BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari usia pembacanya, sastra dapat dibagi menjadi sastra anak-anak, sastra remaja, dan sastra dewasa. Sastra anak adalah sastra yang diperuntukan untuk anak-anak dan menceritakan kehidupan anak pada umumnya, sastra remaja adalah sastra yang diperuntukan untuk kalangan remaja. Sastra dewasa pun adalah sastra yang diperuntukan untuk kalangan dewasa, sastra ini biasanya lebih umum dan banyak
diperbincangkan.
Sastra
dewasa
cenderung
lebih
diperhatikan
keberadaannya, karena dalam sastra dewasa terdapat sastra populer yang selalu mengikuti selera masyarakat agar diperhatikan dengan tujuan komersial. Adanya tingkatan usia untuk sastra tersebut bertujuan agar setiap jenjang usia dapat menikmati sastra sesuai dengan kebutuhannya, tidak terkecuali anak-anak. Anak-anak adalah cikal bakal terlahirnya generasi baru. Untuk melahirkan generasi yang berkualitas, maka harus dipupuk dengan hal-hal yang berkulitas juga. Sastra dapat dijadikan salah satu sarananya. Beberapa rmanfaat sastra untuk anak antara lain: pertama, untuk kesenangan. Menutut Steiweg alasan mengapa anak diberi buku bacaan sastra adalah agar mereka memperoleh kesenangan (Stewig, 1980: 18-20 dalam Nurgiantoro, 2010, hlm. 4). Kedua, untuk sarana pendidikan. Stewig juga mengungkapkan peran sastra bagi anak adalah bahwa disamping memberikan kesenangan juga memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap kehidupan ini. Oleh karena itu, sastra anak muncul dengan tujuan untuk memberikan hiburan yang bermanfaat bagi anak. selain menghibur, sastra juga dapat menjadi pembelajaran. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa pun terkadang membutuhkan sastra yang memiliki nilai pendidikan. Oleh karena itu, para akademisi pun banyak yang meneliti sastra yang memiliki nilai-nilai pendidikan. Hingga akhirnya muncul istilah sastra didaktis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia luar jaringan, didaktis Windy pratiwi, 2015 Nilai didaktis dalam kumpulan cerita anak pelangi untuk jingga Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
adalah bersifat mendidik. Seperti halnya yang banyak terjadi pada sastra yang ditujukan
untuk
disampaikan peruntukan
anak-anak.
nilai didaktis
dalam sebuah karya sastra bisa
secara implisit ataupun eksplisit, karya
sastra
tersebut.
Namun
sesuai dengan kebutuhan dan
dalam sastra
anak
lebih sering
pengungkapannya secara eksplisit, karena pemahaman anak-anak masih sederhana dan akan sulit dipahami jika disampaikan secara implisit. Belum bisa dipastikan kapan pertama kalinya sastra anak muncul di Indonesia. Namun jika merujuk pada salah satu sastra anak tertua sebagaimana dijelaskan dalam skripsi Herlina, lahirnya buku bacaan anak di Indonesia antara lain Indische Kinderboeken (Buku anak-anak Hindia) terbit tahun 1896. Nittel de Wolf van Westerrode menulis Indisch Kindervelen, Pemandangan dalam Doenia Kanak Kanak karya dari Mohammad Kasim merupakan pemenang dari sayembara mengarang bacaan anak oleh Balai Pustaka tahun 1920 yang kemudian pada masa kedudukan Jepang berganti judul menjadi Si Samin (Herlina, 2013, hlm. 9). Selain dalam bentuk buku berupa novel dan kumpulan cerpen, sastra anak di Indonesia juga hadir dalam bentuk majalah dan surat kabar. Adapun majalah anak pertama yang muncul di Indonesia adalah majalah Kunang-kunang yang terbit pertama kali pada tahun 1949. Majalahnya berukuran besar, kurang lebih seukuran majalah Tempo dan Femina. Majalah anak tertua kedua di Indonesia adalah majalah Si Kuncung yang terbit perdana pada tahun 1956, dan Bobo terbit perdana pada tahun 1973 yang sampai saat ini kita masih bisa menikmatinya karena masih aktif terbit. Selain ketiga majalah tua tersebut, ada juga majalah yang sering memuat karya anak seperti Mentari dan Ananda. Selain dalam majalah, karya anak juga sering dimuat di berbagai surat kabar minggu pada halaman anak seperti di Kompas, Pikiran Rakyat, Republika, Surabaya Post, dan sebagainya. Dalam beberapa surat kabar yang terdapat di atas, kebanyakan cerpen atau cerita bergambar yang ada di kolom tersebut adalah tulisan anak-anak sendiri, walaupun tidak semua. Anak-anak yang dibiasakan membaca buku dari kecil, mereka pasti memiliki keinginan dan dorongan untuk menuliskan cerita yang mereka imajinasikan dari cerita yang mereka baca. Oleh karena itu mereka butuh tempat
3
untuk menampung kreatifitasnya. Hingga pada tahun 2003 muncul fenomena baru sastra anak yang datang dari penerbit DAR! Mizan. Penerbit tersebut menerbitkan buku dengan lini Kecil-kecil Punya karya atau lebih dikenal dengan KKPK. Penulis dari KKPK tersebut adalah anak-anak sendiri, ada yang berupa novel, kumpulan cerpen, dan komik. banyaknya lini yang serupa bermunculan seperti lini Pinkberry, Cilik-Cilik Punya Karya (CCPK), dan Kakak Cilik Punya Karya (KCPK). Dalam setiap lini tersebut, terdapat perbedaan usia pada masing-masing lininya. Dengan dibukanya lini tersebut, kesemptan anak-anak untuk berkreatifitas pun semakin terbuka lebar dalam menyalurkan imajinasinya. Kebanyakan karya sastra yang peneliti telitipun kebanyakan penulisnya pernah menulis di lini KKPK. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti karya sastra anak yang ditulis oleh anakanak yang terdapat dalam buku kumpulan cerita anak Pelangi Untuk Jingga. Buku tersebut adalah terbitan dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Kumpulan cerita tersebut dihasilkan dari hasil Lomba Menulis Cerita Anak (LMCA) 2012 yang diadakan oleh KEMENDIKBUD. Lomba ini diadakan setiap tahun dari tahun 2011. Menurut Dr. Thamrin Kasman selaku Direktur Jenderal Pendidikan Dasar mengatakan bahwa lomba tersebut diadakan dengan harapan dapat menjadi sebuah daya dorong untuk memacu dan mengarahkan para siswa untuk berkompetisi menampilkan pengalaman hasil membaca untuk kemudian mengekpresikannya dalam karya tulis khususnya cerita anak. Dalam buku tersebut terdapat 13 karya pilihan dari beribu karya. Ke-13 cerita tersebut terdapat nilai- nilai didaktis yang beragam. Salah satu contohnya adalah dalam cerita Pelangi Untuk Jingga, karya Sherina Salsabila, Cerita Bringbun dan Chikuita, karya Nafisa Nurul Izza, Biar Kuno Tapi Keren, karya Kefira Arviadita Sutantio. Pertama, dalam cerita Pelangi Untuk Jingga karya Sherina Salsabila, terdapat nilai kepedulian tentang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus. Dalam cerita tersebut, tokoh utama (Pelangi) tidak segansegan berteman dengan Jingga yang merupakan anak berkebutuhan khusus. Pelangi mengajak para pembaca untuk tidak menjauhi mereka tapi merangkul erat dan mengajarkan mereka segala hal yang kita bisa.
4
Kedua, cerpen Cerita Bringbun dan Chikuita karya Nafisa Nurul Izza. Dalam cerita tersebut, penulis mengajak kita untuk menjaga dan memelihara lingkungan dengan baik. Dan saling menyayangi antar sesame makhluk hidup baik hewan atau tumbuhan. Dalam cerita itu diceritakan tentang penderitaan sebuah pohon beringin dan seekor burung kutilang terhapap tingkah laku manusia yang seenaknya terhadap mereka. ada harapan dengan membaca cerita tersebut manusia menjadi sadar dengan perilakunya dan lebih menghargai lingkungan. Ketiga, cerpen Biar Kuno tapi Keren karya Kefira A. Susantio. Dalam cerita tersebut diceritakan tentang Adrian yang sangat tidak suka dengan budaya Indonesia, ia lebih menyukai budaya Barat yang lebih keren menurutnya. Budaya Indonesia itu terlihat kuno dan kampungan. Tapi setelah ia pergi ke Amerika, ia sadar bahwa kebudayaan Indonesia memiliki nilai estetika tersendiri di mata dunia. Sepulangnya dari Amerika Adrian lebih tertarik dengan budaya Indonesia dan mau belajar tentang budaya Indonesia. Dalam cerita tersebut mengajak pembaca untuk lebih mencintai budaya Indonesia.
Nilai didaktis yang disampaikan merupakan hasil pengalaman
hidup penulisnya yang merupakan anak-anak. Pengalaman tersebut adalah hasil pengamatan penulis dari pengalaman membaca atau pengalaman hidupnya. Sastra
didaktis
sebagaimana
yang
telah
disinggung
di
atas,
bahwa
kemunculannya adalah karena ada fungsi sastra yang berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dalam pemahaman umum, karya sastra didaktis adalah karya sastra yang
mendidik.
Dalam Glossary
Literary
Term,
Abram dalam Sumiyadi,
menjelaskan bahwa sastra didaktis adalah karya sastra yang didesain untuk menjelaskan suatu cabang ilmu atau mungkin juga untuk mengukuhkan suatu tema, doktrin
moral,
mengungkapkan
religi, bahwa
atau
filsafat
dalam
dalam
fungsi
bentuk
sastra,
fiksional.
sastra
Sumiyadi juga
didaktis
tentu
saja
mengedepankan aspek “didikan” daripada “hiburan”, meskipun sangat mungkin yang mendidik itu sekaligus juga menghibur. Sastra didaktis yang diungkapkan oleh anak-anak biasanya adalah sebuah pengetahuan dan pembelajaran yang mereka dapat dalam kehidupan nyata, baik dari orang tua atau buku, lalu mereka ingin menyampaikannya kepada anak-anak yang lain.
5
Pada kumpulan cerita
Pelangi Untuk
Jingga
kebanyakan cerita yang
disampaikannya adalah pengalaman pribadi yang dimodifikasi dalam bentuk fiksi. Nilai didaktis yang disampaikannya sangat menarik, karena disampaikan lewat peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam cerita. dalam peristiwa yang mereka ceritakan, mereka menyampaikan nilai-nilai kebaikan dalam cerita tersebut. Adapaun cerita yang menyampaikan akibat dari melakukan sesuatu yang dilarang atau kebaikan dari sesuatu yang tidak mereka sukai. Penelitian didaktis kali ini akan meneliti dari struktur narasi karya sastra nya yang meliputi alur, tema, tokoh, latar, sudut pandang, dan amanat nya. Penelitian
ini
bukanlah
penelitian
satu-satunya
yang
pernah
dilakukan,
sebelumnya ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang sastra anak dan sastra didaktis. Peneliti mengambil enam penelitian sebagai penelitian terdahulu yang relevan. Pertama, skripsi dari Heni Herlina yang berjudul Moral Dalam Cerita Pendek Anak Pada Buku KKPK Luks edisi-8 Tahun 2012. Heni merupakan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan indonesia.
Dalam
skripsi
tersebut
membahas
tentang
moral,
namun
yang
membedakan dengan penelitian yang akan dilakukan ini adalah terletak pada objek yang
dipilih,
dalam
skripsi
tersebut
juga
menjelaskan
tentang
sastra
dan
cerminannya dalam masyarakan yang menggunkan teori sosiologi sastra. Kedua, penelitian skripsi dari Feri Fauzi Hermawan yang berjudul Kritik Sosial dalam Cerita Pendek Anak Pada Harian Kompas Edisi Minggu Tahun 2008. Feri merupakan mahasiswa dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian tersebut mengambil objek dari media massa, yaitu harian umum kompas. Sedangkan kajian yang digunakan adalah kritik sosial, dalam penelitian feri, dijelaskan bagaimana anak-anak melakukan sebuah kritik sosial dalam karya sastra. Penelitan ketiga yaitu penelitian berupa skripsi dari Sopan Sopian yang berjudul Penceritaan Cerita Pendek Anak dalan HU Kompas dan HU Pikiran Rakyat Edisi Minggu Tahun 2010. Penelitian tersebut masih dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Jika dalam skripsi Feri memilih
6
objek dari HU Kompas, maka dalam skripsi Sopan ini memilih objek dari dua harian umum terkemuka yaitu Kompas dan Pikiran Rakyat. Dalam penelitian Sopan, membahas penceritaan antara penulis anak dan penulis dewasa dalam kedua HU tersebut. Keempat berupa jurnal dari Elsy Suriani seorang guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 8 Palangka Raya, Jalan Temanggung Tilung 58 Palangka Raya, Kalimantan Tengah, denngan judul Nilai-Nilai Karakter Dalam Antologi Puisi Indonesia Anak-Anak Terbitan Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Penelitian itu berisi tentang nilai-nilai karakter yang terdapat dalam puisi anak-anak terbitan pusat bahasa depdiknas. Penelitian kelima adalah penelitian dari Sumiyadi, dkk yang berjudul Pemetaan Novel Indonesia Modern yang berkarakteristik Sastra Didaktis dan Bentuk Pengungkapannya. Peneliti tersebut adalah dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian tersebut menjelaskan tentang unsur didaktis yang terdapat pada novel modern Indoneia. Selain itu, penelitian tersebut juga merunut sastra didaktis dari tahun 80an sampai 2000an. Penelitian yang terakhir adalah artikel dari Rahmat Petuguran yang berjudul Sastra Didaktis dalam Sayembara Penulisan Buku Pusbuk. Rahmat adalah pengajar Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Semarang. Dalam tulisannya, Rahmat menjelaskan tentang fenomena tentang sastra didaktis. Dari keenam penelitian terdahulu yang tercantum di atas, memiliki perbedaan dan persamaan terhadap penelitian yang dilakukan, yaitu, penelitian yang dilakukan Heni, Sopan, Fery, dan Elsy sama-sama menggunakan objek sastra anak, namun berbeda kajian yang dilakukan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sumiyadi dan Rahmat memiliki kesaaman kajian dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu tentang unsur didaktis yang dikaitkan dengan karya sastra. Sedangkan objek kajiannya berbeda. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan dan penelitian terdahu yang peneliti paparkan, maka penelitian yang berjudul Nilai Didaktis Dalam Kumpulan Cerita Anak Pelangi Untuk Jingga ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
7
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian yang berjudul Nilai Didaktis Pada Cerita Anak Pelangi Untuk Jingga adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur narasi pada kumpulan cerita anak Pelangi untuk Jingga? 2. Nilai didaktis apakah yang terdapat dalam cerita anak Pelangi Untuk Jingga? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang berjudul Nilai Didaktis Pada Cerita Anak Pelangi Untuk Jingga adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui struktur narasi pada kumpulan cerita anak Pelangi untuk Jingga. 2. Mengetahui nilai didaktis yang terdapat dalam cerita anak Pelangi Untuk Jingga. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini terbagi menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis: 1.
Manfaat Teoretis a. Untuk menyumbang pengembangan dalam bidang sastra anak; b. Semoga dapat menjadi referensi untuk penunjang penelitian selanjutnya yang relevan. Sebagai penelitian lanjutan tentang sastra anak.
2. Manfaat Praktis Agar mahasiswa dan masyarakat umum mengetahui tentang sastra anak, dan menjadi pengetahuan tambahan bagi masyarakat yang belum mengetahui tentang sastra anak. Juga bagi peneliti, semoga dapat menjadi modal untuk terus mendalami tentang sastra anak.
8
E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur Organisasi dalam penelitian yang berjudul Nilai Didaktis Pada Cerita Anak Pelangi Untuk Jingga ini terdapat lima bab pokok yang disusun dengan sistematika sebagai berikut: 1. BAB 1 Pada bab penelitian,
ini terdapat latar belakang penelitian, rumusan masalah
tujuan
penelitian,
manfaat penelitian,
dan struktur organisasi
skripsi. Latar belakang penelitian menjelaskan mengapa peneliti menjadikan cerita anak Pelangi Untuk Jingga sebagai objek kajian yang diteliti, menjelaskan fenomena sastra anak di masyarakat,
menjelaskan fungsi-fungsi
sastra bagi anak, dan memaparkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian
yang
diteliti.
Setelah
latar
belakang
penelitian
maka
akan
dirumuskan rumusan masalahnya sesuai dengan yang dijelaskan pada latar belakang
masalah.
penelitian
yang
Setelah perumusan masalah maka muncullah tujuan
sejalan
dengan
rumusan
masalah.
Manfaat
penelitian
menjelaskan bagaimana menfaat teoretis dan praktis dalam penelitian ini. struktur
organisasi skripsi menjelaskan
bagaimana
sistematika penulisan
skripsinya. 2. BAB II Pada bab dua ini menjelaskan tentang kajian teori yang digunakan dalam penelitian. Selain kajian teori, dalam bab dua ini terdapat deskripsi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang diteliti. Deskripsi teori yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Nilai Didaktis Pada Cerita Anak Pelangi Untuk Jingga meliputi sastra anak, struktur narasi cerita anak, dan sastra
didaktis.
Struktur
narasi
yang
digunakan
dalam penelitian
ini
menggunakan struktur narasi anak dari Suyatno, yang dijelaskan dalam bukunya yang berjudul Struktur Narasi Novel Karya Anak. Sedangkan nilai didaktis yang dijelaskan dalam penelitian ini berlandaskan dari berbagai sumber.
9
3. BAB III Metode-metode yang dilakukan dalam penelian ini dijelaskan peneliti di bab tiga. Dalam bab tiga ini terdapat objek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, definisi operasional, dan alur penelitian. Pada objek penelitian, dijelsakan bagaimana objek yang diteliti, objek berupa apa dan alasan memilih objek. Pada teknik pengumpulan data, penulis menjelaskan bagaimana penelitian.
penulis Pada
mengumpulkan
analisis
data
data-data
yang
diperlukan
dijelsakan cara menganalisisnya.
untuk Definisi
operasional yaitu mendefinisikan istilah-istilah yanga akan muncul selama melakukan penelitian. Sedangkan pada bagian akhir yaitu alur penelitian, akan muncul bagan penelitian yang dilakukan. 4. BAB IV Pada bab empat ini mendeskripsikan secara detail bagaimana hasil dari analisis data yang dilakuakan oleh peneliti dengan merujuk pada teori dan metode yang digunakan dan objek kajiannya. Dari ketiga belas cerita anak Pelangi Untuk Jingga, dibahas satu persatu bagaimana alur, tokoh, latar, tema, dan sudut pandang nya. Setelah itu, melalui struktur narasi maka muncul nilai didaktis yang terkandung didalam ketiga belas cerita anak tersebut. 5. BAB V Pada bab lima terdapat simpulan, implikasi, dan rekomendasi. Simpulan merupakan kesimpulan dari semua yang telah dijelaskan, dalam simpulan ini dijelaskan jawaban dari rumusan masalah yang muncul di bab satu. implikasi atau manfaat penelitian yang dilakukan, dan berdasarkan hasil penelitan yang sudah dilakukan, peneliti merekomendasikan hal-hal yang bisa ditindaklanjuti oleh para peneliti selanjutnya.