perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pendidikan yang memadai akan dapat membuat manusia mempunyai kesempatan memperbaiki kehidupannya dan lebih terbuka
menerima
berbagai
inovasi,
memperluas
cakrawala
dan
mempertajam berbagai fenomena. Mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi dituntut tidak hanya mempunyai keterampilan teknis juga memiliki daya dan kerangka pikir serta sikap mental dan kepribadian tertentu sehingga mempunyai wawasan luas dalam menghadapi masalah – masalah dalam dunia nyata (masyarakat). (Suwardjono dalam Marita dkk, 2008). Hal diatas memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapkan memenuhui standar global internasional dalam memberikan pelayanan atau asuhan kebidanan dan mempunyai profesionalisme, seperti disampaikan Errickson dan Hatter (1989) dan Trella (1993), bahwa salah satu kemampuan Bidan Profesional ditunjukkan oleh tim kerja multidisipliner yang pernah dilaksanakan dan diujicobakan pada beberapa rumah sakit di Amerika dalam jangka waktu tertentu terbukti ampuh dalam meningkatkan kualitas pelayanan. commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keadaan ini menjadikan suatu ancaman bagi pelayanan yang mutu asuhan kebidanan tidak memuaskan, sehingga pelayanan menjadi tidak mepnarik minat minat lulusan pendidikan kebidanan terutama lulusan sarjana kebidanan. Masalah ini dirasakan pula oleh pendidikan kebidanan yang mengingat masih banyak masalah yang mungkin menjadi hambatan.Yakni permasalahan-permasalahan yang sering ditemukan di lahan praktek yang berhubungan dengan pembelajaran laboratorium diantaranya adalah , disebutkan bahwa sering dokter dan petugas kesehatan mengeluh tentang mahasiswanya yang telah menyelesaikan pendidikan, mereka mengetahui banyak teori, akan tetapi tidak bisa menerapkannya. Mahasiswa D-III Kebidanan memiliki pengetahuan tetapi mereka kurang memiliki keterampilan. mahasiswa D-III Kebidanan kurang mempunyai kemampuan yang cukup dalam menerapkan keterampilan yang diperoleh selama perkuliahan. Penilaian kemajuan belajar mahasiswa dilakukan secara berkala terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap. Bentuk penilaian kemajuan belajar adalah ujian tulis, ujian praktikum laboratorium, ujian praktek klinik/ komunitas, pelaksanaan tugas mandiri/ kelompok serta penilaian terhadap sikap. Ujian tulis diselenggarakan pada tengah semester, akhir semester dan selama proses dalam bentuk kuis/ sisipan. Selain itu ujian tulis juga diselenggarakan pada akhir program DIII
kebidanan
sebagai
ujian
komprehensif.
Ujian
kompetensi
diselenggarakan di laboratorium pada akhir semester dua, empat, enam (Aniroh, 2000).
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendidikan kebidanan di Indonesia antara lain dilaksanakan oleh institusi pendidikan yaitu Akademi Kebidanan dan Sekolah Tinggi Kesehatan di mana di dalamnya terdapat prodi kebidanan. Institusi pendikan beradah di naungan Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI), Namun untuk prodi D – III Kebidanan sekaligus di bawah naungan Departemen Kesehatan (DEPKES) dalam hal ini Pusat Pendidikan Tenaga Kessehatan (Pusdiknakes). Tujannya adalah untuk menghasilkan Ahli Madya Kebidanan sebgai bidan prpfesional pemula yang memiliki pengetahuan mengenai masalah umum kesehatan saat ini dan yang akan datang, serta, mampu melaksanakan peran dan fungsinya (Dirjen Dikri Dikbud, 1984). Tujuan tersebut akan tercapai bila dunia kebidanan terjadi suatu kerjasam yang baik antara dosen dan mahasiswa, seperti dijelaskan oleh sallis (1993) dikutip dalam Tampubolon (2001), bahwa yang dihasilkan pleh perguruan Tinggi (PT) pada dasarnya dalah jasa kependidikannya, yang disajikan kepada pelangganannya, terutama para mahasiswa dalam bentuk kompetensi skill lab yang dimiliki oleh mahasiswa. Selanjutnya mahasiswa
yang
belajar
di
perguruan
tinggi
dituntut tidak hanya mempunyai keterampilan teknis juga memiliki daya dan kerangka pikir serta sikap mental dan kepribadian tertentu sehingga mempunyai wawasan luas dalam menghadapi masalah
–
masalah dalam dunia nyata (masyarakat) (Suwardjono dalam Marita dkk, 2008). Di tambah lagi mahasiswa kesehatan di tuntut untuk mampu secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
teoritis maupun praktis karena mereka akan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat. Tanpa kemampuan tersebut maka mereka tidak akan mampu terjun di masyarakat secara maksimal. Kesulitan belajar yang dialami oleh sebagian besar mahasiswa adalah karena faktor psikologis dalam diri mahasiswa tersebut. (Drs. M. Ngalim Purwanto,2009). Didukung oleh pernyataan Usman (1990) bahwa proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan dosen sebagai pemegang peran penting/utama yang ditunjang dengan sarana dan prasarana. Untuk mengetahui suatu kompetensi mahasiswa di kebidanan perlu dilakukan suatu evaluasi program pendidikan, seperti yang dijelaskan dalam katalog Pendidikan Diploma III kebidanan bahwa evaluasi progam merupakan suatu proses ditujukan ntuk memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, yang pada umumnya bertujuan untuk menyempurnakan program. Adapun aspek – aspek program yang dievaluasi diantaranyam adalah evaluasi pendidikan sebagai salah satu upaya pemantauan dan penilaiaan mutu proses pendidikan. Hasil belajar mahasiswa mencangkup ranah kognitif, psikomotrik & afektif yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh dosen. Ranah kognitif dan afektif dapat dinilai dengan memberikan tes yang berbentuk objektif maupun uraian. Sedangkan ranah psikomotor penilaian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
dapat menggunakan alat ukur berapa daftar cek (chek list), skala nilai (ratting scale), catatan anek dotal (anek dotal record) dan skala produk. Daftar cek (chek list) bisa digunakan untuk menilai keterampilan yang telah diberikan di laboraturium, khususnya bagi mahasiswa kebidanan. Menurut kurikulum pendidikan bidan nasional tahun 2002, ditentukan 25% untuk pembelajaran teori dan 75% untuk pembelajaran laboraturim. Indikator suatu pengukuran dapat dijabarkan dari komponen sistem, yaitu kmponen masukan, proses dsan keluaran. Seperti dijelaskan Boore yang diikuti Ellis (1993), Indikator masukan antara lain: lingkungan fisik, organisasi, kompetensi dosen dan kompetensi mahasiswa, indikator proses lain: persiapan, penyajian dsan evaluasi. Sedangkan indikator keluaran meliputi : pengetahuan yang harus dicapai mahasiswa dan kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa. Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu pelayan pendidikan yang didasari oleh utama dari pengguna jasa pelayanan pendidikan tersebut yang dijelaskan Tampubolon (2001), bahwa pemahaman produktifitas PT didasarkan pada seluruh jasa yang di produksi dan dihasilkan oleh PT dalam periode yang ditentukan dan kesesuaian jasa itu dengan kebutuhan pelanggan (Rumah sakit). Jadi bukan hanya jumlah dan indeks prestasi saja, tetapi juga tingkat kompetensi skill lab mahasiswa. Biasanya pada saat mahasiswa melakukan praktikum laboratorium mahasiswa kurang memahami akan metode yang di berikan. Misalnya saja metode demonstrasi, mengapa dengan commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan metode ini mahasiswa kurang memahami. Itu dikarenakan metode ini mempunyai kelemahan misalnya saja anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertujukkan, tidak semua benda dapat didemontrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. Tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan, beberapa hal itu yang menyebab mahasiswa kurang memahami atau mengerti tentang praktikum yang diberikan. Karena siswa kurang memahai tentang praktikum didalam kampus maka pada saat praktik diluar kampus siswa kurang menguasai ketrampilan dalam praktikum. Hasil survei kompetensi mahasiwa selama mengikuti skill lab dilakukan bulan Agustus 2012 di AKBID SUKAWATI Lawang Malang, didapatkan bahwa kompetensi mahasiswa dalam pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) yaitu 45% mahasiswa yang berkompeten dan sisanya 55% mahasiswa yang kurang berkompenten dalam pemasangan infus. Jadi dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa
kompetensi
mahasiswa masih
dinilai
belum
berkompeten dan berkualitas. Salah satu upaya terpenting yang harus dilakukan pada mahasiswa sebagai seorang pendidik adalah menciptakan suasana belajar yang nyaman serta kondusif. Suatu kondisi belajar optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur dan mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan. (Drs. Syaiful Bahri, 2010:174). Selain itu pemilihan commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
metode pengajaran pada setiap mata kuliah juga sangat penting, dan harus di sesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan. Bahan pelajaran yang di sampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. (Drs. Syaiful Bahri, 2010:76). Hasil yang akan di capai sebagai seorang pendidik bila kita mampu menerapkan solusi tersebut adalah mahasiswa kita akan lebih muda memahami materi yang kita sampaikan sesulit apapun materi tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, agar diketahui bagaimana kualitas pendidikan khususnya proses belajar mengajar melalui pemahaman metode demontrasi berdasarkan kompetensi mahasiswa prodi D – III kebidanan AKBIS SUKAWATI Lawang, dan faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam menentukan kebijakan tentang pengembangan tenaga kesehatan di lingkungan pendidikan kebidanan.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
hasil
survei
kompetensi
mahasiswa
selama
mengikuti skill lab pemasangan jnfus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) yang di lakukan di Prodi D – III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang pada bulan Agustrus 2012, didapatkan bahwa kompetensi mahasiswa dalam pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) yaitu 45% commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mahasiswa yang berkompeten dan sisanya 55% mahasiswa yang kurang berkompenten dalam pemasangan infus. Jadi dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa
kompetensi
mahasiswa masih
dinilai
belum
berkompeten dan berkualitas, maka rumusan maslah yang didapat adalah : 1. Apakah
ada hubungan
antara metode demontrasi dengan
kompetensi skill lab pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) di Prodi D – III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang tahun 2013? 2. Apakah ada hubungan antara pemahaman mahasiswa dengan kompetensi skill lab pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) di Prodi D – III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang tahun 2013? 3. Apakah ada hubungan antara metode demontrasi dan pemahaman mahasiswa dengan kompetensi skill lab pemasangan infus pada mata kiliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) di Prodi D – III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang tahun 2013?
C. TUJUAN 1.
Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara metode demontrasi dan
pemahaman
mahasiwa
dengan
kompetensi
skill
lab
pemasangan skill lab pemasangan infus pada mata kuliah KDPK ( commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterampilan Dasar Praktik Klinik) di Prodi D – III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang. 2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui hubungan metode demontrasi dengan kompetensi skill lab pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik klinik) di Prodi D – III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang.
b. Untuk mengetahui hubungan pemahaman mahasiswa dengan kompetensi skill lab pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasea Praktik Klinik Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang. c.
Untuk engetahui hubungan hubungan metode demontrasi dan pemahaman
mahasiswa
dengan
kompetensi
skill
lab
pemasangan infus pada mata kuliah KDPK (Keterampilan Dasar Praktik Klinik) di Prodi D –III Kebidanan AKBID SUKAWATI Lawang Malang. D. MANFAAT Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis atau konfirmatif pengembangan teori dan manfaat aplikatif praktik manajeman, antara lain : 1. Di harapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan dua konsep ilmu manajemen mutu pendidikan, khususnya melalui teori kompetensi skill lab. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Dengan metode demontrasi terhadap pemahaman mahasiswa, diharapkan kompetensi mahasiswa dapat dicapai. Kompetensi mahasiswa bagi mahasiswa yang berkompenten dapat menjadi sarana dan peluang untuk menunjukkan kualita di Prodi D – III Kebidanan SUKAWATI Lawang Malang.
commit to user