BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Remaja atau adolescense berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang berasal dari bahasa ingris, saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan usia 12 tahun pada wanita (Proverawati, 2009). Menurut Depkes (2010), berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas : 1. Masa remaja awal (10 - 13 tahun) Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik didalam rumah ataupun disekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti olah raga yang baik untuk bermain, memilih kelompok bergaul, dan mengenal cara untuk berpenampilan yang menarik.
9
10
2. Masa remaja tengah (14 - 16 tahun ) Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga tidak terlalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks, pada tahapan ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh, dan berpikir tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “siapa saya“ pada masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan, tujuan, dan membuat rencana sendiri. 3. Masa remaja akhir (17 - 19 tahun) Pada tahapan ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri terhadap masalah- masalah idealisme, toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan, serta peran dewasa dalam masyarakat. Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahanperubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sisitem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Sekitar dua tahun pertumbuhan berat dan tinggi badan mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Remaja
11
putri mulai mengalami pertumbuhan tubuh pada usia rata-rata 8-9 tahun, dan mengalami menarche rata-rata pada usia 12 tahun (Rumini, 2004). 2.1 Menarche Menarche merupakan menstruasi pertama terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Menarche merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang gadis sedang menginjak dewasa. Perubahan timbul karena serangkaian interaksi antara beberapa kelenjar di dalam tubuh. Pusat pengendali yang utama adalah bagian otak, disebut hypothalamus, yang bekerja sama dengan kelenjar bahwa otak mengendalikan urutan-urutan rangkaian perubahan itu (Llewellyn, 2009). Menarche juga disebut siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita. Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger adenosinemonophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton, 1997).
12
Menstruasi terjadi akibat terlepasnya endometrium yang iskemia akibat pengaruh hormonal. Pelepasan endometrium disertai pendarahan yang disebut menstruasi yang berlangsung antara 2-8 hari. Setelah masa menstruasi berakhir, endometrium kemudian tumbuh kembali atau disebut juga endometrium mengadakan proliferasi, agar siap menerima ovum yang telah dibuahi sebagai persiapan kehamilan. Apabila tidak terjadi pembuahan, endometrium kemudian lisut akan terjadi menstruasi kembali dan seterusnya (Fairus, 2011). 2.1.1 Usia terjadi Menarche Masa remaja, usia di antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis yaitu antara umur 10 sampai 19 tahun. Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis remaja ialah datang haid yang pertama kali yang disebut menarche, biasanya usia menarche normal berumur >12 tahun dan menarche dini < 12 tahun (Boynton, 2013). Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat ia mendapat menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi. Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain ras, rangsangan audio visual, konsumsi junks food/fast food, sosial ekonomi dan IMT (Proverawati, 2009).
13
2.1.2 Proses terjadinya Menarche Awal pubertas ditandai dengan menarche yang dipengaruhi oleh sinyal neutrotransmiter dan nueropeptida yang berasal dari hipotalamus, dilanjutkan ke hipofisis melalui sistem portal dikeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormone untuk merangsang indung telur. Hormon perangsang folikel primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan di payudara). Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur), hormon estrogen yang dikeluarkan makin lama makin meningkat menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi), peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang folikel (FSH), tetapi merangsang hormone luteinizing (LH) sehingga dapat merangsang folikel graff yang telah dewasa, untuk melepas telur yang disebut sebagai ovalusi. Telur ini akan ditangkap oleh rumabi pada tuba fallopi, dan dibungkus oleh korona radiata yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam. Folikel graff yang mengalami ovulasi menjadi korpus luteum dan mengeluarkan hormon etrogen dan progesteron. Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan progesteron lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, dimana pembuluh darah makin dominan dan
14
mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur) maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah bentuk perdarahan yang disebut mesntruasi (Manuaba, 1998). 2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Usia Menarche a. Organ Reproduksi Faktor yang memengaruhi usia ketika mendapat haid pertama adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Wanita remaja yang tidak mendapat haid karena vaginanya mempunyai sekat yang disebut septum transversa. Keadaan ini akan menimbulkan benjolan di perut karena rahim membesar akibat terisi darah haid yang terkumpul di atas sekat tersebut setiap bulan akibatnya menghambat menstruasi tidak bisa keluar (Dieny, 2014). b. Hormon Leptin dan ghrelin serta hormon yang disekresikan jaringan adiposa lainnya memiliki efek yang signifikan terhadap reproduksi. Bekerja pada otak, hormonhormon ini berperan sebagai perantara antara jaringan adiposa dan sistem reproduksi untuk mensuplai dan mengatur energi yang dibutuhkan untuk reproduksi normal dan kehamilan. Hormon seperti leptin, ghrelin, adiponektin, resistin, dan peptida YY3-36 telah diketahui berperan sebagai regulator-regulator penting terhadap selera makan
15
dan homeostasis energi. Hubungan yang sangat dekat antara metabolisme energi, status nutrisi, dan fisiologi reproduksi ini mengesankan bahwa kelainan dan perubahan status nutrisi (obesitas, malnutrisi, anoreksia nervosa, dan sebagainya) dan gangguan metabolik dapat mengacaukan hubungan timbal balik yang kompleks antara gonadotropin dan hormon gonadal, yang sangat penting dalam fertilitas. Peningkatan berat badan dan jaringan lemak pada dasarnya mengganggu pola menstruasi dan potensial fertilitas. Pada wanita yang obesitas, penurunan berat badan saja dapat memperbaiki resisten insulin dan memperbaiki fertilitas (Dieny, 2014). c. Usia Menarche Ibu Usia menarche ibu berperan penting sebagai faktor penentu usia menarche remaja putri. Menurunnya usia menarche menandakan adanya perbaikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan dimana kondisi ini tampak pada usia menarche anak yang lebih cepat dari ibunya. Usia menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya (Luigi, 2010). Penelitian yang dilakukan Putri pada tahun 2009 menyatakan bahwa terdapat hubungan usia menarche ibu (usia menstruasi pertama ibu) dengan usia menarche pada anak. d. Ras Saat ini, anak-anak perempuan di Amerika Serikat lebih cepat 9 bulan mendapatkan menstruasi pertama daripada yang dialami anak-anak perempuan 20 tahun lalu. Para peneliti mengatakan kecenderungan ini berlangsung terus dan dimulai pada abab ke-19. Anehnya, timbul suatu jurang pemisah antara anak
16
perempuan kulit hitam dan kulit putih. Sementara itu usia rata-rata seorang anak perempuan mengalami mestruasi pertama tetap pada usia 12 tahun. Penelitian terbaru menunjukkan anak perempuan kulit hitam rata-rata mengalami menstruasi lebih cepat 3 bulan daripada anak-anak kulit putih. Dan rata-rata saat pertama kali mendapatkan menstruasi lebih cepat 9 bulan pada perempuan kulit hitam, serta 2 bulan pada perempuan kulit putih antara tahun 1973 dan 1994. Dalam penelitian ini, peneliti melihat apakah ada perbedaan usia antara anak kulit hitam dan kulit putih saat pertama kali mengalami menstruasi dengan faktorfaktor seperti berat badan, tinggi badan atau ketebalan lipat kulit (ukuran lemak tubuh). Tetapi setelah perbedaan-perbedaan ini disesuaikan/diperbaiki, para peneliti mendapatkan lebih dari 40% anak perempuan kulit hitam mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun dibandingkan anak perempuan kulit putih. Sekitar 10% anak perempuan kulit putih dan 15% anak perempuan kulit hitam mulai mengalami menstruasi sebelum usia 11 tahun, keadaan ini disebut menarche dini. Menarche dini telah dihubungkan dengan meningkatnya resiko kanker payudara, kegemukan dan keguguran. Peneliti juga mendapatkan anak-anak perempuan yang mengalami menstruasi pertama sebelum usia 11 tahun berat badannya lebih berat dan badannya lebih tinggi daripada anak perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya setalah usia 13 tahun. Dalam penelitian ini mereka mendapatkan anak perempuan kulit hitam yang berusia antara 5 hingga 9 tahun dengan keadaan tubuh lebih berat dan tinggi dibandingkan anak perempuan kulit putih pada kelompok umur yang sama.
17
Adanya perbedaan dalam tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa anak perempuan kulit hitam lebih dahulu mencapai tahap lanjut perkembangan rangka tubuh daripada anak perempuan kulit putih. Tetapi pada saat mereka membandingkan anak perempuan kulit hitam dan kulit putih pada anak usia yang sama, berat dan tinggi badan, mereka mendapatkan anak perempuan kulit hitam masih lebih dini mengalami menstruasi daripada anak perempuan kulit putih (Proverawati, 2009). e. Penyakit Beberapa penyakit kronis yang menyebabkan terlambatnya haid adalah infeksi yang menimbulkan berat badan sangat rendah sehingga datangnya haid akan tertunda. Adanya tumor juga mempengaruhi pola menstruasi, dapat mengganggu pengeluaran hormon sehingga menstruasi terganggu. Penyakit metabolik seperti diabetes melitus juga dapat menyebabkan gangguan menstruasi dikarenakan adanya resisten insulin yang dapat mengganggu keseimbangan hormon androgen dan estrogen (Dieny, 2014). f. Status Gizi Status gizi berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ reproduksi. Pada wanita dengan usia subur diperlukan status gizi baik dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangan dibutuhkan pada saat menstruasi. Wanita dengan status gizi kurang memiliki risiko terjadinya gangguan menstruasi yang diakibatkan oleh terganggunya pertumbuhan dan perkembangan sistem reproduksi (Dieny, 2014).
18
Status gizi perlu di perhatikan karena status gizi yang kurang dapat mengakibatkan menstruasi lebih lambat dibandingkan remaja putri yang bergizi baik mempunyai cepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas. Pada periode pubertas inilah akan terjadi percepatan pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mengalami kematangan organ reproduksi. Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki usia pubertas adalah terjadinya menarche. Pada umumnya, remaja yang lebih tinggi dan lebih berat dengan massa lemak tubuh yang lebih besar cenderung mencapai menarche di usia muda. Faktor ukuran tubuh termasuk tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh telah lama dibuktikan berasosiasi kuat dengan mulainya menarche (Pulungan, 2009). Kenaikan berat badan merupakan faktor yang berkait secara konsisten dengan awalnya kematangan seksual pada dewasa muda dan remaja. Beberapa kajian retrospektif telah menunjukkan bahawa remaja yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun adalah lebih berat dan gemuk berbanding dengan remaja yang mengalami menarche normal. Status gizi mempengaruhi usia menarche terkait dengan jumlah lemak dalam tubuh. Jaringan lemak menghasilkan hormon leptin. Hormon leptin, yakni satu hormon yang menimbulkan rasa kenyang dan dihasilkan oleh sel lemak yang merupakan penghubung antara berat badan dan pubertas . Kadar leptin dalam darah juga berkait dengan gluteofemoral menunjukkan bahwa leptin menyampaikan informasi tentang distribusi
lemak ke hipotalamus
semasa pubertas dan
mempengaruhi usia awal menarche. Peningkatan kronis kadar leptin dalam darah
19
dapat menyebabkan peningkatan kadar LH. Peningkatan LH berhubungan dengan peningkatan estrogen dan awal menarche (Edward et al, 2007). g.
Aktivitas Fisik Hubungan aktivitas fisik dengan usia menarche dikaitkan penundaan sekresi
dari hormon-hormon spesifik yang ada dalam tubuh terhadap kematangan seksualitas pada remaja putri. Diperkirakan bahwa aktivitas
fisik berat akan menunda usia
menarche melalui mekanisme hormonal karena telah menurunkan produksi progesteron sehingga menunda kematangan endometrium. Penelitian yang dilakukan Bagga (2000) menyatakan bahwa, aktivitas fisik atau olahraga seperti volli, bulutangkis dan berenang yang rutin dilakukan dan dalam durasi waktu yang lama akan menunda umur menarche dibandingkan dengan remaja putri yang melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang jarang dan durasi waktu yang sebentar. Hal ini dikarenakan massa otot yang lebih besar. h. Konsumsi Junk Food/Fast Food Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif dan psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini remaja cepat sekali terpengaruh oleh vegetarian, atau food fadism dan junk food merupakan sebagian contoh keterpengaruhan ini. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja tidak makan, tidak jarang berujung pada anoreksia nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau hanya menyantap kudapan. Lebih jauh, kebiasaan ini terpengaruh oleh keluarga, teman, dan iklan di televisi (Arisman, 2007).
20
Konsumsi junk food pada remaja berpengaruh terhadap peningkatan gizi remaja. Umumnya makanan cepat saji mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asamkorbat, kalsium dan folat (Khomsan, 2004). Remaja putri dengan kelebihan nutrisi (kelebihan lemak dan berat badan), menarche juga terjadi lebih dini. Nutrisi mempunyai pengaruh terhadap kematangan seksual manusia, karena gizi mempengaruhi seksresi hormon gonadotropin dan respon terhadap Luetinizing Hormone (LH), hormon ini berfungsi untuk seksresi estrogen dan progesteron dalam ovarium sehingga tanda-tanda seks sekunder akan cepat muncul dibanding remaja putri yang kekurangan nutrisi. Kondisi gaya kehidupan modren dengan tersedianya rumah makan dengan banyak pilihan makanan siap saji, makanan kemasan dan soft drink akan menimbulkan percepatan menarche karena konsumsi makanan siap saji maupun soft drink mengadung tinggi lemak, gula, kalori. Remaja putri yang mulai pubertas dan sebelum mengalami menarche sering mengkonsumsi fast food dan makanan jajanan luar
rumah
akan
menyebabkan
peningkatan
asupan
kalori
yang
tinggi
(Sulistyoningsih, 2011) i. Rangsangan Audio Visual Faktor penyebab menstuasi juga datang dari rangsangan audio visual, baik berasal dari percakapan maupun tontonan dari flim-flim atau
internet berlabel
dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas. Ransangan dari telinga dan mata tersebut kemudian merangsang sistem reproduksi dan genital untuk lebih cepat matang. Bahkan, rangsangan audio visual ini merupakan faktor penyebab utama
21
menstruasi dini. Berdasarkan riset selama 37 tahun dilakukan peneliti di Norwegia dan melibatkan 61 ribu perempuan yang lahir antara tahun 1800 hingga 1920-an, terdapat kesimpulan bahwa tingkat risiko kematian pada perempuan yang mengalami menstruasi dini (9-11 tahun), lebih tinggi 10 persen ketimbang mereka yang mengalami saat usia 15 tahun ke atas (Proverawati, 2009). Keterpaparan media massa orang dewasa (pornografi) yang meliputi media cetak, audio, dan audiovisual mempengaruhi timbulnya menarche dini remaja putri karena mengacu organ reproduksi dan genital lebih cepat matang. Keterpaparan media orang dewasa (pornografi) menjadikan remaja putri lebih cepat dewasa dan bila tidak mengerti media bertema pornografi bisa disalah gunakan pada hal negatif seperti seks bebas (Fajriyanti, 2008). Perilaku seksual berbentuk mulai dari ketertarikan dengan lawan jenis, orang dalam khayalan maupun khayalan diri sendiri, berkencan, dan bercumbu. Perilaku seksual juga mempengaruhi lebih cepat matang organ reproduksi karena merangsang remaja putri pada hasrat seksualnya yang menyebabkan menarche dini. Rangsangan-rangsangan yang kuat dari luar, misalnya berupa tayangan tayangan sinetron yang menampilkan anak-anak berperan sebagai orang dewasa, film-flim seks (blue films), buku-buku bacaan dan majalah-majalah bergambar seks, godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual atau coitus masuk ke pusat pancaindera diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofisis pars
22
anterior, melalui sistem portal. Hipofisis anterior mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifik. Kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon spesifik yan dikeluarkan kelenjar indung telur memberikan umpan balik ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofisis, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi. j.
Sosial Ekonomi Tingkat ekonomi berperan dalam mempengaruhi menstruasi. Tingkat sosial
ekonomi ini berkaitan erat dengan kemampuan daya beli seseorang terhadap beraneka ragam pangan. Jika seseorang dapat menjangkau berbagai macam pangan yang kaya dengan nilai gizi yang kemudian berpengaruh pada pembentukan gizinya. Apabila status gizinya baik maka proses pertumbuhan dan perkembangan organ, termasuk organ reproduksi akan berjalan dengan baik (Proverawati, 2009). Pacarada et al (2008) melakukan penelitian di Negara Kosovo menemukan bahwa ada hubungan antara umur menarche remaja putri dengan status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh bagga (2000) juga mendapatkan hasil penelitian yang serupa yaitu adanya hubungan antara umur menarche remaja putri di India dengan status sosial ekonomi keluarganya dimana status ekonomi keluarga yang rendah berkaitan dengan usia menarche yang lebih lambat pula. Hal tersebut berhubungan karena tingkat sosial ekonomi keluarga akan
23
mempengaruhi kemampuan keluarga di dalam hal kecukupan gizi keluarga terutama gizi anak perempuan dalam keluarga yang dapat mempengaruhi usia menarchenya. 2.3 Dampak Menarche Dini 2.3.1 Menopause Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Siti, 2013). Menopause terlambat adalah menopause yang terjadi pada usia 55 tahun ke atas. Salah satu faktor yang memungkinkan seorang wanita akan mengalami keterlambatan menopause adalah apabila memiliki kelebihan berat badan. Sebagian besar estrogen dibuat didalam endometrium, akan tetapi sejumlah kecil estrogen juga dibuat di bagian tubuh yang lain, termasuk di sel-sel lemak. Apabila seorang wanita mengalami obesitas maka wanita tersebut akan memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi dalam seluruh masa hidupnya (Brown, 2007). 2.3.2
Kanker Payudara Kanker payudara adalah kanker pada kelenjar mamae. Ini adalah jenis kanker
paling umum diderita kaum wanita. Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian
dan
mekanisme
normalnya,
sehingga
mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali kanker payudara adalah suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
24
Menurut Pamungkas (2011), faktor yang dapat menyebabkan kanker payudara adalah wanita yang mulai menpunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun), menopause pada umur tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya menstruasi pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. 2.3.3
Mioma Uteri Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. Mioma uteri adalah tumor jinak yang terutama terdiri dari sel-sel otot polos, tetapi juga jaringan ikat. Sel-sel ini tersusun dalam bentuk gulungan, yang bila membesar akan menekan otot uterus normal. Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga beberapa faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan mioma uteri, antara lain faktor hormonal yaitu adanya hormon ekstrogen berperan dalam perkembangan mioma uteri. Mioma jarang timbul sebelum masa pubertas, meningkat pada usia reproduktif, dan mengalami regresi setelah menopause. Semakin lama terpapar dengan hormon estrogen seperti obesitas dan menarche dini, akan meningkat kejadian mioma uteri. Menarche dini meningkatkan resiko mioma uteri pada usia diatas 40 tahun.
25
2.3.4 Kanker Ovarium Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beranekaragam. Resiko kanker ovarium meningkat pada wanita yang belum memiliki anak dan pada wanita yang mengalami menstruasi dini atau terlambat menopause. Teori gonadotropin menjelaskan bahwa stimulasi terus menerus dari ovarium oleh gonadotropin lalu ditambak dengan efek lokal dari hormon endrogen mengakibatkan kenaikan permukaan epitel proliferasi dan aktivitas mitos berikutnya. Dengan demikian kemungkinan kanker ovarium berhubungan dengan jumlah siklus ovulasi dan kondisi yang menekan siklus ovulasi mungkin memainkan peran protektif (Proverawati, 2009). 2.4 Status Gizi Remaja Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi. Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002). Menurut Almatsier, (2004) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang,
26
baik dan lebih. Sedangkan menurut Dieny (2014) status gizi remaja diartikan keadaan terpenuhinya kebutuhan terhadap zat gizi, yaitu keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi. Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: a. Antropometri Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. b. Klinis Penilaian klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
27
c. Biokimia Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan secara faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. d. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Supariasa, 2002) yaitu : a) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang di konsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
28
b) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaan penilaian status gizi dengan statistik vital dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. c) Faktor Ekologi Menurut Supariasa (2002), mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. 2.4.1 Antropometri Penentuan status gizi remaja dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri yaitu berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Metode yang digunakan adalah dengan perhitungan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi remaja khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk menghitung Indeks Massa Tubuh menurut umut (IMT/U) pada orang remaja digunakan rumus: IMT =
( ) ( )
29
Selanjutnya, IMT dimasukkan dalam z-score dengan menggunakan rumus : Z − score =
−
Nilai simpang baku rujukan disini dimaksud adalah selisih kasus dengan standar +1SD atau -1 SD. Apabila IMT lebih besar dari median, maka nilai simpang baku rujukannya diperoleh dengan mengurangi +1SD dengan median. Tetapi jika IMT lebih kecil dari median, maka nilai simpang baku rujukannya median dikurangi dengan -1SD. Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi diperlukan ukuran baku (reference). Klasifikasi status gizi pada remaja menurut Kepmenkes (2010) adalah Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) : a. Sangat gemuk
: > 2 SD
b. Gemuk
: > 1 SD s/d 2 SD
c. Normal
: -2 SD s/d 1 SD
d. Kurus
: -3 SD s/d < -2 SD
e. Sangat kurus
:< -3 SD
2.4.2 Status Gizi dengan Usia Menarche Status gizi memengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Sebaliknya, pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki
30
Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004). Menarche yang merupakan salah satu perkembangan reproduksi dipengaruhi status gizi. Status tinggi badan yang pendek akan mempengaruhi perkembangan reproduksinya. Remaja putri yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi pada masa sebelum pubertas (prapubertas) dibandingkan dengan remaja yang kurang gizi. Remaja yang kurang gizi tumbuh lebih lambat untuk waktu yang lebih lama karena itu menarche juga tertunda. Dibandingkan dengan remaja yang terlambat, anak-anak perempuan yang lebih cepat dewasa lebih pendek dan gemuk, sementara anak-anak perempuan yang dewasa lebih lambat lebih tinggi dan langsing (Lusiana, 2007). Menurut Wiknjosatro tahun 2005, pada keadaan status gizi gemuk berhubungan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, Jaringan lemak banyak akan menghasilkan hormon leptin yang memacu peningkatan hormon LH yang berfungsi sebagai sekresi estrogen dan progestreron. Semakin tinggi hormon LH, maka produksi hormon estrogen
dan
progesteron
di
ovarium meningkat
yang
mengakibatkan menarche dini yang diduga berperan dalam beberapa fungsi reproduksi wanita. Kadar hormon leptin yang tinggi pada wanita dihubungkan dengan menarche dini. Sebaliknya, status gizi kurang akan mempengaruhi pertumbuhan organ reproduksi, juga mengganggu fungsi reproduksi sehingga mengakibatkan usia menarche terlambat.
31
Menurut Waryana tahun 2010, status gizi dapat mempengaruhi hormon yang merupakan penggerak utama kematangan seksual. Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche dini. Pada umumnya, mereka yang mengalami kematangan seksual lebih dini akan mengalami indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan mereka yang mengalami kematangan seksual terlambat memiliki indeks massa tubuh kurang pada usia yang sama. Status gizi berhubungan dengan keadaan lemak dalam tubuh. Jaringan lemak yang cukup mempengaruhi kadar estrogen non gonad dan menstimulasi gonadotropin releasing hormon (GnRH). Peningkatan indeks
masa tubuh
di
kalangan
remaja putri
menyebabkan
kecenderungan penurunan usia menarche. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sylvia tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMP Negeri 22 Bandar Lampung
dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Amalia tahun 2011, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 155 Jakarta. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Astari tahun 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di SMPN 8 Kota Gorontalo dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sumini tahun 2014, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada siswi kelas 4, 5 dan 6 di SDN Grabahan Kecamatan Karangrejo Kabupaten Magetan.
32
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Shanti tahun 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi terhadap usia menarche pada remaja putri kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh Kabupaten Aceh Barat dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Pujiani tahun 2002, menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada siswa kelas 4-6 Rejoso PP Darul Ulum Peterongan Jombang. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Siswianti tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan umur menarche pada siswi di SDN Cikaret 01 Cibinong Kabupaten Bogor dan juga penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Duma tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada siswi Y.P Kristen Andreas Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginarhayu
tahun 2002,
menunjukkan bahwa ada hubungan status gizi dengan usia menarche pada siswi sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama di Jakarta Timur dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sarah tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan antara IMT dan usia menarche pada Siswi SD dan SMP di Kota Manado. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Vera tahun 2014, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan remaja putri yang sudah dan belum mengalami menarche pada remaja putri di 4 Kecamatan Kabupaten Malang dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lusiana tahun 2007, menunjukkan bahwa
33
ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada anak perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Toanubun tahun 2008,
menunjukkan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan usia menarche pada siswi SMP Negeri 2 Tanjung Morawa Kec.Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Suswita tahun
2011,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara IMT dengan usia menarche pada remaja putri di SMP Swasta Nusantara Kecamatan Lubuk Pakam. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ramadani tahun
2012,
menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche pada siswi SMP AL-Azhar 8 Kemang Pratama Bekasi dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adnyani tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri kelas X di SMA PGRI 4 Denpasar. Maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki status gizi gemuk akan mengalami menarche di usia yang lebih cepat dibanding mereka yang memiliki status gizi kurang, karena perbedaan jumlah kelenjar adiposa yang mereka punya menghasilkan jumlah sekresi kadar leptin yang berbeda, sedangkan mereka yang memiliki status gizi normal mengalami menarche di usia yang normal.
34
2.5 Usia Menarche Ibu Usia menarche ibu merupakan suatu kondisi menstruasi pertama kali yang dialami ibu menunjukkan terdapat hubungan antara umur ibu pada saat menarche dan risiko menarche pada putri mereka, ibu yang menarche umur 14 tahun berpeluang 0.39 kali dari ibu dengan menarche pada umur 12 tahun atau sebelumnya. Bukti pengaruh umur menarche pada keturunan berasal dari situsi yang menunjukan kecenderungan umur menarche ibu untuk memprediksi umur menarche putrinya (Karapanou, 2001, Soetjiningsih, 2004). Pengaruh keturunan didapati usia menarche ibu cenderung dapat memprediksi usia menarche anak. Didapati polimorfisme gen reseptor estrogen a (ERa) dapat mengubah aktivitas biologis pada tingkat seluler dan mempengaruhi kematangan aksis hipotalamus-pituitari-gonad, yang menentukan bermulanya menarche. Baru baru ini, polimorfisme pada satu nukleotida dari LIN28B pada kromsom 6 berasosiasi dengan usia menarche awal (Dieny, 2014). Menurut Ong dkk menyatakan pada waktu terjadinya kematangan seksual, seorang gadis mengikuti menstruasi pertama ibunya. Umur menarche ibu dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan badan anak sehingga mempengaruhi waktu menarchenya. Usia menarche ibu berkaitan dengan usia menarche anak tidak hanya karena pengaruh genetik tapi juga berkaitan dengan lingkungan keluarga. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ersoy, B et al (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menarche ibu dan anak perempuannya, hanya terpaut sekitar 1
35
tahun, dimana usia anak saat menarche adalah 12,82 tahun dan ibu saat menarche adalah 13,6 tahun. Penelitian yang dilakukan Putri tahun 2009, pada siswi di SMP Islam AlAzhar Rawamangun Jakarta Timur menunjukkan bahwa ada hubungan antara status menarche ibu dengan kejadian menarche pada putrinya diduga berkaitan dengan lokus yang mengatur estrogen yang diwariskan kepada putrinya. Penelitian Duma tahun 2015, pada siswi Y.P Kristen Andreas Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa ada hubungan faktor genetik dengan terjadinya usia menarche dan hasil penelitian Shanti tahun 2013, pada remaja kelas X di SMA Negeri 2 Meulaboh di Kabupaten Aceh barat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor genetik dengan usia menarche. Penelitian Matondang tahun 2003, pada siswi kelas 4,5 dan 6 SD Tarakanita 5 Rawamangun menunjukan ada pengaruh bermakna antara genetik (usia menarche ibu) dengan usia menarche. 2.6 Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental dan kualitas hidup sehat. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan aktivitas fisik merupakan suatu kondisi yang memerlukan tingkatan gerakan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan energi yang dikeluarkan, sehingga kalori per jam akan berkurang tergantung tingkat aktivitasnya.
36
Beberapa pakar mempunyai pengertian tentang aktivitas fisik, antara lain Menurut Almatsier (2004) mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Sedangkan Fathonah, dkk (1996) menyatakan bahwa aktivitas dibagi menjadi dua aktivitas fisik internal dan aktivitas eksternal, aktivitas fisik internal yaitu suatu aktivitas dimana proses bekerjanya organ-organ dalam tubuh saat istirahat, sedangkan aktivitas eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh yang dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan energi. Ativitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu pekerjaan daripada seorang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan (Almatsier, 2004). 2.6.1 Aktivitas Fisik Remaja Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori (caloric cost), tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatan aktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan suatu intensitas tertentu, sedangkan
37
pengeluaran energi rendah contohnya latihan peregangan tidak berhubungan dengan besarnya pengeluaran kalori. Aktivitas fisik remaja atau usia sekolah pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar di sekolah. Kegiatan belajar yang mereka lakukan mulai pukul 07.00- 13.00 WIB. Aktivitas remaja perempuan seperti mengerjakan pekerjaan rumah, merawat tanaman, berdandan dan sebagainya. 2.6.2 Klasifikasi Aktivitas Fisik Demikian pula aktivitas remaja dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya antara lain aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat. Menurut FAO/WHO/UNU (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL). PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Nilai Physical Activity Rate (PAR) untuk berbagai jenis aktivitas fisik. Tabel 2.1. Rasio Aktivitas Fisik Setiap Kegiatan dalam Sehari-hari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Aktivitas Fisik Tidur Mandi / berpakaian / berdandan Makan Memasak Sekolah Mengepel Menyetrika Mencuci baju Mencuci piring Menyapu
PAR 1.0 2.3 1.5 2.1 1.5 4.4 1.7 2.8 1.7 2.3
38
Tabel 2.1 (Lanjutan) No 11 12 13 14 15 16
Aktivitas Fisik Berjalan Berkebun Mengerjakan tugas Menonton Diantar melalui bus / mobil / motor Kegiatan yang dilakukan sambil duduk
PAR 3.2 4.1 1.5 1.4 1.2 1.5
PAL ditentukan dengan rumus :
Keterangan : PAL
: Physical Activity Level
PAR
: Physical Activity Ratio
W
: Alokasi waktu dalam 24 jam
=
∑(
24
)
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL: a) Ringan (sedentary lifestyle) = 1.40-1.69 b) Sedang (active or moderately active lifestyle) = 1.70-1.99 c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) = 2.00-2.40 2.6.3 Aktivitas Fisik dengan Usia Menarche Menurut WHO (2010), kebiasaan olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan paling sedikit 10-15 menit. Aktivitas fisik terlalu sering menyebabkan aktivitas ovarium menurun sehingga kadar estrogen lebih rendah dimana estrogen sangat dibutuhkan dalam proses menarche. Estrogen yang tinggi cukup lama akan merangsang endometrium yang akan ikut luruh bersama cairan berbentuk darah dan
39
sel-sel endometrium yang terkumpul di rahim kemudian mengalir melalui vagina dan mulailah terjadinya haid pertama (Manuaba, 2009). Remaja yang melakukan aktivitas fisik teratur/rutin atau melakukan aktivitas fisik yang berat akan membakar lemak di dalam tubuh, dimana seseorang yang mempunyai kadar lemak didalam tubuh akan memperpanjang siklus menstruasi dan lamanya menstruasi serta memperlambat usia menarche dan sebaliknya apabila kadar lemak didalam tubuh melebihi dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal maka akan terjadi penimbunan lemak, sehingga mengakibatkan berat badan yang lebih dari normal dan hormon yang dibentuk oleh lemak akan memacu menstruasi datang lebih cepat atau lebih dini. Oleh karena itu perlu melakukan aktivitas fisik untuk menjaga keseimbangan berat badan sehingga fungsi tubuh berjalan dengan normal dan mengalami usia menarche normal (Ajita, 2014). Aktivitas fisik juga mempengaruhi usia menarche, seperti penelitian Bagga (2000) membuktikan bahwa olahraga/latihan fisik (seperti voli, bulutangkis, dan berenang) yang rutin dan dilakukan dengan durasi waktu yang lama akan menunda usia menarche pada seorang remaja putri (66,15%) dibandingkan dengan remaja putri yang melakukan olahraga/latihan fisik yang kurang (33,84%). Hal serupa dikatakan dalam penelitian Matondang (2003) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara olahraga berat dengan lambatnya remaja putri memperoleh menarche ± 5 bulan, seperti renang, bersepeda, dan lari marathon. Penelitian Krummel (1996) menunjukkan bahwa anak perempuan yang mengikuti kegiatan fisik yang makin meningkat sebelum datangnya menarche akan
40
mengalami penundaan menarche. Penelitian Frisch et al menemukan bahwa pada pelari maupun perenang yang belum mengalami menarche, menarche akan terlambat 5 bulan untuk tiap tahun berlatih sebelum menarche. Penelitian Morris et al (2010) juga menyatakan bahwa remaja putri yang melakukan lebih banyak aktivitas fisik memiliki usia menarche yang lebih lambat yang dapat mengurangi resiko kanker payudara. Abdulla et al (2010) juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menarche dengan kegiatan olahraga. Remaja putri yang aktif melakukan aktivitas fisik mendapatkan menarche lebih lama dibandingkan dengan remaja putri yang tidak aktif (Ajita, 2014). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sofya tahun 2015, menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan usia menarche pada remaja putri Atlet dan Non Atlet dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari tahun 2013, menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan usia menarche pada remaja putri. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Duma tahun 2012, menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan usia menarche pada siswi Y.P Kristen Andreas Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang dan juga penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginarhayu tahun 2002, menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan usia menarche pada siswi sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama di Jakarta Timur.
41
2.7 Landasan Teori Awal pubertas ditandai dengan menarche yang dipengaruhi oleh sinyal neutrotransmiter dan nueropeptida yang berasal dari hipotalamus, dilanjutkan ke hipofisis melalui sistem fortal dikeluarkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) yang merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Manuaba, 1998). Organ Reproduksi Hormon Usia Menarche Ibu Penyakit Ras
Sinyal Neutrotransmiter dan Nueropeptida Hipotalamus Hipofisis Hormon (FSH, LH)
Status Gizi Ovarium Aktivitas Fisik Konsumsi Junks Food/Fast Food
Hormon (Estrogen dan Progesteron)
Rangsangan Audio Visual Usia Menarche Sosial Ekonomi
Gambar 2.1 Kerangka Teori : Modifikasi teori Proverawati (2009) dan Dieny (2014) Faktor yang Memengaruhi Usia Menarche
42
Berdasarkan kerangka teori Proverawati (2009), bahwa usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain ras, rangsangan audio visual, konsumsi junks food/fast food, sosial ekonomi dan IMT sedangkan teori Dieny (2014), menyebutkan fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh faktor antara lain organ reproduksi, hormon, genetik (usia menarche ibu), ras, penyakit, status gizi dan aktivitas fisik. 2.8
Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya usia menarche adalah status gizi, usia menarche ibu dan aktivitas fisik. Status gizi salah satu faktor utama dalam percepatan usia menarche, semakin baik status gizi seorang remaja, usia menarche akan semakin cepat, dan semakin buruk status gizi remaja usia menarche semakin lambat. Begitu juga dengan menarche ibu yang mempengaruhi menarche putrinya. Penurunan usia menarche yang terjadi saat ini sangat berkaitan dengan aktifitas fisik. Aktivitas fisik ringan akan mempercepat terjadinya menarche (Luigi, 2010). Status Gizi
Usia Menarche Ibu
Usia Menarche
Aktivitas Fisik
Gambar 2.2. Kerangka Konsep