BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Fungsi pemeriksaan laboratorium adalah menganalisis secara kuantitatif atau kualitatif beberapa bahan, seperti darah, sumsum tulang, serum, tinja, air kemih dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan dalam membantu menetapkan diagnosis dan penatalaksanaan penderita. Uji laboratorium, termasuk hematologi dapat berfungsi sebagai uji penyaringan untuk mengetahui adanya kelainan proses fisiologi tubuh, membantu menetapkan diagnosis,
membuat
diagnosis
banding,
memantau
perjalanan
penyakit,
penatalaksanaan penderita dan menentukan prognosis. Data laboratorium dapat dipakai pula sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendapatkan populasi sehat dan tetapan rentang rujukan (Esa et al., 2006). Pemeriksaan darah rutin merupakan prosedur yang cukup murah namun cukup kuat sebagai alat diagnostik untuk keadaan hematologis maupun non hematologis. Hasil pemeriksaan ini memberi informasi tentang darah, sumsum tulang, dan bukti langsung maupun tidak langsung terhadap status kesehatan penyakit pada tubuh. Pemeriksaan darah rutin banyak tersedia, mudah didapatkan, mudah dilakukan, serta biaya relatif terjangkau (Lokwani, 2013). Nilai parameter hematologi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ras, usia, jenis kelamin, nutrisi, lingkungan, ketinggian, alat dan metode tes yang dipakai (Kaya et al., 2000). Oleh karena alat laboratorium selalu berkembang dan metode uji yang dipakai juga berkembang dan berubah, maka sebaiknya setiap laboratorium klinik menggunakan rentang rujukan sendiri yang sesuai dengan
1
2
keadaan setempat (Kaya et al., 2000 ; Esa et al., 2006). Rentang rujukan tersebut sangat penting untuk interpretasi data hematologi dalam menangani penderita serta untuk kepentingan penelitian. Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI) dan International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (IFCC) merekomendasikan jumlah data minimal tiap subgrup adalah 120 subyek dalam mencari rentang rujukan. Data yang banyak dan mahalnya biaya skrining laboratorium untuk menetukan individu dalam keadaan sehat, merupakan keterbatasan metode direk, maka sampai saat ini rentang rujukan parameter hematologi masih menggunakan nilai yang tertera di brosur reagen alat atau kepustakaan dari luar negeri. Rentang rujukan yang diberikan dari alat berasal dari populasi Amerika dan Eropa sehingga tidak sesuai dengan keadaan lokal setempat karena adanya perbedaan ras, diet, dan gaya hidup (Esa et al., 2006 ; Wu et al., 2015). Publikasi penelitian rentang rujukan yang dilakukan di Indonesia masih jarang didapatkan. Esa dkk tahun 2006 di Makassar melakukan penelitian rentang rujukan hematologi pada orang dewasa sehat dengan menggunakan subyek donor dengan usia 18-60 tahun yang secara klinis sehat menurut kriteria donor darah PMI. Wirawan tahun 2006 di Jakarta membuat rentang rujukan parameter retikulosit pada orang dewasa sehat dengan menggunakan subyek dari pasien General Check Up (GCU) dengan kriteria inklusi adalah subyek berusia 20-50 tahun, secara klinis sehat, puasa 12 jam, dan sebagai kriteria eksklusinya bila subyek menunjukkan kadar kreatinin serum >1,4 mg/dL.
3
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito dalam pelayanan di laboratorium, rentang rujukan yang dipakai masih menggunakan referensi dari alat maupun dari literatur. Saat ini di Instalasi Laboratorium Klinik (ILK) RSUP Dr. Sardjito telah digunakan beberapa alat hematologi otomatik tetapi belum pernah diteliti untuk menentukan rentang rujukan berdasarkan alat tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan penentuan rentang rujukan parameter hematologi pada subyek dengan umur 18-60 tahun. The
Clinical
and
Laboratory
Standards
Institute
dan
IFCC
merekomendasikan penentuan rentang rujukan menggunakan individu rujukan dengan berbagai kriteria seleksi. Keterbatasan penentuan rentang rujukan metode direk antara lain membutuhkan banyak waktu, biaya dan tenaga karena jumlah sampel yang banyak. Penentuan rentang rujukan dengan cara yang lebih sederhana dan tidak membutuhkan biaya mahal dapat dilakukan dengan metode indirek, yakni dengan menggunakan data pasien yang terdapat pada sistem informasi laboratorium / Laboratory Information System (LIS) (Motor et al., 2010). Metode indirek dapat digunakan sebagai alternatif dalam penentuan rentang rujukan jika sulit untuk mendapatkan subyek sehat sebagai individu rujukan, misal pada populasi bayi, anak-anak, geriatri, ataupun rentang rujukan untuk sampel yang susah didapatkan seperti Liquid Cerebro Spinal. Metode indirek mempunyai keuntungan dalam menentukan rentang rujukan dapat dibuat rentang kategori umur sesuai yang diinginkan, hal ini berguna pada pasien anakanak (Zierk, 2015).
4
Parameter hematologi yang tercantum pada laporan hasil laboratorium ada banyak, namun hasil penelitian Sandhaus et al., 2002 dan Birhaneselassie et al., 2013, menunjukkan hanya beberapa parameter saja yang sering diperhatikan oleh klinisi, yakni hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit dan hitung jenis leukosit. Pada penelitian ini akan dibandingkan rentang rujukan
parameter
hematologi yang sering dipakai tersebut di atas, dengan menggunakan metode direk dan indirek. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Pentingnya rentang rujukan darah rutin terhadap diagnosis, manajemen terapi dan monitoring pasien, dengan pertimbangan bahwa ras, usia, jenis kelamin dan keadaan demografis dapat mempengaruhi rentang rujukan tersebut. Selama ini rentang rujukan yang dipakai sebagian besar berasal dari leaflet pabrikan yang menggunakan data dari Amerika, maupun Eropa. 2. Penentuan
rentang
direkomendasikan
rujukan
dengan
metode
direk
seperti
yang
CLSI dan IFCC mempunyai beberapa keterbatasan
dalam pelaksanannya, seperti membutuhkan banyak waktu, biaya dan tenaga. Penentuan rentang rujukan dapat dilakukan dengan metode indirek yang berasal dari data pasien dalam kurun waktu tertentu.
5
3. Belum pernah dilakukan penentuan rentang rujukan di Instalasi Laboratorium Klinik RSUP Dr. Sardjito dengan menggunakan data setempat. C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat perbedaan bermakna rentang rujukan yang ditentukan antara metode direk dengan metode indirek?
D. Keaslian Penelitian Penelitian ini menggunakan subyek dewasa 18-60 tahun. Penelitian lain yang membandingkan rentang rujukan metode direk dan indirek disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Berbagai penelitian rentang rujukan yang membandingkan metode direk dan metode indirek. Peneliti
Parameter
Oostherius et al., 1990 di Belanda
Total Protein, Kreatinin, Fosfat inorganik, LDH, Alkaline fosfatase, Kolesterol Total, Urea, Glukosa, Trigliserid, AST, γGT, ALT, Bilirubin Total, CK TSH, FT4, FT3
Motor et al., 2010 di Turki
Zierk, 2015 di Jerman
HGB, MCV, MCH, MCHC, PLT, RBC, HCT, RDW CV
Populasi & Jumlah Subyek Dewasa Direk: subyek donor 239. Indirek: data >1500
Statistik Metode Bhattarcharya, IFCC
Umur 40-80 tahun Direk: 129 Pria, 131 Wanita, Indirek: 3.920 Pria, 4.520 Wanita
Non parametrik
0-18 tahun. Outliers dengan Tukey method 60.000 data dari LIS
Non parametrik
Kesimpulan Terdapat ketidaksesuaian metode direk dengan indirek metode Bhattarcharya unmodified. Terdapat kesesuaian metode direk dengan indirek metode Bhattarcharya modified. Metode Direk dan Indirek terdapat kesesuaian yang baik.
Terdapat kesesuaian metode indirek dengan rentang rujukan direk dari KiGGS study di Jerman
E. Manfaat penelitian Bagi peneliti: berkontribusi dalam memberikan informasi tentang rentang rujukan parameter hematologi pada populasi dewasa. Manfaat bagi klinisi adalah didapatnya rentang rujukan parameter hematologi pada subyek dewasa dari data
6
setempat/lokal. Bagi Rumah Sakit: tersedia rentang rujukan dengan karakteristik populasi yang sesuai untuk pelayanan kepada pasien dalam hal pemeriksaan darah rutin di laboratorium. Bagi pasien: dapat mengetahui rentang rujukan bagi pribadi yang dapat digunakan sebagai alat diagnosis maupun pemeriksaan dini terhadap keadaan kesehatan pasien.
F. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan rentang rujukan metode direk dan indirek pada subyek dewasa umur 18-60 tahun dengan kajian berbasis rumah sakit.