BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan tentunya tidak lepas dari kegiatan belajar mengajar atau sering di sebut dengan KBM. Kegiatan belajar mengajar ini akan terlaksana apabila di dalamnya terdapat subjek pelaksana yaitu guru dan siswa. Tentunya keduanya ini sangat berkaitan dalam hal ini guru bertugas untuk mengajar, dan siswa bertugas untuk belajar. Di dalam mengajar, tentunya guru memiliki tujuan yang jelas yang ingin dicapai. Sehingga hasil belajar hendaknya sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tugas guru dalam mengajar adalah membantu transfer belajar. Tujuan transfer belajar adalah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa yang telah dipelajari itu, dibuat umum sifatnya. Salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar adalah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Dewasa ini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran IPA di Sekolah. Salah satu cara untuk upaya perbaikan ini adalah dengan memperbaiki model dan metode yang digunakan agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pembelajaran IPA di kelas sangat
dipengaruhi
oleh
kemampuan
guru
dalam
mendesain
dan
merencanakan pembelajaran. Selain itu, dengan adanya KTSP, guru diberi kebebasan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan karakteristik peserta didik dan keadaan sekolah (Sanjaya, 2006) hal serupa, juga dikemukakan oleh Surya (2010) bahwa salah satu faktor utama siswa sulit belajar IPA adalah metode pembelajaran yang digunakan dan kualitas guru, bukan keadaan atau potensi siswa. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa siswa pada dasarnya memiliki potensi yang sama besarnya untuk belajar IPA, hanya saja bagaimana cara guru mengemas pembelajaran untuk dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Sikap belajar siswa yang kurang mendukung jalannya kegiatan belajar mengajar tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sikap belajar siswa yang menunjukkan bahwa siswa tertarik untuk mengikuti
1
2
kegiatan belajar adalah adanya aktivitas yang merupakan umpan balik yang ditunjukkan dengan adanya perasaan senang. Kurangnya minat belajar siswa ini dapat dipengaruhi dalam diri siswa maupun faktor dari luar. Contoh sikap belajar siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah dari dalam diri siswa adalah masalah pribadi, sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya. Sedangkan contoh faktor di luar siswa yang dapat berpengaruh terhadap sikap belajar siswa adalah cara guru mengaajar yang kurang menarik perhatian siswa juga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Setelah penulis melakukan observasi dan melakukan wawancara terhadap guru kelas V pada SD Kristen Lentera Ambarawa, penulis menjumpai bahwa dalam pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SD tersebut, masih banyak
siswa
yang
belum
mencapai
KKM
(Kriteria
Ketuntasan
Minimum)yang ditetapkan yaitu 75. Dimana jumlah siswa kelas V pada sekolah tersebut adalah 27 siswa, dan siswa yang mencapai KKM hanya 45% atau sekitar 12 siswa mencapai ketuntasan dan 55% atau sekitar 15 siswa belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas tersebut siswa yang belum dapat mencapai KKM tersebut dikarenakan dalam kegiatan belajar sikap siswa yang dinilai masih kurang baik dalam menerima pelajaran seperti sikap egois yang masih tinggi sehingga siswa sering tidak mau berbagi dengan temannya,serta kepedulian terhadap sesama yang juga kuran, ketika pembagian kelompok masih banyak siswa yang memilih – milih teman, selain itu siswa juga belum dapat menerima pelajaran karena faktor usia yang mengakibatkan sikap siswa kekanak – kanakan dan belum mampu menggunakan logika sesuai anak – anak seusianya, selain sikap – sikap tersebut sikap kesopanan siswa terhadap guru juga sangat berpengaruh, karena siswa sering membantah apa yang dikatakan guru. Dalam pembelajaran IPA kelas V SD Kristen Lentera tersebut sudah menggunakan model dan metode belajar yang cukup kreatif dan variatif seperti mengajak siswa untuk melakukan percobaan, diskusi kelompok, TGT. Namun model pembelajaran Role Playing memang belum pernah diterapkan dalam pembelajaran IPA kelas V di SD Kristen Lentera ini.
3
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Siswa menganggap IPA adalah mata pelajaran yang sulit sehingga siswa malas belajar. 2. Siswa masih banyak yang belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan yaitu 75 hanya sekitar 45% saja siswa yang sudah dapat mencapai KKM dan 55% sisanya masih dibawah KKM yang ditentukan. 3. Dalam pembelajaran masih terlihat sikap siswa yang kurang mendukung saat berlangsungnya pembelajaran seperti sikap egois, kurangnya kepedulian sosial terhadap teman, sikap kekanak –kanakan yang diakibatkan karena usia siswa yang masih terlalu dini, dan sikap kesopanan siswa yang sering membantah ketika guru memberikan arahan. 4. Guru kurang dapat mengemas pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif serta memberikan peran yang jelas kepada siswa. 5. Hasil belajar siswa kurang maksimal karena sikap siswa yang ramai sendiri dan cenderung tidak mendengarkan penjelasan guru dalam mengikuti pembelajaran
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, terdapat beberapa masalah yang ada di SD Kristen Lentera Ambarawa, yaitu sikap belajar siswa yang kurang mendukung dalam pembelajaran IPA, hasil belajar siswa yang beum mencapai KKM dan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang melibatkan siswa secara aktif, oleh karena itu dapat diperbaiki menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing.
4
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran role playing dapat memperbaiki sikap belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester 2 mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SD Kristen Lentera ambarawa tahun ajaran 2013 / 2014.
1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain : 1. Manfaat teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Mengingat pentingnya peran model pembelajaran dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran role playing dalam proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan sikap belajar siswa menjadi lebih baik lagi. Karena model pembelajaran role playing sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan keberhasilan belajar, oleh karena itu wajar jika guru meningkatkan pemanfaatan model pembelajaran role playing dalam proses belajar. 2. Manfaat praktis 1) Bagi sekolah Dapat menambah koleksi perpustakaan sekolah mengenai hasil PTK, dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam memilih model pembelajaran IPA yang dapat memperbaiki sikap dan meningkatkan hasil belajar siswa, serta sebagai pengembangan kurikulum sekolah. 2) Bagi guru Dapat memperbaiki proses pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Role Playing. Selain itu
guru dapat
5
memilih sebagai
model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing solusi
untuk
memperbaiki
sikap
belajar
dan
meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi siswa Siswa diharapkan semakin menyukai mata pelajaran IPA dan tidak menganggap mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang sulit. Selain itu siswa dapat mengembangkan sikap yang lebih baik terutama untuk dapat bersosialisasi dengan sesama, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 4) Bagi peneliti lain Dapat memperoleh pengetahuan sekaligus ketrampilan dalam melakukan penelitian dan memperluas wawasan tentang upaya peningkatan sikap dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran Role Playing siswa kelas V pada mata pelajaran IPA semester II.