1
BAB 1 TINJAUAN UMUM PENELITIAN Oleh Iin Indarti, SE, MSi
A. Motivasi dan Tujuan Penelitian Penelitian: Merupakan suatu kegiatan yang dimulai dengan pengamatan terhadap fakta yang menarik perhatian dan menimbulkan pertanyaanpertanyaan
Kegiatan penelitian dimulai pada saat seseorang tertarik
pada
lingkungannya. fakta/fenomena
sesuatu
yang
Perhatian serta
didorong
ada
di
terhadap
sekitar suatu
keinginan untuk
mengetahui jawaban dari sebuah fenomena yang ada lebih mendalam, yang nantinya akan menimbulkan berbagai pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan disertai dengan keinginan untuk menemukan suatu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari dalam dirinya, sehingga suatu riset dimulai dari dirinya dengan mengangkat APA, serta dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan MENGAPA yang menjadikan motivasi seorang peneliti, setelah itu SIAPA yang akan menggunakan serta BAGAIMANA aplikasinya dalam praktek. Jadi dapat disimpulkan sesuai yang diungkapkan oleh Indriantoro dan Supomo (2002:2) bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan yang dimulai dengan pengamatan terhadap fakta yang menarik perhatian dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Tapi kegiatan penelitian tidak hanya menemukan pertanyaan-pertanyaan, karena pertanyaan ini akan
2 mendorong seseorang untuk terus mencari jawaban berdasarkan ilmu yang dimiliki atau dapat dikatakan untuk memecahkan suatu masalah. Sehingga tujuan penelitian menurut Indriantoro Tujuan Penelitian: Utuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah
dan Supomo (2002:2) adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab pertanyaan atau memecahkan
masalah.
Definisi
senada
juga
disampaikan oleh Buckley et al dalam Indriantoro dan Supomo
(2002:3),
didefinisikan
sabagai
bahwa
penelitian
dapat
suatu
penyelidikan
yang
sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, jadi dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan pengetahuan. Tujuan penelitian juga dinyatakan oleh Sekaran (2006:7), bahwa penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Lebih jelasnya, sebenarnya tujuan penelitian adalah langkahlangkah untuk mengetahui: Tujuan Penelitian Bisnis: Merupakan tujuan yang bersifat jangka panjang karena tidak langsung berhubungan dengan pemecahan masalahmasalah praktis
1. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. 2. Berhubungan erat dengan rumusan masalah yang ditulis (terdapat dalam tujuan umum dan tujuan khusus). 3. Jawaban rumusan masalah dan tujuan penelitian harus
nampak
pada
bagian
kesimpulan
penelitian, contoh seperti pada tabel 1.1
3 Tujuan pertama dalam penelitian bisnis merupakan tujuan yang bersifat jangka panjang karena tidak Motivasi Penelitian Bisnis: Penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia Penelitian merupakan kegiatan yang didorong oleh keinginan reaktif manusia untuk menjawab pertanyaan
langsung berhubungan dengan pemecahan masalahmasalah praktis, lain dengan tujuan jangka pendek yang lebih menekankan pada usaha pemecahan masalah praktis yang digunakan untuk pertimbangan dalam pembuatan keputusan bisnis. Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka motivasi untuk melakukan penelitian dapat dibedakan menjadi : 1. Penelitian merupakan refleksi dari keinginan manusia
dalam
proaktif
manusia
untuk
meningkatkan pengetahuannnya mengenai suatu hal. 2. Penelitian merupakan kegiatan yang didorong oleh keinginan
reaktif
manusia
untuk
menjawab
pertanyaan atau memecahkan masalah dalam kehidupan (Indriantoro dan Supomo, 2002:3). Tabel 1.1 Contoh Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Bagaimanakah
Tujuan
pemahaman Mengetahui
mahasiswa (ambil skripsi) tentang mahasiswa
pemahaman (ambil
skripsi)
metodologi penelitian ?
tentang metodologi penelitian
Apakah terdapat pengaruh beasiswa
Mengetahui
terhadap peningkatan IP mahasiswa
pemberian beasiswa terhadap
di STIE Widya Manggala?
peningkatan IP mahasiswa di
pengaruh
4 STIE Widya Manggala Adakah
pengaruh
kepemimpinan
terhadap
gaya kinerja
pegawai ?
Mengetahui
pengaruh
gaya
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai.
Apakah terdapat perbadaan volume Mengetahui perbedaan volume dan harga saham sebelum dan setelah dan harga saham sebelum dan stock Split?
setelah stock split
Lain halnya menurut Jogiyanto (2004:23) tujuan riset adalah apa yang ingin dicapai dengan melakukan penelitiannya, secara umum dapat juga untuk mencapai sasaran penelitian dari isu riset yang terdiri dari: 1.
Sasaran Penelitian: Memecahkan masalah, menangkap opportunity, memverifikasi fenomena dengan teori yang ada.
Memecahkan
masalah,
berhubungan
dengan
cantoh
isu
yang
permasalahan
yang
berdasarkan hasil penelitian akan diperbaiki untuk mencapai kesempatan yang akan dicapai: Contoh : a. Penerapan reward kehadiran dalam rangka peningkatan kinerja karyawan. b. Balanced
Score
Card
sebagai
alternatif
penilaian kinerja perusahaan. c. Penerapan Just in Time dalam rangka penentuan harga pokok produk. d. Activity Based Costing sebagai dasar penentuan tarif Rumah Sakit / Hotel X. e. Rasio Keuangan Daerah sebagai Alat Penilaian Kinerja APBD di daerah Y.
5 2.
Menangkap opportunity
3.
Memferifikasi Fenomena dengan teori yang ada dan
menemukan
teori
yang
baru.
Contoh
pengujian suatu teori : a. Pengaruh harga dan volume saham pada perusahaan yang melakukan Stock Split. b. Pengaruh Cash Flow dan Laba perusahaan terhadap Kebijakan Pembagian Deviden. c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan X. Selain itu penelitian dapat juga menemukan sebuah teori baru : a. Pengaruh Right Issue disekitar terpilihnya Presiden OBAMA. b. Pengaruh Pembagian Deviden sekitar peristiwa 27 Juli 1996 Hal yang paling utama dalam melakukan penelitian adalah isu riset, karena sistematika dijalankannya sebuah penelitian tergantung dari isu yang diangkat dan harus memperoleh penyelesaiannya baik melalui pelaksanaan hasil penelitian, penemuan kesempatan baru, ataupun untuk menemukan sebuah teori.
6
B.
Karakteristik Penelitian
PENGEMBANGAN PENGETAHUAN
TUJUAN PENELITIAN
KARATERISTIK PENELITIAN
Karateristik Penelitian
PEMECAHAN MASALAH
METODE-METODE PENELITIAN
HUBUNGAN PENELITIAN & ILMU
Sumber : Indriantoro dan Supomo (2002:4) Gambar 1.1 Bagan Karakteristik Penelitian
Berdasarkan
gambar
di
atas,
tujuan
penelitian
merupakan salah satu dari tiga karakteristik penelitian yang dikemukakan oleh Murdick (Indriantoro dan Supomo, 2002:3) Karakteristik Penelitian dibagi 3,yaitu : 1. Tujuan penelitian berdasarkan Indriantoro dan Supomo (2002:3), dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Untuk mengembangkan pengetahuan. Pengembangan
pengetahuan
dalam
penelitian
bisnis merupakan tujuan jangka panjang, yaitu tujuan yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahn yang harus dipecahkan atau dijawab dalam sebuah penelitian.
7 b. Untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Tujuan yang kedua ini berkaitan dengan keputusan jangka
pendek
yang
harus
diambil
dalam
pemecahan masalah yang ada. 2. Metode-Metode Penelitian Berdasarkan definisi penelitian yang merupakan usaha penyelidikan yang sistematis dan teroganisir. Sistematis dan terorganisasi merupakan cara-cara yang diatur dengan baik (metode-metode) untuk mencapai tujuan penelitian. Metodologi penelitian berisi mengenai ketentuan-ketentuan tentang metode yang berguna dalam penelitian. 3. Penelitian dan Ilmu Penelitian pengetahuan.
adalah Ilmu
kegiatan sendiri
mengembangkan merupakan
bagian
pengetahuan yang memiliki kriteria-ktiteria. Sehingga, penelitian memiliki hubungan yang erat dengan ilmu. Penelitian merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang dikenal dengan metode ilmiah.
C.
Metode Ilmiah Metode penelitian menurut Jogiyanto (2002:4)
Metode Penelitian: Merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan. Indriantoro dan Supomo (2002: 4) juga menjelaskan hal yang serupa, bahwa penelitian terkait dengan pengembangan
8 ilmu. Dalam metode ilmiah, disamping aspek motivasi, tujuan dan definisi penelitian, dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai hakekat penelitian. Metode ilmiah merupakan prosedur atau cara-cara tertentu yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu. Pengetahuan tidak semuanya ilmu, karena ilmu merupakan pengatahuan yang memiliki kriteria tetentu. Cara untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian filsafati dikenal dengan istilah epistemologi (filsafat pengetahuan). Metode
ilmiah
dengan
demikian
adalah
epistemologi ilmu yang mengkaji sumber-sumber untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Fokus pembahasan metode ilmiah disini diarahkan untuk memahami hakekat penelitian sebagai operasionalisasi dari
prosedur-prosedur
tertentu
memperoleh
pengetahuan ilmiah. Dalam pembahasan metode ilmiah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Karakteristik ilmu Dalam Pembahasan Metode Ilmiah Karakteristik Ilmu Perlu Diperhatikan
Seseorang dalam bersikap dan bertindak diperlukan proses melihat, mendengar, merasa, dan berpikir. Ketiga proses tersebut merupakan dasar dari suatu pengetahuan. Indriantoro dan Supomo (2002: 5) mengemukakan
jika
ilmu
adalah
bagian
dari
pengetahuan yang memberikan penjelasan mengenai fakta atau fenomena alam (fakta yang benar atau pada umumnya dinilai benar). Pengetahuan yang terkandung
9 dalam ilmu dinilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab masalah-masalah dalam kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan
sebagai yang
sumber memiliki
kebenaran kriteria
adalah tertentu.
Kriterianya pengetahuan yang dapat dikategorikan sebagai ilmu, jika memiliki kriteria yang rasional dan teruji. Pengetahuan yang rasional merupakan suatu pengetahuan yang dirancang menggunakan pola pikir yang logis atau masuk akal. Pengetahuan rasional sering disebut juga pengetahuan yang menggunakan penalaran. Adanya unsur logika atau penalaran tersebut maka dalam pengetahuan rasional dalam mengambil kesimpulan menggunakan logika atau penalaran. Ilmu dijadikan sumber
kebenaran dalam
memecahkan permasalahan dalam kehidupan. Namun kebenaran ilmu tidaklah mutlak, akan tetapi bersifat relatif. Hal ini, tergantung pola pikir yang digunakan ilmu untuk menyusun pengetahuannya. Pengetahuan yang berdasarkan logika bisa saja benar untuk logika tertentu namun belum tentu benar pada logika yang lainnya. Pengetahuan yang teruji adalah pengetahuan yang disusun berdasarkan fakta. Fakta didapat dari kejadian-kejadian atau pengalaman yang dialami oleh manusia. Kriteria ilmu dengan demikian, merupakan pengetahuan yang diperoleh secara empiris atau
10 pengalaman hidup manusia. Pengetahuan yang teuji secara empiris memberikan batasan pada ilmu sebagai pengetahuan yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Kedua kriteria tersebut merupakan dasar utama untuk menentukan kesahihan (validitas) dan keandalan ilmu sebagai sumber kebenaran. Pasalnya, ilmu harus disusun dari penalaran yang di dukung oleh fakta empiris. Pengetahuan hanya berdasarkan penalaran saja tanpa adanya fakta empiris, menjadikan ilmu sebagai sumber yang kurang valid dan kurang andal. Hal itu menjadikan pengetahuan kurang memadai dalam menjelaskan dan memprediksi fakta, untuk itu fungsi utama ilmu adalah memberikan penjelasan tentang fakta atau fenomena alam secara rasional yang di dukung oleh fakta atau fenomena yang dijelaskan. 2. Rasiaonalisme dan Empirisme Rasionalisme Dan Empirisme Perlu Diperhatikan Dalam Pembahasan Metode Ilmiah
Metodologi Penelitian yaitu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu
dilandasi oleh metode keilmuan (gabungan
antara pendekatan rasional dan empiris). Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren dan logis. Pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Cara ilmiah: – Data obyektif yang sama.
: Semua orang memberi penafsiran
11 – Data valid
: Ada ketepatan antara penelitian dan
sesungguhnya. – Data reliable
: Data konsisten sepanjang waktu.
METODE ? PENELITIAN ? METODE PENELITIAN PADA DASARNYA MERUPAKAN
CARA
MENDAPATKAN
ILMIAH
INFORMASI
UNTUK DENGAN
TUJUAN DAN KEGUNAAN TERTENTU CARA ILMIAH DIDASARKAN PADA CIRI-CIRI KEILMUAN: –
RASIONAL
–
EMPIRIS
–
SISTEMATIS
Ciri – Ciri Keilmuwan a. Empirisisme: Observasi/ pengamatan dan proposisi berdasar pada pengalaman dengan menggunakan metoda inductive logic, termasuk matematik dan statistik. Empiris berusaha mendiskripsi, menjelaskan, dan memprediksi informasi faktual yang diperoleh melalui observasi b. Rasionalisme: Sumber utama pengetahuan adalah penalaran (reasoning dan judgment). Pengetahuan dideduksi dari kebenaran dan hukum alam. Karena hukum alam mengatur semesta secara logik. c. Sistematis : Sesuai prosedur tertentu/ terstruktur, tidak ruwet, dan terorganisasi berdasar satu atau lebih teori sentral dan sejumlah prinsip umum
12 Pengembangan Ilmu 3. Dan Penelitian Perlu Diperhatikan Dalam Pembahasan Ilmiah
Pengembangan Ilmu dan Penelitian Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional dan teruji yang menjelaskan (dan memprediksi) fenomenafenomena alam. Penjelasan atau keterangan mengenai fenomena alam disebut teori. Ilmu yang demikian merupakan
pengetahuan
teoritis
yang
memberi
penjelasan atau keterangan mengenai fenomenafenomena alam. Aspek utama dalam proses pengembangan ilmu, yaitu : 1. Penyusunan konstruksi. 2. Pengujian,
verifikasi
atau
evaluasi
terhadap
kontruksi teori Kedua aspek tersebut saling berhubungan satu sama lain, pasalnya proses pengembangan ilmu berdasarkan pada konstruk teori yang disusun secara bertahap melalui proses pengujian atau verifikasi. Fakta dalam kehidupan alam, tidak bersifat stastis melainkan dinamis yaitu berubah sesuai dengan berjalannya
waktu. Ilmu,
yang demikian selalu
dikembangakan sesuai dengan perubahan-perubahan pada fenomena alam yang dijelaskannya. Ilmu yang tidak dikembangkan akan menjadi pengetahuan teoritis yang tidak sesuai dengan fakta yang mengalami perubahan. Kemungkinan yang terjadi, ilmu yang tidak dikembangkan akan menjadi teori yang usang yang tidak relevan lagi, sehinga teori tersebut ditinggalkan oleh penggunanya (manusia).
13 Untuk itu perlu adanya evaluasi terhadap ilmu, apakah ilmu tersebut
masih relevankah dengan
fenomena yang telah berubah, adalah salah satu cara untuk menjaga kebenaran suatu pengetahuan. Caranya adalah dengan rekontruksi teori, ini merupakan proses pengembangan ilmu yang meliputi penyusunan dan pengujian terhadap konstruksi teori secara operasional dilakukan melalui penelitian-penelitian. Pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan menguji kesesuaian antar
teori-teori
yang
ada
dengan
fakta
yang
dijelaskannya. Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan jika penelitian
adalah
pengembangan
operasionalisasi
ilmu.
Penelitian
dari
proses
sebelumnya,
hendaknya diperbaiki oleh hasil penelitian-penelitian baru. Sehingga ada jalinan yang erat antara penelitian dengan
ilmu.
berkelanjutan
Penelitian memberikan
secara
bertahap
kontribusi
dan
terhadap
pengembangan ilmu melalui penyusunan pengujian kontruksi teori.
D.
Proses Penelitian Penelitian
Proses Penelitian: Penelitian merupakan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan menjawab suatu masalah
merupakan
proses
untuk
mengembangkan pengetahuan dan menjawab suatu masalah memerlukan beberapa persyaratan. Indriantoro dan Supomo (2002:8) mengemukakan persyaratan – persyaratan tersebut, antara lain sebagai berikut:
14 1. Merupakan
penyelidikan
sistematis
terhadap
masalah tertentu. 2. Menggunakan metode ilmiah. 3. Mengumpulkan bukti yang cukup dan representatif sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. 4. Menggunakan penalaran logis dan tidak memihak (bias) dalam menarik kesimpulan. Untuk lebih jelas mengenai alur proses penelitian, perhatikan gambar 2.1 berikut ini:
Masalah / Pertanyaan Penelitian
Hipotesis
Kerangka Teoretis
Hasil
Pengujian Fakta
Kesimpulan
Sumber: Indriantoro dan Supomo (2002 : 9) Gambar 1.2 Bagan Proses Penelitian
15 Penjelasan mengenai gambar bagan di atas : 1. Masalah Penelitian Penelitian dapat dikaji sebagai proses yang mencakup penemuan masalah (Problem finding) dan pemecahan masalah (problem solving). Tahap yang paling sulit dan krusial dalam penelitian adalah tahap penemuan masalah, pasalnya tujuan utama Masalah Penelitian
penelitian
adalah
menjawab
masalah
penelitian, jadi suatu penelitian menjadi kurang baik jika perumusan masalah kurang jelas. Proses penemuan masalah mencakup tahap-tahap antara lain : identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau penentuan pokok masalah dan perumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Rumusan permasalahan atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi
pelaksanaan
tahap
selanjutnya
dalam proses penelitian. Konsep-konsep teoretis yang telaah harus relevan dengan rumusan masalah yang diteliti. Rumusan masalah juga menjadi pertimbangan
dalam
memilih
metode-metode
pengujian fakta. Proses tersebut disebut juga dengan
strategi
penelitian,sehingga
strategi
penelitian adalah pendekatan yang digunakan peneliti untuk menjawab masalah penelitian. 2. Kerangka Teoretis Sebutan lain kerangka teoretis antara lain Kerangka Teoretis
kajian teoretis, telaah teoretis, atau landasan teoretis adalah tahap dalam proses penelitian yang
16 bertujuan untuk menyususn kerangka teoretis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan
penelitian.
Dalam
tahap
tersebut
diperlukan teori-teori untuk menjelaskan fakta yang diteliti, jika menginkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber-sumber kebenaran. Pada tahap kerangka teoretis merupakan bagian prises penelitian yang memberikan jawaban masalah penelitian secara rasional atau berdasarkan penalaran. Dalam metode ilmiah kerangka teoretis adalah tahap penelitian yang menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan rasional. Proses pada tahap ini memerlukan elaborasi pengetahuan-pengetahuan teoretis yang relevan dengan masalah penelitian. Teori-teori yang dikaji berasal dari literatur, diantaranya adalah berupa hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Jawaban masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian dari proses kerangka teoretis merupakan dugaan-dugaan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang disebut hipotesis yang perlu diuji kebenarannya. Proses penelitian yang mengembangkan hipotesis melalui kerangka teoretis merupakan tipe penelitian yang bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis (hypotheses testing). Pengujian teori atau hipotesis yang menggunakan fakta ini merupakan proses pengembangan teori atau limu yang menggunakan
pendekatan
deduktif.
Tipe
17 penelitian
ini
menggunakan
hipotesis
untuk
pedoman atau arahan sebagai menentukan metodemetode penelitian yang digunakan dalam pengujian fakta. Penelitian, semacam ini banyak dibahas dalam buku-buku metodelogi penelitian yang dikenal dengan pendekatan hypotetico-deductive. 3. Pengujian Fakta Pengujian
fakta
atau
pengujian
data
merupakan tahap dalam proses penelitian yang secara garis besar terdiri atas proses: pemilihan, pengumpulan dan analisis fakta yang terkait Pengujian Fakta
dengan
masalah
sekumpulan
yang
fakta
diteliti.
yang
Data
diperoleh
adalah melalui
pengamatan (observasi) langsung atau survei. Pengujian fakta pada dasarnya bertujuan untuk memilih, mengumpulkan dan menganalisis data, yang hasilnya digunakan sebagai dasar (bukti) yang cukup mewakili atau representatif untuk menyusun kesimpula penelitian. Kajian proses pengujian data atau
fakta
tersebut
disebut
dengan
desain
penelitian/ desain riset, yaitu prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data secara keseluruhan. Pemilihan data adalah bagian dari proses pengujian fakta atau data yang berkaitan dengan Pemilihan Data
penentuan jumlah dan jenis data yang diteliti. Penelitian pada hakekatnya menggunakan seluruh data yang ada (populasi) namun karena berbagai
18 hal, penelitian dapat menggunakan sebagian data (sampel). Beberapa alasan dan teknik yang dapat digunakan oleh peneliti dalam pemilihan sampel. Karakteristik sampel yang dipilih untuk di uji harus representatif dengan karakteristik populasi yang diwakilinya. Pengumpulan data, bagian dari proses Pengumpulan Data
pengujian data yang berkaitan dengan sumber dan cara untuk memperoleh data penelitian. Banyak metode yang dapat digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data, namun secara garis besarnya antara lain adalah observasi dan survei. Analisis Data, merupakan bagian proses pengujian data yang hasilnya digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian.
Untuk
mendapatkan
hasil
yang
menyakinkan, secara umum peneliti menggunakan teknik statistik untuk menganalisis data penelitian. Pemilihan teknik statistik ini disesuaikan dengan konteks jawaban atau pemecahan masalah yang diinginkan dalam penelitian. Rentetan hasil proses pengujian fakta ini, dimaksudkan untuk menguji hipotesis dapat juga digunakan
untuk
mengembangkan
hipotesis.
Pengembangan hipotesis melalui pengujian fakta merupakan proses pengembangan ilmu atau teori yang
menggunakan
Pengujian
fakta
pendekatan
adalah
bagian
induktif. dari
proses
19 penelitian yang menguji terpenihinya kriteria pengetahuan yang teruji, hal ini sesuai dengan ketentuan dalam metode ilmiah. 4. Kesimpulan Kesimpulan adalah hasil penelitian yang memberikan umpan balik (feed-back) pada masalah atau pertanyaan penelitian. Sesuai dengan
tujuan
penelitian,
yaitu
mengembangkan ilmu dan pemecahan masalah. Kesimpulan penelitian yang lebih menekankan pada pengembangan ilmu kemungkinan dapat berupa, sebagai berikut: a) Dukungan
atau
penolakan
terhadap
hipotesis penelitian yang dikembangkan dari kerangka teoretis, atau. b) Pengungkapan
fakta
yang
digunakan
sebagai dasar untuk penyusunan teori atau hipotesis. Kesimpulan dari tipe penelitian yang menekankan pada
pemecahan
masalah
berupa
informasi
mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar pembuatan keputusan.
E.
Paradigma Penelitian Penelitian selama ini dikategorikan dalam dua paradigma , yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian
Paradigma Penelitian
kualitatif (Indriyantoro dan Supomo, 2002:70). Ada
20 perbedaan prinsip diantara keduanya. Perbedaan itu juga menyangkut tujuan penelitian. Penelitian kuantitatif memiliki tujuan untuk menguji atau verifikasi sebuah teori, meletakkan teori pada kedudukan deduktif menjadi landasan dalam penemuan dan pemecahan masalah penelitian. Dalam paradigma kuantitatif teori digunakan sebagai landasan pada perumusan masalah, pengembangan hipotesis, pengujian data dan pembuatan kesimpulan. Pada tahap akhir suatu penelitian, yaitu tahap penyimpulan penelitian, teori akan direfleksikan apakah hasil penelitian merupakan dukungan atau penolakan suatu teori. Penelitian kuantitatif biasanya didahului adanya fenomena realita penerapan teori yang tidak konsisten di lapangan. Pada satu bidang atau satu industri mungkin aplikasi suatu teori dapat berbeda dengan aplikasi teori pada bidang/ industri lainnya. Sedemikian pentingnya
teori
dalam
paradigma
penelitian
kuantitatif. Penelitian kualitatif memiliki tujuan yang berbeda dengan paradigma penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menyusun teori, serta memandang teori sebagai hasil proses induksi dari pengamatan terhadap fakta (pengumpulan informasi). Pendekatan Deduktif: Tipe penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori atau pengujian aplikasi teori pada keadaan tertentu
Teori merupakan puncak/hasil penelitian kualitatif yang disusun dari pengumpulan data, kategorisasi data dan pengembangan pola atau susunan (pattern) teori (indriyantoro dan Supomo, 2002:71)
21 Teori dikembangkan berdasar dua aspek yaitu pengujian dan penyusunan konstruksi teori. Aspek tersebut
menciptakan
paradigma
dalam
proses
pengembangan teori, yaitu pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Penelitian deduktif adalah tipe penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori atau pengujian aplikasi teori pada Pendekatan Induktif: Tipe penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta
keadaan tertentu. Pendekatan deduktif merupakan operasionalisasi dari proses
pengembangan teori
dengan penekanan pada pengujian konstruksi teori. Dengan
pendekatan
ini,
maka
penelitian
yang
dilakukan akan digunakan untuk membuktikan apakah sebuah teori dapat konsisten diterapkan pada seting, tempat dan waktu yang berbeda. Pendekatan induktif merupakan tipe penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta. Penelitian induktif merupakan proses
penyusunan
teori
yang
berdasar
pada
pengamatan atas fakta/ fenomena. Dengan pendekatan teori ini, penelitian dilakukan untuk menemukan sebuah konstruksi teori. Pendekatan deduktif dan pendekatan
induktif
masing-masing
merupakan
karakteristik utama dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Untuk lebih jelasnya mengenai dua paradigma tersebut, dapat kita lihat pada gambar 1.3 berikut.
22
Peneliti menguji konstruksi teori
Peneliti menguji hipotesis/pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori
Peneliti mengopersionalisasikan konsep (construct) atau variable – variabel yang diperopleh dari teori
Peneliti menggunakan instrumen untuk mengukur variable dalam teori
Sumber : Indriyantoro dan Supomo (2002:72) Gambar 1.3 Penelitian Deduktif dalam Paradiga kuantitatif
23
Peneliti menyusun konstruksi teori atau membandingkan teori dengan teori lain
Peneliti mencari teori- teori
Peneliti membentuk kategori-kategori
Peneliti menjawab pertanyaan-pertanyaan
Peneliti mengumpulkan Informasi
Sumber : Indriyantoro dan Supomo (2002: 73) Gambar 1.4 Penelitian Induktif dalam Paradigma Kualitatif
Lebih jauh pembahasan cara berpikir deduktif dan induktif, sebagai berikut :
Jawaban atas persoalan dapat ditemukan dengan proses deduksi, induksi atau dengan kombinasi keduanya.
Deduksi adalah proses dimana kita tiba pada suatu kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari
24 sebuah fakta yang diketahui. Misalnya, kita mengetahui bahwa semua orang yang berkinerja tinggi adalah sangat menguasai pekerjaan mereka.
Atau deduksi adalah proses menarik kesimpulan dari analisis logis dari sebuah fakta yang meyakinkan.
Induksi adalah membuat preposisi umum secara logis berdasarkan fakta atas fenomena yang diamati.
F. Kriteria Penelitian Ilmiah Kriteria penelitian ilmiah yang baik antara lain : 1. Menyatakan tujuan secara jelas Penelitian
yang
baik
adalah
penelitian
yang
menyatakan tujuan dengan jelas, pasalnya tujuan merupakan bagian untuk menjawab suatu masalah atau pertanyaan. Untuk itu suatu permasalahan harus dinyatakan secara jelas agar mudah menyatakan tujuan penelitian, proses selanjutnya difokuskan pada usaha untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh peneliti. 2. Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan 8 Hal Yang Merupakan Kriterian Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah menggunakan teori-teori yang baik dan
ketat
sebagai
landasan
untuk
menjawab
permasalahan atau pertanyaan penelitian. Selain itu juga
memerlukan penerapan metode pemilihan,
pengumpulan dan analisis data yang sesuai untuk menjawab masalah yang diteliti.
25 3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari kerangka teoretis atau berdasarkan pengungkapan data Penelitian
ilmiah
dengan
pendekatan
deduktif
mengembangkan hipotesis-hipotesis melalui kerangka teoretis yang harus dapat diuji dengan data yang dikumpulkan.
Sedangkan
pendekatan
induktif
mengembangkan hipotesis melalui pengungkapan data yang diteliti. 4. Memiliki kemampuan untuk diuji ulang (replikasi) Sesuai dalam pembahasan, metode ilmiah dilakukan secara bertahap melalui pengujian-pengujian, hal ini dimaksudkan menilai penelitian untuk dilakukan pengujian
ulang
(direplikasi)
oleh
penelitian-
penelitian berikutnya (replicability). 5. Memilih data dengan presisi dan sehingga hasilnya dipercaya Data yang digunakan dalam penelitian umumnya data sebagian dari populasi (sampel). Untuk itu diperlukan teknik pengambilan sampel sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili semua data populasi. Jadi kesimpulan yang dihasilkan dapat akurat, dapat dipercaya (confidence) dan andal. 6. Menarik kesimpulan secara obyektif Pengumpulan data atau bukti yang cukup dan representatif sebagai dasar untuk menarik kesimpulan dengan menggunakan penalaran logis dan obyektif atau tidak memihak. Obyektivitas merupakan asumsi yang berlaku pada paradigma penelitian kuantitatif.
26 7. Melaporkan hasilnya secara parsimony Pelaporan hasil penelitian sebaiknya dibuat simpel atau parsimony. Penyajian laporan yang sederhana bukan berarti mengurangi penjelasan yang penting atau faktor – faktor yang mempengaruhi masalah tersebut.
Namun
penjelasan
yang
berlebihan
ditakutkan membaurkan masalah dan argumentasi ilmiah yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian. 8. Temuan peneliti dapat digeneralisasi Temuan ilmiah juga diupayakan dapat digeneralisasi, dalam artian bahwa hasil penelitian dapat diterapkan atau diaplikasikan pada lingkup yang lebih luas, pasalanya akan semakin meningkatkan kontribusi dari temuan tersebut terhadap pengembangan teori atau praktek. Hal serupa juga diungkapkan olah Uma Sekaran (1992), mengenai Karakteristik Utama Penelitian Ilmiah : 1. Memiliki tujuan yang jelas, berdasarkan pada permasalahan tepat. 2. Menggunakan landasan teori yang tepat dan metode penelitian yang cermat dan teliti. 3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji. 4. Dapat didukung (diulang) dengan menggunakan risetriset yang lain, sehingga dapat diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya . 5. Memiliki tingkat ketepatan dan kepercayaan yang tinggi
27 6. Bersifat obyektif, artinya kesimpulan yang ditarik harus benar-benar berdasarkan data yang diperoleh dilapangan 7. Dapat digeneralisasikan, artinya hasil penelitian dapat diterapkan pada lingkup yang lebih luas 8. Efisien: kerangka penelitian yang melibatkan sedikit variabel yang dapat menjelaskan suatu kejadian
RINGKASAN Penelitian merupakan ketertarikan seseorang pada sesuatu yang ada di sekitar lingkungannya, mengenai fakta-fakta atau fenomena alam. Perhatian mengenai fakta atau fenomena adalah bagian awal dari penelitian yang nantinya menimbulkan
maslaha
atau
pertanyaan.
Penelitian
merupakan penyelidikan yang sistematis dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 3 faktor karakteristik penelitian yaitu tujuan penelitian, metode-metode penelitian, dan hubungan penelitian denga ilmu. Selain aspek motivasi dan tujuan, dalam penelitian juga membutuhkan aspek metodologi penelitian sebagai pengetahuan yang mengkaji ketentuan yang berlaku dalam metode-metode penelitian. Penelitian berhubungan erat dengan
ilmu,
pasalnya
penelitian
merupakan
operasionalisasi dari metode pengembangan pengetahuan yang disebut ilmu (metode ilmiah)
28 Hubungan peneliti dengan ilmu dapat dikaji dari proses penyusunan dan pengujian kontruksi ilmu. Penelitian adalah proses pengembangan ilmu yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Penyusunan kontruksi ini digunakan untuk menguji konsistensi dengan ilmu-ilmu sebelumnya dan secara komulatif mengembangkannya dari pengujian –pengujian penalaran dengan fakta yang ada. Penelitian secara keseluruhan merupakan proses untuk menemukan masalah dan memecahkan masalah tersebut. Penemuan
masalah
dilakukan
dengan
cara
:
pengidentifikasian permasalahan dan perumusan masalah. Pemecahan masalah mencakup dua dimensi utama yaitu kerangka teoretis dan pengujian fakta. Dua dimensi pengujian tersebut adalah dasar untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Kerangka teoretis dalam penelitian dibagi menjadi dua paradigma, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Paradigma penelitian berpengaruh pada cara pandang peneliti terhadap fakta dan memahami permasalahan, perlakuan terhadap ilmu untuk menjawab masalah-masalah penelitian. Yang membedakan penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah asumsi-asumsi yang mempengaruhi penerapan strategi dan desain penelitian pada masingmasing paradigma penelitian. Aspek utama untuk melihat apakah penelitian ilmiah itu baik adalah melihat dari : (1) Menyatakan tujuan secara jelas (2) Menggunakan landasan teoretis dan metode pengujian data yang relevan (3) Mengembangkan hipotesis
29 yang dapat diuji dari kerangka teoretis atau berdasarkan pengungkapan data (4) Memiliki kemampuan untuk diuji ulang (replikasi) (5) Memilih data dengan presisi dan sehingga hasilnya dipercaya (6) Menarik kesimpulan secara obyektif (7) Melaporkan hasilnya secara parsimony (8)Temuan peneliti dapat digeneralisasi.
30
BAB 2 LINGKUP DAN KLASIFIKASI PENELITIAN BISNIS Oleh Nurdhiana, SE, MSi Dan Yenni Kuntari, SE, MSi, Akt
A. Penelitian Bisnis Penelitian bisnis merupakan proses pengumpulan dan analisis data yang sistematis dan objektif untuk membantu Penelitian Bisnis: Merupakan proses pengumpulan dan analisis data yang sistematis dan objektif untuk membantu pembuatan keputusankeputusan bisnis
pembuatan
keputusan-keputusan
bisnis
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 20). Perbedaan penelitian bisnis dengan penelitian lainnya terdapat pada sifat dan fakta yang diuji. Fakta penelitian bisnis adalah bagian dari manusia dan usahanya dalam meningkatkan kesejahteraan. Perkembangan zaman yang semakin mendorong beriringan pula dengan perkembangan penelitian bisnis. Oleh sebab itu banyak hal baru yang harus dipecahkan permasalahannya untuk menghadapi tuntutan perkembangan zaman, khususnya dalam dunia bisnis. Misalnya dalam sebuah organisasi, para manajer atau secara kolektif disebut menajemen memerlukan informasi yang valid dan andal untuk mendukung pembuatan keputusan. Informasi itu digunakan untuk mengurangai ketidakpastian. Semakin banyak dan baik informasi yang diperoleh akan semakin cepat dan relefan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
31 dalam dunia bisnis. Fungsi utama manajemen sebagai pembuat
keputusan
dan fungsi
penyedia
informasi
(keuangan) oleh akuntansi, merupakan fungsi yang memegang peranan penting dalam organisasi bisnis dalam memperoleh keunggulan bersaing. Kunci keunggulan bersaing terletak pada keunggulan informasi. Kebutuhan akan informasi yang valid dan andal merupakan kebutuhan dasar
manajemen,
mendorong
perkembangan
dan
kebutuhan penelitian bisnis, termasuk diantaranya adalah penelitian manajemen dan akuntansi. Lingkup Penelitian Manajemen Lingkup Penelitian Manajemen
Penelitian menejemen berada pada lingkup bidangbidang seperti: bisnis umum, pemasaran, keuangan (finance),
manajemen
dan
perilaku
organisasi
dan
manajemen sumber daya manusia. Berikut ini adalah beberapa contoh judul dalam penelitian manajemen : a. Potret Evektivitas Organisasi Publik b. Work ethos and Organizational Climate Indonesia Imigration Service Case c. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional terhadap Organisasi Pembelajaran d. Pengaruh
Modal
Social
pada
Kinerja
Anggota
Organisasi (Kasus untuk Kayawana Setingkat Staf pada sebuah Perusahaan Otomotif di Jateng) e. Organizational
City
Zenskip
Behavior
Anteseden dan Dampaknya bagi Organisasi f.
Struktur Organisasi agar Efektif
(OCH)
32 g. Pengaruh Organisasi terhadap Prestasi Kerja h. Pengaruh Pembelajaran Organisasi terhadap Orientasi Pasar dan Dampaknya terhadap Kinerja Organisasi. i.
Analisis Pengaruh Gender, Kepuasan Kerja dan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan
j.
Pengaruh
Sistem
Desentralisasi,
dan
Akuntansi
Manajemen,
Ketidakpastian
Lingkungan
terhadap Kinerja Manajerial pada PT X k. Analisis Sistem Antrian Bank ......sebagai Upaya Peningkatan Efisiensi Pelayanan l.
Penjadwalan Proyek Pembangunan dengan Metode PERT di....
m. Evaluasi Tata Letak Pabrik pada PT..... n. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja Lingkup Penelitian Akuntansi Lingkup penelitian akuntansi antara lain dalam Lingkup Penelitian Akuntansi
bidang: akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, auditing, sistem informasi akuntansi dan perpajakan. Berikut ini adalah beberapa contoh judul dalam penelitian akuntansi: a) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Auditor pada Badan Pengawas Daerah Kota Semarang. b) Analisis Faktor-Faktor yang memotivasi Perencanaan Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi di Kel…. c) Pengaruh Kemampuan dan Motivasi terhadap Kinerja Akuntan pada KAP X
33 d) Evaluasi Kualitas Pelayanan Account Representative terhadap Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur. e) Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan bagian Akuntansi pada PT.............
B. Klasifikasi Penelitian Bisnis Penelitian berdasarkan sudut pandang dapat diklasifikasikan, sebagai berikut: 1. Menurut tujuan penelitian Kasifikasi Penelitian Berdasarkan Sudut Pandang
2. Menurut karakteristik masalah 3. Menurut jenis data 1. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian dapat diklasifikasikan, menjadi: a) Penelitian dasar, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori. b) Penelitian
terapan,
yaitu
penelitian
yang
menekankan pada pemecahan masalah. Penelitian Dasar, merupakan tipe penelitian yang berkaitan juga dengan pemecahan persoalan, namun dalam pengertian yang berbeda, yaitu berupa persoalan yang berifat teoritis sehingga tidak memiliki pengaruh langsung terhadap penentuan kebijakan, tindakan atau kinerja tertentu. Tujuannya untuk pengembangan dan evaluasi
konsep-konsep
teoretis.
Temuan
ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori.
34 Penelitian Dasar: Pemecahan persoalan yang bersifat teoretis sehingga tidak memiliki pengaruh langsung terhadap penentuan kebijakan
Penelitian
dasar,
digunakan
berdasarkan
dalam
pendekatan
pengembangan
teori
yang dapat
diklasifikasikan, yaitu : Penelitian deduktif adalah tipe penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori atau pengujian aplikasi teori pada keadaan tertentu.
Pendekatan
deduktif
merupakan
operasionalisasi dari proses pengembangan teori dengan penekanan pada pengujian konstruksi teori. Dengan pendekatan ini, maka penelitian yang dilakukan akan digunakan untuk membuktikan apakah sebuah teori dapat konsisten diterapkan pada seting, tempat dan waktu yang berbeda. Pendekatan induktif merupakan tipe penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta. Penelitian induktif merupakan proses penyusunan teori
yang
berdasar
pada
pengamatan
atas
fakta/fenomena. Dengan pendekatan teori ini, penelitian dilakukan untuk menemukan sebuah konstruksi
teori.
Pendekatan
deduktif
dan
pendekatan induktif masing-masing merupakan karakteristik utama dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2, berikut ini :
35
Gambar 2.1 Penelitian Deduktif
Gambar 2.2 Penelitian Induktif
36 Penelitian Terapan, merupakan tipe penelitian yang Penelitian Terapan: Penelitian yang menekankan pada pemecahan masalahmasalah praktis
menekankan pada pemecahan masalah-masalah praktis. Penelitian ini digunakan untuk menjawab masalah spesifik mengenai keputusan, tindakan, kebijakan tertentu. Temuan hasilnya biasanya dipakai dalam menjawab permasalahan pragmatis. Masalah praktis ini umumnya berkaitan dengan masalah suatu organisasi bisnis yang segera untuk dipecahkan masalahnya atau pun untuk organisasi bisnis yang perlu dilakukan pembenahan. Penelitian Terapan dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu: Penelitian
Evaluasi,
yaitu
penelitian
yang
digunakan untuk mendukung pemilihan terhadap beberapa
alternatif
tindakan
dalam
proses
pembuatan keputusan bisnis. Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang digunakan untuk mengembangkan produk baru
atau
pengembangan
proses
untuk
mengembangkan produk. Penelitian Tindakan/Aksi, yaitu bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan atau pendekatan baru dan memecahkan masalah tertentu. masalah yang diteliti umumnya merupakan masalah praktis dan relevan dengan kondisi aktual lingkungan kerja. Penelitian Berdasarkan Karakteristik Masalah
2. Berdasarkan
Karakteristik
Masalah,
penelitian
dapat diklasifikasikan menjadi 6 yaitu: penelitian historis,
penelitian
deskriptif,
studi
kasus
atau
37 lapangan, penelitian korelasional, penelitian kausalkomparatif, penelitian eksperimen. 1) Penelitian Historis : Peneltian terhadap masalah yang berkaitan dengan fenomena masa lalu (historis). 2) Penelitian Deskriptif : Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran yang cermat tentang fenomena
dalam
masyarakat.
Peneliti
mengembangkan konsep, menghimpun fakta, tapi tidak menguji hipotesis. 3) Studi Kasus : Mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit yang menjadi subjek, tujuannya memberikan gambaran secara detail
tentang latar belakang, sifat,
karakteristik yang khas dari kasus, yang kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Hasilnya merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal. Ruang lingkupnya bisa bagian/ segmen, atau keseluruhan siklus /aspek. Penelitian ini lebih ditekankan kepada pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Penelitian kasus menurut Arikunto (2002:120) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tehadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau
38 dari wilayahnya, penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tapi jika ditinjau dari sifat penelitiannya lebih mendalam dalam melakukan analisa. Penelitian kasus berbeda dengan penelitian populasi maupun penelitian sampel, karena penelitian
kasus,
hasil
penelitiaanya
atau
kesimpulannya hanya berlaku untuk daerah yang diteliti itu saja. Studi kasus meliputi analisis kontekstual dan mendalam terhadap hal yang berkaitan dengan situasi dalam suatu tempat, dan studi kasus jarang sekali digunakan dalam pemecahan masalah dalam perusahaan, karena penemuan suatu masalah yang sama kemudian dibandingkan dalam suatu kurun waktu yang berbeda adalah sulit, tapi analisa studi kasus yang bersifat kualitatif sangat berguna dalam mengambil solusi pemecahan masalah terbaru berdasarkan
pengalaman
pemecahan
masalah
dimasa lampau. Kondisi ini bermanfaat nuntuk mempelajari suatu fenomena dan memahaminya, yang akhirnya mampu menemukan teori yang nantinya akan menjadi bahan pengujian empiris berikutnya. Studi kasus pada umumnya bersifat kualitatif dan kadang-kadang digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Metode kasus bisa dalam studi eksploratif, yang
39 memerlukan
pengujian
lebih
lanjut
atau
sekedar studi deskriptif, yang terletak pada hasil akhirnya. Contoh Penelitian Populasi: Pengaruh
Pemberian
Beasiswa
terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa se Kopertis Wilayah VI Jawa Tengah.(Peneliti mengumpulkan data mahasiswa yang menerima beasiswa se Jawa Tengah) Contoh Penelitian Sampel: (Berhubung keterbatasan dana dan waktu peneliti dalam
mengumpulkan
menerima
beasiswa
data
mahasiswa
se Jawa
Tengah
yang maka
mengambil beberapa data dari beberapa PTS se Jawa Tengah yang nantinya bisa mewakili seluruh mahasiswa penerima beasiswa se Jawa Tengah) Contoh Studi Kasus: (Berhubung peneliti hanya ingin mengetahui pengaruh pemberian beasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa hanya di STIE Widya Manggala maka dalam mengumpulkan data mahasiswa yang menerima
beasiswa
hanya
di
STIE
Widya
Manggala saja ) 4) Penelitian Korelasional (Asosiasi), Jika terdapat banyak variabel independent yang menjelaskan atau mempengaruhi variabilitas suatu variabel dependen maka tipe hubungan antar variabel yang
40 paling mungkin adalah hubungan korelasional (Asosiasi). Menurut Arikunto (2010:239) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu. Koefisein korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antar variabel. Dalam beberapa hal, riset korelasi memang sama dengan riset komparasi secara akibat (causal comparative study), dan kenyataannya koefisien korelasi biasanya dapat dihitung dari kemanfaatan menjelaskan studi komparasi sebab-akibat. Perbedaan Riset Komparasi Sebab Akibat Dengan Riset Korelasi
Perbedaan antara riset komparasi sebab-akibat dengan riset korelasi adalah sebagai berikut (Arikunto, 2010:239): 1. Dalam riset komparasi, dua kelompok individu yang pada umumnya sama. Dipilih karena kedua kelompok tersebut telah menunjukkan adanya persamaan-persamaan dalam beberapa ciri khusus. 2. Dalam riset korelasi, individu-individu yang dipilih adalah mereka yang menampakkan perbedaan dalam beberapa variabel penting (critical variable) yang sedang diteliti.
41 Cara menghitung Korelasi : 1. Koefisien korelasi bivariat, yaitu statistik yang dapat
digunakan
oleh
peneliti
untuk
menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel 2. Metode korelasi multi variat (multi variat correlation methods) yaitu metode statistik yang
digunakan
oleh
peneliti
untuk
menggambarkan dan menentukan hubungan antara tiga variabel atau lebih. Kemampuan ini sangat penting mengingat bahwa di dunia pendidikan variabel penyebab itu bukanlah tunggal. Macam-macam analisis korelasi : 1. Korelasi Liner Sederhana Korelasi sederhana merup analisis yang tidak
mencari
berpengaruh
variabel
terhadap
mana suatu
yang
variabel
tertentu, melainkan hanya mencari derajat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
XX
Y Gambar 2.3
Korelasi Linier Sederhana
42
2. Korelasi Berganda, analisa apabila mencari derajat hubungan antara beberapa variabel.
X X X X X
Gambar 2.4 Korelasi Berganda
Dalam analisis korelasi berganda, kecuali diketahui
hubungan
antara
beberapa
variabel, juga dapat ditemukan variabelvariabel tersebut menentukan variabel lain, yang lebih dikenal variabel bebas dan varaibel terikat.
43 Dalam korelasi linear berganda untuk mengetahui hubungan derajat keeratan/ kekuatan secara bersamaam variabel bebas dengan variabel bebas dapat digunakan 2 macam uji hipotesa yaitu : 1. Uji hipotesa secara parsial 2. Uji hipotesa secara serentak. Tema Penelitian Akuntansi Perilaku
Tema-tema
penelitian
akuntansi
perilaku
adalah : a. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Kepuasan Kerja Auditor pada Badan Pengawas Daerah Kota Semarang. b. Analisis Faktor-Faktor yang memotivasi Perencanaan Pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi di Kel…. c. Pengaruh
Kemampuan
dan
Motivasi
terhadap Kinerja Akuntan pada KAP X d. Evaluasi
Kualitas
Pelayanan
Account
Representative terhadap Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Timur. e. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kemampuan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan bagian Akuntansi pada PT............. 5) Penelitian Sebab Akibat (Kasusal), Jika variabel dependen (V.D.) dijelaskan atau dipengaruhi olah variabel
independent
(V.I.)
tertentu,
maka
hubungan antara Variabel maka Dependen V.D.
44 dengan variabel Independen (V.I.) merupakan hubungan sebab akibat. 6) Penelitian
Eksperimen,
Dilakukan
dengan
mengadakan manipulasi terhadap obyek penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu. Untuk pengujian hipotesis tertentu; dimaksudkan untuk mengetahui hubungan hubungan sebab Penelitian Eksperimen: Dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap penelitian serta diadakan kontrol terhadap variabel tertentu
akibat variabel penelitian; Konsep dan varaiabelnya harus jelas, pengukuran cermat. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab-akibat serta berapa besar hubungan sebabakibat
tersebut
dengan
cara
memberikan
perlakukan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Sedangkan berdasarkan metode analisis data yang digunakan dalam sebuah penelitian berkaitan dengan jenis desain penelitian (Purwanto, 2011:1). Beberapa jenis desain penelitian yang membahas serupa dengan klasifikasi penelitian berdasarkan karakteristik masalah, namun menurut Purwanto (2011:1), disebutkan lebih kompleks lagi mengenai jenis penelitian berdasarkan karakteristik masalah, antara lain: 1. Penelitian historis. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi kejadian pada
masa
lalu secara akurat.
Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan
45 bukti-bukti
berupa catatan-catatan, artefak-
artefak atau laporan verbal, untuk dievaluasi dan dianalisis. Hasil dari penelitian adalah sebuah laporan berbentuk narasi deskriptif. Desain penelitian jenis ini biasanya penelitian bidang sejarah dan hal-hal yang terkait dengan sejarah. 2. Penelitian deskriptif. Penelitian
ini
menggambarkan
digunakan keadaan
sebuah
untuk obyek
pengamatan apa adanya dan penggambaran secara
akurat.
Langkah-langkah
yang
dilakukan pada desain penelitian ini adalah mengidentifikasi masalah
masalah,
secara
spesifik,
mendefinisikan merumuskan
rancangan, menganalisa data dan membuat laporan. 3. Penelitian perkembangan. Ini merupakan penelitian untuk mengetahui sebuah kejadian perkembangan dari objek pengamatan dalam kurun waktu tertentu. Misalnya penelitian mengenai perkembangan prinsip akuntansi berterima umum dari sejak pembentukannya bernama Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) sampai menjadi Pernyataan Standar
Akuntansi
Keuangan
(PSAK).
Penelitian ini juga dapat dikategorikan dalam penelitian terapan.
46 4. Penelitian korelasi. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. 5. Penelitian kausal komparatif. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan sebab dan akibat, mengamati akibat yang ada dan mencari penyebab dari akibat tertentu melalui pengumpulan data. 6. Penelitian eksperimen semu. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan penelitian yang dimiliki oleh peneliti, karena kurangnya perhatian aspek internal dan aspek eksternal. Penelitian ini Jenis Penelitian Berdasarkan Karakteristik Masalah
dilakukan hanya untuk mendapatkan informasi tertentu berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai data untuk menghasilkan informasi pada
penelitian
eksperimen
yang
sesungguhnya. 7. Penelitian eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengekspose satu atau lebih sampel percobaan untuk mengetahui kemungkinan hubungan sebab dan akibat. 8. Penelitian tindakan. Penelitian memiliki sifat praktis, langsung terhadap kondisi saat itu dan relevan dalam situasi saat itu pula. Penelitian ini agak lemah karena kekurangan pada validitas internal dan
47 eksternalnya. Penelitian ini memiliki ciri-ciri sangat
situasional
dan
sampelnya
kecil.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: perencanaan, tindakan, evaluasi, dan refleksi. Langkah tersebut akan diulang-ulang sampai menemukan
metode
yang
paling
ideal.
Penelitian ini juga dapat dikategorikan dalam penelitian terapan. 9.
Penelitian fenomenologi. Penelitian
ini
untuk
menggambarkan
pengalaman seseorang dalam kehidupannya dan juga terhadap interaksinya dengan orang lain. 10.
Penelitian kasus. Penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan akurat dari sebuah latar
belakang
keadaan dan
interaksinya
sosialnya secara apa adanya. Subyek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi, atau masyarakat. Subyek yang diteliti biasanya terbatas, namun variabelnya sangat luas 11. Penelitian grounded. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan problem-problem
yang
muncul
dalam
kehidupan. Penelitian ini banyak menggunakan formulasi, pengujian, pengembangan ulang preposisi dalam penyusunan teorinya.
48 12.
P enelitian etnografi. Penelitian ini ingin mengungkapkan keseharian masyarakat
dengan
ikut
terlibat
dalam
masyarakat tersebut. Biasanya peneliti tinggal dalam masyarakat tersebut untuk kurun waktu tertentu. 13.
P enelitian teori kritik. Penelitian ini berupaya menemukan pemahaman mengenai cara seseorang berkomunikasi dan bagaimana ia mengembangkan makna simbolik di masyarakat. Banyak pemahaman yang diterima apa adanya, tanpa dianalisa dan didiskusikan. Biasanya berupa aturan-aturan adat.
14.
P enelitian inkuiri filosofis. Penelitian ini digunakan untuk memperjelas makna, membuat nilai-nilai menjadi nyata, berusaha mengidentifikasi etika dan melakukan studi tentang hakekat pengetahuan.
3. Berdasarkan Jenis Data Penelitian Berdasarkan Sudut Pandang Menurut Jenis Data
Berdasarkan jenis data yang diteliti, penelitian dapat di klasifikasikan menjadi 3, yaitu : penelitia opini; penelitian empiris ; penelitian arsip. Penelitian Opini, merupakan suatu penelitian yang berdasarkan pada fakta yang berupa opini atau
49 pendapat orang lain (responden). Data yang diteliti dapat berupa data responden secara individu atau kelompok. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki pandangan, persepsi atau penilaian responden terhadap masalah tertentu yang berupa tanggapan dari
responden
atau
lingkungan
serta
perubahannya. Sesuai dengan data yang diteliti, dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan survei menurut Indriantoro dan Supomo (2002: 29) adalah mengumpulkan informasi faktual secara
detail,
mengidentifikasi
masalah
atau
justifikasi kondisi-kondisi dan prktik-praktik saat ini;
membuat
Berdasarkan
perbandingan
metode
yang
dan
evaluasi.
digunakan
untuk
mengumpulkan data, penelitian deskriptif dapat dikategorikan kedalam tipe penelitian. Penelitian Empiris; penelitian ini mengutamakan data yang
berupa
fakta
empiris
yang
diperoleh
berdasarkan observasi atau pengalaman. Dalam penelitian ini peran peneliti sangat penting, pasalnya memerlukan kehadiran peneliti untuk melakukan observasi mengenai fakta atau segala sesuatu yang dialami tanpa perantara orang lain. Penelitian ini lebih menekankan pada penyelidikan perilaku pada kejadian yang sebenarnya dari pada opini/persepsi. Sehingga jenis penelitian studi kasus / lapangan merupakan contoh penelitian empiris.
50 Penelitian Arsip, penelitian yang menitikberatkan pada fakta tertulis, sehingga jenis data yang digunakan berupa arsip data. Dokumen atau arsip yang diteliti berdasarkan sumbernya dapat berasal dari data internal, yaitu dokumen, arsip dan catatan orisinil yang diperoleh dari suatu organisasi atau berasal dari data eksternal, yaitu publikasi data yang
diperoleh
dari
orang
lain.
Proses
pengumpulan data berupa dokumen atau arsip dapat dikerjakan sendiri oleh peneliti atau berupa publikasi data yang diproses pengumpulannya dikerjakan oleh orang lain
RINGKASAN Penelitian bisnis dalam jangka pendek bertujuan untuk usaha yang segera diperlukan untuk membantu pembuatan keputusan bisnis yang berkaitan pemecahan masalahmasalah praktis. Tujuan dalam jangka panjang adalah mengembangkan konsep-konsep teoretis yang tidak terkait secara langsung dengan pemecahan masalah-masalah praktis Lingkup penelitian manajemen dapat dikelompokkan pada bidang, bisnis umum, pemasaran, keuangan (finance), manajemen dan perilaku organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Sedangkan lingkup penelitian akuntansi dapat dikelompokkan pada bidang, akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi majemen, auditing, sistem informasi akuntansi dan perpajakan.
51 Penelitian
berdasarkan
sudut
pandang
dapat
diklasifikasikan, sebagai berikut: menurut tujuan penelitian, menurut karakteristik masalah dan menurut jenis data Penelitian menurut tujuannya ada 2, penelitian dasar dan terapan. Penelitian dasar, berdasarkan pendekatan yang digunakan
dalam
pengembangan
teori
dapat
diklasifikasikan, yaitu: penelitian deduktif dan pendekatan induktif. Penelitian Terapan, merupakan tipe penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah-masalah praktis penelitian terapan dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu: Penelitian evaluasi,
penelitian dan pengembangan,
penelitian tindakan/ aksi. Berdasarkan Karakteristik Masalah,
penelitian
dapat
diklasifikasikan menjadi 6 yaitu: penelitian historis: penelitian deskriptif, studi kasus atau lapangan, penelitian korelasional,
penelitian
kausal-komparatif,
penelitian
eksperimen. Berdasarkan jenis data yang diteliti, penelitian dapat di klasifikasikan menjadi 3, yaitu : penelitian opini, penelitian empiris, penelitian arsip.
52
BAB 3 MASALAH PENELITIAN Oleh Suhaji, SE, MM
A. Pentingnya Masalah
Gambar 3.1 Bagan Proses Riset Bisnis Masalah Penelitian
Tahap paling krusial, sebab tujuan akan menjawab permasalahan. Kalau permasalahan tidak jelas , penelitian tidak bisa dilakukan dengan baik.
Penemuan masalah harus dibarengi dengan pemecahan masalah.
53
Proses penemuan masalah: Identifikasi bidang, pemilihan pokok masalah, dan perumusan masalah.
Latar Belakang Masalah: Merupakan dasar bagi perumusan masalah
Latar belakang masalah merupakan dasar bagi perumusan masalah. Latar belakang masalah akan memberikan informasi mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian. Latar belakang masalah bisa bersumber dari teoritik maupun pragmatik. Teoritik artinya dilakukan dengan
me-riview
celah/kesenjangan
literatur masalah
untuk
menemukan
penelitian.
Kesenjangan
tersebut antara lain:
Hasil-hasil
penelitian
sebelumnya
yang
kontradiktif/berlawanan sehingga dilakukan penelitian lagi untuk memperoleh hasil mendukung salah satu hasil penelitian sebelumnya.
Hasil
penelitian
sebelumnya
mungkin
belum
memasukkan variabel kunci sehingga variabel tersebut perlu dimasukkan.
Periode pengamatan terlalu pendek dan sampelnya terlalu kecil sehingga harus dilakukan penelitian lagi.
Pernah diteliti di negara lain yang tentu saja kondisinya berbeda, dan dilakukan penelitian di Indonesia.
Untuk latar belakang masalah yang bersumber praktek atau peristiwa riil dalam perusahaan biasanya bertujuan untuk merumuskan hipotesis, model atau membangun teori. Misalnya seorang peneliti tertarik melakukan penelitian karena adanya pergeseran selera konsumen rokok untuk mengkunsumsi rokok yang rendah tar dan nikotin. Peneliti
54 ingin melihat segmen pasar yang sesungguhnya dari rokok tersebut. Latar belakang masalah yang bersifat pragmatig juga bisa bersumber dari asas empiris secara khusus dalam rangka untuk mencari penyelesaian masalah tertentu sehingga lebih bersifat penelitian terapan. Misalnya dalam sebuah perusahaan terjadi penurunan penjualan, reaksi menanggapi pesaing, strategi menetapkan harga, dan lain-lain.
Definisi dan Tujuan Perumusan Masalah Permasalahan merupakan segala sesuatu yang terjadi akibat Definisi Dan Tujuan Perumusan Masalah
adanya gejala permasalahan (symptom). Symptom sendiri diartikan sebagai tanda-tanda adanya permasalahan. Gejala permasalahan berbeda dengan permasalahan itu sendiri (problemnya). Misalnya demam yang dialami seseorang menunjukkan gejala akan permasalahan yaitu adanya penyakit tertentu. menurunkan demam bukan berarti menyembuhkan
penyakitnya,
karena
penyakit
yang
sebenarnya mungkin infeksi di tenggorokan, yang harus diidentifikasi dahulu. Contoh-contoh gejala (symptom):
Penjualan perusahaan menurun.
Pemakai-pemakai system informasi di Perusahaan X mengeluh
karena
keterlambatan
informasi
yang
diperlukan . Dari symptom yang ada kemudian diteruskan ke pertanyaan penelitian, yaitu yang digunakan untuk memecahkan permasalahnnya. Dari contoh gejala di atas, pertanyaan yang dapat diajukan dalam penelitian ini, antara lain:
Apakah perlu diterapkan sistem kompensasi?
55
Apakah perlu diberikan diskon penjualan?
Apakah perlu membuat produk baru yang lebih bervariasi.
Kegiatan penelitian di peroleh dari adanya masalah dan di akhiri dengan masalah, diketahui, ditemukan, dipecahkan dan munculnya masalah baru, dengan demikian, penelitian di awali dengan masalah dan di akhiri masalah pula. Oleh karena itu, tidak salah bila para penguji bertanya kepada mahasiswa yang di diuji dengan pertanyaan: ”Apa masalah penelitian anda?” Masalah timbul karena adanya tantangan, kesangsian atau kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomenanya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah tersebut. Para peneliti sering beranggapan bahwa penelitian hanyalah kegiatan mengumpulkan data/fakta. Tidak sedikit peneliti (pemula) yang bersemangat mengumpulkan data tanpa mengetahui permasalahan yang sesungguhnya yang hendak di pecahkan, di temukan, atau diverifikasi setelah data terkumpul, ia tidak tahu apa yang dilakukan, bahkan setelah hasil penelitiannya dilaporkan, tetap saja tidak mengerti apa yang sesungguhnya yang ia tulis. Seorang
peneliti
tidak
selalu
dapat
merumuskan
masalahnya secara sederhana, jelas, dan lengkap. Mungkin peneliti hanya memilik gagasan yang agak umum, belum bulat, bahkan membingungkan tentang masalah itu.
56 Seorang peneliti perlu melakukan penjelajahan atau explorasi pemikiran dan penelitian yang sungguh sebelum dapat menyatakan
dengan jelas permasalahan yang
diangkat dan merumuskan dengan baik pernyataan yang memadai tentang masalah penelitian. Masalah penelitian merupakan
satu di antara bagian terpenting dalam
penelitian. Memang tidak ada kesepakatan mengenai kapan seseorang peneliti dapat mengemukakan masalah dengan jelas dan lengkap. Peneliti mengharuskan sebelum turun ke kancah, sedangkan peneliti naturalistik menghendakinya dalam proses atau setelah pengumpulan data. Terlepas dari itu, kemampuan mengemukakan dengan jelas dan lengkap (mendalam) adalah mutlak dalam penelitian. Perumusan masalah mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang.
Memuaskan perhatian serta keinginan seseorang akan hal-hal baru.
Meletakkan
dasar
untuk
memecahkan
beberapa
penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya.
Memenuhi keinginan sosial.
Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
B. Tipe Masalah 4 Kemungkinan Tipe Masalah Dalam Penelitian
Tipe Masalah Penelitian: a. Masalah dalam lingkungan organisasi
57 b. Masalah dalam area tertentu suatu organisasi. c. Persoalan teoritis untuk menjelaskan fakta. d. Permasalahan yang perlu jawaban empiris. Sekaran dalam Indriantoro dan Supomo (2002:37) mengidentifikasi 4 kemungkinan tipe masalah dalam penelitian, yaitu : 1. Masalah-masalah yang ada saat ini di suatu lingkungan organisasi yang memerlukan solusi. Contoh : a. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan penjualan produk b. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penerimaan mahasiswa baru pada PT A. 2. Area-area tertentu dalam suatu organisasi yang memerlukan pembenahan atau perbaikan. Contoh : a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja KAP di kota Semarang. b. Pengaruh Pemberian Beasiswa PPA dan BBM terhadap Prestasi Mahasiswa. 3. Persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan penelitian untuk menjelaskan suatu fenomena. Contoh : a. Balanced Score Card sebagai salah satu alat pengukur Kinerja Perusahaan. b. Keputusan Menerima atau menolak Pesanan Khusus.
58 4. Pertanyaan penelitian yang memerlukan jawab empiris. Contoh : Pengaruh Anggaran Partisipatis terhadap Kinerja Manjerial. Latar belakang masalah : Latar Belakang Masalah
1. Berisi peristiwa atau kejadian pada obyek penelitian, dimana peristiwa tersebut terdapat penyimpangan dari yang seharusnya berlaku. 2. Peneliti perlu menjelaskan mengapa penelitian ini perlu dilakukan. 3. Penyimpangan-penyimpangan tersebut harus berdasarkan data bukan sekedar karangan
C. Kriteria Masalah Perumusan Masalah : Perumusan Masalah
a. Rumusan harus jelas dan tegas. b. Tidak ambiguitas c. Mengekspresikan hubungan antara dua variabel atau lebih. Judul Penelitian
Judul Penelitian
Setelah permasalahan diidentifikasikan dengan tepat langkah berikutnya adalah memberikan nama penelitian “Judul Penelitian” Dua orientasi dalam memberikan judul penelitian: 1. Orientasi Singkat Contoh: Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Perbankan 2. Berorientasi Jelas
59 –
Jenis Penelitian
–
Obyek yang diteliti
–
Subyek penelitian
–
Lokasi Penelitian
–
Waktu Pelaksanaan Penelitian
Contoh: Analisis Pengaruh Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah pada Bank-Bank Pemerintah di Semarang tahun 2010
Kriteria Masalah yang Baik Masalah yang baik mempunyai ciri-ciri: 1). Harus ada nilai penelitian, yaitu masalah yang: a. Memiliki keaslian Kriteria Masalah Yang Baik
b. Menyatakan hubungan c. Merupakan hal yang penting d. Dapat diuji e. Dinyatakan dalam bentuk pertanyaan 2). Harus fisibel, yaitu masalah harus dapat dipecahkan. Hal ini berarti: a) Data dan metode untuk memecahkan masalah harus tersedia b) Biaya tersedia c) Waktunya harus wajar d) Administrasi dan sponsor kuat e) Tidak bertentangan dengan hukum dan adat 3). Harus sesuai dengan kualifikasi peneliti. Dalam hal ini masalah harus: a. Menarik perhatian peneliti
60 b. Cocok dengan kualifikasi ilmiah si peneliti
D. Sumber Penemuan Masalah Kapabilitas dan kredibilitas seorang peneliti bukan hanya di tentukan oleh frekuensi atau jam terbang Definisi Masalah Penelitian: Suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antar dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan
melakukan penelitian, melainkan juga oleh kemampuan memilih masalah penelitian yang layak di teliti. Menurut Licoln Guba (1985), yang di sebut masalah penelitian adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antar dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Kegiatan penelitian di awali dengan adanya masalah penelitian, bukan semata-mata karena keinginan atau ketertarikan peneliti terhadap suatu persoalan. Kegiatan untuk menemukan masalah penelitian yang kemudian di identifikasi, dipikirkan dan di uji secara mendalam lalu di rumuskan merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam kegiatan penelitian. Bahkan terutama sekali bagi peneliti pemula, kemampuan merumuskan masalah yang baik dapat di katakan telah menyelesaikan hampir setengah dari kegiatan penelitian sendiri. Kesulitan dalam menemukan masalah yang baik bukan di sebabkan oleh ketiadaan masalah itu sendiri, sebab masalah dalam penelitian bersifat tak terbatas, peneliti yang sedang mencari masalah dapat di ibaratkan seorang yang berbelanja di pasar besar atau super market, bukan barangnya yang tidak sulit di cari atau tidak ada barang yang menarik, melainkan memilih barang yang dapat
61 menjawab persoalan kebutuhan yang paling mendasar (primer) berdasarkan kemampuan keungan, pengetahuan terhadap barang - barang itu sendiri, keterbatasan waktu dan sebagainya. Sebaliknya dan yang mengetahui cukup tentang barang yang berkualitas tetapi keuangan tidak memadai. Kemampuan menemukan masalah di tentukan oleh antara lain kepekaan dan kesediaan mengambil jarak dengan realitas sehari-hari. Kepekaan dalam melihat masalah
merupakan
syarat
mutlak
dalam
masalah
penelitian. Seorang peneliti dapat menemukan masalah yang berarti dan bermakna, sangat ditentukan oleh tingkat kepekaan dalam menentukan dan memilih bagaimana cara mengemukakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti dalam menemukan masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Membaca banyak literatur yang berhubungan dengan bidang kita dan bersikap kritis terhadap apa yang kita baca. 2. Menghadiri kuliah atau ceramah professional. 3. Mengadakan pengamatan dari dekat situasi atau kejadian-kejadian di sekitar kita. 4. Memikirkan kemungkinan penelitian dengan topiktopik atau pelajaran yang di dapat pada waktu kuliah. 5. Menghadiri seminar hasil penelitian. 6. Mengadakan penelitian-penelitian kecil dan catat hasil hasil atau penemuan yang di peroleh.
62 7. Menyusun penelitian dengan penekanan pada isi dan metodologinya. 8. Mengunjungi berbagai perpustakaan untuk memperoleh topik yang dapat diteliti. 9. Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan sesuai dengan bidang kita. 10. Mengumpulkan bahan yang berhubungan dengan bidang kita. Sumber Penemuan Masalah Kajian teoritis Bersumber pada buku atau penelitian sebelumnya Sumber Penemuan Masalah Dalam Penelitian
•
Untuk penyempurnaan
•
Untuk verivikasi
•
Untuk pengembangan
Kajian Empiris Bersumber dari kehidupan sehari-hari. •
Adanya penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan
•
Terdapat penyimpangan antar rencana dan kenyataan
• •
Terdapat pengaduan Adanya persaingan
E. Metode Penemuan Masalah Bagaimana merumuskan masalah, seringkali terjadi seorang peneliti mengalami kebingungan setelah sekian proses penelitian berjalan. Kebingungan itu antara lain disebabkan oleh tidak adanya fokus yang jelas dari kasus
63 fenomena atau permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti tidak sedikit seorang peneliti kurang mengetahui dengan persis permasalahan, hasil temuan dari peneliti yang telah di laksanakan, akibatnya, tidak sedikti seorang peneliti
yang setelah di uji oleh penguji atau ketika di
tanya oleh pemesannya mengalami kebingungan, tahu banyak
masalah
tapi
tidak
mampu
mendesain
pengetahuannya itu menjadi pengetahuan yang bermanfaat. Dan Jujun S.Suriasumantri menyebut peneliti seperti ini (penelitian yang tidak fokus) sebagai seorang bangunan , Metode Penemuan Masalah
bukan seorang arsitek. Dalam penilaian kuantatif, rumusan masalah biasanya dikemukakan dalam bentuk fokus penelitian yang masih abstrak dan tetantif; sedangkan dalam penelitian kuantatif biasanya di kemukakan dalam rumusan masalah yang bersifat rinci, dan baku. Fokus penelitian adalah pokok permasalahan yang di pilih untuk di teliti. Kemampuan menentukan dan meluruskan fokus penelitian menurut Meleong, akan berguna untuk membatasi studi memenuhi kriteria inklusi-eksklusi (inclusiion-exlusion kriteria) atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang baru di peroleh di lapangan. Dengan fokus yang jelas seorang peneliti dapat memilih dan memilah data yang benar-benar fungsional. Artinya, data yang berkaitan dengan fokus masalah (walaupun menarik bagi peneliti) untuk sementar ditingggalkan,dan sebaliknya data yang relevan harus di kejar (walaupun peneliti kurang tertarik dan mengalami kesulitan).
64
F. Kesalahan Umum Dalam Penemuan Masalah Seringkali kebingungan
terjadi
seorang
peneliti
setelah
proses
penelitian
mengalami berjalan.
Kebingungan itu antara lain disebabkan oleh tidak adanya fokus yang jelas dari kasus fenomena atau permasalahan yang sesungguhnya hendak diteliti tidak sedikit seorang peneliti kurang mengetahui dengan persis permasalahan, hasil temuan dari peneliti yang telah di laksanakan, akibatnya, tidak sedikit seorang peneliti yang setelah di uji Pesan Dalam Penemuan Masalah: Peneliti harus mengetahui dengan jelas dan fokus terhadap kasus fenomena atau permasalahan yang sesungguhnya yang hendak diteliti
oleh penguji atau ketika di tanya oleh pemesannya mengalami kebingungan, tahu banyak masalah tapi tidak mampu
mendesain
pengetahuannya
itu
menjadi
pengetahuan yang bermanfaat. Dan Jujun S.Suriasumantri menyebut peneliti seperti ini (penelitian yang tidak fokus) sebagai seorang bangunan , bukan seorang arsitek. Dalam penilaian kuantatif, rumusan masalah biasanya dikemukakan dalam bentuk fokus penelitian yang masih abstrak dan tetantif, sedangkan dalam penelitian kuantatif biasanya di kemukakan dalam rumusan masalah yang bersifat rinci, dan baku. Fokus penelitian adalah pokok permasalahan yang di pilih untuk di teliti. Kemampuan menentukan dan meluruskan fokus penelitian menurut Meleong, akan berguna untuk membatasi studi memenuhi kriteria inklusi-eksklusi (inclusiion-exlusion kriteria) atau memasukkan-mengeluarkan suatu informasi yang baru di peroleh di lapangan. Dengan fokus yang jelas seorang
65 peneliti dapat memilih dan memilah data yang benar-benar fungsional. Artinya, data yang berkaitan dengan fokus masalah (walaupun menarik bagi peneliti) untuk sementara ditingggalkan,dan sebaliknya data yang relevan harus di kejar (walaupun peneliti kurang tertarik dan mengalami kesulitan). Tidak mudah bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian, apalagi peneliti pemula, sering sekali permasalahan diungkapkan terlalu umum sehingga akan mengalami kesulitan pada saat melakukan pemecahan masalah atau pembahasan, semakin sempit permasalahan yang dirumuskan maka semakin mudah pada saat melakukan pembahasan. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang spesifik supaya masalahnya terjawab secara akurat dan harus didasarkan atas masalah penelitiannya, dalam banyak penelitian yang masalanya muncul tiba-tiba tanpa didahului dengan penjelasan tentang masalahnya.
RINGKASAN Masalah Penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian dikarenakan tahap paling krusial, sebab tujuan akan menjawab permasalahan. Kalau permasalahan tidak jelas , penelitian tidak bisa dilakukan dengan baik. Penemuan masalah harus dibarengi dengan pemecahan masalah, proses penemuan masalah, identifikasi bidang, pemilihan pokok masalah, dan perumusan masalah.
66 Tipe Masalah Penelitian dapat diuraikan seperti berikut: masalah dalam lingkungan organisasi, masalah dalam area tertentu suatu organisasi,
persoalan teoritis untuk
menjelaskan fakta, permasalahan yang perlu jawaban empiris. Kriteria Masalah dalam perumusan masalah adalah sebagai berikut: rumusan harus jelas dan tegas, tidak ambiguitas, mengekspresikan hubungan antara dua variabel atau lebih. Sumber penemuan masalah melalui: Kajian teoritis, bersumber pada buku atau penelitian sebelumnya untuk penyempurnaan, untuk verivikasi, untuk pengembangan dan secara kajian empiris, bersumber dari kehidupan sehari-hari dengan melihat adanya penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan, terdapat penyimpangan antar rencana dan kenyataan, terdapat pengaduan, adanya persaingan.
67
BAB 4 KERANGKA TEORETIS Oleh Yenni Kuntari, SE, MSi, Akt
A. Definisi Teori TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Teori: Adalah suatu kumpulan kunstruk atau konsep, definisi dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variable dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksi) fenomena alam
Menurut
Kerlinger
dalam
Indriantoro
dan
Supomo(1999: 57), teori adalah suatu kumpulan construct atau konsep, definisi dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar
variable
dengan
tujuan
untuk
menjelaskan
(memprediksi) fenomena alam. Sedangkan Sekaran dalam bukunya Kuncoro (2003: 9) menyatakan bahwa teori adalah sebuah kumpulan proposisi yang saling berkaitan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan yang timbul antara beberapa variable yang diobservasi. Formulasi teori adalah upaya untuk mengintegrasikan semua informasi secara logis sehingga alasan atas masalah yang diteliti dapat dikonseptualisasikan dan diuji. Tinjauan Pustaka, atau survei literatur adalah bertujuan untuk melihat apa saja yang pernah dilakukan sehubungan masalah yang diteliti. Selain menghindarkan
Tinjauan Pustaka: Bertujuan untuk melihat apa saja yang pernah dilakukan sehubungan masalah yang diteliti
diri dari duplikasi penelitian, tinjauan pustaka juga bisa menghasilkan pengertian dan pandangan yang lebih jauh tentang permasalahan yang diteliti. Melalui langkah ini penyusunan hipotesis juga lebih baik karena permasalahan yang diteliti akan lebih mendalam (Kuncoro, 2003: 9).
68 Dalam membuat tinjauan pustaka atau tinjauan literatur, bukan hanya sekedar meringkas berbagai buku, artikel tetapi melibatkan identifikasi dan analisis secara sistematis sehingga mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaan what has been done and what to be done (Supramoko dan Haryanto, 2003:348). Kajian Teori dan Riset Terdahulu Teori itu penting sebagai orientasi yang membatasi jumlah fakta yang harus dipelajari. Teori memberikan pedoman yang dapat memberikan hasil terbaik. Teori memberikan sistem mana yang harus dipakai dalam mengartikan data yang tepat. Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta-fakta. Teori Pengertian Teori Teori
Prinsip-prinsip umum dari bidang keilmuan atau ajaran yang berlaku yang dapat dibuktikan dengan data empiris. pandangan-pandangan empiris yang sudah disepakati secara umum karena merupakan hasil penyaringan fakta-fakta
yang terjadi
sebelumnya
dan
dapat
digunakan untuk menjelaskan suatu peristiwa ataupun mengatasi suatu masalah. Kumpulan konstruk atau konsep, definisi, dan proposisi yang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena.
69 Teori (Wimmer dan Dominick, 1987). Seperangkat proposisi
(pernyataan)
yang
berhubungan,
yang
menggambarkan suatu pemikiran sistematis terhadap fenomena melalui penentuan hubungan antar konsep. Suatu teori dapat terdiri dari: konsep-konsep, asumsi-asumsi, hipotesis, dan hubungan perilaku. Proposisi
:
pernyataan
yang
membenarkan
atau
menolak suatu perkara. Asumsi
: dasar/
alasan
yang
mendasari
argumentasi. Asumsi bisa cocok dengan realitas bisa juga tidak. Konsep
: “pendapat ringkas” yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum dari suatu peristiwa berdasarkan hasil observasi yang relevan.
Tiga Hal Pokok dalam Teori Elemen teori terdiri dari konstruk, konsep dan proposisi. Memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena melalui hubungan antar variabel. Tujuan teori adalah menjelaskan dan memprediksi fenomena alam. Fungsi Teori Sumber menggali permasalahan atau merumuskan topik Mempermudah membuat hipotesis penelitian
70 Memberikan kerangka kerja sehingga memperlancar pelaksanaan penelitian hingga ditemukan jawaban yang diinginkan. Contoh Teori Teori Kontinjensi Pendekatan kontinjensi pada akuntansi managemen didasarkan pada premis bahwa, tidak ada sistem akuntansi manajemen secara universal selalu tepat untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam setiap keadaan tetapi sistem akuntansi manajemen tergantung juga pada faktor –faktor situasional yang ada dalam organisasi.
Gambar 4.1 Konsep
71
Gambar 4.2 Proses Membangun Teori Dari Ilmu
B. Konsep – Construct Konsep menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas. Dalam ilmu eksak konsep sangat
mudah
dijelaskan,
misalnya
berat
adalah
pengamatan dari obyek yang cirinya ringan atau tidak ringan.
Namun
dalam
ilmu
sosial
sering
sulit
mendefinisikan konsep. Misalnya motivasi, kepuasan dan lain-lain. Umumnya konsep dibuat dan dihasilkan oleh ilmuwan secara sadar untuk keperluan ilmiah yang khas dan tertentu. konsep ini disebut konstruk. Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacammacam nilai. Badan misalnya bukan variable, namun berat badan adalah variable. Karena badan tidak mempunyai
72 variasi nilai sedangkan berat badang memiliki, misalnya 50 kg, 60 kg, dan seterusnya. Konsep dapat diubah menjadi variable dengan memusatkan pada aspek tertentu dari variable itu sendiri. Misal badan menjadi berat badan. Konsep: Menggambarkan suatu fenomena secara abstrak yang dibentuk dengan jalan membuat generalisasi terhadap sesuatu yang khas
Konsep
mengekpresikan
suatu
abstraksi
yang
terbentuk melalui generalisasi dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena. Konsep merupakan abstraksi dan realitas yang tersusun dengan mengklasifikasi fenomenafenomena (berupa obyek, kejadian, atribut, atau proses) yang memiliki kesamaan kharakteristik
Prestasi akademik misalnya merupakan konsep yang mengekspresikan abstarksi dari kemampuan belajar mahasiswa dalam mengerjakan suatu tugas.
Bobot adalah konsep yang menyatakan abstraksi dari suatu benda yang mempnyai kharakteristik berat atau ringan. Konsep ada yang mudah diidentifikasi ada yang tidak.
Tanah, gedung, peralatan merupakan konsep yang mudah diidentifikasi namun demikian konsep seperti kepuasan kerja, motivasi kerja adalah lebih sulit diidentifikasi. Konsep seperti ini sering disebut konstruk. Konstruk merupakan konsep-konsep yang masih abstrak dan mempunyai makna tambahan yang sengaja diadopsi untuk keperluan ilmiah. Kepuasan misalnya adalah suatu abstraksi dari pengamatan
fenomena
psikologis
yang
dirasakan
seseorang. Kepuasan sebagai konstruk ilmiah berbeda dengan pengertiannya sebagai konsep. Puas dan tidaknya
73 seseorang merupakan tanggapan seseorang terhadap berbagai macam obyek, misalnya kepuasan terhadap pekerjaan yang selanjutnya disebut konstruk kepuasan kerja. Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi nilai. Variable merupakan proksi atau representasi dari konsruk yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Konsep adalah sejumlah pengertian atau kharakteristik, yang dikaitkan dengan peristiwa, obyek, kondisi, situasi dan perilaku tertentu. konsep adalah pendapat abstrak yang digenaralisasi dari faktor tertentu. Bagaimana construct dalam riset? Construct dalam riset tidak hanya diartikan lebih abstrak, namun juga menyangkut apa yang dipersepsikan orang. Contruct dalam riset mempunyai makna yang berbeda dengan konsep sebab construct merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat diamati dari berbagai dimensi. Contoh Construct Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan abstraksi dari fenomena psikologis seorang terhadap pekerjaan yang diamati berdasarkan persepsi yang bersangkutan terhadap berbagai dimensi lingkungan pekerjaan yaitu: Dimensi Tugas yang dikerjakan, rekan-rekan sekerja, atasannya, kompensasi, promosi karir dan lain-lain. Dimensi-dimensi construct yang tersusun menjadi construct yang lebih abstraks yaitu construct kepuasan kerja.
74 Misal dimensi contruct kepuasan terhadap tugas dapat diobservasi berdasarkan tanggapan seseorang mengenai sifat, jenis, kondisi atau hal lain yang ditugaskan misalnya rutinitas tugas, kompelksitas tugas dan sebagainya.
Consruct Kepuasan Kerja
Dimensi Kepuasan Pada Tugas
Konsep rutinitas, kompleksitas, kegunaan, tantangan
Dimensi Kepuasan Pada Atasan
Konsep pengaruh, intelegensi,prestasi , perhatian, dsb.
Dimensi Kepuasan Pada Rekan
Konsep stimulasi, ambisi., loyalitas, sikap,tgg jawab dll
Dimensi kepuasan Pada Kompensasi
Konsep kewajaran,kesesua ian, nilai dll
Dimensi kepuasan pada Promosi
Konsep Kesmpatan,kebiajk an, keterbukaan dll
Gambar 4.3 Contoh Dimensi Construct Kepuasan Kerja
75 Dengan demikian construct terdiri dari konsep-konsep yang dapat diamati yang selanjutnya untuk keperluan penelitian
diukur
dengan
menggunakan
skala
pengukuran. Construct
yang
diukur
dengan
skala
tertentu
selanjutnya menjadi variabel. Penggunaan Construct Dengan mengoperasionalkan construct ke dalam konsep-konsep yang dapat diamati dan diukur menjadi variabel penelitian. Menghubungkan
construct
yang
lain
menjadi
konstruksi teori. Misal: Inovatif dan kreatif merupakan bagian dari fungsi kepuasan kerja dan prestasi kerja. Konstruk adalah jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi yang lebih tinggi dari konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Misal pembeli sebagai konsep adalah daftar individu yang memperoleh barang dan jasa dengan membayar sejumlah uang. Kepuasan adalah konstruk yang menggambarkan seberapa jauh harapan pelanggan dapat dipenuhi oleh kinerja suatu produk.
C. Variabel Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau mengubah nilai. Nilai dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama.
76 1. Definisi Variabel Nenurut Variabel: Adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai
Indriantoro
dan
Supomo
(1999:61)
variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Variable merupakan proksi atau representasi dari konstruk yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Variable merupakan mediator
antara
konstruk
yang
abstrak dengan
fenomena yang nyata. Sedangkan Nasir (1983: 148) menjelaskan bahwa Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Badan misalnya bukan variable, namun berat badan adalah variable. Karena
badan
tidak
memupnyai
variasi
nilai
sedangkan berat badang memiliki, misalnya 50 kg, 60 kg, dst. Konsep dapat diubah menjadi variable dengan memusatkan pada aspek tertentu dari variable itu sendiri. Misal badan menjadi berat badan. Dalam
bukunya
Supramoko
dan
Haryanto
(2003:37), dinyatakan bahwa dalam penelitian empirik maka konsep atau konstrak akan diubah menjadi variable dengan memberikan beragam nilai atau simbol sehingga dapat terukur secara empiric. Misalnya: Konsep
Variabel
Gender
1 (wanita), 0 (pria)
Frekuensi Promosi
1 (jarang), 2 (cukup), 3
(tinggi) Pangsa pasar …………….
5%,
10%,
17,5%,
77 Nilai suatu variable dapat berbeda-beda dari waktu ke waktu untuk obyek atau individu yang sama, atau berbeda pada waktu yang sama untuk obyek yang berbeda. 2. Tipe Variabel Variabel menurut fungsi variable dalam hubungan antar Fungsi Variabel Dalam Hubungan Antar Variabel
variable, dapat dibagi menjadi (Indriantoro dan Supomo, 1996:63):
Variabel
independen,
yaitu
variable
yang
menjelaskan atau mempengaruhi variable yang lain. Variable ini juga disebut variabel yang diduga sebagai sebab atau variable yang mendahului.
Variable dependen, yaitu variable yang dijelaskan atau
dipengaruhi
oleh
variable
independen.
Variable ini juga disebut variable yang diduga sebagai akibat atau variable konsekuensi.
Variabel moderating, yaitu tipe variable yang mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variable. Sifat atau arah hubungan antar variabel independen dengan variable-variabel dependen kemungkinan positif atau negatif dalam hal ini tergantung pada variabel moderating.
Variabel
intervening,
mempengaruhi
yaitu
hubungan
variable antara
yang
variable
independen dengan variable independen dengan hubungan yang tidak langsung. Variabel Dan Construct
78 Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai Variabel merupakan penghubung antara contruct yang abstract dengan fenomena yang nyata. Variabel merupakan proxy atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Nilai variabel tergantung pada construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam suatu kisaran nilai.
Abstra
Teori
Kebutuhan Ilmiah
Construct
Proksi
Pengukuran
VariabelVariabel
Gambaran Sistematik
Subyek/Obyek
Fenomena
Realitas
Penelitian
Alam
Gambar 4.4 Variabel Dan Construct
79
D. Tipe-Tipe Variabel Penelitian Tipe-Tipe Variabel Penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadii penyebab bagi variabel lain.
Variabel
terikat
adalah
yang
dipengaruhi
atau
variabel
yang
memperkuat
atau
disebabkan oleh variabel lain.
Variabel
moderator
mempengaruhi
adalah
dalam hal ini
memperlemah hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas.Variabel ini sering disebut variabel bebas kedua.
Variabel Intervening
adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi dalam hal ini memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, tetapi tidak dapat diukur atau diamati.
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang diteliti.
80
Gambar 4.5 Jenis Variabel
Gambar 4.6 Jenis Variabel Dalam Contoh
81 Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu conceptual model untuk menggambarkan hubungan antar variabel yang telah diidentifikasi sebagai faktor penting yang berkaitan dengan masalah penelitian. Disusun relevan dengan identifikasi masalah. Dapat disajikan dalam bentuk flow-chart atau model,yang mengungkapkan:
Rumusan masalah jelas dan pemecahannya.
Keterkaitan semua tujuan penelitian.
Memudahkan menyusun metode penelitian.
Gambar 4.7 Kerangka Pemikiran Teoritis
82
Gambar 4.8 Model Kerangka Pemikiran Teoritis
E. Definisi Operasional Sebuah variabel perlu didefinisikan agar variabel tersebut menjadi terukur. Variabel adalah construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang kompleks. Karena beragamnya tingkat abstraksinya, maka pengukuran menjadi penting. Untuk variabel-variabel yang dapat diukur secara fisik (biasanya berupa asset/ aktiva , seperti tanah, bangunan, mesim-mesin, dan lain-lain) relatif mudah dilakukan dengan bantuan alat ukur (instrument). Demikian pula dengan pengukuran terhadap data demografi (seperti
83 pengalaman kerja, status, jabatan) dan data keuangan suatu perusahaan (seperti pendapatan, biaya, laba, aktiva, harga saham). Pengukuran variabel yang demikian mudah dilakukan. Masalah pengukuran akan timbul ketika dalam penelitian
bisnis
melibatkan
variabel-variabel
yang
berkaitan dengan persepsi, sikap, dan perilaku yang bersifat subyektif. Akan sangat sulit mengukur persepsi seseorang tentang suatu barang, mengukur sikap seseorang atas suatu hal, serta perilaku lainnya. Oleh karena itu, penting dalam suatu penelitian membuat variabel menjadi terukur. Menurut Sekaran (2003: 3) setidaknya ada dua jenis variabel yang satu bisa diukur secara obyektif dan tepat yang lain lebih samar-samar dan tidak dapat diukur secara Definisi Operasional: Adalah penentu penjelasan dari peneliti dalam mengoperasionalisasi kan construct
akurat karena sifatnya yang subyektif. Tetapi meskipun instrument pengukuran fisik untuk variabel yang agak sulit diukur masih ada cara-cara untuk menelusuri perasaan atau persepsi subjektif individu. Teknik yang biasa dipakai, salah satunya adalah dengan mereduksi ide abstrak tersebut, seperti motivasi, persepsi, kepuasan, perilaku membeli dan lain-lain menjadi perilaku dan karakteristik yang dapat diamati. Penentuan
sebuah
variabel
pada
hakekatnya
merupakan operasionalisasi terhadap construct , sebagai upaya mengurangi abstraksi construct sehingga dapat diukur. Definisi operasional adalah penentuan sehingga menjadi variabel yang terukur (Indriyanto dan Supomo, 2002:
69).
Definisi
operasional
adalah
penentuan
penjelasan dari peneliti dalam mengoperasionalisasikan
84 construct,
yang
memungkinkan peneliti
lain untuk
melakukan replikasi pengukuran dengan cara sama atau pun pengembangan pengukuran construct dengan lebih baik lagi.
F. Teori Dan Penelitian Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta (Hartono, 2004:39). Dalam pengetahuan, teori memegang Definisi Teori: Adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang sistematis yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena atau fakta
peran yang sangat penting. Pengetahuan yang
berupa
rangkaian fakta hanya tetap berbentuk pengetahuan tanpa menjadi sebuah ilmu. Teori berperan mengumpulkan berbagai
generalisasi
dari
serangkaian
mengamatan
terhadap fakta. Teori juga menjadi kerangka untuk analisis dan klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian, memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang terjadi dan mengisi lowongan-lowongan dalam pengetahuan tentang berbagai gejala yang telah, sedang atau akan terjadi. Menurut Suratno dan Arsyad (2003: 21) dalam suatu penelitian teori berfungsi untuk ; 1. Mengumpulkan hubungan korelasi antara fakta-fakta, bisa merupakan generalisasi empiris yang bersifat sederhana, tetapi juga generalisasi luas yang kompleks. 2.
Teori sebagai kerangka penelitian, artinya suatu teori yang telah matang dapat juga berfungsi sebagai pendorong proses berfikir yang konkret.
85 3.
Fungsi meramal dari teori yang memberi prediksi atau ramalan sebelumnya kepada si peneliti mengenai fakta-fakta yang akan terjadi.
4. Mengisi lowongan dalam pengetahuan kita. Penelitian pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari metode ilmiah, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Teori merupakan bagian dari ilmu yang memberikan penjelasan mengenai fenomena alam. Karena teori bagian dari ilmu maka memiliki jalinan erat dengan penelitian. Penelitian merupakan proses yang sistematis untuk mengembangkan teori. Posisi dan Peran Teori Untuk penelitian kuantitatif,
teori
melandasi
perumusan masalah, pengembangan hipotesis, pengujian
data
dan
pembuatan
kesimpulan,
sehingga hasilnya bisa dukungan atau penolakan terhadap teori. Dalam penelitian kualitatif,
teori
merupakan
kulminasi dari penelitian kualitatif yang disusun melalui proses pengumpulan data, kategorisasi data dan pengembangan pola atau susunan teori
86 PENELITI MENGUJI KONSTRUKSI TEORI
PENELITI MENGUJI HIPOTESIS/PERTANYAAN PENELITIAN YANG DIPEROLEH DARI TEORI
PENELITI MENGOPERASIONALKAN KONSEP (CO NSTRUCT) ATAU VARIABEL - DARI TEORI. VARIABEL YANGDIPEROLEH
PENELITI MENGGUNAKAN INSTRUMEN UNTUK MENGUKUR VARIABEL- VARIABEL DALAM TEORI
Gambar 4.9 Penelitian Deduktif Dalam Paradigma Kuantitatif
PENELITI MENYUSUN KONSTRUKSI TEORI ATAU MEMBANDINGKAN TEORI DENGAN TEORI LAIN
PENELITI MENCARI TEORI-TEORI
PENELITI MEMBENTUK KATEGORI-KATEGORI.
PENELITI MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN
PENELITI MENGUMPULKAN INFORMASI
Gambar 4.10 Penelitian Induktif Dalam paradigm Kualitatif
87 Teori Sebagai Pedoman Dan Sumber Penelitian Semua penelitian yang bertujuan penemuan pengetahuan Teori Sebagai Pedoman Dan Sumber Penelitian
baru atau menjawab pertanyaan, selalu memerlukan pedoman. Pedoman ini berfungsi mempermudah jalannya penelitian dan sebagai acuan utama bagi peneliti. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teori juga terus berkembang. Teori yang usang, kurang baik, tidak cukup teruji akan digantikan oleh teori baru yang lebih disempurnakan. Kriteria untuk membedakan antara teori yang kurang baik dan teori yang baik (Mubyarto dan Soeratno, 1981:11) : 1. Apakah teori tersebut mampu menjelaskan fenomenafenomena yang penting dalam bidang yang diteliti? 2. Apakah penjelasan itu dapat diberikan dengan tegas dan secara sederhana? 3. Apakah dengan penjelasan itu ditemukan sesuatu yang baru? Dengan kata lain, suatu teori dikatakan lebih baik dari teori lain jika mampu memberikan penjelasan yang lebih baik ,lebih logis, dan lebih sesuai dengan fakta. Makin luas dan makin ampuh sebuah teori makin teliti atau makin tinggi daya ramalnya terhadap barbagai masalah dan fenomena. Setiap teori yang baik akan mampu membantu mempertajam daya persepsi , daya khayal, dan daya pikir, tiga alat mental manusia yang selalu perlu diasah. Karakteristik penelitian salah satunya adalah ditandai adanya
keterkaitan
antara
penelitian
dengan
ilmu.
Sebenarnya penelitian merupakan proses dari metode
88 ilmiah yang digunakan dalam pengembangan ilmu pengentahuan. Pengembangan suatu ilmu dilakukan dengan penelitian-penelitian. Fenomena realita yang terjadi bisa dijelaskan dan diprediksikan dengan teori. Oleh sebab itu teori sebagai bagian dari ilmu memiliki keterkaitan dengan penelitian.
G. Hipotesis Proposisi dan Hipotesis Proposisi merupakan pernyataan tentang konsep atau construct yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya, atau yang dapat dinilai benar atau salah jika dikaitkan fenomena Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris disebut hipotesis. Pengertian Hipotesis Hipotesis
merupakan
elemen
dari
teori
proposisi, construct, konsep, dan definisi Pengertian Hipotesis: Adalah sebagai sebuah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi
seperti memberi
gambaran fenomena-fenomena secara sistematis melalui hubungan antara variable. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau construct yang menjelaskan
atau
memprediksi
fenomena-fenomena
(Indriyantoro dan Supomo, 2002: 72). Proposisi yang dirumuskan untuk kemudian akan diuji secara empiris disebut
dengan
mendefinisikan
hipotesis. hipotesis
Kuncoro
sebagai
(2003:
sebuah
47)
penjelasan
sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan
89 tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara variable-variabel
dalam
penelitian
serta
merupakan
pernyataan yang paling spesifik. Peneliti tidak akan bertahan
pada
hipotesis
yang
diajukan,
tetapi
mengumpulkan data untuk mendukung atau menolak hipotesis tersebut. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang disusun peneliti dan kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan. Hipotesis berupa pernyataan mengenai konsep yang dapat dinilai benar atau salah apabila merujuk pada fenomena yang sedang diamati dan diuji secara empiris. Diuji secara empiris berarti diuji dengan menggunakan data-data. Dengan pemahaman ini hipotesis berfungsi sangat penting dalam sebuah penelitian, yaitu sebagai pedoman yang mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian. Rumusan jawaban (kesimpulan) sementara mengenai permasalahan, berdasarkan landasan teori atau konsep dan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Hipotesis akan dibuktikan dengan data empiris Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga antara dua atau lebih variabel dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dapat diturunkan dari telaah teori maupun riset terdahulu/ empiris.
90 Fungsi Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan Fungsi Hipotesis
penelitian. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris. Dalam paradigma panelitian kuantitatif, hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris.
Fungsi hipotesis menurut Indriyantoro dan
Supomo (2002:74) adalah: 1. Hipotesis
menjelaskan
masalah penelitian dan
pemecahannya secara rasional 2.
Hipotesis
menyatakan
variable-
variabel penelitian yang perlu diuji secara empiris 3. Hipotesis digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode –metode pengujian data. 4.
Hipotesis
menjadi
dasar
untuk
membuat kesimpulan penelitian. Telaah Literatur Dan Pengembangan Hipotesis Literatur dimaksud bisa dari jurnal, buku, text database, tesis orang lain, disertasi doktor, paper, skripsi, makalah seminar dan lain-lain) Untuk mengarahkan peneliti dalam memperoleh perspektif ilmiah yang menjadi landasan pengembangan hipotesis. Untuk menghindari kemungkinan duplikasi dalam metode pengumpulan dan pengolahan data.
91 Mengarahkan argumentasi penggunaan metode pengumpulan dan pengolahan data penelitian sekarang kaitannya dengan penelitian sebelumnya. Untuk melakukan konfirmasi terhadap teori-teori atau temuan-temuan sebelumnya. Untuk menemukan keterbatasan penelitian terdahulu dan kemudian memperbaiki pada penelitian saat ini. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam telaah literatur/ riset terdahulu: Harus membahas identifikasi variabel-variabel yang relevan dengan masalah penelitian Harus menyatakan sifat dan arah hubungan atau perbedaan antara dua atu lebih variabel yang diteliti. Menjelaskan hubungan atau perbedaan antara variabel yang divisualisasikan dalam diagram. Menjelaskan perspektif yang menjadi landasan dalam pengembangan hipotesis berdasarkan temuan-temuan riset sebelumnya.
92
Gambar 4.9 Telaah Penelitian Terdahulu Rumusan Hipotesis Kriteria Hipotesis yang baik adalah: 1. Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian.
93 2. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. 3. Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya. Format Hipotesis 1. PERNYATAAN “JIKA – MAKA “ 2. HIPOTESIS NOL DAN ALTERNATIF 3. HIPOTESIS DIRECTIONAL DAN NON DIRECTIONAL PERNYATAAN “JIKA- MAKA’ CONTOH: JIKA PEGAWAI MENGALAMI TEKANAN DALAM BEKERJA YANG LEBIH RENDAH, MAKA MEREKA AKAN MEMPEROLEH KEPUASAN KERJA YANG LEBIH TINGGI. HIPOTESIS NOL DAN ALTERNATIF Bentuk baku hipotesis : Null Hypotheses (H0) = *Tidak ada beda antara x dan y. *Tidak ada asosiasi/ korelasi antara x dan y. *Tidak ada pengaruh x terhadap y. Alternative Hypotheses (HA) * Ada beda antara x dan y. * Ada asosiasi/ korelasi antara x dan y. * Ada pengaruh x terhadap y.
94 Ho = TIDAK
ADA
KENAIKAN
PENGARUH
GAJI
SIGNIFIKAN
TERHADAP
KINERJA
PEGAWAI Ha = ADA PENGARUH SIGNIFIKAN KENAIKAN GAJI TERHADAP KINERJA PEGAWAI HIPOTESIS DIRECTIONAL DAN NONDIRECTIONAL Hipotesis directional adalah hipotesis yang menyatakan Hipotesis Directional
sifat dan arah hubungan secara tegas antara dua atau lebih variabel. Contoh: Kualitas pelayanan Jasa perpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pasien rumah sakit. Hipotesis nondirectional adalah hipotesis yang tidak menyatakan arah hubungan antara variabel. Hipotesis ini digunakan bila 1). Belum ada teori yang menjadi landasan untuk menentukan arah hubungan antar variabel 2). Menurut riset terdahulu ditemukan belum ada kejelasan hubungan antar variabel yang diteliti. Contoh Hipotesis Non Directional: Ada hubungan langsung variabel gaya kepemimpinan dengan ketidakpastian lingkungan bisnis.
95
Gambar 4.11 Hipotesis Penelitian Soeratno dan Arsyad (2003:28) membedakan hipotesis menjadi dua , yaitu hipotesis kerja dan hipotesis penguji. Hipotesis Kerja Dan Hipotesis Penguji
Hipotesis kerja adalah suatu ide atau tanggapan mengenai langkah-langkah kemudian yang mungkin bermanfaat untuk
dilakukan.
Hipotesis
ini
merumuskan
suatu
tanggapan mengenai arah penelitian dan bukan mengenai hasil penelitian Hipotesis penguji adalah suatu tanggapan yang lebih tegas mengenai penyelesaian masalah yang diteliti. Tanggapan inilah yang diduga memberi jawaban tepat mengenai persoalan dan menentukan langkah-langkah yang dapat menguji kebenaran tanggapan tersebut. Hartono (2004:43) mengklasifikasikan hipotesis menjadi:
96 1. Hipotesis deskriptif Hipotesis
deskriptif
adalah
pernyataan
tentang
keberadaan sebuah variabel tunggal. Misalnya , manajer yang dikompensasi berdasar laba akan cenderung menaikkan laba perusahaan. 2. Hipotesis hubungan. Merupakan pernyataan tentang hubungan dua buah variable. Hipotesis hubungan dapat diklasifikasikan kembali menjadi, a. Hipotesis
korelasi,
yaitu
hipotesis
yang
mengatakan dua variabel terjadi bersamaan, tanpa diketahui mana yang mempengaruhi mana yang mempengaruhi yang lainnya. Contoh, terdapat hubungan positif antara besarnya kompensasi dan laba perusahaan. b.
H ipotesis penjelas/hipotesis kausal, yaitu hipotesis yang
menyatakan
hubungan
satu
variabel
menyebabkan perubahan variabel yang lainnya. Contoh, Perubahan laba (VI) secara positif akan berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian tidak berhipotesis Penelitian tidak selalu harus menggunakan Penelitian Tidak Berhipotesis
hipotesis (Hartono, 2004;40). Penelitian dengan tipe riset pengujian
hipotesis
menggunakan
hipotesis
karena
hipotesisnya sudah dapat ditentukan di awal riset. Contoh penelitian tidak berhipotesis adalah penelitian eksploratori, karena hipotesisnya tidak bisa ditentukan di awal riset.
97 Penelitian yang bersifat deskriptif juga tidak memerlukan hipotesis, karena hipotesis juga tidak bisa ditentukan di awal riset. Misalnya, penelitian mengenai penghitungan kinerja keuangan, tidak akan bisa ditentukan berapa hasil rasio dari penelitian yang nanti dilakukan. Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. ( Kuncoro, 2003:47). Peneliti tidak harus bertahan pada hipotesis tapi mendukung atau menolak hipotesisi tersebut berdasarkan data-data yang dikumpulkan. Hipotesis penelitian merupakan : 1. Jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian 2. Disusun berdasarkan rumusan nmasalah dan kerangka berpikir. 3. Tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis ( penelitian deskriptif) Tabel 4.1 Rumusan Masalah Dan Hipotesis Rumusan Masalah
Hipotesis
Apakah terdapat
Terdapat perbedaan motivasi
perbedaan motivasi
belajar mahasiswa antara
belajar mahasiswa antara
mahasiswa PTS dan PTN
mahasiswa PTS dan PTN? Apakah terdapat
Terdapat perbedaan kinerja
perbedaan kinerja
pemerintahan daerah
pemerintahan daerah
sebelum dan setelah
sebelum dan setelah
dikeluarkan Sk tentang
98 dikeluarkan Sk tentang
otonomi daerah
otonomi daerah? Adakah pengaruh antara
Terdapat pengaruh antara
cash flow perusahaan
cash flow perusahaan dengan
dengan kebijakan
kebijakan pembayara
pembayara deviden?
deviden.
Karateristik Hipotesis menurut Kuncoro (2003:48) adalah : Karakteristik Hipotesis
1. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, artinya hipotesis harus rasional, mengikuti penelitian yang telah ada dan memotivasi penelitian berikutnya, serta mempunyai kontribusi teori dan praktek. 2. Penjelasan yang masuk akal, hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang ada oleh karena itu merupakan penjelasan yang masuk akal. 3. Perkiraan yang tepat dan terukur artinya hipotesis yang sederhana namun jelas, mempermudah pembaca untuk mengerti, menyederhanakan pengujian yang perlu dilakukan, serta mempermudah formulasi kesimpulan dari analisa data. Hubungan yang ada antara kedua variabel yang diteliti dapat hubungan sebab akibar, atau bukan hubungan sebab-akibat 4. Dapat diuji artinya hipotesisi dinyatakan dengan formulasi yang baik dan dapat diuji melalui uji hipotesis Seorang peneliti tidak boleh mempunyai keinginan kuat agar hipotesisnya terbukti dengan cara mengumpulkan data yang bisa membantu memenuhi keinginannya, atau
99 memanipulais data sedemikian rupa sehingga keterbuktian hipotesis terpenuhi. Peneliti harus bersifat obyektif terhadap data yang terkumpul, sehingga seorang peneliti dapat bersifat dua hal, yaitu : 1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terpenuhi pada saat penelitian itu berakhir. 2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa
data
yang
terkumpul
tidak
mendukung
terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung) Apabila peneliti memilih tindakan yang kedua, maka dalam
laporan
penelitian
harus
dituliskan
proses
penggantian ini, sehingga peneliti bertindak jujur dan tegas. Cara yang bisa dilakukan untuk menguji : 1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel penyebab dan bariabel akibat. 2. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab itu. 3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut. Tabel 4.2 Beberapa Kekeliruan Pada Saat Membuat Kesimpulan Tentang Hipotesis Kesimpulan &
Keadaan
Keadaan
Keputusan
Sebenarnya
Sebenarnya
Hipotesis Benar
Hipotesis Salah
Tidak membuat
Kekeliruan II
Terima Hipotesis
100 Kekelirian Tolak Hipotesis
Kekeliruan Macam
Tidak Membuat
I
Kekeliruan
Sumber : Arikunto (1997:68-69) Kekeliruan I yaitu salah dengan menolak hipotesa nol yang benar Kekeliruan II yaitu salah tidak menolak hipotesa nol yang tidak benar Jika hal tersebut dapat dibuktikan maka hipotesis dalam penelitian tersebut sudah baik, walaupun hipotesis itu penting dalam penelitian sebagai pedoman kerja tapi tidak semua penelitian itu berhipotesis (penelitian eksploratif, survei atau kasus), karena tujuan penelitian ini tidak menguji hipotesis tapi mempelajari gejala-gejala sebanyakbanyaknya. Berdasarkan G.E.R Brurrough dalam bukunya Arikunto (1997:65) penelitian berhipotesis itu penting dilakukan untuk : 1. Penelitian yang melakukan penghitungan banyak sesuatu 2. Penelitian tentang perbedaan. 3. Penelitian mengenai hubungan. Hipotesis
hanya
dibuat
jika
yang
dipermasalahkan
menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih, jawaban yang sifatnya deskriptif tidak perlu dihipotesiskan serta penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga. Oleh karena itu di dalam sebuah penelitian
banyaknya
hipotesis
tidak
sama
dengan
101 banyaknya
permasalahan
dan
tujuan
penelitian
(Arikunto1997:71). Contoh : 1. Seberapa tinggi prestasi kerja karyawan di Kantor Audit Publik Kota Semarang (tidak berhipotesis) 2. Seberapa tinggi motivasi kerja karyawan Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang (tidak dihipotesiskan) 3. Apakah ada hubungan antara motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan KAP di Kota Semarang Hipotesis: Ada hubungan antara motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan di KAP Kota Semarang
Ringkasan Elemen teori terdiri dari konsep, construct, definisi dan proposisi yang memberi gambaran secara sistematis mengenai
fenomena-fenomena
melalui
penentuan
hubungan antar variabel. Konsep dan construct keduanya merupakan elemen teori yang mempunyai pengertian yang mirip. Keduanya dapat dibedakan untuk keperluan ilmiah. Variabel penelitian merupakan proksi dari construct yang diukur untuk memberi gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena yang diteliti. Definisi
operasional
menjelaskan
operasionalisasi
pengukuran construct menjadi variabel penelitian. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian yang dikembangkan
102 berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses pemulihan, pengumpulan dan analisis data. Pengembangan hipotesis melalui telaah literatur diarahkan untuk menghasilkan prespektif teoretis untuk jawaban masalah atau pertanyaan penelitian.
103
BAB 5 DESAIN RISET / PENELITIAN Oleh Dr. Ir. E. Setiawan, SE, MM
A. Desain Riset Rancangan riset
adalah proses
pemikiran
dan
mempersiapkan riset yang akan dilakukan. Pada bagian ini merupakan langkah setelah penentuan hipotesis, merancang riset berarti menentukan jenis risetnya, menentukan data yang akan digunakan dan merancang model empiris untuk menguji hipotesis-hipotesis secara statistika. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam design riset
menurut Cooper dan Schindler dalam Jogiyanto(2004 : 53) adalah sebagai berikut:
Design riset adalah perancangan aktivitas dan waktu.
Design riset selalu didasarkan pada pertanyaan atau topik riset.
Design riset mengarah ke pemilihan sumber-sumber daya dan tipe informasi yang diperlukan.
Design riset adalah suatu kerangka hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti.
Design riset merupakan langkah-langkah untuk setiap aktivitas riset.
Karakteristik Yang Perlu Dirancang
104 Hasil penelitian lebih spesifik dapat dimaksudkan sebagai : Studi Eksploras, Studi Deskriptif dan Pengujian Hipotesis Karakteristik-karakteristik dari riset yang perlu ditentukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan jenis dari risetnya apakah riset eksploratori (Exploratory Research). Riset Eksplorasi
Riset
ekploratori
(studi
eksplorasi)
atau
studi
penjajakan menurut Indrianto dan Supomo (1999:87) adalah memahami karakteristik fenomena atau masalah yang diteliti karena belum banyak literatur yang membahas masalah tersebut, sehingga peneliti tidak memperoleh informasi mengenai pemecahan masalah tersebut. Informasi latar belakang masalah yang diperlukan
untuk memahami
dan merumuskan
masalah penelitian, penyusunan kerangka teoretis, pengembangan hipotesis dan pengujiannnya. Studi ini diperlukan untuk menjajaki sifat dan pola fenomena yang menarik bagi peneliti dan berguna untuk menyusun Konstruksi Teori. Tiga tujuan yang saling terkait adalah: a) Melakukan diagnosa terhadap fenomena tertentu. b) Menyaring alternatif-alternatif. c) Menemukan ide-ide baru. Studi penjajakan (ekplorasi) untuk penelitian bisnis, dalam mengklarifikasi masalah-masalah bisnis yang kurang jelas atau ambiguitas. Studi ekplorasi dapat dikelompokkan menjadi:
105 1.
Survei Pengalaman.
2.
Analisis data Sekunder.
3.
Metode Studi Kasus.
4.
Uji Coba (Pilot Study) untuk analisis Kualitatif.
Masing-masing kategori menawarkan berbagai teknik pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dalam studi eksplorasi dapat menggunakan berbagai teknik, antara lain observasi dan wawancara. Tipe Data yang dikumpulkan dalam studi ini sebagian besar data kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan, peneliti dalam menghubungkan teori atau Hipotesis yang perlu diuji melalui penelitian selanjutnya. 2. Studi Deskriptif (Riset Deskriptif) Studi Deskriptif
Merupakan
penelitian
terhadap
fenomena
atau
populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek berupa:
individu,
organisasional,
industri
atau
perspektif yang lain. Tujuan studi ini adalah untuk menjelaskan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena yang diamati, studi ini dimaksudkan
untuk
menjelaskan
karakteristik
fenomena atau masalah yang ada, yang juga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis, maka dari itu studi deskriptif disebut juga analisis diagnosis. Datanya dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Studi ini kadang-kadang dimasukkan juga
106 untuk menguji hipotesis atau menjawab penyataan penelitian. Tujuan penelitian, yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, pada dasarnya adalah pengembangan teori dan pemecahan masalah. Kedua tujuan penelitian tersebut bersifat umum. Penelitian secara spesifik menyatakan tujuan studi atau pengujian. Maka dari itu, hasil
penelitian
dimaksudkan
secara
untuk
lebih
spesifik
menurunkan
menjadi
dapat jenis
penelitian. 3. Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis
Penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis pada dasarnya penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Tipe hubungan antara variabel atau lebih sesuai yang diuraikan pada bab sebelumnya,
merupakan
hubungan
korelasional,
komparatif (perbandingan) dan hubungan sebab-akibat. Hipotesis penelitian dikembangkan berdasarkan teoriteori
kemudian
diuji
berdasarkan
data
yang
dikumpulkan. Pengujian hipotesis merupakan tujuan studi termasuk studi ekplorasi dan studi deskriptif yang memiliki pengaruh terhadap elemen desain penelitian yang lain, terutama dalam pemilihan metode pengujian data. Tujuan
studi
atau
digambarkan sebagai berikut :
pengujian
dapat
107
Studi Eksplorasi
SURVEY PENGALAMAN
UJI COBA Tujuan Studi
Studi Descriptive
ANALISIS DATA SEKUNDER
METODE STUDI KASUS Pengujian Hipotesis
Sumber: Indriantoro dan Supomo (2002: 88) Gambar 5.1 Bagan Tujuan Studi Atau Pengujian B. Tipe Hubungan antar Variabel Tipe hubungan yang diteliti dapat berupa hubungan korelasional, yaitu asosiasi antara variabel satu dengan variabel lainnya yang bukan merupakan hubungan sebabakibat. Perbedaan antara kedua tipe hubungan tersebut dapat dilihat dari karakteristik hubungan antara variabel Tipe Hubungan
independen dengan variabel dependen. Jika variabel dependen (disebut variabel Y) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel dependen tertentu (sebuah variabel X), maka dapat dikatakan jika variabel X menyebabkan variabel Y. Hubungan antara variabel X dan Y tersebut merupakan
108 hubungan
sebab-akibat.
Hubungan
variabel
dalam
fenomena sosial (termasuk fenomena bisnis), sering tidak hanya satu atau dua variabel independen saja yang menyebabkan suatu masalah (variabel dependen). Jika terdapat banyak variabel independen, maka tipe hubungan antar variabel yang paling mungkin adalah berupa hubungan korelasional (asosiasi) dari pada hubungan sebab-akibat. Tipe hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut:
Korelasional Tipe Hubungan Sebab-Akubat Sumber: Indriantoro dan Supomo (2002:90) Gambar 5.2 : Tipe Hubungan Antar Variabel
C. Lingkungan (Setting) Penelitian Penelitian
terhadap
suatu
fenomena
dapat
dilakukan pada lingkungan yang natural dan lingkungan yang artifisial (buatan). Fenomena yang ada pada Lingkungan Penelitian
109 lingkungan penelitian yang natural merupakan kejadiankejadian
alamiah
yang
berlangsung
secara
normal
lingkungan (setting) penelitian dapat sengaja dibuat oleh peneliti untuk keperluan penelitian eksperimen yang menguji
hubungan
sebab-akibat.
Peneliti
membuat
manipulasi terhadap variabel tertentu dan membuat lingkungan (setting) penelitian untuk meneliti akibat-akibat yang ditimbulkannya. Berdasarkan kondisi lingkungan penelitian dan tingkat
keterlibatan
peneliti,
penelitian
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu : a. Studi lapangan. Penelitian Eksperimen Lapangan: Penelitian yang menguji hubungan korelasional antar variabel dengan kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti yang minimal
b. Eksperimen lapangan. c.
Eksperimen Laboratorium.
Studi Lapangan (field Study) Studi ini adalah tipe penelitian yang menguji hubungan korelasional antar variabel dengan kondisi lingkungan penelitian yang natural dan tingkat keterlibatan peneliti yang minimal. Contoh: Seorang dosen meneliti asosiasi antara nilai tes masuk dengan indeks prestasi mahasiswa. Subyek penelitian adalah mahasiswa baru jurusan manajemen sebuah perguruan tinggi. Untuk keperluan tersebut, penelitian melakukan analisis korelasi terhadap nilai tes masuk setiap mahasiswa dengan indeks prestasi mereka pada semester
Penelitian Eksperimen Lapangan: Merupakan tipe penelitian eksperimen yang dilakukan pada lingkungan penelitian
pertama. Eksperimen Lapangan (Field Experiment)
110 Eksperimen lapangan merupakan tipe penelitian eksperimen yang dilakukan pada lingkungan penelitian yang alamiah atau bukan buatan. Peneliti dalam penelitian ini membuat manipulasi akan variabel tertentu untuk mengetahui
akibat
yang
keterlibatan
peneliti
dalam
ditimbulkannya. studi
ini
lebih
Tingkat tinggi
dibandingkan dengan yang dilakukan peneliti dalam studi lapangan. Contoh : Seorang dosen ingin meneliti hubungan sebab-akibat antara metode pengajaran dengan prestasi akademik untu semester gasal dan genap. Pada semester gasal dosen memberikan modul dan banyak memberikan mini test serta pembahasan soal-soal. Sedangkan pada semester genap dosen tidak memberikan modul atau pun mengadakan mini test. Berdasarkan
perbedaan
metode
pengajaran
tersebut,
peneliti menganalisis pengaruhnya terhadap nilai rata-rata hasil ujian dari setiap kelas.
Eksperimen Laboratorium (Laboratory Experiment) Eksperimen ini merupakan suatu penelitian sebab-akibat Eksperimen Laboratorium: Merupakan suatu penelitian sebabakibat pada lingkungan artifisial (buatan)
pada lingkungan artifisial (buatan). Diantara ketiga lingkungan studi, eksperimen laboratirium, keterlibatan peneliti yang paling tinggi. Peneliti terlibat dalam pembuatan seting yang artifisial dan melakukan manipulasi terhadap variabel tertentu. Contoh :
111 Seorang dosen ingin meneliti hubungan sebab-akibat antara tingkat bunga dengan tabungan melalui eksperimen yang menggunakan lingkungan artifisial. Peneliti mengumpulkan 40 orang mahasiswa semester terakhir jurusan manajemen yang mempunyai umur kurang lebih sama sebagai partisipasi dalam eksperimen tersebut. Partisipasi dibagi menjadi empat kelompok (masing-masing kelompok 10 orang). Setiap kelompok partisipasi diberi uang dalam jumlah yang sama. Masing-masing kelompok diberi kebebasan untuk mengatur penggunaan uang tersebut untuk berbagai kepentingan, cara dan jumlah sesuai yang mereka inginkan. Peneliti dalam eksperimen ini melakukan manipulasi terhadap variabel tingkat bunga. Bunga simpanan ditentukan dalam beberapa tingkat (0, 10, 13, 15 persen). Masing-masing kelompok, dengan demikian memiliki peluang untuk dapat mengadakan uang mereka atau sebaliknya kemungkinan mereka menderita kerugian dalam eksperimen tersebut.
Studi Lapangan Setting alamiah Eksperimen Lapangangan
Setting Penelitian Setting Artifisial
Eksperimen Laboratorium
112
Sumber: Indriantoro dan Supomo (2002: 93) Gambar 5.3 Pembagian Lingkungan Studi
D. Unit Analisis Unit analissi merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian. Unit analisis berdasarkan pada perumusan masalah atau pertanyaan penelitian, adalah elemen
Unit Analisis
penting
dalam
desain
penelitian
karena
mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Sebagai contoh, penelitian mengenai perilaku pekerja dapat menggunaka unit analisis tingkat individual jika diamati adalah pekerja secara individual. Unit data yang dianalisis adalah data yang berasal dari setiap individual pekerjaan. Meskipun yang diteliti merupakan kelompok suatu organisasi atau satuan kerja maka tetap yang dianalisis adalah data yang berasal dari setiap individual pekerjaan. Unit analisisnya merupakan agregasi terhadap data individual pekerja yang ada dalam satu kelompok, begitupula pada penelitian dalam perilaku organisasi maka unit analisisnya adalah tingkat organisasional. Unit data analisis
merupakan
penjumlahan
dari
seluruh
data
individual pekerja yang menjadi anggota suatu organisasi.
E. Horison Waktu Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara Studi Satu Tahap: Merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus
113 bertahap dalam beberapa periode waktu yang relatif lebih lama (lebih dari satu titik waktu) hal ini, tergantung pada masalah yang akan dijawab. Ada 3 macam horison waktu yaitu studi satu tahap, studi cross sectional - studi time series, dan studi beberapa tahap. a. Studi satu tahap (one shot study) Studi satu tahap merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus. Datanya berupa data dari satu atau beberapa subyek penelitian yang mencakup satu atau beberapa periode waktu (hari, minggu, bulan, atau hahun). Fokus utama dalam penelitian ini adalah tahap frekuensi pengumpulan data, yaitu satu tahap atau sekaligus. Sebagai contoh penelitian untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap berbagai merek produk. Pengumpulan data dilakukan sekaligus melalui metode survei. Setalah itu peneliti tidak melakukan survei lagi pada konsumen yang sama. b. Studi cross sectional - Studi time series Studi cross sectional sering mengacaukan studi satu Studi Cross Sectional: Merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan komparatif beberapa subyek yang diteliti
tahap, pasalnya studi cross sectional merupakan studi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan komparatif beberapa subyek yang diteliti. Studi ini merupakan studi satu tahap yang datanya berupa beberapa subyek pada waktu tertentu. Misalnya, studi perbandingan kinerja keuangan 4 perusahaan pada tahun tertentu. Studi cross sectional berbeda dengan studi time series mengenai datanya. Studi time series lebih menekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu.
114 Contoh, penelitian mengenai pengukuran kinerja keuangan suatu perusahaan selama periode tahun 20002008. studi komparatif yang lebih kompleks dapat berupa kombinasi antara studi cross sectional dengan studi time series. Untuk jelasnya membedakan studi cross sectional dengan studi time series dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Melibatkan satu waktu tertentu dengan banyak sampel (cross sectional). Cross section data adalah data yang dapat Cross Section Data: Data yang dapat menggambarkan keadaan pada waktu yang bersangkutan
menggambarkan
keadaan
pada
waktu
yang
bersangkutan (Supranto,1997:147). Contoh:
Keadaan personel, keuangan, produksi, peralatan, dan sebagainya dari suatu perusahaan pada kuartal pertama tahun 1996.
Keadaan penduduk Indonesia dan segala karakteristik pada tahun 1996.
Analisis cross section untuk melihat perbedaan. 2. Melibatkan aturan waktu (time series) Time Series Data: Biasanya menggambarkan kejadian-kejadian yang telah lampau
Time series data (historical data) dikumpulkan dari waktu ke waktu. Contoh:
Perkembangan harga emas dari bulan ke bulan.
Perkembangan impor sepeda motor dari tahun ke tahun.
115
Perkembangan UMR suatu kota dari tahun ke tahun.
Time series data sering juga disebut historical data sebab biasanya menggambarkan kejadian-kejadian yang telah lampau. Analisis data time series untuk melihat perubahan (change) bersifat dinamis. Time series biasanya untuk menarik suatu trend yaitu suatu
garis
yang
menggambarkan
arah
perkembangan suatu kejadian secara umum, misal: -
Tren nilai import yang meningkat.
-
Tren peringkat daya saing yang agak menurun.
-
Tren upah buruh yang menaik.
-
dan sebagainya.
Untuk keperluan pembuatan ramalan lebih baik digunakan time series. c. Studi beberapa tahap Studi Beberapa Tahap
Penelitian kemungkinan tidak cukup dengan satu tahap pengumpulan data dalam menjawab masalah atau pertanyaan penelitian. Penelitian hubungan kausal komparatif dan hubungan sebab-akibat umumnya membutuhkan lebih dari satu tahap pengumpulan data pada saat yang berbeda. Studi ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan usaha yang lebih banyak dibandingkan dengan tipe studi satu tahap, untuk itu penelitian ini sering disebut penelitian jangka pangjang (longitudinal study). Pengamatan dalam studi ini lebih intensif dan lebih baik dibandingkan pada observasi dalam studi satu tahap, walaupun memerlukan waktu
116 dan biaya yang relatif lebih mahal. Misal, peneliti ingin mengetahui
dan
menjelaskan
bagaimana
peran
akuntansi dalam membentuk budaya perusahaan tempat akuntansi dipraktikkan. Untuk itu, peneliti melakukan pengamatan
intensif
terhadap
realitas
(praktik)
akuntansi pada perusahaan tertentu dalam jangka waktu relative lama.
F. Pengukuran Construct Pembahasan
mengenai
construct
sudah
dibahas
panjang di bab sebelumnya. Pada pembahasan pada bab ini construct Pengukuran Construct
hanya
pengukurannya.
akan
sedikit
Construct
dilihat
dari
sisi
merupakan abstraksi
dari
fenomena atau realitas yang untuk keperluan penelitian harus dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel yang diukur dengan berbagai macam nilai (Indriantoro dan Supomo, 2002: 96). Kemudian Sugiyono (2002: 32) mengambil pernyataan dari Karlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang dipelajari.
Seperti halnya yang dinyatakan oleh kedua
orang pakar metodelogi penelitian diatas bahwa construct memerlukan
definisi
operasional
yang
umumnya
merupakan pedoman atau ketentuan yang dapat digunakan oleh peneliti lain untuk mengukur suatu construct dengan cara yang sama. Construct dapat diukur dengan angka atau atribut yang menggunakan skala tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 96).
117 Construct merupakan abstraksi dari fenomena yang berupa: kejadian, proses, atribut, subyek atau obyek tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002: 97). Kemudian dalam buku Sugiyono (2002: 32) memberikan contoh construct
misalnya:
tingkat
aspirasi,
penghasilan,
pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. Terdapat beberapa tipe skala pengukuran construct sesuai dengan sifat dan jenis fenomena yang diabstraksikan oleh construct. Skala tersebut terdiri dari: (1) skala nominal, (2) skala ordinal, (3) skala interval, (4) skala rasio. 1. Skala Nominal (Nomila Scale) Skala Nominal Scale
nominal
adalah
skala
pengukuran
yang
menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari construct yang diukur dalam bentuk variabel. Misalnya, jenis kelamin merupakan variabel yang terdiri atas dua kategori: pria dan wanita. Skala nominal bersifat saling meniadakan, yaitu jika tidak wanita berarti pria. Skala nomina merupakan skala pengukuran yang paling sederhana. Nilai variabel dengan skala nominal hanya menjelaskan kategori,
tetapi tidak menjelaskan
peringkat, jarak atau perbandingan (indriantoro dan Supomo, 2002: 97). 2. Skala Ordinal (Ordinal Scale) Ordinal Scale
Skala nominal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur (Indriantoro dan Supomo, 2002: 97). Misalnya mahasiswa STIE Widya
118 Manggala diminta untuk memilih dosen mana yang mereka
pilih sesuai
dengan preferensi
mereka.
Responden diminta untuk menyusun urutan pilihan terhadap preferensi mereka dengan menyatakan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 5. Angka 1 adalah dosen pertama yang paling mereka senangi, demikian seterusnya sampai angka 5 yang menunjukan tingkat pilihan yang terakhir. 3. Skala Interval (Interval Scale) Interval Scale
Skala interval merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct yang diukur. Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5 atau angka 1 sampai dengan 7. Skala pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang sama karena skala ini tidak menggunakan angka 0sebagai titik awal perhitungan. Nilai skala interval bukan angka absolut, misal jarak antara 1 dengan 2 sama dengan jarak antara 3 dengan 4. Penunjuk waktu (kalender atau jam) merupakan contoh skala interval, jumlah hari antara tanggl 1 sampai dengan tanggal 4 adalah sama dengan jumlah hari antara
tanggal
21
sampai
dengan
tanggal
24
(Indriantoro dan Supomo, 2002: 97). Ratio Scale
4. Skala Rasio (Ratio Scale) Skala
rasio merupakan skala
menunjukan
kategori,
pengukuran yang
peringkat,
jarak
dan
perbandingan construct yang diukur. Skala rasio menggunakan nilai absolut. Nilai uang atau ukuran
119 berat merupakan contoh pengukuran dengan skala rasio. Nilai uang sebesar satu juta rupiah merupakan kelipatan sepuluh kali dari nilai uang seratus ribu rupiah. Jika berat badan seseorang adalah 70 kilogram sama dengan dua kalilipat dari orang yang memiliki berat badan 35 kilogram.
Ringkasan desain penelitian meliputi: tujuan studi, tipe hubungan variabel, setting penelitian, unit analisis, horison waktu, skala pengukuran dan metode pengujian data yang dirancang untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian. Tujuan studi dalam penelitian dapat berupa: (1) studi eksplorasi
yang
dimaksudkan
untuk
memahami
permasalahan yang relatif belum diteliti, (2) studi deskriptif, yaitu untuk menjelaskan karakteristik masalah yang bermanfaat untuk pemecahan masalah, dan (3) pengujian hipotesis mengenai hubungan antar variabel berdasarkan fakta empiris. Tipe hubungan antar variabel dapat berupa: (1) hubungan korelasional, yaitu asosiasi antara beberapa variabel independen dengan beberapa variabel dependennya, (2) hubungan sebab akibat, yang menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya. Lingkungan (setting) penelitian dapat berupa lingkungan alamiah yang bukan buatan peneliti atau lingkungan artifisial yang sengaja dibuat oleh peneliti. Studi lapangan
120 merupakan tipe penelitian yang menggunakan seting alamiah dengan keterlibatan peneliti yang minimal. Eksperimen lapangan seperti halnya studi lapangan yang menggunakan seting alamiah, tetapi ada keterlibatan peneliti yang melakukan manipulasi terhadap variabel tertentu.
Eksperimen
laboratorium
merupakan
tipe
penelitian yang menggunakan seting artifisial dan adanya manipulasi terhadap variabel penelitian tertentu oleh peneliti. Construct
dalam
penelitian
dapat
diukur
dengan
menggunakan empat tipe skala pengukuran, yaitu: (1) skala nominal, yang menyatakan kategori, (2) skala ordinal, yang menyatakan kategori dan peringkat, (3) skala interval yang menyatakan kategori peringkat dan jarak, (4) skala rasio yang
mengukur:
kategori,
peringkat,
jarak
dan
perbandingan. Metode pengukuran sikap, antara lain terdiri atas: (1) skala sederhana yang mengukur sikap dengan skala nominal, (2) skala kategori yang menggunakan beberapa alternatif penilaian untuk mengukur sikap, (3) skala likert, mengukur sikap melalui pernyataan setuju atau ketidak setujuan responden, (4) skala perbedaan semantis, mengukur sikap dengan menggunakan alternatif penilaian yang terletak diantara dua kutup ekstrem, (6) skala grafis mengukur sikap dengan menggunakan gambar atau grafik.
121
BAB 6 PEMILIHAN DATA (SAMPEL) PENELITIAN Oleh Haliman T, ST, MM
A. Populasi Untuk membahas populasi, sampel dan teknik sampling perlu dipahami beberapa istilah, diataranya: Populasi: Yaitu kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi obyek penelitian
Populasi. Yaitu kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi obyek penelitian (Kuncoro, 2003: 103).
Contoh Populasi: o
Jika kita ingin meneliti sikap konsumen terhadap suatu produk, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut.
o
Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “XYZ”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “XYZ” tersebut.
o
Jika yang diteliti adalah prestasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Dalam penelitian kuantitatif, apalagi jika dirancang
sebagai sebuah penelitian survei (survey research), keberadaan populasi dan sampel penelitian nyaris tak dapat dihindarkan. Populasi dan sampel merupakan sumber
122 utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian kita. Demi mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan, populasi dan sampel yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan baik dari segi scope, ukuran, maupun karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam penelitian akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian kita. Problematika yang ada dalam pemilihan data kuantitatif umumnya berkaitan dengan populasi data yang diteliti.
Populasi
Supomo(2002:
115)
berdasarkan merupakan
Indriantoro sekelompok
dan orang,
kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi. Masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang
menggunakan
metode
survei
sebagai
teknik
pengumpulan data. Penentuan populasi berbeda dengan penentuan unit analisis, meskipun keduanya berkaitan dengan unit data yang dianalisis. Misal, penelitian mengenai kinerja dapat menggunakan unit
analisis
pada
tingkat
individual
(seseorang), kelompok (sekelompok orang). Jika dipilih unit analisis tingkat individual, masalah selanjutnya adalah menentukan populasi data siapa dan berapa jumlah orang yang akan diteliti. Jika peneliti ingin mengifestigasi kinerja manajer secara individual, maka populasi data penelitian adalah setiap orang yang memiliki karektiristik sebagai
123 menejer. Lalu apakah peneliti akan meneliti semua orang yang memiliki predikat manajer.
B. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi. Jadi dalam Sampel
sebuah penelitian harus ada populasi, baru menentukan sampel. Dengan kata lain tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Namun apabila peneliti ingin meneliti seluruh elemen populasi, maka tidak ada sampel dan tidak ada teknik pengambilan sampel. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen populasi dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa
dilakukannya
adalah
meneliti
sebagian
dari
keseluruhan elemen atau unsur tadi. Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel dari pada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan (Uma Sekaran, 1992) (d) demikian pula jika elemen populasi
124 homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi,
maka cara penarikan
sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.
C. Penelitian Sampel Dan Sensus Populasi atau sering juga disebut universe adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciricirinya akan diduga atau ditaksir (estimated). Ciri-ciri populasi disebut parameter. Oleh karena itu, populasi juga sering diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan dijaring atau dikumpulkan. Populasi dalam penelitian (penelitian komunikasi) bisa berupa orang (individu,
kelompok,
organisasi,
komunitas,
atau
masyarakat) maupun benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa, jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan Penelitian Sampel Dan Sensus
populasi
sasaran.
Populasi
sampling
adalah
keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data. Sebagai contoh, misalnya kita akan meneliti bagaimana
125 rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad dan kita hanya akan memokuskan penelitian kita pada mahasiswa yang aktif di lembagalembaga
kemahasiswaan,
Fakultas
Ilmu
maka
Komunikasi
seluruh
Unpad
mahasiswa
adalah
populasi
sampling, sedangkan seluruh mahasiswa yang aktif dalam lembaga kemahasiswaan adalah populasi sasaran. Konsep lainnya yang harus dipahami dan tidak boleh dikelirukan adalah jumlah populasi (population numbers) dan ukuran populasi (population size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Misalnya, ketika kita meneliti tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad (Fikom Unpad), maka jumlah populasinya adalah satu, yakni kategori mahasiswa. Sementara itu, jika kita meneliti sikap cifitas akademika Fikom Unpad terhadap kebijakan rektor dalam
menaikkan
biaya
pendidikan,
maka
jumlah
populasinya sebanyak kategori yang terkandung dalam konsep cifitas akademika, misalnya terdiri dari kategori mahasiswa, dosen, dan staf administratif. Jadi, jumlah populasinya ada tiga. Ukuran populasi adalah banyaknya unsur atau unit yang terkandung dalam sebuah kategori populasi tertentu, yang dilambangkan dengan huruf N. Misalnya, ketika kita meneliti bagaimana rata-rata tingkat prestasi akademik mahasiswa Fikom Unpad, maka jumlah populasinya adalah satu dan ukuran populasinya 8.236
126 orang (sesuai dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar resmi di Fikom Unpad). Jika kita menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka penelitian kita disebut sensus. Sensus Sensus: Jika kita menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka penelitian kita disebut sensus
merupakan penelitian yang
dianggap
dapat
mengungkapkan ciri-ciri populasi (parameter) secara akurat dan komprehensif, sebab dengan menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka gambaran tentang populasi tersebut secara utuh dan menyeluruh akan diperoleh. Oleh karena itu, sebaik-baiknya penelitian adalah penelitian sensus. Namun demikian, dalam batasbatas tertentu sensus kadang-kadang tidak efektif dan tidak efisien, terutama jika dihubungkan dengan ketersedian sumber daya yang ada pada peneliti. Misalnya, bila dikaitkan dengan fokus penelitian, keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya yang dimiliki oleh peneliti. Dalam keadaan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan sensus, maka peneliti boleh mengambil sebagian saja dari unsur populasi untuk dijadikan objek penelitiannya atau sumber data. Sebagian unsur populasi yang dijadikan objek penelitian itu disebut sampel. Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi
Sampel: Sampel atau juga sering disebut contoh adalah wakil dari populasi yang ciricirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi.
yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan akan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu, jika kita menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang akan kita peroleh adalah ciri-ciri sampel bukan ciri-ciri populasi, tetapi ciri-ciri sampel itu harus dapat digunakan untuk menaksir populasi. Ciri-ciri sampel disebut statistik.
127 Sama halnya dengan populasi, dalam sampel pun ada konsep jumlah sampel dan ukuran sampel. Jumlah sampel adalah banyaknya kategori sampel yang diteliti yang dilambangkan dengan huruf k, yang jumlahnya sama dengan jumlah populasi (k=K). Sedangkan ukuran sampel (dilambangkan dengan huruf n) adalah besarnya unsur populasi yang dijadikan sampel, yang jumlahnya selalui lebih kecil daripada ukuran populasi (n
benar-benar
memahami
(tidak
mengelirukan)
pengertian istilah jumlah sampel dengan ukuran sampel, sebab jumlah sampel dan sifat sampel yang diteliti (terutama untuk penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional)
akan
sangat
menentukan
inferensial yang mana yang harus
uji
statistik
digunakan untuk
menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian kita. Ketepatan dalam memilih uji statistik inferensial itu merupakan salah satu unsur penentu validitas atau kesahihan penelitian kita. Dalam menguji korelasi di antara variabel-variabel yang diteliti, misalnya, ada uji statistik inferensial yang hanya berlaku untuk menguji satu sampel, dua sampel independen, dua sampel berhubungan, dan k sampel independen atau k sampel berhubungan, dan sebagainya (Silakan baca buku Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial tulisan Sidney Siegel). Karena data yang diperoleh dari sampel harus dapat digunakan
untuk
menaksir
populasi,
maka
dalam
mengambil sampel dari populasi tertentu kita harus benarbenar bisa mengambil sampel yang dapat mewakili
128 populasinya atau disebut sampel representatif. Sampel representatif adalah sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relatif sama dengan ciri karakteristik populasinya.
Tingkat
kerepresentatifan
sampel
yang
diambil dari populasi tertentu sangat tergantung pada jenis sampel yang digunakan, ukuran sampel yang diambil, dan cara pengambilannya. Cara atau prosedur yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi tertentu disebut teknik sampling.
Elemen. Yaitu unit dimana data yang diperlukan
akan
dikumpulkan.
Elemen
dapat
dianalogikan dengan unit analisis (Kuncoro, 2003: 103). Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Contoh elemen: o
Kalau
dalam
populasi
terdapat
30
laporan
keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen populasi. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen populasi. o
Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.
Sampel. Yaitu bagian populasi.
Subyek Penelitian. Nenurut Indriantoro dan Supomo (1999:115) Subyek merupakan anggota sampel.
Subyek Penelitian. Yaitu Nenurut Indriantoro dan Supomo (1999:115) Subyek merupakan anggota sampel.
129
Unit analisis adalah tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian. Contoh: Penelitian yang menggunakan perilaku pekerja dapat menggunakan unit analisis tingkat individual namun jika yang diamati adalah perilaku pekerja tingkat kelompok maka yang menjadi unit analisis adalah kelompok dalam organisasi bisa berupa kelompok kerja, satuan tugas dsb.
Kerangka Sampel. Yaitu representasi fisik dari obyek, individu, kelompok, yang sangat penting dalam penentuan sampel.
D. Kriteria Pemilihan Sampel Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan. Kriteria Pemilihan Sampel: Sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi
Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan.
130 Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest (sebuah majalah yang terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper & Emory, 1995, Nan lin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah ini berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari calon-calon presiden yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk dalam buku telepon dan dari daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah. Berdasarkan jajak pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan Franklin D. Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika. Setelah diperiksa secara seksama, ternyata Literary Digest membuat kesalahan dalam menentukan sampel penelitiannya. Karena semua sampel yang diambil adalah mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya
131 pemilih yang sebagian besar tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal Rosevelt lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh : (1) keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel (2) agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus
mempunyai
selengkap
mungkin
karakteristik
populasi (Nan Lin, 1976). Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan
karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai Sampling Eror: Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahankesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error”
bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut. Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahankesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error”. Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang
132 diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.
E. Prosedur Pemilihan Sampel Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom Prosedur Pemilihan Sampel: Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling
dimaksud
samping/nonprobability dengan
random
sampling.
sampling
adalah
Yang cara
pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling
Jenis Random Sampling: simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling.
atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang
lainnya
karena
kemungkinannya 0 (nol).
jauh
tidak
dipilih,
artinya
133 Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa Jenis Nonprobability: Beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling
diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak
mengetahui
dengan
pasti
berapa
jumlah
konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa
200
konsumen
sebagai
sampel
dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen? Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap teh botol.
134 Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic
sampling,
dan
area
sampling.
Pada
nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling Probability/Random Sampling. Syarat
pertama
yang
harus
dilakukan
untuk
mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan
kerangka
sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut Sampling Frame: daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel
selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut.
Jika
populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap.
135 Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya. Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri. 1. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang Systematic Sampling
banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.
Misalnya, setiap unsur populasi yang
keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya : a. Susun sampling frame.
136 b. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil. c. Tentukan K (kelas interval). d. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja. e. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih. f. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya. 2. Cluster Sampling atau Sampel Gugus Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara Cluster Sampling
pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan
teknik
pengambilan
sampel
acak
yang
distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A: laki-laki semua, stratum B: perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula.
Beda
jenis
kelaminnya,
beda
tingkat
pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan menggunakan
perusahaan, cluster
maka
sampling
peneliti
dapat
untuk mencegah
137 terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur: a. Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen. b. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel. c.
Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak.
d. Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample.
F. Metode Pemilihan Sampel Probalitas Probability Sampling: Adalah teknik pengambilan sampel dimana elemen populasi memiliki peluang yang diketahui untuk terpilih sebagai subyek dalam sampel
Menurut menurut Cooper & Emory (1996:216), pengambilan sampel yang didasarkan pada konsep seleksi acak, prosedur yang terkontrol untuk menjamin bahwa setiap elemen populasi sudah tentu merupakan peluang seleksi, bukan nol yang diketahui, sedangkan menurut Sekaran (2006:127) , probability sampling dilakukan bila elemen populasi memiliki peluang yang diketahui untuk terpilih sebagai subyek dalam sampel. Dan menurut Vogt (1999:224), probability sampling adalah sample dimana setiap subyeknya dapat dipilih. Jadi Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana elemen populasi memiliki peluang yang diketahui untuk terpilih sebagai
Pemilihan Sampel Acak Sederhana: Sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen-elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel
subyek dalam sampel. Acak Sederhana / Simple Random Sampel acak sederhana menurut Cooper & Emory (1996:217) adalah pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi memiliki peluang seleksi yang sederajat dan diketahui. Sedang menurut Effendi (1989:155) sampel
138 acak sederhana adalah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemenelementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dan menurut Sekaran (2006:127) dalam pengambilan sampel acak sederhana, setiap elemen populasi memiliki peluang yang diketahui dan sama untuk terpilih menjadi subyek. Jadi sampel acak sederhana adalah pengambilan sampel
dimana
setiap
elemen
populasi
memiliki
kesempatan atau peluang yang sama untuk menjadi subyek sampel. Ada
dua
metode
pengambilan
acak
sederhana
(Effendi,1989:156) yaitu: 1) Metode Undian Dengan mengundi unsur-unsur penelitian atau satuanDua Metode Pengambilan Acak Sederhana: Merode Undian Metode Tabel Angka Acak
satuan elementer dalam populasi. Dalam hal ini pengambilannya dengan cara undian sehingga setiap unit punya peluang yang sama untuk dipilih, misalnya setiap nomor unit penelitian ditulis dalam secarik kertas, kemudian digulung dan dimasukkan ke sebuah kotak. Setelah dikocok, sejumlah gulungan kertas diambil
sesuai
dengan
jumlah
sampel
yang
direncanakan. Penggunaan cara ini tidak praktis bila populasinya besar, karena: a. Hampir tidak mungkin untuk mengocok dengan seksama seluruh gulungan
kertas undian.
b. Manusia selalu cenderung untuk memilih angkaangka tertentu.
139 2) Dengan Tabel Angka Acak (Random) Cara ini dipilih karena selain meringankan pekerjaan juga memberikan jaminan yang jauh lebih besar bahwa setiap unit elementer mempunyai probabilitas yang sama untuk dipilih. Contoh penggunaannya: Akan diambil sampel sebanyak 50 dari suatu populasi yang berjumlah 500.
Bilangan 500 ini terdiri dari tiga digit, maka tiap satuan elementer diberi nomor dari 001 sampai 500 (3 digit).
Melihat tabel angka acak, karena tabel ini disusun secara
kebetulan
(randomly
assorted)
maka
pemakai tabel dapat memulai memilih angka acak pertama tersebut dari baris dan kolom mana saja.
Setelah terpilih angka
acak pertama,
maka
pemilihan angka selanjutnya dapat berjalan ke atas atau ke bawah mengikuti kolom selanjutnya maupun ke kiri atau ke kanan mengikuti baris selanjutnya. Ada beberapa syarat dalam menggunakan metode pengambilan sampel acak sederhana, yaitu : 1) Harus tersedia daftar kerangka sampling, kalau kerangka sampling ini belum tersedia, harus dibuat terlebih dahulu. 2) Sifat populasi harus homogen, kalau tidak akan terjadi ”bias”.
140 3) Keadaan populasi tidak terlalu tesebar secara geografis. Acak Kompleks Pada metode ini digali lagi menjadi 3 yaitu : A. Sampel Sistematis Metode Pemilihan Sampel Probabilitas Acak Kompleks
Menurut Effendi (1989:160) pengambilan sampel sistematis merupakan metode sampel dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu
pola
tertentu.
Sedang
menurut
Sekaran
(2006:128) pengambilan sampel sistematis meliputi menarik tiap elemen ke- n dalam populasi yang dimulai dengan elemen yang dipilih secara acak antara 1 dan n. Cara menggunakan metode ini adalah sebagai berikut (Effendi,1989:160): misalkan jumlah populasi adalah N, dan besar sampel yang akan diambil adalah n, maka hasil bagi itu dinamakan interval sampel dan biasanya diberi kode k . Untuk unsur pertama dipilih secara kebetulan diantara hasil bagi (k) dan diberi nomor s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam sampel dapat ditentukan yaitu: Unsur pertama
=
s
Unsur kedua
=
s+k
Unsur ketiga
=
s + 2k
Unsur keempat
=
s + 3k , dan seterusnya.
Contoh:
141 Bila suatu populasi berjumlah 50, yang diberi nomor urut 1 sampai 50 dan besar sampel yang akan diambil adalah 10,maka: k = 50 / 10 = 5 Unsur pertama dari sampel dipilih secara acak antara 1 dan 5, andaikan yang terpilih adalah 2 maka sampelnya adalah 2, 7, 12, 17, 22, 27, 32, 37, 42, 47. Pengambilan Sampel Bertingkat Proporsional dan Tak Proporsional Kebanyakan populasi dapat dipilah-pilah pada Metode Pemilihan Sampel Bertingkat Proporsional dan Tak Proporsional
sub populasi atau strata yang terpisah satu sama lain (mutually exclusive). Proses dimana sampel dibatasi untuk memasukkan unsur-unsur dari setiap segmen disebut pengambilan sampel acak bertingkat (stratified random sampling) (Cooper dan Emory, 1996: 236). Mahasiswa dikelompokkan berdasar tahun angkatan, jurusan, jenis kelamin, dan sebagainya. Auditor dikelompokkan berdasar jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, dan sebagainya. Ibu-ibu rumahtangga dikelompokkan pengeluaran
berdasar
keluarga,
pendapatan tingkat
keluarga,
pendidikan
dan
sebagainya. Setelah populasi dibagi menurut strata yang tepat, sampel acak sederhana dapat diambil di dalam setiap
strata.
Hasil
pengambilan sampel
selanjutnya dapat ditimbang dan dikombinasi ke dalam estimasi populasi yang tepat. Ada tiga alasan peneliti menggunakan sampel acak bertingkat.
142 1. Untuk meningkatkan efisiensi statistik sampel. 2. Untuk menyediakan data yang cukup bagi analisa berbagai subpopulasi. 3. Untuk
memungkinkan
metode
dan
prosedur
penelitian yang berbeda digunakan dalam strata yang berbeda. Stratifikasi biasanya secara statistik lebih efisien dari pada
acak
sederhana,
karena
populsai
sudah
dikelompokkan sedemikian. Pada startifikasi yang ideal, setiap strata homogen secara internal dan heterogen
antar
strata.
Semakin
banyak
strata
digunakan, semakin mendekati pada maksimisasi perbedaan antar strata dan minimisasi varians intra strata. Pengambilan Sampel Bertingkat Proporsional Setiap strata dengan tepat ditampilkan sehingga Metode Pemilihan Sampel Bertingkat Proporsional
sampel yang diambil adalah proporsional terhadap bagian populasi total strata tersebut. Metode ini lebih popular /lebih banyak digunakan dari pada metode pengambilan sampel bertingkat lainnya. Contoh metode ini adalah sebuah survei yang akan mengetahui konsumsi kecap di kota Semarang. Maka populasi dikelompokkan terlebih dahulu berdasar jumlah rumah tangga di tiap-tiap kecamatan. Setelah itu baru ditentukan jumlah sampel berdasar jumlah populasi tiap kecamatan. sederhana,
Kemudian karena
digunakan
metode
diasumsikan populasi
acak bersifat
homogen/memiliki karakteristik yang sama dalam hal Metode Pemilihan Sampel Bertingkat Tidak Proporsional
143 selera
(preferensi
manis/asin
masyarakat
Kota
Semarang diasumsikan sama). Pengambilan
Sampel
Bertingkat
Tidak
Proporsional Semua stratifikasi yang terpisah dari hubungan proporsional.
Ada
banyak skema
alokasi
tidak
proporsional. Salah satunya adalah disproporsi yang ditentukan melalui keputusan berdasar ide bahwa setiap strata adalah cukup besar untuk menjaga tingkat keyakinan dan rentang interval yang tepat bagi strata individual. Cluster Sampling
B. Kumpulan / Cluster Sampling Suatu kelompok atau kumpulan elemen yang secara ideal akan memiliki heterogenitas diantara anggota dalam tiap kelompok, dipilih untuk penelitian (Sekaran, 2006:132). Contoh : Purwokerto Utara Purwokerto Selatan Purwokerto Barat Purwokwrto Timur Baturaden
Purwokerto Utara Baturaden
Gambar 6.1 Contoh Cluster Sampling C. Teknik Sampling Bertingkat (Stratified Random Sampling) Stratified Random Sampling
Populasi yang akan diteliti dibagi menurut kelompok-kelompok dengan sifat-sifat yang sama
144 dalam tiap kelompok atau strata populasi lebih mendekati
homogen
dari
pada
dalam
populasi
keseluruhan dan hal ini menambah keakuratan proses sampling (Jamli, 1992:99). Menurut
Sekaran
(2006:129)
pengambilan
sampel ini melibatkan proses stratifikasi atau segregasi yang diikuti dengan pemilihan acak subyek dari setiap strata. Populasi terlebih dahulu dibagi ke dalam kelompok yang relevan, tepat dan berarti dalam konteks studi. Faktor-faktor pengelompokan/ stratifikasi harus relevan dengan penelitian, ini berarti populasi yang diteliti harus diperiksa dengan cermat. Faktor-faktor yang nantinya dipilih harus signifikan dan bermanfaat. Menstratakan konsumen berdasarkan umur, jenis kelamin,
tingkat
pendapatan
dan
semacamnya
merupakan contoh lazim penggunaan stratifikasi sebagai teknik pengambilan sampel. Ada 2 metode yang dipakai untuk mengelompokkan sampel bertingkat yaitu teknik sampling bertingkat proporsional dan tidak proporsional. a. Teknik Uniform Sampling Fraction
Sampling
Bertingkat
Proporsional
(Uniform Sampling Fraction) Terjadi bila dari tiap strata diambil sampel dalam proporsi yang sama. Misalnya bila suatu organisasi memiliki menengah,
10 50
manajer manajer
puncak, tingkat
supervisor, 500 staf, 20 sekretaris
30
manajer
bawah,
100
dan sampel
145 minimal 140 orang yang diperlukan, dan peneliti memutuskan akan memasukkan dalam sampel 20% dan dari masing-masing strata. Jumlah sampel dapat dilihat pada tabel 6.1
Tabel 6.1 Contoh Sampel Proporsional Tingkat
Jumlah
Jumlah sampel
pekerjaan
elemen
proporsional 20%
Manajemen
10
2
30
6
50
10
Supervisor
100
20
Staf
500
100
Sekretaris
20
4
Total
710
142
puncak Manajemen menengah Manajemen bawah
Sumber : Sekaran, (2006:132) b. Teknik Sampling Bertingkat Disproporsional (Variable Sampling Fraction ) Variable Sampling Fraction
Terjadi bila dari tiap strata diambil sampel tidak dalam proporsi yang sama. Misalnya seperti keadaan di atas, peneliti merasa bahwa manajemen puncak
memegang
peranan
penting
dalam
146 pengambilan
keputusan
maka
sampel
untuk
manajemen puncak kurang jika hanya dua saja, maka
dilakukan
disproporsional,
pengambilan jumlah
sampel
sampel bisa dilihat
pada tabel 6.2. Pengambilan sampel disproporsional juga kadang dilakukan jika lebih mudah, lebih sederhana dan lebih murah untuk mengumpulkan data dari satu atau lebih strata dibanding dari lainnya. Tabel 1.2. Contoh Sampel Bertingkat Disproporsional Tingkat
Jumlah
Jumlah sampel
pekerjaan
elemen
disproporsional
10
7
30
15
50
20
Supervisor
100
30
Staf
500
60
Sekretaris
20
10
Total
710
142
Manajemen puncak Manajemen menengah Manajemen bawah
Sumber : Sekaran, (2006:132)
147
G. Metode Pemilihan Sampel Nonprobabilitas Pada Non Probability Sampling tiap unit dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Desain pengambilan sampel nonprobabilitas ini terdiri dari pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling) dan pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling). Pengambilan
Sampel
Yang
Mudah
(Convenience
Sampling) Convenience Sampling
Para peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja yang mereka temui dan bersedia menjadi sampel, jadi mereka menyebutnya mudah (Cooper & Emory, 1996:245). Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:130), metode ini memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh peneliti , elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas, sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah. Pengambilan sampel yang mudah ini paling sering dipakai selama tahap awal eksploratif proyek penelitian dan merupakan cara terbaik untuk memperoleh informasi secara cepat dan murah. Sebagai
contoh
bila
kita
hendak
melakukan
wawancara terhadap mahasiswa yang menaruh perhatian pada isu-isu seputar kampus, dan diambil sampel 25 orang. Sampel yang diambil ini bisa merupakan mahasiswa siapa saja yang ditemui yang bersedia menjadi sampel. Pengambilan Sampel Bertujuan (Purposive Sampling)
148 Menurut Cooper & Emory (1996:245), sampel Purposive Sampling
bertujuan
merupakan
sample
nonprobabilitas
yang
menyesuaikan diri dengan kriteria tertentu. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:131), pada sampel bertujuan peneliti kemungkinan mempunyai tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak. Sedang menurut Sekaran (2006:136) pengambilan sampel ini terbatas pada jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, entah karena mereka adalah satu-satunya yang memiliki atau memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Ada dua tipe pengambilan sampel bertujuan yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (judgment sampling)
serta
pengambilan
sampel
kuota
(quota
sampling). Pengambilan Sampel Berdasarkan Pertimbangan (Judgment Sampling) Judgment Sampling
Menurut Cooper & Emory (1996:245), sampel ini terjadi ketika seorang peneliti memilih anggota-anggota sampel untuk menyesuaikan diri dengan beberapa kriteria. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:131),di sampel ini elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen
yang
dapat
memberikan
informasi
berdasarkan pertimbangan. Sedangkan menurut Sekaran (2006:137), sampel ini melibatkan pemilihan subyek yang berada di tempat yang paling menguntungkan atau dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang diperlukan.
149 Misalnya bila ingin mencari tahu apa yang diperlukan bagi manajer wanita untuk membuat mereka sampai ke puncak, orang yang dapat memberikan informasi tangan pertama adalah para wanita yang telah mencapai posisi direktur utama,direktur dan eksekutif puncak yang penting dalam organisasi, mereka dapat secara layak diharapkan
karena
memiliki
pengetahuan
melalui
pengalaman sendiri. Faktor kepraktisan (kecepatan waktu dan biaya yang murah) merupakan pertimbangan yang pokok dalam metode sampel ini, meskipun demikian, kelemahan metode ini
adalah
pada
hasil
analisis
yang
kemampuan
generalisasinya rendah. Pemilihan Sampel Berdasarkan Kuota (Quota Sampling) Quota Sampling
Mengacu pada Indriantoro dan Supomo (2002:131) mengatakan pengambilan sampel kuota berdasarkan jumlah tertinggi untuk setiap katagori dalam suatu populasi. Sedang menurut Sekaran (2006:137) kuota sampling memastikan bahwa kelompok tertentu secara memadai terwakili dalam penelitian melalui penggunaan kuota, pada umumnya kuota yang ditentukan bagi setiap subkelompok adalah berdasarkan total jumlah tiap kelompok dalam populasi. Pengambilan sampel ini menentukan quota terlebih dahulu pada masing – masing kelompok, sebelum quota masing – masing kelompok terpenuhi maka penelitian belum dianggap selesai.
150
Pengambilan Sampel Bola Salju ( Snowball Sampling ) Snowball Sampling
Teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai sudah cukup.
H. Pedoman Penentuan Metode Sampling Menurut Cooper & Emory (1996:214) sampling adalah pengambilan sampel , bahwa dengan menyeleksi Pedoman Penentuan Metode Sampling
bagian dari elemen-elemen populasi, kesimpulan tentang keseluruhan populasi dapat diperoleh. Sedangkan menurut Sekaran (2006:123), sampling (pengambilan sampel) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya
akan
membuat
kita
dapat
menggeneralisasikan sifat atau karakter tersebut pada elemen populasi, dan menurut Vogt (1999:253) sampling adalah pemilihan elemen-elemen dari suatu populasi dimana elemen-elemen tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan mewakili sebuah populasi. Jadi sampling adalah proses pengambilan sampel yang dapat mewakili dan
dipertanggungjawabkan dari
suatu populasi. Macam-macam Teknik Sampling menurut Cooper & Emory (2006:216) : 1. Probability Sampling/ Random/ Acak Sampling : Macam-Macam Teknik Sampling
a. Acak Sederhana / Simple Random
151 b. Acak Kompleks 2. Non Probability Sampling: a. Convinience / Mudah b. Purposive Sampling Macam-macam teknik sampling ini telah dibahas dalam sub bab metode pemilihan sampel probabilitas dan non probabilitas, untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat gambar 6.2 berikut ini:
Sumber: Cooper & Emory (1996:216) Gambar 6.2 Teknik Sampling
152
I. Penentuan Ukuran Sampel Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat. Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat Penentuan Ukuran Sampel
kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. (Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil.
Jika rencana
analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya. Makin sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan baik (manageable).
153 Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel agar hasilnya mewakili populasi?. 30? 50? 100? 250? Jawabnya tidak mudah. Ada yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%. Ada
pula
yang
menuliskan,
untuk
penelitian
deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992). Roscoe
(1975)
dalam
Uma
Sekaran
(1992)
memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut : 1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen 2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki-laki/ perempuan, SD/ SLTP/ SMU, dan sebagainya) jumlah minimum subsampel harus 30 3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
154 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 sampai dengan 20 elemen. UKURAN SAMPEL Ukuran sampel atau besarnya sampel yang diambil Ukuran Sampel
dari
populasi,
merupakan
sebagaimana
salah
satu
diungkapkan
faktor
penentu
di
atas, tingkat
kerepresentatifan sampel yang digunakan. Pertanyaannya, berapa besar sampel harus diambil dari populasi agar memenuhi syarat kerepresentatifan? Dalam menentukan menentukan ukuran sampel (n) yang
harus
diambil dari populasi agar
memenuhi
persyaratan kerepresentatifan, tidak ada kesepakatan bulat di antara para ahli metodolologi penelitian (hal ini wajar, sebab dalam dunia ilmu yang ada adalah sepakat untuk tidak sepakat asal masing-masing konsisten dengan rujukan yang digunakannya, sehingga ilmu itu bisa terus berproses dan berkembang). Pada umumnya, buku-buku metodologi penelitian menyebut angka lima persen hingga 10 persen untuk menegaskan berapa ukuran sampel yang harus diambil dari sebuah populasi tertentu dalam penelitian sosial. Pendapat ini tentu saja sulit untuk dijelaskan apa alasannya jika ditinjau dari aspek metodologi penelitian. Sehubungan dengan hal itu, I Gusti Bagoes Mantra dan Kasto dalam buku yang ditulis oleh Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (1989), menyatakan bahwa sebelum kita menentukan berapa besar
155 ukuran sampel yang harus diambil dari populasi tertentu, ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu: 1. Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Jika tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) maka ukuran sampel yang diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu. 2. Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan. Tingkat presisi, terutama digunkan dalam penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional yakni suatu pernyataan peneliti tentang tingkat keakuratan hasil penelitian yang diinginkannya. Tingkat presisi biasanya dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga keakuratan hasil penelitiannya (selang kepercayaannya) 1–α yakni bisa 95% atau 99%. Jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar daripada ukuran sampel jika kita menggunakan taraf signifikansi 0,05. 3. Rancangan
Analisis.
Rancangan
analisis
yang
dimaksud adalah sesuatu yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian.
156 Misalnya, kita akan menggunkan teknik analisis data dengan statistik deskriptif penyajian data menggunakan tabel-tabel distribusi frekuensi silang (tabel silang) atau tabel kontingensi dengan ukuran 3X3 atau lebih dimana pasti mengandung sel sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus besar. Hal ini untuk menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya nol (kosong), sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi kotingensi. Jika kita menggunakan rancangan analisisnya hanya menggunakan analisis statistik inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil dibandingkan apabila kita menggunakan rancangan analisis statistik deskriptif saja. Dengan kata lain, rancangan penelitian deskriptif membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar daripada rancangan penelitian eksplanatif. 4. Alasan-alasan
tertentu
yang
berkaitan
keterbatasan-keterbatasn yang ada
pada
dengan peneliti,
misalnya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lainlain. (Catatan: Alasan ke-4 ini jangan digunakan sebagai pertimbangan utama dalam menentukan ukuran sampel,
sebab
hal
ini
lebih berkaitan dengan
pertimbangan peneliti (tanpa akhiran an) dan bukan pertimbangan penelitian (metodologi). Selain mempertimbangkan faktor-faktor di atas, beberapa buku metode penelitian menyarankan digunakannya rumus tertentu untuk menentukan berapa besar sampel yang harus
157 diambil dari populasi. Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan.
Rumus Slovin: N n=
——— 1 + Ne²
Keterangan; N =
ukuran sampel
N =
ukuran populasi
e
kelonggaran
=
ketidaktelitian
karena
kesalahan
pengambilan sampel yang ditolerir, misalnya 5%. Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%. Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka Rumus Yamane yang harus digunakan. N n=
———– Nd² + 1
d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan. Misalnya, kita ingin menduga proporsi pembaca koran dari populasi 4.000 orang. Presisi ditetapkan di antara 5% dengan tingkat kepercayaan 95%, maka besarnya sampel adalah:
158 4000 n=
———————— = 364 4000(0,05)² + 1
J. Kesalahan Statistik Data
sampel
yang
diteliti
ternyata
tidak
menghasilkan nilai statistik yang tidak sesuai dengan niali parameter populasinya secara akurat dan presisi, maka ada kesalahan statistik (statistical error). Indriantoro dan Supomo (2002; 135) mengemukakan ada dua faktor penyebab kesalahan statistik, yaitu kesalahan dalam pemilihan
sampel
(sampling
error)
dan
kesalahan
sistematis (systematic error) adalah kesalahan yang bukan berasal dari proses pemilihan sampel (nonsampling error). Kesalahan Pemilihan Sampel (Sampling Error) Kesalahan ini dapat disebabkan beberapa kemungkinan yaitu : Kesalahan Pemilihan Sampel
a) Kesalahan
kerangka
sampel,
disebabkan
oleh
perbedaan-perbedaan antara elemen-elemen dalam kerangka sampel dengan elemen-elemen populasi target, sebagai contoh daftar telpon dan daftar mahasiswa. Kerangka sampel kemungkinan belum memuat elemen-elemen populasi yang baru masuk, jika jumlah dan karakteristik elemen-elemen tersebut relatif signifikan maka dapat terjadi pemilihan sampel yang kurang representatif.
159 b) Kesalahan unit sampel, kesalahan ini dimungkinkan akibat pemilihan elemen-elemen dalam suatu unit sampel
yang
kurang
mewakili
karakteristik
populasinya. Kesalahan ini umumnya terjadi pada data yang tingkat heterogenitasnya tinggi, pasalnya elemenelemen populasi terjadi kesalahan dalam unit sampel karena penentuan strata atau kelompok (cluster). c) Kesalahan pemilihan sampel secara acak, kesalahan ini terjadi karena adanya variasi dalam pemilihan subjek sampel secara acak. Kesalahan ini umumnya terjadi jika nilai elemen-elemen yang sangat variatif atau ekstrem. Kesalahan Sistematis (Systematic Error) Kesalahan ini merupakan kesalahan diluar proses pemilihan sampel. Kesalahan ini disebabkan dua hal yaitu kesalahan responden dan kesalahan administrasi a. Kesalahan responden o Nonresponse bias (error) merupakan kesalahan Kesalahan Sistematis
yang timbul karena subyek sampel yang tidak memberikan respon sampel yang diteliti kurang akurat dan presisi mencerminkan karakteristik populasinya. Sebagai contoh jika semua sampel memberikan tanggapan atas survei, maka tingkat respon survei tersebut 100%, namun jika hanya 30% saja maka yang terjadi tidak respon. Masalah ini tidak hanya pada metode pengumpulan data secara survei melalui pos saja, melainkan pada
160 survei melalui perseorangan, wawancara melalui telepon dan wawancara melalui tatap muka. o Response bias (error) adalah kesalahan yang timbul karena jawaban responden tidak benar. Hal ini dapat terjadi secara sengaja atau tidak sengaja, masalahnya responden menjawab tidak sesuai dengan kenyataan sehingga interprestasi peneliti bisa jadi keliru terhadap jawabab responden. Halhal yang menyebabkan response bias, yaitu sebagai berikut: 1. Kecenderungan responden menjawab setuju pada pertanyaan yang sebenanrnya tidak dipahaminya. 2. Kecenderungan
responden
memberikan
jawaban secara ekstrem atau netral. 3. Adanya saling peran antara pewawancara dengan responden sehingga jawaban responden terpengaruh oleh pewawancara. b. Kesalahan admininstrasi Kesalahan ini disebabkan oleh kelemahan administrasi atau pelaksanaan pekerjaan penelitian. Ada 3 macam sebab kesalahan ini yaitu:
Kesalahan pemrosesan data, kemungkinan terjadi karena proses prosedural atau aritmatik melalui komputer. Akurasi data pada komputer, tergantung pada ketelitian manusia dalam pembuatan program dan
pemasukkan
data.
Untuk
mengatasi
permasalahan ini maka diperlukan prosedur yang
161 teliti dan cermat mulai dari pengeditan data, pemberian kode dan tahap-tahap lainnya dalam pemrosesan data dengan menggunakan komputer.
Kesalahan pewawancara, kesalahan ini merupakan akibat dari keteledoran pewawancara. Kesalah tersebut dapat terjadi karena pewawancara salh menulis jawaban responden atau menghilangkan sebagian data yang penting.
Kecurangan pewawancara, ini terjadi disebabkan pewawancara yang melompati butir pertanyaan yang penting/sensitif dengan tujuan agar proses wawancara cepat selesai. Kesalahan ini juga dapat terjadi jika pewawancara atau pelaksana survei menjawab sendiri pertanyaan atau kuisioner.
Ringkasan Masalah pemilihan data (kuantitatif) berkaitan dengan populasi data yang diteliti. Peneliti secara teknis tidak mungkin melakukan sensus, yaitu penelitian terhadap seluruh anggota (elemen) populasi karena alasan waktu, biaya, dan tenaga. Peneliti dapat melakukan penelitian terhadap sampel, yaitu sebagian dari elemen populasi, karena: lebih praktis, cepat memperoleh informasi hasil penelitian dengan kualitas data yang lebih baik, dan alasan lain terutama untuk kasus pengujian yang bersifat merusak. Hasil penelitian sampel diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai karakteristik populasinya, karena sampel yang representatif akan menghasilkan estimasi
162 statistik sampel yang mencerminkan parameter populasinya secara akurat dan presisi. Sampel yang representatif diperoleh melalui prosedur pemilihan sampel yang benar. Prosedur pemilihan sampel dimulai dari identifikasi populasi target, yaitu populasi yang relevan dengan tujuan atau masalah penelitian. Berdasarkan populasi target yang telah diidentifikasi peneliti dapat menentukan media yang digunakan sebagai kerangka sampel (daftar yang berisi elemen-elemen populasi). Sebelum menentukan unit sampel (suatu elemen atau sekelompok elemen yang dipilih sebagai sempel) dan menentukan ukuran (besarnya) sampel, peneliti perlu menentukan metode yang digunakan untuk memilih sampel. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memilih sampel, yang secara garis besar dikelompokan menjadi dua. Metode
pemilihan
sampel
probabilitas
memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap elemen populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode
pemilihan
nonprobabilitas
dapat
berdasarkan kemudahan atau maksud tertentu.
dilakukan
163
BAB 7 SUMBER DAN METODE PENGUMPULAN DATA Oleh Tri Bodroastuti, SE, MM
A. Jenis Data Kuncoro Mudrajat (2003:124) mengelompokkan jenis data menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Data Kuantitatif Dan Kualitatif Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu Data Interval
skala numerik (angka), dan dibedakan menjadi: -
Data interval, yaitu data yang diukur dengan jarak di antara dua titik pada skala yang sudah diketahui. Contoh : Jumlah bulan dalam satu tahun, nilai mahasiswa, gaji karyawan, jumlah hari dalam satu minggu dan lain-lain.
Data Rasio
-
Data rasio, yaitu data yang diukur dengan suatu proporsi Contoh : Persentase jumlah angkatan kerja di suatu propinsi, nilai inflasi di Indonesia
tahun
2009,
tingkat kepadatan penduduk di Semarang, dan lainlain. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik. Data kualitatif pada umumnya dikuantitatifkan supaya dapat diproses secara statistik, dengan cara mengklasifikasikan dalam bentuk kategori. Data kualitatif digolongkan menjadi :
164 -
Data nominal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori. Contoh
Data Nominal
:
Industri
di
Indonesia
oleh
BPS
digolongkan menjadi a. Industru rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, diberi kategori 1. b. Industri kecil, dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang, diberi kategori 2. c. Industri menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20-100, diberi kategori 3. d. Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100, diberi kategori 4. Angka yang menyatakan kategori memiliki posisi data sama derajatnya, hanya menunjukkan kode kategori yang berbeda. Dari contoh di atas, angka 4 tidak berarti industri besar nilainya lebih tinggi dibanding industri kecil yang nilainya 1. Data Ordinal
Data ordinal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk
kategori,
namun
posisi
tidak
sama
derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat (Tabachnick dan Fidell, 1996:8) dalam (Kuncoro, 2003:125) Contoh : Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah dikategorikan : a. Sangat rendah diberi kode 1 b. Rendah diberi kode 2 c. Moderat diberi kode 3 d. Tinggi diberi kode 4
165 e. Sangat tinggi diberi kode 5 2. Data menurut dimensi waktu a. Data runtut waktu (time series), yaitu data yang Data Time Series
secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu
variabel
tertentu.
Data
runtut
waktu
digunakan untuk melihat pengaruh perubahan dalam
rentang
waktu
tertentu,
dan
variasi
terjadinya variabel adalah antar waktu. Data runtut waktu terdiri dari :
Data harian, contohnya data indeks harga saham per hari.
Data mingguan, contohnya data pengunjung perpustakaan setiap minggu.
Data bulanan, contohnya data penjualan setiap 3 bulan.
Data
tahunan,
contohnya
data
laporan
keuangan setiap tahun, data produksi setiap tahun, dan lain-lain. b. Data silang tempat (cross-section), yaitu data yang Data CrossSection
dikumpulkan pada suatu titik waktu. Data silang tempat digunakan untuk mengamati respon dalam periode yang sama, sehingga variasi terjadinya adalah antar pengamatan. Contoh:
Data input-output yang diterbitkan setiap 5 tahun sekali.
Data sensus yang diterbitkan setiap 10 tahun sekali.
Data Pooling
166
Data jumlah penduduk miskin di setiap desa di Propinsi Jateng pada tahun tertentu.
Laporan keuangan perusahaan yang listing di BEI pada tahun tertentu.
c. Data pooling, yaitu kimbinasi antara data runtut waktu dan silang tempat. Contoh, kita ingin mengamati
perilaku
PAD
(Pendapatan
Asli
Daerah) untuk masing-masing wilayah di kota Semarang selama 5 tahun terakhir. Jumlah data silang tempat terdiri atas 4 wilayah, yaitu Semarang Barat, Timur, Utara, dan Selatan, dengan data runtut waktu yang diamati 5 tahun. Dengan demikian jumlah observasi yang dimiliki sebanyak 20 (4 kali 5) 3. Data Menurut Sumber Data Internal
a. Data internal (berasal dari dalam organisasi tersebut) dan eksternal (berasal dari luar organisasi tersebut) b. Data primer (biasanya diperoleh dengan surve
DataPrimer
lapangan yang menggunakan semua metoda pengumpulan dara original) atau data sekunder (biasanya telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data). Rangkuman jenis data dapat dilihat pada gambar 7.1
167
Interval Rasio
Kuantitatif
Nominal Ordinal
Kualitatif
Data
Runtut waktu Silang tempat Pooling
Dimensi waktu
Internal Eksternal Sumber Primer Sekunder Sumber : Kuncoro (2003:126) Gambar 7.1 Rangkuman Jenis Data
Data Subyek
Adapun
Nur
Indrianto
dan
Bambang
Supomo
(1999:145) mengelompokkan jenis data kedalam 3 jenis, yaitu : 1. Data subyek Data subyek merupakan jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang menjadi
168 subyek
penelitian
(responden).
Data
subyek
diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan yang diberikan, yaitu: lisan (verbal), tertulis, dan ekspresi. Respon verbal merupakan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam wawancara. Respon tertulis merupakan tanggapan atas pertanyaan tertulis (kuesioner) yang diajukan oleh peneliti, sedangkan respon ekspresi diperoleh peneliti dari proses observasi. 2. Data fisik Data fisik merupakan jenis data penelitian berupa Data Fisik
obyek atau benda fisik dalam bentuk bangunan atau bagian dari bangunan, pakaian, buku, dan senjata. Data fisik dikumpulkan melalui metoda observasi 3. Data dokumenter
Data Dokumenter
Yaitu jenis data penelitian yang antara lain berupa faktur, jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau dalam bentuk laporan program. Data dokumenter memuat apa dan kapan suatu kejadian serta siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut. Data dokumenter dikumpulkan melalui metoda observasi dan analisis dokumen yang dikenal dengan content analysis. Data yang dihasilkan melalui content analysis antara lain berupa kategori isi, telaah dokumen, pemberian kode berdasarkan karakteristik kejadian atau transaksi. Rangkuman jenis data dapat dilihat pada gambar 7.2 :
169
Lisan (Verbal)
Data Subyek
Data Fisik
Jenis data
Tertulis
Ekspresi
Sumber : Indrianto &Data Supomo (1999:146)
Dokumenter Gambar 7.2 Rangkuman Jenis Data
B. Sumber Data Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan metoda pengumpulan data, selain jenis data. Menurut Cooper dan Schindler (2010: 104) sumber informasi dikategorikan dalam 3 level yaitu: Sumber primer, sumber sekunder dan sumber tertiary. Namun yang umum digunakan pada penelitian hanyq menggunakan dua sumber. Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini akan dibahas dua sumber data saja. Ada 2 sumber data penelitian menurut Indrianto & Supomo (2003:146), yaitu:
170 1. Data Primer (Primary Data) Data Primer dinyatakan dalam Cooper dan Schindler (2010: 104) ‘are original works of research or raw Data Primer
data without interpretation or pronouncements that represent an official opinion or position’. Kemudian pendapat lain menyatakan hal senada bahwa data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian, dimana data primer tersebut dapat berupa opini, orang secara individu atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian, dan hasil pengujian. Ada 2 metoda untuk mengumpulkan data primer, yaitu metode survei dan metoda observasi. a. Metoda Survei Metoda survei merupakan metoda pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Ada 2 tehnik pengumpulan data dalam metoda survei, yaitu : -
Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metoda survei yang menggunakan pertanyaan
secara
penelitian.
Teknik
lisan
kepada
wawancara
subyek terutama
dilakukan untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis atau jenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara.
171 Teknik wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui tatap muka atau melalui telepon. -
Kuesioner Kuesioner
dilakukan
apabila
peneliti
memerlukan jawaban secara tertulis kepada responden dan tidak memerlukan kehadiran peneliti. b. Metoda Observasi Metoda
observasi
merupakan
teknik
untuk
memperoleh data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Pendekatan observasi dikelompokkan menjadi (Yogiyanto, 2005:90) : -
Observasi perilaku (behavioral observation) Observasi perilaku terdiri dari : 1. Analisis nonverbal (nonverbal analysis) Dilakukan dengan cara observasi terhadap bahasa tubuh seseorang, ekspresi wajah dan lain sebagainya 2. Analisis linguistik (linguistic analysis) 3. Analisis linguistik ekstra (extralinguistic analysis) Dilakukan
dengan
mengobservasi
4
dimensi, yaitu vokal (termasuk tinggi nada, kekerasan,
kualitas),
tempo
(termasuk
kecepatan bicara, durasinya dan ritmenya), interaksi
(termasuk
tendensi
untuk
menginterupsi pembiacaraan, mendominasi)
172 dan cara bicara (termasuk vokabulari, dialek dan ekspresi bicara) 4. Analisis spatial (spatial analysis) Mengobservasi
hubungan
antara
orang
secara fisik, contohnya observasi tentang bagaimana salesman secara fisik mendekati nasabah atau pelanggan. -
Observasi non perilaku 1.
Analisis catatan (record analysis) Berupa catatan data baik catatan data sekarang maupun historis
2.
Analisis kondisi fisik (physical condition analysis) Dilakukan pada data kondisi fisik, misalnya keamanan pabrik, fisik persediaan
3.
Analisis proses fisik (physical process analysis) Berupa observasi pada time and motion dari suatu proses, prosedur akuntansi, dan lain sebagainya.
2. Data Sekunder Merupakan Data Sekunder
sumber
data
penelitian
yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip baik dipublikasikan maupun tidak. Data sekunder diklasifikasikan menjadi data internal dan data eksternal. Beberapa contoh data internal yaitu faktur penjualan, jurnal penjualan,
173 laporan penjualan periodik, surat-surat, notulen hasil rapat, dan memo penelitian. Hal senada juga dituliskan Cooper dan Schindler (2010: 104) dalam buku, mereka menyatakan data sekunder bisa didapatkan dari ensiklopedia, buku teks, majalah, artikel di koran dan sumber lainnya yang berisi informasi bukan dari sumbernya langsung.
C. Penelitian Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain. Metoda penelitian yang menggunakan data sekunder
pada
umumnya
penelitian arsip (archival
research) yang memuat kejadian masa lalu (Indriantoro dan Supomo,
1999:
147).
Sebelum
menggunakan
data
sekunder, seorang peneliti mestinya harus mengevaluasi apakah data sekunder yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan peneliti ataukah tidak. Hal ini disebabkan karena, data sekunder pada umumnya Penelitian Data Sekunder
secara spesifik
tidak dirancang
untuk memenuhi kebutuhan penelitian
tertentu. Beberapa aspek dari data sekunder yang harus dievaluasi oleh peneliti, (Indrianto dan Supomo, 1999:147) a. Kemampuan data yang tersedia untuk menjawab masalah atau pertanyaan (kesesuaiannya dengan tujuan penelitian). b. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan
periode
penelitian.
waktu
yang
diinginkan
dalam
174 c. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang menjadi perhatian peneliti. d. Relevansi dan konsisitensi unit
pengukur
yang
digunakan. e. Biaya yang diperlukan untuk mengumpulkan data sekunder. f.
Kemungkinan bias yang ditimbulkan oleh data sekunder.
g. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap akurasi pengumpulan data.
D. Metode Survei Metoda survei merupakan metoda pengumpulan data Metode Survei
primer yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya, dengan menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Data yang diperoleh sebagian besar merupakan data deskriptif. Ada dua teknik pengumpulan data didalam metoda survei, yaitu : wawancara dan kuesioner. a. Wawancara Merupakan teknik pengumpulan data dalam metoda survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara biasanya
Wawancara
dilakukan terutama untuk responden yang tidak bisa membaca dan menulis atau jenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan terperinci dari pihak yang mewawancarai. Teknik wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui tatap muka dan melalui telepon. Teknik wawancara tatap muka memiliki
175 kelebihan dibandingkan wawancara melalui telepon, karena teknik wawancara tatap muka memungkinkan si pewawancara mengajukan banyak pertanyaan sehingga si
pewawancara
dapat
memahami
kompleksitas
masalah. Namun wawancara tatap muka juga memiliki keterbatasan yaitu dapat mengakibatkan kemungkinan jawaban responden yang bias karena terpengaruh oleh pewawancara.
Disamping
itu
teknik
ini
juga
memerlukan banyak biaya dan tenaga apabila jumlah responden banyak dan lokasi wawancara di wilayah geografis yang terpencar. Sedangkan wawancara dengan
telepon
pewawancara
memiliki
tidak dapat
keterbatasan
yaitu
mengamati bagaimana
ekspresi wajah responden ketika menjawab pertanyaan, dimana pada kondisi tersebut dibutuhkan jawaban yang sesuai dengan fakta. b. Kuesioner Kuesioner dilakukan apabila peneliti memerlukan
Kuesioner
jawaban secara tertulis kepada responden dan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Kuesioner
dapat
didistribusikan melalui penyampaian langsung oleh peneliti kepada responden, dikirm melalui pos, fax, email, atau diletakkan ditempat yang ramai dikunjungi banyak orang.
E. Metode Observasi Metoda Metode Observasi
observasi
merupakan
teknik
untuk
memperoleh data primer dengan cara mengamati langsung
176 obyek datanya. Metoda observasi menghasilkan data yang lebih rinci tentang perilaku (subyek), benda atau kejadian (obyek) dibandingkan dengan metoda survei. Ada beberapa tipe observasi : a. Observasi langsung b. Observasi mekanik Kebaikan observasi (Yogiyanto, 2005:93) 1. Observasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk data yang berupa catatan dan prosedur mekanik. 2. Data dapat diperoleh secara orisinal pada saat terjadinya. 3. Observasi menghindari data yang dilupakan apabila digunakan cara lain dalam memperoleh data 4. Data diperoleh langsung dari pengaturan alamiah yang belum diubah peneliti 5. Observasi menghindari tekanan pada responden karena tidak menanyakan langsung kepada responden. Kelemahan observasi (Yogiyanto, 2005:93) 1. Proses observasi membutuhkan waktu yang lama dan mahal 2. Adakalanya kejadian yang akan diobservasi belum jelas kapan terjadinya 3. Proses observasi hanya melihat bagian yang tampak saja 4. Pengamat tidak dapat melakukan eksperimen yang akan terjadi jika kondisi lingkungan berubah
177 5. Observasi hanya terbatas pada kejadian yang sedang terjadi pada saat dan tempat tertentu saja.
Ringkasan Data penelitian dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu: (1) data subyek yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek penelitian, (2) data fisik berupa benda terwujud yang menunjukan keberadaan atau kejadian pada masa lalu, dan (3) data dokumenter yang memuat arsip mengenai apa, kapan suatu kejadian dan siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut. Berdasarkan bentuk tanggapan yang diberikan responden, data subyek dikelompokan kedalam: (1) respon lisan, respon tertulis dan respon ekspresi. Sumber data penelitian diklasifikasikan kedalam: (1) sumber primer, yang diperoleh langsung dari sumber data tanpa melalui media perantara dan (2) data sekunder yang diperoleh melalui media perantara. Data primer secara spesifik dikumpulakan peneliti untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian, sedang data sekunder tidak secara spesifik dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu. Penelitian dengan menggunakan data sekunder merupakan penelitian terhadap jenis data dokumenter yang proses pengumpulan datanya relatif lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan proses pengumpulan data primer. Penelitian data sekunder umumnya mempunyai tujuan: (1) pengungkapan fakta dan (2) penyusunan model. Tipe data
178 sekunder dapat dikelompokan menjadi: (1) data internal yang diperoleh peneliti dari suatu organisasi, dan (2) data eksternal yang sengaja dipublikasikan untuk kepentingan umum. Data sekunder dapat dicari atau ditelusuri secara manual atau melalui komputer. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang memerlukan adanya komunikasi antara peneliti dengan responden. Ada dua cara pengumpulan data dalam metode survei: (1) teknik wawancara, yang terdiri atas: wawancara tatap muka dan wawancara melalui telepon, (2) teknik kuisioner yang penyampaian dan pengumpulannya dapat dilakukan secara personal atau melalui pos. Masing-masing teknik pengumpulan data dalam metode survei mempunyai kelebihan dan kelemahan.
179
BAB 8 ANALISIS DATA (1) Oleh Tantri Widiastuti, SE, MM
A. Penggunaan Statistik Statistik dapat diartikan sebagai sekumpulan metode Penggunaan Statistik
yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang masuk akal dari suatu data (Indriantoro, 2002: 167). Tujuan umum penelitian adalah untuk menjawab masalah atau pertanyaan melalui proses analisis data. Peneliti dalam menganalisis data menggunakan statistik, sebagai metode untuk menganalisis data yang berupa : deskripsi dan estimasi data untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Data penelitian berupa sampel, maka statistik dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang berupa: 1. Deskripsi statistik sampel (statistik deskriptif) 2. Estimasi
statistik
sampel
terhadap
parameter
populasinya (statistik inferensial) dengan menggunakan teknik probabilitas. Statistik inferensial dapat dikembangkan lagi dalam kategori statistik parametrik dan statistik non-parametrik. Penggunaan statistik parametrik digunakan pada data yang berskala interval dan rasio dan asumsi distribusi data populasi
yang
digunakan
penelitian adalah normal.
dalam
pemilihan
sampel
Sedangkan statistik non-
parametrik digunakan pada data berskala nominal dan
180 ordinal, sehingga tidak memerlukan asumsi data populasi yang berdistribusi normal.
B. Tahap Persiapan Analisis Tahap Persiapan
data
merupakan
bagian
dari
proses
pengujian data setelah tahap pemilihan dan pengumpulan data penelitian. Proses analisis data penelitian umumnya terdiri atas beberapa tahap yaitu tahap persiapan, analisis deskriptif, pengujian kualitas data dan pengujian hipotesis. Tahap persiapan analisis data terdiri dari pengeditan (editing), pemberian kode (coding) dan pemrosesan data
Pengeditan
(data prossesing) (Indriantoro dan Supomo, 2002:166) 1. Pengeditan (editing) Data yang berkaitan dengan respon terhadap pertanyaan terbuka dalam wawancara atau kuesioner atau observasi tidak terstruktur seharusnya diedit, dengan kata lain informasi yang dicatat secara tergesagesa oleh pewawancara atau peneliti harus diuraikan dengan jelas sehingga seluruh data dapat dikodekan secara sistematis. Pengeditan seharusnya dilakukan pada hari yang sama dengan saat pengumpulan data sehingga responden bisa dikontak untuk konfirmasi lebih lanjut apabila diperlukan (Sekaran, 2006:169). Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:167) tujuan dari pengeditan adalah untuk
menjamin
kelengkapan, konsistensi dan kesiapan data penelitian dalam proses
analisis.
Proses
pengeditan dapat
dilakukan di lapangan (field editing) oleh peneliti atau
181 pengumpul
data
setelah
melakukan
pengecekan
terhadap isian kuesioner. Pengeditan dapat juga dilakukan di tempat peneliti setelah data terkumpul karena field editing sulit dilakukan jika peneliti menggunakan teknik pengiriman kuesioner melalui pos. Sedangkan menurut Cooper dan Emory (1996) bahwa mengedit akan mendeteksi kesalahan-kesalahan dan penghapusan, memperbaikinya jika mungkin dan memastikan bahwa standar kualitas minimum data telah dipenuhi. Tujuan dari editor adalah menjamin agar data akurat, konsisten dengan informasi-informasi lainnya, dimasukkan secara seragam, lengkap dan tersusun
dengan
baik
untuk
mempermudah
memberikan kode dan tabulasi. 2. Pemberian kode (coding) Pemberian kode merupakan proses identifikasi
Pemberian Kode
dan klasifikasi data penelitian ke dalam skor numerik atau karakter simbol. Proses ini diperlukan terutama untuk data penelitian yang dapat diklasifikasikan, yang tidak memberikan alternatif kepada responden selain pilihan jawaban yang tersedia. Pemberian kode pada jawaban dari tipe pertanyaan terbuka relatif lebih sulit karena memerlukan judgment dari pemberi kode dalam menginterprestasikan jawaban responden (Indriantoro dan Supomo, 2002:168). Teknis pemberian kode dapat dilakukan sebelum atau setelah pengisian kuesioner. Proses
pengkodean
akan
memudahkan
dan
182 meningkatkan efisiensi proses data entry ke dalam komputer. Cooper dan Emory (1996) mencontohkan dalam pemberian kode seperti misalnya pria atau wanita
dalam
berhubungan
suatu dengan
jawaban
pertanyaan
identifikasi
jenis
yang
kelamin
seseorang maka kode “P” dan “W” dapat digunakan. Biasanya variabel ini diberi kode 1 untuk pria dan 2 untuk wanita atau 0 dan 1. Jika kita menggunakan P dan W atau huruf lainnya dikombinasikan dengan angka atau simbol, kode semacam itu disebut alfanumerik. Jika angka digunakan secara khusus maka kode semacam itu disebut numerik. Kode disusun pertama kali dalam suatu proses penelitian terutama jika data diperoleh dari kuesioner. Peneliti
lebih
menyukai
pertanyaan
tertutup
dibandingkan pertanyaan terbuka karena lebih efisien dan spesifik. Jawaban bagi pertanyaan tertutup kadangkala berupa hal-hal yang diberi skala dan lainnya yang jawaban-jawabannya dapat diantisipasi sebelumnya. Pertanyaan tertutup juga lebih mudah diukur, dicatat, diberi kode dan dianalisis. Tetapi terkadang terdapat situasi dimana informasi yang tidak mencukupi atau kebutuhan untuk mengukur perilaku yang sensitif dan tidak disetujui, untuk menemukan hal yang menonjol atau mendorong ekspresi yang lebih wajar sehingga muncul pertanyaan terbuka. Dari hasil
183 pertanyaan tersebut maka dipilih kata-kata kunci dan unit referensi. Contoh pemberian kode terbuka Pertanyaan : Bagaimana hubungan manajemen dan pekerja dapat lebih ditingkatkan? Tabel 8.1 Contoh Pemberian Kode Terbuka Letak Tanggung Jawab
Dijawab
Tidak dijawab
Manajemen Pekerja Serikat Pekerja Gabungan
manajemen
dan pekerja Gabungan
manajemen
dan serikat pekerja Lainnya
3. Pemprosesan data (Data Processing) Menurut Cooper dan Emory (1996) proses memasukkan data adalah mengubah informasi yang dikumpulkan oleh metode primer dan sekunder ke dalam bentuk media untuk melihat dan memanipulasi data. Saat ini dalam melakukan analisis data dengan menggunakan bantuan teknologi komputer dimana peneliti
memasukkan data dengan menggunakan
keyboard untuk membuat arsip data. Paket aplikasi
184 statistik yang sering digunakan untuk analisis data dengan komputer adalah SPSS (Statistical Package for Pemrosesan Data
the Sicial Science). Biaya
teknologi
yang
relatif
rendah
mengakibatkan peneliti memperoleh kemudahan untuk menggunakan komputer pribadi. Tehnologi ini telah memungkinkan penggunaan telepon yang didukung oleh komputer atau wawancara personal diselesaikan dengan jawaban-jawaban yang segera dicatat dan diolah sehingga menghapuskan kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul. Pewawancara lapangan dapat menggunakan laptopnya sebagai ganti menggunakan pensil dan papan kuesioner. Dengan menggunakan komunikasi modem maka arsip data mereka dapat dikirim langsung ke komputer lain dilapangan atau tempat penampungan data. Hal ini data segera dapat diperiksa dan diolah di pusat. Dalam jangka panjang teknik lain akan terus berkembang untuk memperbaiki efisiensi dan efektifitas penelitian. Walaupun teknologi tidak menggantikan penilaian peneliti tetapi ia dapat mengurangi
kesalahan
dalam
penanganan
data,
mempersingkat waktu antara pengumpulan data dan analisis dan membantu memberikan informasi yang lebih berguna.
C. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk
memberikan informasi
mengenai
karakteristik
185 Statistik Deskriptif: Digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan jika ada data demografi responden
variabel penelitian yang utama dan jika ada data demografi responden. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi antaralain berupa: frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, modus), dispersi (deviasi standar dan varian) dan koefisien korelasi antar variabel penelitian. Ukuran yang digunakan dalam statistik deskriptif tergantung pada tipe skala pengukuran konstruk yang digunakan pada penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:).
D. Frekuensi Frekuensi merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan nilai distribusi data Frekuensi: Merupakan salah satu ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan nilai distribusi data penelitian yang memiliki kesamaan kategori, dengan kata lain frekuensi adalah jumlah pemunculan
penelitian yang memiliki kesamaan kategori, dengan kata lain frekuensi adalah jumlah pemunculan. Jika data mentah diatur dalam kelas dengan frekuensinya, tabel tersebut dinamakan tabel distribusi frekuensi. Dalam membuat tabel distribusi frekuensi ini besar interval kelas harus sama dan jumlah interval kelas tergantung dari jumlah data mentah. Frekuensi suatu distribusi data penelitian dinyatakan dengan ukuran absolute (f) atau proporsi (%). Penyajian statistik deskriptif yang menggunakan ukuran frekuensi dapat menggunakan table numeric atau grafik. Prosedur dalam membuat tabel frekuensi adalah : 1) Tentukan range
dari
pengamatan
dan
gunakan
pengamatan yang terendah sebagai limit bawah kelas pertama. 2) Tentukan besar interval kelas yang diinginkan dan tentukan jumlah kelas dengan menggunakan range
186 3) Buat interval kelas dan hitung frekuensi pengamatan yang jatuh untuk tiap kelas dengan membuat tally. 4) Jumlah frekuensi dari masing-masing kelas. Contoh : Dibawah ini data mentah gaji bulanan 50 PNS dalam ratusan ribu rupiah. Buatlah daftar distribusi frekuensi dari gaji tersebut 138
164
150
132
144
125
149
157
118
124
144
152
148
136
147
140
158
146
128
135
168
165
126
154
138
118
176
163
137
143
135
140
153
135
147
142
173
146
146
150
142
150
135
156
145
145
161
128
155
162
Gaji yang terendah adalah 118 dan yang tertinggi adalah 176 sehingga range = 176-118 = 58. Jika besar interval kelas adalah 9 maka jumlah kelas adalah 58 : 9 = 8. Dengan jumlah kelas ini maka interval kelas, tally, frekuensi adalah sebagai berikut : Tabel 8.2 Contoh Jumlah Interval Kelas Gaji
Tally
Frekuensi
118 – 126
IIIII
5
127 – 135
IIIII II
7
136 – 144
IIIII IIIII I
11
145 – 153
IIIII IIIII IIII
14
154 – 162
IIIII II
7
187 163 – 171
IIII
4
172 – 180
II
2
Total
50
Jika frekuensi dinyatakan dalam persentase terhadap total frekuensi maka tabel tersebut dinamakan tabel frekuensi relatif. Tabel kelas gaji diatas apabila disajikan dalam bentuk frekuensi relatif adalah sebagai berikut : Tabel 8.3 Contoh Tabel Frekuensi Relatif Gaji
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
118 – 126
5
10
127 – 135
7
14
136 – 144
11
22
145 – 153
14
28
154 – 162
7
14
163 – 171
4
8
172 – 180
2
4
Total
50
100
E. Tendensi Sentral Tendensi sentral merupakan ukuran dalam statistik deskriptif yang menunjukkan nilai sentral dari distribusi Tendensi Sentral
data penelitian. Tendensi sentral dapat dinyatakan dengan tiga macam ukuran, yaitu: rata-rata (mean), median, dan modus.
188 Rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang dihitung dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang diteliti. Rata-rata sampel: Rata-rata populasi: Contoh : Enam observasi dari berat anak balita adalah 4kg, 5kg, 4kg, 3kg, 6kg dan 5kg. Mean dari berat bayi tersebut adalah : (4+5+4+3+6+5) : 6 = 4,5kg Median
adalah
pengukuran
tendensi
sentral
berdasarkan nilai data yang terletak ditengah-tengah (midpoint) dari suatu distribusi data penelitian yang disusun secara berurutan. Median sering digunakan sebagai nilai tengah
variabel
yang
mempunyai
ukuran
ordinal.
Sedangkan modus mengukur tendensi sentral berdasarkan data yang memiliki frekuensi paling banyak dalam suatu distribusi data.
F. Dispersi Dispersi mengukur variasi data yang diteliti dari Dispersi
angka rata-ratanya. Perbedaan antara nilai data yang diteliti dengan rata-ratanya disebut dengan deviasi (deviation) yang dihitung dengan rumus :
Ada berbagai cara untuk mengukur deviasi antara lain:
189 1. deviasi rata-rata = 2. deviasi absolute rata-rata = 3. deviasi kuadrat rata-rata = 4. varian = 5. deviasi standar =
G. Uji Kualitas Data Kesimpulan
penelitian
yang
berupa
jawaban
penelitian dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data sehingga kesimpulan itu tergantung pada kualitas data yang dianalisis. Ada dua cara untuk mengukur kualitas data yaitu reliabilitas dan validitas, artinya suatu penelitian akan menghasilkan kesimpulan yang bias jika datanya kurang reliabel dan kurang valid. Reliabilitas (Keandalan) Reliabilitas (Keandalan): Reabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias/bebas kesalahan sehingga menjamin pengukuran yang konsisten dengan beda waktu dan banyak item dalam instrumen
Reabilitas menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias/bebas kesalahan sehingga menjamin pengukuran yang konsisten dengan beda waktu dan banyak item dalam instrumen. Keandalan reliabilitas pengukuran dibuktikan dengan menguji konsistensi dan stabilitas sehingga reliabilitas membantu menilai ketepatan sebuah pengukuran. Suatu alat ukur yang mantap tidak berubahubah
pengukurannya
penggunaan
alat
dan
ukur
dapat tersebut
diandalkan berkali-kali
karena akan
memberikan hasil yang serupa secara cermat dan tepat.
190 Contoh
reabilitas
adalah
ketika
seorang
peneliti
menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya dan salah satu pertanyaan dalam kuesioner tersebut adalah “Berapakah anggota keluarga anda?” Pertanyaan ini kurang reliabel karena istilah keluarga memiliki interprestasi bermacam-macam, apakah yang dimaksud adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak ataukah keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek termasuk mertua? Dalam praktek, reliabilitas dinyatakan dalam bentuk variance. Reliabilitas dapat dilihat dari error yang dibuat, semakin besar error yang terjadi maka semakin kecil reliabilitas pengukuran dan sebaliknya. Tes keandalan antar item yang paling populer adalah koefisien Alfa Cronbach. Alfa
Cronbach
adalah
koefisien
keandalan
yang
menunjukkan seberapa baik item dalam suatu kumpulan secara positif berkorelasi satu sama lain. Semakin dekat Alfa Cronbach dengan 1, semakin tinggi keandalan konsistensi
internal
(Sekaran,
2006:177).
Pendapat
Ghozali (2006:46) menyatakan bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6. Yang perlu diingat bahwa semua kalimat item yang disusun secara negatif dalam kuesioner sebaiknya terlebih dahulu dibalik sebelum melakukan uji keandalan item. Kecuali semua item yang mengukur suatu variabel berada dalam arah yang sama maka keandalan yang dihasilkan justru akan salah. Reliabilitas adalah perlu namun belum
191 cukup untuk menguji ketepatan ukuran, misalnya seseorang bisa menjadi terpercaya untuk mengukur sebuah konsep dengan memperlihatkan konsistensi dan stabilitas namun hal tersebut mungkin bukan konsep yang ia tentukan untuk diukur. Pengukuran reliabilitas menurut Ghozali (2006:46) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Repeated Meansure atau pengukuran ulang: responden akan diberi pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah responden konsisten dengan jawabannya. 2. One Shot atau pengukuran sekali saja: pada pengukuran ini dilakukan hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Reliabilitas menunjukkan stabilitas dan konsistensi dari suatu instrument yang mengukur suatu konsep dan berguna untuk mengakses “kebaikan” dari suatu pengukur (Sekaran,
2003:203).
Dengan
demikian
reliabilitas
menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi serta konsistensi dari pengukurnya. Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisien reliabilitas, yang dapat diukur dengan cara (Yogiyanto, 2005:132) : Mengukur Besarnya Tingkat Reliabilitas
1. Tes-tes ulang (test retest) Dilakukan dengan cara melakukan dua kali tes berurutan pada kelompok subyek yang sama dengan alat ukur yang sama. Skor tes yang pertama
192 dibandingkan dengan skor tes yang kedua. Hasil koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan stabilitas atau konsistensi alat antar waktu yang berbeda. 2. Bentuk paralel (parallel form) Dilakukan dengan cara melakukan dua tes bersamaan pada dua kelompok subyek yang berbeda dengan alat ukur atau instrument yang sama. Skor kelompok pertama dibandingkan dengan skor kelompok subyek yang kedua. Nilai koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan konsistensi atau stabilitas alat ukur antar kelompok subyek. 3. Separo dipecah (split half) Dilakukan dengan cara melakukan sebuah tes pada satu kelompok subyek dan membagi item tes menjadi dua separoan yang dilakukan dengan cara acak. Skor dari setengah pertama dibandingkan dengan skor dari separo
kedua.
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung koefisien korelasi Spearman-Brown :
Validitas: Menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur
r
= 2r ½ ½
SB
1+r ½ ½
r SB = koefisien reliabilitas korelasi Spearman-Brown r ½ ½ = koefisien korelasi product moment dari dua kelompok pecahan separo Validitas Validitas memastikan kemampuan sebuah skala untuk mengukur konsep yang dimaksudkan. Dengan perkataan lain suatu instrumen pengukur dikatakan
193 valid jika instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika sinonim dari reliabilitas yang tepat adalah konsistensi maka esensi dari validitas adalah akurasi. Ada kemungkinan data penelitian memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi tetapi kurang valid. Data penelitian yang valid bagaimanapun harus reliabel
karena
akurasi
memerlukan
konsistensi
(Indriantoro dan Supomo, 2002:182). Jika peneliti bermaksud mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk menghitung laba perusahaan maka instrumen tersebut dinilai cukup valid karena laba adalah salah salah satu komponen kinerja perusahaan. Tapi bila instrumen itu digunakan dua kali pada waktu yang berbeda untuk mengukur laba perusahaan yang sama namun hasilnya berbeda secara signifikan maka instrumen tersebut meskipun valid tapi tidak reliabel dan akan menghasilkan kesimpulan yang bias. Validitas (validity) menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur
(Yogiyanto) dalam
Ghiselli et al (1981: 266). Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur dan juga berhubungan dengan kenyataan serta tujuan dari pengukuran. Pengukuran
dikatakan
valid
apabila
mengukur
tujuannya dengan nyata atau benar dan tidak valid apabila memberikan hasil ukuran yang menyimpang dari tujuannya. Penyimpangan pengukuran dalam hal
194 ini disebut dengan kesalahan atau varian. Validitas dibedakan menjadi validitas eksternal dan validitas internal. 1) Validitas eksternal Validitas Eksternal
Validitas eksternal menunjukkan bahwa hasil dari suatu
penelitian
adalah
valid
yang
dapat
digeneralisasi ke semua obyek, situasi, dan waktu yang berbeda dan validitas eksternal ini banyak berhubungan dengan pemilihan sampel. Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolok ukur eksternal, yang berupa alat ukur yang sudah valid. Contoh penerapan validitas eksternal a. Untuk mengukur status ekonomi keluarga, bisa dilakukan dengan cara , misalnya: penghasilan keluarga, pemilikan barang berharga, jenis makanan yang dimakan, pemasukan kalori setiap hari. Apabila terdapat korelasi yang tinggi
antara
keempat
jenis
pengukuran
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa masingmasing
cara
pengukuran
tersebut
sudah
kependudukan,
untuk
memiliki validitas eksternal. b. Dalam
penelitian
mengukur kualitas penduduk dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara “angka harapan
hidup”
(AHH)
dengan
“angka
kematian bayi” (AKB). Apabila kedua angka
195 tersebut berkorelasi secara signifikan, maka kedua jenis pengukuran tersebut telah memiliki validitas eksternal. 2) Validitas Internal Validitas internal menunjukkan kemampuan dari instrument riset mengukur apa yang seharusnya Validitas Internal
diukur dari suatu konsep. Validitas internal digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah penelitian sudah seharusnya.
menggunakan
Validitas
internal
konsep
yang
dikelompokkan
menjadi : validitas isi, validitas berhubungan dengan kriteria, dan validitas konstruk. a. Validitas isi Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Sebagai contoh dalam suatu penelitian, seorang peneliti sering kali hanya mengukur status ekonomi keluarga hanya dari segi penghasilan ayah setiap bulan. Hasil pengukuran tersebut akan memiliki validitas isi yang rendah, karena status ekonomi keluarga tidak hanya ditentukan oleh penghasilan ayah saja, namun juga penghasilan ibu dan bahkan mungkin juga penghasilan anak. b.
Validitas berhubungan dengan kriteria
196 Validitas
berhubungan
digunakan
untuk
individual
berdasarkan
digunakan.
dengan
mengukur
Validitas
kriteria perbedaan
kriteria
yang
berhubungan dengan
kriteria terdiri dari validitas serentak dan validitas prediktif. Contoh : -
Tes dilakukan untuk menguji etika kerja karyawan suatu perusahaan. Tes diberikan kepada karyawan yang selalu datang terlambat dan karyawan yang datang tidak terlambat. Apabila skor hasil tes tersebut memiliki korelasi yang rendah, maka dikatakan validitas
serentaknya
tinggi
karena kedua kelompok karyawan tersebut memang seharusnya memiliki etika kerja yang berbeda. -
Tes rekruitmen pegawai digunakan untuk memprediksi kinerja individual tersebut di masa
datang
jika
karyawan
tersebut
diterima, dengan terlebih dahulu dibedakan hasil tes dengan skor rendah dan tinggi c. Validitas konstruk Menunjukkan
sebarapa
baik
hasil
yang
diperoleh dari penggunaan suatu pengukur sesuai dengan teori yang digunakan untuk mendefinisikan
suatu
konstruk.
Menurut
Tjiptono, Chandra dan Diana (2009: 13)
197 construct validity berhubungan dengan apakah suatu
instrumen
mengukur
apa
yang
seharusnya diukur. Apakah skala pengukuran untuk
mengukur
kepuasan
benar-benar
mengukur kepuasan dan bukannya mengukur hal lain yang mempengaruhi skor pengukuran tersebut? Contohnya, jika kita ingin mengukur daya
ingat
seorang
mahasiswa,
maka
tanyakanlah tentang pelajaran yang telah ia pelajari semester lalu, bukan menanyakan pelajaran semester depan yang belum ia pelajari. Construct validity adalah jantung dari perkembangan ilmu pengetahuan dan juga merupakan tipe validitas yang paling sulit dicapai.
Construct
validity
terdiri
dari
convergent validity, discriminant validity, dan nomological validity. Menurut Mas’ud (2004:68) bahwa ada tiga jenis validitas yaitu : 1. Criterion validity
related
validity/Predictive
menunjukkan
sejauhmana
instrumen mampu memberikan prediksi berdasarkan pada hasil yang diinginkan, misalnya nilai tes TOEFL dapat menjadi prediksi kemampuan seseorang dalam menguasai bahasa Inggris. 2. Content
validity
(validitas
isi)
menunjukkan sejauhmana suatu instrumen
198 mencakup berbagai aspek atau arti dalam suatu konsep atau variabel, misalnya kepuasan kepuasan
karyawan gaji,
dapat
mencakup
kepuasan
terhadap
pimpinan, kepuasan terhadap pekerjaan, kepuasan terhadap lingkungan pekerjaan atau kepuasan terhadap rekan sekerja. 3. Construct validity (validitas
konstruk)
didasarkan pada cara suatu instrumen berkaitan dengan variabel dalam suatu hubungan
teoretis,
misalnya
motivasi
berhubungan dengan kinerja karyawan maka semakin besar motivasi karyawan maka akan semakin tinggi kinerjanya. Namun apabila
karyawan
yang baik
kinerjanya ataupun yang kurang baik kinerjanya memiliki motivasi yang sama maka berarti ada masalah dengan validitas konstruk dalam instrumen yang digunakan dalam riset. Koefisien korelasi Pearson akan lebih tepat apabila mengukur variabel berskala interval dan rasio. Sedangkan koefisien Spearman Rank sesuai jika variabel diukur dengan skala ordinal. Korelasi bivariat apapun dapat dihasilkan dengan memilih menu statistik yang relefan, mengidentifikasikan variabel dan mencari statistik parametrik atau nonparametrik
yang
tepat.
Menurut
Ghozali
199 (2006:49) bahwa jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilainya positif maka pertanyaan atau indikator dinyatakan valid sedangkan Sekaran (2006:182) menyatakan bahwa besaran koefisien validitas suatu instrumen dianggap baik dan dapat diterima jika memiliki koefisien produk moment korelasi (r) ≥ 0,6. Ada 3 cara untuk mengukur validitas menurut Ghozali (2006:49) yaitu : 3 Cara Untuk Mengukur Validitas (Ghozali, 2006: 49)
1. Melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df)=n-2 dimana n adalah jumlah sampel. Selain itu uji signifikansi dapat juga dilakukan lewat uji t. 2. Melakukan korelasi bivariate antara masingmasing skor indikator dengan total skor konstruk. Hasil analisis korelasi bivariate dapat dilihat pada output Cronbach Alpha pada kolom Correlated Item-Total Correlation. 3. Uji dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA): Analisis faktor konfirmatori digunakan untuk menguji apakah suatuindikator-indikator yang
digunakan
dalam
mengkonfirmasikan variabel.
Analisis
sebuah
penelitian konstruk
konfirmatori
dapat atau akan
mengelompokkan masing-masing indikator ke dalam beberapa faktor. Asumsi yang mendasari
200 dapat tidaknya digunakan analisis faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup. Uji Bartlett of Sphericity merupakan uji statistik untuk menentukan ada
tidaknya
korelasi antar variabel. Peneliti harus paham bahwa semakin besar sampel menyebabkan Bartlett test semakin sensitif untuk mendeteksi adanya korelasi antar variabel. Alat uji lain yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser-MeyerOlkin Measure of sampling Adequacy (KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1 dan nilai yang dikehendaki harus > 0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor.
Ringkasan Statistik digunakan untuk menganalisis data penelitian yang berupa deskripsi dan estimasi data untuk menarik kesimpulan hasil penelitian. Untuk menganalisis data penelitian
statistik
dikelompokan
kedalam:
statistik
deskriptif yang menjelaskan data penelitian melalui teknik tabulasi dan statistik inferensial untuk mengestimasi sampel kedalam
populasi.
Statistik
inferensial
lebih
lanjut
dikelompokan menjadi: statistik parametrik dan statistik non parametrik. Tahap persiapan yang umumnya dilakukan oleh peneliti untuk memudahkan proses analisis data adalah: pengeditan, pemberian kode, dan pemrosesan data. Dewasa ini
201 pemrosesan data penelitian dilakukan dengan bantuan teknologi komputer. Statistik deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data kedalam bentuk tabulasi yang mudah dipahami
dan
diinterpretasikan.
Statistik
deskriptif
umumnya digunakan untuk menjelaskan variabel penelitian yang utama dan demografi responden. Ukuran yang digunakan dalam analisis deskriptif dapat berupa frekuensi, tendensi sentral (rata-rata, median, dan modus), dan dispersi (varian dan deviasi standar). Kesimpulan hasil penelitian dibuat berdasarkan hasil proses pengujian data yang dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti.
Kualitas
data
penelitian,
oleh
karena
itu
menentukan bias atau tidaknya kesimpulan yang dibuat oleh peneliti. Untuk menguji kualitas data dapat dilakukan dengan menguji reliabilitas (konsistensi) dan validitas (akurasi) dari data yang dikumpulkan. Konsep reliabilitas dapat diukur melalui tiga pendekatan: koefisien stabilitas, koefisien ekuivalensi dan konsistensi interval. Sedangkan konsep validitas jasa diuji dengan tiga pendekatan: content validity, criterion-related validity, dan construct validity.
202
BAB 9 ANALISIS DATA (2) Oleh E.M. Aditya, SE, MSi, Akt
A. Pengujian Hipotesis Salah satu tujuan penelitian adalah menguji hipotesis. Pengujian Hipotesis: Bertujuan untuk menentukan apakah jawaban teoritis yang terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data
Berdasarkan paradigma penelitian kuantitatif, hipotesis merupakan jawaban atas masalah penelitian yang secara rasional di deduksi dari teori. Pengujian hipotesis bertujuan untuk
menentukan
apakah
jawaban
teoritis
yang
terkandung dalam pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam proses pengujian data. Pernyataan hipotesis dapat dirumuskan dalam format pernyataan “jika-maka”, hipotesis nol, atau hipotesis alternatif. 1. Estimasi dan Probabilitas Pengujian hipotesis merupakan proses yang kompleks, terutama jika data yang diteliti merupakan data sampel atau bagian dari populasi. Pernyataan hipotesis merupakan ekspektasi peneliti mengenai
Estimasi Dan Probabilitas
karakteristik populasi yang didukung oleh logika teoritis. Berdasarkan hasil pengujian terhadap sebagian dari populasi (sampel), penelitian membuat keputusan menolak atau menerima hipotesis. Pengujian hipotesis (yang menggambarkan karakteristik populasi) dengan menggunakan data sampel (yang menggambarkan karakteristik
sampel)
pada
dasarnya
merupakan
203 pembuatan keputusan melalui proses inferensi yang memerlukan
akurasi
peneliti
dalam
melakukan
estimasi. Proses inferensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui satu dari dua cara, yaitu: estimasi nilai parameter populasi atau membuat keputusan mengenai nilai parameter (proses pengujian hipotesis). Estimasi nilai parameter populasi akurasinya tergantung pada reprsentasi sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan. Dalam proses pengujian hipotesis, jika kenyataannya terdapat deviasi antara statistik sampel dengan parameter populasi (yang diekspektasi peneliti dalam hipotesis), peneliti harus menyadari adanya kemungkinan kesalahan dalam pembuatan keputusan menolak atau mendukung hipotesis. Dengan kata lain, peneliti harus mempunyai kriteria atau standar yang digunakan
untuk
membuat
keputusan
terhadap
hipotesis yang diuji berdasarkan sampel. Kriteria keputusan yang ditetapkan oleh peneliti dalam istilah statistik
disebut
dengan
tingkat
signifikansi
(significance level). 2. Kriteria Keputusan Tingkat signifikansi adalah tingkat probabilitas
Kriteria Keputusan
yang
ditentukan
oleh
peneliti
untuk
membuat
keputusan menolak atau mendukung hipotesis. Tingkat signifikansi menunjukkan probabilitas kesalahan yang dibuat peneliti untuk menolak atau mendukung hipotesis. Kriteria keputusan berdasarkan tingkat
204 signifikansi, misal 0,05 atau 0,10 menunjukkan bahwa keputusan yang dibuat oleh peneliti untuk menolak atau mendukung suatu hipotesis mempunyai probabilitas kesalahan sebesar lima persen atau sepuluh persen. 3. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Hipotesis Nol Dan Hipotesis Alternatif
Hipotesis nol (H0) merupakan salah satu format rumusan hipotesis yang menyatakan status quo. Tujuan menyusun format H0 adalah untuk memberikan kemungkinan tidak adanya perbedaan antara ekspektasi peneliti dengan fenomena yang diteliti. Kemungkinan adanya perbedaan antara ekspektasi peneliti dengan data yang dikumpulkan dirumuskan dalam format hipotesis alternatif (HA). Benar atau tidaknya keputusan yang dibuat peneliti untuk menolak H0 (menerima HA) atau
tidak
dapat
menolak
H0
(menolak
H A)
menggunakan landasan teori probabilitas. Oleh karena itu diperlukan penetapan tingkat signifikansi dalam pengujian statistik yang menunjukkan probabilitas bahwa keputusan peneliti adalah salah.
B. Pengujian Statistik Hipotesis seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya dapat diartikan sebagai jawaban sementara Pengujian Statistik
terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2002: 156). Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Sedangkan secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
205 diperoleh dari sampel penelitian. Pengujian hipotesis, merupakan bagian dari proses inferensi atau pengujian statistik sampel untuk mengestimasi parameter populasi dan pembuat keputusan. Kesimpulan dari hasil penelitian yang menggunakan sampel harus dibuat secermat mungkin dan disertai oleh kesadaran peneliti terhadap pola berfikir proses
pola
pengujian hipotesis
yang berlandaskan
pengujian data sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002: 194). Sugiyono (2002: 156) berpendapat bahwa dalam statistik yang diuji adalah hipotesis nol, Sugiyono (2002: 156) mengambil dari pernyataan Emory (1985) ’The null hypothesis is used for testing. It is statment that no diffent exists
between
the
parameter
and
statistic
being
compared’. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Dalam buku Indriantoro dan Supomo (2002: 196) menyatakan bahwa elemen-elemen pokok dalam pengujian hipotesis terdiri atas: 1) Hipotesis nol dan hipotesis alternatif 2) Daerah penolakan dan daerah penerimaan 3) Pengujian statistik 4) Pembuatan keputusan Pengujian Alpha (α) Pengujian Hipotesis dapat pula dilakukan dengan Pengujian Alpha
menggunakan
konsep
pengujian
statistik
terhadap
probabilitas terjadinya kesalahan tipe I (α). Probabilitas
206 terjadinya kesalahan tipe I dapat ditentukan jika peneliti mengetahui distribusi pemilihan sampel (x) dari suatu pengujian statistik. Pengujian alpha (α) menggunakan asumsi bahwa hipotesis nol adalah benar (Indriantoro dan Supomo, 2002: 196). Hal ini didukung juga oleh Sugiyono (2002: 157), dalam bukunya menyatakan pada dasarnya pengujian hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Menaksir daya tahan kerja orang indonesia dengan interval antara 6 sampai dengan 14 jam/ hari akan mempunyai prosentase kesalahan yang lebih kecil bila digunakan interval taksiran 8 sampai 12 jam/ hari. Makin besar interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya.
Biasanya
dalam
penelitian
kesalahan
taksiran ditetapkan terlebih dulu, yang digunakan adalah 5% dan 1%. Pengujian Satu Sisi Dan Dua Sisi (One-Tailed Test – Two-Tailed Test) Pengujian Satu Sisi Dan Dua Sisi
Kemudian pengujian hipotesis dinyatakan oleh Indriantoro
dan
Supomo
(2002:
196)
dapat
juga
menggunakan dua cara, yaitu satu sisi dan dua sisi tergantung tipe hipotesis alternatif. Dalam pengujian satu sisi atau disebut juga dengan pengujian directional, daerah penolakan Ho terletak pada sisi kanan atau sisi kiri dari nilai rata-rata sampel, tergantung pada tipe pernyataan hipotesis alternatif.
C. Pemilihan Metode Statistik
207
Pemilihan Metode Statistik
Statistik
merupakan sekumpulan
metode
yang
diperlukan dalam proses analisis data penelitian untuk menginterpretasikan
data
dan
menarik
kesimpulan
berdasarkan data tersebut. Pengujian hipotesis berkaitan dengan proses pembuatan keputusan yang memerlukan statistik untuk menghasilkan keputusan yang masuk akal. Pemilihan metode statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis pada dasarnya dipengaruhi tiga faktor utama: (1) tujuan studi, (2) jumlah variabel yang diteliti, dan (3) skala pengukuran yang digunakan. 1. Tujuan Studi Pemilihan Metode Statistik Dipengaruhi Faktor Tujuan Studi
Tujuan studi secara spesifik ada tiga, yaitu: (1) penjajakan / eksplorasi, (2) deskriptif, dan (3) pengujian hipotesis. Penggunaan statistik untuk analisis data pada studi penjajakan dan studi deskriptif adalah teknik-teknik yang digunakan dalam statistik deskriptif. Penelitian dengan tujuan untuk menguji hipotesis menggunakan teknik-teknik yang umumnya digunakan dalam statistik inferensial yaitu statistik parametrik maupun non-parametrik. Ada dua bentuk hipotesis yang diuji, yaitu: (1) uji komparasi (perbandingan) dan (2) uji asosiasi (hubungan). Hipotesis yang menguji hubungan selanjutnya dapat dikategorikan ke dalam uji hubungan korelasional dan hubungan sebab-akibat. 2. Jumlah Variabel Penelitian
Pemilihan Metode Statistik Dipengaruhi Faktor Jumlah Variabel Penelitian
Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti, penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu satu
208 variabel, dua variabel, dan lebih dari dua variabel. Berdasarkan kategori penelitian tersebut, metodemetode statistik dapat diidentifikasikan berdasarkan kategori analisis data sebagai berikut: (1) univariate, (2) bivariate, dan (3) multivariate. 3. Skala Pengukuran Terdapat empat tipe skala pengukuran yang dijadikan Pemilihan Metode Statistik Dipengaruhi Faktor Skala Pengukuran
dasar pemilihan metode statistik: (1) skala nominal, (2) skala ordinal, (3) skala interval, dan (4) skala rasio. Jika suatu penelitian menggunakan skala interval dan skala rasio dengan ukuran sampel relatif besar (n > 30) statistik parametrik merupakan metode analisis data yang tepat, dengan asumsi bahwa distribusi populasi datanya normal. Jika peneliti tidak menggunakan asumsi normalitas, penggunaan statistik non-parametrik merupakan metode analisis yang tepat. Sedangkan statistik non-parametrik merupakan metode yang relevan untuk menganalisis data penelitian yang menggunakan skala nominal dan ordinal.
D. Analisis Univariate Jika penelitian menggunakan satu variabel maka analisis menggunakan analisis univariat. Metode statistik Analisis Univariate
yang digunakan dipengaruhi oleh tujuan studi dan skala pengukuran. Jika peneliti bertujuan menjelaskan distribusi data dari satu variabel yang diteliti maka dapat dilakukan dengan statistik deskriptif. Ukuran yang digunakan dalam mendeskripsikan frekuensi, tendensi sentral, dan dispersi
209 tergantung pada skala pengukuran seperti tampak pada tabel 9.1. Pedoman tersebut juga berlaku untuk analisis deskriptif terhadap dua atau lebih variabel penelitian (bivariat dan multivariat). Tabel 9.1 Deskripsi Distribusi Data Berdasarkan Skala Pengukuran Deskripsi
Skala Pengukuran
Distribusi Data
Nominal
Ordinal
Interval Rasio
Proporsi
Absolut dan
Absolut dan
(presentase)
Proporsi
Proporsi
Tendensi Sentral
Modus
Median
Rata-rata
Dispersi
-
Inter-quartile
Deviasi
Frekuensi
standar Sumber: Indriantoro dan Supomo (1999: 202) Tabel 9.2 Metode Statistik Berdasarkan Tujuan Studi dan Skala Pengukuran Tujuan Studi
Pertanyaan
Skala
Metode
Penelitian
Pengukuran
Statistik
Identifikasi
Apakah jumlah
Nominal
Chi-square
jumlah
manajer wanita
kategori
sama dengan
test
jumlah yang diekspektasi? Perbedaan
Apakah proporsi
proporsi
akuntan wanita
Nominal
t-test proporsi
210 kategori
sama dengan jumlah akuntan pria
Perbedaan
Apakah distribusi
urutan
nilai ujian untuk
kategori
kategori A, B, C,
Ordinal
Chi-square test
D berbeda dengan distribusi nilai yang diperkirakan Penentuan
Apakah urutan
urutan
merk produk yang
kategori
disukai konsumen
Ordinal
KolmogorovSmirnov test
sesuai dengan merk yang dihipotesiskan Perbedaan
Apakah rata-rata
Interval atau
Z-test
sampel dengan
gaji karyawan
Rasio
(sampel
nilai populasi
yang diteliti
besar) atau t-
mempunyai
test (sampel
perbedaan yang
kecil)
signifikan dengan rata-rata gaji seluruh karyawan perusahaan Sumber: Indriantoro dan Supomo (1999: 203) Penggunaan
metode
statistik
untuk
penelitian
terhadap satu variabel penelitian yang bertujuan untuk
211 menguji hipotesis dapat ditentukan berdasarkan tujuan studi (masalah atau pertanyaan penelitian) dan skala pengukuran variabel yang bersangkutan seperti tampak pada tabel 9.2.
E. Analisis Bivariate Pengujian hipotesis dalam analisis bivariat umumnya Analisis Bivariate
memiliki tujuan untuk menguji perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian. Uji perbedaan dalam kelompok bivariat dapat berupa perbedaan dua kategori atau perbedaan tiga atau lebih kelompok data dari dua variabel yang diteliti seperti tampak pada tabel 9.3. Tabel 9.3 Uji Perbedaan Bivariate Skala Pengukuran
Nominal
Tujuan Studi – Uji Perbedaan 2 Kategori
≤ 3 Kategori
Independen
Independen
Z-test (dua
Chi-square test
proporsi) Chi-square test Ordinal
Mann Whitney U-
Kruskal-Wallis test
test Wilcoxon test Interval dan Rasio
Z-test atau t-test
One-Way Anova
terhadap kelompok independen Sumber: Indriantoro dan Supomo (1999: 205)
212
Tabel 9.4 Uji Hubungan Bivariate Skala
Contoh Pertanyaan Penelitian
Metode Statistik
Apakah ada korelasi antara jenis
Chi-square test
kelamin dengan keahlian pemakai
Phi-coefficient
menggunakan personal computer
Contingency
Pengukuran Nominal
coefficient Ordinal
Apakah peringkat preferensi
Chi-square test
terhadap produk minuman ringan
Spearman rank
mempunyai korelasi dengan
correlation
peringkat intensitas iklan
Kendall’s rank
produknya di televisi
correlation
Apakah tingkat partisipasi manajer
Interval dan Ratio
Correlation coefficient
dalam penyusunan anggaran
(Pearson’s r)
mempunyai korelasi dengan
Bivariate regression
peningkatan kinerja manajerial
analysis
Sumber: Indriantoro dan Supomo (1999: 208) Hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain dapat berupa hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat. Uji hubungan dalam analisis bivariat lebih ditekankan pada bentuk hubungan korelasional seperti tampak pada tabel 9.4.
F. Analisis Multivariate Analisis
multivariat
banyak
digunakan
dalam
penelitian bisnis untuk pemecahan masalah yang kompleks. Analisis Multivariate
213 Metode statistik dalam analisis multivariat secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: (1) metode dependensi dan (2) metode interdependensi. Analisis
dependensi
merupakan
metode-metode
statistik dalam analisis multivariat yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi satu atau lebih variabel dependen berdasarkan beberapa variabel independen. Selanjutnya
dijelaskan
dalam
tabel
9.5.
Analisis
interdependensi merupakan metode-metode statistik dalam analisis multivariat yang digunakan untuk mengetahui struktur dari sekelompok variabel atau obyek. Metode statistik yang termasuk dalam analisis interdependensi antara
lain:
factor
analysis,
cluster
analysis,
dan
multidimensional scaling. Factor
Analysis
adalah
metode
statistik
yang
digunakan untuk meringkas informasi dalam jumlah banyak yang dihasilkan dari proses pengukuran (berupa konsep-konsep) menjadi sejumlah dimensi atau construct yang lebih kecil (faktor). Cluster Analysis adalah metode statistik yang digunakan untuk mengelompokkan subyek atau obyek penelitian dalam jumlah banyak menjadi kelompok-kelompok dalam jumlah kecil yang bersifat mutually exclusive. Suatu kelompok (cluster) terdiri atas subyek
atau
obyek
yang
mempunyai
karakteristik
homogen, sedang subyek atau obyek antar kelompok mempunyai karakteristik yang heterogen. Multidimensional Scaling merupakan metode statistik yang digunakan untuk mengukur obyek ke dalam ruang
214 multi dimensi berdasarkan kesamaan persepsi responden terhadap obyek. Perbedaan persepsi responden terhadap obyek direfleksikan dengan jarak relatif antar obyek dalam ruang multi dimensi. Tabel 9.5 Metode-metode Dependensi dalam Analisis Multivariate Tujuan Studi
Jumlah Variabel
Skala Pengukuran
Metode
Dependen Independen Dependen Independen Menguji pengaruh
1
≥2
beberapa variabel
Interval
Interval /
Analisis
/ rasio
rasio
Regresi
independen terhadap
Berganda
variabel dependen Memprediksi subyek atau
1
≥2
obyek penelitian
Nomina
Interval /
Analisis
l
rasio
Diskriminan
Interval
Interval /
Canonical
/ rasio
rasio
Correlation
mempunyai ≥ 2 kategori mutually exlcussive berdasarkan beberapa variabel independent Menentukan korelasi
≥2
≥2
antara ≥ 2 variabel dependen dengan
Analysis
beberapa variabel independent Menguji signifikansi perbedaan nilai rata-rata
≥2
1
Interval
Nominal
/ rasio
beberapa variabel antara 2 kategori dalam suatu variabel
Sumber: Indriantoro dan Supomo (1999: 210)
MANOVA
215
Ringkasan Pengujian hipotesis, sebagai salah satu tujuan utama penelitian, merupakan proses yang kompleks terutama pada penelitian yang berdasarkan pada sampel. Pengujian hipotesis merupakan proses pembuatan keputusan yang menggunakan estimasi statistik sampel terhadap parameter populasinya. Proses pengujian hipotesis memerlukan elemen-elemen: (1) pernyataan hipotesis yang dapat dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol atau hipotesis alternatif, (2) penentuan daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis berdasarkan kriteria keputusan (tingkat signifikansi yang ditetapkan) dan teknik pengujian satu sisi atau dua sisi, (3) penghitungan statistik terhadap data yang dikumpulkan, (4) pembuatan kesimpulan menonjolkan atau mendukung hipotesis. Berdasarkan tujuannya, metode statistik dikelompokan menjadi dua: (1) statistik deskriptif, terutama untuk studi penjajakan dan studi deskriptif, dan (2) statistik inferensial terutama untuk penelitian yang dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan jumlah variabel penelitian, metode-metode statistik dapat dikelompokan kedalam tiga kategori: (1) analisis univariate (untuk satu variabel penelitian), (2) analisis bivariate (untuk dua variabel penelitian), dan (3)
216 analisis multivariate (untuk lebih dari dua variabel penelitian). Multiple
regression
analysis,
discriminant
analysis,
canonical correlation analysis, LISREL dan cojoint analysis
merupakan
metode-metode
statistik
yang
umumnya digunakan dalam analisis dependensi. Factor analysis, cluster analysis, dan multidimensional scaling merupakan contoh metode statistik yang umumnya digunakan dalam analisis interdependensi.
217
BAB 10 LAPORAN PENELITIAN/ PEMBAHASAN Oleh Dwiyadi Surya Wardana, SE, MM Dan Triani, SE
A. Tujuan Penyusunan Laporan Menyusun laporan merupakan tugas akhir dari proses penelitian. Tujuan Penyusunan Laporan: Bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepada para pengguna penelitian tersebut, laporan penelitian harus mudah difahami oleh fihak-fihak lain yang membaca.
Dalam bukunya
Sugiyono (2002: 309)
menyatakan bahwa laporan penelitian adalah merupakan laporan ilmiah, untuk itu maka harus dibuat secara sistematis dan logis pada setiap bagian, sehingga pembaca mudah memahami langkah-langkah yang telah ditempuh dalam penelitian dan hasilnya. Karena sifatnya ilmiah maka harus replicable yaitu bisa diulangi oleh orang lain yang akan membuktikan hasil penemuan dalam penelitian itu. Untuk itu maka setiap langkah harus jelas. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002: 220) definis dari laporan penelitian adalah informasi yang disampaikan secara tertulis atau lisan dengan tujuan untuk mengkomunikasikan kesimpulan atau temuan penelitian dan rekomendasi yang diperlukan. Kemudian Mudrajad Kuncoro (2005: 289) mengambil pernyataan dari Davis dan Cosenza (1993: 494) menyatakan ada dua bentuk komunikasi utama antar pengguna hasil penelitian dan para peneliti yaitu, proposal penelitian dan laporan akhir penelitian. Dari keseluruhan penjelasan para pakar metode riset diatas
218 sepakat
bahwa
laporan penelitian bertujuan untuk
mengkomunikasikan hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepada para pengguna penelitian tersebut, laporan penelitian harus mudah difahami oleh fihak-fihak lain yang membaca. Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan penelitian agar komunikasi tersebut dapat terjadi dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun laporan penelitian akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini. Menurut Indriantor dan Supomo (2002: 220) format laporan penelitian tergantung pada tujuan penyusunan laporan. Laporan penelitian disusun berdasarkan suatu tujuan
yang
berkaitan
dengan
tujuan
penelitian.
Berdasarkan tujuannya, seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya penelitian diklasifikasikan menjadi penelitian dasar dan penelitian terapan. Membahas tentang penelitian dasar dan penelitian terapan pada umumnya tidak terpisahkan, karena keduanya memang merupakan satu kesatuan. Penelitian bisnis masuk dalam penelitian terapan namun tidak menutup kemungkinan ditemukannya teori baru dalam penelitian bisnis (Kuncoro, 2005: 6). Mengacu pada Indriantor dan Supomo (2002: 220), akan dibahas lebih dalam mengenai penelitian dasar dan penelitian terapan melihat dari sudut pandang tujuan Penelitian Dasar: Penelitian dasar yang benar-benar murni semata-mata bertujuan untuk mengembangkan dan perbaikan teori yang sudah ada
penelitian. 1. Penelitian Dasar (Basic Research)
219 Tujuan
utama
penelitian
dasar
adalah
untuk
mengembangkan ilmu. Oleh karena itu penelitian dasar umumnya
dilakukan
dilingkungan
akademik
(perguruan tinggi). Menurut Mudrajad Kuncoro (2005: 6) penelitian dasar yang benar-benar murni sematamata bertujuan untuk mengembangkan dan perbaikan teori yang sudah ada. Penelitian lebih banyak dilakukan didalam laboratorium dengan pengendalian yang cukup untuk penelitian ilmiah. Penelitian dasar lebih banyak memperhatikan tentang prinsip umum dari perilaku. Berdasarkan
tujuan
dan
maksud
dilakukannya
penelitian (dasar) dilingkungan perguruan tinggi selanjutnya dapat dipisahkan menjadi dua kategori. 1) Penelitian dasar untuk meningkatkan kualitas akademik dosen. 2) Penelitian dasar untuk memperoleh gelar akademik (penelitian mahasiswa). Terdapat sedikit perbedaan dari kedua penelitian dasar diatas,
mulai
dari
sumberdana,
individu
yang
melakukan penelitian dan seperti yang telah dituliskan diatas maksud dan tujuannya sangat berdeda. a) Penelitian Dosen Penelitian dasar yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualifikasi akademik umumnya dilakukan dosen secara mandiri atau kelompok sebagai salah satu bagian dari kegiatan tri darma perguruan tinggi. Sumber biaya penelitian dapat berasal dari dosen yang bersangkutan atau institusi
220 peneliti. Disamping itu institusi pemerintah atau swasta juga memberikan bantuan biaya penelitian untuk pengembangan dosen dan perguruan tinggi. Format laporan penelitian umumnya ditentukan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan atau institusi
yang
memberikan
bantuan
biaya
penelitian. b) Penelitian Mahasiswa Penelitian ini umumnya merupakan karya ilmiah yang menjadi kualifikasi untuk memperoleh gelar kesarjanaan, yaitu sarjana strata satu (S1), S2, dan S3. Masing-masing perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan gelar kesarjanaan biasanya membuat ketentuan sendiri untuk penyusunan skripsi, tesis dan desertasi. 2. Penelitian Terapan (Applied Research) Penelitian Penelitian terapan: Merupakan penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan permasalahan tertentu
terapan
adalah
penelitian
yang
bertujuan untuk memecahkan masalah praktis yang dihadapi oleh institusi atau organisasi tertentu yang umumnya dilakukan dilingkungan pemerintah atau bisnis. Dalam bukunya Mudrajad Kuncoro (2005: 6) menuliskan bahwa penelitian terapan merupakan penelitian yang menyangkut aplikasi teori untuk memecahkan permasalahan tertentu. Penelitian terapan seperti namanya dilakukan untuk menerapkan ilmu pengetahuan
atau
uji
teori
untuk
kepentingan
pemecahan permasalahan bisnis. Kemudian penelitian terapan juga lebih terarah kepada manfaat yang dapat
221 diperoleh dari perilaku yang ada. Seperti yang telah dituliskan diatas bahwa penelitian dasar dan penelitian terapan pada umunya tidak terpisahkan Mudrajad (2005: 6) juga menyatakan bahwa dalam kenyataannya beberapa penelitian tertentu kadang-kadang berada diantara penelitian dasar dan penelitian terapan. Oleh karena itu kita dapat mengacu pada salah satu teori yang dikemukakan oleh seorang ahli saja.
B. Format Laporan Format Format Laporan: Format laporan menggambarkan secara umum bagaimana penyajian laopan penelitian. Format laporan selalu berkembang dan memiliki format yang berbeda-beda
laporan menggambarkan secara umum
bagaimana penyajian laporan penelitian. Format laporan selalu berkembang dan memiliki format yang berbeda-beda (Mudrajad, 2005: 289). Perkembangan ini bertujuan untuk menentukan bagian mana yang harus dilaporkan dan bagai mana cara pelaporannya. Hal senada disampaikan oleh Indriantoro dan Supomo (2002: 222) setiap laporan penelitian meskipun disususn berdasarkan masing-masing tujuan penyusunan dan maksud penelitian beberapa konvensi format laporan bersifat universal. Kemudian dalam bukunya Soeratno dan Arsyad (2003: 145) mengamini apa yang dinyatakan kedua pakar diatas. Dinyatakan dalam bukunya bahwa tidak hanya terdapat satu bentuk tunggal dalam penulisan laporan penelitian. Biasanya bentuk laporan akan ’menyesuaikan’ dengan sasaran pembacanya. Soeratno dan Arsyad menitik beratkan format laporan penelitian melihat dari sudut pandang siapa pembaca
laporan
penelitian
tersebut.
Mereka
222 mengidentifikasi
terdapat
3
sasaran
pembaca
hasil
penelitian, yaitu kalangan akademisi, sponsor penelitian, masyarakat banyak. Format laporan penelitian pada dasarnya merupakan kerangka pengorganisasian dari bagian-bagian laporan penelitian. Format laporan penelitian menurut
Sugiyono
(2002:
309)
laporan
penelitian
sebaiknya dibuat bertahap, tahap pertama berupa laporan pendahuluan dan tahap kedua berupa laporan akhir. Mengacu pada format laporan penelitian yang dituliskan oleh Indriantor dan Supomo (2002: 222) format laporan penelitian secara umum dapat disusun berdasarkan tiga bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian isi dan bagian lampiran. Bagian pembukaan terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, daftar isi, kata pengantar dan abstrak. Bagian isi terdiri atas pendahuluan, kerangka teoretis, medelogi penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan keterbatasan dan rekomendasi. Bagian lampiran antara lain terdiri atas, formulir pengumpulan data, kalkulasi rinci, tabel, dan referensi. Lebih jelas akan diberikan pada gambar 10.1.
223
Halaman Judul Halaman Pengesahan Daftar Isi Bagian Pembukaan
Kata Pengantar Abstrak
Pendahuluan Kerangka TeoretisHipoteisi Metodelogi
Format Laporan Bagian Isi
Hasil Dan Pembahasan Kesimpulan Keterbatasan Dan Rekomendasi Formulir Pengumpulan Data
Bagian Lampiran
Kalkulasi Rinci Tabel Umum Referensi
Sumber: Indriantoro dan Supomo (2002: 223) Gambar 10.1 Format Laporan Penelitian 1. Halaman Judul Halaman judul Merupakan bagian pembukaan dari laporan penelitian yang memuat informasi antara lain mengenai, judul penelitian, judul laporan, identitas
224 penyusun laporan, kepada siapa laporan ditujukan, dan periode penyusunan laporan. Untuk laporan penelitian yang tidak dipublikasikan halaman judul biasanya dibuat dua macam dalam bentuk dan isi yang sama, yaitu halaman judul bagian luar dan halaman judul bagian dalam. 2. Halaman Pengesahan Laporan penelitian akademik biasanya mempunyai halaman pengesahan, yaitu bagian dari laporan penelitian yang berisi identitas peneliti, sumber biaya penelitian dan otoritas dosen pembimbing penelitian dan institusi yang bekepentingan. Pada penelitian yang dilakukan secara kelompok identitas peneliti dapat diwakili oleh ketua penelitian. Khusus untuk penelitian mahasiswa ada tambahan halaman pengesahan dari dosen penguji, moto dan halaman persembahan. Laporan
penelitian
terapan
biasanya
tidak
menggunakan halaman pengesahan. Setelah halaman judul, laporan penelitian terapan umumnya berisi halaman yang memuat surat penyerahan secara formal dari peneliti kepada penerima laporan. 3. Daftar Isi Bagian Format Laporan: Format laporan penelitian secara umum dapat disusun berdasarkan tiga bagian, yaitu bagian pembukaan, bagian isi dan bagian lampiran
Daftar isi adalah bagian pembukaan dari laporan penelitian yang memberikan informasi mengenai bagian dan sub bagian pembahasan dalam laporan disertasi referensi nomor halaman. Pada bagian isi laporan penelitian biasanya menggunakan istilah bab dan sub bab untuk klasifikasi pembahasan. Jika
225 didalam laporan penelitian memuat gambar atau tabel, setelah daftar isi ditambahkan halaman yang memuat daftar gambar atau tabel. 4. Kata Pengantar Kata pengantar merupakan bagian pembukaan dari laporan penelitian yang memuat maksud dan tujuan peneliti menyusun laporan. Pada bagian ini biasanya peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penelitian yang sedang dilaporkan. Kata pengantar dibuat ringkas dengan panjang halaman satu sampai dua lembar. 5. Abstrak Nama lain dari abstrak yang sering digunakan dalam laporan penelitian adalah sinopsis dan ringkasan atau intisari. Abstrak merupakan bagian fital dalam laporan penelitian, karena bagian pembukaan dari laporan penelitian ini memberikan informasi secara ringkas mengenai alasan peneliti melakukan penelitian, aspekaspek masalah yang diteliti, metode-metode penelitian yang digunakan, dan kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan informasi yang disajikan pada bagian ini, pembaca secara sekilas dapat memahami esensi penelitian yang dilaporkan. Dalam bukunya Mudrajad Kuncoro (2005: 293) sejalan seperti apa yang dinyatakan oleh Indriantoro dan Supomo. Kuncoro menyatakan bahwa ringkasan menjelaskan secara jelas tentang mengapa penelitian tersebut dilakukan, masalah penelitian apa yang diteliti, apa hasilnya, dan langkah
226 apa yang selanjutnya perlu diambil. Bagian ini sangat penting karena manajer atau para pengambil kebijakan selalu membacanya dan hanya beberapa yang sempat membaca laporan penelitian secara keseluruhan.
C. Pendahuluan Pendahuluan menurut Soeratno dan Arsyad (2003: 147) berisi latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, landasan teori, desain dan Pendahuluan
pelaksanaan penelitian (variabel yang diselidiki, teknik pengumpulan
data,
populasi
dan
sampel,
prosedur
pengumpulan data). Penulisan dalam buku ini akan mengacu pada Indriantoro dan Supomo (2002: 225) agar tidak terjadinya kerancuan. Pendahuluan merupakan bagian dari isi laporan penelitian yang sedikitnya memuat tiga aspek yaitu, 1) Latar belakang yang menjadi motivasi peneliti untuk melakukan penelitian. 2) Rumusan masalah penelitian. 3) Tujuan dan manfaat penelitian. Pada bagian pendahuluan ini peneliti harus menyatakan rumusan masalah yang diteliti secara jelas dan dapat diujikan melalui pengumpulan data. Batasan dan asumsiasumsi apa yang dipertimbangkan dalam penelitian juga dikemukakan pada bagian ini.
D. Kerangka Teoretis Dalam Kerangka Teoretis
Indriantoro
dan
Supomo
(2002:
226)
menyatakan kerangka teoretis yang juga disebut landasan
227 teoretis atau telaah literatur merupakan bagian dari isi laporan penelitian yang diletakan pada bab II. Bagian ini memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau landasan untuk menjawab penelitian. Pembahasan pada bagian ini, di fokuskan pada literaturliteratur yang membahas konsep teoritis yang relevan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Kemudian dalam buku Arikunto (1998: 362) menjelaskan dalam penjelasan kepustakaan bagian ini dituliskan untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai hal yang telah dirintis oleh peneliti lain untuk memberikan penekanan pentingnya permasalahan dan memberikan petunjuk
kepada
pembaca
kemana
mereka
dapat
mempelajari masalah tersebut lebih lanjut. Buku yang ditulis oleh Sugiyono (2002: 310) menyatakan bahwa deskripsi teori berisi penjelasan tentang variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian.
E. Metodologi Penelitian Metodelogi penelitian merupakan bagian dari isi Metodelogi Penelitian Dalam Laporan Penelitian
laporan yang
menjelaskan pendekatan
dan
metode
penelitian yang sedang dilaporkan. Beberapa hal yang biasanya diuraikan pada bagian ini antara lain mengenai: sumber data, historis waktu, unit analisis data, metode pengumpulan
dan
pemilihan
data,
variabel
dan
pengukurannya, serta metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data. Pembahasan mendalam tentang
228 metodelogi penelitian telah banyak dibahas pada bab sebelumnya.
F. Hasil Dan Pembahasan Inilah sebenarnya bagian yang merupakan inti laporan penelitian. Oleh karena itu bagian ini harus dikemukakan dan harus merupakan porsi yang paling Hasil Dan Pembahasan
banyak karena bagian inilah yang ditunggu dan ingin diketahui oleh pembaca. Bagian-bagian terdahulu memang penting tetapi bukan murni penemuan (Arikunto, 1998: 363). Beberapa artikel hasil penelitian menempatkan bagian pembahasan menjadi satu dengan bagian kesimpulan. Pembahasan merupakan bagian dari isi laporan penelitian yang mendiskusikan implikasi dari hasil analisis data dan interpretasi
yang
dibuat
peneliti.
Jika
penelitian
dimaksudkan untuk menguji hipotesis, dalam bagian ini dibahas
konsekuensi
dari
hasil
pengujian
yang
kemungkinan menolak atau mendukung hipotesis. Dalam pembahasan penelitian dapat merujuk hasil penelitianpenelitian setopik yang sesuai atau tidak sesuai dengan hasil penelitian yang sedang dilaporkan (Indriantoro dan Supomo, 2002: 231).
G. Kesimpulan Bagi pembaca yang hanya memiliki waktu sedikit, Kesimpulan: Kesimpulan penelitian harus dibuat jelas, singkat, padat
biasanya hanya mementingkan membaca tujuan, hipotesis, hasil (kesimpulan penelitian). Oleh karena itu kesimpulan penelitian harus dibuat jelas, singkat, padat (Arikunto, 1998: 363). Kemudian hal-hal yang sudah dibahas
229 disimpulkan dalam bab tersendiri. Jika perlu pada bab ini dicantumkan implikasi dan saran-saran (Soeratno dan Arsyad, 2003: 147). Sejalan dengan dua pakar lainnya Sugiyono (2002: 312) menyatakan kesimpulan penelitian merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Jika tujuannya ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara A dan B maka kesimpulannya adalah dilihat dari hasil pengujian hipotesis
(pembahasan)
kemudian
dapatlah
dalam
penelitian
disimpulkan
hasil
tersebut, penelitian.
Kemudian mengacu kepada buku yang ditulis Indriantoro dan Supomo (2002: 234) kesimpulan merupakan bagian dari isi laporan penelitian yang memuat informasi mengenai kesimpulan yang dibuat peneliti. Kesimpulan yang dibuat biasanya merupakan pendapat singkat peneliti berdasarkan
hasil
dan
sebelumnya.
Berdasarkan
pembahasan
pada
bagian
kesimpulan
yang
dibuat
biasanya peneliti membuat rujukan hasil beberapa penelitian sebelumnya untuk perbandingan apakah temuan penelitiannya mendukung atau menolak hasil temuan penelitian sebelumnya.
Ringkasan Laporan penelitian pada dasarnya memuat informasi mengenai kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi yang diperlukan. Format laporan penelitian tergantung pada berbagai aspek dari mana kita akan melihat (tujuan, pembaca, dan lain-lain).
230 Abstak merupakan bagian vital dari laporan penelitian yang memuat informasi singkat mengenai alasan peneliti melakukan penelitian. Ada sedikitnya tiga aspek yang dimuat dalam bagian pendahuluan: (1) latar belakang yang menjadi motivasi peneliti untuk melakukan penelitian, (2) perumusan masalah atau pertanyaan penelitian, (3) tujuan dan manfaat penelitian. Kerangka teoretis merupakan bagian isi laporan penelitian yang membahas konsep-konsep teoretis yang menjadi landasan penelitian untuk menjawab masalah penelitian atau pengembangan hipotesis. Metodelogi penelitian merupakan bagian dari isi laporan penelitian yang memuat informasi desain dan metode penelitian. Beberapa diantaranya adalah: sumber data, metode pemilihan
dan pengumpulan data,
variabel
penelitian dan cara pengukurannya, serta metode pengujian statistik yang digunakan. Bagian hasil, pembahasan dan kesimpulan dari laporan penelitian memuat infoemasi mengenai hasil analisis data sebagai
dasar
untuk
membeuat
kesimpulan.
Untuk
memudahkan pembahasan, dalam bagian ini biasanya dilengkapi dengan ilustrasi, tabel, atau grafik. Pembahasan biasanya mencakup implikasi-implikasi yang kemungkinan ditimbulkan oleh hasil analisis data. Kesimpulan yang dibuat berdasarkan intepretasi dari hasil analisis data dapat berupa penjelasan deskriptif mengenai fenomena yang diteliti atau berupa hasil pengujian statistik.
231
232
BAB 11 STATISTIK DESKRIPTIF A. Distribusi Bila
pengukuran
norminal
digunakan
(seperti
klasifikasi perusahaan yang terbagi atas teknologi tinggi, produk konsumen dan bisnis eceran) setiap kategori akan diwakili oleh kode angka tersendiri. Dengan data ordinal, peringkat yang diteliti, yang menunjukan suatu posisi dalam range dari yang terendah hingga yang tertinggi, akan dicatat. Hal yang sama juga berlaku untuk skor intervalratio. Bila data ini ditabulasikan, mereka mungkin akan disusun dari skor yang terndah hingga tertinggi dalam skala tertentu.
Bersama-sama
dengan
frekwensi
kejadian,
pengamatan membentuk distribusi nilai. Beberapa variabel yang diteliti dalam lingkungan bisnis memiliki distribusi yang mendekati suatu bentuk distribusi normal baku. Distribusi ini, yang diperlihatkan dalam bagian A dari gambar dibawah adalah distribusi teoretis yang paling signifikan dalam statistika. Ia adalah suatu standar perbandingan untuk menjelaskan distribusi data sampel dan digunakan bersama dengan statistika penarikan kesimpulan yang mengasumsikan variabelvariabel distribusi secara normal. Karakteristik dari lokasi, sebaran dan bentuk menjelaskan
distribusi.
Definisi,
penerapan
mereka
termasuk dalam judul statistik deskriptif. Karakteristik distribusi adalah:
233 1) Distribusi berbentuk konsekuensial dalam pemusatan dan sebarannya. 2) Tampilan
dalam
bentuk
visual
lebih
superior
dibandingkan tampilan dalam bentuk angka untk mengetahui disribusinya. 3) Pilihan ringkasan statistik untuk menggambarkan suatu variabel tunggal adalah tergantung pada kesesuaian statistik itu dengan bentuk distribusinya.
Analisis Persentase Distribusi Frekwensi Tabulasi Silang
Pada statistik deskriptif yang umum dipakai adalah distribusi frekwensi yang meliputi analisis persentase dan tabulasi silang seperti diuraikan dibawah ini berikut dengan contoh soalnya. a. Analisis Persentase Cara yang paling sering dipakai dalam analisis data adalah frekuensi distribusi relatif, data dibagi dalam beberapa kelompok dan dinyatakan atau diukur dalam persentase. Dengan cara ini, dapat diketahui kelompok mana yang paling banyak jumlahnya, yaitu ditunjukan oleh nilai persentase yang tertinggi, dan demikian sebaliknya. Pada tabel dibawah ini, diketahui bahwa 46,4% dari jumlah penduduk didesa X berusia 15 tahun atau lebih, sedangkan yang masih anak-anak (yang berumur
234 kurang dari 10 tahun) ada 11,8% + 18,6% = 30,4%. Dapat juga dilihat distribusi absolutnya, tetapi angka absolut itu sering dibayangkan.
Tabel 11.1 Distribusi Penduduk Menurut Umur di desa X pada Tahun 1982 Kelompok
Jumlah
Umur (th)
(orang)
Persentase (%)
0–4
51
11,8
5–9
80
18,6
10 – 14
100
23,2
>15
200
46,4
Jumlah
431
100,0
Sumber : Suparmoko (1996) b. Tabulasi Silang Sebagai perluasan dari analisis distribusi relatif dengan satu variabel seperti contoh diatas, dapat diperluas menjadi tabulasi silang, yaitu menyajikan saling berhubungannya variabel yang satu dengan variabel lain. Dalam analisis himpunan disebut
dengan
intersection
(set) keadaan ini (irisan
himpunan).
Hubungan antara umur dan tingkat pendidikan tenaga kerja di desa F pada tahun 1982 dapat dilihat pada tabel
235 dibawah
ini.
Namun
keterangannya
agak
sulit
dimengerti dan akan lebih mudah dibaca dan dianalisis bila dinyatakan dalam distribusi relatif atau dalam presentase seperti pada tabel berikutnya. Dengan tabel tersebut lebih mudah dianalisis hubungan antara variabel umur dan pendidikan tenaga kerja. Misalnya dapat dibaca bahwa diantara tenaga kerja di desa ’F’ berpendidikan SD dan berumur antara 30 sampai 34 tahun ada 8,1% dan yang berumur antara 15 – 19 tahun (kelompok yang termuda) ada 8,5%. Atau secara keseluruhan tenaga kerja yang ada di desa F paling banyak berada pada kelompok umur 40 sampai 44 tahun (16,4%). Contohnya:
Tabel 11.2 Hubungan Antara Umur dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di Desa F, 1982 (Dalam Orang) Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Umur
Perguruan
Jumlah
Tinggi
15 – 19
20
30
2
0
52
20 – 24
30
20
5
0
55
25 – 29
25
25
5
1
56
30 – 34
19
15
4
2
40
35 – 39
40
10
2
0
52
40 – 44
50
10
2
0
62
45 – 49
50
8
0
0
58
>50
0
2
1
0
3
236
jumlah
234
120
21
3
378
Sumber : Data Hipotesis (Suparmoko, 1996) Tabel 11.3 Hubungan antara Umur dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di Desa ’F’, 1982 (dalam persentase) Pendidikan SD SLTP SLTA Perguruan Jumlah umur
Tinggi
15 – 19
8,5
25,0
9,5
0
13,8
20 – 24
12,8
16,7
23,8
0
14,6
25 – 29
10,7
20,8
23,8
33,3
14,7
30 – 34
8,1
12,5
19,1
66,7
10,6
35 – 39
17,1
8,3
9,5
0
13,8
40 – 44
21,4
8,3
9,5
0
16,4
45 – 49
21,4
6,7
0
0
15,3
>50
0
1,7
4,8
0
0,8
Jumlah
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Sumber : Data Hipotesis (Suparmoko, 1996) Dari tabel diatas dapat diubah juga guna mengetahui distribusi tingkat pendidikan pada setiap kelompok umur. Caranya sama saja, yaitu angkaangka dinyatakan dalam persentase dan dijumlah mendatar dan kolom jumlah (paling kanan) dinyatakan 100%.
237
B. Karakter Distribusi
238
C. Ukuran Pemusatan Ukuran pemusatan biasanya disebut pemusatan sentral atau pusat, yang meliputi angka rata-rata (mean), median dan modus.
Rata-rata Hitung Ukuran Pemusatan
Median Modus
D. Rata-Rata Hitung (Mean) Mean adalah rata-rata hitung. Rata-rata hitung adalah penjumlahan nilai-nilai pengamatan dalam suatu distribusi yang dibagi oleh jumlah pengamatan. Rata-rata hitung adalah ukuran pemusatan yang sering digunakan untuk data interval – rasio tetapi dapat menghasilkan kesimpulan yang menyimpang jika distribusi itu mengandung nilai yang sangat ekstrim, besar maupun kecil. Simbol untuk rata-rata
239 hitung sampel adalah Ẍ. Huruf yunani mu digunakan untuk mewakili angka rata-rata poplasi.
Contoh: Angka rata-rata hitung sangat berguna untuk mengetahui tafsiran kasar guna melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik. Misalnya ingin diketahui umur rata-rata dan tinggi rata-rata mahasiswa tahun III disebuah perguruan tinggi ’T’ Tabel Rata-rata Tinggi Mahasiswa Tahun III Perguruan Tinggi ’T’ 1982 / 1983 (dalam cm)
Tabel 11.4 Tabel Rata-Rata Tinggi Mahasiswa Tahun III Perguruan Tinggi ’T’ 1982/1983 (dalam cm) No
Nomor
Tinggi
Mahasiswa
Mahasiswa
1.
4102 / E
165
2.
4831 / E
164
3.
4423 / E
159
4.
4232 / E
155
5.
4123 / E
170
6.
4133 / E
149
7.
5002 / E
152
8.
5011 / E
162
240
9.
5431 / E
163
10.
5121 / E
148
N = 10
JUMLAH
1.587
Sumber : Data Hipotesis (Suparmoko, 1996) Tabel
tersebut
menunjukan
ukuran
tinggi
/
mahasiswa tahun III di perguruan tinggi ’T’ pada tahun 1982/1983. Karena tinggi masing-masing mahasiswa itu sangat bervariasi, maka dengan hanya melihat data dari tabel sulit untuk menjawab pertanyaan berapa mahasiswa dikelas tersebut. Paling mungkin hanya diketahui secara cepat tinggi maksimum dan tinggi minimum. Tetapi kalau jumlah mahasiswa itu banyak sekali, harus diteliti satu persatu hingga memakan waktu dan tenaga. Akan lebih jelas dengan menghitung angka rata-rata yaitu tinggi mahasiswa ( Xi), dijumlahkan, kemudian dibagai dengan jumlah mahasiswa (N).
Jadi rata-rata tinggi mahasiswa = = 158,7 cm Angka rata-rata ini merupakan rata-rata hitung. Dua jenis angka rata-rata yang banyak dipakai dalam analisis data adalah rata-rata tertimbang dan rata-rata geometrik.
Rata-rata tertimbang Angka rata-rata Rata-rata geometrik
E. Rata-Rata Tertimbang (Weighted Mean)
241 Rata-rata tertimbang biasanya digunakan bila nilai rata-rata dari sekelompok karakteristik sudah dimiliki. Biasanya data yang disajikan sudah dalam bentuk frekuensi distribusi seperti pada tabel dibawah ini. Sehingga dari tabel dibawah didapatkan angka rata-rata pemilikan tanah didesa tutul adalah:
=
= 3,42 ha
Contoh :
Tabel 11.5 Distribusi pemilikan tanah oleh petani di desa tutul, 1982 No
Jumlah
Rata-rata
Luas total
Pemilik (n)
Pemilikan (Xi)
(n . Xi)
1
5
5,0
25,0
2
20
4,0
80,0
3
45
3,0
135,0
3,42
240,0
jumlah 70
Sumber : Data Hipotesis (Suparmoko, 1996) Dalam hal ini sudah digunakan penimbangan untuk memperoleh angka rata-rata pemilikan tanah yang benar, yaitu jumlah pemilik tanah yang bersangkutan. Bila tidak dipertimbangkan angka penimbang dalam mencari nilai rata-rata, maka hasil perhitungannya akan keliru. Tanpa memperhatikan angka penimbang, hanya akan dijumlah
242 nilai rata-rata yang ada dan membaginya dengan jumlah observasi, sehingga ditulis:
=
= 4 ha/ orang
Dimana K = jumlah kelas perkelompok Untuk mengetahui hasil ini salah, maka nilai rata-rata dikalikan dengan jumlah pemilik tanah sehingga diperoleh luas total:
n x X = 70 x 4 ha = 280 ha Padahal luas tanah yang sesungguhnya hanya 240 ha. Jadi jelas tanpa menggunakan angka penim-bang hasil perhitungan angka rata-rata akan keliru.
F. Rata-Rata Geometrik (Geometric Mean) Angka rata-rata geometri juga banyak dipakai dalam analisis, terutama bila analisis ini berhubungan dengan laju pertumbuhan.
Angka rata-rata geometri memberikan
perkiraan yang lebih teliti daripada angka rata-rata hitung. Angka rata-rata geometri biasanya diperoleh dengan mengambil akar pangkat n dari suatu pertumbuhan, dimana n adalah lamanya atau banyaknya interval waktu. Dari data pada tabel dibawah ini, dapat dihitung rata-rata laju pertumbuhan nilai produksi. Bila memakai rata-rata hitung maka angka laju pertumbuhan (Xi) dijumlah, kemudian dibagi n, sehingga diperoleh laju pertumbuhan rata-rata (r). Contoh :
Tabel 11.6
243
Tabel hasil dan Laju Pertumbuhan Produksi Padi per ha di Desa Tutul, 1980 Tahun
Hasil Produksi per ha (Rp)
Perubahan (Xi) = ∆ X Rp
Persentase
1980
100.000
1981
105.000
5.000
5,0
1982
107.000
2.000
1,9
1983
108.000
1.000
0,9
1984
110.000
2.000
2,0
1985
113.000
3.000
2,7
Sumber : Data hipotesis (Suparmoko, 1996)
r=
=
Keterangan r
= 2,5% :
= Laju pertumbuhan rata-rata Dengan cara ini diperoleh rata-rata laju pertumbuhan nilai
produksi setinggi 2,5% pertahun. Tetapi jika angka rata-rata tersebut dihitung dengan rata-rata geometri, maka diperoleh angka berikut yang lebih teliti.
r= In r = = = 0,7665 Diambil antilognya, diperoleh nilai r = 2,15% pertahun. Secara umum rata-rata geometri:
244
In r = Dengan cara lain dapat pula diperoleh angka rata-rata eksponensial yaitu bertitik tolak dari pemikiran berikut : Pt = P0 (1 + r)t Dimana; Pt
= Nilai produksi pada tahun t
P0
= Nilai produksi pada tahun 0
r
= Laju pertumbuhan per tahun
t
= Jumlah tahun
maka :
(1+r)t = t.In (1+r) = In In (1+r) = (In ) / t Misalkan In
= X, sehingga:
In (1+t)= X / t Diambil antilognya, diperoleh: 1+r= Y, dan r=Y–1 dengan cara ini diperoleh angka pertumbuhan rata-rata dari 1980 sampai 1985 (tabel) sebagai:
In (1+r)
= In
/5
In (1+r)
= 0,1222 / 5
In (1+r)
= 0,02444
1+r
= 1,0247
r
= 0,0246 atau 2,47% per tahun
245
G. Median Median adalah titik tengah dari suatu distribusi. Separuh pengamatan dari distribusi terletak diatas dan separuh sisanya berada dibawah. Jika distribusi memiliki pengamatan yang genap, median adalah rata-rata dari dua nilai yang terletak ditengah. Median adalah pendeteksi letak pusat yang paling tepat untuk data ordinal dan memiliki keunggulan terhadap nilai ekstrim, sehingga menjadikannya ukuran yang paling disukai untuk data interval-rasio, terutama yang memiliki distribusi asimetris. Median kadangkala diberi simbol, M atau mdn.
H. Modus Modus adalah nilai yang paling sering muncul. Jika terdapat lebih dari satu nilai yang bernilai tinggi tetapi memiliki frekuensi yang sama, maka distribusi seperti itu disebut bimodus atau multimodus. Jika setiap nilai memiliki jumlah pengamatan yang sama, maka tidak terdapat modus. Modus adalah ukuran pemusatan untuk data nominal dan suatu titik referensi bersama-sama dengan median dan rata-rata hitung (mean) untuk memeriksa sebaran dan bentuk distribusi.
I. Ukuran Sebaran / Dispersi / Variabilitas Varians Standar Deviasi Ukuran sebaran/
Range (Jarak)
246
Dispersi/variabilitas
Range Interkuartil Deviasi Kuartil
Ukuran sebaran yang umumnya sering disebut dispersi atau variabilitas atau varians, standar deviasi, jarak, jarak interkuartil, dan deviasi. Mereka menggambarkan bagaimana nilai-nilai mengelompok atau menyebar dalam suatu distribusi.
J. Varians Varians adalah rata-rata nilai deviasi kuadrat dari rata-rata hitung distribusi. Varians adalah suatu ukuran dari sebaran di sekitar rata-rata hitung. Jika semua nilai adalah identik atau sama, maka varians bernilai 0. Semakin besar sebaran nilai-nilai, semakin besar pula variannya. Baik varians maupun standar deviasi digunakan untuk data interval ratio. Simbol untuk varians sampel adalah s2, sedangkan variance populasi adalah huruf yunani sigma kuadrat.
S2
=
K. Standar Deviasi Standar deviasi adalah akar kuadrat positif dari varians. Kemungkinan, standar deviasi adalah ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur sebaran karena ia meningkatkan
kemampuan
intepretasi
dengan
cara
menghilangkan kuadrat varians dan menyatakan deviasi dalam bentuk unit aslinya (contoh laba bersih dalam dolar, bukan dolar kuadrat). Seperti halnya rata-rata hitung,
247 standar deviasi sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ekstrem. Simbol untuk standar deviasi sampel adalah s, dan standar deviasi populasi adalah б. Alternatif lain adalah dengan memberi label std.dev
s=
L. Range (Jarak) Range adalah selisih antara nilai tertinggi dan terendah dalam suatu distribusi. Tidak seperti standar deviasi, range dihitung hanya dari nilai maksimum dan minimum, oleh karena itu range adalah ukuran yang sangat kasar dari suatu sebaran. Dengan menggunakan range sebagai suatu titik perbandingan, sangat dimungkinkan untuk mendapatkan gambaran tentang homogenitas dan heterogenitas dari suatu distribusi. Untuk distribusi yang homogen, rasio dari range terhadap standar deviasi harus berada diantara 2 dan 6. Suatu nilai lebih dari 6 akan memberi indikasi suatu heterogenitas yang tinggi. Range memberikan informasi yang berguna tetapi sangat terbatas untuk seluruh data. Range sangat diperlukan untuk data ordinal.
M. Range Interkuartil Range interkuartil adalah selisih antara kuartil pertama dan ketiga dari suatu distribusi. Range interkuartil juga disebut titik tengah sebaran. Data ordinal atau berperingkat menggunakan ukuran ini dalam kaitannya
248 dengan median. Ia juga digunakan bersama-sama dengan data interval-ratio jika distribusi asimetris diduga ada untuk analisa yang bersifaft eksploratif. Ingat hubungan berikut ini: nilai minimum dari suatu distribuso adalah presentil ke0, sedangkan nilai maksimum adalah presentil ke-100. Kuartil pertama (Q1) adalah presentil ke-25, Q1 dikenal pula sebagai hinge bawah jika digunakan dengan penggambaran dalam box (boxplots). Median atau Q2 adalah presentil ke-50. Kuartil ketiga (Q3) adalah presentil ke-75, yang dikenal pula dengan hinge atas. Range interkuartil adalah jarak antara hinge-hinge tersebut.
Q= Q1+Q3
N. Deviasi Kuartil Deviasi kuartil atau range semi-interkuartil, dinyatakan sebagai:
Q= Deviasi kuartil selalu digunakan bersama dengan median untuk data ordinal. Deviasi ini sangat membantu untuk data interval-rasio yang berbentuk menjulur (skewed).
Dalam suatu
distribusi
normal,
median
ditambah satu kuartil deviasi (Q) pada kedua sisinya akan menghasikan 50% pengamatan. Delapan Q kurang lebih akan mencakup range. Hubungan Q dengan standar deviasi adalah konstanta (Q= 0,6745s) jika nilai-nilai terdistribusi secara normal.
O. Ukuran Bentuk
249
Kemenjuluran Ukuran bentuk Kurtosis Ukuran bentuk menjulur (skewed) atau kurtosis, menggambarkan bentuk simetris dan bentuk kemerataan relatifnya suatu distribusi. Ukuran bentuk berhubungan dengan statistika yang dikenal dengan momen, yang menggunakan nilai-nilai deviasi (X -
). Sebagai contoh,
varians adalah momen daya yang kedua. Ukuran bentuk menggunakan deviasi daya yang ketiga dan keempat untuk perhitunganya dan seringkali sukar untuk menginterpretasikannya jika terdapat nilai-nilai ekstrim dalam suatu distribusi. Umumnya, bentuk lebih mudah dikomunikasikan melalui tampilan visual.
P. Kemenjuluran (Skewness) Skewness adalah ukuran deviasi distribusi dari bentuk simmetris, rata-rata hitung, median dan modus terletak pada lokasi yang sama. Distribusi yang tertarik ke arah satu ekor atau ekor lainnya disebut menjulur. Sepertinya pada gambar karakteristik distirbbusi diatas, jika satu ekor menjulur ke kiri, ke arah nilai-nilai yang rendah, maka disebbut menjulur negatif. Nilai-nilai yang mengarah kanan, ke arah nilai-nilai yang tinggi, menjulur positif. Perhatikan hubungan antara rata-rata hitung, median, dan modus dalam distribusi yang asimetris. Simbol untuk kemenjuluran adalah sk.
Sk =
250
Q. Kurtosis Seperti digambarkan pada gambar karakteristik distribusi
di
atas,
kurtosi
adalah
ukuran
dari
ketinggian/puncak (kelandaian) distribusi. Distribusi yang nilai-nilainya sangat mengelompok atau berkumpul dalam suatu
pusat
(bersamaan
dengan
lebih
banyaknya
pengamatan dari normal pada ekor ekstrim) akan cenderung curam atau leptokurtik. Distribusi yang landai yang nilainilainya lebih terdistribusi secara merata dan ekornya lebih datar dibandingkan biasanya disebut platikurtik. Distribusi menengah atau mesokurtik tidak terlalu curam ataupun landai. Simbol untuk kurtosis adalah ku.
Ku = Nilai ku untuk distibusi normal atau mesokurtik adalah 0. Suatu distribusi leptokurtik akan mempunyai nilai posotif dan platikurtik akan bernilai negatif. Sama halnya dengan kemejuluran, semakin besar nilai absolut dari indeks
ku,
semakin
ekstrim
karakteristik
yang
hubungan
antara
ditunjukkanya.
R. Statistik Inferensial / Induktif Statistika
inferensial
melihat
variabel yang satu dengan variabel yang lain, atau lebih jauh dari itu mencari variabel-variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Beberapa alat analisis yang diperlikan diantaranya korelasi, regresi, analisi jalur (path analysis),
251 factor
analysis,
dicriminant
analysis
dan
canonical
correlation analysis.
S. Uji Beda Rata-Rata Hitung Pada uji beda rata-rata hitung, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu: I. Tulis Ha dan Ho (pilih sayap) a. Bila Ha lebih dari: pilih sayap kanan (positif)
b. Bila Ha kurang dari: pilih sayap kiri (negatif)
c. Bila # (tidak sama dengan): pilih dua sayap
II. Mencari nilai kritis (dari tabel)
252
Pilih z bila sampel > 30 Pilih t bila sampel < 30
Contoh : Carilah nilai Z α = Z 0,10 Luas setengah kurva normal = 0,5 0,10 (-) 0,4
Dicari dalam tabel
253 Jadi Z 0,10 = 1,28
Contoh : mencari nilai kritis t tabel Misal
α
= 0,05
n-1
= derajat kebebasan
n
= jumlah sampel (misal 20)
III. Uji statistik a. Pakai: z hitung (bila > 30) T hitung (bila < 30) b. Tentukan z hitung/ t hitung pada kurva normal c. Buat kesimpilan tolak Ho atau terima Ha
254
Keterangan : = rata-rata statistik (sampel) = rata-rata parameter (populasi) SD = standar deviasi n = jumlah sampel
255 IV. Letakkan t hitung/ z hitung pada kurva V. Buat kesimpulan Sedangkan teknik-teknik statistik yang digunakan untuk
melihat
perbedaan
antara
kelompok
berdasarkan skala variebelnya adalah seperti pada bagan di bawah ini:
T. Analisis Korelasi / Regresi Analisis ini tidak mencari variabel mana yang berpengaruh terhadap suatu variabel tertentu, melainkan hanya mencari derajat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Cara ini disebut sebagai korelasi sederhana. Derajat hubungan ini dapat ditunjukan oleh koefisien korelasi atau koefisien penentu, yang biasanya diberi simbol R atau R2. Apabila dicari derajat hubungan antara beberapa variabel, maka disebut analisis korelasi berganda. Jika dijelaskan dengan gambar, maka analisis korelasi dapat dilukiskan sebagai berikut
a.
korelasi sederhana
X
Y b.
X1
eY
X2
Y
Korelasi Berganda
256
Sumber : Suparmoko (1996) Perlu diketahui bahwa dalam analisis korelasi berganda, disamping dicari hubungan antara beberapa variabel, juga dicari bagaimana variabel-variabel tertentu menentukan variabel lain. Dalam analisis ini kita kenal variabel bebas dan variabel tak bebas. Pada gambar korelasi sederhana diatas, tidak dicari bagaimana pengaruh X terhadap Y tetapi dapat pula sebaliknya. Arah anak panah berarti variabel X1 menentukan variabel Y (seperti pada gambar korelasi berganda). Pada gambar korelasi berganda, terdapat dua variabel bebas yang diketahui (observed variables) yaitu X1 dan X2 dan satu variabel tak bebas Y. Biasanya karena kekurangan dalam memilih dan menentukan variabel, maka variasi atau perubahan dalam variabel tak bebas Y tidak cukup diterangkan oleh variabel tak bebas X1 dan X2 oleh karenanya ditambahkan dalam gambar tersebut variabel yang tidak termati eY. Secara matematis, analisis ini dapat dituliskan sebagai: Y = a+b1X1+b2X2+b3eY Y
= variabel terikat
X1X2
= variabel bebas
a, b1, b2, b3
= koefisien regresi
Dalam analisis regresi, sebenarnya dicari nilai koefisien regresi, sehingga bila terjadi perubahan nilai X1, meningkat dengan 10% misalnya, maka nilai Y akan meningkat sebesar b1 x 10%. Kemudian f test dan secara sendiri sendiri diuji dengan uji t. Bila dengan masing-
257 masing uji itu hubungan regresi itu tidak ditolak, maka ini berarti bahwa hubungan antara variabel yang ditunjukan oleh nilai-nilai koefisien regresi cukup berarti. Beberapa contoh perhitungan seperti dibawah ini:
U. Korelasi Korelasi Linier Sederhana Korelasi Korelasi Linier Berganda
V. Korelasi Linier Sederhana Korelasi linier sederhana merupakan derajat kuat/ keeratan hubungan/asosiasi antar variabel.
X
Y
X1
Y
X2
X1 X2
Y
X3 Jika gambar seperti disamping, maka berkorelasi positif
258
Jika gambar seperti disamping maka berkorelasi negatif
Tak berkorelasi (r=0)
Korelasi Sempurna (-)
(-)
korelasi tak sempurna
0
Korelasi kuat
(+)
Sedang
(+)
Sedang
Korelasi memakai regresi atau sebaliknya atau tidak, tergantung apabila dicari keeratannya atau tidak.
ρ (rho) untuk parameter populasi Koefisien korelasi
r untuk sampel R (nilai koefisien korelasi berganda)
Koefisien Determinasi
atau
Koefisien korelasi product moment
0≤r≤1 r= 1 --- 2 variabel hubungan, kuat dan positif
259 r= -1 -- 2 variabel hubungan, kuat dan negatif (korelasi negatif sempurna) r= 0 -- 2 variabel tak berkorelasi
Apakah dalam regresi juga dicari r (koefisien determinasi)? Jawab: boleh dihitung, boleh tidak. Apabila dihitung dengan program spss, akan otomatis didapatkan ilai koefisien determinasi. Misal: R2= korelasi determinasi =0,08688 x 100% 86,88% perut variabel Y terhadap X
Sisa 100 – 86,88 = 13,12% karena adanya perut variabel lain yang tidak adap pada model tersebut
Uji Hipotesa koefisien Korelasi (ρ) I.Uji student t Uji hipotesa (ρ) korelasi Linier sederhana II.Uji Signifikansi koefisien korelasi (dengan tabel harga kritis koefisien korelasi)
Ho ditolak
r hitung ≥ kritik tabel
Ho diterima
r hitung ≤ r kritik tabel
Terdapat lima langkah uji t, yaitu: I.
H0 = ρ = 0 H1 = ρ ≠ 0
260
II.
Mencari nilai kritis (dari tabel) α
= ....
Cari pada distribusi student t
df = n-2 = ...
III.
Uji statistik/ mencari t hitung
IV.
Letakkan t hitung pada kurva distribusi students (t)
V.
Buat kesimpulan : tolak H0 / terima H0
261
W. Korelasi Linier Berganda Korelasi linier berganda untuk mengetahui hubungan / asosiasi derajat keeratan / kekuatan secara bersamaan variabel bebas (X) dengan variabel bebas (Y)
2 macam uji hitesis
uji
hipotesa
Uji
hipotesa
secara parsial Untuk koefisien Korelasi berganda secara serentak =R2
Koefisien determinasi
0 ≤ R2 ≤ 1 Koefisien korelasi berganda
=R
R2 =
Uji Hipotesa koefisien korelasi secara parsial X
Y
rxy= koefisien korelasi antara variabel X dan Y
262 Koefisien Korelasi parsial Jenjang nihil
263
Uji Hipotesa Koefisien Korelasi Berganda I.
Uji koefisien korelasi global = uji koefisien regresi global H0 ; ρ = 0 Ha ; ρ ≠ 0
1
=
2
=0
tidak sama
=0
264 II.
Uji koefisien korelasi parsial = uji koefisien regresi parsial Uji ρy12
= Uji
1
Uji ρy=-1
= Uji
2
Uji koefisien korelasi berganda ”parsial” / individual (uji ρy12) I.
II.
III.
Tentukan nilai kritis (dari tabel) α
= ..
Dapat diperoleh dari
df
=n–1–k
tabel student t
Menghitung t hitung
265 IV. V.
Letakkan t hitung pada kurva distribusi students t Buat kesimpulan tolak H0 / terima H0
Uji ρy2-1 (Uji Parsial) Terdapat lima langkah, yaitu:
Uji koefisien korelasi secara ”serentak” (uji F) Terdapat lima langkah, yaitu:
266
IV. V.
Letakan F Hitung pada Kurva Distribusi F Buat kesimpulan terima H0/ tolak H0 Sedangkan statistik-statistik yang digunakan untuk menganalisis
data
korelasi
dapat
dibedakan
berdasarkan jenis skala variabelnya seperti pada bagan di bawah ini: Analisis data Korelasi
Nominal (Chi-Square)
Ordinal (Spearman’s Rank)
Interval / Ratio
X. Regresi Regresi terbagi menjadi dua yaitu regresi linier dan regresi linier berganda. Pertanyaan apakah korupsi mempengaruhi pengangguran dapat dipecahkan dengan
267 menggunakan regresi. Rumus persamaan regresi untuk populasi sebagai berikut. y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 +.....+bX + e b0
= konstanta regresi (populasi)
b1b2 = koefisien regresi parameter (populasi)
rumus persamaan regresi (sampel) Ŷ
= b0 +b1X1+b2X2+...+bxXx
Ŷ
= prediksi taksiran
bo
= konstanta regresi
b1, b2 = koefisien regresi sampel
Regresi Linier sederhana Sampel:
Ŷ = b0+b1X
268
Uji parsial / individual / uji t Uji ini adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi sampel dapat mewakili koefisien regresi populasi. Terdapat lima langkah dalam uji ini, yaitu:
269
III.
Uji statistika (nilai t hitung) T hitung =
IV. V.
Letakkan t hitung pada kurva Buat kesimpulan
Uji Global / Serentak (uji F) Untuk populasi y =
0
+
1
X1 +
(epsilon atau variabel yang tidak bisa dimasukan dalam persamaan ini) Untuk sampel Ŷ = b0 + b1X1 Terdapat lima langkah dalam uji ini, yaitu: I.
H0 = b1 = 0 H0 = b1 ≠ 0
II.
Tentukan nilai kritis (F tabel) df pembilang
=k = banyaknya variabel C
df penyebut III.
=n–1–k
Uji statistik (cari F hitung)
270
IV. V.
Tentukan F hitung pada kurva normal Buat kesimpulan Regresi Linier Berganda Populasi Y = b0 + b1X1 + b2X2....+ Sampel Ŷ = b0 + b1 X1 + b2 X2 b0= konstanta regresi (populasi) b0= konstanta regresi (sample) b1 ; b2= koefisien regresi parameter (populasi) b1 ; b2= koefisien regresi parameter (sampel)
271
Harga Kekeliruan standar penaksir (standar error of estimates)
Harga kekeliruan standar penaksir koefisien regresi
272
III.
Mencari t hitung Th =
IV.
Letakkan th pada kurva distribusi student (t)
273
V.
Buat kesimpulan tolak H0 / terima Ha
Uji Hipotesis koefisien regresi serentak (uji F)
II.
Mencari nilai kritis (dari tabel)
274
Y. Analisis Jalur (Path Analysis) Dalam analisis jalur dicoba untuk mengurutkan variabelvariabel bebas/variabel penentu (X1) sesuai dengan urutan waktu dalam mempengaruhi variabel tak bebas (Y). Jika X1 terjadi terlebih dahulu daripada X2, maka X1 dapat berarti sebagai penentu terhadap X2, tidak sebaliknya. Oleh karena itu digambarkan dengan panah dari variabel dengan indeks yang kecil ke variabel dengan indeks yang lebih besar, dimana indeks ini menunjukan urutan waktu. Dalam gambar dibawah ini terdapat variabel-variabel yang tak teramati (ei : disebut exogenous component / variabel eksogen, yaitu merupakan sumber perubahan dalam variabel tak bebas yang tak diterangkan oleh variabel bebas). Yang ditambahkan dan mempengaruhi variabel X2,
275 X3, dan X4 karena masing-masing variabel penentu kurang mampu menjelaskan hubungan yang ada. Analisis ini sebenarnya serupa dengan analisis regresi berganda, tetapi dilakukan secara bertahap. Secara matematis, analisis ini dapat dinyatakan sebagai korelasi linier yang berulang.
E2
E4
X1 X2 E3
X3 X4
Z. Analisis Korelasi Kanonical (Canonical Correlation) analisis korelasi kanonical merupakan analisis yang menganggap ada variabel-variabel yang tidak teramati yang tergantung pada suatu himpunan variabel X yang menentukan himpunan variabel Y. Pada gambar dibawah ini f1, f2, dan n1, n2, merupakan variabel antara. Himpunan variabel X menentukan variabel – variabel dalam himpunan Y, dan ada variabel yang tidak teramati yang menjadi perantara dalam pengaruh itu. Variabel-variabel ey1, ey2, ey3, membantu menjelaskan perubahan-perubahan yang belum dijelaskan oleh perubahan variabel tak bebas n1, n2 terhadap Y1, Y2, dan Y3.
276
en1
X1
e y1 Y
F1
X2
n1 e y2
Y n2
F2
X3
Y
e y3
en3
Å. Analisis Faktor (Factor Analysis) Analisis faktor menganggap bahwa suatu himpunan variabel teramati X dapat ditafsirkan tergantung pada suatu himpunan variabel tak teramati f ditambah dengan variabel tak teramati e. Jadi analisis faktor merupakan analisis regresi berganda yang berulang dengan variabel tak teramati sebagai variabel bebas dan menentukan variabel-variabel teramati yang merupakan variabel tak bebas. Seperti pada gambar berikut ini.
e
X1
X1 e
X2
F X2
e
F Gambar Analisis Faktor Sumber : Suparmoko (1996)
X3
X3
277
Ä. Analisis Diskriminasi (Discriminant Analysis) Analisis ini mencoba untuk menerangkan keadaan dengan membagi-bagi observasi (respondent) dalam sub kelompok, dengan tujuan menentukan pengaruh majemuk dari variabel-variabel teramati sehingga masing-masing sub kelompok secara
optimal
dibedakan sesuai
dengan
pengaruh majemuk itu. Misalnya dikeompokan observasi / responden kedalam sub-kelompok 1 dan 2, kemudian dipakaikan pengertian variabel boneka, dimana Y=1 bila observasi itu dari sub kelompok 1 dan Y=0 bila observasi itu berasal dari sub-kelompok 2. Analisis diskriminan, oleh karena itu sama dengan analisis regresi berganda dengan variabel boneka sebagai variabel yang ingin dijelaskan. Statistik inverensial dibedakan menjadi statistik parametrik dan non parametrik. Statistik non parametrik contohnya sebagai berikut: 1) Mcnemar Test 2) Cochran Q Test 3) Mann-Whitney U Test 4) The Sign Test 5) Kruskal-Wallis H Test 6) Friedman Test 7) Wicoxon Rank-Sum Test For Two Groups 8) Spearman Rank-Order Correlation
278
BAB 13 KESIMPULAN DAN SARAN PADA PENELITIAN A. Kesimpulan Kesimpulan adalah pernyataan mengenai generalisasi dari hasil penelitian. Generalisasi merupakan kesimpulan yang ditujukan pada populasi (Kountur, 2003). Contoh Kesimpulan: Data-data yang dikumpulkan mendukung hipotesis penelitian yang dibuat bahwa tinggi badan pria dewasa berbeda dengan tinggi badan wanita dewasa. Atau Data-data
yang
dikumpulkan
gagal
mendukung
hipotesis penelitian yang dibuat bahwa tinggi badan pria dewasa berbeda dengan tinggi badan wanita dewasa. Jika
dalam
kesimpulan
ternyata
data
yang
dikumpulkan ’gagal’ mendukung hipotesis penelitian, berarti bahwa teori-teori yang digunakan untuk mendukung dugaan sementara atau hipotesis tersebut kurang kuat, dengan asumsi bahwa penelitian yang dilakukan sudah valid dan reliabel. Sebab dapat pula penelitian tidak dapat dipercaya karena bias dalam memilih sampel atau instrumen yang digunakan tidak valid dan lainnya. Dalam membuat kesimpulan, perlu diperhatikan bahwa hanya ada satu kesimpulan untuk satu hipotesis.
279 Tidak mungkin terdapat beberapa kesimpulan dalam satu hipotesis, sebab satu hipotesis menunjukan satu hal yang ingin dibuktikan. Pada penelitian yang tidak menggunakan statistik dalam menguji hipotesis, sangat sulit memisahkan antara temuan dan kesimpulan. Oleh karena itu pada penelitian kualitatif atau deskriptif tidak terdapat subtopik ’temuan’ pada kesimpulan dan saran. Yang ada hanya du sub bab, yaitu kesimpulan dan saran saja. Temuan-temuan sudah tercakup dalam kesimpulan (Kountur,2003).
B. Saran Saran ditujukan pada teori, praktek atau penelitian selanjutnya. Jika hipotesis penelitian didukung (menerima hipotesis) maka teori-teori sebelumnya makin dapat dipercaya. Namun jika hipotesis penelitian ditolak maka teori-teori sebelumnya akan dipertanyakan, sehingga perlu penelitian selanjutnya untuk menguji teori-teori yang telah dibuat untuk mendukung hipotesis penelitian tersebut. Penelitian yang didukung kuat oleh teori, misalnya pada penelitian kualitatif, tidak akan ada saran terhadap teori. Jika
terdapat
keterbatasan-keterbatasan
dalam
penelitian, maka bisa disarankan untuk membuat replikasi penelitian dimana keterbatasan tersebut dapat diatasi (kountur, 2003).