BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Globalisasi yang terjadi sekarang sudah merasuk keseluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dibidang ekonomi. Laju globalisasi ekonomi yang melanda semua Negara, membawa perusahaan-perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang sangat berbeda, dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing-pesaing domestic, tetapi telah dimasuki oleh pesaingpesaing mancanegara yang membawa produk dan jasa yang sarat dengan kandungan pengetahuan tingkat dunia. Pesatnya perkembangan dunia bisnis juga memberikan lapangan kerja yang beragam untuk angkatan kerja. Selama ini lapangan kerja yang tersedia di dunia bisnis cukup banyak diisi oleh lulusan pendidikan tinggi karean para lulusan
tersebut
diyakini
telah
memiliki
bekal
pengetahuan
yang
memungkinkan mereka untuk berkarir di dunia bisnis yang menuntut profesionalisme yang tinggi pula. Dengan demikian, dunia bisnis yang berubah akibat globalisasi tersebut mengakibatkan perubahan terhadap tuntutan dunis bisnis terhadap lulusan pendidikan tinggi. Salah satu golongan angkatan kerja yang merupaka output dari perguruan tinggi adalah Sarjana Ekonomi khususnya dari Jurusan Akuntansi. Peluang bisnis yang semakin terbuka pada berbagai sector telah menciptakan tantangan sekaligus peluang bagi dunia pendidikan akuntansi sehingga perkembangan dalam dunia bisnis harus selalu direspon oleh perguruan tinggi 1
agar dapat menghasilkan Sarjana Akuntansi yang berkualitas dan siap pakai di dunia kerja. Untuk Sarjana Akuntansi, ada beberapa jenis karir yang dapat dipilih, yaitu sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik dan akuntan pemerintah. Oleh karenanya, sarjana akuntansi mempunyai banyak pilihan dan bebas untuk memilih karir yang akan akan digeluti sesuai dengan ilmu yang dikuasainya. Dalam prakteknya, sering dijumpai lulusan pendidikan tinggi kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru dimasukinya tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kurikulum pendidikan tinggi akuntansi harus didesain sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Pada saat memilih karir yang akan digeluti, mahasiswa akuntansi memiliki beberapa pertimbangan, misalnya penghargaan finansial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai social, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas (Rahayu, dkk, 2003), sehingga mereka dapat dengan tepat memilih karir yang akan dapat dijadikan pegangan dalam hidup mereka. Bagi dunia pendidikan akuntansi, dapat dijadikan masukan pada saat perancangan kurikulum. Akhirnya, sarjana akuntansi siap terjun dalam dunia kerja dan mudah menyesuaikan kemampuan yang dimilikinya dengan tuntutan pekerjaan, lebih-lebih sarjana akuntansi dikenal sebagai professional yang mengejar kehidupan mapan dalam waktu singkat. (Tambunan, 2001). Disamping itu, profesi akuntan pada masa yang akan dating menghadapi tantangan yang semakin berat, sehingga kesiapan yang menyangkut profesionalisme profesi mutlak diperlukan.
2
Penelitian yang berkaitan dengan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap pemilihan karir telah banyak dilakukan, diantaranya adalah yang dilakukan Rahayu, dkk (2003). Hasil penelitian Rahayu menunjukkan bahwa mahasiswa beranggapan, bekerja sebagai akuntan publik lebih professional dan lebih memberikan kepuasan pribadi, sedangkan sebagai akuntan perusahaan memberikan kepastian masa depan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Wijayanti menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang diteliti, yaitu penghargaan finansial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilainilai sosial, lingkungan kerja, dan keamanan kerja serta tersedianya lapangan kerja, hanya faktor penghargaan finansial, pelatihan professional dan nilainilai sosial yang dipertimbangkan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir. Dengan banyaknya penelitian yang dilakukan terhadap pemilihan karir mahasiswa lulusan akuntansi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian kembali terhadap mahasiswa akuntani yang ada di Kota Banjarmasin baik yang berasal dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Swasta (PTS), apakah ada perbedaan pandangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir, baik secara keseluruhan dan berdasarkan gender-nya. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini ada 7 (tujuh) variabel, yaitu 1). penghargaan finansial, 2). pelatihan professional, 3). pengakuan professional, 4). nilai-nilai sosial, 5). lingkungan kerja, 6). pertimbangan pasar kerja, dan 7). Personalitas.
3
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan persepsi di antara mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik dan akuntan pemerintah, secara keseluruhan dan menurut perbedaan gender mengenai penghargaan finansial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas ? 2. Jenis karir apa yang paling diminati oleh mahasiswa akuntansi secara keseluruhan dan berdasarkan gender-nya ?
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Persepsi juga merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Sekilas, konsep persepsi nampaknya mudah untuk dipahami, namun jika dilakukan penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa konsep persepsi yang dikemukakan pakar-pakar psikologi berbeda dengan lainnya. Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi mengenai persepsi, yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Chaniago (2000) dalam Yunin (2004), memberikan pengertian persepsi, yaitu merupakan tanggapan langsung dari sesuatu yang dilihat atau didengar atas proses pengamatan tentang sesuatu obyek dengan menggunakan panca indera. Persepsi suatu permasalahan yang menjadi obyek pengamatan secara nyata akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan setiap orang. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai daya pemahaman sendiri-sendiri atas suatu permasalahan sehingga persepsi hanya merupakan cara pandang atas permasalahan yang sifatnya dinamis, sehingga seiring dengan dinamika pemikiran dan perasaan manusia dalam system interaksi sosial maka kemampuan untuk mempersepsikan juga dapat bersifat dinamis. 5
2. Menurut Gordon (1991), persepsi sebagai proses penginderaan kenyataan yang kemudian menghasilkan pemahaman dan cara pandang manusia terhadapnya. 3. Menurut Cherington dalam Yunin (2004), persepsi sebagai proses penerimaan dan penafsiran rangsangan yang berasal dari lingkungan. 4. Menurut Walgito (1997), persepsi dapat diartikan sebagai proses kognitif yang dalam setiap orang dalam memahami setiap informasi tentang lingkungannya melalui panca inderanya (melihat, mendengar, mencium, menyentuh, dan merasakan). Agar individu dapat menyadari dan dapat membuat persepsi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu 1). Adanya obyek yang dipersepsikan/fisik, 2). Alat indera/reseptor, yaitu alat untuk menerima stimulus (fisiologis), 3). Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama dalam mengadakan persepsi (psikologis). Berbagai model telah dikembangkan dengan pendekatan teori pemrosesan informasi. Menurut Tereitner dan Kinichi (1992) dalam Effendi (2000), persepsi dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap perhatian atau pemahaman 2. Tahap pengkodean dan penyederhanaan 3. Tahap pengeluaran dan respon
6
2.1.2 Perbedaan Gender Perbedaan jenis kelamin sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (Laksmi dan Indriantoro, 1999). Namun pada sebagian besar organisasi ternyata perbedaan gender masih mempengaruhi kesempatan (opportunity) dan kekuasaan (power). Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, misalnya melalui sosialisasi, budaya yang berlaku serta kebiasaan-kebiasaan yang ada. Adanya diskriminasi dalam pekerjaan dapat menurunkan kinerja serta prospek karir wanita yang disebabkan karena adanya kesempatan yang terbatas dalam peningkatan kemampuan dan pengembangan hubungan kerja yang dapat mendukung karir mereka. Menurut Gilligan (1982) dalam Murtanto dan Marini (2003), perkembangan moral dan cara-cara pemikiran wanita berbeda secara fundamental dengan pria. Shaub (1994), Borkowski dan Ugras (1996) dalam Murtanto dan Marini (2003) juga mengatakan bahwa perkembangan moral juga berbeda karena gender dan pengaruh gender cukup kecil terhadap perkembangan moral. Pengaruh jenis kelamin muncul ketika perbedaan antara pria dan wanita terjadi dalam proses pembuatan keputusan dalam hal ini memilih karir yang tepat. Rahayu, dkk (2003) menyatakan bahwa berdasarkan gender-nya, perbedaan persepsi/pandangan mahasiswa akuntansi terlihat pada faktor pelatihan professional dan lingkungan kerja, sedangkan factor penghargaan financial, pengakuan professional, nilai-nilai social, pertimbangan pasar kerja dan personalitas tidak terdapat perbedaan pandangan. 7
2.1.3 Konsep Dasar Sistem Pendidikan Akuntansi Secara umum sutau system didefinisikan sebagai suatu kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi satu sama lain dalam melakukan kegiatan dan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai suatu sistem, pendidikan akuntansi memiliki tujuan yang akan dicapai. Tujuan sistem pendidikan akuntansi secara umum menurut Sumarjono (1991) dalam Rahayu, dkk (2003), adalah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila dan UUD 1945. 2. Mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral tinggi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan akademika atau professional dalam menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu. Mahasiswa akuntansi sebagai calon professional harus memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kemampuan (ability) dalam berkarir. Keterampilan dapat dimiliki dari lingkungan formal dan informal. Pendidikan dalam hal ini merupakan sesuatu yang sangat mendesak, sekaligus mendapat prioritas. Setidaknya ada tiga hal yang perlu diajarkan kepada calon akuntan, yaitu kemampuan intelektual, interpersonal komunikasi, dan karakteristik sebuah perusahaan. Peningkatan intelektualitas dapat memperbaiki kemampuannya untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi secara terstruktur, mengorganisir informasi dan fakta-fakta yang ada. Dengan demikian, keputusan strategi yang dihasilkan tidak akan didasari pada pemikiran 8
naluriah tapi dilandasi oleh kemampuan intelektual yang didayagunakan secara sistematis. Melalui peningkatan kemampuan interpersonal, lulusan akuntansi diharapkan dapat bekerja secara efektif dalam kelompok yang terdiri dari orang-orang yang homogeny, sedangkan dengan peningkatan keterampilan komunikasi maka kemampuan untuk menerima maupun mentransmisikan konsep dan informasi secara efektif melalui pendidikan akuntansi dapat dibina sejak awal. Komponen pengetahuan yang meliputi pengetahuan umum bisnis dan organisasi serta pengetahuan dan keterampilan akuntansi merupakan pengetahuan yang diperlukan untuk membantu para professional akuntansi untuk dapat berorientasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya demi suksesnya karir dalam profesi akuntan. Sedangkan orientasi professional dimaksudkan agar para lulusan dapat bertindak sebagai seorang professional di bidangnya yang memiliki integritas, objektivitas, kompetisi, dan sesuai dengan etika profesinya. Secara proporsional, perkembangan dunia usaha akan berpengaruh terhadap perkembangan dunia akuntansi. Peran dari sistem akuntansi sebagai peralatan yang dibutuhkan oleh dunia usaha dapat dilihat dari permintaan dan penawaran tenaga kerja di bidang akuntansi oleh dunia usaha. Perguruan tinggi sebenarnya mempunyai peluang untuk menciptakan akuntan yang memenuhi persyaratan kebutuhan dunia bisnis. Matakuliah-matakuliah lebih mudah dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan dunia bisnis.
9
2.1.4. Definisi Karir Kata karir berasal dari bahasa Inggris yaitu “career” yang secara umum diartikan sebagai karir atau riwayat kerja. Karir menurut Flippo (1984) adalah “ A career be defined as asequence of separated but related work nactivities that provides continuity, order, and meaning in a person’s life: Sedangkan karir menurut Handoko (2001) adalah : 1). Karir merupakan suatu rangkaian promosi atau pemindahan (transfer) kea rah pekerjaan-pekerjaan yang lebih memerlukan tanggung jawab yang besar atau kearah posisi dalam hirarki kerja atau di luar hirarki kerja selama masa kerja seseorang. 2). Karir merupakan pekerjaan-pekerjaan seseorang yang mempunyai pola perkembangan yang sistematis dan jelas. 3). Karir merupakan sejarah perkembangan seseorang. Dari definisi-definisi di atas, maka karir dipandang dari sudut individu maupun organisasi, orang tidak hanya memahami pengalamanpengalamannya yang khusus, tetapi juga kesempatan-kesempatan yang ada di dunia profesi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karir ditandai dengan adanya : 1). Kemajuan seseorang dalam suatu lapangan kerja yang diperolehnya selama waktu ia bekerja. 2). Kemajuan ini memerlukan kemampuan, keahlian, pengalaman, dan tanggungjawab yang lebih tinggi.
10
3). Kemajuan ini di dalamnya terdapat unsur cita-cita dan kepuasan yang menimbulkan ketentraman, kesinambungan, dan arti dalam hidup seseorang. Menurut Rudi (2001), secara tradisional, akuntan di Indonesia menjalankan karirnya dalam berbagai bidang dan lingkungan; mulai dari akuntan perusahaan, akuntan manajemen, akuntan pajak (auditor intern), akuntan publik (auditor ekstern), akuntan pemerintah, akuntan pendidik, serta akuntan konsultan (yang utamanya adalah sebagai konsultan dalam pembangunan sistem informasi akuntansi). Keberadaan masing-masing bidang karir itu tentunya sejalan dengan kebutuhan
yang
muncul
dalam
dunia
usaha.
Kehadiran
akuntan
sesungguhnya akan selalu dibutuhkan, seperti ungkapan klasik bahwa akuntansi adalah bahasa inggris dan tanpa akuntansi maka bisnis akan “kacau balau” dan tidak memiliki satu acuan yang sama.
2.1.5. Definisi Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin, yang berbunyi “movere” yang berarti menggerakkan. Guna lebih memudahkan pengertian,maka di bawah ini penulis akan menguraikan pendapat beberapa orang ahli mengenai definisi motivasi. Flippo (1989) mengemukakan pendapat tentang definisi dari motivasi sebagai berikut : In essence it is skill in aligning employee and organization inters so that behavior result in achievement of employee wants simultaneously with of organization objective. 11
Menurut Barney dan Griffin (1992) dalam Yunin (2004), motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang utnuk memilih tindakan tertentu di antara berbagai tindakan yang mungkin dilakukannya. Kuat dan lemahnya dorongan seseorang untuk melakukan aktivitas tidak terlepas dari motivasi yang menjadi landasan orang tersebut dalam melakukan perbuatan. Abdurrahman, 2004). Motivasi ini juga sangat menentukan berhasil atau tidaknya perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini juga bagi mahasiswa akuntansi dalam memilih karir yang akan dijalaninya di kemudian hari. Ketika mereka dihadapkan pada beberapa alternative pilihan karir yang ada dalam bidang akuntan, yaitu akuntan public, akuntan
perusahaan, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah,
mahasiswa akuntansi akan memilih salah satu karir yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dapat memberikan kepuasan. Berbagai kebutuhan yang menjadi tujuan seseorang bermacammacam. Ada kebutuhan yang bersifat kebendaan seperti pangan, sandang, papan dan sebagainya. Adapula kebutuhan yang bersifat kerohaniaan, seperti pergaulan, kasih saying, keamanan, pemenuhan, kewajiban, membalas sesuatu dan lain-lain. Flippo seperti yang dikutip Firdaus (1997) menyatakan bahwa, kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan langsung dengan bekerjanya seseorang dalam organisasi adalah upah, keamanan bekerja, rekan kerja yang sesuai,
kepercayaan
melakukan
pekerjaan,
pekerjaan
yang
berarti,
kesempatan untuk maju, syarat-syarat yang menyenangkan, aman dan menarik dan pergaulan yang tepat. Masih menurut Flippo, 12
Abraham Maslow yang dikutip oleh Cahyono (1995), mengatakan bahwa kebutuhan manusia menjadi 5 tingkatan, yaitu : 1. Kebutuhan Fisiologis 2. Kebutuhan rasa aman 3. Kebutuhan social 4. Kebutuhan ego 5. Kebutuhan realisasi diri. Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : 1). Motivasi bersumber dari keinginan yang ada pada diri seseorang yang mempengaruhi tindakannya. 2). Motivasi bersumber dari pemuasan kebutuhan dan keinginan individu. 3). Motivasi mengacu pada tujuan. Teori motivasi berusaha menjelaskan dan meramalkan bagaimana perilaku individu. Di bawah ini akan dijelaskan lebih luas tentang Content Theories dan Process Theories. 2.1.3.1 Content Theories Gibson, Ivanchecich dan Donely (1987) yang dikutip oleh Sylviana (2004), mengemukakan bahwa Content Theories merupakan teori kepuasan yang mencoba menemukan factor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang menggerakkan, mendukung, dan menghentikan perilaku. Ada tiga teori penting yang terdapat di dalam teori kepuasan ini, yakni : a. Teori hirarki kebutuhan (Need of Hierarchy) yang diperkenalkan oleh Abraham Maslow.
13
Menurut
Maslow,
pemenuhan
kebutuhan
manusia
sifatnya
berjenjang. Kebutuhan jenjang paling bawah atau dasar adalah kebutuhan fisiologis, kedua kebutuhan akan rasa aman, ketiga kebutuhan social, keempat kebutuhan penghargaan dan yang terakhir kebutuhan untuk mengaktualkan diri. Jenjang kebutuhan tersebut disebut Maslow sebagai hirarki kebutuhan. Kutipan peneliti dari Flippo (1989) menulis bahwa Maslow menguraikan hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut : 1. Physiologis Needs Yaitu kebutuhan dasar untuk memelihara kelangsungan hidup seperti makan, minum, tempat tinggal, kebebasan dan kebutuhan biologis. 2. Security and Safety Needs Yaitu Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan, seperti ketakutan, ancaman, kehilangan pekerjaan, keamanan jiwa sewaktu bekerja, dan keamanan atas harta benda miliknya. 3. Affiliation or Aceptance Needs Yaitu kebutuhan bermasyarakat/social, mencintai dan dicintai. Kebutuhan ini bisa juga disebut dengan Love Needs. 4. Esstem of’s Needs Yaitu kebutuhan akan penghargaan atau prestasi, seperti kebutuhan untuk mendapat reputasi yang baik, terhormat dan dihormati, senang dipuji, penghargaan dan pengakuan atas kebutuhan-kebutuhannya.
14
5. Self Actualization Needs Yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti kebutuhan akan memperoleh kebanggaan, membuktikan dirinya sebagai orang yang mampu mengembangkan diri dan potensi bakat yang dimilikinya. b. Teori Dua Faktor (Two Factors Theory) yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg Menurut Herzberg dalam Firdaus (1997) menyatakan dalam konteks motivasi terdapat dua kelompok faktor motivasi, yakni Hygiene Factors dan Motivation Factors. Kedua factor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hygiene Factors Dalam Hygiene Factors, terdapat sejumlah kondisi kerja ekstrinsik yang jika tidak diberikan atau terpenuhi akan menimbulkan ketidakpuasan, sehingga seseorang yang bekerja cenderung mengupayakan untuk mendapatkannya. Faktor-faktor ini berhubungan dengan lingkungan luar pekerjaan yang antara lain meliputi : 1). Gaji dan upah; 2). Jaminan pekerjaan ; 3). Kondisi kerja ; 4). Status ; 5). Kebijaksanaan perusahaan ; 6). Mutu hubungan pribadi. 2. Motivation Factors Dalam Motivation Factors, terdapat serangkaian kondisi intrinsic yang apabila ada dalam pekerjaan tersebut, akan mampu menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, tetapi jika kondisi 15
tersebut tidak ada akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Faktor-faktor yang dimaksud adalah : 1). Prestasi ; 2). Pengakuan ; 3). Tanggung jawab ; 4). Kemajuan ; 5). Pekerjaan itu sendiri dan 6). Kemungkinan berkembang. 2.1.3.2. Teori Prestasi dari Meleland Menurut McLeland dalam Firdaus (1997), bahwa dia mengajukan teori motivasi yang berkaitan dengan belajar. McLeland mengelompokkan kebutuhan manusia ke dalam tiga kelompok utama, yaitu : 1. Needs for Achievement, yakni kebutuhan untuk berprestasi 2. Needs for power, yakni kebutuhan untuk menguasai orang lain 3. Needs for affiliation, yakni kebutuhan untuk bermasyarakat dan bersahabat. Sehubungan dengan
teori ini, McLeland melaksanakan riset
terhadap masyarakat yang berprestasi tinggi. Adapun masalahnya adalah sebagai berikut : a. Mereka yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi lebih senang menetapkan sendiri tujuan prestasinya. b. Mereka lebih suka menentukan tujuan yang sesuai dengan tujuan mereka. c. Mereka lebih senang umpan balik yang cepat dan efisien yang berhubungan dengan prestasi mereka. d. Mereka yang mempunyai kebutuhan berprestasi yang tinggi suka bertanggungjawab terhadap pemecahan masalah. Dari cirri diatas tampak bahwa seseorang yang memiliki kebutuhan akan keberhasilan yang tinggi selalu berusaha bekerja dengan lebih baik 16
dengan orang lain, bahkan mereka tidak puas jika hanya bekerja dengan hasil seadanya. 2.1.3.3. Process Theories Rampandojo dan Husnan dalam Firdaus (1997) menyatakan pendapat mereka tentang Process Theories, sebagai berikut : Process Theories bukanlah menekankan pada isi kebutuhan dan sifat dorongan dari kebutuhan tersebut, tetapi pendekatan ini menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu dimotivasi. Teori proses memperkenalkan tiga orang ahli yang teorinya termasuk ke dalam teori proses, yaitu : 1. Teori Penguatan di B.F. Skiner (Reinforcement Theory). Asumsi dasar dari teori ini adalah setiap keputusan yang diambil selalu memiliki konsekuensi, ada kalanya menyenangkan namun terkadang juga tidak menyenangkan. 2. Teori harapan dari Victor Room (Expectancy Theory) Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan atau memutuskan untuk melakukan sesuatu tergantung dari kebutuhan timbale balik. 3. Teori Keadilan (Equity Theory) Teori motivasi ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang dimotivasi oleh keinginan untuk diperlakukan secara adil dalam pekerjaan.
2.1.6. Hubungan antara Pemilihan Karir dengan Motivasi’
17
Pemilihan karir adalah suatu sikap yang diambil oleh seseorang terhadap karir dengan berbagai pertimbangan yakni dari sisi kemampuan dan keinginan yang ingin diraih di masa yang akan dating. Dengan demikian, dalam memilih karir seseorang tidak pernah terlepas dari motivasi yang menjadi landasannya. Ada beberapa teori motivasi yang dikemukakan dalam penelitian ini. Namun, teori motivasi Hygiene merupakan salah satu teori yang meyakinkan bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaannya merupakan suatu hubungan dasar dan sikap kerjanya terhadap pekerjaan tersebut sangat menentukan sukses atau kegagalan itu. Sebagai suatu konsep, karir dapat dilihat sebagai suatu posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan di suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Riset terbaru menunjukkan bahwa karir melalui suatu rangkaian fase atau tahap yang relative dapat diprediksi, dimulai dengan eksplorasi dan investigasi awal terhadap kesempatan karir dan diakhiri dengan pension (Rahayu, dkk, 2003). Akuntan merupakan salah satu profesi dalam dunia kerja yang dapat dijalani oleh mahasiswa akuntansi. Secara garis besar, bidang pekerjaan yang dapat dilakukan oleh akuntan dapat digolongkan dalam empat kategori, yaitu akuntan public, akuntan perusahaan, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah. Keempat karir tersebut dapat dijalani oleh para lulusan Strata-1 akuntansi dari berbagai perguruan tinggi. Dalam memilih karir, mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti penghargaan financial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai 18
social, lingkunan kerja, dan pertimbangan pasar kerja serta personalitas. Faktor-faktor tersebut bisa dikatakan sebagai motivasi yang mendorong mahasiswa akuntansi sehingga mereka memilih karir tersebut. Mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan public, bisa jadi dipengaruhi factor yang berbeda dengan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan pendidik, demikian juga kemungkinan factor-faktor itu berbeda apabila mahasiswa memilih karir yang berbeda.
2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan dipersiapkan untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut (Munawir, 2002:6) laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara :
1.
Fakta yang telah dicatat
2.
Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi
3.
Pendapat pribadi
19
Dengan melihat sifat-sifat laporan keuangan tadi maka dapat ditarik kesimpulan keterbatasan laporan keuangan itu adalah : 1.
Laporan keuangan bersifat historis. Yaitu merupakan pelaporan keuangan yang telah lewat.
2.
Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya pasti dan benar, tetapi sebenarnya dapat dimanipulasi.
3.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
2.1.5 Gambaran umum SAK dan PSAK nomor 27 Akuntansi di dalam pelaksanaan praktek nya sehari-hari didasari oleh suatu standar yang telah diterima umum, standar itu berisi tentang konvensi, peraturan dan prosedur yang telah disusun dan disahkan oleh lembaga resmi yang diakui pemerintah, profesi, dan umum yakni komisi Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang berada di bawah lembaga Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yang pada tahun 1987 mengeluarkan buku prinsip akuntansi Indonesia. Yang pada akhirnya buku ini berkembang dan menyesuaikan dengan tuntutan pemakai laporan keuangan. Pada tahun 1994 PAI diubah menjadi komite SAK. Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan, yang terakhir adalah edisi tahun 2009. Di dalam salah satu SAK itu terdapat PSAK yang mengatur tentang perkoperasian yaitu nomor 27 yang di mana tidak mengalami perubahan sejak revisi tahun 1998. Dalam PSAK 27 ini mengatur dan menjelaskan 20
tentang karakteristik koperasi, struktur penggolongan koperasi, usaha dan jenis koperasi, tujuan koperasi, ruang lingkup koperasi, modal koperasi, aset, pendapatan dan juga tentang laporan keuangan koperasi.
2.1.6 Akuntansi Perkoperasian (PSAK nomor 27) 2.1.6.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 koperasi adalah “Badan usaha yang beranggotaan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdaarkan asas kekeluargaan”. Berdasarkan definisi tadi koperasi mengandung unsur : koperasi itu adalah suatu badan usaha yang mengahasilkan laba, koperasi beranggotakan sekumpulan orang-orang yang mempunyai kepentingan ekonomi
yang sama, koperasi Indonesia bekerja
berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang ditetapkan di Indonesia dan juga berdasarkan atas kekeluargaan. Jadi koperasi adalah kumpulan orang-orang yang mandiri, yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan bersama mereka dalam kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan dan aspirasi, melalui suatu badan usaha yang dimiliki bersama dan dikontrol bersama secara kekeluargaan. 2.1.6.2 Fungsi Koperasi Dalam pasal 4 Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa fungsi koperasi yaitu : 21
1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
2.1.6.3 Karakteristik Koperasi PSAK (2009 : 27.1) karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm) oleh karena itu : 1. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. 2. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika
22
kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab social, dan kepedulian terhadap orang lain. 3. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya. 4. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggotanya. 5. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang non anggota koperasi. 2.1.6.4 Bentuk Koperasi PSAK (2009: 27.2) bentuk koperasi terbagi kedalam koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seorang. Koperasi sekunder adalah koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh orang yang dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang. Sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh koperasi primer sedikitnya 3 koperasi.
2.1.6.5 Prinsip Prinsip Koperasi
23
Prinsip-prinsip koperasi menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 dan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah : 1. Keanggotaan bersifat sukarela Maksudnya di sini adalah seseorang tidak boleh dipaksa untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berlandaskan keinginan pribadi. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi Maksudnya di sini adalah pemilihan para anggota koperasi dilakukan pada saat rapat anggota. Pengelola koperasi itu berasal dari anggota koperasi itu sendiri. Setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam pemilihan pengurus. 3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota Maksudnya disini bisa diartikan bahwa semakin sering anggota melakukan transaksi bisnis dengan koperasinya maka semakin besar SHU yang diterimanya 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian Dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha organisasi. 6. Pendidikan perkoperasian 7. Kerjasama antar koperasi
2.1.6.6 Struktur Organisasi Koperasi di Indonesia 24
Secara umum struktur organisasi dan tatanan manajemen koperasi Indonesia yaitu : 1. Rapat anggota Dapat di artikan sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi di koperasi. 2. Pengurus Perwakilan anggota koperasi yang dipilih melalui koperasi yang dipilih melalui rapat anggota, yang bertugas mengelola organisasi dan usaha 3. Pengawas Perangkat organisasi yang dipilih dari anggota dan diberi mandate untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi 4. Pengelola Mereka yang diangkat dan diberhentikan oleh pengurus untuk mengembangkan usahan koperasi secara efisien dan professional. 2.1.6.7 Pengguna Laporan Keuangan Koperasi Laporan keuangan koperasi selain merupakan bagian dari sitem pelaporan keuangan koperasi, juga merupakan bentuk bagian dari pertangguang jawaban pengurus tentang kegiatan koperasi sehari-hari. Dengan kata lain bila dilihat dari sudut pandang manajemen maka hal ini bisa membuat pihak manajemen mengevaluasi kinerjanya agar lebih maju. Pengguna utama dari laporan keuangan koperasi adalah : 25
1. Para pengguna dan calon anggota koperasi 2. Pejabat koperasi 3. Bank 4. Kreditur 5. Kantor pajak 2.1.6.8 Tujuan Pelaporan Keuangan Koperasi Tujuan keuangan laporan koperasi adalah untuk menyediakan koperasi yang berguna bagi pemakai utama dan pemakai lainnya. Menurut Amin Widjaya Tunggal (2002 :98-99) beberapa hal yang dapat di informasikan oleh pemakai keuangan adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui manfaat yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi 2. Mengetahui prestasi keuangan koperasi selama satu periode dengan sisa hasil usaha dan manfaat keanggotaan koperasi sebagai ukuran 3. Mengetahui sumber daya ekonomis yang dimiliki koperasi, kewajiban, dan kekayaan bersih, dengan pemisahaan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota. 4. Mengetahui transaksi, kejadian dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban dan kekayaan bersih dalam suatu periode, dengan pemisahan antara yang berkaitan dengan anggota dan bukan anggota 5. Mengetahui inforamasi penting lainnya yang mungkin berpengaruh dengan likuiditas dan solvabilitas koperasi
26
Informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan seperti yang dimaksud diatas adalah dengan cara sebagai berikut : 1. Sumber daya ekonomi yang dimiliki koperasi itu sendiri 2. Kewajiban koperasi yang harus dipenuhi koperasi 3. Kekayaan bersih yang dimiliki oleh anggota koperasi koperasi dan koperasi itu sendiri 4. Transaksi keadaan dan kejadian yang terjadi dalam suatu periode yang mengubah sumber daya ekonomis kewajiban dan kekayaan bersih koperasi 5. Sumber dan penggunaan dana serta informasi-informasi lain yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas koperasi
2.1.7 Penerapan PSAK nomor 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian Suatu koperasi dikatakan telah menerapkan standar akuntansi keuangan apabila koperasi tersebut dalam membuat laporan keuangan koperasi berpedoman kepada standar akuntansi keuangan (SAK) khususnya SAK tentang akuntansi perkoperasian nomor 27 tahun 2007. Menurut PSAK nomor 27 tahun 2007 Laporan keuangan koperasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi keluarga, dan catatan atas laporan keuangan. 1. Neraca : neraca menyajikan informasi mengenai asset, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu. 2. Perhitungan hasil usaha : perhitungan ini harus memuat hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, perhitungan 27
hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu 3. Laporan arus kas : laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada periode tertentu 4. Laporan promosi ekonomi anggota : adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota satu tahun tertentu laporan tersebut mencakup empat unsur yaitu : a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama. b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolaha bersama. c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi. d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha. Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian hasil usaha tahun berjalan. Sisa hasil usaha tahun berjalan harus dibagi sesuai denganketentuan anggaran dan anggaran rumah tangga koperasi. Bagian sisa hasil usaha untuk anggota merupakan manfaat ekonomi yang diterima anggota pada akhir tahun buku. 5. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures) yang memuat : Perlakuan akuntansi antara lain mengenai:
28
a. Pengakuan pendapatan dan beban sesungguhnya dengan transaksi koperasi dengan anggota dan non anggota b. Kebijakan akuntansi tentang asset tetap, penilaian persediaan, piutang dan sebagainya c. Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan nonanggota Pengungkapan informasi lain antara lain: a. Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota b. Aktivitas
koperasi
dalam
pengembangan
sumber
daya
dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota c. Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari koperasi dengan anggota dan non anggota d. Asset yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi Pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan menurut PSAK nomor 27 tahun 2009. (2009:27.4-9) 1. Ekuitas Ekuitas koperasi terdiri atas modal anggota berbentuk simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan sisa hasil usaha yang belum dibagi. Modal anggota, Simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya. Simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib. Penyajian nilai simpanan pokok dan simpanan wajib di neraca adalah dengan menyajikan nilai nominal simpanan wajib dan simpanan pokok. Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru diatas nilai nominal seimpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri diakui sebagai modal penyertaan partisipasi anggota. 29
Modal penyertaan, Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar jumlah nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar yang berlaku saat diterima. Modal sumbangan, Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutup resiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal sumbangan yang substansifnya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Cadangan, Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain-lain dibebankan kepada cadangan. Sisa hasil usaha, Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi, dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa hasil telah diatur secara jelas, maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 2. Kewajiban Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik diakui sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan tanggal jatuh temponya dan dicatat sesuai dengan nilai nominalnya. Sedangkan kewajiban adalah simpanan anggota yang berkarakteristik sebagai sejumlah tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota pada koperasi atas dasar kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai perjanjian. Dan juga simpanan ini tidak mengandung resiko kerugian dan sifatnya sementara.
30
3. Aset Aset yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaanya dan tidak dapat dijual kembali untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai asset lain-lain, sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Aset-aset yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai aset dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. 4. Pendapatan dan beban Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota diakui sebesar partisipasi bruto. Partisipasi bruto pada dasarnya adalah penjualan barang pada anggota. Dalam pengadaan barang dan jasa untuk anggota, partisipasi bruto dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi neto. Sedangkan partisipasi neto adalah kontribusi anggota terhadap hasil usaha koperasi yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dan beban pokok. Beban koperasi adalah beban sehubungan dengan gerakan perkoperasian dan tidak berhubngan dengan kegiatan usaha.
2.1.8 Tingkat Pendidikan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan menusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara atau pembuatan mendidik. Kemampuan karyawan yang multi talenta biasanya tergantung dengan tingkat pendidikan karyawan yang dijalaninya, semakin tinggi tingkat pendidikan karyawan maka semakin besar juga daya cipta atau daya pikir dalam menghasilkan sesuatu. Hal ini lah yang menyebabkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pembuatan laporan keuangan koperasi yang sesuai dengan PSAK nomor 27. Semakin
31
tinggi tingkat pendidikan karyawan maka akan mengakibatkan karyawan mampu untuk menerapkan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. 2.1.9 Pelatihan Salah satu keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan tergantung pada tingkat kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan dengan pelatihan, menurut Robert L. mathis (2002 :5) pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Kemampuan sumber daya manusia yang multi talenta akan menguntungkan perusahaan, hal ini dikarenakan akan semakin mampunya seseorang dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Jika sebuah perusahaan ingin memiliki daya saing tinggi di masa depan maka salah satu upaya strategi yang perlu dilakukan adalah menciptakan sebuah proses belajar berkelanjutan
di
seluruh
lapisan
karyawan
melalui
pelatihan
dan
pengembangan. Ada dua tujuan utama pelatihan dan pengembangan karyawan yaitu Pertama, pelatihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup kesenjangan antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan. Kedua, program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran-sasaran kerja yang telah ditetapkan (Husein : Blog) Kemampuan karyawan yang multi talenta biasanya tergantung dengan tingkat pelatihan yang dijalaninya semakin banyak tingkat pelatihan karyawan maka makin besar juga daya cipta atau daya pikirnya dalam menghasilkan sesuatu. Dalam hubungannya terhadap penerapan PSAK 32
nomor 27 pada koperasi, maka semakin banyak jam pelatihan karyawan akan mengakibatkan koperasi-koperasi makin mampu untuk menerapkan PSAK nomor 27. 2.1.10 Pengalaman Kerja Maksudnya disini adalah pengalaman masa kerja seseorang dalam bekerja untuk membuat laporan keuangan yang dinyatakan dalam tahun. Pengalaman kerja ini adalah proses dimana seseorang mengenal bagaimana cara berorganisasi. Saat proses itu lah seseorang akan belajar untuk bagaimana cara memecahkan suatu masalah yang dihadapi, dan dari masalah yang dihadapi itu akan memudahkan seseorang berkerja jika menghadapi masalah yang sama di masa akan datang. Dengan demikian pengalaman kerja seseorang akan menghasilkan perbedaan dengan orang yang tidak mempunyai pengalaman kerja, orang yang mempunyai pengalaman kerja akan mempunyai peluang lebih besar dalam mengerjakan tugas-tugas perusahaan dengan baik . Dalam hal hubungannya terhadap penerapan PSAK nomor 27 maka orang yang telah terbiasa dalam hal berkerja di koperasi dan koperasi tersebut menerapkan PSAK sebagai pedoman dalam pembuatan laporan keuangan koperasi maka akan lebih mudah dan lebih baik untuk membuat laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian di bandingkan dengan orang yang belum pernah menyusun laporan keuangan. Pengalaman kerja ini juga di tunjang dengan tingkat pendidikan seseorang dalam melakukan tugas dari perusahaan. jadi semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin banyak pengalaman kerja 33
seseorang maka akan membuat koperasi tersebut dalam hal
pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.1.11 Frekuensi Pengawasan Menurut Edy Sokarno (2000:1) untuk mencapai kinerja optimal maka perusahaan harus terorganisir dengan baik, memiliki visi dan misi, memiliki daya pengendalian manajemen serta mencintai pengetahuan untuk membantu orang agar dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi proses pengambilan keputusan. Selanjutnya menurut Robert J. Mocker seperti yang diterjemahkan oleh Hendrojogi (2000:130) pengendalian adalah suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang lebih dahulu di tetapkan menentukan apakah ada penyimpangan-penyimpangan dan mengukur signifikasi penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa tugas atau pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijaksanaan yang telah digariskan dan perintah ( aturan ) yang diberikan. Secara langsung pengawasan bertujuan untuk : 1. Menjamin ketepatan pelaksanaan sesuai rencana, kebijaksanaan dan perintah (aturan yang berlaku)
34
2. Menertibkan koordinasi kegiatan 3. Mencegah pemborosan dan penyimpangan 4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barnag dan jasa yang dihasilkan 5. Membina kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan organisasi Pengendalian manajemen bersifat menyeluruh dan terpadu, artinya lebih mengarah kepada upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi terpenuhi dan tercapai. Dalam arti lain bila manajemen melakukan penyimpangan maka hendaknya dapat diketahui sedini mungkin. Sebagaimana kita ketahui dalam struktur organisasi koperasi terdapat suatu badan pengawas koperasi yang mengemban amanat anggota untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi, Dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 1992 pasal 39 ayat 1 “Pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi”. sedangkan ayat 2 “Menyatakan pengawas berwenang untuk meneliti segala catatan yang ada pada koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan”. Jadi hubungannya dengan penerapan PSAK nomor 27 terhadap perkoperasian adalah semakain sering pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan di awasi maka akan mengakibatkan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan PSAK nomor 27 dapat diketahui secara dini, dan juga agar dapat segera diambil tindakan penyelesaian.
35
2.1.12 Pemeriksaan Eksternal Pemeriksaan (examination) digunakan untuk menguraikan jasa lain yang muncul dalam pernyataan positif suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kreteria yang telah ditetapkan. Boynton, Jhonson, Kell (2003:22). Pemeriksaan keuangan biasanya dilakukan oleh seorang Auditor. Audit menurut Dan M.Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters (2002:5) suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kreteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Auditor biasanya diklasifikasikan dalam tiga kategori berdasarkan siapa yang memperkerjakan mereka : Auditor independen, Auditor internal, dan Auditor pemerintah. Auditor independen bisanya disebut dengan auditor eksternal, adalah akuntan publik bersertifikat yang mempunyai kantor praktek tersendiri dan menawarkan jasa-jasa audit serta jasa lain kepada klien. Tanggung jawab auditor independen menurut Dan M.Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters (2002:11) adalah mengaudit laporan keuangan klien serta mengumpulkan bukti yang kompeten dan mencukupi untuk memberikan pandapat tentang laporan keuangan klien. Laporan keuangan itu tanggung jawab klien, yaitu klien lah yang bertanggung jawab atas pencatatan, pengikhtisaran, dan pengklasifikasian transaksi ekonomi serta 36
pengalokasiannya. Auditor hanya bertanggungjawab melaporkan apakah laporan keuangan tersebut disajikan secara wajar menurut prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Hubungan dengan penerapan PSAK nomor 27 terhadap pemeriksaan eksternal adalah apabila pemeriksaan dilakukan oleh auditor independen maka apabila terjadi kemungkinan koperasi tersebut tidak menerapkan sesuai pedoman yang berlaku maka auditor bisa menyampaikan kepada klien, sehingga penerapan PSAK nomor 27 dapat dilaksanakan secara benar.
2.2
Review Penelitian Sebelumnya Berdasarkan hasil penelitian dari Pusvita (2003) mengungkapkan bahwa banyak koperasi pegawai negeri di kota Banjarmasin yang belum menerapkan akuntansi perkoperasian menurut PSAK nomor 27. Banyaknya
koperasi
yang belum
menerapkan SAK tentang
perkoperasian dikarenakan sumber daya manusia koperasi tersebut kurang memadai, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan responden dalam menyusun laporan keuangan tidak sesuai dengan jurusan akuntansi, penyebab lain sumber daya manusia tersebut kurang memadai adalah kurangnya pengetahuan dan pengalaman responden dalam penyusunan laporan keuangan koperasi. Penelitian Pusvita (2003) didukung oleh penelitian Nina (2006) yang mengungkapkan bahwa masih banyak koperasi yang tidak melakukan pemisahan pada akun-akun tertentu yang perlu dipisahkan, misalnya dalam pos beban, kewajiban, dan pendapatan. Dalam penyajian laporan keuangan 37
tidak di pisahkan antara beban perkoperasian dengan beban usaha, kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek, dan pendapatan anggota atau non anggota. Penyebab banyaknya koperasi tidak melakukan pemisahan tesebut dikarenakan kurang sesuainya jurusan pendidikan responden dalam menyusun laporan keuangan, ditambah dengan kurangnya pengetahuan dan pengalaman responden dalam membuat laporan keuangan koperasi. Pengalaman responden dalam memuat laporan keuangan koperasi justru didapat setelah diadakannya pelatihan oleh koperasi tersebut.
2.3
Kerangka Pikir dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Pikir Suharyadi (2008:88) kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti, penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi maka diperlukan kerangka berfikir. Dari beberapa teori yang telah di kembangkan diatas, maka dapat diungkapkan suatu kerangka pikir yang berfungsi sebagai acuan alur pikir dan dasar penelitian yang akan diuji apakah terdapat hubungan antara pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan yang sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai berikut : 38
Kerangka pikir dari penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 2.l berikut ini :
Tingkat pendidikan (X1) Pelatihan (X2)
Mutu laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK Nomor 27 tahun 2007 Tentang Akuntansi Perkoperasian (Y)
Pengalaman kerja (X3) Frekuensi pengawasan (X4) Pemeriksaan (X5)
Bagan 2.1 Kerangka pikir tentang “Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 pada koperasi di kabupaten Hulu Sungai Tengah”
2.3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, menurut Nur Indrianto, dan Bambang Supomo (2002:73) hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Atas dasar pokok masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini dapaat disusun hipotesis sebagai berikut: H1
: Tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
39
H2
: Pelatihan mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
H3
: Pengalaman kerja mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
H4
: Frekuensi pengawasan mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
H5
: Pemeriksaan eksternal mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
40
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan : Untuk mendapatkan bukti empiris apakah tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
3.2. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini untuk : 1. Memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 2. Memberikan masukan kepada koperasi mengenai faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan tentang pemilihan seseorang yang akan diserahi tanggung jawab dalam menyusun laporan keuangan dan menyajikan laporan keuangan sebagai laporan pertanggungjawaban tugasnya. 3. Mengembangkan pengetahuan dibidang akuntansi khususnya akuntansi perkoperasian 41
4. Dapat bermanfaat bagi penelitian lain sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.
42
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif. Dalam penelitian ini akan memberikan gambaran suatu data mengenai factor-faktor yang mempunyai hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK N0. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian. 4.1.2. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu Hubungan Tingkat pendidikan, Pelatihan Pengalaman, dan Frekuensi pengawasan serta Pemeriksaan eksternal dengan Mutu Laporan Keuangan sesuai PSAK N0. 27 tentang Akuntansi Perkoperasian.
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi sekaligus sampel dalam penelitian ini adalah seluruh koperasi yang aktif di kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 48 buah, terdiri dari 44 buah koperasi primer non KUD dan 4 buah KUD. Berikut data yang menunjukkan koperasi yang masih aktif di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
43
Tabel 4.1 Daftar Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kecamatan Non KUD KUD Haruyan 2 1 Batu benawa 1 1 Hantakan 1 Batang Alai Selatan 1 1 Batang Alai Tengah 1 Barabai 33 1 Labuan Amas Selatan 2 Labuan Amas Utara 1 Pandawan 1 Batang Alai Utara 1 Limpasu Jumlah 44 4 Sumber : BPS Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Tengah Dalam Angka, 2008, di olah kembali. Penelitian ini dilakukan dengan cara sensus, yaitu seluruh populasi
koperasi yang masih aktif di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menjadi responden atau unit analisis. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kepala bagian akuntansi dan bendaharawan pada koperasi-koperasi di Hulu Sungai Tengah.
4.3. Jenis dan Sumber Data 4.3.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Kualitatif, yaitu beberapa informasi mengenai proses penyusunan laporan keuangan dan beberapa hal umum mengenai koperasi. Data kualitatif yaitu data yang dapat dikategorikan akan tetapi tidak dapat dikuantitatifkan karena tidak berupa angka, tetapi berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi perusahaan. 44
4.3.2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang yang dapat diakses melalui internet, penelusuran dokumen, ataupun publikasi informasi (Sekaran, 2006:65). Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Data primer berupa data kuesioner yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden. 2. Data sekunder dalam penelitian diperoleh dari laporan koperasi, Biro Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Dinas Koperasi Hulu Sungai Tengah dan intansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dibahas.
4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 4.4.1. Variabel Independen (X) Variabel independen atau bebas dalam penelitian ini terdiri dari lima variabel yaitu tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal. 4.4.1.1. Tingkat Pendidikan (x1) Tingkat pendidikan disini adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden di koperasi tersebut, tingkat pendidikan ini diukur dengan rincian sebagai berikut : SD
= 6 tahun
DIPLOMA II
= 2 tahun
SMP
= 3 tahun
DIPLOMA III
= 3 tahun
45
SMU
= 3 tahun
SARJANA S1
= 4 tahun
DIPLOMA I
= 1 tahun
SARJANA S2
= 2 tahun
Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMU maka jumlah tahun pendidikannya 12 tahun karena ditambah dengan masa SD dan SMP, sedangkan bagi responden yang memiliki tingkat pendidikan DIPLOMA maka jumlah masing-masing tingkat pendidikan untuk DIPLOMA I 13 tahun, DIPLOMA II 14 tahun, dan DIPLOMA III 15 tahun. Untuk responden yang memiliki tingkat pendidikannya SARJANA S1 adalah 16 tahun, sedangkan untuk SARJANA S2 adalah 18 tahun. 4.4.1.2. Pelatihan (x2) Pelatihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelatihan yang diikuti responden yang berhubungan dengan akuntansi atau penyusunan laporan keuangan. Variabel pelatihan ini diukur dalam bentuk satuan “jam”, yaitu berapa jumlah pelatihan akuntansi yang telah diikuti oleh responden. 4.4.1.3. Pengalaman Kerja (x3) Pengalaman kerja yang di maksudkan adalah banyaknya pengalaman responden dalam membuat laporan keuangan koperasi. Variabel pengalaman kerja diukur dalam satuan berapa kali banyaknya pengalaman responden dalam membuat laporan keuangan koperasi. 4.4.1.4. Frekuensi Pengawasan (x4) Frekuensi pengawasan adalah banyaknya pengawasan yang dilakukan dalam pembuatan laporan keuangan koperasi selama periode proses akuntansi atau dalam satu tahun. Variabel frekuensi pengawasan diukur dalam satuan 46
berapa kali dilaksanakan oleh badan pengawas untuk mengawasi laporan keuangan koperasi. 4.4.1.5. Pemeriksaan Eksternal (x5) Pemeriksaan eksternal yang di maksud disini adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar atau auditor. Pemeriksaan eksternal di ukur dengan pernah tidaknya laporan keuangan koperasi di periksa oleh auditor selama periode proses akuntansi atau satu tahun, jika laporan keuangan koperasi di periksa auditor maka diberi nilai = 1 dan jika laporan keuangan koperasi tidak di periksa auditor maka diberi nilai = 0.
4.4.2. Variabel Dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerapan PSAK nomor 27 tahun 2007 tentang akuntansi perkoperasian. Suatu koperasi dikatakan baik apabila dalam pembuatan laporan keuangan berpedoman pada PSAK, khususnya SAK nomor 27. Variabel dependen diukur dengan kuesioner yang telah digunakan penelitian terdahulu (Pusvita : 2003 dan nina : 2006) yang terdiri dari beberapa unsur yaitu : Identitas responden, mengenai siklus akuntansi, mengenai cara pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan per pos menurut SAK nomor 27, serta mengenai penerapan laporan keuangan menurut SAK nomor 27. Pengukuran variabel dependen ini menggunakan skala Guttman, pada skala ini didapat jawaban yang tegas dari setiap pertanyaan. Kuesioner hanya menjawab “YA” dan “TIDAK”. Untuk jawaban YA diberi nilai 1, dan untuk jawaban TIDAK diberi nilai 0. Selanjutnya terhadap semua jawaban tersebut di 47
jadikan persentase untuk penerapan SAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. Laporan keuangan dalam pembuatannya sudah menerapkan atau belum menerapkan SAK dapat dilihat melalui nilai prosentase. Soedarno dalam Pusvita (2003) menyatakan bahwa nilai diatas 80% maka laporan keuangan tersebut sangat baik, hal ini karena sudah sepenuhnya menerapkan PAI (sekarang adalah SAK). Tabel 4.2 : Prosentase Penilai Laporan Keuangan Prosentase Keterangan 0 sampai 30
Tidak baik
30 sampai 50
Kurang baik
51 sampai 69
Cukup baik
70 sampai 80
Baik
Lebih dari 80 Sumber : Soedarno dalam Pusvita, Skripsi 2003
Sangat baik
4.5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Teknik wawancara dan kuesioner, yaitu peneliti mengadakan tanya jawab langsung dengan responden guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan obyek penelitian, kuisioner ini digunakan untuk mendapat informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Kuesioner ini dapat dilihat di lampiran belakang proposal ini.
48
2. Teknik observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat dari obyek penelitian.
4.6. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari penelitian dilapangan atau hasil kuesioner dengan menggunakan analisa data statistik melalui program SPSS versi 16. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Korelasi Pearson atau disebut Korelasi Produk Moment. Menurut Suharyadi (2004:460) analisis korelasi adalah suatu teknik statistika yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan atau korelasi antara dua variabel. Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui suatu keeratan hubungan antara satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen. Untuk melihat keeratan hubungan antara variabel-variabel. Sugiyono (2008:248) membuat rumus korelasi Pearson sebagai berikut : n∑xiyi – (∑xi) (∑yi) rxy = {n∑xi2 – (∑xi)2}{ n∑yi2 – (∑yi)2} Keterangan : r : nilai koefisien ∑x : jumlah pengamatan variabel X ∑y : jumlah pengamatan variabel Y ∑xy : jumlah hasil perkalian variabel x dan y 2 (∑x ) : jumlah kuadrat dari pengamatan variabel x (∑x)2 : jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel x 2 (∑y ) : jumlah kuadrat dari pengamatan variabel y : (∑y)2 jumlah kuadrat dari jumlah pengamatan variabel y N : jumlah pasangan pengamatan y dan x 49
Sugiyono (2008:250) menyatakan bahwa untuk menentukan koefisien korelasi digunakan pedoman sebagai berikut : Tabel 4.3 koefisien korelasi Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
Sumber :Sugiyono, 2008
4.6.1. Validitas dan Reliabilitas Sebelum melaksanakan uji korelasi pearson maka diadakan uji validitas dan reliabilitas, hal ini mengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Uji validitas terhadap instrumen penelitian dilakukan dengan melakukan percobaan
terhadap 30 orang responden. Seperti
dikatakan Umar ( 2008 : 59) bahwa disarankan agar jumlah responden untuk uji coba, minimal 30 orang dengan tujuan agar distribusi nilai (skor) akan lebih mendekati kurva normal. Cara yang digunakan adalah dengan analisis item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh
butir
pertanyaan untuk suatu
variabel dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, (Umar, 2008 : 59).
Data yang didapat diolah dengan menggunakan komputer 50
paket program SPSS versi 16. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi antara butir dengan skor total lebih besar atau sama dengan 0,3 (Sugiono 2008:188). dengan
Sedangkan uji reliabilitas dilakukan
menggunakan Alpha Cronbach (Umar, 2002 : 125).
Setelah
melalui proses pengujian validitas butir, suatu instrumen dikatakan reliabel kalau memiliki koefisien > 0,6 (Imam Ghozali 2006:42).
4.6.2.Pengujian Hipotesis Penelitian Menurut sugiyono (2008:98) hipotesis statistik hanya ada berdasarkan data sampel. Untuk menguji masing-masing hipotesis penelitian adalah dengan cara menentukan hipotesis statistik beserta dasar pengambilan keputusan, sebagai berikut 1. Pengujian hipotesis penelitian I Hipotesis statistik Ho : Diduga tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan
sesuai
PSAK
nomor
27
tentang
akuntansi
perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Ha : Diduga ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasikoperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 51
Untuk menguji hipotesis I digunakan kriteria pengujian dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 % sebagai berikut : a. Ho diterima, jika nilai probability/signifikansi (ρ) ≥ 0.05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Suangai Tengah. b. Ha diterima, jika nilai probability/signifikansi (ρ) < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, frekuensi pengawasan, dan pemeriksaan eksternal dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pengujian statistik yang dilakukan terhadap data tersebut. pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0. Pembahasan diawali dengan statistik deskriptif mengenai demografi dan karakteristik responden, dan variabelvariabel penelitian. 5.1. Gambaran objek penelitian 5.1.1 Struktur Organisasi Koperasi Secara Umum di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Struktur organisasi koperasi dapat dilihat pada bagan 5.1 pada halaman berikut ini.
53
54
Secara umum, struktur organisasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Rapat anggota Rapat anggota memegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi. Rapat anggota yang dilaksanakan oleh koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah biasanya dilakukan satu kali dalam setahun, yaitu pada akhir tahun antara bulan November dan Desember. Saat dilaksanakan rapat anggota koperasi-koperasi di Hulu Sungai Tengah mengundang perwakilan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah untuk ikut serta hadir dalam rapat anggota, hal ini ditujukan untuk ikut serta membina dan memberi pengarahan untuk kemajuan koperasi tersebut. Pemimpin dalam rapat anggota dipimpin oleh ketua pengurus koperasi dan pemimpin memberikan hasil kinerja koperasi dalam satu tahun dalam bentuk laporan pertanggung jawaban koperasi. Sedangkan para anggota koperasi diberi kesempatan bertanya tentang laporan pertanggung jawaban koperasi dan bagaimana kinerja koperasi selama setahun. Anggota juga diberi kesempatan untuk memberikan usulan umum seperti : Pembagian SHU sesuai dengan jasa masing-masing anggota/kelompok, setiap anggota yang baru ingin masuk menjadi anggota koperasi hendaknya selektif maksudnya disini anggota tersebut hendaknya mampu memenuhi kewajiban pokoknya, dalam membayar zakat hendaknya diurus oleh badan yang berwenang langsung di Barabai tidak diurus oleh pengurus. Kemudian setelah diberikan penjelasan tentang isi laporan pertanggung jawaban 55
koperasi dan semua usulan dari anggota dipertimbangkan maka rapat anggota menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi di tahun yang akan datang, menetapkan dan mengesahkan kebijakan pengurus dalam bidang usaha maupun organisasi setelah disetujui dalam rapat anggota, menetapkan kebijakan koperasi umum seperti penerimaan anggota baru, memilih dan mengangkat dan memberhentikan pengurus, badan pengawas serta penasehat setelah masa kerja berakhir biasanya dalam 5 tahun periode. 2) Pengurus Pengurus koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan staf atau anggota koperasi. Pengurus dipilih secara musyawarah antar anggota koperasi didalam rapat anggota dan biasanya dilakukan lima tahun sekali pergantian pengurus kecuali ada hal-hal lain yang menyimpang sehingga pengurus diganti. Pengurus koperasi adalah anggota dari koperasi itu sendiri tidak memperkerjakan atau menyewa jasa orang lain untuk mengurus koperasi. Pengurus ditugaskan untuk mengelola koperasi supaya berjalan dengan baik dan bisa mensejahterakan anggotanya, pengurus juga harus bisa membuat laporan pertanggung jawaban dan mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi yang akan ditampilkan saat diadakannya rapat anggota. pengurus juga diharuskan mengikuti pelatihan satu kali dalam setahun yang biasanya pelatihan tersebut dilakukan di Banjarbaru.
56
3) Badan Pengawas Pengawas dipilih secara musyawarah dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Anggota pengawas di masing-masing koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah berjumlah 3 orang yaitu terdiri ketua dan 2 orang wakil yang turut serta membantu dalam hal pengawasaan. Pengawas tidak bergabung jabatannya dengan pengurus tapi dalam hal pekerjaannya pengawas bila mengalami kesulitan maka pengawas bisa dibantu oleh orang yang dipilih dan di percaya oleh pengawas. Tugas pengawas di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah mencatat dan mengawasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pengurus koperasi kemudian saat diadakan rapat anggota pengawas akan melaporkan hasil pengawasan yang dilakukan dalam satu tahun laporan kegiatan koperasi. 4) Pembina dan Penasehat Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah berada di bawah binaan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, sehingga sewaktu-waktu pengurus koperasi dapat berkonsultasi mengenai aktivitas koperasi. Selain itu, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dapat juga berperan baik dalam membantu membuat laporan pertanggung jawaban atau juga menyediakan jasa auditor bagi koperasi. Ketika koperasi mengadakan rapat anggota biasanya koperasi mengundang perwakilan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah oleh karena itu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi berkewajiban mengirimkan staf atau karyawan dinasnya untuk turut serta hadir dalam rapat anggota. Hal ini dikarenakan dalam rapat anggota biasanya perwakilan dari dinas 57
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi memberikan sambutan dan juga ikut ambil serta dalam memberikan usulan demi kemajuan koperasi tersebut. 5) Manajer Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah hanya sebagian yang memiliki manajer dalam hal struktur organisasi koperasi, hal ini dikarenakan manajer dan ketua pengurus koperasi biasanya merangkap menjadi satu bagian. Sedangkan sebagian koperasi yang memiliki manajer dalam struktur kepengurusan koperasi manajer hanya membantu kerja dari pengurus, hal ini dikarenakan segala hal dalam pengambilan keputusan koperasi ditentukan oleh pengurus koperasi. 6) Bagian umum Bagian umum dalam koperasi terdiri dari 4-5 orang yang bertugas dalam menyelasaikan segala tugasnya dikoperasi. Tugas dari bagian umum adalah melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan surat-menyurat izin dari anggota yang berada di struktur koperasi, seperti surat izin pergi melakukan pelatihan bagi pengurus yang bersangkutan. 7) Bagian administrasi keuangan Bagian administrasi keuangan biasanya mengatur segala pemasukan dan pengeluaran kas, misalkan pemasukan yang diperolah dari pendapatan usaha yang dilakukan koperasi. Ataupun pengeluaran yang dilakukan untuk membayar zakat dan pengeluaran yang didapat dari pinjaman uang yang dilakukan oleh anggota koperasi.
58
8) Bagian jasa (jasa kredit/ simpan pinjam dan jasa lain) Bagian jasa mempunyai tugas membantu manajer dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan masalah kredit dan jasa lain yang bersangkutan. Kemudian mengumpulkan data untuk menyusun rencana kebutuhan kredit apabila diperlukan koperasi untuk menjalankan usahanya, dan melaksanakan segala urusan administrasi kredit yang dilakukan atau diperlukan oleh anggotanya untuk berhutang kepada koperasi. 9) Bagian pertokoan Pengurus yang berada di bagian pertokoan bertugas untuk membantu dan melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan pembelian barang, penyimpanan barang dan penjualan barang yang ada ditoko. Kemudian membuat catatan segala transaksi dan bertanggung jawab kepada pengurus.
5.2. Hasil Penelitian 5.2.1. Analisis Deskriftif Total kuesioner yang disebar sebanyak 49 kuesioner kepada responden yaitu kepala bagian akuntansi atau bendahara yang turut serta dalam menyusun laporan keuangan. Kuesioner yang disebarkan kembali semua dan dapat diolah serta dianalisis lebih lanjut hal ini dikarenakan metode penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara bertanya secara langsung kepada responden. Dengan demikian tingkat pengembalian (respon rate) dari kuesioner yang disebarkan sebesar 100%. 59
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia responden, jenis kelamin responden, jenis usaha dapat dilihat pada table-tabel berikut ini. Tabel 5.1 Jumlah Responden Berdasarkan Usia No 1 2 3 4
Usia 21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 Total Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Jumlah 14 23 9 2 48
Persentase 29.16% 47.91% 18.75% 4.17% 100%
Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, usia responden yang terbesar adalah berusia antara 31 – 40 tahun sebanyak 47.91%, kemudian kelompok usia 21 – 30 tahun sebanyak 29.16% sisanya 18.75% berumur 41 – 50 tahun dan 4.17% berumur 51 – 60 tahun. jadi sebagian besar responden berusia antara 31 – 40 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut adalah usia dimana seseorang dapat menghasilkan sesuatu dengan produktif. Tabel 5.2 Jenis Kelamin Responden No 1 2
Keterangan Total responden Laki-laki 31 Wanita 17 Jumlah 48 Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Persentase 64.58% 35.41% 100%
Berdasarkan Tabel 5.2 dilihat dari jenis kelamin sebagian besar 64.58% responden berjenis kelamin laki-laki dan hanya 35.41% berjenis kelamin
60
wanita, hal ini dikarenakan dalam struktur anggota pengurus koperasi lebih banyak diisi oleh laki-laki dari pada wanita. Tabel 5.3 Jenis Usaha Koperasi No 1 2 3 4 5
Keterangan Simpan Pinjam Waserda Simpan pinjam dan waserda S.P, menyewakan toko S.P, jasa kredit BBM & Rumah Jumlah Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Koperasi (unit) 19 2 16 4 7 48
Persetase 39.58% 4.16% 33.33% 8.33% 14.58% 100%
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, dilihat dari jenis usaha koperasi sebagian besar 39.58% simpan pinjam, sebanyak 33.33% melakukan usaha simpan pinjam dan warung serba ada dan sebanyak 14.58% melakukan usaha simpan pinjam dan jasa kredit BBM dan Rumah, sisanya dibawah 10% melakukan usaha waserda, simpan pinjam, dan menyewakan toko. Jadi dilihat jenis usaha koperasi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah bergerak dibidang simpan pinjam. Jenis usaha inilah yang sangat diminati oleh koperasi dan anggotanya.
5.2.2 Karakteristik Jawaban Responden 5.2.2.1 Penerapan PSAK nomor 27 Tentang Akuntansi Perkoperasian Laporan keuangan dikatakan baik apabila laporan keuangan tersebut beracuan atau berpedoman pada SAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. Laporan keuangan koperasi dalam penelitian ini diukur dari beberapa unsur pokok penerapan SAK, yaitu sebagai berikut :
61
1. Siklus akuntansi atau pembukuan yang dilakukan, dimana dalam hal ini meliputi tentang bukti transaksi yang digunakan koperasi, kode rekening atau kode akuntansi, jurnal umum, buku besar, pembukuan keuangan koperasi, dan jurnal penyesuaian. 2. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aset, yang meliputi aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. 3. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan kewajiban yang meliputi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. 4. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan ekuitas koperasi yang meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain, model penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan SHU (sisa hasil usaha) yang belum dibagi. 5. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pendapatan dan beban, dimana dalam hal ini meliputi pendapatan anggota, pendapatan non anggota, beban usaha, dan beban perkoperasian. 6. Penerapan laporan keuangan menurut PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian dan yang berlaku umum, yang meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, tentang gambaran umum laporan keuangan koperasi yang sesuai dan menerapkan SAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian dapat dijelaskan sebagai berikut : Gambaran umum koperasi yang menerapkan PSAK di Kabupaten Hulu Sungai Tengah lebih dari sebagian koperasi telah memiliki laporan keuangan 62
yang cukup baik tepatnya sekitar 27 koperasi atau 55.10%, koperasi yang memiliki laporan keuangan kurang baik tepatnya sekitar 4 atau 8.16%, untuk koperasi yang telah baik laporan keuangannya berjumlah 18 koperasi atau 36.73%. Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah tidak memiliki laporan keuangan yang tidak baik maupun sangat baik. (Tabel 4.5) Tabel 5.4 Koperasi yang Menerapkan PSAK nomor 27 Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah No
persentase
Banyak Jumlah koperasi persentase 1 0 sampai 30 0 0% 2 30 sampai 50 4 8.33% 3 51 sampai 69 26 54.16% 4 70 sampai 80 18 37.5% 5 Lebih dari 80 0 0% Jumlah 48 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2009
keterangan Tidak baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat baik
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa koperasi yang memiliki nilai persentase diantara 30 sampai 50 berjumlah 4 koperasi atau 8.33% dari seluruh koperasi. 4 koperasi tersebut memiliki proses pembukuan yang kurang baik, kemudian kurang dijelaskannya hal-hal berikut ini didalam laporan keuangan koperasi yaitu: mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aktiva yang meliputi aktiva lancar, investasi jangka panjang, aktiva tetap. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan kewajiban yang meliputi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan ekuitas koperasi yang meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan lain, model penyertaan, modal sumbangan, cadangan, dan SHU (sisa hasil usaha) yang belum dibagi. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan pendapatan dan beban, 63
dimana dalam hal ini meliputi pendapatan anggota, pendapatan non anggota, beban usaha, dan beban perkoperasian. Tidak dibuatnya laporan keuangan koperasi yang lengkap yaitu menurut PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian dan yang berlaku umum, yang meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi anggota, dan catatan atas laporan keuangan. Adapun kemungkinan yang menjadi penyebab kurang baiknya laporan keuangan yang dibuat ada pada responden yang menyusun laporan keuangan, misalkan karena pendidikan yang rendah atau pendidikan yang tinggi namun pendidikan tersebut tidak sesuai dengan jurusan akuntansi, pelatihan yang diadakan oleh koperasi sering tidak di ikuti, pengalaman kerja yang masih kurang dalam hal menyusun laporan keuangan, pengawasan yang terlalu sedikit dilakukan oleh badan pengawas dan banyaknya laporan keuangan yang belum diperiksa oleh auditor luar. Sementara itu koperasi yang memiliki nilai persentase 51 sampai 69 berjumlah 26 koperasi atau 54.16% dari seluruh koperasi. Koperasi tersebut memiliki proses pembukuan yang cukup baik mulai dari Pengakuan dan pengukuran aktiva, kewajiban dan ekuitas. Pengumpulan bukti transaksi yang dimiliki sampai pencatatan atas laporan keuangan yang diperlukan. Akan tetapi dari segi penyajian dan pengungkapan belum sepenuhnya dijelaskan dalam laporan keuangan, hal ini dikarenakan koperasi tersebut tidak memiliki buku pedoman dalam membuat laporan keuangan yaitu buku SAK. Sedangkan sisanya koperasi yang memiliki tingkat hasil persentase antara 70 sampai 80 berjumlah 18 koperasi atau 37.5% dari seluruh koperasi 64
memiliki proses pembukuan yang baik. Mulai dari kelengkapan laporan keuangan yang dibuat sudah hampir semuanya kecuali laporan promosi anggota. Pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan aktiva, kewajiban dan modal pun sudah lumayan baik dalam laporan keuangan. Baiknya laporan keuangan koperasi mungkin diakibatkan tingginya pendidikan responden, seringnya pengawasan diadakan oleh badan pengawas dan diperiksanya laporan keuangan koperasi oleh pihak luar, akan tetapi hal yang paling penting untuk membuat laporan keuangan yang baik adalah lamanya pelatihan dilakukan dan pengalaman responden dalam membuat laporan keuangan koperasi. Dari Tabel 4.5 juga dapat dilihat bahwa tidak ada koperasi yang tidak baik dan sangat baik, hal ini menunjukkan bahwa belum ada koperasi yang menerapkan sepenuhnya standar akuntansi keuangan terutama dalam hal ini adalah PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. Secara umum dapat dilihat bahwa sudah banyak koperasi yang cukup baik dalam melakukan proses pembuatan laporan keuangan hal ini dapat diketahui dari Pengakuan dan pengukuran aktiva kewajiban dan ekuitas yang yang sudah baik. akan tetapi untuk penyajian laporan keuangan koperasi belum lengkap, hal ini dikarenakan semua koperasi tidak membuat laporan promosi ekonomi anggota, sebagian koperasi belum membuat laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
5.2.2.2 Tingkat Pendidikan Salah satu variabel yang mempunyai hubungan dengan penerapan standar akuntansi keuangan agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang 65
sesuai dengan SAK nomor 27 adalah tingkat pendidikan penyusun laporan keuangan tersebut. untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan laporan keuangan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.5 Tingkat Pendidikan Penyusun Laporan Keuangan pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah No
Tingkat Jumlah tahun pendidikan pendidikan 1 SMU 12 2 DIPLOMA I 13 3 DIPLOMA II 14 4 DIPLOMA III 15 5 SARJANA SI 16 6 SARJANA S2 18 Jumlah Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Jumlah Responden 16 3 10 3 16 0 48
persentase 33.33% 6.25% 20.83% 6.25% 33.33% 0% 100%
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan formal hingga SMU sebanyak enam belas koperasi atau 33.33% dari seluruh koperasi, adapun koperasi tersebut adalah : Primer Kopad Kodim 1002, Koprasi Pensiun Primer Koptama, Koprasi Karyawan Karya Dharma, Koperasi Pedagang Barokah, KPN Pegawai kesehatan, KPRI Hikmatul Wapa, KUD Bhakti, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Kepolisian, KPN
Sejahtera,
Koperasi
Pemuda,
Koperasi
Pegawai
Negri
Dinas
Kebudayaan, Koperasi Karya Swadarma, KPN Rutan, Koperasi Pedagang PPKB, dan Koperasi Serba Usaha Meratus. Selain itu untuk responden yang tingkat pendidikannya Diploma, yaitu Diploma I ada tiga responden yaitu : KPRI Dharma Praja, KPN Bina Karya dan KPRI Setia Kawan Birayang, KSU Berkat Bersama dan Koperasi Simpan Pinjam Teladan. Sadar Membangun. Diploma II ada sepuluh responden yang terdiri dari : KPRI Bina Warga, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, KPRI 66
Havea Sejahtera, KPN Karya Tama, Kopontren Darul Istikamah, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Wanita Melati, Koperasi Wanita Restu Ibu, dan KPRI Restu. Dan Diploma III ada 3 Koperasi yaitu KPRI Setia Kawan Birayang, KSU Berkat Bersama dan Koperasi Simpan Pinjam Teladan. Tingkat pendidikan responden Sarjana S1 berjumlah 16 orang atau sebesar 33.33% dari seluruh koperasi. Adapun koperasi-koperasi tersebut adalah KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, Koperasi Karyawan Lisna, KPRI Al Hikmah Ilung, Primer Kopad Yonif 621, Koperasi Pedagang Al Ansar, KPRI Puyuh Jaya, KPN Ganesya, Koperasi Karyawan Sarigading, Koperasi Pedagang Pasar, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha Bersama, Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KUD Giat Usaha, Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung dan KSU cahaya Murakata. Apabila tingkat pendidikan dikaitkan dengan penerapan PSAK dalam pembuatan laporan keuangan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab cukup baiknya laporan keuangan yang dihasilkan oleh koperasi tersebut adalah tingkat pendidikan responden yang membuat laporan keuangan tersebut relatif tinggi. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini memiliki jurusan yang beragam, akan tetapi apabila tingkat pendidikan responden tersebut baik SMA/SMK, Diploma, dan Sarjana yang memiliki kejurusan dibidang akuntansi atau keuangan maka responden tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang baik. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah akan tetapi sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi atau keuangan 67
akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik atau sama baiknya dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi tetapi bukan jurusan akuntansi.
5.2.2.3 Pelatihan Variabel selanjutnya yang memiliki hubungan dengan penerapan PSAK nomor 27 adalah pelatihan. Dalam penyusunan laporan keuangan biasanya responden dilakukan pelatihan terlebih dahulu sebelum membuat suatu laporan keuangan. Gambaran umum mengenai pelatihan yang dilakukan koperasikoperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.6 Pelatihan Dalam Menyusun Laporan Keuangan Pada Koperasi di Hulu Sungai Tengah No 1 2 3 4 5
keterangan Jumlah koperasi 0 – 10 jam 3 11 – 20 jam 6 21 – 30 jam 9 31 – 40 jam 16 41 – 50 jam 14 Jumlah 48 Sumber : Data primer yang diolah, 2009
persentase 6.25% 12.5% 18.75% 33.33% 29.16% 100%
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pelatihan yang diikuti koperasi kurang atau sama dengan 10 jam masa pelatihan diikuti oleh tiga buah koperasi atau 6.25% dari jumlah keseluruhan koperasi yaitu koperasi : KPRI Hikmatul Wapa, Koprasi Karyawan Swadarma, dan Koperasi Serba Usaha Meratus. Kemudian koperasi yang masa lama pelatihannya antara 11 sampai 20 jam terdapat enam koperasi atau 12.5% dari jumlah keseluruhan koperasi, koperasi tersebut adalah : Koperasi Pensiun Primer Koptama, KPN pegawai Kesehatan, Koperasi Setia Bersama, KPN Sejahtera, KPN Rutan, dan Koperasi Pedagang PPKB. Koperasi yang masa pelatihannya antara 21 sampai 30 jam 68
terdapat Sembilan koperasi atau 18.75% dari keseluruhan koperasi, koperasi tersebut adalah :
Koperasi Karyawan Karya Dharma, KPN Bina Karya,
Koperasi Peduli Barokah, KUD Bhakti, Koperasi Kepolisian, KSU Berkat Bersama, KPN Karya Tama, Kopentren Darul Istiqamah dan KPRI Restu. Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah rata-rata jumlah jam pelatihannya antara 31 jam sampai dengan 50 jam, dapat dilihat ditabel 4.7 lebih dari 50% koperasi yang melaksanakan lama waktu pelatihannya direntan angka tersebut. terdapat 16 koperasi atau 33.33% dari keseluruhan koperasi yang melaksanakan pelatihan antara 31 sampai 40 jam, koperasi tersebut antara lain : Primer Kopad Kodim 1002, KPRI Bina Warga, Koprasi Karyawan Lisna, KPRI Dharma Praja, KPRI Setia Kawan Birayang, Koperasi Pedagang Besar Al Ansar, Koperasi Pemuda, KPRI Puyuh jaya, KPN Ganesya, KPRI Havea Sejahtera, Koperasi Pedagang Pasar, Koperasi Simpan Pinjam Teladan, Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung dan Koperasi Sadar Membangun. Selanjutnya terdapat 14 Koperasi atau 29.16% dari keseluruhan koperasi yang melaksanakan antara 41 sampai 50 jam, koperasi tersebut antara lain : KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, KPRI Al Hikmah Ilung, Primer Kopad Yonif 621, Koperasi Pegawai Negeri Dinas Kebudayaan, Koperasi Karyawan Sarigading, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha Bersama, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna, KUD Giat Usaha, Koperasi Wanita Melati, KSU Cahaya Murakata, Koperasi Wanita Restu Ibu. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kebanyakan koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah hanya melakukan satu kali pelatihan dalam 69
satu tahun, pelatihan itu diikuti oleh bendahara atau orang yang menyusun laporan keuangan koperasi, pelatihan mengenai pengetahuan penyusun laporan keuangan dibantu oleh dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan biasanya dilakukan di Banjarbaru. Apabila pelatihan dikaitkan dengan penerapan PSAK dalam pembuatan laporan keuangan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah maka dapat disimpulkan semakin banyak atau semakin lama pelatihan dijalani oleh responden maka dalam proses pembuatan laporan keuangan yang dihasilkan akan lebih baik.
5.2.2.4 Pengalaman kerja Variabel ketiga yang memiliki hubungan dengan penerapan PSAK agar dapat mencapai pembuatan laporan keuangan yang baik adalah pengalaman kerja. Mengenai pengalaman kerja responden dalam hal mengolah laporan keuangan dapat dijelaskan dalam tabel berikut ini : Tabel 5.7 Pengalaman Kerja Dalam Menyusun Laporan Keuangan Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah pengalaman kerja (kali) 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Sumber : Data primer yang diolah, 2009
70
Jumlah koperasi 3 4 12 15 3 9 1 1 48
persentase 6.25% 8.33% 25% 31.25% 6.25% 18.75% 2.08% 2.08% 100%
Dari Tabel 5.7 menunjukkan jumlah pengalaman responden dalam hal menyusun
laporan
keuangan
koperasi.
Responden
yang
mempunyai
pengalaman kerja dalam menyusun laporan keuangan sebanyak 1 kali dan 5 kali ada 3 responden atau sebesar 6.25% dari seluruh koperasi. Responden yang memiliki pengalaman 1 kali adalah koperasi : KPRI Dharma Praja, KPN Sejahtera dan Kopentren darul Istiqamah. Sedangkan Responden yang memiliki 5 kali adalah koperasi : KPRI dinas Pendidikan, Primer Kopad Yonif 621 dan KSU Cahaya Murakata. Responden yang memiliki pengalaman kerja dalam menyusun laporan keuangan sebanyak 7 dan 8 kali masing-masing berjumlah 1 koperasi, untuk pengalaman 7 kali yaitu Koperasi Pensiun Primer Kopabri sedangkan untuk pengalaman 8 kali Koperasi Pedagang Pasar. Koperasi yang pengalaman responden nya dalam menyusun laporan keuangan sebanyak
2 kali berjumlah 4 koperasi atau 8.33% yaitu KPN Pegawai
Kesehatan, KPRI Hikmatul Wapa, KPN rutan dan Koperasi Serba Usaha Meratus. Pengalaman paling banyak yang dialami responden berjumlah antara 3 sampai 4 kali pernah menyusun laporan keuangan, responden yang memiliki pengalaman kerja 3 kali dalam menyusun laporan keuangan berjumlah 12 koperasi atau 25% dari seluruh koperasi yaitu Koperasi Pensiun primer Koptama, Koperasi Karyawan Karya Dharma, KPRI Alhikmah Ilung, KPN Bina Karya, Koperasi Pedagang Barokah, KUD Bhakti, Koperasi Kepolisian, KPRI Puyuh Jaya, Koperasi Karyawan Swadarma, Koperasi Pedagang PPKB, Koperasi Karyawan Tirta Murakata dan Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung. Responden yang memiliki pengalaman kerja 4 kali dalam 71
menyusun laporan keuangan berjumlah 15 koperasi atau 31.25% dari seluruh koperasi yaitu Primer Kopad kodim 1002, KPRI Bina Warga, KPRI Setia Kawan Birayang, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Pedagang Al Ansar, Koperasi Pemuda, KPN Ganesya, KSU Berkat Bersama, KPN Karya Tama, Koperasi Simpan Pinjam Teladan, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha Bersama, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Sadar membangun, dan KPRI restu. Koperasi yang respondennya memiliki pengalaman kerja berjumlah 6 kali terdapat 9 koperasi atau 18.75% dari keseluruhan Koperasi, Koperasi tersebut antara lain : KPRI BKSL HST, Koperasi Karyawan Lisna, Koperasi Pegawai negri Dinas Kebudayaan, KPRI Havea Sejahtera, Koperasi Karyawan Sarigading, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Wanita Melati dan Koperasi Wanita Restu Ibu. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengalaman kerja responden dalam pembuatan laporan keuangan koperasi di dapat ketika ditunjuk oleh anggota koperasi sebagai pembuat laporan keuangan dikoperasi masing-masing dan ketika diadakannya pelatihan untuk membuat laporan keuangan koperasi. Semakin banyak pengalaman responden maka akan mengakibatkan laporan keuangan koperasi semakin baik.
5.2.2.5 Pengawasan Variabel keempat yang memiliki hubungan dengan penerapan standar akuntansi keuangan adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan pengawas terhadap laporan keuangan selama satu periode atau dalam satu tahun. Untuk
72
lebih jelasnya mengenai jumlah frekuensi pengawasan yang dilakukan oleh badan pengawas terhadap laporan keuangan dapat dilihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Frekuensi Pengawasan Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah No
Jumlah pengawasan Jumlah koperasi (kali/tahun) 1 0 4 2 1 9 3 2 14 4 3 12 5 4 8 6 5 1 Jumlah 48 Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Persentase 8.33% 18.75% 29.17% 25% 16.67% 2.08% 100%
Dari Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa ada 4 koperasi atau 8.33% dari seluruh koperasi yang tidak melaksanakan pengawasan dalam satu tahun yaitu koperasi : Koperasi Pedagang Barokah, KPN Sejahtera, Koperasi Pemuda dan Koperasi Serba Usaha Meratus. Koperasi yang melakukan Pengawasan sebanyak satu kali dalam setahun terdapat 9 koperasi atau 18.75% dari seluruh koperasi, yaitu koperasi Pensiun Primer Koptama, KPRI Dharma Praja, Primer Kopad Yonif 621, KPN Pegawai kesehatan, KPRI Hikmatul wapa, Koperasi Kepolisian, Koperasi Karyawan Swadarma, KPN Rutan, dan Koperasi Pedagang PPKB. Pengawasan paling sering dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebanyak 2 kali dalam setahun yaitu 14 koperasi atau 29.17% dari seluruh koperasi, yaitu Primer kopad Kodim 1002, Koperasi Karyawan Karya Dharma, KPN Bina Karya, KUD Bhakti, KPRI Puyuh Jaya, Koperasi Pegawai Negeri Dinas Kebudayaan, KPRI Havea Sejahtera, Kopentren Darul istiqamah, Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KPN Bumi Bhakti Adhi Guna,
73
Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung, Koperasi Wanita Melati, Koperasi Wanita Restu Ibu dan KPRI Restu. Jumlah pengawasan terbanyak ke dua berjumlah 3 kali pengawasan dilakukan dalam satu tahun yang berjumlah 12 koperasi atau 25% dari keseluruhan Koperasi, koperasi tersebut antara lain : KPRI Bina Warga, KPRI Alhikmah Ilung, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Pedagang Besar Al Ansar, KPN Ganesya, KSU Berkat Bersama, KPN Karya Tama, Koperasi Pedagang Pasar, Koperasi Simpan Pinjam Teladan, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha Bersama, dan KUD Sinar Bahagia. Koperasi yang melakukan 4 kali pengawasan dalam satu tahun berjumlah 8 Koperasi atau 16.67% dari seluruh koperasi, koperasi tersebut antara lain : KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, Koperasi Karyawan Lisna, KPRI Setia Kawan Birayang, Koperasi Karyawan Sarigading, Koperasi Sadar membangun dan KSU Cahaya Murakata. Terakhir koperasi yang melakukan pengawasan paling banyak dalam satu tahun yaitu berjumlah 5 kali dalam setahun hanya dilakukan oleh 1 koperasi atau 2.08% dari seluruh koperasi, yaitu KUD Giat Usaha. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat koperasi yang tidak melakukan pengawasan dalam setahun sebanyak 4 buah koperasi atau sebanyak 8.33%, namun selebihnya koperasi lain melaksanakan pengawasan rutin yang dilakukan badan pengawasn dikoperasi masing-masing, pengawasan rutin tidak hanya dilakukan badan pengawas koperasi namun terkadang juga dilakukan oleh dinas terkait yaitu dinas perindustrian, perdagangan dan koperasi kabupaten hulu sungai tengah. semakin banyak sering pengawasan 74
dilakukan dalam pembuatan laporan keuangan koperasi maka laporan yang dibuat akan sesuai dengan rencana, kebijksanaan dan aturan yang berlaku.
5.2.2.6 Pemeriksaan Variabel terakhir yang berhubungan dengan penerapan PSAK dalam penelitian ini adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar, pemeriksaan yang dilakukan dimaksud disini adalah pernah atau tidak pernah koperasi tersebut diperiksa oleh pihak luar dalam hal laporan keuangan yang di buat. Untuk lebih jelasnya mengenai pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9 Pemeriksaan Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah No 1 2
Pernah / tidak pernah diperiksa Jumlah koperasi Pernah diperiksa 18 Tidak pernah diperiksa 30 Jumlah 48 Sumber : Data primer yang diolah, 2009
persentase 37.5% 62.5% 100%
Dari Tabel 5.9 dapat kita ketahui bahwa kurang dari separuh koperasi yang pernah di periksa oleh pihak luar. Koperasi yang pernah diperiksa berjumlah 18 koperasi atau 37.5% dari keseluruhan koperasi yaitu koperasi : KPRI Dinas Pendidikan, KPRI BKSL HST, KPRI Bina Warga, Koperasi Pensiun Primer Kopabri, Koperasi Karyawan Lisna, Primer kopad Yonif 621, KPRI Setia Kawan Birayang, Koperasi Pedagang Al Ansar, KPN Ganesya, Koperasi Pegawai Negri Dinas Kebudayaan, Koperasi Karyawan Sarigading, KPN Karya Tama, Koperasi Tani Karya Tani, KUD Usaha bersama, KUD Giat Usaha, KUD Sinar Bahagia, Koperasi Sadar Membangun, KSU Cahaya Murakata. 75
Sedangkan untuk koperasi yang tidak pernah diperiksa oleh pihak luar berjumlah 30 koperasi atau 62.5% dari keseluruhan koperasi, koperasi tersebut antara lain Primer Kopad Kodim 1002, Koperasi Pensiun Primer Koptama, Koperasi Karyawan Karya dharma, KPRI Alhikmah Ilung, KPRI Dharma Praja, KPN Bina Karya, Koperasi Pedagang Barokah, KPN Pegawai Kesehatan, KPRI Alhikmah Wapa, KUD Bhakti, Koperasi Setia Bersama, Koperasi Kepolisian, KPN Sejahtera, Koperasi Pemuda, KPRI Puyuh Jaya, KPRI Havea Sejahtera, Koperasi Karyawan Swadarma, KPN Rutan, KSU Berkat Bersama, Koperasi Pedagang PPKB, Koperasi Pedagang Pasar, Kopentren Darul Istiqomah, Koperasi Serba Usaha Meratus, Koperasi Simpan Pinjam Teladan, Koperasi Karyawan Tirta Murakata, KPN Bhakti Adhi Guna, Koperasi Pengayoman Pegawai Mahkamah Agung, Koperasi Wanita Melati, Koperasi Wanita Restu Ibu dan KPRI Restu. Laporan keuangan koperasi yang diperiksa oleh pihak luar dilakukan dengan cara menyewa jasa auditor luar atau dengan cara dibantu pihak dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Apabila dihubungkan dengan penerapan PSAK maka pemeriksaan oleh pihak luar akan mengakibat laporan pertanggung jawaban yang dibuat itu bisa lebih baik dan benar hal ini dikarenakan pihak luar dalam memeriksa tidak memiliki keuntungan apa-apa dan juga pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar akan mengakibatkan kekurangan-kekurangan dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan dapat dilengkapi.
76
5.3. Hasil Uji Instrumen Penelitian Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan korelasi product moment terlebih dahulu sebelum butir instrument diuji kevalidannya dan reliabilitasnya. Untuk itu disyaratkan seluruh item butir pertanyaan harus valid dan reliabel. Instrumen valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel-variabel yang diteliti secara tetap. Uji ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Dengan kreteria pengujian yang digunakan adalah suatu instrumen dikatakan valid apabila jika nilai r > 0,30 dengan derajat signifikansi sebesar 5% (Sugiono 2008:188) Hasil uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan menggunakan metode alpha cronbach. Sebuah instrumen dikatakan memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima jika nilai koefisien reliabilitasnya yang terukur adalah ≥ 0,6 (Imam Ghozali 2006:42) Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows disajikan pada Tabel 4.11, 4.12, 4.13, 4.14, 4.15, dan 4.16 dengan rincian dapat dilihat pada lampiran .
Untuk validitas dan realibilitas variabel Y terdapat beberapa bagian poin pertanyaan yaitu : 1. Bagian C: Pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) Yang diterbitkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
77
Tabel 5.10 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian C item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan C1 0.777 Valid 0.793 Reliable C4 0.657 Valid C6 0.764 Valid Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 4 dan 5 , 2009 Untuk pertanyaan bagian C2, C3 dan C5 tidak bisa dilakukan dengan statistik karena jawaban untuk bagian C2 dan C3 tersebut jawabannya “YA” semuanya, dan untuk jawaban bagian C5 “TIDAK” semuanya sehingga jawaban konstan. Nilai dari C1 r = 0.777, C4 r = 0.657 dan C6 r = 764 semuanya diatas 0.30 hal ini menunjukkan item tersebut valid dan besarnya Alpha Cronbach 0.793 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.10). 2. Bagian D: Pertanyaan dibawah ini menggambarkan Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Aset Koperasi menurut PSAK yang berlaku umum. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
Item D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 D14 D15 D16
Tabel 5.11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian D r keterangan Alpha Cronbach Keterangan 0.572 Valid 0.754 Valid 0.528 Valid 0.893 Valid -0.428 Valid 0.491 Valid 0.432 Valid 0.586 Valid 0.650 Reliabel 0.583 Valid 0.512 Valid -0.678 Valid 0.300 Valid 0.767 Valid -0.580 Valid -0.468 Valid 0.783 Valid 78
D17 0.731 Valid D18 0.723 Valid Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 7 dan 8 , 2009 Untuk pertanyaan bagian D1 nilai r = 0.572, D2 nilai r = 0.754, D3 nilai r = 0.528, D4 nilai r = 0.893, D5 nilai r = -0.428, D6 nilai r = 0.491, D7 nilai r = 0.432, D8 nilai r = 0.586, D9 nilai r = 0.583, D10 nilai r = 0.512, D11 nilai r -0.678, D12 nilai r = 0.300, D13 nilai r = 0.767, D14 nilai r = -0.580, D15 nilai r = -0.468, D16 nilai r = 0.783, D17 nilai r = 0.731, dan D18 nilai r = 0.723. semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan positif. dan besarnya Alpha Cronbach 0.650 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.11). 3. Bagian E: Pertanyaan dibawah ini menggambarkan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan kewajiban koperasi. Menurut SAK yang berlaku umum. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan. Tabel 5.12 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian E Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan E1 0.825 Valid E2 0.825 Valid E3 0.371 Valid E4 0.648 Valid E5 0.603 Valid E6 -0.430 Valid 0.612 reliabel E7 0.562 Valid E8 0.452 Valid E9 -0.492 Valid E10 0.743 Valid E11 0.756 Valid E12 -0.832 Valid E13 0.397 Valid Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 10 dan 11 , 2009 79
Untuk bagian E1 nilai r = 0.825, E2 nilai r = 0.825, E3 nilai r = 0.371, E4 nilai r = 0.648, E5 nilai r = 0.603, E6 nilai r = -0.430, E7 nilai r = 0.562, E8 nilai r = 0.452, E9 nilai r = -0.492, E10 nilai r = 0.743, E11 nilai r = 0.756, E12 nilai r = -0.832, Dan E13 nilai r = 0.397 semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan positif. dan besarnya Alpha Cronbach 0.612 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.12). 4. Bagian F : Pertanyaan dibawah ini menggambarkan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan ekuitas koperasi, menurut SAK yang berlaku umum. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
Item F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21
Tabel 5.13 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian F r keterangan Alpha Cronbach Keterangan 0.721 Valid 0.615 Valid 0.532 Valid 0.435 Valid 0.426 Valid 0.535 Valid 0.595 Valid 0.459 Valid -0.552 Valid 0.468 Valid 0.476 Valid 0.509 Valid 0.714 Reliabel 0.475 Valid 0.525 Valid -0.695 Valid 0.577 Valid 0.621 Valid 0.459 Valid 0.376 Valid 0.778 Valid 0.534 Valid 80
F22 0.615 Valid F23 0.415 Valid F24 0.572 Valid F25 -0.640 Valid Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 13 dan 14 , 2009 Untuk pertanyaan bagian F1 nilai r = 0.721, F2 nilai r = 0.615, F3 nilai r = 0.532, F4 nilai r = 0.435, F5 nilai r = 0.426, F6 nilai r = 0.535, F7 nilai r = 0.595, F8 nilai r = 0.459, F9 nilai r = -0.552, F10 nilai r = 468, F11 nilai r = 476, F12 nilai r =0.509, F13 nilai r = 0.475, F14 nilai r = 0.525, F15 nilai r = -0.695, F16 nilai r = 0.577, F17 nilai r = 0.621, F18 nilai r = 0.459, F19 nilai r = 0.376, F20 nilai r = 0.778, F21 nilai r = 0.434, F22 nilai r = 0.615, F23 nilai r = 0.415, F24 nilai r = 0.572, F25 nilai r = -0.640 semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan positif, tanda positif berarti searah sedangkan negatif berarti berlawanan arah. dan besarnya Alpha Cronbach 0.714 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.13). 5. Bagian G: Pertanyaan di bawah ini menggambarkan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan Ekuitas koperasi. Menurut SAK dan yang berlaku umum. Pendapatan koperasi memuat partisipasi Bruto, partisipasi neto dan pendapatan dari non anggota. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan.
81
Tabel 5.14 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian G Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan G1 0.390 Valid G2 0.394 Valid G3 0.619 Valid G4 0.539 Valid G5 -0.352 Valid G6 0.667 Valid G7 0.424 Valid G8 0.469 Valid G9 0.402 Valid G10 0.520 Valid 0.652 Reliabel G11 0.528 Valid G12 0.570 Valid G13 0.528 Valid G14 -0.417 Valid G15 0.353 Valid G16 0.482 Valid G17 -0.638 Valid G18 0.358 Valid G19 0.400 Valid G20 -0.384 Valid G21 0.353 Valid G22 0.346 Valid G23 0.452 Valid Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 16 dan 17 , 2009 Untuk bagian G1 nilai r = 0.390, G2 nilai r = 0.394, G3 nilai r = 0.619, G4 nilai r = 0.539, G5 nilai r = -0.352, G6 nilai r = 0.667, G7 nilai r = 0.424, G8 nilai r = 0.469, G9 nilai r = 0.402, G10 nilai r = 0.520, G11 nilai r = 0.528, G12 nilai r = 0.570, G13 nilai r = 0.528, G14 nilai r = -0.417, G15 nilai r = 0.353, G16 nilai r = 0.482, G17 nilai r = -0.638, G18 nilai r = 0.358, G19 nilai r = 0.400, G20 nilai r = -0.384, G21 nilai r = 0.353, G22 nilai r = 0.346 dan G23 nilai r = 0.452 semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada negatif dan positif, tanda positif
82
berarti searah sedangkan negatif berarti berlawanan arah. dan besarnya Alpha Cronbach 0.652 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.14). 6. Bagian H: Pertanyaan dibawah ini menggambarkan penerapan laporan keuangan perkoperasian yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi anggota dan catatan atas laporan keuangan. Untuk lebih jelasnya lihat lampiran pertanyaan. Tabel 5.15 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y bagian H Item r keterangan Alpha Cronbach Keterangan H1 0.612 Valid H2 0.362 Valid H3 0.323 Valid H4 0.499 Valid H5 0.421 Valid H6 -0.587 Valid H7 0.412 Valid H8 0.581 Valid 0.691 Reliabel H9 0.472 Valid H10 0.580 Valid H11 0.648 Valid H16 0.497 Valid H17 0.482 Valid H18 0.371 Valid H19 0.407 Valid H20 0.361 Valid Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 19 dan 20 , 2009 Untuk bagian H1 nilai r = 0.612, H2 nilai r = 0.362, H3 nilai r = 0.323, H4 nilai r = 0.499, H5 nilai r = 0.421, H6 nilai r = -0.587, H7 nilai r = 0.412, H8 nilai r = 0.581, H9 nilai r = 0.472, H10 nilai r = 0.580, H11 nilai r = 0.648, H16 nilai r = 0.497, H17 nilai r = 0.482, H18 nilai r = 0.371, H19 nilai r = 0.407, Dan H20 nilai r = 0.361 semuanya diatas 0.30 yang berarti item tersebut valid. Untuk tanda negatif dalam statistik hanya menunjukkan arah hubungan berlawanan arah. Hal ini dikarenakan dalam statistik tidak ada 83
negatif dan positif, tanda positif bearti searah sedangkan negatif berarti berlawanan arah. dan besarnya Alpha Cronbach 0.691 lebih besar dari 0.60 yang menunjukkan raliabel (Tabel 5.15). 5.3.1. Hasil Uji Korelasi Dengan Korelasi Produk Moment Untuk menguji hipotesis yang diajukan akan digunakan uji korelasi pearson atau korelasi produk moment. Adapun hasil korelasi produk momen diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5.16 berikut ini : Tabel 5.16 Nilai Koefisien Korelasi Variabel mutu laporan keuangan sesuai PSAK Nomor 27 Dengan Variabel X1, X2, X3, X4, dan X5 Pada Koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Variabel
Penerapan PSAK Nomor 27 tahun 2007 Tentang Akuntansi Perkoperasian (Y)
Tingkat pendidikan (X1) Pelatihan (X2)
Koefisien korelasi 0,625
Sig.
Keputusan
0,000
Signifikan
0,740
0,000
Signifikan
0,711
0,000
Signifikan
0,641
0,000
Signifikan
0,552
0,000
Signifikan
Pengalaman kerja (X3) Frekuensi pengawasan (X4) Pemeriksaan (X5)
Sumber : Data primer yang diolah, Lampiran 2 , 2009
5.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis 5.3.2.1 Uji Hipotesis Pertama Hipotesis pertama akan menguji dugaan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 5.16) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.625 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig 84
tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.3.2.2. Uji Hipotesis Kedua Hipotesis kedua akan menguji dugaan terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 5.16) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.740 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.3.2.3 Uji Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga akan menguji dugaan terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 4.17) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.711 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
85
5.3.2.4 Uji Hipotesis Keempat Hipotesis keempat akan menguji dugaan terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 4.17) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.641 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.3.2.5 Uji Hipotesis Kelima Hipotesis kelima akan menguji dugaan terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan dengan penerapan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. hasil pengujian hipotesis menggunakan korelasi pearson (Tabel 4.17) diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0.552 dengan sig 0,000. Besarnya nilai sig tersebut lebih kecil dari nilai 0.05, sehingga dapat diambil keputusan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, pengawasan dan pemeriksaan memiliki hubungan dengan mutu laporan keuangan koperasi yang sesuai dengan PSAK nomor 27. Hal ini didukung penelitian terdahulu yang juga mengatakan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan pengawasan. Hubungan antara tingkat 86
pendidikan
responden,
pelatihan
responden,
pengalaman
kerja
respoden,
pengawasan yang dilakukan oleh badan pengawas dan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau pihak luar menunjukkan hubungan yang searah atau positif. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya hanya terletak pada pengawasan yang dilakukan oleh badan pengawas, penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan berlawanan arah atau negatif. Dari kelima variabel independen maka yang mempunyai hubungan lebih kuat dari pada variabel lain adalah variabel pelatihan yaitu dengan koefisien korelasi 0.740. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa laporan keuangan yang dibuat koperasi tidak sepenuhnya menerapkan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. Laporan keuangan yang dibuat sebagian besar hanya ditujukan kepada pihak internal saja, responden menyatakan bahwa modal yang ada saat ini sudah mencukupi dan usaha koperasi yang dijalankan sudah berjalan lancar bahkan memberikan keuntungan yang cukup memuaskan untuk anggota koperasi, sehingga sebagian besar koperasi sudah merasa cukup dengan usaha yang dijalankan sekarang dan tidak ingin menarik investor dari pihak luar pemerintah. Oleh karena itulah pengurus koperasi masih menjalankan sistem pembukuan yang masih sangat sederhana karena dipandang lebih praktis dan tidak memerlukan waktu lama, selain itu juga keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengurus koperasi dan pengurus koperasi menganggap proses pembukuan saat ini cukup memenuhi kelengkapan administrasi keuangan pemerintah.
87
5.4. Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan pada koperasi-koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman dan pengawasan memiliki koefisien korelasi dengan tingkat hubungan kuat dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27, sedangkan pemeriksaan merupakan variabel yang mempunyai hubungan sedang dengan perapan PSAK nomor 27. Implikasinya bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, semakin lama pelatihan dilakukan dan dijalani oleh responden, semakin sering seorang responden menyusun laporan keuangan dan pengawasan yang rutin diadakan oleh badan pengawas maka akan menghasilkan laporan keuangan yang baik dan sesuai dengan standar yang berlaku umum, akan tetapi selain tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman, dan pengawasan yang dilakukan badan pengawas, ada hal lain yang juga perlu diperhatikan lainnya yaitu setelah laporan keuangan tersebut dibuat maka hendaknya laporan keuangan tersebut di periksa oleh pihak luar, baik dari menyewa jasa seseorang ataupun jasa yang telah disediakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah maka akan menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan, khususnya SAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian.
5.5.
Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan yang dialami peneliti dalam penelitian ini adalah : 1. Bahwa penelitian ini hanya dilaksanakan pada satu wilayah yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
88
2. Bahwa data penelitian ini berasal dari pendapat responden yang disampaikan secara tertulis dengan penyebaran kuesioner sehingga hasil penelitian mempunyai kemungkinan bias.
89
BAB VI PENUTUP
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemeriksaan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian pada koperasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 6. Pelatihan merupakan variabel yang memiliki tingkat hubungan koefisien korelasi yang lebih kuat dibandingkan variabel lain.
90
6.2
Saran-saran Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang ada maka saran yang dapat
diberikan : 1. Berdasarkan temuan dalam penelitian menunjukkan tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja, pengawasan, dan pemeriksaan memiliki hubungan dengan mutu laporan keuangan sesuai PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian, oleh sebab itu maka hendaknya pihak koperasi lebih memperhatikan lagi hal tersebut dalam pemilihan dan penunjukkan atau pelimpahan tugas dan wewenang kepada pengurus koperasi dalam hal menyusun laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang dihasilkan dapat sesuai dengan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. 2. Hendaknya koperasi lebih memperhatikan tingkat pendidikan dalam hal perekrutan karyawan yang akan ditugaskan untuk membuat laporan keuangan dan memberikan pelatihan guna bisa memberikan pengalaman kerja kepada karyawan agar bisa menghasilkan laporan keuangan koperasi yang sesuai dengan PSAK nomor 27 tentang akuntansi perkoperasian. 3. Hendaknya dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi lebih bisa memberikan pengarahan dalam hal membina koperasikoperasi yang menjadi bianaanya 4. Hendaknya koperasi lebih meningkatkan lagi akuntansi koperasi yang sudah ada ini dengan memperbaiki terlebih dahulu dengan cara penilaian, pengakuan, penyajian dan pengungkapan terhadap unsur laporan keuangan. Selain itu terapkan lima laporan keuangan koperasi menurut PSAK nomor
91
27, yaitu : neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan laporan keuangan. 5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada objek
penelitian lain dengan menambah jumlah populasi dan sampel penelitian dengan cara memperluas wilayah penelitian.
92
DAFTAR PUSTAKA
Amin Widjaja Tunggal, 2002, Akuntansi Untuk Koperasi, Rineka cipta. Jakarta. Arinkunto suharsini, 2000, Prosedur Penelitian, Rinika cipta. Jakarta A. Paul Rajoe, Gina Gania, Ichsan setiiyo budi, Yati sumiharti.(trans). C. William Boynton, Raymond N. Jhonson, Walter G. Kell, 2003. Modern Auditing. Edisi ketujuh. Erlangga, Jakarta. Edy Sokarno, 2000. System Pengendalian Manajemen, suatu pendekatan praktis, PT Gramedia pustaka utama, Jakarta. Hendrojogi, 2000. Koperasi, Asas-asas,Teori dan Praktek, edisi revisi 2000, PT raja Grafindo persada, Jakarta. Husein, 2008, pengertian pelatihan kerja (artikel). online, www.huseinblog.blogspot.com/2008/08/pengertian-pelatihankerja.html. (di akses: 10-21-2009) Husein Umar, 2008. Metode penelitian untuk skripsi dan tesis bisnis. PT Raja Grafindo persada. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba empat. Jakarta. ------------------------------------. 2009. Salemba empat, Jakarta.
Standar
Akuntansi
keuangan.
Imam Ghozali, 2006. Aplikasi SPSS. Badan penerbit universitas Dipenogoro. Semarang Indrianto Nur & Bambang Sutomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta. L. Mathis Robert & John H. Jaksons, 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, buku 2, terjemahan Jimmy sadeli & Bayu prawira hie, salemba empat. Jakarta. Munawir, 2002. Analisa Laporan Keuangan, edisi keempat , Liberty Yogyakarta, Yogyakarta. Nina Yuliana, 2006. Hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan frekuensi pengawasan dengan mutu laporan keuangan 93
pada koperasi-koperasi di kabupaten hulu sungai utara . skripsi. Unlam. Banjarmasin. Pusvita Indria Mei Sosilowati, 2003. Hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja, dan frekuensi pengawasan dengan mutu laporan keuangan pada Koperasi Pegawai Negri di kota Banjarmasin. Skripsi. Unlam. Banjarmasin. Sofyan Syafri Harahap, 2006. analisis kritis atas laporan keuangan, PT Raja Grafindo persada, Jakarta. Soeharto Prawirokusomo, 1999. Ekonomi rakyat (konsep, kebijakan dan strategi). Edisi pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Suharyadi & Purwanto, 2004. Statistika untuk ekonomi & keuangan modern. Salemba empat. Jakarta. Sugiyarto, (trans). M. Dan Guy, C. Wayne Alderman, Alan J. Winters, 2002 Auditing, edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Sugiyono, 2008. Metode penelitian bisnis(pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&G), CV Alfabeta. Bandung. Zaki Baridwan, 2000. Intermediate acconting. Edisi 7. BPFE. Yogyakarta. Zakky Yamani, 2008. Analisis hubungan kepuasan kerja dengan kinerja karyawan pada PT. BNI 46 (persero) Tbk. Cabang pangeran antasari Banjarmasin. Tesis. Unlam. Banjarmasin.
94