BAB 6 PEMANENAN AIR HUJAN (RAIN WATER HARVESTING) 6.1
Definisi Pemanenan Air Hujan
Rain harvesting atau pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, untuk penggunaan masa depan untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia atau kegiatan manusia Definisi yang lain pemanenan air hujan (rainwater harvesting) adalah pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian air hujan dari atap, untuk penggunaan di dalam dan di luar rumah maupun bisnis (www.rainharvesting.com.au). Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009 pasal 1 ayat 1: Pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan, kolam pengumpul air hujan adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industri) yang disalurkan melalui talang. 6.2
Pemamenan Air Hujan Melalui Atap
Sebuah sistem pemanenan air hujan terdiri dari tiga elemen dasar: area koleksi, sistem alat angkut, dan fasilitas penyimpanan. Tempat penampungan dalam banyak kasus adalah atap rumah atau bangunan. Luas efektif atap dan bahan yang digunakan dalam membangun atap mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air. Sebuah sistem pengangkutan biasanya terdiri dari talang atau pipa yang memberikan air hujan yang jatuh di atas atap untuk tangki air atau kapal penyimpanan lain. Baik drainpipes dan permukaan atap harus terbuat dari bahan kimia lembam seperti kayu, plastik, aluminium, atau fiberglass, untuk menghindari efek buruk pada kualitas air. Air akhirnya disimpan dalam tangki penyimpanan atau tadah, yang juga harus terbuat dari bahan inert. beton bertulang, fiberglass, atau 78
stainless steel adalah bahan yang cocok. Tangki Penyimpanan dapat dibangun sebagai bagian dari bangunan, atau mungkin dibangun sebagai unit terpisah letaknya agak jauh dari gedung. Salah satu contoh sistem pemanenan atau penampungan air hujan yang berasal dari atap rumah dapat dilihat seperti pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Yang Berasal Dari Atap. Ada berbagai teknik penerapan pemanenan air hujan yang dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi setempat. Penampung air hujan (PAH) merupakan wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atas bangunan (rumah, gedung perkantoran, atau industri) yang disalurkan melalui talang. PAH sudah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan air bersih. PAH dapat dibangun atau diletakkan di atas permukaan tanah (Gambar 6.2) atau di bawah permukaan tanah (Gambar 6.3) atau di bawah bangunan rumah yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan. PAH yang diletakkan di atas permukaan tanah mempunyai berbagai keuntungan seperti mudah dalam mengambil/ memanfaatkan airnya (pengalirannya dapat dengan metode gravitasi) dan mudah perawatannya. Volume penampungan air hujan yang digunakan disesuaikan dengan luas atap serta curah hujan setempat. Di beberapa tempat di Indonesia dimana sumber daya air tawarnya terbatas misalnya untuk wilayah pesisir serta pulau pulau kecil, daerah Kalimantan serta wilayah lain, penampungan atau pemanenan air hujan merupakan hal yang sudah biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhuan 79
air minum. Penampungan dilakukan dari mulai skala yang kecil (rumah tangga) sampai dengan volume yang besar. Beberapa contoh penampungan air hujan di beberapa tempat di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 6.4 sampai dengan Gambar 6.6.
Gambar 6.2 : PAH Di Atas Permukaan Tanah. Sumber: www.rainharvesting.com
80
Gambar 6.3 : PAH Di Bawah Permukaan Tanah Sumber: rainharvesting system
Gambar 6.4 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Di pemukiman Pesisir, Tarakan, Kaltim.
81
Gambar 6.5 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Di Sangata, Kaltim.
Gambar 6.6 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Untuk Peternakan Sapi, Sangata, Kaltim.
82
6.3
Sistem Penampungan Air Hujan Dan Sumur Resapan
Air hujan yang jatuh pada atap rumah dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dengan terlebih dahulu ditampung dalam Pemanenan Air Hujan (PAH) dan dilakukan proses pengolahan secara sederhana, Jika PAH sudah penuh air dialirkan kedalam sumur resapan. Penampungan Air Hujan ini didesain dengan volume 10 m3, dilengkapi dengan sistem penyaringan yang berupa saringan pasir dan kerikil dan flotasi. Sistem penyaringan ini diharapkan mampu menyaring daun-daun, debu atau pasir yang jatuh di atap genting, sehingga tidak masuk kedalam PAH. Jika hujan yang jatuh cukup lebat, maka PAH sudah penuh, airnya akan mengalir kedalam sumur resapan. PAH kontruksinya terbuat dari beton, bentuk kotak, panjang 500 cm, dalam 235 cm dan lebar 110 cm dilengkapi dengan pompa dan filter untuk pemanfaatan air yang telah ditampung. Desain kombinasi pemanenan air hujan dan sumur resapan, ditujukan untuk menangkap air hujan yang jatuh pada atap bangunan agar tidak menjadi aliran permukaan (run off) pada saat hujan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan MCK, jika hujan berlebih air dari kolam pemanenan akan mengalir ke sumur resapan dan meresap kedalam tanah. Sistem kombinasi penampungan air hujan dan sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7 : Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan Sumur Resapan. 83
Pemanenan air hujan akan mampu menahan air dalam jumlah besar dan sangat siknifikan dalam mengurangi jumlah aliran permukaan. Jika dilakukan dalam jumlah besar dan missal dapat mengurangi banjir atau genangan pada suatu wilayah. Pemanenan air hujan juga mengantisipasi limpasan air pada wilayah-wilayah yang sangat lambat dalam peresapan atau pada tempat-tempat yang mempunyai air permukaan yang tinggi, disamping itu air hasil tangkapan sangat bermanfaat untuk keperluan sehari-hari, mengurangi ketergantungan pada air tanah dan PDAM. Air yang tidak tertampung dalam pemanenan akan diresapkan pada sumur resapan biasa, dengan volume yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Air yang sudah tertampung kedalam tangki PAH dapat dimanfaatkan sebagai air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK). Untuk itu dilengkapi dengan pompa sedot, filter multi media dan kontrol panel. Kontrol panel berfungsi untuk mengatur opersional pompa, memberikan tanda kepada operator apakah dalam tangki PAH ada air atau kosong. Indikasi adanya air dalam tangki PAH ditandai dengan lampu yang menyala hijau. Sistem opersional penampungan air hujan, sumur resapan serta pengolahan air hujan dengan filter multi media dapat dilihat pada Gambar 6.8. Sedangkan penampungan air hujan serta filter multi media yang telah terpasang dapat dilihat pada Gambar 6.9 dan Gambar 6.10.
Gambar 6.8 : Sistem Opersional Penampungan Air Hujan, Sumur Resapan Serta Pengolahan Air Hujan Dengan Filter Multimedia. 84
Gambar 6.9 : Kombinasi Pemanenan air Hujan dan Sumur Resapan.
Gambar 6.10 : Filter Multi media Untuk Pengolahan Air Hujan Untuk Keperluan Air Bersih. 85
6.4
Pemamenan Air Hujan Dengan Embung
Perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali telah menyebabkan meningkatnya koefisien limpasan (runoff), sehinggga menyebabkan air hujan yang melimpah di musim penghujan tidak dapat meresap kedalam tanah dan langsung mengalir ke sungai dan terbuang ke laut. Pengelolaan air yang baik adalah menampung kelebihan air di musim hujan, agar bisa digunakan di musim kemarau. Salah satu cara yang sederhana adalah dengan pembuatan embung sebagai langkah konservasi air sekaligus menahan laju erosi. Pembuatan embung merupakan solusi terbaik yang murah dan efisien. Air yang tertampung di dalam embung digunakan sebagai air baku air minum ataupun untuk keperluan pertanian di musim kemarau. Teknik pemanenan air hujan seperti ini cocok bagi ekosistem tadah hujan dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak pasti. Embung adalah cekungan alamiah maupun buatan di daerah dataran tinggi atau pegunungan yang berfungsi untuk menampung air, baik air hujan maupun air yang berasal dari mata air dan sungai. Embung tidaklah seluas danau atau telaga maupun situ tetapi mempunyai manfaat yang sama yaitu sebagai sarana untuk mengurangi ketimpangan air pada musim hujan dan musim kemarau. Hal ini terjadi karena embung dapat memperlambat mengalirnya air daritempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga akan menambah banyaknya cadangan air tanah yang meresap di di dalam tanah. Jika hal ini terjadi maka kondisi air tanah di wilayah tersebut akan bertambah, dan jika embung terletak di wilayah pegunungan seiring dengan berjalannya waktu maka pada musim kemarau air tanah tersebut akan muncul ke permukaan di daerah yang lebih rendah berupa mata air. Embung juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan untuk usaha sampingan sebelum air itu digunakan sebagai pengairan. Jenis ikan yang dipelihara terutama ikan-ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan perairan yang buruk, sesuai dengan kondisi perairan embung yang tergenang. Ikan mujair biasanya dapat hidup dengan baik, Selain untuk usaha pemeliharaan ikan embung juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi dan yang lebih penting adalah digunakannya embung sebagai penyedia air bersih untuk kebutuhan rumah tangga. Beberpa contoh embung dapat dilihat pada Gambar 6.10 dan Gambar 6.11. 86
Pembuatan embung sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan, namun harus memenuhi beberapa kriteria misalnya jenis tanah, kemiringan, tipe curah hujan, ukuran dan luas daerah tangkapan hujan. Penandaan alur air limpasan harus segera diketahui melalui pengamatan pada musim hujan, sehingga arah aliran air tersebut sebagai dasar penentuan letak embung. Disamping itu yang lebih penting lagi adalah dasar filosofi pembuatan embung secara ekologi - hidrolik haruslah berorientasi pada embung yang alami artinya bahwa dalam pengelolaannya berangkat dari filosofi embung alami bukan berangkat dari filosofi reservoir atau kolam tando bangunan sipil hidro. Embung yang alami memenuhi kondisi ekologi-hidrolik dan dilingkari oleh pohon dan vegetasi yang secara umum dibedakan menjadi tiga ring. Ring pertama pada umumnya ditumbuhi pohon-pohon besar yang biasa ada di daerah yang bersangkutan. Ring kedua dipenuhi dengan pepohonan yang lebih kecil yang relative kurang rapat dibanding ring pertama. Ring ketiga atau ring luar berbatasan dengan daerah luar embung, dengan tingkat kerapatan tanaman yang lebih jarang. Jika kondisi ini punah maka kan mempengaruhi umur dari embung itu sendiri. (Toto Subagyo). Untuk dapat mengkondisikan menjadi embung alami maka perlu penggalakan penghijauan daerah disekitar embung sehingga akan menciptakan daerah tangkapan hujan yang makin luas dan akan mengakibatkan terjaminnya ketersediaan air pada embung tersebut. Selain itu perlu diberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemeliharaan embung bukan hanya menjadi tugas pemeintah tetapi merupakan tugas bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Gambar 6.10 : Foto Embung Musuk (Solopos 8 Maret 2011) 87
Gambar 6.11 : Embung Bina Latung, Tarakan. 6.5
Penerapan Pemanenan Air Hujan Di Beberapa Negara
6.5.1 Pemanenan Air Hujan di Brazil Daerah Semi-Arid Brasil (SAB), memiliki curah hujan yang berkisar kurang dari 185 mm sampai 974 mm per tahun, dengan tingkat penguapan mencapai 3.000 mm per tahun. Pada tahun 2005, Departemen Integrasi Nasional menghitung risiko kekeringan antara tahun 1970 dan 1990 di atas 60%. Prakiraan perubahan iklim menunjukkan bahwa bagian-bagian yang kering dari SAB akan menjadi semakin kering, walaupun ada sedikit peningkatan curah hujan. Untuk beradaptasi dengan variabilitas curah hujan tersebut, dibutuhkan lebih banyak penyimpanan air di daerah pedesaan. 88
Pemanenan air hujan adalah salah satu cara untuk beradaptasi terhadap variabilitas curah hujan saat ini dan masa depan. Pemanenan air hujan telah diterima oleh masyarakat pedesaan di SAB. Mereka belajar hidup dalam harmoni dengan alam iklim semi-arid. Mereka memahami bahwa air harus dikelola dalam cara terpadu, mempertimbangkan sumber (hujan, air permukaan, tanah dan air tanah), dan penggunaan air (untuk lingkungan, domestik, pertanian dan keperluan darurat). Salah satu contoh sistem penampungan air hujan dapat dilihat pada Gambar 6.12.
Gambar 6.12 : PAH no. 84625 di Brazil Dalam Program Untuk 1 Juta Tangki Air. Sumber: UNEP/SEI, 2009
6.5.2 Pemanenan Air Hujan di China Provinsi Gansu terletak di dataran tinggi Loess di Cina tengah, merupakan satu wilayah paling kering di pegunungan dan merupakan daerah termiskin di Cina. Di wilayah ini, curah hujan tahunan sangat variabel dengan 60% dari curah hujan tahunan terjadi di 3 bulan antara bulan Juli dan September. Rata - rata curah hujan tahunan adalah sekitar 89
300 milimeter. Faktor rendahnya curah hujan ini telah dihubungkan dengan kemiskinan dan Gansu dipandang sebagai salah satu daerah miskin di Cina. Secara tradisional, masyarakat Provinsi Gansu selalu tergantung pada air hujan sebagai sumber utama pasokan air; penggalian 20 meter kubik tanah liat berjajar tangki air bawah tanah di tanah loess untuk menyimpan aliran permukaan sangat umum di daerah ini. Walaupun dengan usaha pembuatan tangki air bawah tanah, pada tahun-tahun kering, usaha ini tidak bisa selalu membantu keterediaan air yang cukup dan orang-orang dipaksa untuk perjalanan jauh ke sungai atau untuk bergantung pada truk air pemerintah. The Gansu Research Institute meluncurkan proyek 1-2-1 untuk pemeliharaan air dengan dukungan dari pemerintah. Proyek-proyek ini didasarkan pada uji coba tes, pada demo plant dan proyek pilot yang dilaksanakan sejak tahun 1988. Setiap keluarga diberikan dengan satu unit atap (yang terbuat dari tanah liat) sebagai area tangkapan, dua tangki air dan terpal plastik untuk pengumpulan limpasan air hujan pada satu area. Tangki tanah liat tradisional Shuijiao diperbaiki dengan melapisinya dengan semen atau logam kecil yang melekat pada mereka. Salah satu contoh sistem pemanenan air hujan di Gansu, Cina dapat dilihat seperti pada Gambar 6.13.
Gambar 6.13 : Salah satu Contoh Sistem Pemanenan Air Hujan Di Gansu, Cina. 90
Tangki yang dipasang di atap dan halaman disemen ini menggantikan daerah tangkapan tanah polos. Sebuah parit kemudian dibuat di sekitarnya yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan untuk menyiram sayuran yang dihasilkan. Cara Ini sederhana, efektif namun murah, pendekatan proyek ini telah membantu lebih dari 200.000 keluarga dan memastikan bahwa sekitar satu juta orang diberikan bukan saja dengan air yang cukup tapi juga dengan tanaman yang baik. Pada tahun 2000, sebanyak 2.183.000 tank air hujan telah dibangun dengan total kapasitas 73.100.000 meter kubik di Provinsi Gansu, penyediaan air minum bagi 1,97 juta orang dan tambahan irigasi untuk 236.400 ha lahan. Manfaat yang diperoleh dengan penerapan pemanenan air hujan di Cina Barat Laut, Cina Utara, dan Guangxi (daerah kekeringan) adalah, erosi tanah berkurang, pendangkalan sungai dan bendungan berkurang, dan mengurangi banjir di samping mencukupi kebutuhan air keluarga.
6.5.3 Pemanenan Air Hujan Di Australia Proyek pemanenan air hujan membuat area penangkap air hujan seluas 1000 – 10.000 m2 bahkan lebih. Pemanenan air hujan ini dibangun rumah sakit, pusat-pusat perbelanjaan, perguruan tinggi, fasilitas olah raga, kantor, taman dan kebun. Contoh Penerapan RH di Australia dapat dilihat pada Gambar 6.14 dan Gambar 6.15.
Gambar 6.14 : Commercial Rainwater Harvesting Woolworths RDC, Minchinbury, Sydney, Australia Hauber-Davidson 91
Gambar 6.15 : Rainwater Harvesting Tank At Hospital, Australia HauberDavidson.
6.5.4 Pemanenan Air Hujan Di Jerman Pada tahun 1988, sebuah "satuan tugas lingkungan" didirikan di klinik Bad Hersfeld Jerman. Klinik Bad Hersfeld memiliki berbagai layanan medis dan perawatan 577 tempat tidur, sebagai pusat kompetensi medis di Hessen Timur dan Tengah dengan jumlah pegawai 1400. Pada tahun 1995, air hujan sudah digunakan untuk penyiraman outdoor, air mancur dan kolam yang digunakan bersama air sumur. Sejak tahun 2001, sejumlah 92
111 toilet telah terhubung ke sistem pemanenan air hujan. Pompa vakum pendingin yang digunakan untuk sterilisasi ini efektif. Air hujan dengan suhu max 20 ° C, beredar melalui PAH dalam sistem tertutup, sehingga limbah panas dapat digunakan kembali (König, 2008). Pada tahun 2007, diperlukan 384 m3 air minum selama periode kering, sedangkan hasil pemanenan air hujan sebanyak 2.180 m3. Selain itu dapat ditambahkan 4.000 m3 air pendingin yang disimpan setiap tahun sehingga jumlah air yang dilestarikan mencapai 6.180 m3. Sejak tanggal 1 Januari 2003 banyak manfaat diperoleh Klinik Bad Hersfeld. Klinik Bad Hersfeld dapat menghemat €13,500 per tahun dengan penerapan RH yang meliputi biaya operasional termasuk perawatan filter dan listrik untuk pompa RH, dan menetralkan air pendingin. Penerapan RH berarti penghematan energi dan mengurangi emisi CO2.
6.5.5 Pemanenan Air Hujan Di Srilangka Hampir tiga perempat dari Sri Lanka terletak pada apa yang secara luas dikenal sebagai 'Dry Zone', terdiri dari setengah utara dan seluruh timur negara itu. Curah hujan tahunan rata-rata di wilayah ini umumnya antara 1,200-1,800 mm. Tahunan 2540 mm sampai lebih dari 5080 mm di barat selatan Pulau dan kurang dari 1250 mm di barat laut dan selatan timur. Karena ketersediaan sumber air alternatif di masa lalu, tidak ada tradisi lagi menampung air hujan untuk pasokan domestik. Namun demikian, di daerah perbukitan banyak kekurangan akses ke sumur yang dapat diandalkan atau koleksi air dilakukan secara gravitasi dengan menggunakan pipa. Untuk mendapatkan air kadang membutuhkan perjalanan yang panjang menuju sumber air, sering perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki, jalan menandak dan kadang wadahnya jatuh. Setelah sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1995, pasokan air masyarakat dan proyek sanitasi pertama melakukan demonstrasi dan pilot proyek yang melibatkan pembangunan sekitar seratus tanki 5-meter kubik untuk suplai air rumah tangga. Dua desain dikembangkan sebuah tangki bawah permukaan bata dan tangki forrocement permukaan. Untuk atap berukuran rata-rata 60 meter kubik rumah tangga di wilayah proyek bisa berharap yang setara pasokan air hujan menjadi antara 150-200 liter per hari atau bahkan lebih tinggi selama sebagian tahun basah. Forumpemanenan air hujan Srilanka didirikan pada tahun 1996 untuk mempromosikan penerapan air hujan untuk aplikasi air hujan untuk 93
keperluan rumah tangga di seluruh negeri dan untuk mengembangkan teknologi dan membuat petunjuk untuk praktek pemanenan air hujan yang baik. Dengan curah hujan cukup diseluruh negara, pemanenan adalah pilihan yang layak untuk menyediakan air minum yang aman bagi masyarakat yang hidup di pemukiman bukit di pusat pegunungan dan untuk mereka yang tinggal di zona kering utara tengah dan selatan. Dalam dua bidang terakhir, masyarakat baik yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman atau air tanah yang tersedia terlalu payau untuk diminum. Di zona kering selatan, salinitas air tanah merupakan ancaman utama bagi konsumsi manusia, karena perjalanan bangsa ini selama berjam-jam untuk memasok kota sumber terdekat atau masyarakat dengan baik. Karena kesulitan pengumpulan air minum yang aman, orangorang di zona kering mempunyai sistem pemanenan air hujan tradisional mereka sendiri. Sistem ini digunakan selama musim hujan dan koleksi mereka terbatas pada peralatan rumah tangga karena tidak ada penyimpanan. Contoh Penerapan pemanenan air hujan di Srilanka dapat dilihat pada Gambar 6.16 dan Gambar 6.17.
Gambar 6.16 : Tangki Penampung Air Hujan. 94
Gambar 6.17: Sistem Penampung Air Hujan Dari Atap. Teknologi ini mengadopsi kearifan tradisional panen limpasan atap, bergabung dengan tangki teknologi baru, dan lima tangki semen mortar dibangun di tingkat rumah tangga untuk memanen dan menyimpan air hujan. Percobaan pertama panen air hujan mulai diselenggarakan di sebuah desa bernama Dematawelihinna di Bedulla di perbukitan pusat Sri Lanka tangki ini ada dua jenis : tank permukaan terbuat dari ferrocement dan tangki bawah tanah yang terbuat dari batu bata mortar. Total biaya yang tangki bervariasi dari Sri Lanka rupee 7,000-9,000 (US $ 90-115), tergantung pada jenis tangki. Saat ini ada sekitar 6.500 tank dibangun di lima kabupaten di Sri Lanka. Awalnya program ini menerapkan sistem pemanenan air hujan dan selanjutnya program itu diambil alih oleh beberapa organisasi non-pemerintah sebagai sarana air bersih juga rumah miskin memegang di Sri Lanka pedesaan. Kontribusi penerima di bidang konstruksi telah meningkat dari 20% menjadi 50% dan diberi rasa kepemilikan yang lebih baik. 6.5.6 Pemanenan Air Hujan Di Thailand Thailand terletak di sabuk tropis dunia. Memiliki curah hujan melimpah, musim hujan berasal dari Mei - Oktober, ketika itu negara ini 95
mengalami monsun barat daya. Curah hujan tahunan berkisar dari 102 cm di timur laut hingga lebih dari 380 cm di semenanjung. Secara tradisional orang mengumpulkan air hujan untuk menggunakannya secara eksklusif untuk minum dan memasak. Orang lebih suka air hujan hingga untuk air lainnya karena rasanya. Untuk rakyat perdesaan Thailand umumnya menggunakan setidaknya dua sumber air. Air hujan dari stoples dan tangki serta air tanah dangkal dari tabung sumur. Pembangunan lebih dari 10 juta 1-2 guci forrocement meter kubik untuk penyimpanan air hujan di Thailand telah menunjukkan potensi dan kesesuaian sistem tangkapan sebagai teknologi pasokan air utama perdesaan. Pemanenan air hujan dengan guci hampir digunakan oleh semua rumah individu dan dengan demikian mereka memiliki akses ke sepanjang tahun untuk air bersih. Wadah didatangkan dalam berbagai kapasitas dari 100 sampai 3.000 liter dan dilengkapi dengan tutup, keran, dan tirisan. Ukuran yang paling populer adalah 2.000 liter, dengan biaya 750 Baht, dan menyimpan air hujan cukup untuk sebuah rumah tangga enam orang selama musim kering, berlangsung hingga enam bulan. Contoh Penerapan pemanenan air hujan di Thailand dapat dilihat pada Gambar 6.17.
Gambar 6.17 : Stoples Atau Guci Penyimpan Air Hujan di Thailand.
6.5.7 Pemanenan Air Hujan di Singapura Curah hujan tahunan rata-rata dari Singapura adalah 2400 milimeter. Meskipun 50% dari luas lahan digunakan sebagai resapan air, hampir 40-50 persen kebutuhan air diimpor. Sejumlah penelitian dan pengembangan telah dilakukan di Singapura untuk memaksimalkan 96
abstraksi air hujan. Skema telah memasukkan penggunaan air hujan dari atap gedung-gedung bertingkat tinggi, dari run-off di bandara untuk keperluan non-minum, dan sistem terintegrasi dengan menggunakan kombinasi run-off dari kompleks industri, pertanian akuakultur dan lembaga pendidikan. Singapura meningkatkan kebutuhan untuk air dan mulai mencari sumber alternatif dan metode inovatif pemanenan air hujan. 6.5.7.1 Pemanenan Air Hujan Di Changi Airport Changi Airport melakukan sistem pemanenan air hujan dengan cara mengumpulkan dan memanfaatkan air hujan dari atap, yang menyumbang 28-33% dari total air yang digunakan, menghasilkan penghematan biaya sekitar S $ 390.000 per tahun. Potensi untuk menggunakan atap sebagai daerah tangkapan cukup tinggi. Sistem yang dikembangkan adalah merupakan hasil penelitian yang intensif. Sebuah program komputer yang sederhana ini dikembangkan dan disusun berkaitan nomogram daerah atap, ukuran tangki dan roofwater yang tersedia. Penerapan sistem pemanenan air hujan di bandara Changi dapat dilihat pada Gambar 6.18.
Gambar 6.18 : Sistem Pemanenan Air Hujan Di Bandara Changi Singapore.
97
6.5.7.2 Pemanenan Air Hujan Untuk Bangunan Tingkat Tinggi Sistem ini diterapkan di sebuah gedung 15 lantai, air hujan dari atap dikumpulkan dialirkan ke dua tangki air hujan dan air hanya digunakan untuk pembilasan. Kualitas air dapat diterima dalam hal warna, kekeruhan dan kandungan bakteriologis meskipun total padatan dan tingkat klorida yang sedikit lebih tinggi. Sebuah sistem dual mode sederhana didirikan di tangki koleksi yang ditempatkan di atap gedung. Sebuah penilaian ekonomi menetapkan bahwa ada penghematan air efektif 13,7%. Biaya air hujan itu s $ 0,395 (US $ 0,25) per meter kubik, cukup ekonomis bila dibandingakan terhadap biaya air minum S $ 0,535 (US $ 0,33). Skema Sistem PAH Di Bangunan Bertingkat Di Singapura dapat dilihat pada Gambar 6.19.
Gambar 6.19 : Skema Sistem PAH Di Bangunan Bertingkat Di Singapura. 6.5.7.3 Pemanenan Air Limpasan di Wilayah Pemukiman (Urban Residential Area) Pada 1986, meningkatnya kebutuhan air menyebabkan pembentukan skema kebutuhan air di wilayah Seletar Bawah-Bedok, di mana hampir sembilan persen dari total luas lahan yang digunakan. Fitur 98
yang paling penting dari skema ini adalah bahwa hampir seperempat dari wilayah tangkapan ini adalah di daerah perkotaan yang memiliki gedung atau bangunan tinggi dan industri, sehingga air limpasan permukaan (runoff) tercemar oleh polutan yang bermacam-macam. Oleh karena itu pengendalian pencemaran air dan penggunaan teknologi yang relevan adalah prioritas utama dari skema pemanenan air hujan. Untuk wilayah Seletar Bawah dilakukan dengan cara membuat bendungan di muara sungai Seletar, yang memiliki daerah tangkapan air sekitar 3200 ha, sehingga menjadi reservoir Seletar Bawah. Reservoir Seletar Bawah (Lower Seletar Reservoir) dibangun di bawah Skema Sungei Seletar /Skema Air Bedok, selesai dibangun pada tahun 1986. Skema ini melibatkan pembendungan Sungai Seletar (Yishun Dam) untuk membentuk Reservoir Seletar Bawah, pembuatan Reservoir Bedok dari bekas tambang pasir dan pembangunan penyediaan air minum (Waterworks) Bedok. Keunikan dari skema tersebut adalah pembangunan sembilan stasiun pengumpulan air hujan (stormwater) untuk memanfaatkan limpasan air hujan (runoffs) dari daerah tangkapan wilayah pemukiman di sekitarnya. Delapan dari stasiun-stasiun pengumpulan tersebut adalah kolam di Yishun, Tampines, Bedok dan kota baru Yan Kit . Reservoir tersebut saling berhubungan dan air baku dari reservoir Bedok diolah sampai tingkat air minum sebelum didistribusikan. Sisa dari luas daerah tangkapan 2.625 ha merupakan wilayah perkotaan (urban) dan limpasan permukaan air hujan dari kedua wilayah tersebut di alirkan ke reservoir Bedok. (Sumber : http://www.rainwaterharvesting.org/international/singapore.htm)
6.5.8 Pemanenan Air Hujan Di Tokyo Jepang Tokyo terletak di zona sub tropis lembab. Terdapat musim hujan dimulai pada awal Juni dan berlangsung sampai pertengahan Juli. Curah hujan tahunan rata-rata 1.380 mm (55 inci), dengan musim panas yang basah dan kering dimusim dingin. Sampai tahun 1990-an, fokus utama untuk aplikasi pemanenan air hujan untuk penyediaan air domestik. Pada tahun 1994, konferensi air hujan internasional Tokyo diselenggarakan di Jepang. Keluaran dari konferensi ini penting karena merupakan titik balik persepsi mengenai peran, aplikasi dan potensi untuk teknologi sistem tangkapan (pemanenan) air hujan di dunia luas. Pemanenan air hujan memainkan peranan penting dalam menyelesaikan krisis air di Tokyo dan 99
tumbuh di kota besar di seluruh dunia, terutama di Asia. Di Tokyo dan di tempat lain di Jepang ikut tertarik dalam penggunaan sistem penyimpanan air rumah tangga, yakni untuk pemadam kebakaran dan untuk keperluan lain. Resevoir rumah tangga tersebut juga bisa menyediakan pasokan air darurat domestik termasuk untuk setiap peristiwa gempa besar. Walaupun air hujan masih belum banyak dimanfaatkan di Tokyo, telah ada investigasi serius ke peran potensi sistem tangkapan air hujan yang bisa berperan dalam penyediaan air, penanganan stratagies banjir dan mitigasi bencana. Pada tingkat masyarakat, fasilitas air hujan pemanfaatan sederhana dan unik, "Rojison", telah didirikan oleh penduduk setempat di distrik Mukojima Tokyo untuk memanfaatkan air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah-rumah pribadi untuk penyiraman kebun, pemadam kebakaran dan air minum dalam keadaan darurat. Sistem pemanfaat air hujan sederhana di Tokyo Jepang dapat dilihat pada Gambar 6.20. Untuk saat ini, sekitar 750 bangunan swasta dan publik di Tokyo telah memperkenalkan koleksi dan sistem pemanfaatan air hujan. Pemanfaatan air hujan sekarang berkembang baik di tingkat publik dan swasta. Sebuah arena Sumo-gulat di kota Sumida menggunakan air hujan dalam skala besar. Atap dengan luas 8.400 m2 di arena ini berfungsi sebagai daerah tangkapan permukaan untuk sistem pemanfaatan air hujan. Sistem saluran mengumpulkan air hujan ke tangki penyimpanan 1.000 m3 bawah tanah dan menggunakannya untuk menyiram toilet dan pendingin udara. Melalui contoh dibawah ini, banyak fasilitas umum baru termasuk Balai Kota yang sudah mulai memperkenalkan sistem pemanfaatan air hujan.
6.5.9
Pengelolaan Air Hujan Di Korea Selatan
Dalam sejarah Kerajaan Gochosun yang dibangun pada tahun 2333 Sebelum Masehi, pentingnya pengelolaan air hujan telah dideskripsikan dengan baik. Dangun Wanggeom, raja pertama Gochosun, memerintah negara dengan ketiga gurunya, yang merupakan master di bidang air, angin, dan awan. Ahli hujan berana “Woosa” pasti merupakan ahli yang sangat terlatih dalam pengelolaan air hujan. Filosofi yang berkuasa adalah “untuk memberikan manfaat bagi setiap partai”, yang mungkin berarti orang-orang yang tinggal di hulu harus memperhatikan kebutuhan orangorang dan lingkungan di hilir. Pada masa sekarang, ini disebut win-win strategy. 100
Gambar 6.20 : "Rojison", Fasilitas Pemanfaatan Air Hujan Yang Sederhana Dan Unik, Di Tingkat Masyarakat Di Tokyo, Jepang. Pada masa Dinasti Baekje akhir, beberapa reservoir dibangun. Salah satunya adalah Byeokgoljae, dibangun pada tahun 330 Masehi, memiliki panjang tepian 3, km, tinggi 5,7 m dan area reservoir seluas 10.000 ha. Teknologi konstruksinya ditransfer ke Jepang lama, dimana struktur yang mirip masih beroperasi. Tahun 1441 Masehi pada masa Dinasti Chosun, alat pengukur air hujan pertama di dunia bernama “Chuk-u-gi” ditemukan oleh Raja Agung Sejong (Gambar 6.21). Alat ini terdiri dari sebuah fondasi batu, kolom air, dan sebuah batang untuk mengukur tingginya curah hujan. Sejak itu, dan hingga tahun 1907, jaringan alat ukur hujan nasional dibangun, yang digunakan untuk mengumpulkan data curah hujan dari kantor lokal. Meskipun beberapa bagian dari jaringan ini telah dihancurkan, catatan curah hujan selama 250 tahun masih tetap ada, dan merupakan sumber data paling penting untuk membantu memahami pola jangka panjang perubahan iklim.
101
Gambar 6.21 : Alat Pengukur Curah Hujan Pertama Di Dunia (di Korea). Catatan: Alat pengukur curah hujan ini dibangun pada tahun 1441 oleh Raja Agung Sejong dan telah digunakan sejak saat itu. Alat ini diditribusikan kepada pemerintahan lokal dibawah pengawasan raja. Data curah hujan yang diukur dikumpulkan melalui jaringan nasional dan catatannya disimpan lebih dari 500 tahun setelah pengembangannya.
Juga selama dinasi Chosun, sebuah badan khusus, Je-Eon-Sa diselenggarakan oleh pemerintahan pusat dengan misi untuk membangun dan memelihara reservoir. Sebagai hasilnya, sekitar 18.000 danau kecil buatan manusia tetap ada di setiap bagian Negara, mengangani banjir, kekeringan, serta menambah keanekaragaman hayati dari bangsa kita yang ramah lingkungan. 6.5.9.1 Paradigma Baru Pengelolaan Air Hujan di Korea Selatan Sejak korea mengalami kondisi cuaca yang paling parah, yang diperkirakan akan menjadi lebih parah karena prubahan iklim, maka perlu sebuah paradigma baru dalam pengelolaan air hujan. Walaupun paradigma ini dikembangkan dalam konteks area monsoon, konsep serupa bisa diaplikasikan di daerah kering atau basah lainnya, atau daerah yang mungkin akan mengalami kondisi cuaca abnormal di seluruh dunia. Pada 102
akhirnya, hal ini akan dapat membantu negara-negara untuk memenuhi Millenium Development Goals (MDGs), dan penggunaan air yang efisien akan membutuhkan energi yang lebih sedikit serta mendukung infrastruktur yang berkelanjuta (Han Mooyoung, 2008). A.
Air Hujan Adalah Sumber Dari Semua Air
Seluruh sumber air kita yaitu baik air permukaan maupun air tanah berasal dari air hujan. Pengumpulan langsung dan penggunaan air hujan tidak hanya menghemat energi yang dibutuhkan untuk pengolakan dan perpindahan air, tetapi juga meningkatkan faktor keamanan terhadap kerusakan oleh banjir, kekurangan air, polusi, atau kebakaran. Pemanenan air hujan harus dipertimbangkan sebagai pilihan pertama untuk suplai air untuk sistem pemasok air yang baru maupun yang telah ada sebelumnya. B.
Pengelolaan Oleh Daerah (Bukan Menurut Garis)
Perubahan permeabilitas permukaan tanah yang disebabkan oleh pembangunan atau curah hujan yang besar akibat perubahan iklim dapat dengan tajam meningkatkan jumlah limpasan. Tidakan yang ada saat ini untuk menghadapi hal tersebut adalah dengan cara mengalirkan ke sungai terdekat, termasuk menggunakan stasiun pompa air hujan, bendungan, dan meninggikan tanggul. Langkah ini berhadapan dengan limpasan dalam rantai struktur (manajemen menurut garis). Mungkin akan lebih baik untuk membuat sejumlah kolam penahanan atau fasilitas penyimpanan dalam skala kecil di seluruh area dimana hujan turun. Hal ini tidak hanya mencegah banjir, tetapi juga mengurangi efek kekeringan. Air yang disimpan dapat digunakan untuk menciptakan danau kecil atau lahan basah untuk lingkungan yang lebih baik. C.
Pengelolaan Terdesentralisasi (Bukan Sentralisasi)
Secara tradisional, sistem penyediaan air telah didasarkan pada sistem terpusat, dimana air diambil dari sebuah bendungan, diolah, dan didistribusikan dalam skala besar. Meskipun mungkin ada keuntungan dalam sistem skala besar seperti itu, hal tersebut sangat memerlukan energi yang signifikan untuk pengolahan air dan transportasinya. Sebaliknya, sebuah sistem yang terdesentralisasi digabungkan dengan pengelolaan yang baik akan mengurangi biaya dan kebutuhkan energi. 103
Apabila kita mengimplementasikan sistem pemanenan air hujan (RWH) pada sistem pemasok air skala besar yang sudah ada, kita akan menciptakan sebuah struktur pengelolaan air yang lebih fleksibel dan aman. D.
Pengendalian Sumber (Bukan End-Of-Pipe Control)
Air baku yang diambil dari sungai dapat mengandung kekeruhan, pathogen, atau kontaminan terlarut yang terkumpul dari seluruh daerah tangkapan. Ini perlu dikurangi dengan proses pengolahan, yang membutuhkan energi serta biaya tambahan. Akan tetapi, apabila kita mengumpulkan air hujan di dekat tempat jatuhnya, kita dapat memelihara kualitas air yang baik dengan pengolahan yang relative sedikit. Keuntungan tambahan dari mengurangi volume limpasan dengan penyimpanan langsung atau infiltrasi ke dalam tanah adalah berkurangnya ancaman banjir di tingkat lokal. Setelah pengumpulan, air yang disimpan dapat digunakan untuk berbagai tujuan di lokasi terdekat. E.
Keterlibatan Aksi Lokal (Bukan Kebijakan Top-Down)
Pemanenan air hujan melibatkan banyak proyek skala kecil di tingkat lokal, ketimbang sebuah proyek besar, proyek daerah terpencil, dan dengan demikian melibatkan banyak stakeholder. Oleh karena itu, keterlibatan dan dukungan dari masyarakat setempat, pendidikan, dan kesadaran publik sangatlah penting. F.
Pengelolaan Air Hujan Multi-Fungsi (Bukan Tujuan Tunggal)
Ada banyak permasalahan yang berhubungan dengan air di korea, misalnya banjir, kekeringan, pencemaran air, sungai kering, dan kebakaran hutan dll. Masalah-masalah masih tetap ada, kemungkinan karena di masa lalu, setiap masalah dihadapi secara terpisah. Sejumlah departemen tunggal, masing-masing dengan kepentingan dan prioritasnya sendiri, berhadapan dengan masalah air. Solusinya terkadang sempit dan tidak efisien dalam konteks nasional. Diagram sederhana yang ditunjukkan dalam Gambar 6.22 menggambarkan pendekatan ini. Setiap peraturan/hukum ditampilkan secara konseptual. Misalnya, Undang Undang tentang Sungai menunjukkan bahwa kepentingan utama adalah banjir, dengan perhatian yang sangat 104
kecil untuk kekeringan. Hukum atau peraturan penyediaan air hanya menangani manajemen sumber daya air, dengan sedikit penekanan pada bidang utama lainnya. Sebuah model pengelolaan ideal akan mencakup semua permasalahan utama.
Gambar 6.22 : Sistem Pengelolaan Air Hujan Multi Fungsi (Tujuan) di Korea.
6.5.9.2 Contoh Paradigma Baru Pengelolaan Air Hujan Di Korea Selatan Baru-baru ini, telah terjadi peningkatan minat dalam pemerintahan, kalangan akademisi, dan organisasi non-pemerintah untuk mempromosikan pemanfaatan air hujan di Republik Korea. Beberapa pemerintah daerah, seperti Metropolitan Seoul Government (SMG), memberlakukan tindakan untuk meminta instalasi sistem pemanfaatan air hujan untuk bangunan yang baru dibangun dan juga mengembangkan program insentif untuk mempromosikan pemanfaatan air hujan. Baru-baru ini, pengelolaan air hujan telah dianggap sebagai langkah penting untuk mencegah bencana alam seperti banjir dan/atau kekeringan. Data teknis 105
dan teori-teori dikembangkan melalui pengalaman yang diperoleh pada proyek percontohan di sekolah-sekolah dan beberapa pangkalan militer. SMG telah terganggu oleh kerusakan yang berulang pada kota oleh banjir, karena daerah perkotaan ditutupi dengan permukaan tidak tembus air. Sebagai pemulihannya, SMG kini memberlakukan contoh pertama dari pengelolaan air hujan multi-tujuan. 1)
Pengelolaan Air Hujan Kota Seoul
Kota Seoul mengumumkan peraturan baru untuk menegakkan instalasi sistem pemanenan air hujan pada bulan Desember 2004. Tujuan utama adalah untuk menanggulangi banjir perkotaan. Tujuan kedua adalah untuk menghemat air. Ini diharapkan dapat menjamin keamanan kota dan meningkatkan kesejahteraan warga negara sebagai hasilnya. Warga diminta untuk bekerjasama dengan mengisi dan mengosongkan tangki air hujan menurut arahan dari instansi pencegahan bencana. Sebuah fitur khusus dari sistem baru adalah penyediaan jaringan untuk memantau tingkat permukaan air di semua tangki air di pusat badan pencegahan bencana di kantor pusat (Gambar 4.52), yang dikumpulkan dari setiap kantor-Gu, yang mana merupakan organisasi regional di Kota. Tergantung pada curah hujan yang diharapkan, pusat lembaga pencegahan bencana dapat mengeluarkan perintah kepada pemilik bangunan untuk mengosongkan tangki air hujan mereka, baik seluruhnya atau sebagian. Sebuah program insentif direncanakan bagi mereka yang mengikuti aturan dan beberapa hukuman diberikan bagi mereka yang tidak mengikutinya. Setelah peristiwa badai, air yang tersimpan dapat digunakan untuk pemadam kebakaran dan atau atau tujuan lain-lain seperti untuk air bilas toilet serta untuk siram taman. Bangunan-bangunan yang termasuk dalam peraturan tersebut adalah sebagai berikut: Semua bangunan umum : wajib untuk bangunan baru dan direkomendasikan untuk bangunan yang sudah ada. Fasilitas umum yang baru seperti taman, tempat parkir, dan sekolah apabila memungkinkan. Bangunan Swasta : direkomendasikan untuk bangunan gedung baru yang dikenakan izin (luas area lebih besar dari 3000 m2). Rencana Pengembangan besar seperti proyek kota baru : instalasi sistem pengelolaan air hujan sebagai prioritas pertama. 106
Diagram yang menampilkan pemantauan beberapa sistem tangki untuk Pencegahan Banjir Perkotaan dan Konservasi Air dapat dilihat seperti pada Gambar 6.23.
Gambar 6.23 : Sistem Jaringan Untuk Memantau Tingkat Permukaan Air Di Semua Tangki Air Di Pusat Badan Pencegahan Bencana Di Kota Seoul. 2)
Desain Tangki Air Hujan Multi-Tujuan Dalam Proyek Gedung
Sebuah sistem air hujan yang spesifik dirancang untuk bangunan yang baru dibangun (Gambar 6.24) di Proyek Star City di Kwangjin-Gu, Seoul. Sebuah tangki air hujan 3000 m3 dipasang di ruang bawah tanah dan dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing 1000 m3. Bagian yang pertama mengumpulkan air hujan dari permukaan tanah tak beraspal. Tangki harus tetap kosong pada sebagian besar waktu kecuali ketika ada hujan deras. Bagian 1000 m3 kedua mengumpulkan air hujan dari atap, yang harus digunakan untuk penyiram toilet dan tujuan lansekap. Bagian 1000 m 3 ketiga harus diisi dengan air tawar dan digunakan untuk pasokan dalam keadaan darurat, seperti memadamkan kebakaran atau kecelakaan.
107
Gambar 6.24 : Contoh Rancangan Tangki Air Hujan Multi-Fungsi. 3)
Contoh Pengelolaan Air Hujan Proaktif
Paradigma baru adalah untuk mengelola seluruh DAS on-site daripada mengelola sungai setelah mengumpulkan air hujan di DAS-nya. Pengelolaan sumber, atau mengelola air hujan di tempat jatuhnya, memiliki keunggulan sehubungan dengan kualitas dan kuantitas air. Namun, bertentangan dengan manajemen terpusat sebelumnya, hal ini membutuhkan pemahaman dan kerjasama dari masyarakat untuk mengimplementasikan manajemen desentralisasi. Hal ini memerlukan pengelolaan air hujan proaktif, dan melibatkan pendidikan masyarakat, anak sekolah, serta tentara. Beberapa contoh pendidikan tentang pemanenan air hujan dan promosinya telah diperkenalkan. Sebagai tambahan, proyek micro-credit Rainwate Piggy Bank strategis telah dirancang untuk mempromosikan pemanenan air hujan di tingkat rumah tangga. -
Pendidikan dan Kesadaran Publik
Dalam rangka mempromosikan desentralisasi pengelolaan air hujan, memahami dasar dari permasalahan air oleh masyarakat dan keterlibatan 108
aktif mereka adalah kepentingan yang paling utama. Pendidikan sangat penting baik untuk anak sekolah maupun orang dewasa. Sekitar 50 sekolah di Provinsi Kyounggi telah memasang sistem pemanfaatan air hujan untuk tujuan pendidikan tentang air hujan. Lebih banyak sekolah menjadi tertarik pada pendidikan lingkungan dan menggunakan pemanenan air hujan sebagai bagian dari program insentif untuk mengurangi tingkat konsumsi air mereka. Beberapa contoh untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang air hujan meliputi: Sebuah program baru di Kementerian Pertahanan untuk mengajarkan tentara mengenai pentingnya air hujan selama periode pengabdian wajib mereka tengah dipersiapkan. Hal ini akan memungkinkan kita untuk mengajarkan setengah dari orang Korea dewasa tentang pentingnya air hujan. Museum air hujan pertama dibuka di sebuah sekolah menengah. Banyak orang mengunjungi pusat air hujan (Rainwater Center) untuk melihat sistem air hujan yang dikembangkan di kampus Universitas Nasional Seoul. Program khusus mengenai pentingnya air hujan yang disiarkan oleh SBS (Seoul Broadcasting System) secara teratur. Sebuah jaringan tingkat dunia dibentuk melalui Asosiasi Air Internasional (International Water Association). - Proyek Mikro Kredit Rainwater Piggy Bank Sebuah program promosi air hujan khusus sedang berlangsung untuk mempromosikan sistem air hujan di tingkat rumah tangga di Kota Seoul. Sistem ini terdiri dari filter downpipe air hujan, sebuah tangki air hujan 400-1000 L (piggy bank / celengan), water meter, dan sebuah kotak infiltrasi opsional (Gambar 6.25). Program ini dibiayai dari gabungan sumber uang pemerintah, industri, dan pengguna. SMG mengeluarkan peraturan sehingga mereka secara finansial dapat mendukung beberapa bagian dari biaya. Sebagai upaya gabungan dengan pemerintah, perusahaan donor, dan warga relawan, sebuah proyek khusus telah dirancang. SMG akan menyumbangkan 50% dari biaya instalasi, dan perusahaan donor akan membayar 25%. 25% sisanya harus dibayar oleh pengguna, baik secara tunai atau dengan tenaga kerja untuk memasang dan memelihara sistem air hujan. 109
Gambar 4.54 Rainwater Sistem Digunakan untuk Proyek Piggy Bank Rainwater Micro-credit Pengguna akan menyetorkan uang yang akan disimpan dengan menggunakan air hujan ke dana Rainwater Piggy Bank untuk membantu orang lain memasang tangki mereka sendiri. Misalnya, jika rumah tangga menghemat uang dalam tagihan airnya dengan memanfaatkan air hujan, mereka dapat menyimpan uang ke dalam tabungan yang nyata, sebaiknya sebagai upaya bersama dengan anak-anak untuk menyimpan uang saku mereka dalam celengan yang sebenarnya. Dengan melibatkan anak-anak, mereka belajar untuk menyimpan dan berbagi. Setelah beberapa waktu, jika celengan sudah penuh, maka mereka bisa menyumbangkannya ke tetangga atau teman. Sekitar 10 piggy bank air hujan telah dipasang di sekitar Seoul National University sebagai kasus percontohan. Diharapkan hal ini akan menjadi luas, dengan keterlibatan publik yang kuat berkat proses pembiayaan baru dan juga melalui sumbangan.
6.5.9.3 Aktivitas Yang Dibutuhkan Di Masa Depan Dalam rangka mempromosikan pemanenan air hujan dengan paradigma baru yang disarankan, kita membutuhkan aksi-aksi berikut: 110
1)
Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Meskipun penampungan/pemanenan air hujan telah digunakan sejak awal sejarah manusia, hanya sedikit pengetahuan ilmiah dan teknis yang tersedia dalam hal desain dan pengoperasian sistem pemanenan air hujan. Pertama-tama, kita perlu belajar dari masa lalu dengan menyelidiki kebijaksanaan lama dan filosofi dari nenek moyang. Selain itu, penelitian paralel pada topik-topik berikut (serta yang lain) yang diperlukan: • Kuantitas air. Masalah desain dalam hal bagaimana mengumpulkan, menyimpan, dan memperlakukan air hujan memerlukan upaya bersama dari arsitek atau land planner, insinyur hidrologi dan hidrolik. • Kualitas air. Sangat penting untuk menjaga kualitas air hujan yang baik selama pengumpulan dan penyimpanan dengan teknologi pengolahan yang tepat. Kesehatan merupakan pertimbangan yang penting ketika air hujan digunakan untuk keperluan minum. Untuk pengobatan air hujan dikumpulkan dari permukaan yang berbeda, seperti atap, jalan, dan ladang, diperlukan sistem pengolahan air dengan biaya dan energy yang rendah. • Pemodelan sistem saluran pembuangan (Sewer System Modelling). Meningkatkan kapasitas sistem saluran pembuangan yang ada menjadi mungkin, dengan sedikit modifikasi, melalui instalasi sistem pemanenan air hujan. Ini dapat mencegah banjir akibat curah hujan deras yang tak terduga yang diperkirakan disebabkan oleh perubahan iklim. • Latar Belakang logika bagi para pengambil keputusan. Sebuah analisis biaya-manfaat untuk mendukung pengambil keputusan dalam mengadaptasi paradigma baru yang disarankan diperlukan. Pilihan pemasokan air yang lain, seperti grey water system, sistem desalinasi, dan sistem pasokan air terpusat tradisional, harus dibandingkan dengan menggunakan kriteria yang sama. Penerapan sistem RWHM (Rain Water 111
Harvesting and Managemnent) diperlukan untuk mengatasi kebutuhan air yang meningkat dan untuk meningkatkan rasio water independency dari sebuah bangunan atau kota. 2)
Pertukaran Informasi
Meskipun dengan kondisi cuaca yang paling parah di dunia, kebijaksanaan dan budaya tentang bagaimana bertahan hidup telah terbukti sepanjang milenium. Sangat bermanfaat untuk menggunakan informasi yang telah terbukti sepanjang waktu dan telah dikembangkan dalam rangka mencari solusi yang mungkin bagi banyak permasalahan air dunia. Karena mungkin ada banyak aplikasi yang berbeda sesuai dengan situasi yang berbeda, pertukaran informasi sangat penting. Berkat teknologi informasi yang tersedia saat ini, kita bisa berbagi kebijaksanaan, pengetahuan, dan pengalaman dari studi kasus dengan cara yang relatif mudah. 3)
Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat
Cara yang paling penting dan efisien untuk memecahkan masalah air dunia adalah untuk mengajarkan generasi berikutnya ketika mereka berada di sekolah dengan memasukkan dalam program belajar mereka. Di Republik Korea, museum air hujan ini terbuka untuk mahasiswa dan masyarakat, menunjukkan pentingnya pemanenan air hujan dengan menampilkan teknologi serta budaya yang berbeda. Cara terbaik untuk menginformasikan generasi saat ini adalah dengan menggunakan media massa, seperti TV, surat kabar, dan internet. Untuk setiap kelompok khusus, sebuah program pendidikan yang unik dapat dikembangkan. Misalnya, mengingat dinas militer wajib bagi laki-laki di Republik Korea, program pendidikan tentang RWH di ketentaraan dengan mudah dapat meningkatkan kesadaran setengah dari populasi Korea. Salah satu cara yang paling efisien pendidikan menggunakan DVD, terutama bagi generasi muda dan masyarakat umum. 4)
Jaringan Internasional
Jaringan baik untuk ahli dan warga di dunia disarankan. Para ahli di bidang pengelolaan sumber daya air dapat bekerja sama dalam penelitian, regulasi, dan pengembangan teknologi. Untuk jaringan warga, sebuah website dibuka untuk membangun persahabatan dan pemahaman antara 112
generasi sekarang dan masa depan. Melalui jaringan ini, orang dapat berbagi informasi tentang air hujan dan budaya air hujan serta menikmati interaksi antar satu sama lain. Beberapa acara sampingan menarik dapat diselenggarakan, yang meliputi kontes pengumpulan air hujan, esai air hujan, kontes menggambar dan foto, serta aktivitas lain untuk menemukan budaya dan tradisi yang berhubungan dengan air hujan. Kelompok spesialis Pemanenan dan pengelolaan air hujan telah didirikan di IWA (International Water Association) untuk melakukan penelitian, promosi dan membuat jaringan internasional.
113