BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan supaya dapat melahirkan para generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan dalam Tujuan dan Fungsi Pendidikan Nasional yang tercantum dan Undang-Undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan Nasional pasal 3 No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab ( Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 ). Seiring dengan tingkat kemandirian manusia di Indonesia, sangat diperlukan dalam menghadapi kecenderungan perubahan sosial dalam masyarakat. Masyarakat masa depan menuntut manusia untuk lebih bersikap terbuka tanpa kehilangan makna hidup yang hakiki yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sikap mandiri inilah yang harus menjadi arah utama bagi peningkatan kualitas manusia menjelang
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
era tinggal landas.Kemandirian sebagai suatu kualitas aspek personal merupakan hal yang cukup mendapat perhatian di dunia pendidikan.Hal ini terbukti dengan dicantumkannya kemandirian sebagai salah satu sasaran yang hendak dicapai dari sistem pendidikan nasional. Menghadapi kondisi global yang penuh persaingan, memang kemandirian merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki oleh setiap individu , baik itu kemandirian bekerja maupun kemandirian belajar. Untuk mencapai kemandirian tentu saja tidak secara mendadak, tetapi perlu ditumbuhkan sejak dini dan di segala sisi. Jika para remaja nantinya akan terjun dimasyarakat dan sekarang sedang berada dalam proses belajar,maka kemandirian belajar mutlak perlu untuk ditumbuhkan (Dodik,2013). Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang semakin pesat membuat para siswa dituntut untuk menjadi lebih mandiri.Siswa harus dapat mengetahui bagaimana belajar yang baik, bagaimana beradaptasi dengan lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif secara mandiri.Kemandirian belajar dapat mempersiapkan siswa ke dalam dunia baru dimana pelajar yang aktif merupakan pelajar yang terbaik (Gibbons, 2002). Peneliti mengamati bahwa Kemandirian Belajar siswa saat ini masih belum optimal.Berdasarkan hasil survei awal penelitian pada siswa yang menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang belum mampu mencapai Kemandirian Belajar.Artinya bahwa terdapat tingkat Kemandirian Belajar yang berbeda antar siswa.Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak menyelesaikan sendiri tugas-tugas sekolah dengan mandiri.
2 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Menurut Rogers (dalam Syah, 1995) belajar akan sangat signifikan danmeresap ketika belajar itu atas inisiatifnya sendiri, dan ketika belajar melibatkan perasaan dan pikiran orang itu sendiri. Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajarkan siswa untuk mandiri dan percaya diri. Ketika belajar dengan inisiatifnya, siswamempunyai kesempatan untuk membuat pertimbangan, pemilihan, dan penilaian orang lain. Oleh karena itu kemandirian belajar merupakan masalah yang patut diperhatikan, sebab adanya kemandirian belajar bukan hanya sekedar menunjukkan indikasi turunnya semangat dan kegairahan belajar tetapi dapat mempengaruh pencapaian tujuan belajar. Menurut Klein (dalam Slameto, 2004) belajar mandiri ditegaskan sebagai proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan pengetahuan sebelumnya, dalam kaitan ini kemandirian belajar terutama dimotivasi oleh sasaran siswa itu sendiri, diberi imbalan atas jerih payahnya secara intrinsik,dilakukan di bawah pengawasan sekolah dan diselenggarakan secara mandiri oleh siswa yang bersangkutan dan atau dalam kelas biasa atas prakarsa guru yang bersangkutan. Namun, kemandirian dalam belajar agaknya belum dimiliki oleh siswa di SMA Negeri 101 Jakarta. Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru disekolah tersebut masih banyak siswa yang bersifat pasif, seperti ketika mengerjakan tugas harus diperintahkan dulu, tidak mau berusaha mencari sumber untuk belajar sendiri. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terjadi di Batu sangkar, dimana ada salah satu guru yang mengatakan bahwa pelajaran sekarang banyak yang bersifat seperti ‘paku’, ia baru bergerak kalau dipukul dengan martil. Pelajar sekarang, walau tidak
3 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
semuanya, banyak bersifat serba pasif. Dalam membaca buku-buku pelajaran saja misalnya, kalau tidak disuruh atau diperintahkan oleh guru maka buku-buku tersebut akan tetap tidak tersentuh dan akan selalu utuh karena tidak dibaca (dalam https://enewsletterdisdik.wordpress.com/2007/11/01/artikel - kemandirian - dalam belajar – perlu - ditingkatkan/) Dari hasil wawancara dan observasi dengan salah satu guru BK di sekolah SMA Negeri 101 Jakarta, banyaknya problematika mengenai kemandirian belajar ditunjukkan dengan ketidaksiapan siswa mengikuti pelajaran diantaranya tidak menyelesaikan tugas sekolah, tidak mencatat ketika ada tugas mencatat, para siswa banyak yang gemar berkeliaran pada jam belajar jika tidak ada guru di kelas, sementara itu mereka mengabaikan pelajaran dan keberadaan buku-buku yang ada dalam tas mereka, serta ketidaksiapan dalam mengerjakan ujian sehingga siswa lebih memilih
bertanya
jawaban
kepada
temannya
daripada
berusaha
untuk
mengerjakannya sendiri karena memang mereka merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mengerjakannya sendiri sehingga siswa tersebut bergantung pada orang lain. Menurut M. Chabib Thoha (1996) beberapa faktor yang mempengaruhi Kemandirian Belajar siswa,yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar dirisiswa. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi faktor psikis seperti, self esteem, self efficacy, motivasi belajar, sikap, minat, locus of control, kebiasaanbelajar, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu faktor lingkungan alam, faktor sosio-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, mata pelajaran, sarana dan prasarana.
4 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Faktor self esteem yaitu mengacu pada perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, sejauh mana seseorang menghargai dan menilai dirinya sendiri, semakin tinggi self esteem maka sesorang akan mampu menilai dirinya secara objektif danakan semakin mempengaruhi tingkat kemandirian belajarnya. (Dodik, 2013) Peneliti mengamati bahwa Self-Esteem adalah faktor yang paling berperan terhadap Kemandirian Belajar, karena semakin mampu seseorang menghargai dan menilai dirinya sendiri secara objektif maka akan semakin mempengaruhi tingkat kemandirian belajarnya. Harga diri (Self Esteem) adalah suatu evaluasi terhadap diri sendiri, yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai dirinya. Harga diri adalah bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri, sejauh mana seseorang menghargai dan menilai dirinya sendiri. Dapat disimpulkan disini bahwa self esteem berpengaruh terhadap, keuletan dalam menghadapi kesulitan dari suatu tugas, dan prestasi belajar. Individu yang memiliki self esteem yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas, maka dia berusaha untuk menghindari tugas tersebut. Self esteem yang rendah ini dialami oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar. Maka dari itu, keyakinan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah memerlukan adanya self esteem yang tinggi, artinya siswa yang memiliki self esteem yang tinggi lebih memiliki keyakinan bahwa mereka mampu untuk belajar mandiri, maka dia akan selalu berusaha untuk menyelesaikan tugas –tugasnya dengan baik.
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Berkaitan dengan self esteem dan kemandirian belajar siswa dalam sekolah, siswa tersebut tentunya berada pada masa remaja dimana menurut Gibbons (2002) bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi awal kedewasaan. Tugas pada masa remaja banyak melibatkan perkembangan kepribadian, karakter dan bakat dalam kemampuan akademis.Hal itulah yang mengarahkan remaja pada tujuannya dan mengarahkan pada rasa percaya diri remaja.Ketika remaja menjadi individu yang dewasa, mereka dapat menemukan lingkungan sosial yang tepat, dan bersikap mandiri. Kemandirian yang dimaksud bukan hanya kemandirian dalam segi sosial tetapi juga kemandirian dalam proses pembelajarannya. Eccles (dalam Santrock, 2003) menyatakan bahwa usia remaja merupakan usia kritis, khususnya ketika usia 15 – 17 tahun yaitu usia ketika memasuki Sekolah Menengah Atas. Remaja mulai memikirkan tentang prestasi yang dihasilkannya, dan prestasi ini terkait dengan bidang akademis mereka. Para remaja bahkan sudah mampu membuat perkiraan kesuksesan dan kegagalan mereka ketika mereka memasuki usia dewasa. Untuk mencapai prestasi akademik yang baik, remaja dituntut untuk bersikap mandiri dalam belajar. Menurut Monks, Knoers, dan Haditomo (2004) masa remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun. Remaja harus bisa menilai dirinya sendiri dimana penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.Bagaimana kita merasa tentang diri kita? Apa kita suka atau tidak suka denganpribadi yang kita pikir sebagai pribadi kita? jika kita suka dengan diri kita, kita
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
memiliki harga diriyang tinggi (high self esteem), sebaliknya jika kita tidak suka, kita memiliki harga diri yang rendah(low self esteem). Penilaian-penilaian dari orang sekitar remaja tentang dirinya tentu saja dapat mempengaruhi remaja tersebut.Penilaian-penilaian tersebut dapat membuat seseorang remaja menjadi kurang percaya diri atau sebaliknya dapat membuat remaja semakin percaya diri dengan kemampuannya. Pada kebanyakan orang akan lebih mudah untuk menilai kekurangan dirinya sendiri dari pada berupaya menemukan kelebihan dan kebaikan yang mungkin tersembunyi di dalam dirinya. Untuk dapat mengetahui kemampuan dirinya, remaja harus dapat mengevaluasi potensi yang di miliki dan hal ini berkaitan dengan proses penilaian diri atau disebut juga dengan self esteem (harga diri). Self esteem (harga diri) merupakan salah satu hierarki kebutuhan yang di kemukakan oleh Abraham Maslow (dalam Alwisol, 2009). Maslow mengungkapkan bahwa self esteem merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus di penuhi.Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan self esteem yaitu (1) self esteem yang meliputi kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian dan kebebasan, dimana seseorang membutuhkan pengetahuan yang lebih tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup. (2) self esteem dari orang lain meliputi kebutuhan prestise,penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Seseorang
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain. Self Esteem bukan merupakan suatu hal yang diturunkan, melainkan bisa diperoleh dari proses belajar manusia melalui pengalaman yang dialami (Brenden, 1992). Perkembangan self esteem terbentuk melalui proses pembelajaran yang panjang, perkembangan dari pandangan yang terbentuk sejak seseorang lahir (Sorensen, 2006), berdasarkan hasil interaksi antara pengaruh lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat melalui bentuk penerimaan, perlakuan, dan penghargaan yang diterima oleh
seseorang
(Larsen
&
Buss,
2005;
Sorensen, 2006;
Coopersmith,1967). Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti adanya beberapa masalah yang berkaitan dengan self esteem pada siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa kelas X di SMA yang tidak mau maju ketika diminta guru untuk mengerjakan soal di papan tulis karena ia merasa bahwa dirinya tidak mampu mengerjakan soal tersebut, tetapi siswa ini malah menunjuk temannya untuk maju mengerjakan soal tersebut. Menurut informasi yang diperoleh bahwa siswa tidak mau maju mengerjakan soal di papan tulis karena siswa malu dan takut salah bila mengerjakan soal tersebut di depan kelas. Padahal di antara siswa ini terdapat siswa yang termasuk pandai dan mampu untuk menjawab soal tersebut. Selain itu, fenomena yang ditemukan peneliti pada siswa kelas X di SMA Negeri 101 Jakarta pada saat kegiatan kerja kelompok, ada pula bebebapa siswa di SMA yang hanya mau berkelompok dengan teman sebangku dan teman dekatnya
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
saja. Dari hasil wawancara dengan guru, apabila tidak berkelompok dengan teman dekatnya para siswa ini tidak bisa bekerjasama dengan baik, seperti tidak mau mengeluarkan pendapatnya dalam kelompok. Masalah lain muncul yaitu dengan adanya siswa kelas X yang merasa kurang percaya diri, mudah dipengaruhi temannya. Selain itu, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti masalah yang berkaitan dengan kemandirian belajar siswa yaitu ada beberapa siswa di kelas X SMA yang
terlihat ramai, gaduh, asyik mengobrol ketika guru menjelaskan
sementara siswa tersebut tidak memahami apa yang dijelaskan oleh gurunya. Kemudian, ada beberapa siswa di SMA yang
terlihat kurang peduli pada saat
kegiatan penugasan, siswa-siswa tersebut memilih untuk menunggu teman lain mengerjakan tugas terlebih dahulu untuk kemudian dicontek serta ada pula siswa yang mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dengan mencontek hasil pekerjaan temannya di kelas saat pagi hari sebelum jammasuk sekolah. Kebiasaan siswa yang suka mencontek hasil pekerjaan temannya dikarenakan siswa kurang yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya. Jenis kelamin juga mempengaruhi perkembangan self esteem. Laki – laki cenderung memiliki self esteem yang lebih tinggi daripada perempuan (Birndrof, Ryan, Auinger, & Aten, 2005) berdasarkan pengalaman mengajar dari salah satu guru terlihat siswa memiliki kepercayaan diri yang rendah, hal ini di tunjukkan ketika dalam mengerjakan soal yang di berikan, siswa mengerjakan soal sering kali dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok padahal soal tersebut merupakan
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
tugas individu. Kita tahu bahwa masa – masa SMA biasanya terjadi masa transisi dimana sikap mereka cenderung labil.Masa transisi biasanya disebut sebagai peralihan dari masa anak menuju dewasa.Hal tersebut tentunya tidak membantu remaja untuk melewati masa ini dengan wajar, sehingga berakibat terjadinya berbagai macam gangguan tingkah laku, mental dan lingkungan pendidikannya. Seharusnya pada siswa yang beranjak remaja mempunyai target yang harus dicapai begitu juga halnya dalam proses belajar mengajar. Sebagian siswa belajar dengan cara individu, namun dalam proses pembelajaran secara individual merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan
proses
belajar
mandiri
siswa.
Menurut
Mudjiman
(2007)
“Kemandirian Belajar dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki”. Seorang siswa dikatakan mempunyai Kemandirian Belajar apabila mempunyai kemauan sendiri untuk belajar, siswa mampu memecahkan masalah dalam proses belajar, siswa mempunyai tanggung jawab dalam proses belajar, dan siswa mempunyai rasa percaya diri dalam setiap proses belajar. Sementara itu,Sumarmo (2010) menyatakan karakteristik yang termuat pada kemandirian belajar, adalah (1) Individu merancang belajarnya sendiri sesuai dengan keperluan atau tujuan individu yang bersangkutan, (2) Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya, (3) Individu memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap siswa akan nampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bertanggung pada orang lain. Manfaat kemandirian dalam belajar menurut (Yamin, 2010), antara lain : (1) Memupuk tanggung jawab. (2) Meningkatkan keterampilan. (3) Memecahkan masalah. (4) Mengambil keputusan. (5) Berfikir kreatif. (6) Berfikir kritis. (7) Percaya diri yang kuat. (8) Menjadi guru bagi diri sendiri. Penelitian (Tirtaraharja & Sulo, 2005) kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar. Prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktifitas belajar siswa. Dalam hal ini penilaian adalah sebagai aktifitas dalam menentukan segala sesuatu dalam pendidikan maka perlu evaluasi. Untuk menghindari permasalahan siswa yang menuju remaja terkhusus pada self esteem dan kemandirian belajar siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi diharapkan kita sebagai pendidik memahami perkembangan siswa beserta karakter pada masa perkembangan siswa. Bicara mengenai harga diri pada siswa sering kali dikaitkan dengan berbagai tingkah laku khas remaja, seperti kepercayaan, kemandirian dan prestasi belajar siswa di sekolah. Perkembangan harga diri pada seorang remaja akan menentukan keberhasilan maupun kegagalan di masa mendatang. Self esteem pada seorang remaja merupakan faktor pendukung yang
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
penting bagi pertumbuhannya dan kemampuannya untuk menghadapi kesulitan – kesulitan yang dialami (Yadav & Iqbal, 2009). Berdasarkan penelitian terdahulu yang diteliti oleh (Dodik, 2013) juga dijelaskan bahwa adanya hubungan antara self esteem dengan kemandirian belajar siswa, dimana hasil penelitian tersebut juga mendukung pendapat (Frey&Carlock, 1987) yang menyatakan bahwa harga diri adalah penilaian tinggi atau rendah terhadap diri sendiriyang menunjukkan sejauh mana individu itu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga yang berpengaruh dalam perilaku seseorang. Hasil penelitian juga sesuai pendapat Coopersmith (dalam Nurmalasari dkk, 2007) yang menyatakan bahwa self esteem merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat dimana individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Self esteem seseorang dapat menentukan bagaimana cara seseorang berperilaku di dalam lingkungannya. Semua orang dalam masyarakat menyadari akan adanya self esteem (harga diri). Self esteem merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Setiap orang yang merasakan penghargaan positif tentang dirinya, yang dapat memberikan perasaan bahwa ia berhasil, mampu dan berguna. Dari penelitian ini menunjukkan self esteem menentukan sikap, perilaku, dan sifat lain dalam diri siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa self esteem berhubungan dengan kemandirian belajar siswa.
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Peneliti mengamati bahwa self esteem adalah faktor yang paling berperan terhadap Kemandirian Belajar, karena semakin mampu seseorang menghargai dan menilai dirinya sendiri secara objektif maka akan semakin mempengaruhi tingkat kemandirian belajarnya.Untuk itu seorang siswa harus memiliki kemandirian dalam belajar dan diharapkan mempunyai self esteem yang tinggi. Berdasarkan masalah self esteem dan kemandirian belajar yang ditemukan, peneliti beranggapan bahwa masalah self esteem dan kemandirian belajar penting untuk diteliti. Hal ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak hubungan self esteem siswa dengan kemandirian belajar siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 101 Jakarta.Dari latar belakang pemikiran di atas, maka Peneliti bermaksud mengangkat permasalahan tersebut menjadi penelitian skripsi dengan judul : ”Hubungan Antara Self Esteem Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 101 Jakarta“.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara self esteem dengan kemandirian belajar siswa kelas X di SMA Negeri 101 Jakarta?” 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara self esteem dengan kemandirian belajar siswa kelas X di SMA Negeri 101 Jakarta.
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Secara
teoritis,
penelitian ini
bermanfaat untuk memperkaya
serta
mengembangkan ilmu dalam bidang pengetahuan psikologi terutama tentang self esteem dan kemandirian belajar siswa. 1.4.2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi siswa Membantu siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat self esteem dan tingkat kemandirian belajar yang dimilikinya sehingga siswa dapat memperbaiki self esteem dan kemandirian belajar yang dimilikinya.Sehingga siswa dapat menentukan sikap untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajarannya dan penelitian ini dapat memberikan motivasi untuk siswa dapat melatih kemandirian dalam belajarnya sehingga tidak bergantung pada orang lain. b. Bagi pihak pendidik Khususnya pemerintah diharapkan agar dapat lebih meningkatkan hal-hal yang dihubungkan dengan kemandirian belajar seperti sikap pendidik, metode belajar di dalam sekolah, serta alat bantu berupa perpustakaan, media internet serta media pembelajaran lainnya yang mendukung kemandirian belajar siswa supaya peserta didik lebih mudah mengakses pengetahuan. c. Bagi sekolah
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Memperoleh cara yang tepat dalam memahami hubungan antara self esteemdengan kemandirian belajar siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik. d. Bagi peneliti Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti dalam pengembangan penelitian selanjutnya agar terjadi keberhasilan dalam belajar.
1.5 Sistematika Penulisan Untuk mengetahui hubungan dari skripsi ini maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas mengenai teori self esteem (pengertian self esteem, pembentukan
harga
diri,
aspek-aspek
self
esteem,
karakteristik
individu
berdasarkanself esteem yang dimiliki). Selain itu, bab ini juga membahas tentang pengertian kemandirian belajar (pengertian kemandirian belajar,konsep kemandirian belajar, ciri – ciri kemandirian belajar, faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar, prinsip- prinsip kemandirian belajar).
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini membahas mengenai jenis penelitian (pendekatan dan metode penelitian), subjek penelitian (karakteristik dan jumlah subjek), serta teknik pengambilan sampel), instrumen penelitian, teknik pengolahan data dan analisa data). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Terdiri dari gambaran umum subjek penelitian, uji instrument penelitian, hasiluji validitas dan uji reliabilitas skala self esteem dan skala kemandirian belajar. analisis hasil pengolahan data, hasil pengujian hipotesis, serta analisis dan pembahasan hasil penelitian. BAB V PENUTUP Terdiri dari kesimpulan,dan saran.
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/z