BAB 2 PROGRAM STOKASTIK
2.1 Pengertian Program Stokastik Banyak persoalan keputusan yang dapat dimodelkan dengan menggunakan program matematika yang bertujuan menentukan nilai maksimum atau minimum. Keputusan yang dihasilkan akan bergantung kepada kendala yang dibatasi oleh sumber dana, persyaratan minimum dan lain-lain. Keputusan yang dinyatakan oleh variabel dapat berupa bilangan cacah atau nonnegatif. Tujuan dan kendala adalah fungsi dari variabel, dan persoalan data. Sebagai contoh dari persoalan data termasuk biaya perunit, rata-rata produksi, penjualan atau kapasitas. Andaikan keputusan dinyatakan oleh variabel x1 + x2 + x3 + ... + xn . Sebagai contoh xi menyatakan produksi ke − i dari n produk. Bentuk umum program matematikanya adalah :
min
f (x1 , x2 , x3 · · · ,xn )
Kendala: g1 (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0 g2 (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0 .. .. .≤.
(2.1.1)
gm (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0 x1 , x2 , x3 , . . . , xn ∈ X. dimana X adalah himpunan bilangan real non negatif. Stokastik programming adalah sebuah nama yang menyatakan program matematika yang dapat berupa linear, cacah, cacah campuran, non linear tetapi dengan menampilkan elemen stokastik pada data. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa: a. Pada program matematika deterministik, data koefisien adalah bilanganbilangan yang diketahui (tertentu). Universitas Sumatera Utara
3
4 b. Pada program stokastik, data (koefisien) merupakan bilangan yang tidak diketahui (tidak pasti) yang disajikan sebagai distribusi peluang. Program stokastik merupakan program matematika dengan situasi (yang mengandung) ketidakpastian. Program stokastik adalah merupakan program matematika, dimana beberapa data yang termuat pada tujuan atau kendala mengandung ketidakpastian, ketidakpastian biasanya dicirikan oleh distribusi peluang pada parameter. Walaupun ketidakpastian didefinisikan dengan tepat tetapi pada prakteknya diberikan beberapa skenario (hasil yang mungkin dari data) yang spesifik dan distribusi peluang gabungan yang cepat. Hasil-hasil secara umum digambarkan pada elemen w ∈ W . Ketika beberapa data acak, maka penyelesaian dan nilai tujuan optimal untuk masalah optimisasi juga acak. Ada dua tipe permasalahan program stokastik, yaitu : 1. Recourse Models (Model Rekursif) 2. Probabilistically Constrained Models (model Kendala Berpeluang) Suatu cara logis yang diperlukan dalam persoalan adalah membuat sebuah keputusan sekarang dan meminimumkan biaya rata-rata harapan (yang digunakan) sebagai konsekwensi dari keputusan. Paradigma ini dikenal sebagai model Recourse. Andaikan x adalah vektor keputusan yang diambil, dan y(ω) adalah sebuah vektor keputusan yang menyatakan aksi terbaru atau konsekwensi dari x. Himpunan berbeda yang berisi y akan dipilih dari tiap-tiap hasil yang mungkin dari ω. Formulasi dua tahapnya adalah
min
f1 (x) + nilaiharapan[f2 (y(ω), ω)]
Kendala: g1 (x), · · · , gm (x) ≤ 0 h1 (x, y(w)) ≤ 0, ∀ω ∈ W . .. . ≤ .. hk (x, y(w)) ≤ 0,
(2.1.2)
∀ω ∈ W
x ∈ X, y(ω) ∈ Y. Universitas Sumatera Utara
5 Himpunan kendala h1 , h2 , · · · , hk , menggambarkan hubungan antara keputusan
tahap pertama x dan keputusan tahap kedua y(ω). Di catat bahwa dipersyaratkan (diharuskan) tiap-tiap kendala dipenuhi dengan peluang 1, atau untuk setiap ω ∈ W yang mungkin.Fungsi f2 merupakan penyelesaian yang sering muncul dari persoalan matematika. Tidak dibutuhkan untuk membuat korelasi yang berubahubah (recourse) untuk keputusan tahap pertama, perlu untuk dibuat korelasi yang terbaik. Model Recourse dapat diperluas dengan banyak cara. Untuk persoalan tahap ganda, pengaruh keputusan sekarang akan ditunggu untuk beberapa ketidakpastian yang diselesaikan kembali (direalisasikan), sehingga pembuatan keputusan yang lain didasarkan pada apa yang terjadi. Tujuannya adalah untuk meminimumkan biaya yang diharapkan dari semua keputusan yang diambil. Pada beberapa kasus, dapat digunakan suatu metode yang lebih tepat untuk mencoba menentukan sebuah keputusan, yang mana keputusan tersebut dijamin oleh himpunan kendala yang akan dipenuhi oleh sebuah peluang tertentu. Model umum dengan kendala berpeluang disebut sebagai probabilistically constrained models yang dirumuskan sebagai berikut :
min f (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) Kendala: P r[g1 (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0, · · · , gm (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0] ≥ α .. .. .≤. (2.1.3) h1 (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0 h2 (x1 , x2 , x3 · · · , xn ) ≤ 0 x1 , x 2 , x 3 , . . . , x n ∈ X 2.2 Jalur Terpendek Pada jaringan acak Persoalan yang ada pada jalur terpendek yaitu merupakan suatu persoalan dimana bilangan acak digunakan sebagai koefisien (data)dalam menentukan panjang busur Steele (1995), Martin (1965). Membicarakan persoalan bilangan Universitas Sumatera Utara
6 acak pada panjang jalur ataupun lintasan, tidak akan terlepas dari persoalan stokastik. Hal-hal yang akan dibahas bagaimana menyajikan suatu tehnik untuk menghitung fungsi distribusi dari panjang jalur sumber ke panjang jalur tujuan. Dapat digunakan untuk menghitung jalur terpendek, yang diarahkan ke suatu jaringan acyclic yang panjang busurnya memiliki jangkauan terbatas. Bereanu (1966)merumuskan masalah program linear stokastik dengan fungsi objective sebagai koefisien acak. Studi ini memberikan penyelesaian yang memerlukan pengetahuan tentang dasar probabilitas yang optimal. Grimmett dan Welsh (1982), mempetimbangkan aliran maksimum dalam jaringan dengan kapasitas distribusi yang independent (bebas) dan identik. Dan juga menemukan Teorema limit untuk kasus-kasus dimana jaringan graph lengkap dan cabang pohon. Frieze, Grimmett, dan Andretta(1985) bersama teman-temannya dengan pendekatan masing-masing memeriksa situasi dimana panjang busur adalah variabel acak, dan jalur dengan probabilitas maksimum yang terpendek adalah tetap. 2.3 Jaringan Tak Lengkap Ketika menganalisa lintasan terpendek antara node sumber s ke node tujuan t didalam suatu jaringan lengkap dengan masing-masing panjang busur, selama perhitungan pada himpunan bagian node tengah dapat digunakan mulai dari sumber s ke tujuan,t, himpunan bagian panjang jalur dapat dihitung secara hukum probabilitas. Sehingga suatu lintasan dibangun dengan memberikan masalah secara instan, dan barisan node didefinisikan sebagai lintasan yang hanya boleh dilalui node. Analisis lintasan apriori yang diharapkan sebagai panjang minimum, dapat didefinisikan sebagai persoalan lintasan terpendek probabilistik. Jaillet (1992). Ketika suatu parameter dari jaringan tidak lengkap dipilih sebagai variable acak, kemudian hasilnya diketahui sebagai jaringan stokastik tidak lengkap, dan persoalan ini ditemukan sebagai lintasan minimum, maka diharapkan panjang yang diketahui bisa dipilih sebagai persoalan lintasan terpendek jaringan stokastik tidak lengkap. Sebagian literature ada yang mengatasi ketidak jelasan ini untuk persoalan analisis dengan asumsi jarak acak diantara node pada jaringan stokastik tidak lengkap, Kulkarni (1986), Martin (1965), Frank (1969. Sebagai hasilnya dibutuhkan suatu pengenalan metodologi (formula model)untuk menghitung panjang minimal dan diharapkan distribusi dari node sumber s ke node tujuan tdalam jaringan stokastik tidak lengkap, sebagai satu komponen dari Universitas Sumatera Utara
7 panjang busur (travel time or speed) antara node dipilih sebagai variable acak, 2.4 Program Stokastik Dua Tahap Banyak persoalan perencanaan dan manajemen yang mengandung resiko dan ketidakpastian dibahas dan diselesaikan dengan program stokastik dua tahap. Persoalan stokastik dengan kompensasi dari divergensi pada sistem dengan kendala mempunyai aplikasi yang lebih banyak dari pada model program yang lain. Penyelesaian persoalan program stokastik dua tahap berisi vektor acak dan vektor deterministik. Pada tahap pertama, penyelesaian persoalan rencana awal deterministik akan dibuat. Pembentukan rencana awal deterministik dilakukan sebelum kondisi acak dari persoalan ditentukan. Sebuah vektor acak pada penyelesaian persoalan yang sesuai digunakan untuk merencanakan kompensasi divergensi, spesifikasi parameter dari persoalan akan muncul pada tahap kedua. Tujuan dari manager pada persoalan di atas adalah meminimum nilai rata-rata biaya, yang mana tidak hanya termasuk pengeluaran pada tahap perencanaan pendahuluan tetapi juga pada tahap kedua yang diperlukan untuk mengkompensasi pada divergensi di dalam sistem kendala persoalan. Jika persoalan program stokastik dengan model dua tahap dapat diselesaikan maka pemilihan dari rencana awal deterministik akan menjamin keberadaan (eksistensi) vektor acak di dalam kompensasi untuk sistem yang divergen. Andaikan terdapat persoalan berikut : min(C, X)
(2.4.1)
A0 X = B 0
(2.4.2)
AX = B
(2.4.3)
X≥0
(2.4.4)
dimana: C = {cij } , j = 1, 2, 3 · · · m B = (bi ), i = 1, 2, 3 · · · m
B 0 = (b0k ), k = 1, 2, 3 · · · m
A0 = a0kj , k = 1, 2, 3 · · · m, j = 1, 2, 3 · · · m
A = kakj k , k = 1, 2, 3 · · · m, j = 1, 2, 3 · · · m. Universitas Sumatera Utara
8 Andaikan elemen dari matiks A = A(ω), vektor B = B(ω) dan C = C(ω) bernilai acak. Maka untuk proses acak penyelesaian dari persoalan (2.4.1)–(2.4.4) akan dibagi menjadi dua tahapan, sebelum pengamatan dari parameter acak pada kondisi dari tahap pertama dipilih rencana non-negatif deterministik X 0 yang memenuhi kondisi (2.4.2). Pada tahap kedua ditentukan spesikasi ω 0 dari setiap kejadian acak yang bersamaan (sesuai)dengan nilai A(ω 0 ) dan B(ω 0 ). Hitung divergensi B(ω 0 ) = A(ω 0 )X 0 yang muncul pada kondisi (2.4.3) setelah realisasi ω 0 ∈ Ω. definisikan vektor konpensasi Y ≥ 0 yang sesuai dengan hubungan
berikut:
D(ω 0 Y (ω 0 ) = B(ω 0 ) − A(ω 0 )X 0 ,
(2.4.5)
dimana D = kdij k, i = 1, 2, 3, . . . , n adalah matriks kompensasi yang berisi elemen
acak. Sehingga diasumsikan bahwa realisasi acak ω yang diamati pada tahap kedua tidak bergntung pada pemilihan rencana pendahuluan X 0 . Perhatikan persoalan program matematika berikut: Tentukan vektor X berdimensi n dan vektor Y (ω) berdimensi n1 , ω ∈ Ω yang menghasilkan;
n
minEω C(ω), X) + min(H, Y (ω)) X
Y
o
(2.4.6)
Kendala: A0 X = B 0
(2.4.7)
A(ω)X + D(ω)Y (ω) = B(ω), ω ∈ Ω
(2.4.8)
X ≥ 0, Y (ω) ≥ 0.
(2.4.9)
H adalah vektor penalti yang bergantung pada nilai kompoinen dari vektor Y (ω) yang mana merupakan kompensasi divergensi. E adalah notasi ekspekstasi matematika setelah ditentukan rencana awal X 0 , kita pilih komponen vektor Y (ω) dengan cara menjamin penalti minimum untuk kompensasi divergensi pada kondisi dari persoalan. Dengan kata lain, setelah ditentukan vektor X 0 , perlu menyelesaikan persoalan; n o 0 min(H, Y (ω))|D(ω)Y (ω) = B(ω) − A(ω)X , Y (ω) ≥ 0 Y
(2.4.10)
Universitas Sumatera Utara
9 Persoalan (2.4.10) akan mempunyai banyak rencana, vektor Y (ω) tidak dapat ditentukan pada tiap ω ∈ W yang menjamin penemuhan kondisi (2.4.8). perso-
alan (2.4.6)–(2.4.9) dikenal sebagai persoalan program stokastik dua tahap dan persoalan (2.4.10) adalah persoalan tahap kedua.
Model dan pendekatan dari penyelesaian persoalan program stokastik (dinamik) dua tahap dapat digunakan untuk perspektitif perencanaan dan operasional manajemen, karena selalu terdapat keacakan yang mempengaruhi yang sudah direncanakan dan sistem manajemen (pelaksanaan). Model dua tahap juga kurang sensintif terhadap perubahan pada parameter dari kondisi persoalan, yang menyebabkan lebih stabil. Akibatnya vektor dapat diterima untuk rencana tahap pertama yang diperlukan untuk setiap ω ∈ W , terdapat vektor Y ≥ 0 sedemikian hingga,
D(ω)Y (ω) = B(ω) − A(ω)X
(2.4.11)
Andaikan kendala tambahan yang disebutkan secara implisit pada (2.4.11) muncul pada tahap kedua dari persoalan yang dihasilkan; dan andaikan kondisi yang ditentukan pada vektor non-negatif X dari persamaan (2.4.7) sudah ditentukan. Andaikan himpunan K1 = {X : A0 = B 0 , X ≥ 0} didefinisikan oleh kendala
yang sudah ditentukan tetapi
K2 = {X : ∀ω ∈ Ω, ∃Y ≥ 0, A(ω)X = B(ω) − D(ω)Y (ω)} didefinisikan oleh kendala yang dihasilkan. Maka himpunan K = K1 ∩ K2 adalah
himpunan vektor X yang layak/memenuhi persoalan (2.4.6)–(2.4.9).
Jika X ∈ K, maka vektor X memenuhi kendala yang sudah ditentukan A0 X =
B, X ≥ 0 dan disamping itu, persoalan tahap kedua (2.4.3) akan memiliki banyak rencana.
Untuk perhitungan lanjutan diperlukan hasil berikut : Teorema 2.1 . Himpunan K dengan vektor X pada persoalan program stokastik dua tahap adalah konveks. Bukti. K = K1 ∩ K2 tetapi K1 = {X : A0 = B 0 , X ≥ 0} adalah konveks. Defini-
sikan untuk ω ∈ Ω tertentu (yang ditentukan) himpunan K2ω = {X|∃Y (ω) ≥ 0} Universitas Sumatera Utara
10 sedemikian hingga A(ω)X = B(ω) − D(ω)Y (ω) adalah konveks. Hal ini menyatakan bahwa K2 = ∩ω∈Ω K2ω dan K = K1 ∩ K2 adalah himpunan konveks sebagai
pertolongan himpunan konveks.
2.5 Analisis Persoalan Program Stokastik Dua Tahap Himpunan K dari rencana pendahuluan untuk persoalan program stokastik dua tahap secara implisit telah ditentukan. Pada kasus generalisasi tidak diketahui bagaimana untuk mengkonstruksi himpunan K2 . Untuk beberapa kasus parsial, dimana sangat penting untuk banyak aplikasi, himpunan K2 mirip dengan Rn . Diasumsikan bahwa rank dari matriks D adalah sama dengan m, kecuali (2.4.8) dapat disubstitusikan untuk relasi ekivalen pada p baris, sehingga: OY = B − AX, dimana O adalah vektor berisi nol berdimensi m dan p adalah banyaknya baris bergantung pada D. Asumsikan bahwa rank dari matrik D yang berdimensi mxn adalah sama dengan m dan m kolom pertama adalah linier independen. Andaikan bahwa untuk setiap v ∈ Rn terdapat Y ≥ 0 sedemikian hingga : DY = v.
(2.5.1)
Lema 2.1 (Kall, 1994) Jika asumsi di atas dipenuhi, maka D mempunyai paling sedikit (m + 1) kolom, yaitu : n ≥ (m + 1). Teorema 2.2 (Kall, 1994) Karena sistem persamaan DY = v mempunyai penyelesaian non-negatif untuk setiap v ∈ Rn , maka hal ini cukup menunjukkan bahwa terdapat penyelesaian non-negatif untuk sistem homogen dari persamaan linier : Dπ = 0
(2.5.2)
π lebih besar dari pada 0 untuk j = 1, 2, ..., m Bukti. Sistem persamaan DY = v selalu mempunyai penyelesaian. Mula-mula, andaikan Yˆj 6= 0 untuk j = 1, 2, ..., mtetapi yang lainnya sama dengan nol. Selanjutnya hubungan α (Dπ) + DYˆ = υ akan dipenuhi untuk sembarang α, jika diambil α yang cukup besar akan diperoleh penyelesaian non-negatif pada Universitas Sumatera Utara
11 persamaan (2.5.1). Kondisi (2.5.2) sulit dibuktikan dengan ekspektasi beberapa kasus parsial. Andaikan n menjadi sama dengan m = 1, maka kondisi cukup akan menjadi: m+1 X
πj Dj = 0,
j=1
karena jika πm+1 = 0 akan diperoleh dependen linier darim kolom pertama Dj , yang mana akan kontradiksi dengan fakta bahwa matriks D mempunyai rank m. Konsekwensinya adalah πm+1 > 0, sehingga diperoleh : −Dm+1 =
m X
π j Dj ,
j=1
πj =
π ˆj π ˆj
Sistem di atas adalah persamaan linier yang hanya mempunyai satu penyelesaian. Jika positif maka K2 = Rn . Kondisi Teorema 2.2 tidak cukup tetapi perlu, sedemikian hingga DY = v mempunyai penyelesaian cukup untuk keperluan pemecahan non-negatif dari DY = vtidak untuk setiap v ∈ Rm tetapi hanya untuk v = B − AX dengan setiap X ∈ K1ω ∈ W dan setiap ω ∈ W sehingga v jauh dari memenuhi untuk semua Rm .
Persoalan (2.4.1)–(2.4.4) dapat diinterpretasi sebagai perencanaan produksi, dimana A adalah matriks untuk metode teknologi dasar dan D adalah matriks untuk metode teknologi secara kebetulan pada penentuan varian yang mungkin untuk kompensasi pada divergensi di dalam sistem yang dikondisikan. Pada kasus kondisi dari Teorema 2.2 dapat diinterpretasikan dengan cara berikut. Sehingga untuk sembarang divergensi v ∈ Rm , kompensasi Y dapat diterima temuannya,
yang dicukupkan oleh metode teknologi kebetulan menyatakan sebuah sistem ter-
tutup, karena itu terdapat intensitas tidak nol, yang mana semua hasilnya dieksploitasikan oleh metode produksi tertentu dapat dikonsumsi oleh yang lainnya. Sebagai contoh : penjualan dan pembelian dipisahkan dengan baik.
Teorema 2.3 Karena persoalan (2.4.10) mempunyai penyelesaian yang berhingga, maka hal ini perlu dan cukup menunjukkan bahwa sistem pertidaksamaan ZD ≤ H Universitas Sumatera Utara
12 mempunyai penyelesaian Pembuktian teorema diatas dapat dilihat dengan jelas pada teorema dualitas program linier yang diajukan oleh Dantzig (1959). Jika persoalan (2.4.10) dapat diselesaikan dan mempunyai penyelesaian optimal maka dualnya jiga dapat diselesaikan dan begitu juga sebaliknya. Kendala dari persoalan dual untuk (2.4.10) adalah kondisi (2.5.3) Kondisi dari Teorema 2.3 memiliki kegunaan secara ekonomi. Sehingga biaya pada eksploitasi pada metode teknologi kebetulan dilikuidasi dari divergensi yang berhingga, karena itu cukup dan perlu terdapat sistem estimasi Z untuk menghasilkan metode teknologi kebetulan. Biaya produksi yang disebabkan oleh estimasi output pada metode teknologi yang ke-i tidak lebih tinggi pada eksploitasi dengan singular intensity dari pada pengeluaran pada eksploitasi dengan singular intensity. Teorema 2.4 (Judin (1974)) Andaikan matriks D mempunyai m + 1 kolom dan memenuhi kondisi Teorema 2.2 yaitu : −Dm+1 =
m X j+1
πj Dj , πj > 0, j = 1, 2, 3, · · · m
maka untuk pemenuhan kondisi Teorema 2.3 adalah syarat perlu dan cukup bahwa digantikan relasi (hubungan) berikut m X j=1
πj hj + hm+1 ≥ 0, , , j = 1, 2, 3, · · ·
(2.5.3)
Bukti. Syarat perlu. Andaikan persoalan tahap kedua (2.4.10) dapat diselesaikan, maka kumpulan rencana dari masalah dual menjadi tidak kosong. Andaikan vektor Z0 memenuhi kondisi (2.5.3) persoalan dual yaitu : Z0 D j ≤ h j ,
j = 1, 2, ..., m + 1,
(2.5.4)
karena itu, dengan πj > 0 m X j=1
π j Z0 D j ≤
m X j=1
πj hj ; Z0 Dm+1 = −
m X
Z0 π j D j
(2.5.5)
j
Universitas Sumatera Utara
13 disamping itu, kita dapatkan Z0 Dm+1 = −
m X j=1
Z0 πj Dj ≤ hm+1
(2.5.6)
Dari kondisi (2.5.5) dan (2.5.6) diperoleh hasil (2.5.3) syarat cukup. Andaikan (2.5.3) digantikan oleh fungsi tujuan pada persoalan tahap kedua (2.4.10) yang tidak berkendala pada himpunan rencana, maka himpunan rencana persoalan dual untuk persoalan tahap kedua adalah kosong. Z|ZD ≤ H = ∅
(2.5.7)
Dari linear independen vektor-vektor D1 , D2 , ..., Dm jika mengikuti sistem ; ZDj = hj , j = 1, 2, ..., m,
(2.5.8)
hanya mempunyai penyelesaian Z0 , karena persamaan (2.5.7) diperoleh Z0 Dm+1 > hm+1 ,
(2.5.9)
Dari kondisi teorema dan persamaan (2.5.8), (2.5.9) diperoleh Z0 Dm+1 = −
m X j=1
Z0 π j D j = −
m X
πj hj > hm+1
j=1
yang mana kontradiksi dengan kondisi (2.5.3) sehingga teorema dipenuhi. Kondisi (2.5.3) menguntungkan secara ekonomi pada persoalan penjadwalan. Andaikan metode teknologi berbentuk sistem tertutup, maka biaya dari exploitasi metode accindetal output yang bertujuan kompensasi divergensi akan berhingga, jika tidak mungkin mendapatkan keuntungan dari rezim yang tidak jalan dari pekerjaan (jika persamaan (2.5.2) dapat dipenuhi). Dalam pekerjaan yang diajukan oleh Kall (1964) ditunjukan bahwa kondisi analog yang hilang dari keuntungan juga tergantikan dalam kasus ketika n > m + 1, tetapi kondisi ini hanya syarat perlu. Perhatikan sebuah deterministik ekivalen untuk persoalan program stokastik dua tahap pada (2.4.6)–(2.4.9) dan tunjukkan bahwa persoalan (2.4.6)–(2.4.9) adalah persoalan program konveks. Dual untuk persoalan tahap kedua (2.4.10) adalah ; (Z, B − AX) → max
(2.5.10)
ZD ≤ H.
(2.5.11) Universitas Sumatera Utara
14 Andaikan penyelesaian persoalan (2.4.10) ada dan berhingga, maka terdapat penyelesaian berhingga untuk persoalan (2.5.10)–(2.5.11) dan nilai optimal untuk keduanya telah dikerjakan oleh Dantzig (1956). Definisikan nilai fungsi sebagai . Dapat diperoleh bahwa (X, A, B) menjadi titik maksimum (2.5.10) yang dicapai dengan kondisi (2.5.11) untuk X, A, B yang ditetapkan. Sehingga untuk sembarang X1 dan X2 nilai ekstrimum fungsi tujuan (2.5.10) adalah berhingga, diperoleh ; Z(αX1 + (1 − α)X2 , B)(B − A(αX1 + (1 − α)X2 ) = Z(αX1 + (1 − α)X2 , A, B)[α(B − AX1 ) + (1 − α)(B − AX2 )] ≤ αZ(X1 , A, B)(B − AX1 ) + (1 − α)Z(X2 , A, B)(B − AX2 ) Andaikan ∅ adalah fungsi tujuan dari persoalan deterministik ekivalen, maka adalah fungsi konveks, karena kombinasi non-negatif fungsi konveks adalah fungsi
konveks. Dari konveksitas fungsi tujuan mengikuti kontinuitas pada setiap titik dalam dari himpunan konveks K. Oleh karena itu dibuktikan oleh pernyataan berikut. Teorema 2.5 Deterministik ekivalen untuk persoalan program stokastik dua-tahap (2.4.6)–(2.4.9) adalah persoalan program konveks. Pernyataan selanjutnya memberikan dasar teori untuk mengkonstruksi pendekatan numerik pada penyelesaian persoalan dua-tahap. Perhatikan metode untuk menyelesaikan persoalan dua tahap diperlukan penggunaan hubungan (persamaan) fungsi dasar untuk ∅(X) dan
menyediakan kondisi differensiabel ∅(X). Pada bagian ini akan digunakan fungsi
dasar untuk fungsi konveks F (µ) pada titik µ0 ∈ M , untuk fungsi linear L, jika F (µ) − F (µ0 ≥ (L, µ, −µ0 ) untuk setiapµ ∈ M . Hal ini dapat dilihat pada Judin
(1974) dan Kall (1994). Teorema 2.6 Fungsi ∗
E {C − Z (A, B, X0 )A} =
Z
Ω
{C(ω) − Z ∗ [A(ω), B(ω), X0 ]A(ω)} dp
adalah dasar untuk fungsi tujuan dari persoalan deterministik ekivalen pada titik X0 ∈ K. Di dalam pembahasan yang dikerjakan oleh Kall (1994) telah didemonstrasikan bahwa jika ukuran peluang pada ruang A, B kontinu absolut relatif terhadap ukuran lebesque pada ruang A, B dan kondisi tertentu dipenuhi maka fungsi Universitas Sumatera Utara
15 tujuan ∅(X) yang merupakan persoalan deterministik ekivalen adalah kontinu differensiabel setiap tempat pada himpunan K.
Untuk investigasi kondisi optimalitas rencana X pada persoalan tahap pertama, dibutuhkan vektor CX = E[C − Z ∗ (A, B, X)A] dan bentuk linear
Lx = (Cx1 , X) = E[C − Z ∗ (A, B, X)A]. Judin (1974) mengajukan formulasi kondisi perlu untuk optimalitas pada rencana X di dalam persoalan program stokastik dua tahap. Teorema 2.7 Jika X ∗ adalah rencana deterministik untuk persoalan dua tahap maka untuk sembarang X ∈ K, LX (X ∗ ) ≤ LX (X).
(2.5.12)
Bukti. Andaikan X ∗ adalah rencana optimal tetapi X rencana yang diterima untuk persoalan dua tahap. Dapat diperoleh : ∅(X ∗ ) ≤ ∅(X) E(CX ∗ + Z ∗ (A, B, X ∗ )(B − AX ∗ )) ≤ E(CX + Z ∗ (A, B, X)(B − AX))
(2.5.13)
E(Z ∗ (A, B, X ∗ )(B − AX ∗ )) ≥ E(Z ∗ (A, B, X)(B − AX)).
(2.5.14)
Kurangkan (2.5.14) dari (2.5.13), dan diambil Z ∗ (A, B, X ∗ ) sebagai rencana optimal untuk masalah dual dan diperoleh hasil (2.5.12). Melalui pekerjaan yang diajukan oleh Efimov (1970) dan Judin (1974) diperoleh bahwa kemungkinan untuk membuat kegunaan secara ekonomi pada kondisi (2.5.12). Vektor Z ∗ (A, B < X) adalah penyelesaian masalah dual untuk persoalan dua tahap dan merupakan vektor estimasi untuk produk jarang (kurang) atau berlebihan pada intensitas X dari metode teknologi setelah matriks teknologi A dan vektor permintaan B yang di realisasikan. Estimasi ini mendefinisikan pengaruh dari nilai divergensi pada pengeluaran untuk likuidasi ekonomi dari divergensi. Nilai
m X i=1
aij Zi∗ (A, B, X) − Cj
menunjukkan keuntungan dari eksploitasi pada metode teknologi dengan intensitas singular, dengan perkiraan parameter persoalan direalisasikan sebagai elemen matriks A dan komponen vektor B dan C, tetapi estimasi produk dihitung untuk Universitas Sumatera Utara
16 kasus di dalam eksploitasi metode teknologi yang dikerjakan dengan intensitas X. Jika vektor X ∗ mendefinisikan rencana awal optimal untuk persoalan program dua tahap, rekaptulasi keuntungan rata-rata pada intensitas X ∗ selama penggunaan metode produksi teknologi dihitung pada optimasi optimal yang tidak lebih kecil dari rekapitulasi keuntungan rata-rata yang dihitung pada estimasi optimal untuk sembarang rencana lain X yang dibolehkan. Akan diformulasi tanpa pembuktian teorema pada kondisi cukup dan perlu dari optimalitas untuk rencana persoalan program stokastik dua tahap. Teorema 2.8 Andaikan X ∗ titik internal (dala) dari himpunan K, tetapi sebuah fungsi objektif (X) pada persoalan deterministik ekivalen terhadap persoalan dua tahap yang diferensiabel di dalam neighbourhood dari titik X ∗ . Maka persoalan dual Z ∗ (A, B, X ∗ ) sedemikian hingga ∗ CX = E[C − Z ∗ (A, B, X ∗ )A] = 0
(2.5.15)
Jika dan hanya jika X ∗ adalah penyelesaian persoalan dua tahap (Judin, 1974).
2.6 Program Stokastik Tahap Ganda Persoalan program stokastik dinamik digeneralisasi oleh kasus dua tahap. Banyak persoalan praktis yang berupa perencanaan, perancangan dan manajemen tidak dapa digambarkan dengan bantuan model statis. Perencanaan dengan periode waktu yang panjang berkembang pada sistem ekonomi, kontrol operasional pada peralatan militer, regulasi pada proses teknologi dan persoalan lain yang termasuk pada parameter acak dan mengharuskan deskripsi untuk penggunaan model probabilistik dinamik. Untuk model bertujuan, metode program stokastik tahap ganda seringkali digunakan. Model program stokastik tahap ganda dan metode untuk realisasi secukupnya bergantung pada informasi mengenai nilai parameter di dalam kondisi persoalan, yang mana memiliki waktu untuk membuat keputusan selanjutnya. Terdapat persoalan dinamik yang mana tiap-tiap tahap berurutan disyaratkan untuk melengkapi kompensasi divergensi yang dikondisikan oleh kondisi realisasi persoalan dan oleh pembuatan keputusan tercepat (tahap sebelumnya). Pada masalah yang lain disyaratkan bahwa tiap-tiap tahap peluang yang memenuhi kendala tidak melebih nilai tertentu yang diberikan sebelumnya Universitas Sumatera Utara
17 atas ekspektasi matematika pada fungsi dari divergensi di dalam kondisi yang dibatasi oleh bilangan yang diberikan atau nilai dari fungsi pada parameter acak yang direalisasikan pada tahap sebelumnya. Kebergantungan (keadaan) pada bermacam-macam proses aktual yang dapat dimodelkan, menyebabkan persoalan dinamik akan memiliki salah satu bentuk berikut yaitu : tidak dapat dikondisikan, kondisi probabilistik atau kendala statistik. Untuk persoalan dinamik dengan kendala tidak dapat dikondisikan, karakteristik keputusan adalah membuat pada basis informasi mengenai distribusi yang dikombinasikan oleh parameter acak dari kondisi pada semua tahapan. Pada persoalan dinamik dengan kondisi dua kasus kendala dapat dibedakan menjadi : (a) jika oleh momen pembuatan keputusan hanya realisasi dari parameter acak pada tahap sebelumnya yang diperkirakan diketahui dan (b) jika oleh momen pembuatan keputusan melengkapi informasi yang tersedia mengenai realisasi parameter acak (termasuk kondisi) yang dinyatakan tahapan, tetapi nilai dari parameter acak pada tahapan berurutan tidak diketahui. Terdapat relasi tertentu antara persoalan tahap ganda dengan yang tidak dapat dikondisikan dan kondisi kendala. Penyelesaian optimal untuk persoalan program stokastik dinamik dapat diperoleh dengan strategi murni atau campuran. Pada komponen kasus akhir pada penyelesaian atau karakteristik statistik dari distribusi yang memberikan penyelesaian akan bergantung pada nilai parameter acak di dalam kondisi persoalan, yang direalisasikan oleh momen pembuatan keputuan Konstruksi model probabilistik dinamik dan melaksanakan metode untuk realisasi yang ditampilkan akan sangat sulit. Pada bagian ini akan diberikan beberapa persoalan yang berisi model matematika untuk persoalan tahap ganda dan prosedur untuk mengkonstruksi penyelesaiannya. Untuk perhitungan selanjutnya dan analisis persoalan program stokastik tahap ganda, didefinisikan konsep yang diberikan berikut ini. Andaikan terdapat tahap ke-i yaitu Ωi , i = 0, 1, ..., n untuk beberapa ruang kejadian elementer ωi , dimana Ω0 berisi satu elemen ω0 . Andaikan Ωk adalah descartian product Ωi , i = 1, 2, ..., k; ω k = (ω1 , ..., ωk ), Ωn = Ω dan andaikan pada Ω diberikan ukuran probabilistik p yang didefinisikan dengan cara : jika A ⊂ Ωk maka P pk (A) = p(AxΩk+1 x...xΩn ). Diperkenalkan ruang probabilistik (Ω, , P ) dengan P berkaitan dengan σ − algebra, definisikan Pk sebagai kondisi ukuran probabiUniversitas Sumatera Utara
18 listik pada Ωk
Pk (A|ω k−1 ∈ B) =
Pk (AxB) Pk (Ωk xB)
Untuk sembarang A ⊂ Ωk , B ⊂ Ωk−1 . Variabel X k dinyatakan sebagai descartian product Xi , i = 1, 2, . . . , k; X k = (x1 , . . . , xk ) ∈ Xk , X n ≡ X dimana X0 , X1 , . . . , Xn adalah barisan himpunan dari
struktur sembarang X k ∈ Xk , k = 0, 1, . . . , n dan himpunan X termasuk satu titik X0 .
Andaikan mk diberikan sebagai fungsi vektor pada ϕk (ω k Xk ) berdimensi untuk setiap ω k ∈ Ωk , X k ∈ Xk , k = 1, ..., n dan juga untuk setiap ω ∈ Ω pa-
da himpunan X fungsi ϕ0 (ω n Xn ). Masukkan himpunan acak G0k = G0k (ω k ) dan bk (ω k−1 )mk fungsi vektor. Bk berdimensi acak dari ω k−1 (dibatasi dan terukur) dinyatakan sebagai ruang Banach yang termasuk pada fungsi vektor berdimenP si bk (ω k−1 ) ki=1 mi . Akhirnya, Ewk (U (ω k )|ω k−1 ) menyatakan kondisi ekspektasi matematika U (ω k ) dibawah perkiraan realisasi ω k−1 yang diketahui.
Andaikan dibahas model berbeda pada persoalan program stokastik tahap ganda dengan menggunakan notasi yang diperkenalkan di atas. Andaikan terdapat persoalan program stokastik tahap ganda : Eϕ0 = (ω n , X n ) → inf, Eϕk = (ω k , X k ) ≥ bk ,
X k ∈ Gk , k = 1, 2, ..., n.
(2.6.1) (2.6.2) (2.6.3)
Untuk memformulasi persoalan secara lengkap, diperlukan titik luar apakah kendalah yang tidak dapat dikondisikan atau kondisional, apakah penyelesaian persoalan ditentukan dengan strategi murni atau strategi campuran, dan di dalam kelas fungsi yang terukur atau distribusi yang akan mendapatkan penyelesaian. Persoalan praktisnya akan bergantung pada makna isi, penyelesaian pada tiaptiap tahap dapat dihitung sebagai vektor deterministik atau sebagai rule-function pada penyelesaian dari realisasi dan parameter acak yang diobservasi dari kondisi, atau sebagai distribusi menentukan distribusi kontinu Xk dengan perkiraan informasi yang diperlukan mengenai nilai yang direalisasikan data initial acak yang diperoleh model konkrit untuk persoalan dan struktur informasinya ditentukan Universitas Sumatera Utara
19 oleh keputusan selanjutnya. Di dalam syarat-syarat yang diajukan oleh Ermolyev (1970), hasil-hasil persoalan stokastik tahap ganda dari rangkaian tipe - pengamatan - keputusan - pengamatan - ... - keputusan Keputusan - pengamatan keputusan - ... - keputusan Andaikan dibahas bermacam-macam model persoalan program stokastik tahap ganda yang menggunakan klasifikasi yang diberikan oleh Judin (1972). Persoalan stokastik tahap ganda dengan kendala yang tidak dapat dikondisikan adalah Z
Ωn xX n
Z
Ωk xX k
ϕ0 (ω n , X n )dFωn ,X n → inf,
(2.6.4)
ϕk (ω k , X k )dFωk ,X k ,
(2.6.5)
X k ∈ Gk , k = 1, 2, ..., n.
(2.6.6)
Pemilihan beberapa kelas yang paling menarik untuk aplikasi dari sejumlah struktur informasi yang merupakan persyaratan persoalan program tahap ganda dengan kendala kondisional. Model kongkrit dari (2.6.1) –(2.6.3) pada kasus persoalan dengan kendala kondisional, diselesaikan dengan strategi campuran adalah : Z Z
ϕ0 (ω n , X n )dFωn ,X n → inf,
(2.6.7)
Ωn xX n
(2.6.8)
Ωk xX k
ϕk (ω k , X k )dFωk |ω dFωk |ωk−1 ≥ bk (ω k−1 ),
X k ∈ Gk (ω k ), k = 1, 2, ..., n.
(2.6.9)
Penyelesaian persoalan akan menjadi himpunan fungsi distribusi .Biasanya untuk mengatakan persoalan diselesaikan dengan distribusi yang ditentukan kemudian jika didefinisikan setelah realisasi dan pengamatan parameter acak k, distribusi yang ditentukan kemudian bergantung pada Xk − 1 dan k. Dikatakan bahwa persoalan yang diselesaikan dengan distribusi yang ditentukan sebelumnya,
jika didefinisikan setelah realisasi dan pengamatan k − 1 tetapi sebelum penga-
matan k, distribusi yang ditentukan sebelumnya bergantung pada Xk − 1 dan
k − 1.
Jika persoalan tahap ganda dengan kendala kondisional diselesaikan dengan strategi murni, model konkrit (3.30) - (3.32) akan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
20
Z Z
Ωk ×X k
ϕ0 (ω n , X n )dFωn → inf,
(2.6.10)
ϕk (ω k , X k )dFωk |ωk−1 ≥ bk (ω k−1 ),
(2.6.11)
X k ∈ Gk (ω k ), k = 1, 2, ..., n.
(2.6.12)
Ωn ×X n
Fungsi Xk dari parameter acak yang direalisasikan dan diamati pada kondisi dari persoalan merupakan penyelesaian. Persoalan diselesaikan dengan aturan yang ditentukan kemudian jika keputusan dibuat setelah realisasi dan pengamatan k; aturan-aturan yang ditentukan kemudian untuk penyelesaian sedemikian hingga Xk = Xk (k). Dikatakan bahwa persoalan diselesaikan dengan aturan yang ditentukan sebelumnya jika keputusan dibuat setelah realisasi dan pengamatan k − 1,
tetapi sebelum pengamatan k. Pada kasus aturan sebelumnya : Xk = Xk (k − 1)
Biasanya, persoalan (2.6.7) –(2.6.9) atau (2.6.10)–(2.6.12) dikenal sebagai persoalan stokastik tahap ganda dengan rigid model, jika kondisi (2.6.8) atau (2.6.11) tidak dihadirkan, keputusan tiap-tiap tahap dibuat setelah observasi kondisi dan keputusan pada tahap sebelumnya. Relasi tertentu yang dimiliki antara determinasi domain untuk persoalan dengan kendala yang tidak dapat dikondisikan dan kendala yang dapat dikondisikan. Pernyataan berikut akan menggeneralisasi hasil yang diperoleh, yang telah dikerjakan oleh Eismer (1971) untuk persoalan stokastik tahap ganda parsial linear. Pernyataan yang berikut diambil dari Judin (1974). Andaikan U adalah himpunan penyelesaian yang layak untuk persoalan stokastik tahap ganda dengan kendala yang tidak dapat dikondisikan U = {X k ∈ Gi × ... × Gn |Eϕk (ω k , X k )} ≥ bk , k = 1, 2, ..., n dan V [bn (ω n−1 )] adalah himpunan penyelesaian (aturan penyelesaian, distribusi sebelum atau sesudah penyelesaian) pada persoalan dengan kendala kondisional. Teorema 2.9 Teorema 3.9. Himpunan U dan V adalah terhubung oleh relasi U = {X n ∈ V [˜bn (ω n−1 )]|E˜bk (ω k−1 )} = bk , k = 1, 2, ..., n Universitas Sumatera Utara
21 Bukti. V˜ = {X n ∈ V [˜bn (ω n−1 )]|E˜bk (ω k−1 )} = bk , k = 1, 2, ..., n. Andaikan X n ∈ V˜ . Yang menyatakan bahwa Eωk ϕk (ω k , X k ) = Eωk−1 {Eωk ϕk (ω k , X k )|ω k−1 }
≥ Eωk−1 ˜bk (ω k−1 ) = bk ; k = 1, 2, ..., n
karena X n ∈ U . Andaikan X n ∈ U , didefinisikan ˜bk (ω k−1 ) = Eωk {ϕk (ω k , X k )|ω k−1 } + {bk − Eωk ϕk (ω k , X k )} ≤ Eωk {ϕk (ω k , X k )|ω k−1 }, k = 1, 2, ..., n
Dengan definisi ˜bk (ω n−1 ) didapatkan Eωk−1 ˜bk (ω k−1 ) = bk . Sehingga X n ∈ V˜ . Akibat. Dengan fungsi sama ϕk (ω k , X k ) dan himpunan Gk , k = 1, 2, ..., n, domain penyelesaian layak dari persoalan (2.6.4)–(2.6.6) dan (2.6.7)–(2.6.9) atau (2.6.10)– (2.6.12) (bergantung pada persoalan yang diselesaikan dengan strategi campuran atau strategi murni) bersamaan bentuknya jika dan hanya jika Ebk (ω k−1 ) = bk . Pernyataan diatas menyebabkan kemungkinan untuk memformulasi ulang hasil kualitatif dan seringkali juga menghitung metode yang dikerjakan untuk persoalan dengan kelas tertentu dan untuk investigasi konstruktif pada persoalan kelas lain. Relasi antara distribusi penyelesaian dan aturan penyelesaian sangat menarik. Jika fungsi ϕ0 adalah konveks dan komponen fungsi vektor ϕk adalah konkaf pada X dengan tiap-tiap ω, maka nilai optimal dari fungsi objektif yang dicapai pada distribusi penyelesaian dapat dicapai juga dengan aturan penyelesaian. Konveksitas dari ϕ0 dan −ϕk tidak menghabiskan kondisi dengan strategi optimal murni dan strategi campuran yang didefinisikan menyatu dan nilai sama dari fungsi tujuan. Nilai fungsi tujuan untuk aturan optimal sebelumnya pada persoalan stokastik tahap ganda didalam rigid model dengan nilai fungsi tujuan distribusi penyelesaian optimal sebelumnya. Pernyataan lebih tegas untuk aturan penyelesaian sesudahnya dan distribusi penyelesaian diberikan berikut.
Universitas Sumatera Utara
22 Teorema 2.10 (a) Andaikan ukuran probabilistik Fω didalam Ω ≡ Ωn adalah kontinu (b) Andaikan terdapat fungsi positif g0 (ω) dan gk (ω k ) berkendala atas
menurut module ϕ0 (ω n , X n ) dan semua komponen ϕk (ω k , X k ). Maka penyelesaian aturan optimal sesudahnya untuk persoalan stokastik tahap ganda didefinisikan oleh nilai yang sama pada fungsi tujuan sebagai distribusi penyelesaian optimal sesudahnya. Bukti: Untuk persoalan stokastik satu tahap diberikan oleh Judin (1972). Bukti. Untuk persoalan stokastik satu tahap diberikan oleh Judin (1972). Persoalan program stokastik tahap ganda dengan kendala kondisional dapat disubstitusikan untuk sistem persamaan yang memenuhi pemisahan tahapan. Andaikan akan dibahas persoalan (2.6.10)–(2.6.12) yang diselesaikan dengan strategi murni (dengan penyelesaian sebelum aturan penyelesaian sesudahnya). Untuk definisi domain pada persoalan tahap ke-i bekaitan dengan himpunan: Ki ={Xi ∈ G0 |∃{yi+1 ∈ G0i+1 , ..., yn ∈ G0n }; Eωi [ϕi (ω i , X i )|ω i−1 ] ≥ bi (ω i−1 ),
Eωi+s [ϕi (ω i+s , xi , yi+1 , ..., yi+s )|ω i+s−1 ]
(2.6.13)
≥ bi+s (ω i+s−1 ), jika ∀ωi+s−1 , ..., ω n−1 , s = 1, 2, ..., n − 1} G0i menyatakan proyeksi Gi terhadap hyper-plane dari kordinat yang didefinisikan oleh komponen vektor Xi . Persyaratan keberadaan dari vektor yi+s , s = 1, 2, ..., n−i yang memenuhi kondisi (2.6.13) adalah ekivalen terhadap keberadaan kendala didalam persoalan dua tahap. Kondisi cukup dan perlu untuk menyelesaikan persoalan (2.6.10)–(2.6.12) adalah kondisi K1 6= Φ (fungsi objektif (2.6.10) dengan asumsi berkendala). Jika disamping K1 6= Φ, Ki 6= Φ, i = 2, 3, ..., n.
Fungsi tujuan dari persoalan Qi (Xi ) pada tahap ke-i mengatakan kondisional ekspektasi matematika ϕ0 (ω n , X n ) pada asumsi semua tahapan sebelum tahap ke-i, himpunan ω i−1 merupakan parameter yang direalisasikan dengan kondisi persoalan dan komponen keputusan himpunan X i−1 , dan sesudah tahap ke-i ∗ keputusan optimal berikutnya: Xi+1 , ..., Xn∗ :
Qi (Xi ) = Eωn |ωi−1 (ω n , X i−1 , Xi , Xi+1 , ..., Xn∗ ).
(2.6.14)
Universitas Sumatera Utara
23 Sejauh ini, definisi penyelesaian aturan optimal pada tahap ke-i dari persoalan stokastik tahap ganda direduksi untuk menyelesaikan persoalan program matematika berikut inf Qi (Xi )
(2.6.15)
Xi ∈Xi
Aturan sesudahnya untuk penyelesaian adalah: Xi = Xi (ω i ), yi+s = yi+s (ω i+s ); s = 1, 2, ..., n − i, dan aturan sebelumnya untuk penyelesaian adalah: Xi = Xi (ω i−1 ); yi+s = yi+s (ω i+s−1 ); s = 1, 2, ..., n − i. n
n
Jika fungsi tujuan dapat dipisahkan, yaitu ϕ0 (ω , X ) =
n X
ϕ0j (ω j , X j )
j=1
kita mempunyai Qi (Xi ) = Eωi |ωi−1 {ϕ0 (ω i , X i ) + Q∗i+1 (ω i , X i )}. dimana Q∗i (ω i−1 , X i−1 ) = inf Eωi |ωi−1 {ϕ0 (ω i , X i ) + Q∗i+1 (ω i , X i )}, i = 1, 2, ..., n − 1, Xi ∈Ki
dengan i = n Q∗n (ω n−1 , X n−1 ) = inf Eωi |ωi−1 ϕ0n (ω n , X n ). Xi ∈Ki
Analog dengan persoalan pemisahan tahapan untuk persoalan stokastik tahap ganda dengan strategi campuran yang dikonstruksikan. 2.7 Pengertian pembentukan pohon skenario alam banyak aplikasi, sebaran peubah acak tidak diketahui atau walaupun diketahui, terlalu mahal untuk memperhatikan sebaran diskrit dengan banyak hasil yang mungkin atau menangani sebaran kontinu dengan integrasi numerik. Merupakan hal yang umum untuk memilih himpunan hasil representatif yang relatif kecil yang disebut skenario untuk menyajikan kejadian acak. Skenario dapat merupakan kuartil dari sebaran yang diketahui atau data historis, prediksi dan beberapa pohon atau dibangun dengan simulasi. Setiap skenario diberikan nilai probabilitas untuk merefleksikan kemungkinan kejadiannya. Untuk model tahap ganda, informasi skenario dapat diorganisasikan kedalam struktur pohon. Gambar 1, memberikan contoh pohon skenario untuk persoalan 4 tahap. Buhul AKAR menyatakan waktu sekarang atau bagian dari data yang diketahui. Pada Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 2.1 : Gambar.1 Pohon Skenario tahap 2, terdapat 4 kemungkinan berbeda dan setiap daripadanya mempunyai berbagai hasil berbeda yang mungkin di tahap 3 dan seterusnya. Suatu skenario terdiri dari lintasan lengkap dari buhul akar ke satu buhul daun, mendefinisikan realisasi tunggal dari himpunan peubah acak. Ambil jumlah tahap T dan jumlah hasil yang mungkin dalam setiap tahap dapat dilabel secara berurutan oleh Kt , untuk t = 1, ...T . Buhul disetiap tahap dapat dilabel secara berurutan dengan kt = 1, ..., Kt untuk semua t. Dt(k) menyatakan turunan langsung dalam waktu t dari buhul k. Misalnya dalam pohon skenario di Gambar 2.1 . D3(1) memperlihatkan turunan langsung dari buhul 1 yang merupakan dua buhul paling kiri dalam waktu 3. Untuk setiap buhul daun k dalam tahap T , andaikan Ptk merupakan probabilitas terkait dari keterjadian skenario. Untuk t =T −1 , − − − − 1, pkt diberikan oleh X pkt+1 = plt+1 lǫDt+1
dengan pl = 1
Pohon keputusan memberikan kelenturan kepada pemodel untuk memilih skenario yang diperlukan untuk diperhatikan dan kepentingannya. Begitupun tidaklah praktis untuk memperhatikan terlalu banyak skenario. Ini terutama terjadi untuk persoalan dimana banyak mengandung faktor acak. Untuk mengoperasikan model program stokastik, pembentukan skenario dan pohon kejadian sangatlah penting. Dibawah ini diuraikan secara singkat metode pembentukan tersebut. Universitas Sumatera Utara
25 a. Bootstrap Data Historis b. Pemodelan statistika dengan pendekatan ”value at risk” c. Model vektor Autoregressi a. Bootstrap Data Historis Pendekatan paling sederhana untuk membangun skenario hanya memakai data yang ada tanpa pemodelan matematika. Setiap skenario merupakan sampel dari perolehan aset yang diperoleh dengan mensampling perolehan yang diamati di masa lalu. Waktu dari catatan historis yang tersedia dipilih secara acak dan untuk setiap waktu dalam sampel dibawa perolehan dari semua kelas tersebut. Ini merupakan skenario perolehan bulanan. Jika ingin dibangun skenario perolehan untuk horizon waktu panjang misalnya 1 tahun, disampel perolehan 12 bulan dari titik waktu yang berbeda. Susunan perolehan dari deretan yang disampel merupakan perolehan 1 tahun. Dengan pendekatan ini korelasi diantara kelas aset dipertahankan. b. Model Statistika dari Konsep Value-at-Risk Analisis deret waktu dari data historis dapat dipakai untuk mengestimasi perubahan dari matriks korelasi antara kelas aset. Matriks korelasi ini dipakai untuk mengukur resiko dengan metode Value-at-Risk (VaR). Nyatakan peubah acak dengan vektor acak k−dimensi w. Dimensi w sama dengan jumlah faktor resiko yang ingin dimodelkan. Dengan mengandaikan bahwa peubah acak secara gabungan bersebaran normal dapat didefinisikan fungsi kepadatan peluang dari w sebagai. f (w) = (2π)
−p/2
|Q|
−1/2
1 exp − (w − w) ¯ ′ Q−1 (w − w) ¯ 2
disini w adalah ekspektasi dari w dan Y matriks kovarian dan dapat dihitung dari data historis. Setelah parameter dari sebaran normal multivariat diestimasi kita dapat memakainya dalam simulasi Monte Carlo dengan menggunakan pendekatan faktorisasi Cholesky atau prosedur pembentukan skenario yang didasarkan pada analisis komponen utama yang diajukan oleh Jamshidian dan Zhu (1997). Universitas Sumatera Utara
26 Simulasi dapat diterapkan secara berulang pada status berbeda dari pohon kejadian. Segitupun, mungkin saja ingin dipersyaratkan nilai acak yang dibangun pada nilai-nilai yang diperoleh oleh beberapa peubah acak. Sampling bersyarat dari peubah normal multivariat dilakukan seperti berikut. Peubah w dipartisi menjadi 2 subvektor w1 dan w2 dengan w1 vektor dimensi K, dari peubah acak untuk nama beberapa informasi tambahan tersedia dan w2 adalah vektor dimensi K2 − K − K1 dari peubah sisa. Vektor nilai ekspektasi dan matriks kovarian dipartisi secara analog sebagai h i h i w ¯ Q 1 11 Q12 w¯ = w¯2 dan Q = Q 21 Q22
Fungsi kepadatan peluang marginal dari w2 dengan diketahui w1 = w1∗ diberikan oleh f (w|w1 =
w1∗ )
= (2π)
−P2 /2
|Q22.1 |
−1/2
1 ¯2.1 ) exp − (w2 − w¯2.1 )′ Q−1 22.1 (w2 − w 2
dimana nilai ekspektasi bersyarat dan matriks kovarian diberikan oleh −1 ∗ w¯2.1 (w1∗ ) = (w¯2 − Q21 Q−1 11 µ1 ) + Q21 Q11 w1
dan Q22.1 = Q22 − Q21 Q−1 11 Q12 Skenario w2 untuk periode t dipersyaratkan pada nilai w1 diberikan oleh w1t dapat dibangun dari peubah normal multivariat melalui pernyataan √ t 0 w2i = w2i exp[σi tw2i ] t dengan w2i nilai hari ini dan σi adalah perubahan periode tunggal dari komponen
ke i peubah acak w2 . c. Model Vektor Autoregressi Model vektor Autoregressi dapat dipakai untuk membentuk skenario. Dalam hal ini diambil ilustrasi tentang sistem simulasi Asset Liahlity Management (ALM) untuk dana pensiun. Karena cakupan dari sistem ini selalu dibatasi pada keputusan strategis jangka panjang model investasi hanya mempraktekkan kumpulan kecil dari kelas aset yang besar yaitu deposito, bond, real estate dan saham. Universitas Sumatera Utara
27 Terpisah dari perolehan atas aset-aset ini, setiap skenario harus mengandung informasi tentang pertumbuhan gaji masa datang untuk menghitung nilai masa datang pensiun. Model vektor autoregressi untuk membentuk skenario perolehan aset dan pertumbuhan gaji adalah Rt = c + V ht−1 + ǫt , ǫt ∈ N (0, Q), t = 1, 2, ..., T Rit = ln(1 + πit ), i = 1, 2, ..., T Dengan m jumlah deret waktu aset, πit laju perubahan diskrit dari peubah i ditahun t, Rt vektor dimensi-m dari laju majemuk, c vektor koefisien berdimensi m, V adalah matriks koefisien m × m, ǫt vektor dimensi m dari pencilan dan Q
matriks kovariansi m × m.
Spesifikasi model vektor autoregressi harus dipilih secara hati-hati, walaupun beberapa hubungan inter-temporal diantara perolehan mungkin signifikan lemah yang didasarkan pada data historis, tidak berakibat bahwa hubungan ini juga bermanfaat untuk membentuk skenario.
Universitas Sumatera Utara