BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jakarta, sebagai ibukota Negara Indonesia, memiliki jumlah penduduk yang
lebih padat dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Penduduk di Jakarta dari tahun ke tahun terus meningkat pesat, pada tahun 2013 diperkirakan penduduk Jakarta mencapai 9 juta orang (Bappeda DKI Jakarta, 2013) dan sebagian besar diantaranya merupakan pelajar dan mahasiswa; SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Tabel 1. Data Statistik Partisipasi Penduduk Pada Pendidikan Formal Tahun 2012-2013 Indikator
2012
2013
PARTISIPASI PENDIDIKAN FORMAL Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 th (SD)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 13-15 th (SMP)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 th (SMA)
Angka Partisipasi Sekolah (APS) 19-24 th (PT)
97.94%
98.34%
89.61%
90.62%
61.30%
63.64%
15.94%
20.04%
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (2013)
Berdasarkan data statistik tersebut, dapat dilihat dari tahun 2012-2013 terjadi peningkatan presentase jumlah partisipasi penduduk diberbagai tingkat pendidikan, terutama pada pelajar anak-anak dan remaja (SD dan SMP). Data ini menunjukkan bahwa masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pendidikan masih terus bertambah dari tahun ke tahun. (Tabel 1) Fungsi pendidikan sangat penting dalam upaya mewujudkan kemajuan dan peningkatan kemakmuran masyarakat, bahkan berkorelasi dengan upaya-upaya peningkatan kesempatan kerja. Oleh karenanya, fungsi pendidikan merupakan salah satu prioritas urusan wajib yang diselenggarakan. Pendidikan dibentuk dari pengenalan akan tulisan, pendengaran akan pengajaran, pengajaran moral, pembacaan buku berkualitas dan pengalaman. Dari kelima pembentukan pendidikan, tiga diantaranya: pengenalan tulisan, pendengaran pengajaran, pengajaran moral 1
2 dapat diperoleh dari sekolah. Sedangkan pembacaan buku berkualitas dapat diperoleh melalui perpustakaan. (Salim, 2012) Oleh karena itu, salah satu fasilitas yang membantu masyarakat dalam menunjang pendidikan dari semua tingkat pendidikan, bahkan untuk orang dewasa yang sudah bekerjapun adalah perpustakaan. Menurut Sulistyo Basuki, perpustakaan ialah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual. Dalam pengertian buku dan terbitan lainnya termasuk di dalamnya semua bahan cetak, buku, majalah, laporan, pamflet, prosiding, manuskrip (naskah), lembaran musik, berbagai karya musik, berbagai karya media audio-visual seperti film, kaset dan piringan hitam. (Basuki, 1991)
Tabel 2. Data Statistik Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin
Sumber: Jakarta dalam Angka (2014)
Tabel 3. Data Statistik Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jumlah Sekolah
3
Sumber: Jakarta dalam Angka (2014)
Berdasarkan data statistik tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat di Jakarta merupakan anak-anak, yang kemudian diikuti oleh pelajar. Jumlah sekolah, guru dan murid untuk anak-anak pada tingkat SD lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain. (Tabel 3) Topik yang dipilih untuk penelitian ini adalah Social Development. Berdasarkan UN Documents (UN Documents: Gathering a body of global agreements, 1996), nomor 120 mengenai Social Development, yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia, untuk mengembangkan potensi dari anak-anak dan mempersiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, pemerintah harus menyediakan akses pada lembaga pendidikan. Selain itu, juga untuk menaikkan mutu pendidikan sejak dini dengan mengadakan program-program yang mendidik. Topik ini menyesuaikan dengan penerapan dan proyek yang dipilih, yaitu meningkatkan atau mengembangkan mutu pendidikan yang dimulai sejak dini dengan membangkitkan minat baca dan belajar pada anak. Dalam Konvensi Persatuan Bangsa-Bangsa (KPBB) tahun 1989 tentang hak anak, menekankan setiap anak memiliki hak dalam mengembangkan potensi mereka, hak untuk mendapatkan informasi, material dan program secara bebas dan terbuka, di bawah kondisi yang sama untuk semua, terlepas dari umur, ras, jenis kelamin, keyakinan, kebangsaan dan latar belakang budaya, bahasa, status sosial, kemampuan dan keterampilan. Perpustakaan sebaiknya menjadi tempat
yang terbuka,
mengundang, atraktif, menantang dan tidak menakutkan untuk semua anak. Pelayanan anak sebaiknya dilihat sama pentingnya dengan pelayanan untuk orang dewasa. Namun idealnya, pelayanan anak membutuhkan dekorasi dan peralatan tersendiri yang khusus untuk anak. (Hasiana, 2009)
4 Menurut Khotijah Kamsul dalam artikelnya yang berjudul “Strategi Pengembangan Minat dan Gemar Membaca”, mengatakan bahwa kebiasaan membaca perlu dimulai dari usia dini sejak di rumah, di sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas hingga perguruan tinggi. Tanpa kebiasaan membaca, maka akan sangat sulit untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kesemuanya berada dalam buku-buku. Banyak membaca akan banyak mendapatkan pengetahuan, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan ialah orang yang memiliki sumber daya yang berkualitas yang dapat melaksanakan pembangunan untuk kesejahteraan semua bangsa. Minat baca, buku dan perpustakaan adalah tiga elemen pokok dalam suatu sistem pendidikan yang dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia. Sebuah negara yang kaya sumber daya manusia akan lebih unggul daripada suatu negara yang kaya sumber daya alam. Mengarahkan anak agar aktivitas membaca menjadi suatu kegemaran tidak bisa langsung diterima begitu saja oleh si anak ketika mereka sudah bersekolah. Akan tetapi, aktivitas ini harus ditumbuhkan sejak anak lahir hingga dewasa. Membaca juga bisa menjadi kegemaran yang paling menyenangkan. Semua anak ingin menyerap informasi yang ada di sekeliling mereka. Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, tidak ada cara yang lebih ampuh selain merangsang minat membaca pada anak dengan cara bermain. (Wicaksono, 2011) Anak dan permainan merupakan dua pengertian yang hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Permainan merupakan rangsangan yang tepat bagi anakanak. Melalui permainan memungkinkan anak-anak mengembangkan kompetensi dan ketrampilan yang diperlukannya dengan cara yang menyenangkan. Bermain sambil belajar merupakan prinsip utama dalam mengembangkan seluruh potensi anak usia dini melalui simulasi pendidikan. Bermain sambil belajar bukanlah bermain liar atau bermain sesaat. Bermain sambil belajar merupakan suatu kondisi aktivitas yang dirancang secara terprogram dan mengandung tujuan yang jelas. (Pito, 2012) Oleh karena itu, penerapan Ruang Bermain Edukatif pada perpustakaan umum adalah menyediakan ruang atau fasilitas untuk bermain anak sebagai bagian dari layanan untuk anak di perpustakaan umum dimana anak dapat bermain sambil belajar. Lokasi penelitian berada di wilayah Jakarta Selatan yang terletak di Jl. Gandaria Tengah V No. 3 Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Perpustakaan Umum
5 Jakarta Selatan dibangun pada tahun 1986. Pada perkembangan selanjutnya, berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 155 Tahun 2009, lembaga ini digabung dengan Kantor Arsip Daerah dan namanya berubah menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan. (Profil Perpustakaan Umum Provinsi & Kabupaten/Kota Se-Indonesia, 2011)
Gambar 1. Lokasi Tapak Sumber: Peta Zonasi/Kebayoran Baru (2015)
Perpustakaan Umum Jakarta Selatan mempunyai fungsi yaitu melayani masyarakat umum dibidang pelayanan bahan pustaka dan kearsipan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan, sedangkan tugas pokoknya adalah mengumpulkan, menyimpan, memelihara atau merawat, melestarikan dan mendayagunakan bahan pustaka dan arsip untuk kepentingan pendidikan, penerangan dan rekreasi bagi masyarakat.
Gambar 2. Perpustakaan Umum Jakarta Selatan Sumber: Dokumentasi Pribadi (2015)
Perpustakaan Umum Jakarta Selatan memiliki potensi wilayah yang cukup baik dengan meliputi banyaknya sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA di sekitar lokasi yang dapat dijadikan sebagai target pengunjung perpustakaan.
6 Tabel 4. Data Statistik Jenjang Pendidikan di Kebayoran Baru
Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Kebayoran Baru (2014)
Berikut adalah beberapa daftar sekolah dari tingkat SD, SMP dan SMA yang berada di sekitar wilayah Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (http://referensi.data.kemdikbud.go.id): 1.
Tingkat SD
a)
SDN Kramat Pela 01 Pagi, Jl. Sungai Sambas II, Kramat Pela
b) SDN Kramat Pela 07, Jl. Gandaria Tengah II, Kramat Pela c)
SDS Kwitang 6 PSKD, Jl. Bulungan No. 70, Kramat Pela
d) SDS Muhammadiyah 5, Jl. Limau I-II-III Blok B, Kramat Pela e)
SDS Tarakanita I, Jl. Barito II No. 54, Kramat Pela
2.
Tingkat SMP
a)
SMP Labschool Kebayoran, Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 14, Kramat Pela
b) SMP Muhamaddiyah 9, Jl. Limau I-II-III Blok B, Kramat Pela c)
SMP PSKD IV Bulungan, Jl. Bulungan No. 70, Kramat Pela
d) SMP Tarakanita 5, Jl. Barito II No. 54, Kramat Pela 3.
Tingkat SMA
a)
SMA Labschool Kebayoran, Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 14
b) SMA Muhamaddiyah 3, Jl. Limau III Blok B, Kramat Pela c)
SMA 70, Jl. Bulungan Blok C, Kramat Pela
d) SMA 6, Jl. Mahakam ½ Blok C, Kramat Pela 1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah berdasarkan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana penilaian terhadap Perpustakaan Umum Jakarta Selatan menurut kriteria standar perpustakaan?
7 2. Bagaimana perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk anak pada perpustakaan umum?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan penelitian, yaitu:
1. Mengetahui penilaian terhadap Perpustakaan Umum Jakarta Selatan menurut kriteria standar perpustakaan. 2. Mengetahui perancangan Ruang Bermain Edukatif untuk anak pada perpustakaan umum.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian akan dilakukan di bangunan Perpustakaan Umum Jakarta Selatan
untuk mengumpulkan data analisa aspek manusia, aspek lingkungan dan aspek bangunan yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam pengembangan desain, terutama pada ruang untuk anak dengan menerapkan Ruang Bermain Edukatif.
1.5
State of the Art Tabel 5. State of the Art
No. 1.
2.
Judul
Penulis
Perpustakaan Anak di Medan
J. Salim
PERPUSTAK AAN ANAK USIA 3-12
Yogie Chandra Bumi
Tahun Terbit 2014
Rangkuman Pendidikan dibentuk dari pengenalan akan tulisan, pendengaran akan pengajaran, pengajaran moral, pembacaan buku berkualitas dan pengalaman. Dari kelima pembentukan pendidikan, tiga diantaranya : pengenalan tulisan, pendengaran pengajaran, pengajaran moral dapat diperoleh dari sekolah. Sedangkan pembacaan buku berkualitas dapat diperoleh melalui perpustakaan. Dibentuknya perpustakaan anak untuk menunjang kebutuhan pendidikan anak sekaligus meningkatkan minat baca anak sejak dini. Beberapa penelitian oleh badan survei independen menunjukkan hasil bahwa negara yang maju dan unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Negara yang pada umumnya memiliki masyarakat yang gemar membaca, secara langsung mereka menanamkan budaya baca sejak usia dini dengan menjadikan buku sebagai kebutuhan. Dari keterangan diatas didapatkan fakta bahwa jika kita ingin bisa berpacu sejajar dengan negara-negara lain,
8
3.
The Role of Public Libraries in Children’s Literacy Development
Dr. Susan B. Neuman
minat dan kebiasaan membaca perlu ditanamkan pada anak - anak sejak usia sedini mungkin. Hal ini berarti membutuhkan adanya fasilitas yang mendukung kegiatan membaca beserta aktifitas lain yang berkaitan. Fasilitas tersebut adalah sebuah Perpustakaan Anak. This evaluation examines crucial, although often overlooked, library services: children’s summer reading and preschool programs. These programs attract children who might not otherwise come to the library. As preschoolers, they visit the library for story hour with their parents or day-care center. As elementary and middleschool students, they are brought to the library by parents, camp counselors, or babysitters to participate.
9