BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah menjadi kebutuhan mendasar bagi semua orang, apalagi di zaman yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan penilaiannya, keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan. Sekolah dianggap sebagai tempat kedua untuk mendapatkan pendidikan setelah pendidikan pertama adalah dirumah dan orangtua. Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain (Zakiyah, 2010). Menurut Hurlock (2002) awal masa remaja berlangsung kira-kira tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa, Dimana salah satu tugas dari perkembangan remaja adalah menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja. Siswa SMP merupakan masa awal remaja dimana mereka masih mencari jati diri, remaja akan mengikuti apa yang telah dilihatnya dan mencoba merealisasikan dalam aktivitasnya. Remaja juga tidak terlepas dari keharusan untuk belajar. Namun, Dalam proses belajar tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam pengaturan waktu belajar dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah atau masalah akademis. Menurut Zakariya, (dalam Gufron, 2003) anak-anak usia sekolah dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA), cenderung
1
2
mengisi waktu dengan bermain dan menonton televisi daripada belajar. Semangat belajar mereka semakin lama semakin menipis, dan kalah dengan keinginan untuk bermain. Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, dalam bentuk sikap dan nilai positif. Menurut Slameto (1995) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan tugas utama seorang siswa, namun tidak
semua siswa memiliki pengelolaan belajar yang baik, khususnya dalam pengelolaan waktu, Pengelolaan waktu belajar yang kurang baik menyebabkan siswa sering melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. Perilaku menunda tugas-tugas akademik ini disebut dengan prokrastinasi akademik. Suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas, dengan jenis penundaan yang dilakukan pada tugas yang penting, penundaan tersebut tidak bertujuan, dan bisa menimbulkan akibat negatif (Ramdhani, 2013) Ghufron dan Risnawita (2012) mengatakan bahwa prokrastinasi akademik dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu dan faktor di luar diri individu salah satunya adalah kondisi lingkungan terutama lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang rendah pengawasan merupakan suatu kondisi dimana norma-norma dan aturan kurang begitu ditegakkan. Hal tersebut membuat
3
kesempatan siswa untuk berada pada lingkungan kondusif yang dibutuhkan untuk belajar dan mengerjakan tugas semakin berkurang, pengaruh teman sebaya, cara guru dalam mengajar atau perlakuan guru juga menjadi salah satu faktor penyebab prokrastinasi akademik siswa (Candra, 2014). Sari (2013) mengatakan bahwa sikap, metode cara mengajar guru dan stres terhadap guru yang dialami siswa dapat berpengaruh pada perilaku prokrastinasi akademik siswa. Siswa yang merasa nyaman dan tidak tertekan dengan sikap gurunya akan efektif meningkatkan waktu dalam mengerjakan tugas, hadir di sekolah, mengurangi kelambanan, dan menunda-nunda tugas maupun belajar. Pelajar yang merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekolahnya terutama sikap yang diberikan oleh guru disekolah tidak akan mampu mengurangi prokrastinasi akademiknya. Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa pencapaian hasil pendidikan sangat tergantung pada guru. Guru sebagai pendidik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Guru yang berbakat ditandai dengan kemampuannya dalam menggunakan metode mengajar, mengatur waktu, disiplin, ramah, mimik yang selalu menarik dan simpati (Jamil dan Sahidin, 2013). Disiplin adalah sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan, norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab serta keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mempengaruhi, mengubah, membina, membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan dan di ajarkan dalam mencapai tujuan pendidikan (Tu’u, 2004).
4
Bila disiplin telah dimiliki oleh guru dalam proses pembelajaran maka akan tercermin pada perasaan guru terhadap pekerjaannya, kondisi inilah yang sangat di inginkan oleh sekolah, karena keberhasilan suatu sekolah dalam menjalankan aktivitas tergantung dari kedisiplinan guru yang ada dalam sekolah dan mengakibatkan siswa dapat meniru atau menjadikan guru sebagai suri tauladan sehingga belajar siswa akan meningkat dan ini memungkinkan terjadinya pengurangan prokrastinasi akademik yang terjadi di sekolah. Kebiasaan seseorang taat dan disiplin dalam melakukan sesuatu akan mendekatkan pada jenjang kesuksesan (Tu’u, 2004). Syatra (2013) mengatakan Guru merupakan suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu, dimana masyarakat menempatkannya pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai panutan atau model dalam bertingkah laku bagi anak didiknya. Apabila guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citra sebagai guru dan pada gilirannya akan merusak siswa-siswi yang dipercayakan kepadanya. Permanasari (2008), kondisi sekolah yang tidak baik juga akan mempengaruhi tindakan remaja, misalnya saja kondisi dimana sarana sekolah yang kurang, kuantitas dan kualitas guru yang tidak baik, juga dapat mengganggu proses belajar mengajar.Maka dari itu, untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan kondusif dalam mengelola kelas. Bagaimana sikap dan perilaku guru itu menjadi contoh bagi siswa. Begitu juga
5
kedisiplinan guru dalam bentuk pelaksanaan peraturan disekolah akan memberikan pengaruh pada perilaku siswanya terutama dalam mengerjakan tugas. Hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Desember 2014 didapat data 9% dari 133 orang siswa yang bersekolah di SMP N “X” Kempas menundanunda dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan guru. Penundaan merupakan salah satu kebiasaan yang sering dilakukan siswa dalam menghadapi tugas-tugas mereka. banyak siswa yang menunda pekerjaan rumah, menunda belajar untuk menghadapi ulangan harian ataupun ujian akhir semester. Menurut beberapa siswa yang telah diwawancarai mengenai disiplin guru ditemukan bahwa guru-guru menunjukkan sikap kedisiplin yang baik contohnya seperti datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas sebelum pelajaran berakhir, guru yang tidak memberikan toleransi atau memberikan punishment secara tegas setiap kali siswa terlambat maupun dengan sengaja menunda mengerjakan tugas yang diberikan. Saat guru memberi tugas, guru melakukan pengawasan didalam kelas tersebut sehingga membuat siswa menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud meneliti apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan prokrastinasi akademik siswa SMP. Sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KEDISIPLINAN GURU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMP NEGERI “X” KEMPAS.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri X Kempas?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini bermaksud untuk mengetahui secara empiris ada tidaknya
hubungan
persepsi
siswa
terhadap
kedisiplinan
guru
dengan
prokrastinasi akademik pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri “X” Kempas.
D. Keaslian Penelitian Penelitian terkait yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai prokrastinasi akademik antara lain yaitu : penelitian yang dilakukan oleh M. Nur Gufron (2003) mengenai “Hubungan Kontrol Diri Dan Persepsi Remaja Terhadap Penerapan Disiplin Orangtua Dengan Prokrastinasi Akademik” penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaanya terletak pada subjek penelitian, metode pengambilan sampel dan juga variabel X pada penelitian ini. Namun, persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengukur Prokrastinasi akademik. Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Meirina Dian Mayasari, dkk. (2010) mengenai “Hubungan Antara Persepsi Mahasiswa Terhadap Metode
7
Pengajaran Dosen dengan Kecenderungan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Hang Tuah Surabaya”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan.penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel X, tetapi penelitian ini memiliki persamaan yaitu sama-sama mengukur prokrastinasi akademik. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Novita Sari (2013) mengenai “Hubungan Antara Stres Terhadap Guru dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta” penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel X, tetapi sama-sama mengukur prokrastinasi akademik dan menggunakan teori dari Ferrari, dkk. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara stres guru dengan prokratinasi akademik pada siswa SMA. Ini menunjukkan semakin tinggi stres terhadap guru maka semakin tinggi prokrastinasi akademik yang dilakkan oleh siswa, sebaliknya semakin rendah stres terhadap guru maka semakin rendah pula prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Puput Ramdhani (2013) yang berjudul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Smp Negeri 2 Anggana” penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, perbedaanya terletak pada subjek penelitian, metode pengambilan sampel dan juga variabel X pada penelitian ini. Namun, persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengukur Prokrastinasi akademik.
8
Dari penelitian-penelitian di atas maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini benar hasil pemikiran dari peneliti sendiri. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi pendidikan terutama mengenai hubungan
persepsi siswa terhadap kedisiplinan guru dengan
prokrastinasi akademik pada siswa sekolah menengah pertama. 2. Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Terutama pada guru dan siswa, agar dapat memberikan masukan untuk meningkatkan disiplin yang baik sehingga dengan adanya disiplin yang baik dapat mengurangi atau bahkan mencegah prokrastinasi akademik siswa disekolah.