BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi pasar saham mencatat kenaikan dua digit 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa saham negara tetangga, seperti Strait Times sebesar 20.61% di periode yang sama. Di pasar obligasi, indeks harga obligasi pemerintah melalui Infovesta Government Bond Index (IGBI) pun turut mencetak kenaikan meskipun tidak seagresif kinerja pasar saham, yakni 9.07% dan masih di bawah torehan tahun 2011. Menyusul indeks pasar saham maupun obligasi, torehan kinerja reksa dana melalui indeks yang dibuat Infovesta menurut jenis saham, campuran, dan pendapatan tetap menguat meski relatif tertinggal dibanding indeks acuan masing-masing di mana indeks Reksa Dana saham (IRDSH), indeks Reksa Dana campuran (IRDCP), dan indeks Reksa Dana pendapatan tetap (IRDPT) masing-masing mencetak kinerja 10.06%, 7.59%, dan 7.72%. Dana kelolaan di luar jenis Penyertaan Terbatas dan Dollar Amerika Serikat (AS), ketiga industri Reksa Dana tersebut juga mengalami pertumbuhan, masing-masing 10.89%, 14.64%, dan 25.76% per akhir 2012 dibandingkan akhir tahun sebelumnya ditopang oleh solidnya kondisi Pasar Modal Indonesia yang menjadi basis alokasi aset portofolio serta tren Unit Penyertaan yang masih bertumbuh. Memasuki tahun 2013, baik para investor 1
maupun Manajer Investasi tampaknya kembali harus mempersiapkan strategi investasi mengingat beragam isu, baik positif maupun negatif, diperkirakan masih dapat membayangi pergerakan indeks Pasar Modal. Sejumlah sentimen dalam negeri yang menjadi tantangan, seperti peluang kenaikan inflasi domestik karena kenaikan Tarif Dasar Listrik dan Upah Minimum Propinsi yang berpengaruh pada kenaikan harga barang produksi, serta tren pelemahan kurs Rupiah terhadap Dollar AS seiring defisit neraca perdagangan domestik. Meskipun demikian, setidaknya ada harapan dari prospek fundamental ekonomi domestik yang cukup kuat karena ditopang oleh sektor Konsumsi dan Investasi yang berkontribusi lebih dari 90% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di tambah dengan rencana pemerintah untuk memperbaiki jaringan infrastruktur dalam negeri melalui program MP3EI untuk mendongkrak tingkat pertumbuhan ekonomi mencapai level 7%. Dari luar negeri, harapan masih bergantung pada prospek ekonomi tiga negara dengan ekonomi terbesar, seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China. Meskipun ancaman jurang fiskal (fiscal cliff) tampak sudah berlalu, namun kesepakatan Kongres AS yang sifatnya sementara masih berpotensi menimbulkan ketidakpastian, terutama masalah kenaikan batas utang pemerintah AS jika rencana pemangkasan anggaran ditiadakan. Dari Eropa, kondisi ekonomi juga belum pulih total di tengah bayang-bayang tingginya rasio hutang, angka pengangguran, serta defisit anggaran yang ratarata masih di bawah target maksimal meskipun sentimen tersebut tampak
2
sedikit mereda seiring persetujuan oleh Bank Sentral Eropa mengenai program pembelian obligasi di pasar sekunder untuk mengurangi krisis likuiditas pendanaan. Beruntung, kabar positif mulai bermunculan dari China, berupa indikator ekonomi yang menunjukkan perbaikan, seperti indeks manufaktur dan pertumbuhan retail sales sejak kuartal IV-2012 serta kebangkitan ekonomi dari perlambatan yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi per kuartal IV2012 naik menjadi 7.9% dan diproyeksikan bertumbuh 8.4% sepanjang 2013 oleh Bank Dunia. Selain itu, prospek industri Reksa Dana juga ditopang oleh peluang pertumbuhan dana kelolaan di tengah perbandingan jumlah investor Reksa Dana di Indonesia yang masih relatif minim, yakni sekitar 0.36% dari jumlah populasi kelas mengenah yang mencapai sekitar 45 juta jiwa. Tak hanya itu, potensi juga terlihat pada perbandingan antara total dana kelolaan industri Reksa Dana per Desember 2012 di luar jenis Penyertaan Terbatas dan Dollar AS terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Bank Umum yang masih sebesar 5.80%. Mengenai penerapan aturan baru Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), diperkirakan tidak memlik dampak yang berarti terhadap perkembangan industri Reksa Dana. Menurut penulis, melalui proses penyesuaian dan sosialisasi yang baik, kekhawatiran efek negatif secara psikologis bisa diatasi. Bahkan, hal tersebut menjadi lebih mencerminkan kewajaran dan keterbukaan pada penilaian kinerja Reksa Dana berdasarkan isi portofolio. Beberapa aturan baru tersebut, di antaranya peraturan IV.C.2 mengenai Nilai Pasar Wajar dalam Portofolio Reksa Dana di mana harga pasar wajar efek bersifat utang, seperti obligasi ditetapkan oleh
3
Lembaga Penilai Harga Efek (LPHE) dan peraturan IV.C.3 mengenai Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Terbuka di mana NAB per Unit Penyertaan Reksa Dana Pasar Uang yang sebelumnya selalu Rp1.000,- menjadi bisa bergerak sesuai dengan kinerja isi portofolionya. Bagaimana dengan potensi kinerja indeks Reksa Dana ke depan? Bercermin pada prospek tersebut, peluang kelanjutan solidnya kinerja indeks Pasar Modal, baik saham maupun obligasi yang dapat berdampak pada kinerja industri Reksa Dana masih ada, hanya saja dengan pergerakan yang diperkirakan fluktuatif. Menurut penulis, meskipun pasar saham diperkirakan rawan koreksi jangka pendek terhadap sejumlah sentimen negatif jangka pendek, namun sejumlah sektor saham yang berbasis permintaan domestik masih dapat menjadi andalan untuk menopang kinerja IHSG ke kisaran 14%15% dengan target wajar di level 4.950 sepanjang 2013. Sementara di pasar obligasi, terutama Surat Utang Negara (SUN), prospek kinerja justru diperkirakan relatif terbatas dengan kisaran 7%-7.5% seiring antisipasi terhadap potensi kenaikan inflasi domestik meskipun tren dana asing melalui kepemilikan di SUN terlihat masih bertahan di atas Rp270 triliun dengan imbal hasil (yield) SUN tenor 10 tahun yang mulai naik ke level 5.30%. Terkait proyeksi kinerja indeks acuan yang masih optimis bertumbuh, kinerja Reksa Dana pun secara rata-rata juga masih berpeluang tumbuh yang tercermin pada proyeksi kinerja indeksnya masing-masing. Sepanjang 2013, kinerja indeks Reksa Dana saham diperkirakan tumbuh sekitar 11%-15%. Kinerja indeks Reksa Dana pendapatan tetap diperkirakan
4
juga masih tetap tumbuh meskipun sedikit konservatif sekitar 5.5%-7%. Untuk kinerja kinerja indeks Reksa Dana campuran diperkirakan tumbuh sebesar 8.5%-11.5% atau berada di antara kinerja jenis saham dan pendapatan tetap karena sifat basis alokasi portofolio reksa dananya yang cenderung tersebar pada berbagai jenis instrumen investasi, seperti Saham, Obligasi, dan Pasar Uang. Demikian adalah proyeksi kinerja Reksa Dana dan semoga bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun portofolio investasi Reksa Dana di tahun 2013. Perlu diingat bahwa investor masih memiliki tugas penting, yakni menentukan jenis dan produk Reksa Dana. Bukan dari sisi kinerja historis semata, namun investor juga harus mempertimbangkan target return serta konsekuensi atas potensi resiko yang harus ditanggung. (Sumber : https://www.infovesta.com/isd/article/article14.html, di unduh 19 November 2013) Banyak masyarakat yang merasa bahwa tabungan dan deposito belum dapat di andalkan karena status bunga yang di harapkan kalah dengan inflasi yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun, dan tak dapat di pungkiri dana tabungan dan deposito dapat tergerus dengan inflasi yang ada Tabel 1.1 : Data Tingkat Inflasi Indonesia Periode tahun 2009-2013
5
Sumber : www.bi.go.id, di unduh 19 November 2013 Berbagai pilihan dalam berinvestasi yang diambil oleh para pemilik modal dapat diapresiasikan ke dalam bentuk yang berbeda-beda, antara lain adalah deposito, saham, reksadana atau berbagai instrumen investasi yang disajikan pasar modal dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda pula. Dengan berbagai kemudahan informasi untuk berinvestasi, para pemilik modal tidak hanya memilih berinvestasi pada satu instrumen saja, namun dapat mengambil beberapa instrumen tergantung dari kepemilikan modal yang dipunya. Tidak menutup kemungkinan juga adanya para investor yang memiliki kelebihan dana namun tidak memiliki informasi yang cukup atau masih belum mengetahui produk-produk investasi. Dari penjelasan yang telah di jelaskan di atas, kita harus dapat mengetahui bagaimana factor-faktor eksternal dan internal yang terjadi dapat mempengaruhi perubahan dari harga investasi terutama pada industri perbankan saat ini, yang terjadi disini para investor harus dapat memahami apa arti dari investasi sebelumnya. Menurut Eduardus Tandelilin (2010:2), “Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
6
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang”. Pada dasarnya yang menjadi tujuan para investor untuk berinvestasi ada untuk meningkatkan kesejahteraannya. Ada beberapa alasan investor untuk melakukan investasi antara lain sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa datang b. Mengurangi tekanan inflasi c. Dorongan untuk menghemat pajak Investor melalui informasi-informasi yang diperoleh dapat memilih kinerja reksadana saham atas dasar kinerja yang terbaik. Pertumbuhan pasar modal menimbulkan efek domino terhadap minat investor untuk berinvestasi pada reksadana saham. Melalui reksadana, sumber dana investasi dapat menjangkau investor individu secara luas, sehingga dapat terkumpul dana yang lebih besar (Pratomo dan Nugraha, 2005). Pengukuran kinerja reksadana saham merupakan hal yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengembalian (return) dan risiko Pada perkembangannya reksadana diminati dan diperjualbelikan layaknya saham itu sendiri. Pertimbangan-pertimbangan atas laporan keuangan, kinerja, bahkan hingga “market timing” digunakan demi mendapatkan keuntungan yang besar bagi investor. Seiring dengan itu, mulai muncul tren-tren baru tentang bagaimana berinvestasi yang baik. Diantaranya, investasi dengan fokus masa depan atau long-term investment disertai adanya faktor keyakinan dari pihak investor maupun manajer investasi yang dibuktikan melalui kinerja reksadana. 7
Pada investor ditawarkan tentang bagaimana berinvestasi melalui dua cara yaitu: a)
Tindakan penempatan sejumlah dana pada suatu reksadana saham hanya dengan 1 kali penempatan untuk waktu jangka panjang.
b)
Tindakan penempatan sejumlah dana pada suatu reksadana Saham dengan cara bertahap untuk waktu jangka panjang.
Melalui kedua cara tersebut investor diarahkan untuk menempatkan dananya untuk waktu jangka panjang dengan harapan memaksimalkan tingkat keuntungan berdasarkan kinerja reksadana saham yang dipilih. Tentunya dengan kesadaran investor itu sendiri akan risk dan return dari kedua tindakan tersebut. Dari uraian yang telah di uraikan oleh penulis tersebut dapat kita ketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi investor untuk berinvestasi. Bagi para pelaku pasar ada beberapa pertimbangan sebelum mereka memutuskan untuk berinvestasi pada jenis – jenis investasi yang tersedia. Dan di sini penulis melihat ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan berinvestasi pada para pelaku investasi yaitu Tingkat pengembalian (return) dan resiko (Risk) yang di dapat oleh produk investasi.
8
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka di rumuskan masalah penelitian, sebagai berikut: 1. Apakah penempatan secara sistem berkala dan Lump Sum pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham menghasilkan tingkat keuntungan yang berbeda? 2. Apakah penempatan secara sistem berkala dan Lump Sum pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham dalam berinvestasi memiliki tingkat resiko yang berbeda? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk menganalisis dampak dari penempatan sistem berkala dan Lump sum pada reksadana pendapatan tetap dan reksa dana saham pada tingkat keuntungan. b. Untuk menganalisis tingkat resiko berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham yang timbul dari cara penempatan investasi sistem berkala dan Lump Sum. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penyusunan penelitian ini, yaitu a. Kontribusi Empiris Kontribusi empiris dari penelitian ini adalah sebagai literature tambahan dan menambah wawasan bagi penelitian lanjutan mengenai
9
analisis tingkat return dan resiko investasi pada reksadana dan suku bunga bank melalui dua cara investasi : Lump Sum dan sistem berkala. b. Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh praktisi keuangan untuk mempertimbangkan Tingkat Return
dan resiko dalam memberikan
rekomendasi jenis investasi kepada investor. Diharapkan dengan adanya pertimbangan return dan resiko akan dapat mempermudah investor dalam melakukan investasi dananya dalam berinvestasi yang mengakibatkan penurunan atau peningkatan kemakmuran investor. Penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman bagi investor untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan investasi. Dengan demikian informasi itu dapat digunakan dalam mengambil keputusan dalam melakukan investasi.
10