BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Laporan hasil audit memiliki posisi yang sangat penting bagi penggunanya
terutama
investor,
kreditor,
dan
pemerintah
sehingga
permintaan akan laporan hasil audit sangat besar jumlahnya. Menurut Rasuli (2009) auditor sebagai suatu profesi sangat berkepentingan dengan kualitas jasa audit (sebagai produk organisasi) agar jasa yang diberikan tersebut dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat. Kualitas pekerjaan auditor
berhubungan
penyelesaian
dengan
pekerjaan,
kualifikasi
kecukupan
bukti
keahlian,
ketepatan
pemeriksaan,
dan
waktu sikap
independensinya terhadap klien (Christina, 2003). Auditor dalam rangka mendapatkan bukti audit kompeten dan cukup, maka sebelum melaksanaan audit kantor akuntan publik (KAP) terlebih dahulu menyusun program audit (audit program) dan anggaran waktu audit (audit time budget). Program audit merupakan kumpulan dari prosedur audit yang harus dilaksanakan selama proses audit, sedangkan anggaran waktu audit merupakan taksiran atau estimasi waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaan setiap prosedur audit (Fleming, 1980; Otley dan Pierce, 1996). Jika auditor dapat melaksanakan pekerjaannya secara profesional maka laporan audit yang dihasilkan akan berkualitas. Meskipun demikian, ada kalanya opini audit kurang mendapat respon yang positif dikarenakan
1
adanya
kemungkinan
terjadinya
perilaku
disfungsional oleh
seorang
auditor dalam proses audit (Donnelly et al., 2003). Perilaku
disfungsional
audit
berhubungan
dengan
penurunan
kualitas audit (Public Oversight Board, 2000 dalam Donelly et al., 2003). Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi atau menurunkan kualitas audit secara langsung maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996). Perilaku disfungsional yang mempunyai pengaruh langsung termasuk premature sign-off, pemerolehan bukti yang kurang, pemrosesan yang kurang akurat dan kesalahan dari tahapan audit, serta altering/replacing of audit procedure (mengganti proses audit) sedangkan perilaku audit yang mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap
kualitas audit adalah under reporting of time
(Wijayanti, 2007). Karakteristik personal auditor diduga memiliki kemungkinan untuk berpengaruh
terhadap
penerimaan
perilaku
disfungsional
audit.
Karakteristik personal mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespon lingkungannya (Ikhsan,2007). Robbin (2003) menyatakan karakteristik personal adalah nilai yang bersifat luas dengan mencakup serangkaian luas permasalahan, tahap perkembangan
moral secara khusus merupakan ukuran kemandirian
terhadap pengaruh dari luar. Karakteristik personal yang mempengaruhi
2
penerimaan penyimpangan perilaku diantaranya yaitu locus of control, turnover intention, dan kinerja (Donnelly et al.,2003; Hidayat Widi, 2012; Irawati , 2005; Nadirsyah dan Zuhra, 2009; Pujaningrum dan Sabeni, 2012). Locus of control merupakan persepsi atau cara pandang seseorang terhadap
sumber-sumber yang mengendalikan peristiwa-peristiwa baik
atau buruk dalam hidupnya (Rotter, 1966). Locus of control ini dapat berupa internal dan eksternal. Ciri pembawaan internal locus of control adalah mereka yang yakin bahwa suatu kejadian selalu berada dalam kendalinya dan akan selalu mengambil peran dan tanggungjawab dalam penentuan benar atau salah, sehingga individu dengan internal locus of control akan aktif mencari informasi sebelum mengambil keputusan, lebih termotivasi untuk berprestasi dan melakukan usaha lebih besar untuk mengendalikan lingkungan mereka. Sebaliknya individu dengan eksternal locus of control percaya bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya
dan
percaya
bahwa
hidupnya
dipengaruhi oleh
takdir,
keberuntungan, dan kesempatan serta lebih mempercayai kekuatan di luar dirinya. Turnover intention terkait dengan keinginan karyawan untuk berpindah kerja. “Turnover individu bisa terjadi karena balas jasa terlalu rendah, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, suasana dan lingkungan pekerjaan yang kurang cocok, kesempatan promosi tidak ada, dan perlakuan yang kurang adil” (Hasibuan, 2007).
3
Karakteristik
personal
auditor
selanjutnya
yang
memengaruhi
perilaku disfungsional audit adalah kinerja atau biasa juga disebut dengan performance. Dessler (1998:3) menyatakan “kinerja merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antara hasil kerja yang dicapai dengan standar kerja yang telah ditetapkan. Kinerja dalam hal ini melibatkan kegiatan manajerial seperti perencanaan, investigasi, koordinasi, supervisi, staffing, negoisasi,
dan
representasi.”
Hasil penelitian
yang
dilakukan
oleh
Pujaningrum dan Sabeni (2012) menyatakan bahwa “kinerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan perilaku penyimpangan audit.” Seorang auditor dengan tingkat kinerja yang lebih rendah dapat terlibat
dalam perilaku
disfungsional disebabkan oleh penyimpangan
perilaku yang dilakukan dianggap
sebagai kebutuhan karena tujuan
organisasi atau individual tidak dapat dicapai melalui langkah-langkah atau cara-cara umum yang sering dilakukan. Peneliti memasukkan time budget pressure sebagai variabel moderasi, variabel time budget pressure diambil karena anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan dalam pelaksanaan prosedur audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit, dan selanjutnya kondisi tersebut dapat mendorong auditor melakukan tindakan audit disfungsional (Kelley dan Seiler, 1982; Cook dan Kelley, 1988). Hal ini terjadi karena pada umumnya auditor meyakini bahwa penyelesaian prosedur audit dalam batas anggaran merupakan faktor
4
penting untuk mendapatkan laba dari suatu perikatan dan kelangsungan karir mereka di KAP (Kelley dan Seiler, 1982; Lightneret al., 1982). Hasil-hasil
penelitian
terdahulu
menunjukkan
semakin
tinggi
tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program
audit,
maka
semakin
meningkat
kecenderungan
auditor
melakukan tindakan audit disfungsional (Kelley dan Seiler, 1982; Lightner et al., 1982; Otley dan Pierce, 1996a; Pierce dan Sweeney, 2004). Pengaruh karakteristik individual auditor terhadap tekanan anggaran waktu yang dirasakan didasarkan pada literatur perilaku organisasi tentang streskerja yang menyatakan persepsi dan respon individual terhadap penyebab stres (stressors) diperantarai karakteristik individual (Gibson, Ivancevich dan Donnelly 1995; Robbins 2002; Kreitner dan Kinicki 2000). Penelitian ini mengadopsi penelitian yang telah dilakukan oleh Irawati dkk (2005) yang meneliti pengaruh karakteristiki personal auditor terhadap
tingkat
penerimaan
penyimpangan
perilaku
dalam
audit.
Perbedaan penelitian ini dengan Irawati dkk (2005) terletak pada variabel moderasi yaitu time budget pressure. Auditor yang berada dalam posisi mengalami tekanan yang berhubungan dengan waktu sering kali dalam tingkat tertentu justru akan memberikan dorongan motivasi, tetapi pada tingkat yang melebihi batas tekanan waktu justru akan menyebabkan tingginya tingkat stres sehingga dapat mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor akibatnya dapat memicu auditor melakukan perilaku disfungsional audit.
5
Berdasarkan pada uraian tersebut diatas, maka dapat diajukan sebuah penelitian dengan judul: “Time Budget Pressure Memoderasi Pengaruh Karakteristik Personal Auditor terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit”.
1.2
Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana
karakteristik
personal
auditor
berpengaruh
terhadap
penerimaan perilaku disfungsional audit? 2) Bagaimana time budget pressure berpengaruh terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit? 3) Bagaimana time budget pressure memoderasi pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dinyatakan, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk menguji secara empiris pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. 2) Untuk menguji secara empiris pengaruh time budget pressure terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
6
3) Untuk menguji secara empiris time budget pressure memoderasi pengaruh karakteristik personal auditor terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat secara
teoritis maupun praktis bagi semua pihak yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini, antara lain : 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini memberikan bukti empiris mengenai teori perubahan sikap (attitude change theory) menyatakan bahwa seseorang akan mengalami proses ketidaknyamanan di dalam dirinya bila dihadapkan pada sesuatu yang baru yang bertentangan dengan keyakinannya, sehingga membutuhkan waktu untuk menganalisa sehingga sampai pada sebuah keyakinan untuk mengambilnya atau tidak sesuai dengan tabiatnya. Serta teori U terbalik yang dinyatakan sesuai dengan kondisi ketika auditor berada dalam suatu tekanan anggaran waktu. Hal ini relevan
dengan
tekanan
anggaran
waktu
sangat
besar
akan
menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap karakteristik
personal
auditor
sehingga
melakukan
perilaku
disfungsional audit. Sehingga dapat memberikan kontribusi dalam kajian empiris dan dijadikan sebagai sumber referensi dan informasi bagi peneliti sejenis maupun civitas akademika lainnya dalam rangka
7
mengembangkan
ilmu
pengetahuan
untuk
perkembangan
dan
kemajuan dunia pendidikan. 2) Kegunaan Praktis Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi manajemen KAP pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar untuk lebih memperhatikan karakteristik personal auditor dalam menyesuaikan anggaran waktu pelaksanaan audit agar tidak terjadi perilaku disfungsional audit. Selain itu dapat memberikan manfaat bagi para auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Denpasar dan bagi para auditor secara umum dalam menjalankan praktik profesional mereka guna mendorong pekerjaan audit yang lebih berkualitas.
1.5
Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab skripsi ini, dapat dilihat dalam sistematika penyajian berikut: BAB I, Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan, serta Sistematika Penulisan. BAB II, Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian, berisi landasan teori yang merupakan acuan pemikiran dalam pembahasan masalah yang diteliti dan mendasari analisis yang diambil dari berbagai literatur dan hipotesis.
8
BAB
III,
Metode
menguraikan
Penelitian,
merupakan
variabel
penelitian
cara-cara dan
meneliti yang
definisi
operasional,
penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan. BAB IV, Data dan Pembahasan Hasil Penelitian, pada bab ini diuraikan mengenai
gambaran
umum
tentang
sejarah
singkat
lokasi
penelitian, deskripsi variabel penelitian dan pembahasan serta rumusan masalah yang diuraikan dalam bab sebelumnya serta hasil analisis penelitian. BAB V, Kesimpulan dan Saran, kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya merupakan isi dari bab ini, disamping itu disertakan pula beberapa saran yang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan
9