1
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teleradiologi muncul dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antara jumlah kebutuhan akan pelayanan radiologi yang berkualitas dengan jumlah spesialis radiologi. Pertumbuhan jumlah kebutuhan akan layanan radiologi pertahun meningkat sebanyak sepuluh persen sedangkan penambahan jumlah spesialis radiologi hanya dua persen per tahun (Express Healthcare, 2012). Teleradiologi merupakan suatu metode yang mempunyai beberapa keunggulan yang dapat menjembatani kesenjangan antara kebutuhan dan jumlah spesialis radiologi tersebut. Menurut American College of Radiology (ACR) teleradiologi adalah transmisi elektronik gambar radiologi pasien seperti foto polos, computed tomography (CT) scan dan magnetic resonance imaging (MRI) dari satu tempat ke tempat lain untuk tujuan interpretasi dan atau konsultasi (ACR, 2012). Standar teknik American College of Radiology (ACR) untuk teleradiologi memperkenankan penggunaan teknik
kompresi
data
reversible
maupun
irreversible untuk meningkatkan kecepatan transmisi dan mengurangi kebutuhan ruang untuk penyimpanan data. Walaupun demikian, teleradiologi harus selalu dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis yang berpengalaman. Pada teleradiologi, hilangnya informasi akibat kompresi tidak boleh menurunkan
1
2
kualitas image secara bermakna untuk keperluan klinis diagnostik. Isu penting dalam teleradiologi adalah kemungkinan hilangnya informasi pada medical image yang diinterpretasi oleh spesialis radiologi penerima (Kumar dan Krupinski, 2008). Terdapat banyak keuntungan teleradiologi yang dapat meningkatkan kemampuan spesialis radiologi dalam menginterpretasi image radiologi, salah satunya adalah berkurangnya waktu yang dibutuhkan untuk transmisi medical image ke konsultan radiologi sehingga dapat mempercepat penanganan pasien. Isu penting lainnya dalam teleradiologi adalah spesialis radiologi dapat kehilangan informasi klinis pasien yang tidak tertulis dan tidak ditransmisikan bersama medical image (Kumar dan Krupinski, 2008). Evaluasi radiologi pada trauma dan penyakit ortopedi menjadi fokus pada beberapa penelitian tentang teleradiologi yang telah dilakukan, tetapi secara umum mengindikasikan bahwa spesialis radiologi kurang akurat dalam menginterpretasi medical image digital yang ditransmisikan dibanding dengan film radiologi asli (Siegel dan Kolodner, 2006). BlackBerry (BB) dan layanan push email BB ketersediaannya tinggi dan membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibanding instalasi sistem Picture Archiving and Communicating System (PACS). Selain itu ketersediaan jaringan internet merupakan peluang untuk mengoptimalkan mobile teleradiologi melalui push email BB. Dari keunggulannya, teleradiologi merupakan suatu metode yang menjanjikan di masa depan, akan tetapi terdapat beberapa masalah penting yang
2
3
harus diperhatikan agar pelayanan yang diberikan tetap memenuhi kualitas yang dibutuhkan. Teleradiologi diharapkan dapat membantu pasien dan bukan menyebabkan keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan (Siegel dan Kolodner, 2006). Salah satu kasus kegawatdaruratan yang sering dijumpai dalam praktik sehari-hari adalah trauma tulang.
B. Perumusan Masalah Kesenjangan antara jumlah spesialis radiologi dengan kebutuhan pelayanan radiologi yang bermutu menyebabkan teleradiologi dapat menjadi metode yang menjanjikan. Untuk tujuan tersebut, teleradiologi harus memenuhi syarat
tertentu agar pasien mendapat pelayanan dengan kualitas yang sama
dengan yang didapatkan langsung dengan pembacaan hard copy medical image asli. Dengan menggunakan teleradiologi kasus-kasus kegawatdaruratan dapat ditangani segera sehingga mengurangi komplikasi akibat keterlambatan. Salah satu kasus kegawatdaruratan yang sering dijumpai dalam praktik sehari-hari adalah trauma tulang. Salah satu isu penting dalam teleradiologi adalah kualitas gambar. Dalam teleradiologi, karena keterbatasan ketersediaan sistem PACS dan kemampuan jaringan internet yang terbatas maka data yang dikirim tidak jarang mengalami kompresi dan re-sizing terlebih dahulu. Kompresi dan re-sizing data untuk mengurangi ukuran file digital image untuk tujuan mempercepat transmisi data dan mengurangi ruang penyimpanan data akan mempengaruhi kualitas medical image digital dibandingkan dengan hard copy medical image asli (Berger dan Cepelewicz, 1996). 3
4
Kualitas gambar merupakan pilar utama untuk memberikan kualitas pelayanan yang prima. Kualitas gambar yang baik dapat membantu spesialis radiologi untuk membuat diagnosis yang tepat. Kualitas medical image digital yang baik pada teleradiologi ditentukan oleh rasio kompresi yang dilakukan terhadap medical image digital aslinya. ACR memberikan batasan file medical image digital minimal 512 x 512 matrix size 8 bit pixel depth pada teleradiologi untuk semua jenis pencitraan. Ukuran layar monitor dalam inch yang digunakan untuk interpretasi image radiology menentukan ukuran satuan pixel pada layar monitor. Semakin besar layar maka pixel akan semakin besar dan kepadatan pixel berkurang, gambar menjadi tidak detail tetapi ukuran image menjadi besar. Pada layar monitor yang kecil, ukuran satuan pixel menjadi lebih kecil, jarak antara satu pixel ke pixel lain berkurang sehingga image menjadi lebih detail tetapi ukurannya kecil. Di Indonesia, masih terdapat masalah koneksi internet yaitu kecepatannya tidak optimal, sehingga besarnya ukuran file akan mempengaruhi kecepatan transmisi image digital pada teleradiologi. Belum ada standar besar ukuran file medical image digital minimal untuk masing-masing jenis pencitraan. Selain itu belum ada ketentuan untuk besar layar yang digunakan pada teleradiologi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh ukuran image digital dalam kilobyte dan dimensi pixel dan ukuran layar monitor yang digunakan untuk interpretasi terhadap error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis fraktur tulang.
4
5
C. Pertanyaan Penelitian 1.
Apakah terdapat perbedaan error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis fraktur tulang dan normal antara medical image digital ukuran (kb dan pixel) kecil, sedang dan besar yang ditransmisikan melalui push email BB?
2.
Apakah terdapat perbedaan error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis fraktur tulang dan normal antara medical image digital yang ditransmisikan melalui push email
BB dan diinterpretasi oleh spesialis
radiologi menggunakan layar monitor berukuran kecil, sedang dan besar? 3.
Apakah terdapat perbedaan besar pengaruh terhadap error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis antara ukuran file (kb dan pixel) dengan ukuran layar monitor yang digunakan untuk interpretasi.
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum: Mengetahui error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis antara file digital ukuran kilobyte dan dimensi pixel kecil, sedang dan besar serta ukuran layar monitor untuk interpretasi kecil, sedang dan besar untuk mendiagnosis fraktur tulang dan normal.
2.
Tujuan Khusus: Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Membandingkan perbedaan error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis fraktur dan normal antara medical image digital hasil reproduksi digitalisasi menggunakan kamera BB yang 5
6
ditransmisikan melalui push email BB ukuran (kb dan dimensi pixel) kecil, sedang dan besar. b. Membandingkan perbedaan error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis fraktur tulang dan normal di antara layar monitor ukuran
kecil,
sedang
dan
besar
yang
digunakan
untuk
menginterpretasi medical image digital hasil reproduksi digitalisasi menggunakan kamera BB yang dikirim melalui push email BB. c. Membandingkan besar pengaruh terhadap error rate, sensitifitas, spesifisitas dan akurasi diagnosis antara ukuran file (kb dan dimensi pixel) dengan ukuran layar monitor yang digunakan untuk interpretasi.
E. Manfaat Penelitian 1.
Bagi ilmu pengetahuan bermanfaat sebagai sarana pembuktian ilmiah kemampuan BlackBerry dan komputer tablet sebagai sarana mobile teleradiology.
2.
Bagi pelayanan rumah sakit dapat bermanfaat sebagai dasar pengembangan teleradiologi sehingga kasus-kasus kegawatdaruratan dapat memperoleh penanganan dengan cepat dan tepat.
3.
Untuk keperluan konsultasi, diskusi maupun interpretasi dalam praktek sehari-hari antara residen dengan konsulen maupun antara konsulen, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan teknik transmisi file digital, ukuran file digital dan spesifikasi layar monitor yang digunakan. 6
7
F. Keaslian Penelitian Peneliti belum menemukan penelitian yang sama dengan penelitian ini, peneliti hanya menemukan beberapa jurnal yang mirip. Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti, tahun
Larson et al. (1998)
Scott Jr et al. (1993)
Yoshino dan Carmody, (1992)
Subyek 36 foto polos thorax normal, 48 foto polos thorax tidak normal, 29 foto polos tulang normal dan 26 foto polos tulang tidak normal. Subjek dipilih berdasarkan ketidakjelasan gambaran radiologis. (Nodul, pneumothorax, penyakit interstisial pulmo, fraktur)
120 film hard copy dan 120 gambar digital yang ditransmisikan
foto polos 25 pasien dengan fraktur vertebra cervicalis dan 25 pasien tanpa fraktur
Perbandingan
Hasil
Membandingkan foto polos thorak dan skeletal konvensional gambar yang digitisasi dari foto polos yang sama, dibandingkan kualitas gambar dan akurasi diagnosis penyakit yang tersembunyi
Sensitifitas untuk mendeteksi nodul, pneumothoraks, dan penyakit interstitial pulmo pada foto thorax digitisasi berturut-turut 80%, 75%, dan 90% dibandingkan dengan 62%, 79%, and 92%, secara bertutur-turut pada foto polos asli. Sensitifitas deteksi fraktur pada foto polos tulang digitisasi adalah 87% : 88% foto polos analog. Tidak berbeda bermakna.
kemampuan spesialis radiologi yang berada dalam masa pelatihan dalam mendeteksi fraktur tersembunyi (subtle fracture).
Gambar didigitalisasi pada resolusi 2048 x 2048 ditransmisi tanpa kompresi dengan gambar hard copy
7
120 film dianggap sulit oleh seorang spesialis radiologi ortopedi, dianggap mempunyai tingkat kesulitan sedang dan sangat sulit, akurasi rata-rata untuk mendeteksi fraktur secara bermakna lebih rendah untuk gambar yang ditransmisikan dibanding gambar hard copy aslinya Kurva ROC dua dari empat orang spesialis radiologi secara bermakna lebih rendah pada gambar yang ditransmisikan dibanding film konvensional.
Perbedaan dan persamaan Perbedaan: subjek penelitian, transmisi, ukuran file (kilobyte dan pixel size) serta ukuran layar monitor. Persamaan: membandingkan film konvensional dengan film digital, reproduksi digitalisasi
Persamaan: membandingkan image digital dan hard copy pada fraktur tulang. Perbedaan: ukuran file (kylobite dan pixel size) dan metode transmisi.
Perbedaan: subjek penelitian, reproduksi digitalisasi, ukuran image digital, metode transmisi Persamaan: membandingkan image digital dengan hard copy, transmisi