BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan menggunakan bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa terbagi menjadi dua, yaitu lisan dan tulis. Keterampilan berbahasa Lisan yakni menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis yakni membaca dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut keterampilan menulislah yang dianggap paling sukar. Menulis adalah keterampilan berbahasa untuk berkomunikasi dengan secara tidak langsung, yakni dengan tanpa berhadapan langsung dengan lawan bicara atau orang yang diajak berkomunikasi. Menulis merupakan bagian dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama di sekolah. Menurut Heaton dalam Slamet (2008: 96) sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Oleh karena itu, keterampilan menulis dikuasai seseorang sesudah menguasai keterampilan berbahasa yang lain. Menurut Solehan, dkk (2008: 94) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Solehan juga menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan bawaan sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Kaitannya dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kemampuan menulis yang baik tanpa banyak latihan. Akan tetapi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik juga berpengaruh terhadap kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam suatu proses pembelajaran mestinya terjadi beberapa interaksi yang melibatkan beberapa unsur yang menjadi bagian dari pembelajaran itu sendri, yakni adanya hubungan antara siswa, guru, sumber belajar, media pembelajaran dan unsur penunjang kegiatan pembelajaran yang lain, dimana hubungan itu mengakibatkan satu sama lain saling mempengaruhi. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sering terjadi kendala ataupun hambatan pada salah satu unsur
1
2
kegiatan pembelajaran, misalnya siswa yang kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan, penggunaan media, model, ataupun metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi kemudian tidak adanya motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa,. Faktor-faktor tersebut bisa saja mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan menjadi kendala dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar tidak tercapai. Sama halnya dengan menulis aksara Jawa. Tak sedikit dari mereka yang hanya berkeinginan mendapatkan nilai yang bagus, agar bisa lulus di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) tanpa mempertanggungjawabkan dari mana nilai yang mereka peroleh, atau mungkin dengan alasan agar sama dengan teman-teman yang lainnya yang memliki kompetensi bagus dalam pembelajaran bahasa Jawa. Dengan didasari rasa seperti itu, tentunya sulit bagi mereka mempelajari mata pelajaran bahasa Jawa khususnya menulis aksara Jawa. Faktor lain yang menyebabkan banyak siswa yang sulit mempelajari aksara Jawa ialah dikarenakan kemampuan menulis siswa yang masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis siswa itu tentunya berhubungan dengan pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang menarik bagi siswa untuk mengikutinya. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa dari lahir. Penyebab lain dari terbatasnya kemampuan siswa dalam menulis adalah guru kurang kreatif dalam memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran. Dalam hal ini kreativitas guru sangat dibutuhkan dalam memilih media dengan metode yang tepat untuk siswa. Guru dapat melakukan pengembangan keterampilan menulis siswa dengan mengembangkan caranya mengajar, bahan ajar, metode, dan media pembelajaran yang dipilih sebaiknya dipertimbangkan dengan masalah kebutuhan, minat, dan perhatian siswa serta lingkungan kehidupan mereka. Permasalahan yang ada dari pihak guru tidak terbatas dari hal itu saja. Cara tradisional masih digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya menggunakan penyampaian materi dengan metode ceramah. Dengan demikian siswa kurang mendapatkan praktik
3
secara langsung. Hal tersebut mengakibatkan siswa cenderung pasif dan merasa bosan dengan proses pembelajaran. Pengamatan
yang intensif
terhadap
kegiatan pembelajaran
tentu
diperlukan untuk mengetahui letak masalah dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pengamatan terinci akan diketahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan yang maksimal, yaitu tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan jerih payah dari masing-masing individu itu sendiri. Pembelajaran
menulis merupakan salah satu pembelajaran
yang
membutuhkan perhatian khusus, karena terkadang siswa merasa sungkan untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan. Permasalahan dalam pembelajaran menulis yang terjadi di setiap sekolah tentunya berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya deskripsi nyata proses pembelajaran menulis di sekolah, untuk mencari gambaran pembelajaran menulis yang ideal sesuai KTSP. Mulyasa (2007: 12) menjelaskan, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya. Menurut Muslich (2007: 30) di dalam KTSP, telah dielaskan struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada dasar dan menengah tertuang dalam Standar Isi, yang dikembang dari kelompok mata pelajaran yakni; 1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4) kelompok mata pelajaran estetika; dan 5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Disamping itu, materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 423.5/5/2010 Tanggal 27 Januari 2010 yang menetapkan bahwa bahasa Jawa termasuk dalam mata pelajaran muatan lokal. Kurikulum mata pelajaran bahasa Jawa disusun berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan
4
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Muslich juga menambahkan, muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan. Bahasa Jawa yang notabene termasuk mata pelajaran muatan lokal, tetapi pada hakikatnya juga termasuk pelajaran bahasa. Oleh karena itu secara tidak langsung pembagian pelajaraan bahasa Jawa dibagi berdasarkan keterampilan berbahasa, yakni menyimak (mendengarkan), berbicara, membaca, dan menulis. Khusus untuk kompetensi menulis pada kelas VIII SMP memuat beberapa KD seperti: menulis keterampilan hidup, menulis laporan kunjungan ke suatu tempat, menulis paragraf beraksara Jawa yang terdiri atas lima sampai tujuh kalimat. Pembelajaran
di
SMP bisa
diamati
sebagai
salah
satu contoh
pembelajaran bahasa Jawa yang telah disesuaikan dengan kurikulum. Penulis berpendapat tentunya terdapat strategi khusus yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan dan mengembangkan keterampilan menulis kepada peserta didiknya, terutama pada pembelajaran menulis paragraf aksara Jawa. Berdasarkan dari uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penulisan mengenai strategi pembelajaran keterampilan menulis yang dilakukan oleh guru dengan judul Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Pembelajaran Menulis Paragraf Berhuruf Jawa (Studi Kasus Kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri).
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penulisan ini dirumuskan sebagai berikut. 1.
Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa yang dilakukan oleh guru bahasa Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri?
2.
Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa yang dilakukan oleh guru bahasa Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri?
3.
Apakah kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri?
4.
Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri?
C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut. 1. Perencanaan pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa yang dilakukan oleh guru bahasa Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri. 2. Pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa yang dilakukan oleh guru bahasa Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 1 Wonogiri. 3. Kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri.
6
4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa sesuai dengan KTSP di kelas VIII C SMP Negeri 6 Wonogiri.
D. Manfaat dan Hasil Penulisan 1. Manfaat Teoretis Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis sesuai KTSP di SMP. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Hasil penulisan ini diharapkan dapat mengetahui pengetahuan siswa pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa dan meningkatkan kemempuan siswa dalam menulis paragraf beraksara Jawa. b. Bagi Guru Hasil
penulisan
ini
dapat
dijadikan
sebagai
referensi
peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pelaksanaan pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa sesuai KTSP. c. Bagi Sekolah Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, khususnya SMP Negeri 6 Wonogiri dalam peningkatan kualitas pembelajaran menulis paragraf berhuruf Jawa sesuai KTSP. d. Bagi Penulis Lain
Hasil penulisan ini dapat dijadikan referensi bagi penulisan yang lebih lanjut dengan kajian yang sama sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan.