0
0 x 35 =0 36
0
0
0
6
0
18 x 1 = 0. 5 36
-0.5
0.25
0.5
7
0
17 x 1 - 0.472222 0.2229938 = 0.472 22222222 22222 2715 36
4.72222222222
8
1
1 x1 = 0.02777777777 36
9
0
10
0
To tal
36
0.972222 22223
0.9452160 4936
34.0277777864
0 x1 =0 36
0
0
0
0 x1 =0 36
0
0
0
0
-
39.27583302
36
Setelah nilai X2 diketahui, maka untuk analisa interpretasi harus diubah dahulu ke dalam nilai koefisiensi kontingensi, yaitu:
C=
X2 = X2 +N =
39.27583302 = 39.27583302 + 36
39.2758330226 75.2758330226
0.52175882549
= 0.72232875167
= 0.722
Setelah itu, nilai C diubah terlebih dahulu ke dalam Angka Indeks Korelasi Phi dengan rumus:
φ=
C 1− C
2
=
0.722 1− 0.722
2
=
0.722 = 1 − 0.521284
= 1.04351386325
R.
0.722 0.722 = 0.69189306 0.478716
= 1.043
Interpretasi dan Pembahasan Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo.
Selanjutnya mencari ”db” db = N – nr = 36 – 2 = 34 Kemudian kita konsultasikan dengan Tabel Nilai ” r ” Product Moment. Pada tabel nilai tidak dijumpai db = 34 karena itu dicari db yang mendekati yaitu db = 35 Pada taraf signifikan 5% φ t = 0,325 sehingga φ o > φ t maka Ho ditolak. Pada taraf signifikan 1% φ t = 0,418 sehingga φ o > φ t maka Ho ditolak. Berarti ada pengaruh yang signifikan antara Lingkungan Sosial terhadap Prestasi Belajar PAI Siswa Kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo. Mendukung dan tidaknya lingkungan sosial siswa tergantung kepada orang tua dan warga masyarakat. Anak tidak bias menentukan. Namun prestasi
belajar sudah jelas dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Dengan demikian prestasi belajar merupakan tanggung jawab orang tua dan warga masyarakat semua. Di samping itu kesuksesan pendidikan itu merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan sekolah. Tiga elemen pendidikan tersebut diharapkan dapat saling bekerjasama dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Berdasarkan hasil dari penelitian telah diketahui bahwa siswa yang lingkungannya mendukung yaitu 35 siswa, sebesar 97,2% kemudian yang lingkungan sosialnya tidak mendukung yaitu 1 siswa, sebesar 2,8%. Berdasarkan hasil belajar atau prestasi belajar Pendidikan Agama Islam yang diperoleh siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo ada 18 siswa, sebesar 50% yang nilainya sangat tinggi, kemudian ada 17 siswa, sebesar 48% yang mendapatkan nilai tinggi, dan 1 siswa, sebesar 2% yang nilainya sedang. Jadi ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan sosial terhadap prestasi belajar PAI siswa kelas III SDN 3 Baosan Lor Ngrayun Ponorogo Berhasil tidaknya pendidikan anak itu tergantung pada kedua orang tuanya bagaimana orang tua tersebut akan mengarahkan atau membimbing anaknya yang baik dan benar sesuai dengan aturan dan norma-norma yangberlaku dalam masyarakat. Pendidikan yang ada di dalam keluarga itu bukan hanya pendidikan umum dan tata krama saja, melainkan pendidikan agama juga harus ditanamkan pada anak, bahwasannya pendidikan umum dan agama itu sangatlah perlu diberikan khususnya dalam hal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA Abyan, Amir. Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1995 An Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 1995. Dalyono, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2001 DEPAG RI, Alqur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1998 Djamal, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Gerungan, W.A. Dipl. Psych, Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama, 2004. Hadjar, Ibn, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999 Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Bumi Aksara, 2001 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001 Indrakusuma, Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973 Kumpulan Makalah, Hadits Pendidikan, STAIN Ponorogo, 2004 Mahfuzh, Syaikh M. Jamaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004 Maunah. Binti, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Teras, 2009 Mudzakir, Ahmad & Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Nata Abudin, Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT. Remaja Grafindo Persada, 1998 Nur. Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 2. Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997. Nur. Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Purwanto, Ngalim. Psikologi Belajar, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000
---------. Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002 Pedoman Penulisan Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Jurusan Syariah, Jurusan Ushuluddin STAIN Ponorogo, 2008 Santrock, John W. Adolescence Perkembangan Remaja, Jakarta: Erlangga, 2003 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Memepengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 1997 Sugiono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2002 Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994 Tim Dosen FIF-IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1987 UU RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Fokus Media, 2003 UUD RI 1945 dan Perubahannya, Penebar Ilmu. Whitherington, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Aksara Baru, 1985 Widyaningrum Retno, Statistik Pendidikan, STAIN Ponorogo, 2005 Zuhaini dkk., Metodologi Pendidikan Agama Islam, Solo: Ramadhani, 1993 Zuhairini dkk., Metodik khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1993