1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Proses menua tidak dapat dihindari dari kehidupan. Indonesia saat ini termasuk lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usia (lansia), yaitu mencapai 18,04 juta jiwa pada 2010 atau mencapai 9,6 persen (Republika, 2012). Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2011 sekitar 24 juta jiwa atau hampir 10 persen jumlah penduduk (Kompas, 2012). Adapun di Kabupaten Sleman jumlah penduduk pra lansia (45-59 tahun) sejumlah 53.146 jiwa dan penduduk lansia (>60 tahun) ada 55.967 jiwa, dari total penduduk sebanyak 1.090.567 jiwa (Dinkes, 2011). Jumlah penduduk lansia yang tinggi perlu mendapat perhatian serius di bidang kesehatan karena lansia rentan terhadap penyakit. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari berbagai sel, jaringan, organ dan sistem yang ada pada tubuh. Hasil penjaringan di posyandu lansia di Kabupaten Sleman Yogyakarta persentase tertinggi didapatkan kasus hipertensi sebanyak 39,65%, diabetes melitus 5,29%, gangguan mental 2,96%, anemia 1,98%, gagal ginjal 0,14% serta penyakit lain 24,11 (Dinkes, 2011). Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering dan banyak dijumpai pada lansia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai
2
31,7% (Depkes, 2010). Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia (Tambayong, 2000). Pada usia 55-64 tahun terdapat 50% penderita hipertensi dan prevalensinya menjadi lebih meningkat sekitar 60% pada usia 65-74 tahun (Vitahealth, 2004). Hipertensi merupakan faktor resiko yang penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler terutama penyakit jantung koroner, dekompensasi jantung kongestif dan terjadinya stroke (Sutjitro, 1987). Seseorang yang menderita hipertensi mungkin akan menjadi cemas dikarenakan penyakit hipertensi memerlukan pengobatan yang lama, mempunyai banyak komplikasi dan dapat memperpendek usia. Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart dan Sundeens, 1998). Sebuah penelitian di Italia didapatkan hasil bahwa terdapat level kecemasan tinggi yang signifikan pada lansia dengan mild systolic hypertension dibandingkan kelompok lansia normotensive (Cicconetti dan Ettorre 1998). Penelitian lain juga didapati hasil yang sama yaitu terdapat skor kecemasan tinggi secara signifikan pada kelompok baru yang baru didiagnosa hipertensi dibandingkan kelompok yang tidak hipertensi (Bajkó et al. 2012). Kecemasan akan menimbulkan masalah tambahan yang dapat memperburuk kondisi seseorang dengan hipertensi. Stres yang menimbulkan kecemasan mempercepat denyut jantung, meninggikan daya pompa jantung dan
tekanan
darah,
serta
menimbulkan
kelainan
pada
ritme
dan
3
elektrokardiogram (Maramis, 1986). Faktor psikologik mulai dari ketegangan emosi yang ringan sampai dengan suatu nerosa yang hebat dapat menyebabkan vasokontriksi dan bila keadaan ini berlangsung lama maka akan terjadi fiksasi pada hipertensi (Maramis, 1986). Tekanan darah lebih tinggi telah dihubungkan dengan peningkatan stres, yang timbul dari tuntutan pekerjaan, hidup dalam lingkungan kriminal yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan pengalaman yang mengancam nyawa (Kaplan dan Stamler, 1994). Pasien yang mempunyai predisposisi genetik, stres psikososial kronis mungkin berperan penting dalam timbulnya hipertensi (Tomb, 2004). Ansietas dapat mememegang peran penting dibandingkan depresi dalam perkembangan hipertensi (Bajkó et al., 2012). Oleh karena tingginya angka hipertensi dan berpotensi untuk
mengalami
kecemasan,
maka
memerlukan
adanya
penanganan yang holistik termasuk penanganan terhadap kejiwaan. Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan psikologis dapat melalui musik. Terapi musik dalam kedokteran disebut sebagai terapi pelengkap atau complementary medicine (Halim, 2003). Suasana hati yang disebabkan oleh musik dapat merubah konsentrasi, persepsi dan memori serta mempengaruhi
keputusan
seseorang
terhadap
kondisi
mental
dan
emosionalnya (Djohan, 2009). Musik secara umum mampu membantu seseorang untuk meningkatkan konsentrasi, menenangkan pikiran, musik membentuk nuansa ketenangan dan membantu seseorang melakukan meditasi. Beberapa penelitian lain telah dilakukan terkait musik dan kecemasan menunjukkan musik mempengaruhi tingkat kecemasan pada pasien jantung
4
koroner (Lee et al., 2011), pasien preoperative (Bradt dan Dileo, 2009) dan pada mahasiswa keperawatan yang menghadapi ujian (Lai et al., 2008). Beberapa penelitian pemberian intervensi terapi musik seringkali menggunakan musik klasik dan jarang sekali menggunakan alat musik tradisional terutama tradisional sesuai dengan demografi tempat penelitian dilakukan (Djohan, 2006). Saat ini mulai dikembangkan alat musik tradisional untuk digunakan sebagai kajian terapi musik, seperti gamelan dan barok (Djohan, 2001). Penelitian Djaafar (2002) menunjukkan bahwa pemberian musik gamelan dapat menurunkan respon kecemasan pada bayi yang diimunisasi. Musik yang mempunyai irama beraturan salah satunya yaitu irama musik tradisional jawa. Irama musik tradisional Jawa dapat memperbaiki semangat hidup (Lestari et al., 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Djohan (2009) menyatakan bahwa melalui stimuli musik Jawa yang diperdengarkan (1 gending laras slendro nem dan 1 laras pelog lima) mendapat respon yang menyenangkan berupa rasa lega, senang, gembira, tenang, damai, nyaman, bersyukur, ringan, terharu, bahagia dan bersemangat. Studi pendahuluan telah dilakukan dan didapatkan data bahwa jumlah lansia yang terdata di posyandu lansia Kusumasari Blimbingsari Yogyakarta cukup banyak yaitu sekitar 48 lansia dan 28 lansia mengalami hipertensi atau melebihi 50% dari total lansia. Ada beberapa lansia menderita hipertensi hingga menimbulkan stroke. Hasil wawancara kepada 2 lansia diperoleh informasi bahwa mereka suka mendengarkan musik namun jarang dilakukan. Terapi musik Jawa juga belum pernah dilakukan dilakukan di posyandu
5
tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh musik Jawa terhadap kecemasan yang dialami oleh lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Kusumasari, Blimbingsari Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh terapi musik Jawa terhadap kecemasan lansia yang mengalami hipertensi di Posyandu Lansia Kusumasari Blimbingsari Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik Jawa terhadap kecemasan pada lansia yang mengalami hipertensi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kecemasan pada lansia yang mengalami hipertensi. b. Mengetahui perubahan kecemasan setelah dilakukan intervensi musik Jawa pada lansia yang mengalami hipertensi. c. Mengetahui perbedaaan kecemasan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
6
D. Manfaat a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan mengenai penggunaan terapi musik Jawa dalam penanganan kecemasan pada lansia dengan hipertensi. b. Manfaat praktis 1. Instansi pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan perawatan dalam mengatasi kecemasan yang terjadi pada pasien lansia dengan hipertensi. 2. Profesi keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan musik dan kecemasan pada lansia dengan hipertensi. 3. Lansia penderita hipertensi yang mengalami hipertensi Hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh lansia penderita hipertensi sebagai teknik untuk menghadapi kecemasan yang dialaminya.
E. Keaslian Penelitian Adapun beberapa penelitian lain yang berhubungan dengan musik dan kecemasan adalah: 1. Sidabutar (2007), dengan judul “Hubungan Kecemasan dengan Hipertensi pada Usia Lanjut”. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional.
7
Subyek penelitian adalah pasien hipertensi di RSUP Dr. Sardjito Poliklinik Penyakit Dalam. Jumlah sampel berjumlah 80 orang yang terdiri dari 40 penderita hipertensi dan 40 bukan penderita hipertensi. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari kecemasan sebagai variabel independen dan hipertensi sebagai variabel dependen. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan instrumen penelitian yang digunakan adalah Taylor Manifest Anxiety Skill (TMAS). Data dianalisis dengan uji regresi linear berganda dan uji one way Anova. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecemasan dengan hipertensi pada usia lanjut dan pada kelompok kontrol tidak terdapat hubungan yang bermakna. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel, tempat penelitian, jenis penelitian. Penelitian yang akan dilakukan akan melihat pengaruh intervensi musik terhadap kecemasan pada lansia dengan hipertensi. Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah quasi eksperimental dengan menggunakan randomized pretest-posttest control group design. 2. Djaafar (2002), dengan judul “Pengaruh Musik Gamelan terhadap Respon Kecemasan Bayi pada saat immunisasi di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan metode praeksperimen dengan perbandingan kelompok kontrol, dengan rancangan post test-only design. Subjek penelitian adalah bayi umur 3-6 bulan yang diberi imunisasi DPT II di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Sardjito. Jumlah sampel 60 responden dengan perincian 30 respoden
8
sebagai kelompok eksperimen dan 30 responden sebagai kelompok kontrol. Analisis menggunakan uji-t (t-test). Penelitian ini terdiri dari pemberian musik sebagai variabel independen dan kecemasan sebagai variable dependen. Hasil penelitiannya adalah pemberian musik pada bayi yang diimunisasi berpengaruh terhadap penurunan cemas. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabeldependen dan variabel independen yaitu sama-sama menggunakan musik sebagai intervensi dan kecemasan sebagai variabel dependen. Perbedaan terletak pada subyek, rancangan, dan tempat penelitian. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan randomized pretest-posttest control group design dengan lansia yang hipertensi sebagai subyek penelitian. 3. Lestari et al. (2009), dengan judul “Pengaruh Musik Tradisional Jawa Terhadap Penurunan Skor Depresi Pada Lanjut Usia”. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan signifikan antara skor depresi sebelum dan sesudah diberikan irama musik tradisional Jawa pada kelompok yang mendapat irama musik tradisional Jawa. Persamaan terletak pada variabel independen yaitu menggunakan musik sebagai intervensi. Perbedaan penelitian terletak pada variabel dependen, jenis penelitian, rancangan penelitian, dan teknik pengambilan sampel. Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian quasi
9
eksperimental, rancangan randomized pretest-posttest control group design dengan teknik pengambilan sampel simple randomized sampling. 4. Hati (2010), dengan judul “Pengaruh Musik Klasik dan Musik Jawa terhadap Fungsi Kognitif pada Penderita Stroke Iskemik Akut.” Penelitian ini menggunakan rancangan kohort prospektif eksperimental. Desain uji klinis yang digunakan adalah desain paralel dan desain menyilang (crossover design). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling lalu dirandomisasi untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sampai tercapai jumlah sampel yang ditentukan. Subyek penelitian ini adalah pasien stroke iskemik akut di rawat inap RSUP Dr. Sardjito. Jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 28 untuk tiap kelompok. Variabel tergantung (dependen) pada penelitian ini adalah fungsi kognitif pada penderita stroke iskemik akut. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah musik yaitu musik klasik dan musik gamelan Jawa Tengah. Instrumen yang digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paparan musik jawa dapat memperbaiki domain atensi pada fungsi kognitif. Paparan musik jawa maupun klasik dapat memperbaiki fungsi kognitif lebih besar daripada kelompok kontrol yang tidak diperdengarkan musik. Perbedaan penelitian terletak pada variabel, responden dan rancangan penelitian yang digunakan. Penelitian ini menggunakan variabel dependen fungsi kognitif sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan
10
tingkat kecemasan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah kohort prospektif eksperimental sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan quasi eksperimental dengan rancangan randomized pretestposttest control group design. Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah penderita stroke iskemik akut sedangkan peneliti akan meneliti pada lansia dengan hipertensi. 5. Lee et al. (2011), dengan judul “Effectiveness of Different Music-Playing Device for Reducing Preoperative Anxiety: a Clinical Control Study”. Desain penelitian ini menggunakan randomized controlled clinical study. Sampel penelitian adalah pasien usia antara 20-65 tahun yang menunggu operasi tanpa premedikasi. Instrumen untuk mengukur kecemasan menggunakan visual analoque scale (VAS) dan variasi denyut jantung. Hasil penelitian ini menunjukkan ada penurunan kecemasan pada kelompok intervensi secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Persamaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu menggunakan musik sebagai intervensi dan kecemasan sebagai variabel dependen. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada subyek, jenis penelitian, rancangan dan tempat penelitian. 6. Zaniniet al. (2008) berjudul “Music Therapy Effects on the Quality of Life and the Blood Pressure of Hypertensive Patients”. Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan mengunakan rancangan penelitian pretest – posttest control group design. Sampel yang digunakan berjumlah 23
11
pasien lansia dengan hipertensi untuk setiap kelompok. Uji statistik yang digunakan dengan menggunakan Student T-test dan Wilcoxon test. Penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan.Persamaan terletak pada sasaran yaitu sama-sama pada lansia dengan hipertensi. Perbedaan terletak pada jenis musik, tempat dan variabel penelitian.