Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK
5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah morfem, sebab morfem bukan bagian sintaksis dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis. 5.1.1
Identifikasi Morfem
Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. Jika bentuk tersebut bisa hadir secara berulangulang dengan bentuk lain maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Contoh: 1) Kelima Ketujuh Kedelapan Semua bentuk pada daftar diatas dapat disegmentasikan dan mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan tingkat atau
derajat. Bentuk ke pada daftar diatas merupakan bentuk terkecil yang berulangulang dan mempunyai makna yang sama, bisa disebut morfem. 2) Ke pasar Ke dapur Ke terminal Bentuk ke pada daftar diatas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan mempunyai arti yang sama yaitu menyatakan arah atau tujuan. Dengan demikian ke pada daftar diatas juga sebuah morfem. Makna bentuk ke pada kelima dan kepasar tidak sama. Keduanya merupakan dua buah morfem yang berbeda, meskipun bentuknya sama. Jadi, ciri sebuah morfem adalah mempunyai kesamaan arti dan kesamaan bentuk. 5.1.2
Morf dan Alomorf
Perhatikan deretan bentuk berikut! Melihat Merasa Membawa Membantu Mendengar Menduda Menyanyi Menyikat Menggali Menggoda
Mengelas Mengetik Kita bisa melihat ada bentukbentuk yang mirip dan maknanya juga sama, antara lain Mepada melihat dan merasa → berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan (l) dan (r) Mempada membawa dan membantu → berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan ( b) dan ( p) Menpada mendengar dan menduda → berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan ( d) dan ( t) Menypada menyanyi dan menyikat → berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan ( s) Mengpada menggali dan menggoda → berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku Alomorf adalah perwujudan konkret dari sebuah morfem. Morf dan alomorf adalah dua buah nama pada bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Alomorf adalah nama untuk bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. 5.1.3
Klasifikasi Morfem
Morfem diklasifikasikan berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya. 5.1.3.1 Morfem bebas dan Morfem terikat Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Contoh: pulang, makan, dan rumah adalah termasuk morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dengan morfem lain tidak dapat
muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan tentang morfem terikat. Pertama, bentukbentuk seperti juang, henti, dan gaul juga termasuk morfem terikat karena tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Kedua, bentukbentuk seperti baca, tulis, dan tending termasuk berikut prakategorial, karena merupakan pangkal kata, sehingga baru bisa muncul dalam peraturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga, bentukbentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta) juga termasuk morfem terikat karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu disebut juga morfem unik. Keempat, secara morfologi bentukbentuk proporsi dan konjungsi termasuk morfem bebas. 5.1.3.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi Morfem utuh merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh: (meja), (kursi), (henti) dan (juang). Morfem terbagi merupakan dua bagian yang terpisah karena disisipi morfem lain. Semua afiks yang disebut konfiks dan infiks termasuk morfem terbagi.
5.1.3.3 Morfem Segmental dan Suprasegmental Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem fonem segmental, seperti morfem (lihat), (lah), (sikat), dan (ber). Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental.
Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur unsur supra segmental, seperti tekanan, nada, durasi dan sebagainya. 5.1.3.4 Morfem beralomorf Zero Adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmetal), melainkan berupa kekosongan. Lambangnya berupa ø. Misal: Bentuk sheep → bentuk jamaknya adalah morfem (sheep) dan morfem (ø) . 5.1.3.5 Morfem bermakna leksikal dan Morfem tidak bermakna leksikal Adalah morfemmorfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Misal: (kuda), (pergi), (lari), dan (merah). Morfem tak bermaksud leksikal Tidak mempunyai makna apaapa pada dirinya sendiri Misal: morfemmorfem afiks seperti (ber), (me), (ter). •
Morfem dasar, bentuk dasar, pangkal (stem), dan akar (root)
Morfem dasar, bentuk dasar, pangkal dan akar adalah empat istilah yang biasa digunakan kajian morfologi. Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfe, afiks. Contoh: (juang), (kucing), (sikat)
bebas dasar terikat
Morfem dasar Afiks Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi Bisa diberi afiks dalam suatu proses afiksasi Bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi Bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi
Pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infeksi atu proses pembukuan afiks inflektif. Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis dan lebih jauh lagi. Artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya baik afiks infleksional maupun afiks denvasionalnya di sanggahan. Kata Para tata bahasawan tradisional mengartikan kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti. Klasifikasi kata Adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata. Para tata bahasawan menggunakan criteria makna dan criteria fungsi. kriteria makna: digunakan untuk mengidentifikasikan kelas: verba → kata kerja
nomina → kata benda
ajektifa → kata sifat
kriteria fungsi: digunakan untuk mengidentifikasikan proposisi, konjungsi, adverbial, pronominal klasifikasi kata itu perlu, sebab dengan mengenal kelas sebuah kata, yang dapat kita identifikasikan dari cirricirinya, kita dapat memprediksi penggunaan atau pendistribusian kata itu didalam ujaran. Pembentukan kata Inflektif Perubahan atau penyesuaian bentuk verba disebut konjugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektiva disebut deklinasi. Derivatif Pembentukan kata secara derivative membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Proses morfemis: 1) afiksasi: Pembentukan kata secara pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Infiks: afiks yang diimbuhkan ditengah bentuk dasar Sufiks: afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar Konfiks: afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua berposisi pada akhir Interfiks: sejenis infiks atu elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsure
Transfiks: afiks yang berwujud vocalvokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar. 2) Reduplikasi Adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. 3) Komposisi Adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identifikasi leksikal yang berbeda atau yang baru 4) Konversi Modifikasi internal dan suplei Konversi → sering juga disebut derivasi zero, transmutan, dan transposisi adalah suatu proses pembentukan kata dan sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental Modifikasi internal → proses pembentukan kata dengan penambahan unsur unsur ke dalam morfem yang berkerangka tetap. 5) Pemendekan Adalah proses penanggalan bagianbagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap samara dengan makna utuhnya. 6) Produktivitas proses morfemis Adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi Morfonemik
Disebut juga morfonemik, morfologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, baik afiksasi , reduplikasi maupun komposisi. → proses peluluhan fonem → dapat dilihat dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me pada kata sikat , dimana fonem is / pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal / ny / dan prefiks tersebut. → proses perubahan fonem → dapat dilihat pada proses pengimbuhan prefiks ber pada kata agar dimana fonem /r/ dan prefiks itu berubah menjadi fonem /l/ → proses pergeseran fonem → adalah pindahnya sebuah fonem dan silabel yang satu ke silabel yang lain biasanya ke silabel berikutnya.