BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan untuk meningkatkan nilai para pemegang sahamnya. Bagi perusahaan go public kesejahteraan pemegang saham ditunjukkan melalui tingginya nilai harga pasar perlembar saham perusahaan. Ketika perusahan memiliki kas yang berlebih maka perusahaan akan mendistribusikan kas tersebut kepada pemegang saham dengan cara pembagian dividen yang juga merupakan refleksi dari kinerja perusahaan. Selain pembagian dividen tersebut terdapat cara lain untuk mendistribusikan kas kepada para pemegang saham yaitu dengan melakukan stock repurchase. Menurut Hartono (2014:623) event study merupakan studi yang mempelajari
reaksi
pasar
terhadap
suatu
peristiwa
yang
informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efesiensi pasar bentuk setengah kuat. Stock repurchase merupakan salah satu aksi korporasi yang dilakukan emiten berupa pembelian kembali sahamnya yang beredar di pasar. Pembagian keuntungan dengan cara stock repurchase di Indonesia masih belum sepopuler dibandingkan dividen namun pada tahun-tahun tertentu kegiatan stock repurchase ini meningkat diakibatkan kelonggaran yang berikan oleh pemerintah agar perusahaan dapat melakukan stock repurchase akibat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuatif secara signifikan. Pada penelitian ini terdapat 2 periode dimana
1
perusahaan mendapatkan kelonggaran dari pemerintah dalam melakukan stock repurchase yaitu tanpa adanya persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang terjadi pada periode 2009 dan 2013. Salah satu karakteristik khusus yang dikenal dalam bidang pasar modal merupakan keterbukaan informasi. Kegiatan stock repurchase
mengandung
informasi yang dapat mempengaruhi harga saham pada pasar maka menurut Undang Undang nomor 8 tahun 1995 pasal 85 mengenai keterbukaan informasi menjelaskan bahwa bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, reksa dana, perusahaan efek, penasihat investasi, biro administrasi efek, bank kustodian, wali amanat, dan pihak lainnya yang telah memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) wajib menyampaikan laporan kepada Bapepam-LK. Emiten diwajibkan menjalankan prinsip keterbukaan, yang diimplementasikan melalui penyampaian informasi atau fakta material terkait usaha atau efeknya. Beberapa informasi yang terdapat pada pasar modal terjadi dalam bentuk aksi korporasi, baik berupa pembagian dividen, stock repurchase, penerbitan saham bonus, dan lain sebagainya. Bapepam-LK, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengatur agar dalam menjalankan aksi korporasinya emiten tetap memperhatikan prinsip keterbukaan guna mencegah adanya kerugian bagi stakeholders. Semua kegiatan stock repurchase di Indonesia menggunakan metode open market stock repurchase, dimana perusahaan membeli kembali saham yang telah beredar di masyarakat melalui broker yang telah terpilih. Pembelian menggunakan
2
harga normal dan tanpa adanya harga premium yang diberikan kepada pemegang saham. Dengan metode ini perusahaan mempunyai fleksibilitas yang tinggi untuk menentukan jumlah saham yang akan dibeli dan kapan akan membelinya sesuai dengan kondisi nilai saham yang yang tidak mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya berdasarkan hipotesis undervaluation (Dittmar,2000). Vermaelen (1981) melakukan penelitian terhadap 243 pengumuman stock repurchase dengan metode open market yang menunjukkan bahwa 3 bulan sebelum pengumuman stock repurchase harga saham mengalami penurunan sebesar 7% dan setelah pengumuman terjadi peningkatan sebesar 3% namun menurun lagi sebesar 1% dan akhirnya mengalami konstan gain sebesar 2%. Vermaelen (1981), Asquith and Mullins (1986) and Comment and jarrel (1991) telah melakukan penelitian diantara 3 metode stock repurchase dan hasilnya semua metode mengalami abnormal return yang positif. Kenaikan harga saham tersebut disebabkan adanya signaling hypothesis, yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan stock repurchase ketika manajemen perusahaan mempunyai informasi pribadi yang menyatakan bahwa harga saham perusahaan underpriced. Comment and jarrel (1991) meneliti ketiga metode stock repurchase yaitu: tender offers, dutch auction repurchase dan open market repurchase dengan hasil bahwa tender offers memiliki abnormal return paling tinggi sedangkan open market repurchase memiliki abnormal return paling rendah. Banyak literatur-literatur yang menjelaskan mengenai motivasi perusahaan melakukan stock repurchase. Salah satunya diungkapkan oleh Dittmar (2000) yang menjelaskan bahwa keputusan melakukan stock repurchase dipengaruhi oleh
3
kesempatan investasi, kontrol perusahaan, kebijakan distribusi perusahaan, struktur modal dan kebijakan kompensasi sehingga terdapat 5 motif perusahaan untuk melakukan stock repurchase yaitu hipotesis excess capital, hipotesis optimal leverage ratio, hipotesis management incentive, hipotesis undervaluation dan hipotesis take over defence. Pada hipotesis excess capital menjelaskan bahwa salah satu cara perusahaan yang memiliki kelebihan dana akan mendistribusikan dana tersebut dengan menggunakan stock repurchase. Tidak seperti dividen yang harus dibayarkan secara terus menerus, stock repurchase bersifat fleksibel. Hipotesis optimal leverage ratio menjelaskan bahwa perusahaan melakukan stock repurchase untuk meningkatkan financial leverage-nya. Membeli kembali saham yang beredar akan mengurangi jumlah equity value sehingga meningkatkan financial leverage perusahaan melalui peningkatan debt to equity ratio. Perusahaan lebih suka melakukan stock repurchase jika rasio leverage-nya dibawah angka yang ditargetkan untuk mencapai struktur pasar modal yang optimal. Motivasi lain perusahaan melakukan stock repurchase yaitu dengan hipotesis management incentive. Pelaksanaan stock repurchase ditujukan untuk persediaan sejumlah saham tertentu sebagai keperluan program pensiun, pembagian bonus, management and employee stock option, penerbitan saham kembali dan bentuk stock reissue lainnya. Stephens dan Weisbenner (1998) menjelaskan bahwa pertumbuhan stock repurchase terjadi karena meningkatnya penggunaan stock option sebagai insentif yang diberikan kepada manajemen perusahaan.
4
Hipotesis undervaluation menjelaskan bahwa kegiatan stock repurchase memiliki fleksibilitas dalam hal pilihan untuk mendistribusikan kelebihan free cash flow tetapi juga waktu mendistribusikannya. Fleksibilitas waktu terjadi karena perusahaan dapat menunggu kegiatan stock repurchase hingga harga saham perusahaan mengalami undervalued. Manajemen yakin bahwa harga saham mengalami undervalued dikarenakan memiliki asymetric information antara manajemen dan para pemegang saham sehingga terjadi misvalued sehingga kegiatan stock repurchase akan memberikan sinyal kepada para pemegang saham bahwa harga saham undervalued. Hipotesis terakhir menurut Dittmar (2000) yaitu oleh take over defence yang menjelaskan bahwa kegiatan stock repurchase meningkatkan harga saham terendah yang dimiliki oleh perusahaan sehingga meningkatkan harga akuisisi. Selain kelima hipotesis sebelumnya terdapat juga hipotesis dividen subtitution menurut Grullon dan Michaely (2012) terdapat subtitution effect antara dividen dan stock repurchase. Perusahaan yang terbiasa membayar dividen dengan jumlah yang besar lebih memilih menggunakan stock repurchase dibandingkan menaikan dividen mereka. Pelaksanaan stock repurchase dinilai melindungi pemegang saham atas pajak tambahan yang dikenakan oleh mereka jika mendistribusikan keuntungan melalui dividen. Rencana stock repurchase harus di publikasikan dengan lengkap kepada masyarakat dan harus melalui persetujuan dari RUPS sesuai dengan peraturan Bapepam-LK Nomor XI.B.2. Pada tahun 2008 Bapepam-LK mengeluarkan peraturan baru yaitu Peraturan Bapepam-LK Nomor XI.B.3 mengenai pembelian
5
kembali saham pada masa krisis. Peraturan tersebut diharapkan dapat mengurangi penurunan IHSG di pasar modal Indonesia sebagai dampak dari krisis keuangan global yang melanda pasar modal di seluruh dunia. Melalui peraturan tersebut Emiten dapat melakukan pembelian kembali sahamnya pada masa krisis dengan beberapa kelonggaran seperti tidak wajib mendapat persetujuan RUPS, batas maksimal menjadi 20% dari modal disetor, serta tidak adanya pembatasan besarnya volume pembelian kembali saham dalam satu hari. Peraturan Bapepam-LK Nomor XI.B.3 dicabut pada tahun 2009 ketika kondisi pasar telah normal namun pada tahun 2013 OJK sebagai badan pengawas pemerintah pengganti Bapepam-LK mengeluarkan peraturan Nomor: 2/POJK.04/2013 yang fungsinya sama dengan peraturan Peraturan Bapepam-LK Nomor XI.B.3 akibat kondisi pasar berfluktuatif secara signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya melihat dampak antara stock repurchase terhadap reaksi investor di BEI tetapi juga mencoba memperluas lingkup penelitian sebelumnya. Perluasan lingkup penelitian ini selain menguji dampak stock repurchase secara keseluruhan juga membandingkan reaksi yang diterima perusahaan yang melakukan stock repurchase tanpa persetujuan RUPS dengan perusahaan yang melakukan stock repurchase melalui persetujuan RUPS akibat dari perubahan peraturan pemerintah. Pengujian tersebut bertujuan untuk menguji periode kegiatan stock repurchase mana yang lebih baik antara kedua keadaan tersebut.
6
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya maka rumusan permasalahan yang diajukan yaitu : 1. Apakah terdapat abnormal return pada perusahaan di sekitar tanggal pengumuman stock repurchase? 2. Apakah terdapat perbedaan abnormal return pada sebelum dan sesudah pengumuman stock repurchase? 3. Apakah terdapat perbedaan abnormal return antara perusahaan yang melakukan stock repurchase melalui persetujuan dari RUPS dengan perusahaan yang melakukan stock repurchase tanpa persetujuan dari RUPS?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan sebelumnya maka tujuan penelitian yaitu 1. Menguji ada tidaknya abnormal return perusahaan di sekitar tanggal pengumuman stock repurchase. 2.
Menguji ada tidaknya perbedaan abnormal return pada saat sebelum dan sesudah pengumuman stock repurchase.
3. Menguji ada tidaknya perbedaaan abnormal return antara perusahaan yang melakukan stock repurchase melalui persetujuan dari RUPS dengan perusahaan yang melakukan stock repurchase tanpa persetujuan dari RUPS.
7
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah 1. Bagi pihak manajemen penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan tentang efek dari stock repurchase. 2. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan dan analisis dalam berinvestasi ketika terjadi peristiwa stock repurchase terutama pada saat kondisi pasar berfluktuatif secara signifikan. 3. Bagi kalangan akademis, diharapkan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai stock repurchase.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Penulisan pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini 1. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang melakukan stock repurchase pada periode 2009-2014. 2. Reaksi saham yang diamati sebagai periode jendela hanya disekitar tanggal pengumuman stock repurchase yaitu pada periode 10 hari sebelum dan sesudah pengumuman stock repurchase sedangkan periode estimasi selama 60 hari sebelum periode jendela. 3. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan pada hari tersebut.
8
4. Perusahaan yang melakukan stock repurchase berdasarkan peraturan Bapepam-LK nomor XI.B.2, peraturan nomor XI.B.3 dan peraturan OJK nomor 02/POJK.04/2013. 5. Perusahaan yang di pilih tidak melakukan corporate action lainnya pada masa periode pengamatan dan periode jendela. 6. Perusahaan yang di pilih terpenuhi data harga saham harian selama periode pengamatan.
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi penjelasan secara singkat latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah serta sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab ini berisi teori-teori yang dipakai dalam penelitian ini, diantaranya adalah teori mengenai pembelian kembali saham termasuk mekanisme pembelian kembali saham di pasar modal Indonesia. Selain itu pada bab ini juga akan berisi tentang penjelesan mengenai metode event study baik pengertian, tujuan, maupun tahapannya. Serta pemaparan mengenai penelitian empiris yang telah dilakukan mengenai dampak pembelian kembali saham terhadap return harga saham. 9
Bab 3 Metodologi Penelitian Bab ini berisi pembahasan tentang desain penelitian, hipotesa penelitian, dan alat uji hipotesa. Pada bab ini juga akan dijelaskan metode-metode yang digunakan dalam penelitian.
Bab 4 Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan metodologi yang telah ditetapkan serta interpretasi hasil tersebut untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Pada bab ini juga dilakukan pengujian hipotesis berdasarkan data-data yang telah diolah. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan serta akan diberikan saran berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh.
10