BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Reksa Dana 2.1.1 Sejarah Reksa Dana Sejarah awal reksa dana bermula dari arisan (pooling fund) yang dikenal di Eropa pada pertengahan 1800. Mula-mula pooling fund dikenal di Belgia (1822). Pooling fund ini kemudian dikenal dengan nama unit trust, muncul di Belgia ketika Raja William I dari Kerajaan Belanda menciptakan suatu unit penyertaan dana yang memungkinkan investasi-investasi kecil memperoleh pinjaman dari pemerintah asing. Unit trust kemudian menyebar ke wilayah Inggris dan Skotlandia pada sekitar 1860-an ketika pemerintahnya juga membuka peluang pinjaman dari pemerintah asing bagi rakyatnya. Pada tahun 1863, Inggris mendirikan unit trust pertama dengan nama The London Financial Association and The International Financial Society. Lalu pada tahun 1868, didirikan pula Foreign and Colonial Government Trust of London. Unit trust di Inggris dan Skotlandia menginspirasikan berdirinya reksa dana tertutup (closed end) pertama di Amerika pada 1863 dengan nama The Boston Personal Property Trust. Istilah unit trust dikenal dengan istilah mutual fund di Amerika Serikat. Baru pada tanggal 21 Maret 1924 terbentuk reksa dana modern pertama dengan nama Massachussets Investor Trust dengan total dana US$ 50.000,- berportofolio 45 stock dan aset, lalu berkembang setahun kemudian menjadi US$ 392.000,- dengan jumlah peserta 200 orang. Reksa dana ini pertama kali memperkenalkan penawaran saham baru atau penyertaan-penyertaan unit baru serta mengijinkan redemption setiap saat sesuai net asset value (nilai aktiva bersih).
6
Reksa dana dikenalkan di Indonesia ketika PT. Reksadana berdiri pada tahun 1976 dimana perusahaan ini dapat menerbitkan sertifikat yang dikenal dengan nama sertifikat danareks I dan II. Setiap harinya harga reksa dana diumumkan. Kemudian pada tahun 1995, PT BDNI Reksa Dana membuat sebuah reksa dana tertutup (closed end) dengan menawarkan 600 juta saham dengan nilai satu saham Rp. 500,- sehingga terkumpul dana sebesar Rp. 300.000.000.000,- Berdirinya reksa dana ini merupakan cikal bakal maraknya reksa dana di Indonesia yang hingga kini terus berkembang. Reksadana diartikan sebagai suatu wadah yang mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk unit penyertaan (UP) untuk dikelola oleh Perusahaan Manajer Investasi (PMI) alias manajer investasi (MI). Ada dua bentuk reksadana yaitu reksadana terbuka (RD) dan reksadana tertutup (RDT). RDT menjual UP yang berupa saham dan jumlahnya tetap, sehingga harganya lebih ditentukan karena permintaan dan penawaran di pasar modal. Lain halnya dengan RD yang menjual UP yang jumlahnya boleh terus bertambah. Nilai per UP-nya di pasar mencerminkan nilai asset yang mendukung UP tersebut, yang disebut dengan NIlai Aktiva Bersih (NAB). RD lebih popular dikarenakan memiliki tingkat likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan RDT. 2.1.2 Pengertian Reksa Dana Menurut Manurung (2007), istilah mutual fund terkandung dalam kata fund itu sendiri sebagaimana dinyatakan oleh Giles dkk, “fund is a pool of money contributed by a range of investors who may be individuals or companies or other organisations, which is managed and invested as a whole, on behalf of those investors”. Selain itu, Pozen (1998) mendefinisikan mutual fund sebagai “an investment company that pools money from shareholders and invests in a diversified of securities”. Manurung (2007) juga mencatat, menurut kamus keuangan, reksa dana didefinisikan sebagai portofolio aset
7
keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya (diversified portfolio of securities, registered as an openend investment company, which sells shares to the public at an offering price and redeems them on demand at net asset value). Sedangkan pengertian reksa dana yang termaktub dalam UU no 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah “wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi”. Menurut Manurung (2007), dari berbagai definisi di atas ini, reksa dana memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. Kumpulan dana pemilik 2. Diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi 3. Reksa dana dikelola oleh manajer investasi 4. Reksa dana merupakan instrumen investasi jangka menengah dan panjang 5. Reksa dana merupakan produk investasi yang berisiko 6. Investor yang berinvestasi dalam reksa dana akan mendapatkan unit penyertaan 2.1.3 Jenis Reksa Dana Berdasarkan sifat unit penyertaannya, reksa dana terdiri atas dua jenis yaitu : 1. Reksa dana tertutup Reksa dana tertutup adalah reksa dana yang transaksi perdagangan unit penyertaan dilakukan melalui bursa saham. Unit penyertaan reksa dana tertutup sama seperti saham, sehingga untuk mendapatkan dananya, pemegang saham reksa dana harus menjual ke bursa melalui broker. Jumlahnya keseluruhan unit tidak berubah dari waktu
8
ke waktu kecuali ada tindakan perusahaan (corporate action). Harga saham reksa dana tertutup selalu lebih rendah dari nilai aktiva bersihnya karena terdapat biaya transaksi. 2. Reksa dana terbuka Reksa dana terbuka adalah reksa dana yang unit penyertaannya dijual langsung pada manajer investasi, terkecuali Exchange Traded Fund (ETF). Dalam hal ini, manajer investasi wajib membeli unit penyertaan yang dijual kembali oleh investor. Harga unit penyertaan ditentukan oleh harga penutupan perdagangan pada hari yang bersangkutan. Karena itu, investor tidak mengetahui harga jual atau beli dari unit penyertaan di hari yang sama. Hal ini mengakibatkan kecilnya kemungkinan investor untuk melakukan arbitrase. Berdasarkan jenis investasi, ada 4 jenis reksa dana. 1. Reksadana saham (RDS) Reksadana saham sering disebut dengan reksadana pertumbuhan karena berusaha untuk mendapatkan pertumbuhan NAB yang paling tinggi dengan berinvestasi di saham. Seiring berjalannya waktu, reksa dana ini pun mengalami perkembangan, antara lain : a. Aggresive growth funds: reksa dana yang portofolio investasinya pada saham perusahaan-perusahaan baru yang berpotensi pertumbuhan sangat tinggi, biasanya bersifat spekulatif dengan risiko fluktuasi tinggi. b. Small company funds: reksa dana yang berinvestasi pada perusahaan dengan kapitalisasi kecil, karena ia cenderung memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih besar dari perusahaan besar dengan risiko fluktuasi yang lebih rendah dari aggresive growth funds.
9
c. Growth funds: reksa dana yang berinvestasi pada perusahaan besar yang memiliki tingkat pertumbuhan di atas rata-rata dengan risiko fluktuasi jauh lebih rendah dari aggresive growth funds dan small company funds. d. Global equity funds: reksa dana yang berinvestasi pada saham-saham dari berbagai negara. e. Growth and income funds: reksa dana yang portofolio investasinya terdiri dari saham biasa dan preferen dari perusahaan besar dan mapan. f. Equity–income funds: reksa dana yang berinvestasi pada saham perusahaan yang memberi tingkat dividen tinggi. 2. Reksadana pendapatan tetap (RDPT) Reksadana pendapatan tetap mengutamakan pendapatan yang konstan dengan berinvestasi di obligasi atau surat utang jangka panjang lainnya. 3. Reksadana campuran (RDC) Sedangkan reksadana campuran, merupakan kombinasi dari RDS, RDPT, dan RDPU dengan berinvestasi di saham, obligasi, dan instrument pasar uang seperti deposito. 4. Reksadana pasar uang (RDPU). Sementara itu, reksadana pasar uang, yang lebih mengutamakan keamanan dari pada pertumbuhan dana, berinvestasi di deposito atau sekuritas pasar uang jangka pendek. Reksa dana ini dalam perkembangannya terbagi dalam: a. Money market fund: reksa dana yang menempatkan portofolio investasinya dalam efek hutang jangka pendek, contohnya efek yang dijamin pemerintah, deposito, surat berharga komersial, dll.
10
b. Tax-exempt money market fund: reksa dana yang berorientasi jangka pendek dan portofolionya terdiri dari instrumen yang dibebaskan pajak, contoh: obligasi pemerintah, atau obligasi pemerintah daerah (municipal bonds). Tujuan reksadana dipilah dalam berbagai tipe adalah untuk memberikan kemudahan bagi investor dalam memilih tipe reksadana yang ditawarkan. Ada 4 faktor dalam memilih tipe reksadana, yaitu kondisi keuangan, tujuan investasi, jangka waktu investasi, dan kesanggupan menanggung risiko dalam memilih tipe reksadana yang tepat. Tentunya anda harus memilih satu atau beberapa reksadana dari sejumlah reksadana pada tipe yang sama. 2.1.4 Manfaat Reksa Dana Manfaat yang diperoleh dengan berinvestasi di reksa dana adalah sebagai berikut: 1. Investor mendapatkan manfaat efisiensi dimana tanpa modal yang besar, ia dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek untuk memperkecil risiko dengan biaya yang kecil. 2. Investor tanpa memiliki pengetahuan yang khusus dapat dengan mudah berinvestasi di pasar modal. 3. Investor tanpa memiliki keahlian profesional dapat mengelola dana investasinya dengan bantuan manajer investasi. 4. Perusahaan penebit reksa dana menjamin likuiditas saham reksa dana (sewaktuwaktu dapat dijual kembali untuk mendapatkan uang tunai). 5. Investor dapat mengetahui informasi tentang harga reksa dana setiap harinya melalui surat kabar dengan mudah dan mendapatkan laporan yang rutin. 6. Potensi return reksa dana lebih tinggi dari suku bunga deposito.
11
7. Reksa dana memiliki dasar hukum yang terjamin dan diatur secara ketat melalui peraturan BAPEPAM. 8. Investor mendapatkan keuntungan pembebasan pajak berdasarkan PP No. 6/2002 untuk produk reksa dana yang berumur kurang dari 5 tahun. 9. Pertumbuhan aset reksa dana juga mendorong pertumbuhan ekonomi karena membantu usaha ekspansi usaha yang berarti menggerakkan sektor riil. Secara tidak langsung pun, reksa dana meningkatkan pendapatan pajak dengan adanya peningkatan keuntungan di sektor riil. 2.1.5 Resiko yang Dihadapi Terdapat empat faktor mengapa reksa dana disebut produk investasi berisiko, yaitu : 1. Dana yang diperoleh dari masyarakat diinvestasikan pada portofolio efek yang masing-masing efek memiliki tingkat risiko. 2. Portofolio efek tersebut sangat bervariasi sehingga masing-masing instrument tersebut memiliki tingkat pengembalian yang berbeda-beda. 3. Arus kas (selisih dana masuk-keluar atau selisih dana dari investor yang membeli reksa dana dan investor yang menjual reksa dana) yang berubah-ubah 4. Keahlian manajer investasi pengelola reksa dana yang berbeda-beda Risiko yang umumnya dihadapi oleh para investor reksa dana antara lain: 1. Risiko ekonomi saat ini, menggambarkan situasi ekonomi yang dapat mempengaruhi nilai aktiva bersih reksa dana. 2. Risiko berfluktuasinya nilai aktiva bersih yang dapat terjadi karena adanya perubahan portofolio maupun kebijakan pemerintah atas tingkat bunga yang tidak dapat dikendalikan manajer investasi.
12
3. Risiko likuiditas, menyatakan kemampuan reksa dana tidak dapat membayar karena portofolio tidak dapat dijual atau karena adanya investor yang secara bersamaan melakukan pencairan dana. 4. Risiko pertanggungan atas harta/kekayaan reksa dana, menguraikan risiko yang dihadapi investor karena adanya instrumen investasi yang tidak dibayar jika terjadi bencana alam. Untuk hal inilah, diperlukan melakukan asuransi oleh bank kustodian. Selain itu, investor reksa dana juga dihadapkan pada risiko investasi umum karena berinvestasi, antara lain : 1. Interest rate risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh pengaruh perubahan tingkat suku bunga terhadap perubahan harga obligasi. 2. Reinvestment risk, yaitu risiko atas investasi dari bunga/kentungan dari hasil investasi. Efek dari interest rate risk dan reinvestment risk bersifat saling menghilangkan (offsetting effect). 3. Call risk, yaitu risiko investor yang membeli obligasi dengan hak beli penerbit saat penerbit menggunakan hak tersebut untuk membeli lagi obligasi tersebut. 4. Default risk, yaitu risiko gagal bayar, risiko dimana penerbit tidak dapat membayar sesuai perjanjian pada saat jatuh tempo. 5. Inflation risk, yaitu risiko akibat perubahan tingkat inflasi yang berpengaruh pada perubahan kemampuan membeli (purchasing power) riil investor. 6. Exchange risk, yaitu risiko akibat perubahan nilai tukar mata uang asing, dihadapi hanya oleh investor yang berinvestasi dengan obligasi dalam mata uang asing.
13
7. Liquidity risk, yaitu risiko yang dihadapi investor dilihat dari kemudahan mencairkan investasi ke dalam bentuk uang tunai. 8. Volatility risk, yaitu risiko yang dihadapi investor berkaitan dengan hak opsi tingkat suku bunga dari obligasi. 2.1.6 Lembaga-lembaga yang Terlibat Dalam Reksa Dana Lembaga-lembaga yang terlibat dalam reksa dana antara lain adalah: 1. Manajemen reksa dana Pada dasarnya, reksa dana merupakan entitas ekonomi yang independen dan bisa berbentuk Perseroan Terbatas. Dewan Direksi bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. Mereka juga berwenang membuat kontrak-kontrak dengan instituri penunjang mekanisme reksa dana. 2. Manajer Investasi Direksi reksa dana pada umumnya tidak mengelola langsung aset perusahaan, tetapi melimpahkannya pada Manajer Investasi. Melalui kontrak tertulis, diformulasikan aturan main secara komprehensif. Dewan direksi tetap bertanggung jawab kepada pemegang saham atas kelangsungan dan prestasi reksa dana tersebut. 3. Bank Kustodian Kekayaan reksa dana wajib disimpan pada Bank Kustodian yang tidak terafiliasi dengan Manajer Investasi, dimana Bank Kustodian bertindak sebagai penitipan kolektif dan administrator.
14
2.2 Kinerja dan Imbal Hasil 2.2.1 Pengertian Kinerja dan Imbal Hasil Dalam melakukan investasi, setiap investor mengharapkan adanya sejumlah hasil sebagai kompensasi atas waktu, tingkat inflasi, dan ketidakpastian hasil yang diterima. Menurut Van Horne dan Wachowicz (1998, p92), return didefinisikan sebagai ”Return can be define as the income received on an investment plus any change in market price usually expressed as a percent of the beginning market price of investment”. Reilly dan Brown (2006, p1136), mendefinisikan imbal hasil sebagai “Expected rate of return The return that analysts’ calculations suggest a security should provide, based on the market’s rate of return during the period and the security’s relationship to the market.” Berdasarkan definisi-definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa imbal hasil merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor atas investasi yang dilakukan. Nilai imbal hasil ini dapat menggambarkan kinerja reksa dana saham. Dimana kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan. Dalam hal ini, kemungkinan yang dapat terjadi adalah untung dan rugi dari investasi reksa dana saham. 2.2.2 Pengukuran Imbal Hasil Pratomo dan Nugraha (2001, p182), memberi contoh pengukuran pengembalian reksa dana dalam periode mingguan yang dirumuskan sebagai berikut
Nilai Im balHasil subperiode =
NAK − NAW NAW
dimana, NAK = Nilai Aktiva Bersih/Unit akhir minggu ini (periode saat ini) NAW = Nilai Aktiva Bersih akhir minggu sebelumnya (periode sebelumnya)
15
Dalam hal ini apabila hasil dari pengukuran imbal hasil ini lebih besar daripada 0 maka kinerja reksa dana menguntungkan. Sedangkan bila hasil pengukuran imbal hasil ini lebih kecil dari 0 maka kinerja reksa dana ini merugi.
2.3 Regresi 2.3.1 Pengertian Regresi
Analisis regresi linear adalah suatu metode analisis statistik yang menggunakan model matematika tertentu yang terdiri atas beberapa buah asumsi dan memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih variabel kuantitatif sehingga salah satu variabel bisa diduga dari yang lainnya. Analisis regresi ini pertama kali dikembangkan oleh Sir Francis Galton abad 19 akhir. Galton mengembangkan metode matematis dari kecenderungan regresi, pendahulu dari model regresi sekarang ini. Salah satu kegunaan analisis regresi adalah dapat mendeskripsikan apakah variable dependent memiliki pengaruh dengan variabel independent (Netter et all, 1996, p9). Secara umum, analisis regresi dibagi menjadi dua, model regresi linear dan model regresi non-linear. Regresi dikatakan linear bila hubungan antara variabel dependent dan independent adalah linear. Hubungan linear terjadi bila diagram pencar (scatter polt) mendekati pola garis lurus. Bentuk dari regresi linear sederhana adalah sebagai berikut
yˆ = β 0 + β1 x1 + ε Jika hubungan antara variable independent dan dependent tidak linear, maka regresi ini disebut regresi non-linear. Dalam regresi non linear, pemodelan antara variabel dependent dan independent dapat diestimasi dengan hubungan arbitrary, dimana
16
nilai yang ada tidak mempunyai nilai yang tetap. Bentuk dari regresi nonlinear adalah sebagai berikut
yˆ i = f ( X i , γ ) + ε Untuk regresi linear yang memiliki beberapa faktor, pencarian nilai
β 0 (intercept), β1 , β 2 , dst. dihitung dengan matriks. Dengan menentukan variabel dependent dan independent yang ada, data-data yang ada dibentuk matriks dan dihitung. ⎛1 x11 ⎜ ⎜1 x12 x=⎜ 1 ... ⎜ ⎜1 x 1n ⎝
x 21 x 22 ... x2n
x31 ⎞ ⎟ x32 ⎟ ... ⎟ ⎟ x3n ⎟⎠
⎛ y1 ⎞ ⎜ ⎟ ⎜y ⎟ y=⎜ 2⎟ ... ⎜ ⎟ ⎜y ⎟ ⎝ n⎠
β = (x ' x ) (x ' y ) −1
Nilai β ini akan berbentuk matriks dan berisi nilai-nilai variabel β 0 , β 1 , β 2 , dst. yang dapat menduga nilai selanjutnya.
2.3.2 Jenis – jenis Analisis Regresi Analisis regresi dikelompokkan dari mulai yang paling sederhana sampai yang paling rumit, tergantung tujuan yang berlandaskan pengetahuan atau teori sementara, bukan asal ditentukan saja. a. Regresi Linier Sederhana Regresi linier sederhana bertujuan mempelajari hubungan linier antara dua variabel. Dua variabel ini dibedakan menjadi variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y). Variabel bebas adalah variabel yang bisa dikontrol
17
sedangkan variabel tak bebas adalah variabel yang mencerminkan respon dari variabel bebas. b. Regresi Berganda Regresi berganda seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Pada awalnya regresi berganda dikembangkan oleh ahli ekonometri untuk membantu meramalkan akibat dari aktivitas-aktivitas ekonomi pada berbagai segmen ekonomi. Misalnya laporan tentang peramalan masa depan perekonomian di jurnal-jurnal ekonomi (Business Week, Wal Street Journal, dll), yang didasarkan pada model-model ekonometrik dengan analisis berganda sebagai alatnya. Salah satu contoh penggunaan regresi berganda dibidang pertanian diantaranya ilmuwan pertanian menggunakan analisis regresi untuk menjajagi antara hasil pertanian (misal: produksi padi per hektar) dengan jenis pupuk yang digunakan, kuantitas pupuk yang diberikan, jumlah hari hujan, suhu, lama penyinaran matahari, dan infeksi serangga. c. Regresi Kurvilinier Regresi
kurvilinier
seringkali
digunakan
untuk
menelaah
atau
memodelkan hubungan fungsi variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X) yang tidak bersifat linier. Tidak linier bisa diartikan bilamana laju perubahan Y sebagai akibat perubahan X tidak konstan untuk nilai-nilai X tertentu. Kondisi fungsi tidak linier ini (kurvilinier) seringkali dijumpai dalam banyak bidang. Misal pada bidang pertanian, bisa diamati hubungan antara produksi padi dengan taraf pemupukan Phospat. Secara umum produksi padi akan meningkat cepat bila pemberian Phospat ditingkatkan dari taraf rendah ke
18
taraf sedang. Tetapi ketika pemberian dosis Phospat diteruskan hingga taraf tinggi, maka tambahan dosis Phospat tidak lagi diimbangi kenaikan hasil, sebaliknya terjadi penurunan hasil. Untuk kasus-kasus hubungan tidak linier, prosedur regresi sederhana atau berganda tidak dapat digunakan dalam mencari pola hubungan dari variabel-variabel yang terlibat. Dalam hal ini, prosedur analisis regresi kurvilinier merupakan prosedur yang sesuai untuk digunakan. d. Regresi Dengan Variabel Dummy (Boneka) Analisis regresi tidak saja digunakan untuk data-data kuantitatif (misal : dosis pupuk), tetapi juga bisa digunakan untuk data kualitatif (misal : musim panen). Jenis data kualitatif tersebut seringkali menunjukkan keberadaan klasifikasi (kategori) tertentu, sering juga dikatagorikan variabel bebas (X) dengan klasifikasi pengukuran nominal dalam persamaan regresi. Sebagai contoh, bila ingin meregresikan pengaruh kondisi kemasan produk dodol nenas terhadap harga jual. Pada umumnya, cara yang dipakai untuk penyelesaian adalah memberi nilai 1 (satu) kalau kategori yang dimaksud ada dan nilai 0 (nol) kalau kategori yang dimaksud tidak ada (bisa juga sebaliknya, tergantung tujuannya). Dalam kasus kemasan ini, bila kemasannya menarik diberi nilai 1 dan bila tidak menarik diberi nilai 0. Variabel yang mengambil nilai 1 dan 0 disebut variabel dummy dan nilai yang diberikan dapat digunakan seperti variabel kuantitatif lainnya. e. Regresi Logistik (Logistic Regression) Bila regresi dengan variabel bebas (X) berupa variabel dummy, maka dikatagorikan sebagai regresi dummy. Regresi logistik digunakan jika variabel
19
terikatnya (Y) berupa variabel masuk katagori klasifikasi. Misalnya, variabel Y berupa dua respon yakni gagal (dilambangkan dengan nilai 0) dan berhasil (dilambangkan dengan nilai 1). Kondisi demikian juga sering dikategorikan sebagai regresi dengan respon biner. Seperti pada analisis regresi berganda, untuk regresi logistik variabel bebas (X) bisa juga terdiri lebih dari satu variabel.
2.3.3 Regresi Logistik Regresi logistik adalah model yang digunakan untuk memprediksi peluang dari suatu kejadian dengan memasukkan data ke dalam kurva logistik. Kurva ini membutuhkan nilai variabel prediktif bisa berupa numerik atau kategorikal. Fungsi regresi logistik adalah
dengan
z adalah input dan f(z) adalah output. Nilai f(z) akan selalu bernilai antara 0 (nol) dan 1 (satu). Variabel z ini menggambarkan faktor resiko, sedangkan f(z) menggambarkan nilai peluang yang diberikan dari faktor resiko tersebut. Variabel z ini adalah faktor resiko
yang
digunakan
dalam
model
dan
diketahui
(http://en.wikipedia.org/wiki/Logistic_regression).
sebagai
model
logit
20
2.4 Aplikasi Rekayasa Perangkat Lunak 2.4.1 Pengertian Piranti Lunak Menurut Pressman (2001, p6), piranti lunak dapat diartikan sebagai berikut : a.
Perintah-perintah dalam suatu program komputer yang jika dijalankan akan memberikan fungsi dan hasil yang diinginkan.
b.
Struktur-struktur
data
yang
membuat
program
dapat
memanipulasi data. c.
Dokumen yang menggambarkan operasi dan penggunaan program.
Piranti lunak memiliki karakteristik yang berbeda dengan piranti keras. Menurut Pressman (2001, pp6-9), piranti lunak merupakan elemen sistem yang bersifat logik, bukan bersifat fisik. Beberapa karateristiknya adalah: a.
Piranti lunak dapat dikembangkan dan direkayasa, bukan dirakit seperti piranti keras. Meskipun ada persamaan pengertian antara kedua istilah tersebut, pada dasarnya mempunyai aktivitas yang berbeda di mana kualitas yang baik dapat dicapai jika desainnya juga baik.
b.
Piranti lunak tidak mudah rusak. Hal ini berbeda dengan piranti keras yang mempunyai tingkat kerusakan yang tinggi. Pada piranti keras apabila terjadi kerusakan maka harus diganti, tetapi pada piranti lunak jika terjadi kerusakan dapat diperbaiki melalui
software maintenance (pemeliharaan piranti lunak). Kesalahan yang terjadi pada piranti lunak, biasanya terpusat pada saat proses
21
menterjemahkan program ke bahasa mesin dan pada saat merancang. c.
Pada dasarnya perancangan piranti lunak dibuat sebagai komponen yang dapat dirakit ulang.
2.4.2 Pengertian Rekayasa Piranti Lunak Menurut Pressman (2001, p20) rekayasa piranti lunak adalah penerapan dan pemakaian prinsip rekayasa dalam rangka mendapatkan piranti lunak ekonomis yang terpercaya dan bekerja secara efisien pada mesin komputer. Rekayasa piranti lunak mencakup tiga elemen yang mampu mengontrol proses perkembangan piranti lunak, yaitu : a. Metode Metode merupakan cara-cara teknis membangun piranti lunak yang terdiri dari perancangan proyek dan estimasi, analisis kebutuhan sistem dan piranti lunak, perancangan struktur data, arsitektur program, prosedur algoritma, pengkodean, pengujian dan pemrograman. b. Alat-alat bantu Alat-alat bantu menyediakan dukungan otomatis atau semi otomatis untuk metode-metode seperti Computer Aided Software Engineering (CASE) yang mengkombinasikan piranti lunak dan piranti keras dan software engineering
database (tempat penyimpanan yang mengandung informasi yang penting tentang analisis, perancangan, pembuatan program, dan pengujian) untuk pengembangan
piranti
lunak
Design/Engineering (CAD/E).
yang
sejalan
dengan
Computer
Aided
22
c. Prosedur-prosedur Prosedur-prosedur untuk menghubungkan alat-alat bantu dengan metode. Tujuan dari prosedur yaitu untuk mendapatkan piranti lunak yang efisien, berguna dan ekonomis. 2.4.3 Daur Hidup Pengembangan Piranti Lunak Penulis menggunakan metode The Classic Life Cycle atau metode yang biasanya disebut Waterfall Model (Model Air Terjun) dalam perancangan aplikasi ini.
Gambar 2.1 Waterfall Model Menurut Turban, Rainer, dan Potter (2001, p477-486), SDLC adalah kerangka terstruktur yang terdiri dari beberapa proses yang berurutan yang diperlukan untuk membangun
suatu
sistem
informasi.
Pendekatan
waterfall
menggambarkan SDLC. Tahap-tahap SDLC adalah sebagai berikut :
digunakan
untuk
23
1.
Systems Investigation Pembelajaran terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi adalah tahap terpenting pada tahap ini dalam suatu perusahaan. Dengan pembelajaran yang benar maka suatu perusahaan dapat terhindar dari kesalahan yang dapat meningkatkan jumlah pengeluaran perusahaan. Pembelajaran tersebut menentukan kemungkinan adanya keuntungan dari proyek pengembangan sistem yang diajukan dan menilai proyek tersebut secara teknik, biaya, dan sifat.
2.
Systems Analysis Tahap ini menganalisis masalah bisnis yang perlu diselesaikan oleh
perusahaan.
mengidentifikasikan
Tahap
ini
penyebab,
mendefinisikan
masalah
menspesifikasikan
solusi,
mengidentifikasi informasi-informasi yang diperlukan.
bisnis, serta
Tujuan utama
dari tahap ini adalah untuk menggabungkan informasi mengenai sistem yang ada dan menentukan kebutuhan dari sistem yang baru. Beberapa hal yang dihasilkan dari tahap analisis adalah :
•
Kelebihan dan kekurangan dari sistem yang telah ada.
•
Fungsi-fungsi yang diperlukan oleh sistem yang baru untuk menyelesaikan permasalahan.
• 3.
Kebutuhan informasi mengenai pengguna untuk sistem yang baru.
Systems Design Tahap ini menjelaskan bagaimana suatu sistem akan bekerja. Yang dihasilkan oleh desain sistem adalah sebagai berikut :
24
•
Output, input, dan user interface dari sistem.
•
Hardware, software, database, telekomunikasi, personel, dan prosedur.
• 4.
Penjelasan mengenai bagaimana komponen terintegrasi
Programming Tahap ini mencakup penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bahasa komputer.
5.
Testing Tahap ini dipergunakan untuk memeriksa apakah pemrograman telah menghasilkan output yang diinginkan dan diharapkan atas situasi tertentu.
Testing didesain untuk mendeteksi adanya error di dalam
coding. 6.
Implementation Implementation adalah proses perubahan dari penggunaan sistem lama ke sistem yang baru. Ada empat strategi yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan dalam menghadapi perubahan, yaitu :
•
Parallel conversion
: perusahaan akan menerapkan kedua
sistem, yang lama dan yang baru, secara simultan dalam periode waktu tertentu.
•
Direct conversion
:
sistem
yang
baru
akan
diterapkan dan yang lama akan langsung didisfungsikan.
langsung
25
•
Pilot conversion
: sistem yang baru akan digunakan dalam
satu bagian dari organisasi. Apabila sistem baru tersebut berhasil maka akan digunakan pada bagian lain dari organisasi.
•
Phased conversion
: sistem akan digunakan secara bertahap,
per komponen atau modul. Satu persatu modul akan dicoba dan dinilai, bila satu modul berhasil maka modul lain akan digunakan sampai seluruh sistem bekerja dengan baik. 7.
Operation and Maintenance Setelah tahap konversi berhasil maka sistem baru akan dioperasikan dalam suatu periode waktu. Ada beberapa tahap dalam
maintenance atau pemeliharaan, yaitu : •
Debugging the program: proses yang berlangsung selama sistem berjalan.
•
Terus memperbaharui sistem untuk mengakomodasi perubahan dalam situasi bisnis.
•
Menambah fungsi atau feature baru ke dalam sistem.
Rekayasa Perangkat lunak dapat diaplikasikan ke berbagai situasi di mana serangkaian langkah prosedural (seperti algoritma) telah didefinisikan (pengecualianpengecualian yang dapat dicatat pada aturan ini adalah sistem pakar dan perangkat lunak jaringan syaraf kecerdasan buatan). Kandungan (content) informasi dan determinasi merupakan faktor terpenting dalam menentukan sifat aplikasi perangkat lunak. Content mengarah kepada arti dan bentuk dari informasi yang masuk dan yang keluar.
26
Pemrosesan informasi bisnis merupakan area aplikasi perangkat lunak yang paling luas. Aplikasi dalam area ini menyusun kembali struktur data yang ada dengan suatu cara tertentu untuk memperlancar operasi bisnis atau pengambilan keputusan manajemen. Banyak perangkat lunak sistem (misal compiler, editor, dan utilitas pengatur file) memproses stuktur-struktur informasi yang lengkap namun tetap. Aplikasi-aplikasi sistem yang lain (komponen sistem operasi, driver, prosesor telekomunikasi) memproses secara luas data yang bersifat tetap. Di dalam setiap kasus tersebut, area perangkat lunak sistem ditandai dengan eratnya interaksi dengan perangkat keras komputer, penggunaan oleh banyak pemakai dan struktur-struktur data yang kompleks. Selanjutnya, ada empat tahapan dalam daur hidup perangkat lunak, yaitu : a. Inception (kelahiran) Tahapan dimana benih pemikiran membangun sistem mulai diterima, minimal secara internal organisasi. b. Elaboration (perluasan dari rencana semula) Tahapan yang menghasilkan visi mengenai produk dan arsitektunya. Tahapan ini juga menghasilkan sistem requirements berupa pernyataaan sederhana mengenai visi, bahkan sampai pada kriteria evaluasi untuk tiap perilaku fungsional maupun non-fungsional, sehingga masing-masing dapat menjadi “basis” untuk pengetesan. c. Construction (pembangunan) Pada tahapan ini software dibangun, diuji, diperbaiki dan disempurnakan d. Transition (peralihan) Dalam tahapan ini software diserahkan kepada komunitas user.
27
2.5
Basis Data (Database) Menurut Farthansyah (2004,p7), Basis Data merupakan salah satu komponen
dari Sistem Basis Data dan terdiri atas 3 hal yaitu kumpulan data yang terorganisir, relasi antar data dan objektifnya. Ada banyak pilihan dalam mengorganisasi data dan ada banyak pertimbangan dalam membentuk relasi antar data, namun pada akhirnya yang terpenting adalah objek utama yang harus selalu kita ingat yaitu kecepatan dan kemudahan berinteraksi dengan data yang dikelola/diolah. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa Basis Data hanya merupakan satu komponen dari Sistem Basis Data, jadi masih ada komponen lainnya yaitu perangkat keras, perangkat lunak serta pemakai. Ketiga komponen ini saling ketergantungan. Basis Data tidak
mungkin
dapat
dioperasikan
tanpa
adanya
perangkat
lunak
yang
mengorganisasikannya. Begitupun pemakai tidak dapat berinteraksi dengan basis data tanpa melalui perangkat lunak yang sesuai.
2.6
UML (Unified Modeling Laguange)
2.6.1 Pengertian UML UML adalah suatu bahasa pemodelan standar untuk menulis rancangan software. UML dapat digunakan untuk visualisasi, spesifikasi, konstruksi dan dokumentasi suatu software yang intensif dari suatu sistem. UML memungkinkan pembangunan sistem untuk membuat rencana yang memungkinkan untuk dimengerti dan berkomunikasi dengan yang lain. Komunikasi dalam hal pandangan adalah yang paling penting di dalam pembangunan sistem. Sistem analis akan mencoba untuk memperkirakan kebutuhan dari client mereka, membuat analisis permintaan di beberapa notasi yang
28
dapat dimengerti oleh analis (namun tidak selalu dimengerti oleh client), memberikan hasil analisa tersebut kepada programmer atau kelompok programmer, dan berharap produk terakhir adalah sistem yang diinginkan oleh client. Dan dengan adanya UML, masalah-masalah di atas dapat diatasi. UML adalah bahasa standar untuk mebuat cetak biru dari piranti lunak. UML dapat
digunakan
untuk
visualisasi
dan
menentukan,
membangun
serta
mendokumentasikan hasil kerja dari sistem yang dirancang untuk piranti lunak.(Booch, Rumbaugh, dan Jacobson, 1998, p13). UML memiliki tiga unsur utama, yaitu : a. Blok-blok bangunan, terdiri dari tiga jenis, yaitu Things, Relationship dan
Diagrams. b. Aturan yang mengatur bagaimana bok-blok itu dihubungkan. c.
Mekanisme yang dapat digunakan. Untuk memahami UML, perlu diketahui tiga karakteristik penting dari UML,
yaitu :
a. Use case Driven Use case digunakan sebagai awalan untuk membuat perilaku, verifikasi dan validasi arsitektur sistem. Selanjutnya use case digunakan untuk pengetesan sistem dan sebagai alat komunikasi antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pembangunan sistem ini.
b. Architecture centric Arsitektur sistem digunakan sebagai pegangan utama untuk membuat konsep, mengkonstruksi, mengatur (manage) dan menyusun sistem yang sedang dikembangkan.
29
c. Iterative dan Incremental process Iterative berarti proses itu menyangkut pernyataan/keputusan yang dapat dikerjakan secara berkelanjutan. Sedangkan incremental process adalah suatu proses yang melibatkan integrasi terus menerus dan arsitektur sistem untuk menghasilkan pernyataan / keputusan yang diikuti oleh pernyataan/keputusan berikutnya yang lebih baik dari sebelumnya.
Iterative
dan
incremental
process
adalah
risk
driven,
artinya
pernyataan/keputusan yang baru difokuskan untuk mengatasi atau mengurangi risiko yang paling besar untuk suksesnya sistem yang dibangun.
2.6.2 Diagram-diagram UML UML memiliki beberapa diagram yang digunakan untuk menggambarkan suatu sistem. Tujuan pembuatan diagram ini adalah agar sistem mudah dimengerti oleh semua pihak, baik yang teknis maupun non teknis. Berikut diagram dalam UML: a. Class Diagram, menggambarkan hubungan antar objek. b. Object Diagram, adalah objek dan hubungan sebagai pencerminan dari prototipe. c. Component Diagram, adalah komponen dan hubungan yang mengilustrasikan implementasi sistem. d. Deployment Diagram, konfigurasi waktu kerja dari node dan objek yang memiliki node. e. Use case Diagram. Diagram ini digunakan untuk mengorganisasikan use case dan behaviour (sifat). f. Sequence Diagram. Diagram ini menggambarkan waktu urutan message dan object lifeline.
30
g. Collaboration Diagram, menggambarkan waktu urutan message dan organisasi objek dalam interaksi. h. Activity Diagram, menggambarkan arus kerja dari aktivitas, difokuskan pada operasi yang dilewatkan antar objek. i. Statechart Diagram. Merupakan diagram yang menggambarkan life cycle dari objek sebagai perubahan dari satu state ke state lain, dibangkitkan oleh message.
2.7
Interaksi Manusia dan Komputer Saat ini kebanyakan orang menggunakan suatu sistem atau program yang
interaktif, karena itu penggunaan komputer telah berkembang pesat sebagai suatu program yang interaktif yang membuat orang tertarik untuk menggunakannya. Program yang interaktif itu perlu dirancang dengan baik sehingga pengguna dapat merasa puas dan juga dapat ikut berinteraksi dengan baik dalam menggunakannya. Tujuan rekayasa sistem interaksi manusia dan komputer (Shneiderman, 2003, pp9-14) adalah : a. Fungsionalitas yang sesuai Sistem dengan fungsionalitas yang kurang memadai mengecewakan pemakai dan sering ditolak atau tidak digunakan. Sedangkan sistem denganfungsionalitas yang berlebihan berbahaya dalam implementasi, pemeliharaan, proses belajar dan penggunaan yang sulit. b. Kehandalan, Ketersediaan, Keamanan dan Integritas data Kehandalan berfungsi seperti yang diinginkan, tampilan akurat. Ketersediaan berarti siap ketika hendak digunakan dan jarang mengalami masalah. Keamanan berarti terlindung dari dari akses yang tidak
31
diinginkan dan kerusakan yang disengaja. Integritas data adalah keutuhan data yang terjamin, tidak mudah dirusak atau diubah oleh orang tidak berhak. c. Standarisasi, Integrasi, Konsistensi dan Portabilitas Standarisasi adalah keseragaman sifat-sifat antar muka pemakai pada aplikasi yang berebeda. Integrasi adalah kesatuan dari berbagai paket aplikasi dan peralatan perangkat lunak. Konsistensi adalah keseragaman dalam satu program aplikasi, seperti urutan perintah, istilah, satuan, warna, tipografi. Portabilitas berarti dimungkinkannya data dikonversi dan dipindahkan, dan dimungkinkannya antar muka pemakai dipakai di berbagai lingkungan perangkat lunak dan perangkat keras. d. Penjadwalan dan anggaran Perencanaan yang hati-hati dan manajemen yang berani diperlukan karena adanya persaingan dengan vendor lain sehingga proyek harus sesuai jadwal dan anggaran, sistem yang perlu tepat pada waktunya (real
time), serta murah agar dapat diterima. Suatu program yang interaktif dan baik harus bersifat user friendly. Shneiderman (1998, p15) menjelaskan 5 kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu program yang user
friendly yaitu : 1. Waktu untuk belajar tidak lama (Time to learn) Berapa lama waktu yang dibutuhkan user untuk mempelajari penggunaan perintah (command) yang relevan untuk rangkaian tugas (tasks).
32
2. Kecepatan penyajian informasi yang cepat (Speed of performance) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. 3. Tingkat kesalahan pengguna yang rendah (Rate of errors by users) Berapa banyak kesalahan (error) dan kesalahan apa saja yang dilakukan oleh orang dalam menyelesaikan tugas? Walaupun waktu untuk membuat dan memperbaiki kesalahan tidak sesuai dengan Speed of performance,
error handling adalah salah satu komponen yang penting (critical) dari penggunaan sistem. 4. Pengingatan melewati jangka waktu (Retention over time) Perancangan yang dibuat dalam suatu sistem yang bisa diingat penggunaannya, fungsi, dan manfaatnya dalam jangka waktu yang lama. 5. Kepuasan pribadi (Subjective satisfaction) Ketertarikan dari pengguna (user) untuk menggunakan aspek yang bervariasi atau beragam dari sistem. Jawabannya dapat dipastikan dengan melakukan wawancara (interview) atau dengan survey tertulis yang berisikan tingkat kepuasan dan ruang untuk komentar. Suatu program yang interaktif dapat dengan mudah dibuat dan dirancang dengan suatu perangkat bantu pengembang sistem user interface, seperti C# (baca: C Sharp), Visual Basic, Borland Delphi dan sebagainya. Keuntungan penggunaan perangkat bantu untuk mengembangkan user interface menurut Sentosa (1997, p7) yaitu : a. User interface yang dihasilkan lebih baik. b. Program user interface-nya menjadi mudah ditulis dan lebih ekonomis untuk dipelihara.
33
Shneiderman mengemukakan 8 (delapan) aturan yang dapat digunakan sebagai petunjuk dasar yang baik untuk merancang suatu user interface. Delapan aturan ini disebut dengan Eight Golden Rules of Interface Design, yaitu: a. Konsistensi Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.
b. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi, dan fasilitas makro. c. Memberikan umpan balik yang informative Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik. Untuk tindakan yang sering dilakukan dan tidak terlalu penting, dapat diberikan umpan balik yang sederhana. Tetapi ketika tindakan merupakan hal yang penting, maka umpan balik sebaiknya lebih substansial. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada waktu input data atau muncul pesan kesalahannya. d. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan Urutan tindakan sebaiknya diorganisir dalam suatu kelompok dengan bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif akan meberikan indikasi bahwa cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan berikutnya. e. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
34
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sedehana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan. f. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk mengekplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan. g. Mendukung tempat pengendali internal (internal locus of control) Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem mengontrol pengguna. Sebaiknya sistem dirancang sedemikan rupa sehingga pengguna menjadi inisiator daripada responden. h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu pelatihan untuk kode, mnemonic, dan urutan tindakan.