1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses sains yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep materi yang disampaikan oleh guru. Keterampilan Proses Sains merupakan suatu pendekatan belajar-mengajar yang mengarah pada pertumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses informasi atau hal-hal baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai (Dwiyanti & Siswaningsih, 2005). Lebih lanjut Indrawati dalam Trianto (2010), menjelaskan bahwa keterampilan proses sains adalah keseluruhan suatu keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotorik) yang dapat menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (flasifikasi) yang akan berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Wartono dalam Dahniar (2006) menjelaskan bahwa keterampilan proses yang harus dikuasai oleh
siswa
adalah
mengamati,
menafsirkan
pengamatan,
meramalkan,
menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Dengan demikian, dalam pembelajaran IPA materi biologi seorang guru harus dapat melakukan suatu pembelajaran yang aktif dan dapat membangun pembelajaran 1 Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
2
yang lebih menekankan keterampilan proses didalamnya. Keterampilan proses belajar tersebut harus dimiliki oleh siswa, sebab dengan menggunakan keterampilan proses akan terjadi interaksi antara konsep/ prinsip/teori yang telah ditemukan atau dikembangkan dengan pengembangan keterampilan proses itu sendiri (Trianto, 2010). Selain itu, keterampilan proses perlu dilatihkan/ dikembangkan dalam pembelajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peranan yaitu siswa dapat menggunakan berbagai sumber belajar, siswa lebih menghayati materi karena menghadapi langsung dengan obyek belajar , sikap ingin tahu, kemampuan kreatifitas, sikap kritis, sistematis, terbuka, jujur dapat ditumbuhkembangkan dan siswa dilibatkan secara optimal baik mental maupun fisik, sehingga pengetahuan mudah meresap dan tahan lama (Julianto, 2003). Pada umumnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA sudah menggunakan
model
pembelajaran
yang bervariasi dengan tujuan
meningkatkan pemahaman konsep IPA, namun model yang digunakan kurang menekankan pada keterampilan proses sains dalam rangka pemahaman konsep IPA. Siswa lebih banyak diarahkan untuk menghafalkan konsep daripada mencari dan membangun konsep sendiri, sehingga banyak siswa yang mempunyai kemampuan menghafal materi yang tinggi tetapi tidak dapat memahami konsep dari suatu
materi. Kondisi yang demikian dapat
menyebabkan melemahnya kualitas pembelajaran dan keterampilan proses yang harus dikembangkan menjadi terabaikan. Akibatnya siswa lebih mengedepankan
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
3
menghafal dan mempelajari materi sendiri dari pada meningkatkan kemampuan bertanya untuk memahami konsep IPA materi Biologi. Dari realita tersebut, menjadikan pemahaman siswa terhadap materi hanya sebatas pemahaman dari apa yang dipelajari sendiri, tanpa melakukan kemampuan bertanya yang dapat memperkuat pemahaman terhadap konsep IPA materi Biologi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembelajaran biologi yang sesuai dengan karakteristik (ciri) ilmu biologi yaitu: pembelajaran harus menarik, mengikuti hirarki peningkatan konsep dengan contoh sehari-hari agar persyaratan knowledge (pengetahuan) pada kontruksivisme dipenuhi, melibatkan siswa secara aktif selama pembelajaran sehingga menyeimbangkan antara proses dan kemampuan, merangsang rasa ingin tahu untuk mencari dan belajar sendiri, menekankan pada pengertian bukan ingatan atau hafalan, materi ajar biologi harus lengkap, ekstensif dan menyeluruh, dan bentuk assessment disesuaikan dengan bahan ajar dan lebih berorientasi pada pemecahan masalah Depdiknas, dalam Destiarini (2011). Berdasarkan angket yang telah diisi oleh siswa kelas VIII D pada tanggal 10 Desember 2011 terungkap bahwa, keterampilan proses yang masih rendah dan harus diatasi adalah keterampilan proses menafsirkan objek selama proses belajar mengajar sebesar 50%, siswa berpendapat tidak pernah melakukan pengamatan objek secara langsung karena pelajaran yang mengaitkan materi dengan praktikum
tidak banyak sehigga pengamatan objek hampir tidak pernah
dilakukan. Keterampilan proses sains lain yang belum tergali selama proses
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
4
pembelajaran adalah kemampuan bertanya. Sebesar 62% responden menjawab tidak bertanya jika mengalami kesulitan dalam pelajaran, hal tersebut terjadi karena beberapa alasan yaitu siswa masih malu untuk bertanya , takut untuk mengutarakan pertanyaan dan malas berkomunikasi dengan guru yang membosankan. Sehingga mengacu dari hasil angket tersebut, yang sangat urgen untuk diselesaikan adalah kekemampuan bertanya siswa. Hasil angket tersebut diperkuat dengan keadaan siswa selama proses pembelajaran yang masih terkesan acuh terhadap penjelasan guru. Menurut guru yang mengajar di kelas VIII D menjelaskan bahwa siswa dirasa kurang aktif dan komunikatif menanggapi materi yang disampaikan oleh guru. Siswa masih terkesan menjadi pendengar saja, sehingga wujud pencapaian siswa terhadap penjelasan guru hanya sekedar menulis dan mendengarkan saja. Padahal dengan kegiatan siswa yang hanya mendengar dan menulis saja hanya sedikit sekali ilmu yang bisa di serap. Kegiatan lain yang penting dan harus dilakukan selama proses belajar mengajar adalah bertanya. Menurut Marno dalam Wikipedia (2011) menjelaskan bahwa kemampuan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, artinya dalam sebuah pembelajaran, umumnya guru selalu melibatkan/menggunakan tanya jawab. Lebih lanjut dijelaskan oleh Marno (2008), kemampuan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaiaan dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Menurut Nurhadi dalam Saraswati (2008), kemampuan bertanya
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
5
akan menjadikan dampak yang positif pada proses belajar mengajar dimana siswa menjadi lebih aktif dalam menerima informasi yang diberikan oleh guru, menemukan ide dan menemukan gagasan sendiri. Penjelasan tersebut diperkuat oleh Mulyasa dalam Saraswati (2008), bahwa bertanya jawab akan mendorong inkuiri (ingin tahu) para siswa, sehingga siswa yang tidak megajukan pertanyaan maka tidak optimal belajarnya. Selain itu dengan kemampuan bertanya yang dimiliki oleh siswa akan menjadikan siswa menjdi berfikir dan menjadi tinggi partisipasi siswa dalam menerima pelajaran (Rustaman dalam Saraswati (2008)). Rendahnya kemampuan proses bertanya selain disebabkan oleh faktor dalam yaitu dari siswa yang masih malu, takut dan malas berkomunikasi dengan guru yang membosankan juga terdapat faktor luar yaitu cara guru mengajar materi. Dalam hal ini penyampaian materi yang disampaikan oleh guru masih menggunakan
metode konvensional yaitu metode ceramah. Dengan metode
yang hanya menitik beratkan guru menjadi subyek belajar akan menjadikan siswa menjadi bosan dan suasana kelas yang aktif kurang tercipta. Pembelajaran dengan menggunakan metode yang dikemas secara menarik akan menimbulkan ketertarikan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga timbulnya pembelajaran dua arah yang artinya guru tidak saja sebagai penyaji materi namun guru bertindak sebagai fasilitator sehingga siswa menjadi aktif selama proses belajar berlangsung dan menjadi termotivasi mencari jawaban setiap permasalahan yang disampaikan oleh guru.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
6
Menurut Abimanyu dalam Saraswati (2008) mengungkapkan bahwa rendahnya kemampuan bertanya siswa di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertama telah berakarnya kebiasaan mengajar dengan menggunakan metode ceramah sehingga guru terlalu dominan dan tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi. Kedua, latar belakang kehidupan sisswa dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak terbiasa mengajukan pertanyaan dan gagasan. Ketiga, adanya perasaan sungkan bertanya baik terhadap guu maupun teman. Keempat, siswa tidak menguasai materi sehingga tahu apa yang harus ditanyakan. Kelima, siswa takut salah dan takut ditertawakan oleh teman. Beberapa faktor tersebut juga terjadi pada siswa kelas VIII D SMP N 1 Sokaraja. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA di SMP Negeri 1 Sokaraja, mengungkap bahwa selama proses pembelajaran siswa memiliki kemampuaan bertanya yang masih tergolong rendah. Dari rendahnya siswa yang menyampaikan pertanyaan, berarti mempertegas pula bahwa sedikit sekali siswa yang tanggap terhadap materi yang disampaikan. Seorang siswa yang mengemukakan pertanyaan berarti siswa tersebut mengikuti materi yang disampaikan oleh gurunya. Selain itu menurut Dahar dalam Saraswati (2008) mengemukakan bahwa dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa, maka dapat diketahui sejauh mana siswa itu berfikir untuk menyelesaikan sebuah masalah. Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa akan memperkuat pemahaman siswa terhadap materi, hal ini dapat menjadikan siswa menjadi lebih memahami konsep IPA materi Biologi.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
7
Kemampuan bertanya yang masih rendah, harus diselesaikan karena semakin rendahnya kemampuan bertanya maka semakin rendah aktivitas yang berlangsung selama proses belajar mengajar. Dampaknya, pembelajaran akan terkesan membosankan karena sikap pasif siswa dan pemahaman siswa terhadap konsep materi kurang terbangun. Dari data yang diperoleh menjelaskan bahwa ketuntasan
nilai ulangan
harian materi Biologi masih sangat rendah yaitu
dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 38, dengan jumlah siswa yang sudah mencapai KKM hanya 17%. Data tersebut mengungkap bahwa proses pembelajaran tidak berhasil, karena KKM masih dibawah 65%. Dikatakan berhasil apabila jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 65% (Arikunto, 2009), namun dalam penelitian ini akan digunakan ketuntasan kelas yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu 85 %. Penyelesaian masalah tersebut diatas dapat dilakukan dengan penggunaan model
pembelajaran yang relevan (bersesuaian) dengan materi yang
disampaikan dan menekankan pada keterlibatan siswa/peran aktif siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan
kemampuan bertanya adalah model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran CTL merupakan model pembelajaran yang tidak menempatkan siswa sebagai objek belajar yang hanya bertugas mendengarkan, mencatat dan menghafal materi pelajaran. Akan tetapi, mendorong siswa berperan secara aktif dalam mencari dan menemukan
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
8
sendiri pengetahuaanya. Proses yang mendorong siswa untuk menemukan pengetahuaanya itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan bertanya yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. Penelitian tentang model pembelajaran CTL pernah dilakukan oleh Ayunani (2010) untuk meningkatkan ketrampilan daya analisis siswa kelas X2 SMA Negeri Baturaden. Hasil yang diperoleh yaitu terjadinya peningkatan ketrampilan daya analisis siswa dan berdampak positif pada hasil belajar. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan
kemampuan
bertanya pada pembelajaran IPA Biologi
menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Sokaraja melalui kegiatan penelitian tindakan kelas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu: “Apakah model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan kemampuan bertanya pada pembelajaran IPA Biologi pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Sokaraja?”
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
9
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanya pada pembelajaran IPA Biologi menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Sokaraja. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru , sekolah dan peneliti. 1. Bagi siswa Menjadi acuan bagi siswa agar dapat aktif berpartisipasi, dalam mengajukan pertanyaan dan menuangkan pemahaman-pemahaman mereka dalam konsep IPA Biologi sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 2. Bagi guru Guru akan mendapatkan gambaran tentang perlunya menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA Biologi 3. Bagi sekolah Dapat mengetahui cara untuk meningkatkan kemampuan bertanya siswa dalam memahami konsep IPA Biologi dan memberikan kebijakan untuk menggunakan model pembelajaran yang lebih tepat. 4. Bagi peneliti a) Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran IPA Biologi di sekolah.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012
10
b) Mendapatkan pengalaman langsung cara-cara meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami konsep IPA Biologi.
Peningkatan Kemampuan Bertanya ..., Leni Tri Kuswiniarti, FKIP UMP, 2012