1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab utama kematian di negara berkembang disebabkan berbagai faktor (Jong, 2005; Lubis and Hasnida, 2009). Berdasarkan tinjauan medis kanker dapat terjadi akibat ketidakseimbangan antara proliferasi dan kematian sel yang akhirnya berkembang, menyerang jaringan sekitar, dan mampu bermetastasis ke tempat yang lebih jauh (Ruddon, 2007). Kemampuan kanker untuk dapat berkembang dan bermetastasis membutuhkan adanya pembentukan pembuluh darah baru. Proses pembentukan pembuluh darah baru disebut angiogenesis (Griffioen and Molema, 2000). Angiogenesis yang terbentuk pada perkembangan sel kanker, disebabkan karena sel kanker mensekresikan growth factor. Salah satu growth factor yang bersifat proangiogenik yaitu basic Fibroblast Growth Factor (bFGF) (Tannock et al., 2005). Growth factor bFGF akan menstimulasi migrasi, proliferasi, dan menyebabkan aktivasi enzim proteolitik dari sel-sel endotel sehingga menyebabkan terbentuknya angiogenesis (Villaschi and Nicosia, 1993). Dengan adanya angiogenesis maka akan mensuplai nutrien dan oksigen untuk keberlangsungan proses metabolisme sel kanker (Carmeliet, 2003). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kanker, misalnya melalui metode kemoterapi yang mampu menghambat pertumbuhan sel kanker. Selain manfaat yang didapatkan, penggunaan metode kemoterapi ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sel normal (Mustarichie et al., 2011). 1
2
Adanya dampak negatif akibat pengobatan menyebabkan banyak dilakukan penelitian untuk mencari alternatif pengobatan, terutama menggunakan tumbuhan yang diyakini dapat menekan efek samping yang ditimbulkan (Wahyuningsih, 2010). Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penggunaan tumbuhan sebagai obat (Marques and Farah, 2009). Muntingia calabura L. atau nama yang biasa dikenal untuk tumbuhan ini adalah kersen merupakan salah satu tumbuhan yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional. Penelitian yang dilakukan oleh Zakaria et al. (2011) menunjukkan bahwa ekstrak metanolik daun M. calabura L. diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder tanin, saponin, dan flavonoid. Senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki aktivitas sebagai antiproliferatif yang diujikan terhadap sel HeLa. Nshimo et al. (1993) melaporkan bahwa flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang memiliki kemampuan sebagai antikanker. Selain itu, senyawa flavonoid memiliki kemampuan menghambat angiogenesis melalui growth factor dan jalur (pathway) yang terlibat dalam angiogenesis (Mojzisa et al., 2008 cit Garg et al., 2013). Diduga apabila ada senyawa bioaktif pada tumbuhan yang memiliki kemampuan sebagai anti-angiogenesis, maka penggunaan tumbuhan tersebut berpotensi dalam pengobatan kanker (Ribatti et al., 1997). Potensi tumbuhan sebagai agen antiangiogenik dapat diketahui dengan melakukan percobaan menggunakan membran korioalantois (MKA) embrio ayam (Liekens et al., 2010). Membran korioalantois embrio ayam merupakan salah satu media yang sering digunakan pada penelitian anti-angiogenesis (Silvia et al., 2005). Alasan pemilihan MKA karena selama perkembangan embrio ayam akan terbentuk banyak pembuluh darah yang menutupi
3
seluruh permukaan tubuh (Kubon et al., 2010). Dengan banyaknya pembuluh darah yang terbentuk, bila terjadi perubahan pada densitas pembuluh darah dapat dijadikan sebagai indikator kemampuan agen anti-angiogenesis yang diuji (Veeramani et al., 2010). Penelitian mengenai anti-angiogenesis dengan menggunakan MKA embrio ayam umumnya dilakukan secara in ovo yaitu di dalam cangkang telur. Pada penelitian ini, uji aktivitas anti-angiogenesis ekstrak metanolik daun M. calabura L. dilakukan dengan menggunakan metode kultur ex ovo. Metode kultur ex ovo merupakan metode memelihara embrio di luar cangkang pada lingkungan kultur yang tepat (Tufan et al., 2004; Kamihira et al., 2005). Pemilihan metode ini karena (1) Memudahkan saat pengamatan dan penghitungan pembuluh darah. (2) Memiliki luas bidang pandang tanpa dibatasi cangkang telur seperti pada penggunaan metode in ovo. (3) Penggunaan metode ex ovo menyebabkan permukaan MKA menjadi luas sehingga pada permukaan MKA dapat diberikan lebih dari 1 perlakuan (Luo and Redies, 2005). Salah satu pembatas penggunaan metode kultur ex ovo adalah lebih rentan terhadap kontaminasi yang dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur. Sehingga metode ini harus memperhatikan kondisi aseptik yang merupakan salah satu prasyarat keberhasilan kultur ex ovo. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak metanolik daun M. calabura L. dan manfaat senyawa aktif tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas ekstrak metanolik daun M. calabura L. terhadap angiogenesis pada membran korioalantois secara ex ovo.
4
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan pada penelitian ini adalah: 1. Apakah ekstrak metanolik daun M. calabura L. dapat menghambat angiogenesis pada MKA embrio ayam setelah diinduksi bFGF secara ex ovo? 2. Bagaimanakah struktur histologik pembuluh darah pada MKA embrio ayam yang
dipapar dengan ekstrak metanolik daun M. calabura L.?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kemampuan ekstrak metanolik daun M. calabura L. dalam menghambat angiogenesis pada membran korioalantois ayam setelah diinduksi bFGF secara ex ovo. 2. Mengetahui struktur histologik pembuluh darah pada MKA setelah dipapar dengan ekstrak metanolik daun M. calabura L.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan setelah mengetahui pengaruh ekstrak metanolik daun M. calabura L. sebagai anti-angiogenesis pada MKA embrio ayam yang diinduksi bFGF yaitu: 1. Mampu memberikan informasi baru mengenai salah satu agen terapi pada penyembuhan kanker melalui jalur penghambatan angiogenesis.
5
2. Memberi bukti ilmiah tentang aktivitas ekstrak metanolik daun M. calabura L. sebagai anti-angiogenesis sehingga akan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan mengenai agen anti-angiogenesis.