BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Badan Air Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi, komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus mencakup ketiga komponen tersebut. Air Permukaan Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69% air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air tanah. Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment basin.
Universitas Sumatera Utara
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahanbahan terlarut atua unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah (Novonty dan Olem, 1994). Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah. Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air tergenang (stading waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau lotik). 1. Perairan Tergenang (Lentik) Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir), rawa (wetland), dan sebagainya. Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, biasanya mengalami stratifikasi secara vertical akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi secara vertical. Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi vertical kolom air pada perairan lentik dikelompokkan menjadi tiga.
Universitas Sumatera Utara
a. Lapisan (zona) eufatik, yaitu lapisan yang masih mendapat cukup cahaya matahari. b. Lapisan kompensasi, yaitu lapisan dengan intensitas cahaya sebesar 1% dari intensitas cahaya permukaan. c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan kompensasi, dengan intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya (afotik). Berdasarkan perbedaan panas pada setiap kedalaman (dalam bentuk perbedaan suhu), stratifikasi vertikal kolom air (thermal stratification) pada perairan tergenang dibagi menjadi tiga. a. Epilimnion, yaitu lapisan bagian atas perairan. Lapisan ini merupakan bagian yang hangat, dengan suhu relative konstan atau perubahan suhu secara vertical sangat kecil. Seluruh massa air pada mintakat ini tercampur dengan baik karena adanya angin dan gelombang. b. Termoklin atau metalimnion, yaitu lapisan di bawah epilimnion. Pada lapisan ini, perubahan suhu dan panas secara vertikal relatif besar; setiap penambahan kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-kurangnya 10C. c. Hipolimnion, yaitu lapisan di bawah lapisan metalimnion. Lapisan ini merupakan lapisan yang lebih dingin, ditandai oleh perbedaan suhu secara
Universitas Sumatera Utara
vertikal relatif kecil. Massa air pada lapisan ini bersifat stagnan, tidak mengalami pencampuran, dan memiliki densitas yang lebih besar. Di wilayah tropis, perbedaan suhu air permukaan dengan suhu air bagian dasar hanya sekitar 20C – 30C. Tiupan angin dan perubahan musim yang mengakibatkan perubahan intensitas cahaya matahari dan perubahan suhu dapat mengubah atau menghancurkan stratifikasi vertikal kolom air. Fenomena perubahan stratifikasi vertikal ini dapat diamati dengan jelas pada perairan tergenang yang terdapat di wilayah ugahari (temperate) yang memiliki empat musim. 2. Perairan Mengalir (Lotik) Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0m/detik, serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut. Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi, dan sedimentasi (Haslam, 1995; Jeffries dan Mills, 1996). Kecepatan arus dan pergerakan air sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis batuan dasar, dan curah hujan. Semakin rumit bentang alam, semakin besar ukuran batuan dasar, dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat. Air Tanah (groundwater) Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara 10-10- 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran. Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui proses infiltrasi secara langsung maupun secara tak langsung dari air sungai, danau, rawa dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa (marshes) sering kali dikategorikan sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika permukaan air tanah pada hakikatnya terdiri atas pergerakan horizontal, air tanah;
Universitas Sumatera Utara
inflitrasi air hujan, sungai, danau, dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui spring (sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan tempat-tempat lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah. 2.2. Pencemaran Air Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Menurut tujuan penggunaannya, kriterianya berbeda-beda. Air yang sangat kotor untuk diminum mungkin cukup bersih untuk mencuci, untuk pembangkit tenaga listrik, untuk pendingin mesin dan sebagainya. Air yang terlalu kotor untuk berenang ternyata cukup baik untuk bersampan maupun memancing ikan dan sebagainya. Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan bermuara ke lautan, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya.
2.2.1. Jenis, Pengaruh, dan Sumber Pencemaran Air Jenis pencemaran air yang paling banyak ditemukan berturut-turut sebagai berikut. a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk kedalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut Water-borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus, bakteri, kolera, dan disentri. b. Pencemaran Air oleh Bahan Inorganik Nutrisi Tanaman
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman pangan yang tinggi sehingga menggunakan petani. Tetapi di lain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di udara atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen. Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara akan terbentuk ammonia dan nitrogen (NH4-, NO3-) dan terbawa air hujan menuju permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang kompleks lainnya.
c. Limbah Organik Menyebabkan Kurangnya Oksigen Terlarut Penyebab utama berkurangnya kadar oksiden dalam air ialah limbah organic yang terbuang dalam air. Limbah organic akan mengalami degradasi dan dekomposisi oleh bakteri aerob (menggunakan oksiden dalam air), sehingga lama-kelamaan oksigen yang terlarut dalam air akan sangat berkurang. Dalam kondisi berkurangnya oksigen tersebut hanya spesies organism tertentu saja yang dapat hidup. d. Pencemaran Bahan Kimia Inorganik
Universitas Sumatera Utara
Bahan kimia inorganic seperti asam, garam dan bahan toksik logam seperti Pb, Cd, Hg dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak untuk diminum. Di samping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organism lainnya, pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena bersifat korosif). e. Pencemaran Bahan Kimia Organik Bahan kimia organic seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organism air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organic sitesis ditemukan dalam jumlah relative sedikit pada permukaan air tanah untuk minum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan kelahiran, dan beberapa macam bentuk kanker pada hewan percobaan di laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis.
f. Sedimen dan Bahan Tersuspensi Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah, dan bahan kimia inorganik menjadi bentuk bahan tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut
Universitas Sumatera Utara
menjadi penyebab polusi tertinggi di dalam air. Kebanyakan sungai dan daerah aliran sungai selalu membawa endapan lumpur yang disebabkan erosi alamiah dari pinggir sungai. Akan tetapi, kandungan sedimen yang terlarut pada hampir semua sungai meningkat terus karena erosi dari tanah pertanian, kehutanan, konstruksi, dan pertambangan. Partikel yang tersuspensi menyebabkan kekeruhan dalam air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organism air lainnya memperoleh makanan, mengurangi tanaman air melakukan fotosintesis, pakan ikan menjadi tertutup lumpur, insang ikan dan kerang tertutup oleh sedimen dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Bagian bawah sedimen akan merusak produksi pakan ikan (plankton), merusak telur ikan dan membendung aliran sungai, danau, selat, dan pelabuhan. 2.2.2. Pencemaran Air Sungai, Danau, dan Waduk Secara alamiah, sungai dapat tercemar pada daerah permukaan air saja. Pada sungai yang besar dengan arus air yang deras, sejumlah kecil bahan pencemaran akan mengalami pengenceran sehingga tingkat pencemaran menjadi sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan konsumsi oksigen terlarut yang diperlukan oleh kehidupan air dan biodegradasi akan cepat diperbarui. Tetapi terkadang sebuah sungai mengalami pencemaran yang berat sehingga air mengandung bahan pencemaran yang sangat besar. Akibatnya, proses pengenceran dan biodegradasi akan sangat menurun jika arus air mengalir perlahan karena kekringan atau penggunaan sejumlah air untuk irigasi.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini juga mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut. Suhu yang tinggi dalam air menyebabkan laju proses biodegradasi yang dilakukan oleh bakteri pengurai aerobic menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara. Proses pelarutan dalam danau, waduk, muara, dan laut sering kurang efektif daripada dalam sungai karena air dalam danau, waduk, dan laut banyak terdiri dari lapisan-lapisan yang sedikit mengalami pencampuran. Tetapi lapisan tersebut terkadang dapat bercampur karena pengaruh ombak dan arus air. Bentuk lapisan air tersebut juga dapat mengurangi tingkat oksigen terlarut, terutama pada lapisan paling bawah. Di samping itu, aliran air danau dan waduk sangat kecil sehingga sangat mengurangi daya pengenceran dan penambahan kandungan oksigen terlarut. 2.3. Kualitas Air Sungai Untuk mencegah terjadinya pencemaran air sungai, diperlukan suatu hukum atau aturan dalam mengontrol kualitas air sungai. Di Amerika mulai tahun 1970-an, aturan tersebut diberlakukan. Ternyata hasilnya dapat meningkatkan jumlah dan kualitas sarana penanganan air limbah. Peraturan juga diberlakukan terhadap industri sehingga dapat mengurangi pembuangan air kotor pada permukaan air sungai. Sejak tahun 1972, usaha tersebut membuahkan hasil dengan menentukan garis batas untuk mencegah kenaikan kadar polusi pada hampir semua air sungai dan aliran air terhadap agen penyebab penyakit dan kebutuhan oksigen. Dari survey yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pada tahun 1985, ketentuan tersebut dipatuhi sepenuhnya oleh sekitar 73% dari aliran sungai yang diperiksa, terutama untuk keperluan memancing ikan dan berekreasi. Tetapi masih banyak yang dikerjakan untuk peningkatan kualitas air, terutama sungai yang mengalir dari daerah pedesaan dan pertanian. Kontaminasi oleh nitrat, fosfat, pestisida dan bahan kimia toksik lainnya ternyata masih meningkat pada kebanyakan air sungai sejak tahun 1972 dan mencemari air minum serta menyebabkan banyak ikan yang mati. Hal ini disebabkan mulai meningkatnya aktivitas pemupukan pertanian, sehingga meningkatkan produksi tanaman yang dipacu oleh meningkatnya kebutuhan akibat peningkatan jumlah penduduk. Banyak kemajuan yang diperoleh dari beberapa negara maju disebabkan oleh pengawasan yang ketat baik industri maupun perorangan terhadap pencemaran air. Hasilnya cukup menggembirakan karena banyak mempengaruhi pengurangan sumber pencemar dari dalam air (Darmono, 2001).
2.4. Total Suspended Solid (TSS) 2.4.1. Zat Padat dalam Air
Universitas Sumatera Utara
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok antara kedua zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikelpartikel tersebut. Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu dapat dipastikan secara definitip. Dalam kenyataan suatu molekul organis polimer tetap bersifat zat yang terlarut. Walaupun panjangnya lebih dari 10 µm sedangkan beberapa jenis zat padat koloidal mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat-sifat zat-zat yang terlarut. Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan. Zat padat yang berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai: partikel tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Dalam metode analisa zat padat, pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bezena, bila sampel air dalam bezena tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat Terlarut dan Zat
Universitas Sumatera Utara
Padat Tersuspensi yang dapat bersifat organis dan inorganik seperti dijelaskan dalam skema di bawah ini :
Zat Padat Terlarut
Zat Padat Total
Zat Padat Tersuspensi Organis
Zat Padat Tersuspensi
Zat Padat Tersuspensi Inorganis
Zat Padat Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganic. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut analisa Volum Lumpur (sludge volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisa Lumpur Kasar atau umumnya disebut Zat Padat Terendap (settleable solids) (Alaerts, G., 1984). 2.4.2. Suspensi
Universitas Sumatera Utara
Dalam suatu suspensi, sekurang-kurangnya terdapat satu komponen partikelyang relatif besar tersebut merata dalam komponen lainnya. Contohnya ialah pasir halus yang tersuspensi dalam air, atau endapan dalam suatu campuran reaksi. Dalam contoh tersebut, ukuran partikel yang tersuspensi cukup besar untuk dapat dilihat, baik dengan mata telanjang maupun dengan mikroskop. Disamping itu, bila tidak terus menerus diaduk, partikel dalam suspense akan mengendap akibat pengaruh gravitasi, walaupun laju pengendapannya bergantung pada ukuran partikel. Pasir kasar akan mengendap dengan cepat dalam air, sedangkan lumpur halus akan mengendap dengan laju yang jauh lebih lambat. Sifat fisis suspensi, seperti titik beku atau tekanan uap suspensi padatan dalam cairan kurang dipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi. Jadi, air berlumpur membeku pada 00C seperti halnya air murni. Partikel tersuspensi terlalu besar, dan jumlahnya terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah molekul air dalam campuran sehingga pengaruhnya tidak terukur (Brady, J.E. 1994). 2.4.3. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air
ample mengalami
evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu (APHA, 1976). Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang merupakan anion utama di perairan telah
Universitas Sumatera Utara
mengalami transformasi menjadi karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gasgas lain yang menghilang pada saat pemanasan tidak tercakup dalma nilai padatan total (Boyd, 1988). Padatan yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Klasifikasi Padatang di Perairan Berdasarkan Ukuran Diameter Klasifikasi Padatan
Ukuran Diameter (µm)
Ukuran Diameter (mm)
1. Padatan terlarut
<10-3
<10-6
2. Koloid
10-3 – 1
10-6 – 10-3
3. Padatan
>1
> 10-3
Tersuspensi
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Rasio antara padatan terlarut dan kedalam rata-rata perairan merupakan salah satu cara untuk menilai produktivitas perairan. Perbandingan antara TDS dan kedalaman
Universitas Sumatera Utara
rata-rata ini dikenal sebagai Morphoedaphic Index (MEI). Kesesuaian perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.2. Kesesuaian Perairan untuk Kepentingan Perikanan Berdasarkan Nilai Padatan Tersuspensi (TSS) Nilai TSS (mg/liter)
Pengaruh Terhadap Kepentingan Perikanan
< 25
Tidak berpengaruh
25-80
Sedikit berpengaruh
81-400
Kurang baik bagi kepentingan perikanan
>400
Tidak baik bagi kepentingan perikanan
2.5. Instrumen Untuk Spektrofotometri Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumentasi untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggla dapat pula dilakukan. Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual atua merekam atau
Universitas Sumatera Utara
sebagai: berkas-tunggal atau berkas-rangkap. Dalam praktik, instrumen berkas tunggal biasanya dijalankan secara manual, dan instrumen berkas-rangkap umumnya mencirikan perekaman automatic terhadap spektra absorpsi, namun dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum dengan instrument berkas-tunggal. Pengelompokkan cara lain didasarkan pada daerah spektral, dan kita menyebut spektrofotometer inframerah, ultraviolet, dan sebagainya (Underwood, 2001).
2.6. Teknologi Pembersihan Air Pengolahan air baku (air alami) menjadi bersih dapat dilakukan dalam beberapa cara. 2.6.1. Cara Sederhana Di lingkungan pedesaan, air baku untuk rumah-tangga yang bersumber dari sungai, kolam, danau ataupun mata-air, sudah cukup, bahkan kadang-kadang berlimpah. Akan tetapi, air baku terutama yang berasal dari air sungai ataupun air danau, kebanyakan sudah dikenai pencemar, khususnya pencemar domestik. Untuk mengubah sifat fisik air yang tadinya mungkin keruh ataupun berwarna, banyak cara yang telah dilakukan oleh penduduk setempat, mulai dari cara-cara yang sederhana sampai cara yang ditingkatkan.
Universitas Sumatera Utara
Cara yang sangat sederhana yang banyak dijumpai di pedesaan ialah air yang terkumpul sebelum disalurkan ke jamban atau tempat lainnya yang memerlukan, ditampung terlebih dahulu di dalam sebuah bak penampung. Penampungan dimaksudkan agar bahan-bahan yang menyebabkan air tersebut keruh, misalnya oleh lumpur dan sebagainya akan terendapkan terlebih dahulu di dalam bak tersebut. Dengan begitu air yang dialirkan ke jamban, sudah jernih karena lumpurnya sudah mengendap. Tentu saja bak penampungan ini tidak akan dibiarkan begitu untuk waktu yang lama karena cepat atau lambat endapannya akan banyak serta kemungkinan akan menyumbat saluran atau akan terbawa air lagi. Oleh karena itu, dalam waktu-waktu tertentu endapannya harus dibuang/dikeluarkan. 2.6.2. Cara Saringan Pasir Lambat Saringan pasir lambat dapat dibedakan dengan saringan pasir cepat dari: a. Kecepatan penyaringan b. Diameter efektif media pasir sebagai penyaring. Kecepatan penyaringan di dalam saringan pasir lambat adalah 0,2-0,5 m3/m2/jam, sedangkan pasir cepat: 5-7 jam, serta diameter efektif media pasirnya antara 0,15-0,35 mm dan pasir cepat 0,6-1,0 mm. Kecepatan penyaringan pada saringan pasir lambat sangat kecil sehingga periode pembersihan saringan dapat berlangsung dalam bilangan
Universitas Sumatera Utara
waktu minggu atau bulan (dibandingkan saringan pasir cepat dalam bilangan waktu hari). Dengan ukuran efektif media pasir yang sedemikian kecil bahan-bahan dalam bentuk suspense, termasuk koloid dan bakteri akan tersangkut di lapisan atas saringan. Pembersihan saringan dapat dilakukan dengan jalan mengeruk lapisan atas yang telah kotor dan menggantikannya dengan lapisan pasir yang baru. Di dalam proses penyaringan dengan saringan pasir lambat, parameter yang paling penting adalah kecepatan penyaringan dan masa operasi saringan yang didefenisikan sebagai selang waktu di antara dua periode pembersihan yang diperlukan. 2.6.3. Cara Koagulasi Kekeruhan air yang banyak dijumpai pada air permukaan, seperti air sungai atau air saluran irigasi, ada yang dapat dihilangkan dengan cara pengendapan dan penyaringan secara langsung dan ada yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut. Kekeruhan yang tidak dapat dihilangkan dengan kedua cara tersebut disebabkan oleh partikel-partikel koloid yang hanya dapat diendapkan dengan proses koagulasi kimiawi. Prinsip koagulasi kimiawi adalah destabilasi, agregasi, dan pengikatan partikelpartikel koloid secara bersama. Proses ini menyangkut pembentukan flok yang mengabsorbsi dan pengikat partikel koloid dalam air sehingga membentuk flok yang
Universitas Sumatera Utara
lebih besar agar mudah diendapkan dan disaring. Koagulasi kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang umum digunakan adalah Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3, l8 H2O) yang juga dikenal dengan nama tawas. Bahan ini paling banyak dipergunakan karena relatif murah dan mudah diperoleh di pasaran. Sebelum melakukan penambahan tawas untuk proses koagulasi, terlebih dahulu perlu diketahui dosis yang diperlukan karena karakteristik setiap jenis air tidak sama. 2.6.4. Biofilter Kemampuan sekelompok mikroba seperti bakteri dan jamur dalam menguraikan benda-benda organic dan anorganik yang terdapat di dalam air buangan, sudah diketahui dan dimanfaatkan sejak lama. Kehadirannya secara alami, terlihat pada air danau, selokan, sungai, lautan ataupun pada tempat-tempat lain yang berair, serta di daratan yang lembab. Kehadiran secara buatan dari kelompok mikroba tersebut, terdapat pada tempat atau bejana pengolah air buangan, seperti dalam bentuk kolam oksidasi, kolam stabilisasi, trickling-filer. Pada umumnya bentuk dan sifat kehidupan mikroba bebas, tidak terikat oleh substrat ataupun oleh bagian dari jasad hidup lainnya. Akan tetapi ada sekelompok mikroba lainnya, yang juga terdiri dari bakteria dan jamur yang hidup secara simbiosa di sekitar akar tanaman, baik tanaman yang hidup pada habitat tanah maupun pada
Universitas Sumatera Utara
habitat air. Kehadirannya secara khas bergantung kepada akar. Kelompok mikroba tersebut umumnya disebut mikroba rhizosfera. Banyak jenis mikroba rhizosfera yang juga mempunyai kemampuan untuk melakukan penguraian terhadap benda-benda organic ataupun anorganik yang terdapat di dalam air buangan. Oleh karena itu, kehadirannya kemudian dimanfaatkan untuk keperluan pengolahan buangan. Mikroba rhizosfera yang terdapat di dalam tanaman, khususnya yang hidup di air, dapat dimanfaatkan sebagai pengolah buangan (Unus Suriawiria, 2005).
Universitas Sumatera Utara